• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:

LAMRIHAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh: LAMRIHAR

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada pelajaran IPS di kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo Lampung Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada pelajaran IPS di kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo Lampung Selatan selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 11

2. Kreativitas ... 16

3. Hasil Belajar ... 28

4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif GI ... 33

(6)

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 53

2. Hasil Penelitian ... 59

a. Siklus I ... 59

b. Siklus II ... 64

c. Siklus III ... 67

3. Deskripsi Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 71

B. Pembahasan Penelitian ... 66

1. Kreativitas Belajar Siswa ... 73

2. Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 77

b. Saran ... 78

(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat tercipta kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Peran guru sangat penting dalam melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Proses interaksi antara guru dengan siswa dalam belajar mengajar bukan saja merupakan proses yang berkelanjutan tapi juga berlangsung dalam rangka tujuan tertentu yang hendak dicapai. Proses itu merupakan tindakan konkrit untuk mencapai tujuan dan juga untuk menilai sejauh mana tujuan itu telah dicapai. Pada kegiatan belajar mengajar tujuan pengajaran dituangkan dalam Tujuan Intruksional Khusus (TIK). Untuk mengetahui TIK yang sudah di capai baik berupa fakta, konsep, prinsip maupun skill maka perlu adanya umpan balik dari siswa.

(8)

Pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang positif dengan sesama ketika mereka belajar dalam tim dalam memecahkan suatu masalah. Sedangkan tipe metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan mendekati pembelajaran kooperatif adalah tipe Group Investigation (GI). Pembelajaran IPS selama ini timbul masalah-masalah yang

perlu dicari solusinya. Umumnya masalah yang timbul adalah siswa kurang memahami materi yang disampaikan. Hal ini dipengaruhi oleh pembelajaran yang berlangsung selama ini yang masih berpusat pada guru (teacher centered) dan kurangnya variasi dalam pembelajaran, sehingga menjadikan siswa kurang aktif dalam mendapatkan pengetahuannya.

Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II) di kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Khususnya mata pelajaran IPS menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa masih tergolong rendah, seperti terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VII.D di SMP Negeri 2 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012/2013.

(9)

3

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 1 dan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa hasil belajar pada pembelajaran IPS Terpadu yang diperoleh siswa kelas VII.D pada ulangan harian I dan II masih rendah. Jumlah siswa kelas VII.D yang memperoleh nilai di atas 65 sebanyak 7 siswa dengan persentase 21,87% dan siklus II siswa yang memperoleh nilai diatas 65 sebanyak 15 dengan presentase 28,12%. SMP Negeri 2 Sidomulyo menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65. Hal ini berarti siswa belum memenuhi ketuntasan kompetensi minimal yang ditetapkan oleh guru yaitu 65% siswa memperoleh nilai 65. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (1995:128) menyatakan bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%, dikuasai maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah”.

Berdasarkan uraian di atas, rendahnya hasil belajar diduga karena guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran dengan model pembelajaran Group Investigation (GI).

(10)

pembelajaran IPS di Kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo, diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik yaitu proses belajar mengajar yang mencakup suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam kelompok-kelompok kecil dimana pada metode pembelajaran ini siswa dalam kelompok mempunyai konsep bahwa mempunyai tanggung jawab bersama-sama, membantu teman sekelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu agar berhasil dan mendorong teman sekelompoknya untuk melakukan usaha yang maksimal (Slavin, 1995).

(11)

5

Penerapan metode ini, menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, konstruktif. Keterpaduan ini dapat terwujud dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan perolehan nilai atau kemampuan anak pada suatu kegiatan belajar mengajar yang konsisten. Pembelajaran kooperatif tipe GI tidak hanya dapat membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif siswa, tetapi pembelajaran ini juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pembelajaran akademis mereka. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini sangat efektif diterapkan sehingga sangat rasional bila metode kooperatif tipe GI digunakan untuk mengatasi kesulitan pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Sidomulyo.

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%)

Siswa yang aktif 10 31,25

Siswa yang belum aktif 22 64,71

Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 10 siswa dari 32 siswa (31,25%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 22 siswa dari 32 siswa (64,72%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat aktivitas siswa masih rendah.

(12)

yang aktif bertanya mengenai materi yang relevan yang diajarkan oleh guru, ngobrol pada saat guru menjelaskan, mengganggu teman, keluar masuk kelas, melamun atau ngantuk pada saat guru menerangkan pelajaran, dan mainan handphone. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 2 Sidomulyo Kelas VII.D masih rendah.

(13)

7

Meski dalam model ini siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk memberikan bimbingan baik secara kelompok maupun individual. Penerapan model pembelajaran GI ini akan menambah variasi model pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktivitas dan kerjasama siswa, model pembelajaran ini dirasakan lebih efektif dari pada model lain sehingga diharapkan mampu untuk mengkomunikasikan gagasan dan menerapkan dalam kehidupan sehari–hari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model pembelajaran Group Investigation (GI) pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dapat di identifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut.

1. Belum tercapainya tujuan intruksional pembelajaran.

2. Guru masih menggunakan model belajar dengan ceramah, proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center).

3. Siswa kurang semangat dan menyia-nyiakan kesempatan belajar. 4. Rendahnya motivasi belajar siswa.

(14)

7. Partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi dalam hal proses belajar di SMP Negeri 2 Sidomulyo sangat luas dan agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model Group Investigation (GI) pada siswa Kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dan lingkup penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa Kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012/2013?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS

(15)

9

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a) Kontribusi positif bagi guru-guru mata pelajaran IPS Terpadu tentang alternatif strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran GI yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

b) Menambah pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif.

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang disampaikan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa lebih baik.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Objek Penelitian

(16)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.D yang diajarkan menggunakan model pembelajaran GI.

3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 2 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

4. Waktu Penelitian

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tijauan Pustaka

1. Pengertian Pembelajaran Group Investigation (GI)

Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa melilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. (Arends, 1997 : 120-121)

Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

(18)

Kedua, tingkat manajemen kelompok (informasi apa saja yang kita perlukan). Ketiga, tingkat penafsiran secara individu (bagaimana kita menafsirkan atau mengartikan simpulan yang didapat).

Tujuan atau misi dari metode Group Investigation ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratik dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tau akademis. Aspek-aspek dari pengembangan diri merupakan hasil perkembangan yang utama dari metode ini (Sutikno, 2003: 27)

2. Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation (GI)

Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:

1) Tahap Pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini:

a. siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan.

b. siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

Misalnya:

(19)

15

yaitu menentukan sebab akibat dari banjir. Selanjutnya, siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar dan berdiskusi berdasarkan topik yang mereka pilih (dibimbing oleh guru).

2. Setelah penyampaian topik bahasan yang akan diinvestigasi:

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang menarik untuk dipilih dan membentuk kelompok berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki,

 Guru membatasi anggota kelompok 4 sampai 5 orang dengan cara mengarahkan siswa dan memberikan suatu motivasi kepada siswa supaya bersedia membentuk kelompok baru dan memilih topik.

2) Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang:

(1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa?

(4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

(20)

3) Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki; 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap

kegiatan kelompok;

3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat (Asthika, 2005: 34).

Misalnya: Siswa menemukan cara-cara mencegah dan mengatasi bencana banjir. Kemudian siswa mencoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumpulan informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki, dan siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki (Asthika, 2005: 34).

4) Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut:

a. anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing;

(21)

17

c. wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

Misalnya: Siswa menemukan bahwa sebab dari bencana banjir yaitu membuang sampah sembarangan di sungai, penebangan liar di hutan, dll., Kemudian siswa membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigas (Asthika, 2005: 34).

5) Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian;

2. kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar;

3. pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.

Misalnya: Siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, kemudian siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, selanjutnya siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

6) Tahap evaluasi (evaluating)

(22)

a. siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya;

b. guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan;

c. penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Misalnya: Siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, siswa menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain,kemudian guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

4. Ciri khas Pembelajaran Group Investigation (GI)

Menurut Asthika, (2005: 32) ciri khas pembelajaran GI sebagai berikut.

1. Menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

2. Para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

3. Keterlibatan siswa secara aktif dimulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

4. Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing, konsultan, dan memberi kritik yang membangun.

Kelebihan model pembelajaran group Investigation (GI) yaitu sebagai berikut: 1. melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.

2. siswa tidak menggantungkan diri pada guru.

3. menambah kepercayaan untuk mampu berfikir mandiri. 4. membantu anak untuk merespon orang lain.

(23)

19

6. dapat meningkatkat aktivitas dan prestasi siswa (Asthika, 2005: 34).

Kelemahan model pembelajaran Group Investigation (GI) adalah sebagai berikut:

1. terkadang terlalu materi yang dibahas terlalu luas sehingga pembelajaran kurang optimal.

2. penilaian kelompok terkadang sering membutakan penilaian individu apabila guru tidak jeli.

3. kesadaran siswa untuk dapat bekerja secara kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama (Asthika, 2005: 34).

4. Pengertian Mengajar

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang pendidik atau guru dalam menyampaikan materi dan membantu anak didiknya mengatasi kesulitan belajar. Mengajar juga dapat diartikan sebagi aktivitas mengarahkan, member kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Guru sebagai pengajar dituntut tidak hanya sebagai pentransfer ilmu pengetahuan tetapi mampu medidik siswa agar mampu meningkatkan usaha belajarnya untuk itu guru harus meningkatkan dan memperbaiki cara mengajarnya agar dapat membimbing, mengarahkan, dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa didalam belajarnya dengan cara memperbaiki metode dan memvariaskan metode mengajar, dengan metode mengajar yang sesuai diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar.

(24)

siswa dalam teknik belajar sendiri dengan usaha pribadi maupun kelompok melalui usaha bersama demi keberhasilan bersama.

5. Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah dalam Wiarsana (2003:5) “belajar adalah suatu proses untuk

memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2004:171) yang menyatakan “pengajaran

yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri atau melakukan aktivitas.”

(25)

21

keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan tenaga pengajar. Menurut (Sadirman, A.M. 2006:99) “tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner dalam Trianto (2009:38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.

Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar. Menurut Winkel dalam Wiyarsana (2003:6) “aktivitas belajar adalah

suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa

(26)

Menurut Paul D. Dieriech dalam Hamalik (2001 : 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi delapan jenis :

1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.

3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket. 5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,

diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Momes (2001:36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran meliputi:

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),

4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

(27)

23

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006:67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Menurut Sardiman, A.M. (2006:100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Ahmad Rohani (2004:6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.

6. Hasil Belajar

(28)

Hasil belajar merupakan bukti dari usaha yanga telah dilakukan seseorang dalam kegiatan belajar. Hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran kooperatif pada eksperimen menggunakan bahasa sehari-hari dapat diketahui dengan mengadakan tes hasil belajar. Pembelajaran IPS dengan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan pembelajaran kooperatif dimana model pembelajaran siswa belajar dalam kelompok kecil yang anggota kelompoknya bersifat heterogen dan saling membantu dalam memahami materi pembelajaran.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah pemebelajaran yang menurut siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompoknya agar mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan utama yaitu:

1. Hasil belajar baik.

2. Perbedaan terhadap individu. 3. Pengembangan keterampilan sosial.

Peserta didik dapat berhasil belajaor diperlukan persyratan tertentu antara lain seperti dikemikakan sebagai berikut:

(29)

25

b. Menimbulkan minat yang tinggi kepada mata pelajaran

c. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya

d. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran disekolah yang menjadi lanjutanya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tidak hanya tertuju untuk mencapai hasil belajar yang baik saja tetapi, pada pembelajaran ini diharapkan setiap siswa dapat bekerja sama dan berkolaborasi antar sesama siswa tanpa memandang status dan latar belakang.

B. Kerangka Pikir

(30)

Pembelajairan tipe Group Investigation (GI) ini, diawalai dengan guru menyajikan pembelajaran secara klasikal untuk garis besar materi pelajaran. Siswa tidak hanya ditunjuk secara individu untuk memperoleh hasil belajar yang baik, tetapi mereka dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Dalam belajar kelompok siswa bekerja secara kolaborasi dengan anggota kelompoknya. Siswa yang lebih pintar meberi bantuan kepada teman-temanya untuk memahamai konsep-konsep yang dipelajari dan setiap angggota kelompok mempunyai tanggung jawwab akan keberhasilan kelompoknya.

Adanya interaksi antara anggota kelompok secara tidak langsung siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dikelompoknya, sehingga dpat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

(31)

27

Gambar.1 Kerangka Pikir Penelitian

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran dengan kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS di kelas VII.D SMP Negeri 1 Sidomulyo Semester Genap Tahun pelajaran 2012/2013,

2. Model pembelajaran dengan kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat

meningkatakan hasil belajar IPS di kelas VII.D SMP Negeri 1 Sidomulyo Semester Genap Tahun pelajaran 2012/2013.

Model Kooperatif Tipe Group Investigation

(GI)

Aktivitas Belajar Meningkat

(32)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS kelas VII.D di SMP Negeri 2 Sidomulyo mulai bulan Januari sampai dengan Februari 2013.

B.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII.D di SMP Negeri 2 Sidomulyo, yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 18 orang perempuan.

C.Faktor Yang Diteliti

Untk memecahkan masalah yang telah dirumuskan diatas, ada beberapa faktor yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu:

1. Aktivitas belajar siswa pada saat proses pebelajaran berlangsung. 2. Hasil belajar IPS siswa dilihat dai tes pada setiap akhir siklus.

D.Rencana Tindakan

(33)

30

terbagi menjadi beberapa siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri dari 4 komponen yang meliputi:

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan adalah langkah yang akan dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Guru menyusun sebuah rencana kegiatan misalnya: a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, b) kapan dan berapa lama dilakukan, c) dimana dilakukan, d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa, e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

2. Tindakan (acting)

Tindakan atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut: a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, c) bagaimanakah situasi proses tindakan, d) apakah siswa melaksanakan dengan bersemangat, e) bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

(34)

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan Gambar 2 di atas maka dapat dijabarkan penjelasan untuk setiap siklusnya, sebagai berikut:

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Siklus III

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Hasil Akhir Perencanaan

(35)

32

a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Tipe GI yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe GI berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VII.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Tipe GI.

g. Mempersiapkan perangkat.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas VII.D dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama.

3. Observasi (observating)

(36)

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

b. Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Tipe GI yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe GI berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VII.D. f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Tipe GI.

(37)

34

2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas VII.D dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

c. Siklus III

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Tipe GI yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran kooperatif Tipe GI berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.

(38)

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Tipe GI.

g. Mempersiapkan perangkat.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas VII.D dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

E.Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri dari:

a. Data siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, terjadi di dalam kelas pada setiap siklus.

b. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan setiap akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

(39)

36

a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

b. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. Nilai diambil dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.

G.Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangandan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain:

Tabel.3 Data untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task) 1. Mendengar atau memperhatikan penjelasan guru.

2. Membaca buku atau menulis materi yang diajarkan.

(40)

3. Bekerja sama dalam kelompok. 4. Mempresentasikan hasil kelompok.

5. Berdiskusi atau bertanya dengan guru atau antar siswa.

Kegiatan yang tidak relevan (Off Task)

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru. 2. Tidak menulis atau tidak mencatat. 3. Mengantuk.

4. Tidak bertanya dengan guru atau antar siswa. 5. Mengobrol.

6. Bermain-main.

Instrument penelitian yang berupa perangkat tes, yang diberikan kepada siswa pada akhir setiap siklus untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Terpadu.

H.Uji Persyaratan Instrumen

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap buti dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu

(41)

38

dengan skor kurang dari 0, 349 maka butir instrument tersebut harus diganti atau disempurnakan. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp –Mt / Si √p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

(42)

Sesuai dengan soal yang diberikan kepada siswa berjumlah 20 item soal dan terdapat 8 buah soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor

2,4,6,9,10,11,17,18 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

(43)

40

Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

(44)

diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Hadari dalam Merlinda (1992 : 190).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan dengan menggunakan rumus:

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

(45)

42

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks

kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto ( 2006 : 208 ) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

(46)

- Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

12,18 0,00 – 0,30 Sukar

(47)

44

tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus :

D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

(48)

Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213).

Tabel 8. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori 1,4,7,9,10,11,12,17,18,20 0,00 – 0,20 Jelek

1. Analisis data aktivitas siswa

Analisis data jumlah aktivitas siswa dilakukan dengan membagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan member tanda ceklis pada lembar observasi yang telah diadakan,

(49)

46

presentase aktivitas siswa. Seorang siswa dikategorikan aktif minimal 61% dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini sesuai dengan criteria Arikunto (1992:17) yaitu:

a. Antara 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik b. Antara61%-80% adalah aktivitas siswa yang baik c. Antara 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup d. Antara 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang e. Antara 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka siswa tersebut sudah termasuk siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase keaktifan siswa dengan rumus:

%� =��� � %

Keterangan:

%A = persentase jumlah siswa yang aktif Na = jumlah siswa yang aktif

N = jumlah siswa keseluruhan 2. Analisis data hasil belajar siswa

(50)

J. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus.

(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VII.D SMP Negeri 2 Sidomulyo dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa pada setiap siklusnya. pada siklus I sebesar 63,61%, siklus II sebesar 76,56% dan siklus III sebesar 90,63%.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada Siswa kelas VII.D SMP Negeri 1 Sidomulyo dapat meningkatkan hasil belajar Siswa.

(52)

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru menerapkan metode belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar Siswa akan meningkat, dengan

meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar Siswa juga meningkat. 2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Jakarta

Daryanto. 1997. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Rineka cipta. Jakarta

http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-diskusi.html

http://nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/

Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 Model Pembelajaran PAIKEM. FKIP Universitas Lampung:Lampung.

Model PAIKEM , Departemen Pendidikan Nasioanal Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com.

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/model-model-pembelajaran Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

(54)

.... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SMP, SMPLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas.

...2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.

Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja RoSMPakarya.

Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES. Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif.

(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.

Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi Aksara.

Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan

Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2007.

Gambar

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Gambar.1 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar.2 proses penelitian tindakan
Tabel.3 Data untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan refleks fonem-fonem proto- Austronesia pada bahasa Jawa dialek Banyumas (BJDB) dan Tengger (BJDT), mendeskripsikan

a) Kemampuan berpikir lancar meliputi kemampuan siswa untuk menuliskan cerita pengalaman pribadi dengan indikator kosakata 1 sampai lebih dari 150 kata. b) Kemampuan

3000 yen, (bila lewat pos) membutuhkan biaya ongkos pengiriman sebesar 380yen. * Dibutuhkan untuk pemegang SIM negara asing yang ditulis dengan bahasa Arab, bahasa

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta segala sesuatunya dalam hidup, sehingga penulis dapat

Gambar 1 Grafik pola konsumsi pakan Ayam Kampung umur 8-12 minggu Berdasarkan hasil analilis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan tidak mempengaruhi

[r]

Untuk mendukung tahapan strategi komunikasi pemasaran yang telah di lakukan, dalam tahapan event and experience Demajors DIY dapat memanfaatkan tahapan