• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN JUDUL DAN TEMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TINJAUAN JUDUL DAN TEMA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 26

BAB III

TINJAUAN JUDUL DAN TEMA

3.1 LATAR BELAKANG TEMA

Sejarah, menggambarkan tingginya art-style dan kebudayaan, ketuaan atau usia, serta fungsi, pemanfaatan, apakah selaras dengan zaman sekarang. Hal itu terjadi dengan bangunan-bangunan tua yang berada dijakarta (kota tua) atau kota-kota lainnya. Karena keberadaan bangunan kuno sering kali berbenturan dengan pengembangan wilayah, terutama dikawasan bisnis, akan tetapi dibalik semua itu keberadaan gedung-gedung tua punya nilai teramat besar sebagai bahan kajian sejarah.

Meski hal ini bisa dibilang sudah terlambat, karena banyak yang terjadi pada bangunan-bangunan kuno yang terlanjur dirobohkan dan diganti dengan bangunan modern bertingkat untuk aktivitas bisnis, terutama yang berada di jln Gajah Mada, Jakarta yaitu gedung Candra Naya yang kini tergolek lemah tak terurus, sebagai fungsi sosial telah tercabut. Tak berdaya dan terpenjara oleh laju perubahan zaman. 1

Unsur bersejarah dibalik kekokohannya, yang ada hanya cerita keangkeran sebuah gedung tua sangat disayangkan bila hal tersebut terjadi, walaupun banyak pelaku arsitektur dan berpengaruh dibidangnya yang memprotes kejadian-kejadian seperti ini, dan ada beranggapan sebuah kota tidak berbudaya, tanpa bangunan tua didalamnya karena sebuah kota yang ideal ada elemen kolektif memorinya tidak bisa berbuat apa-apa.Masyarakat Indonesia terbiasa untuk membuat sesuatu yang baru, dan melupakan yang lama. Padahal seharusnya, kita belajar untuk memelihara tradisi. Yang dimaksud dengan tradisi adalah tidak memulai segala sesuatu dari nol, melainkan mengadaptasi, melanjutkan, dan memperbaiki apa yang sudah ada, proses pemeliharaan (konservasi) bangunan-bangunan tua bersejarah, tidak sama dengan sekadar menjaga

1

(2)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 27

barang antik. Makna dan peranannya lebih dari itu. Konservasi turut menentukan masa depan sebuah bangsa.

3.2 Arsitektur Konservasi

Konservasi, adalah upaya untuk mengkonservasi bangunan, mengefisienkan penggunaan dan mengatur arah perkembangan di masa mendatang. Bahkan dalam dalam Piagam Burra pengertian konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan dapat pula mencakup: preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi (Marquis-Kyle & Walker, 1996).

3.2.1 Pengertian Arsitektur Konservasi

Pengertian konservasi adalah pengelolaan manusia atas pemanfaatan organisme atau ekosistem sedemikian agar pemanfaatan atau pemakaian yang bersangkutan berkelanjutan. Sejatinya konservasi bukan hanya merupakan upaya pemeliharaan semata-mata, namun harus mengakomodasikan dan menyertakan kehidupan baru yang sesuai bagi kebutuhan masyarakat dalam bentuk penyertaan potensi masyarakat dan fungsi aktivitas baru. Dengan kata lain konservasi atau pemugaran bukanlah anti pembangunan (perubahan).

3.2.2 Kriteria Bangunan Konservasi

Dari pemahaman yang bervariasi tentang bangunan

Bersejarah / heritage itu, berikut beberapa teori yang mendukung untuk lebih memahami. Menurut catanese, kriteria pemilihan obyek kawasan bersejarah tersebut adalah:

• Kriteria estetika atau keindahan , yaitu berkaitan dengan keindahan nilai arsitektural dari beberapa masa.

• Kriteria kekhasan, yaitu bangunan-bangunan yang merupakan wakil dari kelas atau type bangunan tertentu

(3)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 28

• Kriteria kekhasan, yaitu kriteria yang merupakan bangunan terakhir yang tinggal atau merupakan peninggalan terakhir dari gaya yang mewakili zamannya.

• Kriteria keluarbiasaan , yaitu kriteria yang dilihat berdasarkan bangunan yang paling menonjol, besar, tinggi, dan sebagainya.

• Kriteria peran sejarah, yaitu kriteria berdasarkan peran dimana sebuah bangunan atupun lingkungan mempunyai peran dalam peristiwa-peristiwa sejarah sebagai ikatan simbolis antara peristiwa-peristiwa yang lalu dengan peristiwa yang ada sekarang 2

3.2.3 Penggolongan Level Konservasi Bangunan

Acuan dalam menetukkan intensitas pelestarian berdasarkan jenis bangunan, 3

Level Konservasi Kategori bangunan

Konservasi

Perilaku yang dapat diterapkan

I

(pelestarian Kuat)

Bangunan Inti / core Tidak diperbolehkan untuk diubah

II

(Pelestarian Sedang)

Bangunan periferi Dimungkinkan untuk diubah dengan segala perubahan kecil

III

(Pelestarian lemah)

Bangunan pelengkap Dimungkinkan untuk diubah dengan skala perubahan sedang Iv

(Boleh dibongkar)

Bangunan Budidaya Dimungkinkan unutk diubah dengan segala perubahan besar

2

Insertion menambah tanpa merobohkan, mila ardiana

3

(4)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 29

3.2.4 Metode Desain Arsitektur Konservasi

Secara garis besar, metode desain Arsitektur Konservasi sama dengan Arsitektur Kontekstual berdasarkan lingkup pembahasan, skala bangunan.

a. Adaptasi Fungsi atau Alterasi (Adaptive Re-Use or Alteration) Pada pendekatan alterasi, perancang berusaha mengadaptasi fasade atau tampak bangunan pada fungsinya yang baru, melalui perubahan-perubahan pada fasade atau tampak bangunan. Tetapi bentuk dasar bangunan tidak dirubah, sehingga kesan bangunan dahulu tetap terasa, sedangkan penerapan adaptasi fungsi, merupakan usaha untuk menyesuaikan kondisi bangunan mempertahankan bangunan lama. b. Penyisipan (Infill)

Suatu usaha penyisipan bangunan baru pada lahan kosong dalam suatu lingkungan dengan karakteristik kuat dan teratur

c. Insertion

Adalah upaya menghadirkan sebuah nagunan baru dengan cara menyidsipkan kedalam satu kompleks pada area bangunan existing. 4

3.2.5 Pendekatan Desain Arsitektur Konservasi

Pendekatan desain menggunakan parameter elemen-elemen visual bangunan sekitar. 5

Proforsi fasade Komposisi masa

bangunan

Lain-lain

Proporsi bukaan Tinggi bangunan Bahan bangunan Garis sempadan

bangunan

warna Bentuk massa

Langgam arsitektural

dan penataan

Landscape

Dipertajam lagi kedalam dengan 4 pendekatan desain, yaitu (lepas dari berbagai macam style dalam arsitektur):

4

Insertion menambah tanpa merobohkan, mila ardiana

5

(5)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 30

1. Matching

Dalam pendekatan matching, bangunan baru dirancang dengan gaya arsitektur sama seperti bangunan aslinya, yaitu dengan menggunakkan material-material dan detail-detail yang mirip

2. Contrasting

Metode ini mengansumsikkan bahwa bangunan sekitartapak memiliki beragam langgam arsitektural dari berbagai periode waktu pembangunan yang berbeda sehingga bangunan baru dan lama seharusnya terpisah langgam. Pendekatan kontras ini menngunakkan material dan tampilan modern serta sederhana, namun bangunannya jauh berbeda dengan bangunan eksisteimgnya

3. Compatible Laras

Perancangan ini paling banyak digunakan dari ketiga pendekatan desain tersebut. Pada perancangan ini, elemen-elemen visual bangunan baru dibuat mirip, namun detailnya lebih sederhana dari bangunan aslinya 4. Compatible Kontras

Pada perancangan ini, gubahan massa disesuaikan dengan bangunan lama, namun komposisi hubungannya dibuat kontras, terutama pada pemilihan penggunaan fasad dan bentuk bangunan.

3.3 Teori-Teori Pendukung Tema

3.3.1 Contextual Architecture, oleh Keith Ray Salah satu pendekatan kontekstual, yang meliputi :

• Alteration, yaitu adaptasi tampak bangunan lama dengan fungsi baru, tanpa melakukan perubahan

• Infill, dapat diterapkan pada lahan dengan karakter tertentu dan teratur sehingga penyelesaian rancangannya bersifat detail. 6

6

(6)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 31

3.3.2 Architecture in Context, oleh Brent C Brolin

Contextual Architecture bekaitan dengan gaya, kesulitan yang akan

timbul dalam menetukan hubungan bangunan eksisting dengan bangunan baru, dengan waktu dan gaya yang berbeda.

Upaya simpatik untuk dapat mempertautkan bangunan lama dengan bangunan baru ditempuh dengan cara :

• Mengenali motif-motif desain setempat

• Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama dan kemudian diatur kembali sehingga terlihat memiliki bentuk yang berbeda • Mengabstrasikan bentuk-bentuk aslinya

• Mencari bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual yang mendekati sama. 7

3.3.3 Context and Contrast, oleh R. Heydman & A.Jaszweski

Designing in context, merupakan desain yang memiliki kaitan-kaitan

visual dengan lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan efek visual yang menyeluruh dan menyatu. Bangunan baru selayaknya memperkuat dan meningkatkan karakter lingkungan pola-pola setempat.

3.3.4 Urban Renewal Eric Owen Moss

Arsitektur harus ikut dalam pembaharuan suatu kawasan. Adanya pandangan baru dimana arsitektur yang baik layak untuk dijadikan bahan pertimbangan, adpun ciri dari desain Eric Owen Moss dalam mendesain atau mernovasi suatu bangunan, antara lain :

• Conflick the Object

Konflik dalam desain bangunannya antara object satu dengan pre / post object, bangunan eksisting, sejarah menbanguna suau motion shingga ruang didalamnya juga memiliki motion(membangun motion dalam arsitektur)

• Dialog with their Context

7

(7)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 32

Desain bangunan moss tidak hanya sebuah bangunan yang mperhatikkan lingkungan saja melainkan bangunan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar

• Unique Desain

Bangunannya tidak monochromatic dengan bangunan lainnya • Excitement and Touch of Mistery

Desain bangunan Moss memberikan kegembiraan dan seperti menambahkan suatu stimulus dan impils pada lingkungan dan masyarakat sekitar

• Equilibriummeskipun ingin memberikan conflict antara object yang ada dengan pre / post object, Moss menginginkan adanya keseimbangan antara keduanya, memori dari masa lalu pada bangunan lama dengan creative Impulse dari hasil rancangan barunya. 8

3.3.5 Pendalaman Teori

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan beberapa langkah untuk melakukan insertion baik di area yang bangunan eksitingnya merupakan bangunan heritage atau bukan yakni :

• melihat kondisi kompleks area bangunan eksisting berada dan lingkungan area urban sekitar

• mempelajari kondisi existing, utilitas, struktur dll

• meneliti bangunan eksisting merupakan heritage atau bukan ketentuan pemerintah kota setempat

• Membuat konsep dan kriteria perancangan • Memilih pendekatan desain yang sesuai • Memilih formula

• Melakukan komposisi/ proporsi desain untuk bentukan dan tampak bangunan.

8

(8)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 33

• Crosscheck dengan masyarakat sekitar, apakah mereka dapat menerima atau tidak terhadap bangunan baru yang igin dihadirkan • Membuat sintesa berupa konklusi desain. 9

3.4 Studi Banding Tema • Queens Museum

Architect : Eric owen moss Location : New York

Type Building : Queens Museum Context : Kontekstual Urban Style : Modern

Gambar 3.1. Peta Queen Museum & Bangunan Queen Museum

pada gambar site bangunan Queen Museum yang dilingkar merah letaknya tepat berada dipusat kota, bangunan ini sebagai landmark kota New York, bangunan ini bisa dibilang modern dilihat dari bentuk bangunan dan material yang dipakai, unsur kaku dipadu dengan unsur kaca untuk menetralkan bangunan yang terlihat berat dan kaku, bangunan existing

9

(9)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 34

Gambar 3.2. Sketsa Konsep Bangunan Queen Museum

yang sangat kaku dan berbeda sangat berbeda dengan desain baru eric Owen Moss yang mempunyai ciri bangunan sangat absrak, tema yang di buat oleh eric moss pada bangunan baru sangat kontras dengan bangunan yang lama, elemen baru yang dirubah berupa atap posisi bangunan baru tepat ditengah bangunan sebagai pintu masuk

(10)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 35

relasi terhadap bangunan lama dengan baru adalah bangunan baru membedah bangunan lama, elemen yang dipertahankan pada bangunan lama konstruksi struktur tetap dipertahankan, struktur yang dipakai adalah struktur rangka bila kita lihat gambar yang ada.

• Louvre Museum

Type Building : Louvre Museum Location : France

Context : Effective Contrast

Gambar 3.4. bangunan Museum Louvre & Potongan

Pendekatan desain secara kontras agar memberikan focus antara bangunan lama dengan yang baru dan memperkaya dramatisasi suatu kota. Bangunan ini terlihat seperti hormat akan bangunan lama karena secara fisik bangunan lama tidak tersentuh sama sekali, dilhat dari potongan yang ada juga konsep yang dituangkan sangat sederhana

(11)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 36

namun unik untuk pembuatan suatu bagunan baru karena pembangunanya kebawah

Gambar 3.5. Bangunan Louvre & Lobby

Gambar 3.6. Tangga untuk akses keluar & masuk Museum Louvre

Dengan menggunakan material kaca diseluh bangunan ini seakan secara tidak langsung sang arsitek memberitahukan bahwa ada bangunan lama yang berdiri sebelum bangunan baru, kita lihat dari dalam bangunan masih dapat melihat keluar dengan jelas

(12)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 37

3.5 Sejarah bangunan Candranaya

Bangunan-bangunan cagar budaya tidak hanya memperindah kota, tetapi juga menjadi saksi perjalanan bangsa. Mengutip pernyataan Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris, we shape our buildings and afterwards they shape us.

Gambar 3.7. Bangunan Candranaya

Bangunan mirip kelenteng yang didominasi warna merah itu merupakan bekas kediaman seorang pria berkebangsaan China, Mayor Khouw Kim An. Khouw adalah mayor terakhir masyarakat China di Batavia. Konon, rumah Mayor Khouw memiliki 100 kamar tidur. Rumah itu didiami 14 istri dan 234 anak Khouw. Dia meninggal saat mendekam di penjara pada 1942, saat masa pendudukan Jepang. Pada masa kolonial Belanda, Khouw pernah menunjuk seorang kapiten (kapten) untuk memimpin setiap kelompok etnis.

Setelah sang mayor meninggal, pada 1946, bangunan itu berganti pemilik dan dijadikan salah satu pusat kegiatan sosial dan pendidikan masyarakat China. Nama gedung itu Sin Min Hui, yang dalam bahasa Indonesia berarti “terang hati”. Gedung yang telah berusia ratusan tahun itu juga menjadi balai pengobatan. Pada 1957, ketika nama-nama berbau asing diindonesiakan, nama Sin Min Hui diganti menjadi Candranaya.

Awalnya Candranaya terdiri dari empat buah bangunan. Tetapi kini tinggal satu bangunan utama yang dipertahankan, sedangkan tiga bangunan lainnya tergusur. Ketiga bangunan itu berlokasi di Jalan Gajah Mada 174 (sekarang SMU 2) dan Jalan Gajah Mada 168 (pernah dijadikan lokasi Kedutaan Besar China). Pada 1992, di gedung utama. 10

10

(13)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 38

3.6 Analisa Gedung Candranaya

Gedung Candranaya ini terletak diJalan Gajah Mada No.188. Bangunan ini berdiri pada tahun 1807 -1867, bangunan ini mempunyai ciri perpaduan antara cina dan belanda, bagunan komplek ini mempunyai dua bangunan utama yang masih ada sekarang ini, bangunan sayap kiri sayap kanan yang sekarang sudah tidak ada, dihancurkan untuk alasan konstruksi (keluar masuk kendaraan) bangunan ini mempunyai bangunan penunjang yang terdiri dari 2 lantai, yang terletak dibelakang massa bangunan yang ada, bangunan ini dibuat sebagai rumah tinggal para selir dan mempunyai kolam teratai fungsinya untuk ruang rekreasi. Bangunan ini banyak mempunyai inercourt untuk sirkulasi udara dan taman sebagai pembatas antar ruang, bangunan ini seperti bangunan lain pada jamannya dilihat dari bentuk bangunan yang tinggi, teras depan yang besar yang merupakan ruang transisi antara halaman dan ruang utama, bangunan ini dulunya mempunyai warna merah namun sudah diganti warna cream, bangunan ini banyak menggunakan kayu untuk kolom yang berada diteras, kuda-kuda dan ukiran, relief-relief yang menempel disetiap ruang. Setiap asesoris (lambang) yang ada mengandung arti bagi pemilik rumah pada jamannya.

Tabel suasana dan asesoris yang berhasil didapat yang ada di bangunan Candranaya

Suasana ruang

Bidang pembatas antara ruang depan dan ruang tengah pada bangunan utama pada, bidang pembatas ini menggunakan material kayu

(14)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 39

Bidang pembatas pada selasar yang menghubungkan bangunan utama dan bangunan samping kanan , bidang ini menggunakan kayu dan besi

Teras depan yang merupakan ruang transisi antara halaman dan ruang utama, bukaan yang lebar dan tinggi, kolom dan konsol yang terukir dan terbuat dari kayu

Kuda – kuda Utama

Elemen ini terdapat pada balok dibawah kuda-kuda (skylight) dan teras depan, elemen ini melambangkan pemilik rumah adalah cendikiawan dan kaya raya

Buku Gulungan Lukisan

(15)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 40

Makhluk surgawi, hiasan naga ini terdapat pada kuda-kuda(menghadap ke utara & selatan ), panel-panel diatas

pintu ruang-ruang

sembahyang. Hiasan naga pada kuda-kuda berupa ukiran tiga dimensi yang bermotif abstrak yang disebut dengan liong. Sedangkan pada panel-panel pintu berupa ukiran dua dimensi dengan bentuk naga sebenarnya yang dicat dengan warna emas

Ornamen pintu

Jamur linchi, hiasan ini terdapatb pada penutup pintu masuk utama (menjadi bagian pada ornamen pa kua dan menghiasi anggota tambahan dibagian atas kuda-kuda. Selaion itu terdapat pula pada panel-panel pintu. Jamuri ini melambangkan umur yang panjang

(16)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 41

3.7 Permasalahan

Di Indonesia wacana konservasi masih terbatas pada usaha pelestarian dan pemugaran bangunan ataupun lingkungan bersejarah, meskipun sebenarnya isu manajemen lingkungan dan pembangunan kota juga sangat kental. Pelestarian nilai bangunan bersejarah kini telah diyakini sebagai suatu tuntutan bagi kota-kota besar berbudaya. Sebagai langkah penyelamatan Pemda DKI Jakarta telah mengeluarkan kebijaksanaan tentang pemanfaatan bangunan tersebut dengan program pemugaran (Perda No. 9/1999). Usaha ini patut mendapat pujian. Namun sebuah kenyataan bahwa kegiatan konservasi bangunan dan lingkungan bersejarah di Indonesia masih menghadapi kendala. 11

3.7.1 Permasalahan arsitektur

Pendekatan arsitektur ada 4 yang wajib diperhitungkan oleh para arsitektur bila ingin memugar bangunan heritage yaitu :

• Pendekatan komersial bangunan baru pada bangunan tua untuk semangat dan nuansa baru dalam menentukan tujuan bersama • Mencari keselarasan (benang merah / tanpa benang merah) antara

bangunan lama dan bangunan baru agar bisa dibilang berhasil dalam mengawinkan dua jaman yang berbeda

• Menciptakan suasana yang sesuai dengan jaman sebelum kita yang bisa dirasakan masyarakat kebanyakan

• Menciptakan organisasi ruang yang saling terkait antara ruang yang satu dengan yang lain.

3.7.2 Permasalahan non Arsitektural

Pendekatan non arsitektur ada 4 yang wajib diperhitungkan oleh para arsitektur bila ingin memugar bangunan heritage yaitu :

11

(17)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 42

• Hanya sebagian kelompok masyarakat yang bisa memahami gagasan konservasi yang sementara ini memang masih elitis, terutama sekali mereka yang pernah mengenyam pendidikan barat. • Adanya kecenderungan dari pihak institusi terkait untuk melihat

tapak dan bangunan (topos) sebagai suatu barang komoditas. • Kondisi bangunan dan lingkungan / sekian % yang relatif mudah

rusak mengingat faktor iklim dan kondisi geografis lingkungan. 12

3.8 Peraturan Pelaksanaan Pelestarian

Pelaksanaan pelestarian terdapat pada BAB IV pasal 15 yang berbunyi : 1. Pelaksanaan pelestarian mencakup kegiatan penataan

terhadap kawasan , lingkungan dan bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah

2. Pengendalian lingkungan dan bangunan cagar budaya harus sesuai dengan rencana kota, dan sebaliknya rencana kota harus menunjang pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya 3. pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya harus

memperhatikan prinsip-prinsip

4. pemugaran yang meliputi keaslian bentuk, bahan, penyajian dan tata letak dengan memperhatikkan nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Pada pasal 16 berbunyi :

Pelestarian lingkungan cagar budaya Golongan 1 harus mengikuti petunjuk sebagai berikut :

a. Lingkungan dan bangunan tidak boleh dirubah dari aslinya

b. Apabila kondisi fisik lingkungan uruk dan rusak dapat dilakukan perbaikan atau pembangunan kembali sama sepeti semula sesuai dengan aslinya dengan menggunakan bahan/komponen yang sama/sejenis atau memiliki karakter yang sama.

12

(18)

Andri wahyudi

Nim : 41205110012 ”ARSITEKTUR KONSERVASI” 43

Pada pasal 17 berbunyi :

Plestarian lingkungan cagar budaya golongan 2 dilaksanakkan denagn ketentuan sebagai berikut :

a. Penataan lingkungan dilakukan dengan tetap mempertahankan keaslian unsur-unsurlingkungan serta arsitektur bangunannya yang menjadi cri kawasan

b. Apabila kondisi fisik mengalami kerusakkan dan atau kemusnahan maka dimungkinkandilakukan pembangunan baru

c. Dimungkinkan dilakukannya adaptasi terhadap fungsi-fungsi baru sesuai rencana kota tanpa mengurangiketentuan pada pada huruf (a) pada pasal ini

d. Pelestarian bangunan cagar budaya yang berada dilingkungan ini harus mengikuti ketentuan pemugaran bangunan cagar budaya dengan golonagan yang lebih tinggi dan atau terbanyak jumlahnya

Pada pasal 18 berbunyi :

Pelestarian lingkunagn cagar budaya golongan 3 dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Penataan lingkungan dapat dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana kota dengan tidak mengurangi unsur keaslian terutama yang menjadi ciri khas kawasan

b. Dimungkinkan adanya pembangunan baru sesuai ketentuan pada huruf (a) pada pasal ini

c. Pemugaran bangunan cagar budaya di lingkungan ini harus mengikuti ketentuan pemugaran bangunan cagar budaya sesuai golongannya 13

13

Gambar

Gambar 3.1. Peta Queen Museum & Bangunan Queen Museum
Gambar 3.3. Konsep Bangunan Queen Museum
Gambar 3.4. bangunan Museum Louvre & Potongan
Gambar 3.5. Bangunan Louvre & Lobby
+3

Referensi

Dokumen terkait

Selain bermanfaat untuk sirkulasi udara dalam ruang, alat ini juga bermanfaat bagi kesehatan penghuni, hal ini disebabkan asap dapur yang panas, bau, kotor dan pengap

Kajian dari kedua fungsi bangunan komersil ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk ruang sirkulasi, zona fungsi ruang, pola desain sirkulasi ruang dan beberapa

Sirkulasi yang digunakan pada Taman Rekreasi PRPP adalah sirkulasi Menembus Ruang dan sirkulasi Melewati Ruang untuk kenyamanan visual dan gerak pengunjung

Ruang terbuka publik dalam bentuk taman diharapkan mampu menjadi taman yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat menjadi ruang untuk berinteraksi dan inklusi sosial,

Kajian dari kedua fungsi bangunan komersil ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk ruang sirkulasi, zona fungsi ruang, pola desain sirkulasi ruang dan beberapa

Berdasarkan dari fungsi pada bangunan dan juga kegiatan pengguna bangunan dalam Taman Kuliner dan Ruang Publik maka analisis kebutuhannya memiliki ruang yang

Kajian dari kedua fungsi bangunan komersil ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk ruang sirkulasi, zona fungsi ruang, pola desain sirkulasi ruang dan beberapa

Fasad bangunan akan memiliki bukaan pada ruang interaksi yang merupakan tempat untuk mengasah Pembelajaran dan Daya Ingat untuk lebih aktif dalam menerima informasi