• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara (dalam ribuan ekor) Sumber: Burung Berkicau (2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara (dalam ribuan ekor) Sumber: Burung Berkicau (2010)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini burung telah menjadi hewan kesayangan baik di desa-desa maupun di kota-kota. Keberadaan burung sebagai hewan piaraan juga membuka banyak peluang usaha seperti, usaha rumahan penangkar burung, penyedia pakan, pembudidayaan hewan pakan semisal jangkrik, ulat, pembuatan sangkar, dan juga peluang usaha jasa pengiriman hewan piaraan. Jika dahulu, mula-mula para penghobi burung hanya mengandalkan burung tangkapan dari alam liar, kini hampir semua jenis burung berhasil dibudidayakan, ditangkarkan, bahkan di kota-kota besar.

Salah satu burung yang memiliki banyak penggemar di seluruh dunia adalah burung kenari. Burung kenari memiliki daya tarik tersendiri baik dari warna maupun suaranya. Usaha penangkaran kenari memang menjadi bisnis yang menjanjikan bila ditekuni dengan kesungguhan yang tinggi. Salah satu yang mendukung usaha penangkaran kenari adalah cara ternak kenari yang relatif mudah khususnya pada burung kenari lokal. Di Indonesia sendiri burung kenari mempunyai urutan tertinggi sebagai jenis burung berkicau yang paling banyak dipelihara masyarakat, seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.1 berdasarkan survei yang diadakan Burung Berkicau (2010):

Gambar 1.1

Perkiraan Jumlah Burung yang dipelihara (dalam ribuan ekor)

Sumber: Burung Berkicau (2010)

0 100 200 300 400 500

(2)

Masyud (2013: 2) menyatakan bahwa:

Survei yang dilakukan di enam kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, dan Denpasar menyatakan bahwa dari 1.417 responden yang memelihara 10 jenis burung berkicau, 424 responden diantaranya memilih burung kenari sebagai burung peliharaannya. Pada urutan kedua terdapat burung cendet sebanyak 171 responden dan menempati urutan terbawah burung parkit dengan 51 responden. Permintaan burung kenari yang tinggi, berbanding lurus dengan peluang bisnis di masyarakat. Peluang bisnis penangkaran burung kenari semakin terbuka lebar. Dengan arti lain, burung kenari kini bukan hanya dicari untuk dipelihara saja, tetapi juga dapat menjadi komoditas untuk menunjang penghasilan dan ekonomi masyarakat.

Di Bandung, usaha penangkaran burung kenari ini semakin berkembang. Dimana perkembangannya tidak kalah dengan kota-kota besar lainnya seperti Malang, Solo, dan Yogyakarta. Jika diperhatikan di beberapa tempat tinggal di Kota Bandung saat ini banyak pengusaha bisnis rumahan yang menangkarkan burung kenari (www.duniaternak.com). Menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang tepat, paling tidak dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri tidak perlu bergantung kepada orang lain, dan apabila usahanya semakin maju, mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain. Usaha penangkaran burung kenari ini merupakan usaha yang menggiurkan, terlebih lagi cara beternak kenari yang relatif mudah. Burung kenari terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kenari seri F, kenari merah dan burung kenari lokal biasa. Perbedaannya terletak pada postur, warna, dan suara burung kenari tersebut. Berikut Tabel 1.1 menyajikan kisaran harga burung kenari di Kota Bandung:

Tabel 1.1

Harga Burung Kenari di Bandung (dalam rupiah) Jenis Burung Harga

Kenari seri F 1.500.000 - 5.000.000 Kenari merah 500.000 - 3.000.000 Kenari lokal biasa 100.000 - 300.000 Sumber: Pra penelitian

Berkembang tidaknya usaha penangkaran burung kenari tergantung dari para pelaku usahanya. Perilaku kewirausahaan pada penangkar burung kenari menjadi faktor yang menentukan dalam perkembangan bisnisnya. Sejalan dengan Geoffrey G.Meredith (2000:19) yang mengatakan bahwa : “Prestasi total sebuah usaha terutama ditentukan oleh perilaku dari sang wirausahawan”. Berkaitan

(3)

dengan perilaku kewirausahaan sebagaimana dikemukakan oleh Suryana (2006:30-37) bahwa secara umum seorang wirausaha memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Memiliki motif berprestasi tinggi, (2) Perspektif ke depan, (3) Kreativitas tinggi, (4) Sifat inovasi tinggi, (5) Komitmen terhadap pekerjaan, (6) Tanggung jawab, (7) Kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain, (8) Keberanian menghadapi resiko, (9) Selalu mencari peluang, (10) Jiwa kepemimpinan (11) Kemampuan manajerial, dan (12) Kemampuan personal.

“Saat ini penangkar burung kenari di Kota Bandung jumlahnya banyak kurang lebih terdapat 200 penangkar burung kenari, namun hanya sedikit saja yang bisa dikatakan skala usahanya sudah besar dan eksistensinya bertahan hingga saat ini” (Mumuh Muchlasin: 2014). Diantara pengusaha burung kenari yang berhasil mengembangkan usahanya yaitu Rumah Kenari yang beralamat di Komplek Citra Asri Permai E3, Cimahi. Dalam sebulan Rumah Kenari bisa menghasilkan 60-80 anakan burung kenari merah dengan harga mulai dari Rp.750.000 sampai Rp.3.000.000. Omzet rata-rata perbulannya adalah Rp.60.000.000 (www.bandung.bisnis.com). Kemudian Fafa Bird Firm yang merupakan penangkaran burung kenari seri F yaitu merupakan anakan burung kenari yang dihasilkan dari burung kenari lokal yang dikawinkan dengan burung kenari import (yorkshire). Beralamat di Jl. Terusan Jembatan Opat No.6 Komp. PJKA Kiaracondong pengeluarannya dalam sebulan untuk pakan serta perawatan Rp.500.000. Harga burung kenari berkisar antara Rp.1.000.000 - Rp.6.000.000. Omzet rata-rata perbulannya adalah Rp.45.000.000 (Hasil Wawancara dan dalam Tabloid BnR, edisi 55, 1 Februari 2010).

Namun kebanyakan penangkar burung kenari masih memiliki perilaku kewirausahaan yang rendah. Salah satunya para penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler yang meliputi 5 (lima) Kelurahan yaitu, Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo, dan Suka Asih. Di Kelurahan Suka Asih, terdapat pasar burung Sukahaji yang merupakan satu-satunya pasar burung di Kota Bandung. Penangkar burung kenari tersebut hanya menghasilkan anakan burung kenari lokal biasa, mereka juga tidak berani untuk membeli burung indukan kenari import, ini disebabkan karena harganya yang lebih mahal, dan

(4)

juga perawatannya harus lebih teliti, resiko kematian atau kegagalan mengawinkan burung juga lebih besar. Padahal burung kenari seri F ini harganya bisa mencapai Rp.1.000.000 hingga Rp. 6.000.000 tentu hasil penjualan yang didapat akan lebih besar. Masalah lainnya adalah para penangkar tidak memiliki pandangan ke depan untuk menambah jumlah indukan burung kenari. Para penangkar burung kenari di kecamatan tersebut juga tidak memanfaatkan peluang untuk memasarkan burung kenarinya di sosial media dan juga tidak memiliki catatan penjualan, ditambah lagi pada saat ini usaha para penangkar burung kenari lokal biasa di Kecamatan Bojongloa Kaler juga tidak seramai seperti beberapa bulan sebelumnya hal ini dikarenakan mulai menjamurnya para pesaing baru yang mencoba untuk menangkarkan burung kenari, sehingga mengakibatkan membludaknya jumlah para penangkar burung kenari yang berdampak pada menurunnya harga jual burung kenari khususnya pada burung kenari jenis lokal biasa. Ini disebabkan karena burung yang ditawarkan banyak, sehingga berdampak pada harga burung kenari serta pendapatan mereka yang menurun pula sehingga apabila perilaku kewirausahaannya tidak ditingkatkan, maka akan menyebabkan para penangkar ini mengalami kebangkrutan dalam usahanya.

Dari paparan diatas, permasalahan utama yang terjadi pada para penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler adalah perilaku kewirausahaan yang masih rendah, padahal perilaku kewirausahaan merupakan faktor yang mendorong berkembangnya usaha penangkaran burung kenari. Jika usaha penangkaran berkembang maka akan meningkatkan pendapatan yang berdampak pada meningkatnya pula kesejahteraan hidup para penangkar burung kenari, terlebih lagi jika dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi penangguran.

Oleh karena itu penulis bermaksud untuk meneliti tentang perilaku kewirausahaan penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota

Bandung, dengan judul: “STUDI DESKRIPTIF PERILAKU

KEWIRAUSAHAAN PADA USAHA PENANGKAR BURUNG KENARI DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER KOTA BANDUNG”.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari jenis kelamin ?

2. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari usia ?

3. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pendidikan formal terakhir ? 4. Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung

kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pengalaman usaha?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pada pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari usia.

3. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pendidikan formal terakhir.

4. Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan pengusaha penangkar burung kenari di Kecamatan Bojongloa Kaler ditinjau dari pengalaman usaha. 1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang perilaku kewirausahaan.

(6)

1.3.2.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pengusaha, penelitian ini bermanfaat untuk dapat meningkatkan pendapatan para pengusaha penangkar burung kenari dan meningkatkan perilaku kewirausahaan.

b. Bagi Dinas UMKM, menjadi bahan penyuluhan untuk mendorong perilaku kewirausahaan penangkar burung kenari di Kota Bandung agar lebih berkembang.

c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca mengenai perilaku kewirausahaan. Selain itu sebagai

referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang perilaku kewirausahaan.

Referensi

Dokumen terkait

• Mungkin banyak garam kristen telah menjadi tawar. Banyak lilin telah padam. Banyak orang Kristen yang meskipun rajin gereja, tetapi hampir tidak pernah bertindak

Penyusun mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis

Input yang dimaksud adalah secara bertahap Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kualifikasi dosen dan tenaga

The principal aim of this paper is to investigate a recurrence relation and an integral representation of generalized Mittag-Leffler function E γ,q.. α,β (

University Press. London: Cambridge University Press. “Struktur Kata Keadaan Bahasa Sunda”. Jakarta: Pusat Bahasa. “Partikel Pementing Bahasa Sunda”. Jakarta: Pusat

Kepemimpinan kepala sekolah setelah dijadikan salah satu sekolah negeri dijabat oleh beberapa orang yang memiliki dedikasi dan cinta yang besar terhadap pendidikan, serta memiliki

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat harga diri pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berada dalam

petugas kesehatan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memperhatikan berbagai aspek tidak hanya intervensi secara fisik dalam menurunkan nyeri pada pasien