BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia.1
Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut data Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%.
1,2
Menurut Hamid (2011), dalam Seminar The S Scientific Meeting on Hypertension
2011, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen dari total penduduk
dewasa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya.1,2,3
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas Kebon Baru selama tahun 2014, kasus hipertensi sebanyak 337 dari 10.643, dan hipertensi menduduki peringkat 10 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kebon Baru.4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Responden yang diambil pada mini project ini dari posbindu RW 11 Kelurahan Kebon Baru, RW 07, RW 09 dan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru. Sehingga sebagian responden adalah wanita dan berusia lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:
Hipertensi menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke.
Hipertensi menduduki peringkat ke 10 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Kurangnya pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2015 dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.
b. Diketahuinya gambaran tingkat perilaku penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, tahun 2015 dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi Pengetahuan5
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2.1.2 Tingkatan Pengetahuan5
Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan5
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang lain. Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang sakit hipertensi, umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika terkena hipertensi. b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan yang tingi akan mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi tingkat pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya televise, radio, Koran, buku, majalah dan internet.
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan5
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.
2.2 Perilaku
2.2.1 Definisi Perilaku5
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
2.2.2 Determinan Perilaku5
Green (1980), mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni :
1) Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil, misalnya orang hamil tidak boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntik bisa menyebabkan anak cacat. Karena faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi6,7
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut Potter dan Perry (2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg.
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi8
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan Darah Diatolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
2.3.3 Faktor Penyebab Hipertensi
Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.9
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita cenderung terlindungi dari penyakit jantung oleh hormone esterogen.10
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat.11
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi.11
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi.12
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.10
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat tebing dan angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobic.
2.3.4 Patofisiologi Hipertensi13,14
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr enin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah.
Gambar 1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap Kenaikan Tekanan Darah
2.3.5 Manifestasi Klinis Hipertensi15
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur. b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala berikut: 1. Sakit kepala 2. Kelelahan 3. Jantung berdebar-debar 4. Mual 5. Muntah 6. Sesak nafas 7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur 9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.3.6 Komplikasi dari Hipertensi12,16, 17
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasidari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita tanpa riwayat hipertensi.
3. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi.
Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil. Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara efektif.
2.3.7 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi18,19,20
Penatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan tekanan darah seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya.
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.
Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Pada penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan.
Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Berolah raga teratur selama 30 menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan darah. Ada variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik. Konsumsi alkohol pada orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman standar berisi ~ 14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Begitu pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah.
Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium tidak
lebih dari 2400 mg/hari atau 100 meq/hari
2-8 mmHg
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan normal;
BMI = 18,5-24,9 kg/
5-20 mmHg per 10 kg penururnan berat badan
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara
teratur, bertujuan untuk melakukan aerobik 30 menit Latihan sehari-hari dalam seminggu. Disarankan pasien berjalan-jalan 1 mil per hari di atas tingkat aktivitas saat ini
4-9 mmHg
Diet DASH Diet yang kaya akan
buah-buahan, sayuran, dan mengurangi jumlah lemak jenuh dan total
4-14 mmHg
Membatasi konsumsi alkohol Pria ≤2 minum per hari,
wanita ≤1 minum per hari
2-4 mmHg
Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB) d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
Tabel 2.5. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg) Perbaikan Pola Hidup
Terapi Obat Awal Tanpa Indikasi yang Memaksa Dengan Indikasi yang Memaksa Normal < 120 < 80 Dianjurkan Prehipertensi 120 - 139 Atau 80 – 89 Ya Tidak indikasi obat Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa Hipertensi Derajat 1 140 - 159 Atau 90 – 99 Ya Diuretika jenis Thiazide untuk sebagian besar kasus dapat dipertimbangka n ACEI, ARB, BB, CCB, atau kombinasi Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa obat antihipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, BB, CCB) sesuai kebutuhan Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100 Ya Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus umumnya diuretika jenis Thiazide dan ACEI atau ARB
atau BB atau CCB
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol di Wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap variabel yang diteliti yaiu variabel pengetahuan dan variabel perilaku.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di posbindu RW 11 Kelurahan Kebon Baru, RW 07, RW 09 dan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 11 Maret sampai 1 April 2015.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang datang ke posbindu, pos lansia, dan Puskesmas kelurahan Kebon Baru selama bulan Maret 2015 yang berjumlah 50 penderita.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah populasi target yang masuk dalam kriteria inklusi
3.4. Kriteria Pemilihan Subjek Penelitian
3.4.1. Kriteria Inklusi
Penderita Hipertensi yang datang ke posbindu, pos lansia, dan Puskesmas Kebon Baru
3.4.2. Kriteria Eksklusi
Penderita Hipertensi yang tidak kooperatif
3.5.1 Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol. Pengetahuan reponden dianggap baik apabila benar dalam menjawab 12-14 pertanyaan, cukup bila benar 8-11 pertanyaan dan kurang bila hanya menjawab ≤ 7 pertanyaan. Perilaku responden dianggap baik apabila melakukan ≥ 7 perilaku untuk mencapai tekanan darah terkontrol, dan kurang baik bila melakukan ≤ 6.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria. d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk mengkoreksi kemungkinan kesalahan.
3.6.2 Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan, dan variable perilaku.
HASIL PENELITIAN
4.1. KEADAAN GEOGRAFIS
Kelurahan Kebon Baru merupakan salah satu dari tujuh Kelurahan Kecamatan Tebet dalam lingkungan Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah 129,66 Ha yang terdiri dari 14 RW, 153 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kel. Bukit Duri Timur : Kel. Bidari Cina Selatan : Kel. Cikoko Barat : Kel. Tebet Timur
4.2 . KEADAAN DEMOGRAFIS 1. Luas wilayah No RW RT LUAS 1 1 10 7 HA 2 2 10 7 HA 3 3 10 27,66 HA 4 4 17 10 HA 5 5 9 4,5 HA 6 6 11 5,5 HA 7 7 14 7,5 HA 8 8 9 7 HA 9 9 10 7,5 HA 10 10 10 8 HA 11 11 10 9 HA 12 12 11 7 HA 13 13 12 8 HA 14 14 10 14 HA TOTAL 14 153 129,66 HA
2. JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2014
Jumlah penduduk : 41.272 orang Status warga Negara :
WNI : 41.268 orang
WNA : 4 orang
Jenis kelamin :
o Perempuan : 20.899 orang o Laki-laki : 20.373 orang Kepadatan penduduk : 4 orang
Jumlah KK : 12.499 KK
3. JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN USIA DI KELURAHAN KEBON BARU TAHUN 2014
Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 1676 1616 3292 5-9 1951 1718 3669 10-14 1656 1627 3265 15-19 1586 1445 3031 20-24 1897 1767 3664 25-29 1729 1839 3568 30-34 1706 1899 3605 35-39 2013 1909 3922 40-44 1991 1847 3838 45-49 1425 1245 2670 50-54 1071 1079 2150 55-59 790 790 1580 60-64 585 617 1202 65-69 375 441 816 70-74 244 286 532 75- keatas 202 246 448 20.899 20.373 41.272
4.3 SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA PUSKESMAS KEBON BARU TAHUN 2014
A. DATA KEPEGAWAIAN
NO TENAGA KESEHATAN
GOL/ STATUS KEPEGAWAIAN
PNS HONORER
1 Dokter Umum 2 / III C/ III B
2 Bidan 1 / III C 3 Perawat I / III D 4 Perawat I / II C 5 Dokter Gigi 1 6 Bidan 1 7 Perawat 1 8 Gizi 1 9 Asisten Apoteker 1 10 Tata Usaha 1 11 Loket 1 12 Cleaning Service 1 13 Penjaga Malam 1 JUMLAH 5 9
4.4 SARANA PELAYANAN KESEHATAN
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru memiliki prasarana terdiri dari : a. Luas tanah : 207m2
Dengan sarana :
No. Keterangan Jumlah
1 Daya Listrik 7700 watt
2 PAM dan Jet PAM 1 unit
3 Telepon 1 unit
4 Komputer 3 unit
5 Printer 2 unit
6 Sepeda motor 1 unit
4.5 Data 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2014
No. Nama Penyakit Jumlah Persentase
1 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas
4.774 44,9
2 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat
1.191 11,2
3 Gastritis dan duodenitis 971 9,1
4 Penyakit kulit alergi 933 8,7
5 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal
724 6,8
6 Diare 574 5,4
7 Penyakit mata lain-lain 397 3,7
8 Gangguan gigi dan jaringan penyangga lainnya
372 3,5
9 Gingivitis dan penyakit periodontal 370 3,5
10 Penyakit darah tinggi 337 3,2
Jumlah 10.643 100
4.6 Karakteristik Demografi Sampel
Berdasarkan hasil terhadap 50 sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 15 30
Perempuan 35 70
Dari penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (30%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (70%).
Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
Tidak Sekolah 1 2
SD 20 40
SMP 12 24
SMA/Sederajat 16 32
Perguruan Tinggi 1 2
Pendidikan terakhir responden bervariasi dari 1 orang tidak bersekolah, 20 orang memiliki pendidikan terakhir SD, 12 orang tamat SMP, 16 orang tamat SMA, dan 1 orang yang tamat Perguruan Tinggi.
Tabel 4.3 Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Persentase
Peg. Swasta 2 4
Peg. Negeri 0 0
Wiraswasta 4 8
Pensiunan 5 10
Lain – lain 39 78
Pekerjaan responden bervariasi dari 2 orang peg. Swasta, 4 orang sebagai wiraswasta, 5 orang pensiunan, dan lain-lain sebanyak 39 orang.
Tabel 4.4 Riwayat Hipertensi
Riwayat Hipertensi Jumlah Persentase
Diri Sendiri 22 44
Orang Tua 28 56
Dari tabel di atas didapatkan responden yang memiliki riwayat hipertensi hanya di diri sendiri sebanyak 22 orang (44%) dan responden yang memiliki riwayat hipertensi dari oran tua sebanyak 28 orang (56%).
4.7.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi
Tabel 4.5 Pengetahuan Responden Mengenai Hipertensi
Status Pengetahuan Jumlah Persentase
Baik 20 40
Cukup 25 50
Kurang 5 10
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sejumlah 20 responden (40 %), cukup baik sejumlah 25 responden (50 %), dan sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 5 orang (10%).
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Pengetahuan Soal (Nomor) * Benar Salah 1 38 responden 12 responden 2 31 responden 19 responden 3 46 responden 4 responden 4 49 responden 1 responden 5 37 responden 13 responden 6 21 responden 29 responden 7 43 responden 7 responden 8 43 responden 7 responden 9 3 responden 47 responden 10 42 responden 8 responden 11 46 responden 4 responden
12 46 responden 4 responden
13 46 responden 4 responden
14 46 responden 4 responden
*soal terlampir
Dari tabel diatas didapatkan hampir semua responden, yaitu sebanyak 47 orang yang salah menjawab di nomor 9 yaitu mengenai tidak semua pendeta hipertensi timbul gejala.
4.7.2 Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
Tabel 4.7 Perilaku Responden dalam Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
Nilai Jumlah Persentase
Baik 35 70
Kurang Baik 15 30
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik sejumlah 35 responden (70 %), dan sisanya kurang baik sejumlah 15 orang (30%).
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Pada Pertanyaan Mengenai Perilaku Soal
(Nomor) *
Melakukan Tidak Melakukan
1 30 responden 20 responden 2 40 responden 10 responden 3 33 responden 17 responden 4 27 responden 23 responden 5 26 responden 24 responden 6 15 responden 35 responden 7 48 responden 2 responden 8 35 responden 15 responden 9 33 responden 17 responden 10 38 responden 12 responden 11 30 responden 20 responden 12 41 responden 9 responden *soal terlampir
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 50 responden yang diteliti sebanyak 20 responden yang tidak mengontrol tekanan darahnya secara rutin, dan sebanyak 23 responden tidak meminum obat tekanan darah tingginya secara teratur. Selain itu hampir seluruh
responden tidak melakukan perilaku dalam upaya mencapai tekanan darah tinggi pada soal nomor 6, yaitu kurangnya olahraga secara teratur.
4.7.3 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
Tabel 4.9 Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden
Pengetahuan
Perilaku
Total
Baik Kurang Baik
Baik 14 6 20
Cukup 17 8 25
Kurang 4 1 5
Total 35 15 50
Dari tabel diatas terlihat bahwa antara pengetahuan dan perilaku responden dalam upaya mencapai tekanan darah terkontrol berbanding lurus.
4.8 Hasil Intervensi
Hasil intervensi mulai tanggal 11 Maret sampai 1 April 2015 didapatkan hasil 27 responden kontrol tekanan darah kembali setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan. Dari 27 responden tersebut terdapat 2 orang yang sebelumnya memiliki pengetahuan kurang, dan 6 orang yang perilakunya kurang baik.
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik sejumlah 20 responden (40%), cukup sebanyak 25 orang (25%) dan sisanya berpengetahuan kurang sejumlah 5 responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi sudah mempunyai pengetahuan cukup baik. Sebagian responden tidak mengetahui bahwa hipertensi tidak selalu menimbulkan gejala dan hipertensi dapat terjadi diusia muda. Kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan sekolah dasar, kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan ada beberapa responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50 tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) peningkatan pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variable perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam mencapai tekanan darah terkontrol berjumlah 35 responden (70 %) dan respomden yang kurang baik berjumlah 15 responden (30%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden sudah cukup baik upayanya dalam mencapai tekanan darah terkontrol. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : ada tidaknya kemauan dari responden untuk
sembuh/mengontrol kesehatannya, kurangnya kesadaran dari responden akan pentingnya upaya mencapai tekanan darah yang terkontrol dan sulitnya meluangkan waktu untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta kurangnya dukungan keluarga dalam memotivasi responden untuk melakukan usaha dalam mencapai tekanan darah terkontrol.
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan merupakan aplikasi dari sikap seseorang individu yang juga tidak terlepas dari pengetahuan individu itu sendiri. Selain itu perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain lingkungan, sarana kesehatan dan perilaku petugas kesehatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan penderita hipertensi tentang upaya menciptakan tekanan darah terkontrol masih cukup baik, dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya menciptakan tekanan darah terkontrol juga sudah cukup baik.
6.2 Saran
Perlu ditingkatkan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan penyuluhan mengenai upaya mencapai tekanan darah terkontrol dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teatur ke pelayanan kesehatan terdekat.
Ditingkatkan kegiatan seperti posbindu atau pos lansia untuk menjaring penderita hipertensi dan memberikan penyuluhan atau motivasi untuk kontrol rutin tekanan darah ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
1. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available from:
http://www.to-day.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_indonesia_sangat_ti nggi.
2. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
3. Riskesda. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
4. Salwati S. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru 2013. Jakarta.2014 5. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 6. Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal –
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC
7. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik edisi 4. Jakarta : EGC
8. Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical Series.
9. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6th ed. London, UK: Elseveir
Saunders.
10. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Hariwijaya, M., & Sutanto. (2007). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Kronis. Jakarta : Edsa Mahkota.
12. Gardner, D.S. Hypertension and impaired renal function accompany juvenileobesity: the effect of prenatal diet. Kidney International. 2007
13. Soemantri, Djoko, Nugroho, J. 2006. Standar Diagnosis dan Terapi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Edisi 4. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw
Hill Company. USA.
15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.
17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB
18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available from:
www.annals.org/intheclinic/
19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint National Committe on
Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure JNC
Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda, MD:U.S.Department of Helath and Human Services.
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Lampiran
Kuisioner Penelitian
Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta
Nama : Alamat : No. Telpon : Tekanan Darah : Kontrol TD Terakhir : A. Data demografi 1. Umur : tahun
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan : SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan : Peg. Swasta Wiraswasta
Peg. Negeri Pensiunan Lainnya
5. Riwayat hipertensi : Diri Sendiri Orangtua Tidak Ada
6. Mendapat informasi tentang hipertensi : Keluarga
Pelayanan Kesehatan Media massa/TV Lain-lain
Tidak pernah