• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERGESERAN, TINGKAT KEAKURATAN, DAN TINGKAT KETERBACAAN DALAM PENERJEMAHAN KOSAKATA TEKNIS PANDEMI KORONA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERGESERAN, TINGKAT KEAKURATAN, DAN TINGKAT KETERBACAAN DALAM PENERJEMAHAN KOSAKATA TEKNIS PANDEMI KORONA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

72

Corona Pandemic Technical Vocabulary) oleh/by

Nikolaus Rendi P. Hadi Yanuarria K. Perwira Sintaria Kusumaningrum

SMP Masehi 3 PSAKˡ, FIB Universitas Sebelas Maret², SMP YSKI Semarang³ Jalan Gemah Raya 8 Semarangˡ, Jalan Ir. Sutami 36A, Jebres, Surakarta²,

Jalan Sidodadi 23 Semarang³

085647304344ˡ, 081390601065², 08988634956³

nikolaus_rendi@yahoo.comˡ, yanuarriaperwira@staff.uns.ac.id², sintaria.kusuma@yski.or.id³

*) Diterima: 9 Februari 2021, Disetujui: 19 April 2021 ABSTRAK

Fokus penelitian ini adalah menemukan pergeseran penerjemahan serta mengungkapkan tingkat keakuratan dan tingkat keterbacaan dalam penerjemahan kosakata teknis pandemi Covid-19 dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori penerjemahan Catford (1965) dan Baker (1992). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diambil dari lini masa Facebook dan Instagram Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa antara tanggal 10 Maret 2020—6 Oktober 2020. Pengumpulan data menggunakan teknik catat, rekam, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi tujuh belas pergeseran, yaitu enam belas pergeseran struktur dan satu pergeseran kelas kata. Berdasarkan penilaian beberapa informan ahli, ditemukan bahwa 91,58% pengalihan makna sudah akurat; 7,47% pengalihan makna kurang akurat; dan 0,93% pengalihan makna tidak akurat. Selain itu, para informan ahli juga menilai bahwa dari 20,51% tingkat keterbacaan penerjemahan, 71,01% dikategorikan sangat mudah, 15,94% dikategorikan mudah, 13,08% dikategorikan sulit, dan 4,34% dikategorikan sangat sulit.

Kata kunci: pergeseran penerjemahan, tingkat keakuratan, tingkat keterbacaan, bahasa sumber, bahasa sasaran.

ABSTRACT

This research focuses on finding translation shifts, exposing translation level of accuracy, and the level of readability of translation of Covid-19 pandemic technical vocabulary from English to Indonesian. The theory used as the base of analysis for this research are the theory of translation by Catford (1965) and Baker (1992). This research uses descriptive qualitative approach. The data used in this research is taken from Facebook and Instagram timeline of Language Development Agency between 10 March 2020 until

(2)

6 October 2020. Note-taking, recording and questionnaire technique were used to gather the data. The result of this research shows that there are 17 shifts, they are 16 structural shifts and 1 shift of word class. Based on raters’ rate, that from 91.58% rated transfer of meaning, there are 7.47% are less accurate, and there is only 0.93% inaccurate transfer of meaning. Moreover, they also mentioned that from 20.51% translation readability rate, there are 71.01% are categorized as very readable, 15.94% are readable, 13.08% are less readable, and 4.34% are categorized as least readable.

Keywords: translation shift, level of accuracy, level of readability, source language, target language.

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu linguistik tidak dapat dilepaskan dari dunia penerjemahan. Penerjemahan tidak hanya sekadar mengganti kata, frasa, klausa, kalimat, atau wacana dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Penerjemahan harus dimaknai sebagai pengalihbahasaan atau pengungkapan kembali pesan dan konteks secara utuh dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) secara utuh.

Penerjemahan atau alih bahasa tidak dapat dihindari di era globalisasi ini. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memungkinkan suatu kosakata dialihbahasakan ke dalam berbagai bahasa sasaran. Berbagai padan istilah dalam bahasa Indonesia pun muncul akibat dinamisnya perkembangan kosakata global.

Dewasa ini pandemi Covid-19 juga memunculkan banyak kosakata teknis di bidang kesehatan, sebut saja work from home, droplet, rapid test, dan swab test. Seiring munculnya kosakata-kosakata tersebut, Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sebagai ujung tombak penjaga wibawa bahasa Indonesia akhir-akhir ini sering mengunggah kosakata mutakhir bidang kesehatan atau pandemi di lini masa Facebook, Twitter, maupun

Instagram-nya. Saat ini jejaring sosial memang merupakan media paling efektif dalam menyosialisasikan padanan kata terbaru bahasa Indonesia kepada warganet milenial.

Proses pengalihan bahasa pada dasarnya harus melewati tahapan-tahapan ilmiah yang melibatkan analisis bahasa sumber (BSu) dan pengalihan makna teks sesuai dengan kaidah gramatikal bahasa sasaran (BSa). Meskipun banyak kosakata asing telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, banyak masyarakat pada umumnya atau warganet khususnya yang masih merasa bahwa beberapa kosakata tersebut tidak sesuai atau kurang pas. Untuk membuktikan secara ilmiah ada tidaknya ketidaksesuaian tersebut, penelitian ini mencoba melakukan penilaian kualitas terjemahan kosakata di masa pandemi Covid-19 yang melibatkan ahli penerjemahan.

Menurut Larson (1991: 532), paling tidak ada beberapa alasan menilai terjemahan, yaitu mengetahui tingkat keakuratan, kejelasan, tingkat kewajaran, dan uji keterbacaan.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergeseran (shift in translation), tingkat keakuratan, dan tingkat keterbacaan dalam penerjemahan kosakata teknis bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia di masa pandemi Covid-19.

(3)

74

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menganalisis pergeseran penerjemahan. Penelitian ini juga didukung pendekatan kuantitatif dalam menentukan tingkat keakuratan dan tingkat keterbacaan dari para informan ahli yang tersaji dalam kuesioner.

Data penelitian ini diambil dari lini

masa media sosial Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, baik melalui Instagram, Twitter, maupun Facebook. Data yang diambil adalah kosakata bidang pandemi Covid-19 yang diunggah pada 10 Maret 2020 sampai dengan 6 Oktober 2020.

Data penelitian ini juga dikumpulkan melalui penjaringan kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tingkat keakuratan dan keterbacaan. Informan ahli yang dilibatkan untuk menentukan tingkat keakuratan dan keterbacaan adalah dua orang akademisi berlatar belakang magister di bidang linguistik dan seorang penerjemah profesional yang juga berlatar belakang pendidikan yang sama. Ketiganya memiliki keahlian di bidang teori dan praktik penerjemahan.

Tingkat keakuratan terjemahan yang diperoleh dari informan memiliki skala penilaian sebagai berikut (Nababan dkk., 2012: 15)

Tabel 1 Parameter Penilaian Keakuratan Terjemahan No. Kategori Skor Parameter

1. Akurat 3 Makna kata, frasa, klausa, kalimat, atau teks bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi makna. 2. Kurang 2 Makna kata, frasa,

Akurat klausa, kalimat, atau teks bahasa sumber sudah diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan yang mengganggu keutuhan pesan. 3. Tidak

Akurat

1 Makna kata, frasa, klausa, kalimat, atau teks bahasa sumber yang gramatikalnya sudah diterjemahkan, namun terjadi pergeseran makna.

Parameter kualitas penerjemahan di atas memiliki skor 1 sampai 3: akurat, kurang akurat, dan tidak akurat. Semakin akurat kualitas terjemahan, semakin besar skor yang diperoleh, demikian juga sebaliknya.

Berikutnya adalah parameter kualitas penerjemahan tingkat keterbacaan (Nababan, 2004: 62).

Tabel 2

Instrumen Skala Penilaian Tingkat Keterbacaan Data Tingkat Keterbacaan

Sangat Mudah

Mudah Sulit Sangat Sulit 1

2 dst.

Berbeda dengan parameter keakuratan terjemahan yang memiliki empat skala penilaian, parameter kualitas penerjemahan tingkat keterbacaan memiliki empat skala penilaian: sangat mudah, mudah, sulit, dan sangat sulit yang masing-masing

(4)

berbobot sama. Nababan dkk. (2012: 15) menjelaskan bahwa rendahnya bobot yang diberikan pada aspek keterbacaan (dibanding tingkat keakuratan) terkait dengan pemikiran bahwa masalah penerjemahan tidak berhubungan langsung apakah terjemahan tersebut mudah dipahami ataukah tidak oleh pembaca sasaran.

Tahap berikutnya adalah data diklasifikasi dan dianalisis menurut pergeseran penerjemahan. Penelitian ini menggunakan metode agih yang berupa teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik baca dengan melihat langsung pemarkah yang bersangkutan. Pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu (Sudaryanto, 1993: 95). Data yang sudah terklasifikasi kemudian dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Penelitian ini relevan dengan beberapa penelitian terdahulu. Pertama, disertasi karya Supana (2012) yang berjudul ―Kajian Terjemahan Penanda Kohesi pada Novel Wings Karya Danielle Steel ke dalam Bahasa Indonesia‖. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan teknik analisis isi, kuesioner, dan wawancara. Temuan dalam penelitian ini adalah adanya perubahan dalam penerjemahan penanda kohesi. Pengalihan makna dapat dinyatakan sudah baik, yaitu sebesar 77,28% akurat. Sementara itu, pengalihan makna yang dinilai kurang akurat sebesar 17,66%, dan pengalihan makna tidak akurat hanya 4,57%. Nilai keberterimaan terjemahan penanda kohesi ini mencapai 87,10%. Terjemahan penanda kohesi yang dinilai kurang berterima sebesar 8,11%, dan tidak berterima hanya sebesar 4,79%.

Sementara itu, nilai keterbacaan terjemahan yang mudah dipahami sebesar 99,54%. Terjemahan yang agak sulit dipahami sebesar 0,34%, dan yang sulit dipahami hanya 0,11%. Terjemahan penanda kohesi mudah dipahami dan sebagian besar makna dialihkan secara akurat (Supana, 2012).

Penelitian kedua yang relevan adalah artikel jurnal yang ditulis oleh Hadi (2019: 121—140) yang berjudul

“Pergeseran Penerjemahan, Tingkat Keakuratan, dan Tingkat Keterbacaan dalam Penerjemahan Kosakata Mutakhir Bahasa Indonesia‖. Teori yang digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian ini adalah teori penerjemahan Catford (1965) dan Baker (1992). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini diambil dari lini masa Facebook Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa antara tanggal 9 November 2017—20 Juli 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik catat, rekam, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi 23 pergeseran, yaitu pergeseran struktur sebanyak lima belas buah, pergeseran unit sebanyak tiga buah, dan pergeseran dengan penambahan sebanyak lima buah. Berdasarkan penilaian para pakar atau informan ahli, 92,41% pengalihan makna sudah akurat, 7,14% kurang akurat, dan tidak akurat hanya 0,44%. Selain itu, para pakar juga menilai bahwa 20,51% tingkat keterbacaan penerjemahan kosakata mutakhir bahasa Indonesia sangat mudah, 47,43% dikategorikan mudah, 30,76% dikategorikan sulit, dan 1,28% dikategorikan sangat sulit. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerjemahan kosakata mutakhir bahasa Indonesia sudah dilakukan dengan baik karena sebagian besar

(5)

76

makna dialihkan secara akurat, meskipun tingkat keterbacaannya masih rendah.

Penelitian ketiga yang relevan adalah tesis karya Hadi (2017: xx) berjudul ―Pergeseran Penanda Kohesi Gramatikal dan Tingkat Keakuratan Makna dalam Penerjemahan Kitab ‗Kisah Para Rasul‘ Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa‖.Penelitian tersebut menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanda kohesi gramatikal dalam BSu berjumlah 1.219 yang terdiri atas referensi 185 (15,17%); substitusi sebanyak 63 (5,97%); elipsis sebanyak 61 (5%); dan konjungsi sebanyak 900 (73,82%). Penanda kohesi gramatikal dalam BSa berjumlah 990 yang terdiri atas referensi (17,96%); substitusi (6,95%); elipsis (5,15%); dan konjungsi (69,94%). Sementara itu, pergeseran yang ditemukan sebanyak 742, yaitu: (1) pergeseran level sebanyak (5,79%); (2) struktur (1,34%); (3) unit (26,68%); (4) intrasistem (1,48%); (5) penambahan (22,37%); dan (6) penghilangan (42,31%). Penilaian keakuratan terjemahan berdasarkan analisis para pakar dapat dinyatakan sudah baik, yaitu 96,42% pengalihan makna sudah akurat, 3,40% kurang akurat, dan 0,17% tidak akurat

Setiap ahli penerjemahan memiliki definisi yang berbeda-beda. Menurut Nida, menerjemahkan adalah mereproduksi padanan yang wajar dan paling dekat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, pertama berhubungan dengan arti dan kedua yang berhubungan dengan gaya (Hartono, 2011: 1). Menurut Catford, 1965: 20), penerjemahan berarti mentransfer bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan, penerjemah selalu berusaha

mendapatkan unsur bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumber agar pesan yang disampaikan sama dalam teks sasaran. Di samping itu, Larson (dalam Hartono, 2011: 2) mengatakan bahwa penerjemahan adalah mentransfer bentuk dan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam hal ini peneliti setuju dengan definisi Larson karena memunculkan keharmonisan antara bentuk bahasa dan makna terjemahan. Hal tersebut sangat penting apalagi dalam penerjemahan istilah teknis.

Meskipun teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu, ada hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya mendeskripsikan pergeseran penerjemahan yang ada dalam objek kajian tanpa ada kritik dan perbaikan terhadap produk terjemahan.

Penerjemahan kosakata pandemi korona termasuk ke dalam penerjemahan teknis. Menurut Hasyim (2015: 16), penerjemahan teknis berbeda dengan penerjemahan teks pada umumnya. Penerjemah harus bermodalkan pengetahuan tematis bidang tertentu (dalam hal ini bahasa dan budaya) yang melatarbelakangi istilah/teks tersebut. Dengan demikian, dalam penerjemahan kosakata teknis, penerjemah tidak cukup hanya membekali dirinya dengan kemampuan bahasa asing saja.

Seperti halnya penelitian-penelitian penerjemahan terdahulu yang relevan, teori yang digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian ini adalah teori pergeseran penerjemahan Catford dan Baker. (Catford, 1965: 73) menyatakan bahwa shift in translation atau pergeseran dalam terjemahan artinya

(6)

berpindah atau bergeser dari korespondensi formal dalam proses pemindahan teks dari BSu ke BSa agar hasil terjemahannya berterima. Catford menambahkan bahwa korespondensi formal merujuk pada kesamaan kategori linguistik dalam dua bahasa yang berbeda, yaitu unit, kelas, struktur, dan elemen struktur (Rupiah & Hartono, 2017: 231). Pergeseran adalah suatu proses formal dalam penerjemahan yang menjembatani dua konsep dalam dua bahasa berbeda guna mencapai hasil terjemahan yang ekuivalen (Catford 1965: 73).

Pergeseran dalam penerjemahan terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu (1) level shift (pergeseran level) dan (2) category shift (pergeseran kategori) yang meliputi pergeseran struktur, kelas, unit, dan intrasistem (Catford 1965: 79). Pergeseran level terjadi ketika suatu ekspresi dalam bahasa sumber (BSu) memiliki padanan dalam bahasa sasaran (BSa) dalam level yang berbeda (Catford, 1965: 3). Pergeseran level yang dimaksudkan Catford adalah dari tingkatan grammar ke lexis atau sebaliknya. Pergeseran tataran (level shift) terjadi bila transposisi menghasilkan unsur bahasa sasaran yang berbeda tatarannya, baik tataran gramatikal maupun tataran leksikal (Catford 1965: 73).

Pergeseran kategori (category shift) meliputi pergeseran struktur, kelas, unit, dan intrasistem (Catford 1965: 73—77). Kategori pertama adalah pergeseran struktur. Catford (1965: 3) menyatakan bahwa pergeseran struktur terjadi karena adanya perubahan susunan gramatika atau urutan kata dalam kalimat. Pergeseran ini bisa terjadi karena tuntutan tata bahasa bersifat wajib, namun bisa juga bersifat manasuka karena selera atau gaya

penulisan (style) penerjemah. Kedua, adalah pergeseran unit. Setiap bahasa mempunyai sistem tata bahasa yang terdiri dari (1) morfem; (2) kata; (3) frasa; (4) klausa; (5) kalimat; dan (6) wacana. Machali (2000: 20—23) mengatakan bahwa pergeseran level terjadi ketika penerjemahan dalam BSu berubah menjadi unit atau tataran yang berbeda dalam Bsa. Misalnya, dari kata dalam BSu menjadi frasa dalam BSa atau sebaliknya. Pergeseran unit juga terjadi apabila kata dasar dalam BSu diterjemahkan menjadi kata berimbuhan dalam BSa atau sebaliknya. Ketiga, adalah pergeseran intrasistem. Catford (1965: 80) menggunakan istilah intra-system shift untuk kasus yang mengalami pergeseran karena disebabkan oleh tata bahasa yang berbeda dari kedua bahasa yang terlibat. Dalam hal ini Catford (1965: 80) menambahkan bahwa sebenarnya BSu dan BSa memiliki sistem yang sepadan secara formal, namun penerjemahan yang dilakukan mengharuskan terjadinya pergeseran karena kelaziman ekspresi yang berkorespondensi itu

menjadi tidak berterima.

Ketidakberterimaan itu disebabkan oleh ketentuan tata bahasa dalam BSa itu sendiri.

Selain pergeseran, Catford juga mengungkapkan ada pula pergeseran seperti yang diungkapkan oleh Baker (1992: 40) yang meliputi penambahan (addition) dan penghilangan (deletion). Penerjemahan dengan penambahan dan penghilangan merupakan salah satu teknik yang digunakan guna mengatasi masalah padanan kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam Bsa.

Nababan dkk. (2012: 44) menjelaskan bahwa kedua teknik itu bukan dimaksudkan untuk mengurangi informasi sesuka hati, tetapi

(7)

78

dimaksudkan untuk menghasilkan terjemahan yang berterima dan mudah dipahami oleh pembaca sasaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pergeseran Penerjemahan

Pergeseran dalam penerjemahan terbagi atas beberapa jenis, meliputi (1) pergeseran level (level shift ) dan (2) pergeseran kategori (category shift) yang meliputi pergeseran struktur, kelas, unit, dan intrasistem.

Frasa local transmission pada data (1) diterjemahkan menjadi penularan lokal. Penerjemahan tersebut mengandung pergeseran struktur. Frasa local transmission yang berpola menerangkan-diterangkan diterjemahkan menjadi penularan lokal yang berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa herd immunity pada data (2) diterjemahkan menjadi kekebalan kelompok. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur. Frasa herd immunity yang berpola menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi kekebalan kelompok yang berpola diterangkan-menerangkan.

Kata incubation pada data (3) diterjemahkan menjadi inkubasi. Penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation.

Data 3. Penerjemahan kosakata incubation

menjadi inkubasi

Data 1. Penerjemahan kosakata local

transmission menjadi penularan lokal

Data 2. Penerjemahan kosakata herd

(8)

Frasa imported case pada data (4) diterjemahkan menjadi kasus impor. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur. Frasa imported case yang berpola menerangkan-diterangkan diterjemahkan menjadi kasus impor yang berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa cross contamination pada data (5) diterjemahkan menjadi kontaminasi silang. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur. Frasa cross contamination yang berpola menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi kontaminasi silang yang berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa airbone (contagion) pada data (6) diterjemahkan menjadi (penularan) lintas udara. Dalam penerjemahan tersebut terjadi pergeseran struktur. Frasa airbone (contagion) yang berpola menerangkan-diterangkan diterjemahkan menjadi (penularan) lintas udara yang berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa face shield pada data (7) diterjemahkan menjadi pelindung muka. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur. Frasa face shield yang berpola menerangkan-diterangkan diterjemahkan menjadi pelindung muka yang berpola diterangkan-menerangkan.

Data 4. Penerjemahan kosakata imported

case menjadi kasus impor

Data 5. Penerjemahan kosakata cross

contamination menjadi kontaminasi silang

Data 6. Penerjemahan kosakata aribone

(contagion) menjadi (penularan) lintas udara

Data 7. Penerjemahan kosakata face shield

(9)

80

Frasa thermo gun pada data (8) diterjemahkan menjadi termometer tembak; pistol thermometer. Penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation apabila thermo gun diterjemahkan menjadi termometer tembak. Namun, ada perubahan struktur dalam penerjemahan frasa thermo gun yang berpola menerangkan-diterangkan menjadi pistol thermometer yang berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa contact tracing pada data (9) diterjemahkan menjadi penelusuran kontak. Penerjemahan tersebut

mengalami pergeseran struktur. Frasa contact tracing yang berpola menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi penelusuran kontak yang berpola diterangkan-menerangkan.

Kata droplet pada data (10) diterjemahkan menjadi percikan. Penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation .

Kata suspect pada data (11) diterjemahkan menjadi terduga; suspek. Penerjemahan kata suspect menjadi suspek tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation .

Data 8. Penerjemahan kosakata thermo gun

menjadi termometer tembak atau pistol

termometer

Data 9. Penerjemahan kosakata contact

tracing menjadi penelusuran kontak

Data 10. Penerjemahan kosakata droplet

menjadi percikan

Data 11. Penerjemahan kosakata suspect

(10)

Frasa self-quarantine pada data (12) diterjemahkan menjadi swakarantina. Penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation. Akan tetapi, penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur dari frasa self-quarantine yang berpola menerangkan-diterangkan menjadi karantina mandiri yang berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa rapid test pada data (13) diterjemahkan menjadi uji cepat. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in

translation berupa pergeseran struktur karena rapid test berpola menerangkan-diterangkan, sedangkan uji cepat berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa panic buying pada data (14) diterjemahkan menjadi beli panik. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur karena panic buying berpola menerangkan-diterangkan, sedangkan beli panik berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa new normal pada data (15) diterjemahkan menjadi kenormalan baru. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur karena new normal berpola menerangkan-diterangkan,

Data 12. Penerjemahan kosakata

self-quarantine menjadi swakarantina atau karantina mandiri

Data 13. Penerjemahan kosakata rapid test

menjadi uji cepat

Data 14. Penerjemahan kosakata panic

buying menjadi beli panik

Data 15. Penerjemahan kosakata new normal

(11)

82

sedangkan kenormalan baru berpola diterangkan-menerangkan.

Penerjemahan tersebut juga mengalami pergeseran kelas kata adjektiva normal menjadi nomina kenormalan.

Kata swab test pada data (16) diterjemahkan menjadi uji usap. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur karena swab test berpola menerangkan-diterangkan, sedangkan uji usap berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa work from home pada data (17) diterjemahkan menjadi kerja dari

rumah. Penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation.

Frasa lockdown pada data (18) diterjemahkan menjadi karantina wilayah. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur karena lockdown berpola menerangkan-diterangkan, sedangkan karantina wilayah berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa physical distancing pada data (19) diterjemahkan menjadi pembatasan fisik. Penerjemahan tersebut mengalami

Data 16. Penerjemahan kosakata swab test

menjadi uji usap

Data 17. Penerjemahan kosakata work from

home menjadi kerja dari rumah

Data 18. Penerjemahan kosakata lockdown

menjadi karantina wilayah

Data 19. Penerjemahan kosakata physical

(12)

pergeseran struktur karena physical distancing berpola menerangkan-diterangkan, sedangkan pembatasan fisik berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa flattening curve pada data (20) diterjemahkan menjadi pelandaian kurva. Penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation .

Frasa hand sanitizer pada data (21) diterjemahkan menjadi penyanitasi tangan. Penerjemahan tersebut mengalami pergeseran struktur karena hand sanitizer berpola

menerangkan-diterangkan, sedangkan penyanitasi tangan berpola diterangkan-menerangkan.

Kata survivor pada data (22) tersebut diterjemahkan menjadi penyintas. Penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran penerjemahan atau shift in translation .

Penerjemahan data (23) tersebut mengalami pergeseran struktur karena decontamination berpola menerangkan-diterangkan, sedangkan dekontaminasi berpola diterangkan-menerangkan.

Data 20. Penerjemahan kosakata flattening

the curve menjadi pelandaian kurva

Data 21. Penerjemahan kosakata hand

sanitizer menjadi penyanitasi tangan

Data 22. Penerjemahan kosakata

survivormenjadi penyintas

Data 23. Penerjemahan kosakata

(13)

84

Penerjemahan data (24) tersebut mengalami pergeseran struktur karena hazmat (hazardous materials) suit berpola menerangkan-diterangkan, sedangkan alat pelindung diri berpola diterangkan-menerangkan.

Berdasarkan analisis pergeseran penerjemahan, diperoleh hasil seperti yang disajikan dalam tabel 3 berikut.

Tabel 3

Pergeseran Penerjemahan Kosakata Mutakhir Bahasa Indonesia No. Pergeseran jumlah

1. Level - 2. Struktur 16 (94,11%) 3. Kelas 1 (5,88%) 4. Unit - 5. Intra-sistem - 6. Penambahan - 7. Penghilangan - Total 17 (100%)

Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi tujuh belas pergeseran dalam penerjemahan kosakata teknis pandemi korona, yaitu pergeseran struktur sebanyak enam belas buah dan pergeseran kelas sebanyak satu buah.

Penilaian Kualitas Terjemahan Tingkat Keakuratan

Berdasarkan kuesioner yang telah dikumpulkan dari tiga informan ahli, diperoleh hasil penilaian tingkat keakuratan seperti yang disajikan dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4

Skor Keakuratan Pengalihan Makna Kosakata Teknis Pandemi Korona Pa-kar Akurat Kurang Akurat Tidak Akurat J m l. Skor (x 3) Jml. Skor (x 2) Jml. Skor (x 1) 1 23 69 1 2 - - 2 22 66 2 4 - - 3 21 63 1 2 1 1 Jml. 66 98 (91,5 8%) 4 8 ( 7,47 %) 1 1 (0,93 %)

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengalihan makna dalam terjemahan kosakata mutakhir bahasa Indonesia dapat dinyatakan sudah baik. Hal ini berdasarkan penilaian para pakar/informan ahli bahwa 91,58% pengalihan makna sudah akurat. Sementara itu, pengalihan makna yang dinilai kurang akurat 7,47%, sedangkan pengalihan makna yang dinilai tidak akurat hanya 0,93%.

Tingkat Keterbacaan

Berdasarkan kuesioner yang telah dikumpulkan dari tiga informan ahli, diperoleh hasil penilaian tingkat keakuratan seperti yang disajikan dalam tabel 5 berikut.

Tabel 5

Skor Keterbacaan Pengalihan Makna Kosakata Teknis Pandemi Korona Pa- kar Tingkat Keterbacaan Sangat Mudah Muda h Sulit Sangat Sulit

Data 24. Penerjemahan kosakata hazmat suit

(14)

1 17 4 3 - 2 16 4 3 1 3 16 3 3 2 Jum lah 49 (71,01 %) 11 (15,94 %) 9 (13,04 %) 3 (4,34 %)

Tabel 5 menunjukkan penilaian para pakar bahwa 71,01% tingkat keterbacaan penerjemahan kosakata teknis pandemi korona bahasa Indonesia sangat mudah. Sementara itu, 15,94% penerjemahan kosakata teknis pandemi korona bahasa Indonesia dikategorikan

mudah, sedangkan 13,04%

penerjemahan kosakata teknis pandemi korona bahasa Indonesia dikategorikan sulit, dan 4,34% penerjemahan kosakata teknis pandemi korona bahasa Indonesia dikategorikan sangat sulit.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis disimpulkan bahwa telah terjadi tujuh belas pergeseran (shift in translation) dalam penerjemahan kosakata teknis pandemi korona bahasa Indonesia, yaitu pergeseran struktur sebanyak enam belas buah dan pergeseran kelas sebanyak satu buah.

Meskipun terjadi tujuh belas pergeseran, pengalihan makna dalam terjemahan kosakata kosakata teknis pandemi korona bahasa Indonesia dapat dinyatakan sudah baik. Hal ini berdasarkan penilaian para pakar bahwa 91,58% pengalihan makna sudah akurat, 7,47% kurang akurat, dan tidak akurat hanya 0,93%.

Pakar I, II, dan III menganggap bahwa penerjemahan panic buying menjadi beli panik dinilai kurang akurat. Selain itu, pakar II menganggap bahwa penerjemahan lockdown menjadi karantina wilayah dinilai kurang akurat. Sementara itu, pakar III menganggap bahwa penerjemahan lockdown menjadi karantina wilayah dinilai tidak akurat.

Selain itu, para pakar atau informan ahli juga menilai bahwa 20,51% tingkat keterbacaan penerjemahan yang dikategorikan sangat mudah sebanyak 71,01%, dikategorikan mudah sebanyak 15,94%, dikategorikan sulit sebanyak 13,08%, dan yang dikategorikan sangat sulit sebanyak 4,34%. Hal tersebut terjadi karena kosakata yang terdapat dalam laman Facebook atau Instagram Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa tersebut tergolong baru atau belum lama diterjemahkan sehingga kurang dikenal masyarakat dan tingkat keterbacaannya belum maksimal, bahkan di kalangan ahli sekali pun.

Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan kosakata teknis pandemi korona sudah dilakukan dengan baik karena sebagian besar makna dialihkan secara akurat dengan tingkat keterbacaan yang tinggi. Akan tetapi, untuk penerjemahan kosakata yang kurang dan tidak akurat sebaiknya dilakukan perbaikan atau penggantian.

Saran untuk Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan dinas terkait adalah untuk lebih gencar mengadakan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat pengguna bahasa mengenai kosakata mutakhir yang dinyatakan akurat tersebut. Untuk kosakata yang dinilai kurang dan tidak akurat, sebaiknya dilakukan revisi dengan kajian yang mendalam sehingga dapat diganti dengan kosakata yang memiliki tingkat keakuratan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Catford, J. C. 1965. Language and

Language Learning a

Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press.

(15)

86

Hadi, Nikolaus Rendi P. 2017. ―Pergeseran Penanda Kohesi Gramatikal dan Tingkat Keakuratan Makna dalam Penerjemahan Kitab ‗Kisah Para Rasul‘ Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa‖.

Tesis. Universitas

Diponegoro.

Hadi, Nikolaus Rendi P. 2019.

―Pergeseran, Tingkat

Keakuratan, dan Tingkat

Keterbacaan dalam

Penerjemahan Kosakata Mutakhir Bahasa Indonesia‖. Jurnal Perspektif Pendidikan. Vol. 5 No. 1, 121--140. Hartono, Rudi. 2011. Teori

Penerjemahan. Semarang: Cipta Prima Nusantara. Larson, M. L. 1991. Penerjemahan

Berdasarkan Makna:

Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa. Jakarta: Grasindo.

Machali, R. 2000. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: PT Grasindo.

Baker, Mona. 1992. In Other Words:

A Course Book on

Translation. New York: Routledge Taylor and Francis Group.

Hasyim, Muhammad & Hasanuddin, U. 2015. Teori Terjemahan. Makassar: Fakultas Sastra

Universitas Hassanudin. Nababan. 2004. ―Strategi Penilaian

Kualitas Terjemahan‖. Jurnal Linguistik Bahasa. Vol. 2. no. 1, 54--65.

Nababan, M. dkk. 2012.

"Pengembangan Model

Penilaian Kualitas

Terjemahan". Kajian Linguistik dan Sastra, 24 (1), 39–57.

Rupiah, S. N., & Hartono, R. 2017. "Shift and Equivalence of Noun Phrases in English-Indonesian Translation of Barbie Short Stories". English Education Journal, 7(3), 227–236.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Supana. 2012. ―Kajian Terjemahan Penanda Kohesi pada Novel Wings Karya Danielle Steel ke dalam Bahasa Indonesia‖. Disertasi. Universitas Sebelas Maret.

https://www.facebook.com/Badan.Ba hasa/ diakses 9 Maret 2020--6 Oktober 2020.

https://www.instagram.com/badanbah asakemendikbud/ diakses 9 Maret 2020--6 Oktober 2020.

Referensi

Dokumen terkait

OEN SURAKARTA, dapat diketahui bahwa perawat wanita bagian rawat inap yang bekerja saat shift malam lebih banyak mengalami kelelahan kerja dibandingkan dengan

Alasan alternatif pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai cascara karena para petani tidak memiliki ternak sehingga pemanfaatan sebagai pakan ternak dan kompos, menjadi

Selanjutnya pada tahun kedua telah diterapkan strategi peningkatan performa sistem distribusi standar IEEE model 33 bus akibat integrasi DG energi terbarukan surya-angin2. Dan

Apabila konfl ik di wilayah Laut Tiongkok Selatan tidak ditangani dengan baik akan berdampak terhadap stabilitas keamanan Indonesia dan kawasan, mengingat pintu masuk dan keluar

Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan menggunakan tiga jenis pelarut. Ekstraksi pertama digunakan pelarut non polar yakni n- heksan dengan cara

Jika algoritma genetika ini diterapkan untuk menyusun suatu lintasan produksi yang baru, maka harus diperhatikan parameter genetika yang digunakan , seperti jumlah populasi,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki: (1) Ada tidaknya perbedaan pengaruh temperatur tempering terhadap nilai impak hasil proses perlakuan panas baja EMS-45, (2)

Penyunting harus mengikuti disiplin waktu yang ketat dalam mengolah naskah dan menjadwalkan penerbitan agar tidak merugikan orang lain karena prioritas penemuan , kemutakhiran