• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eko Widaryanto, Ellis Nihayati dan H. M. Weningsari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eko Widaryanto, Ellis Nihayati dan H. M. Weningsari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP BEBERAPA PERLAKUAN PANJANG HARI

RESPONS OF TWO VARIETIES SNAPDRAGON CUTTING FLOWER (ANTIRRHINUM MAJUS L.) ON SEVERAL DAYLENGTH

Eko Widaryanto, Ellis Nihayati dan H. M. Weningsari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK

Bunga snapdragon dragon merupakan tanaman hari panjang yang membutuhkan tambahan panjang hari untuk mendapatkan kondisi bunga yang prima. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Januari 2006 di lahan produksi UD Mustika Bunga Mas, desa Pandesari, Pujon, Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh panjang hari optimum untuk setiap varietas dan pengaruhnya terhadap kualitas bunga. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan perlakuan panjang hari sebagai petak utama dan perlakuan varietas sebagai anak petak. Petak utama percobaan adalah P1 = 6 jam, P2 = 9 jam, P3 = 12 jam, P4 = 15 jam dan P5 = 18 jam. Sedangkan anak petak percobaan adalah V1 = varietas pink, V2 = varietas putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara panjang hari dan varietas pada parameter pengamatan saat inisiasi bunga, umur panen dan jumlah bunga yang dihasilkan. Saat inisiasi bunga dan umur panen tercepat terjadi pada perlakuan panjang hari 18 jam dan terlama pada perlakuan panjang hari 6 jam. Jumlah bunga tertinggi pada varietas pink dihasilkan perlakuan 12 jam dan jumlah bunga tertinggi varietas putih dihasilkan dengan perlakuan 15 jam panjang hari. Panjang hari optimum varietas pink berada diatas 15 jam dan varietas putih berada pada 9 jam. Panjang hari 9, 12 dan 15 jam menghasilkan kualitas bunga yang lebih baik dan tidak berbeda nyata pada parameter panjang rangkaian dan bobot segar. Kedua varietas berbeda dalam parameter pertumbuhan vegetatif, panjang tangkai panen, panjang rangkaian bunga, bobot segar dan lama pajang.

Kata kunci : Antirrhinum majus L., bunga potong , panjang hari ABSTRACT

Snapdragon cutting flower is a long day plant which need an extra daylenght for a good quality flower. This research had done from July 2005 until January 2006 and conducted at UD. Mustika Bunga Mas, Pandesari, Pujon, Malang. The aim of this research was to know the effect of optimim daylength on each variety and the effect on flower quality. This research use Split Plot Design, with two factors, the main plot are daylenght i.e P1=6hr/day treatment, P2=9 hr/day treatment, P3=12 hr/day treatment, P4=15 hr/day treatment and P5=18 hr/day treatment. The sub plot are varieties i.e V1=pink variety and V2=white variety. There is an interaction between daylength and variety on flower initiation time, harvest and floret per spike. The 18 hr daylength has the sooner flower initiation and harvest, and the latest flower initiation and harvest is happen in 6 hr daylength.The lowest floret per spike in pink variety is produce in 18 hr daylength and the highest is in 12 hr daylength, for white variety, the lowest is produce in 18 hr daylength and the highest is in 15 hr daylength. The optimum daylength for pink is over 15 hr and for white is 9 hr. 9, 12 and 15 hr daylength is able to result a better quality of flower and no different on spike length and fresh weight. Both varieties is different on vegetatif growth, plant length, spike length, fresh weight and vaselife.

(2)

PENDAHULUAN

Snapdragon (Antirrhinum majus L) merupakan salah satu bunga potong

introduksi yang baru dikembangkan di Indonesia. Snapdragon berasal dari

daerah Mediterania yang beriklim subtropis. Sebagai bunga potong, snapdragon

memiliki kelebihan dalam bentuk serta warna bunga yang menarik, selain itu

bunga snapdragon memiliki aroma segar yang dapat bertahan selama beberapa

hari. Snapdragon dapat ditanam sebagai tanaman tahunan maupun semusim,

namun untuk produksi bunga potong Snapdragon diperlakukan sebagai tanaman

semusim dengan hanya mengambil satu rangkaian bunga tiap tangkainya.

Permintaan akan bunga potong tiap tahunnya mengalami fluktuasi.

Pertumbuhan permintaan akan bunga potong untuk konsumsi dalam negeri

diperkirakan antara 15-20% per tahun (Anonymous, 2005), dimana permintaan

bunga akan meningkat pada hari-hari besar dan akan terjadi permintaan yang

tidak seimbang dengan ketersediaan bunga sehingga Snapdragon dijadikan

alternative bunga potong pengganti.

Snapdragon merupakan tanaman hari panjang yang jika diberikan

panjang hari dari 9 jam sampai 18 jam/hari dapat mendorong terjadinya proses

inisiasi bunga dan akan terjadi lebih cepat lagi jika mendekati 24 jam (Halevy,

1985). Jenis respon dasar atas fotoperiode adalah yang diperlihatkan oleh

tumbuhan hari pendek, hari panjang dan hari netral, namun jenis respon ini

sangat beragam yang dipengaruhi antara lain oleh lingkungan dan varietas

(Salisbury dan Ross, 1995). Respon pada varietas antara lain pada varietas pink

dapat dipanen pada 13 mst dan varietas putih pada 11 mst (Hariani, 2003).

Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap Snapdragon, antara lain

tentang pengaruh panjang hari dan suhu terhadap inisiasi dan pembungaan

snapdragon yang dilakukan oleh Maginnes dan Langhans (1961 dalam Dole dan

Wilkins, 1999) dimana semakin lama penyinaran dan semakin tinggi suhu maka

saat inisiasi, muncul kuncup dan panen akan terjadi lebih cepat serta Hedley

(1974 dalam Dole dan Wilkins, 1999), penyinaran selama 16 jam/hari untuk

kultivar pink ice munculnya bunga lebih cepat dibandingkan dengan orchid

(3)

rocket, memiliki lebih sedikit daun dan tinggi vegetatif yang lebih rendah

dibandingkan dengan orchid rocket.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh panjang hari

optimum untuk setiap varietas dan pengaruhnya terhadap kualitas bunga

snapdragon.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Januari 2006 di lahan produksi UD Mustika Bunga Mas, desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Ketinggian tempat ± 1100 m di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata 2000-2500 mm/tahun. Suhu udara rata-rata ± 230C, suhu udara malam hari ± 180C dan suhu udara siang hari ± 250C. Kelembaban udara 75-85%, dengan pH tanah 5,7-6,5. Bahan yang digunakan adalah lampu pijar 100 watt diletakkan ±2 m dari tanah, plastik hitam tebal yang tidak tembus cahaya, bibit tanaman snapdragon F1 varietas pink dan putih berumur ± 1 bulan, pupuk kandang kambing, pupuk NPK (16:16:16), pupuk daun (Vitablom), insektisida Decis dan Lanatte.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan perlakuan panjang hari sebagai petak utama dan perlakuan varietas sebagai anak petak. Petak utama percobaan adalah P1 = 6 jam, P2 = 9 jam, P3 = 12 jam, P4 = 15 jam dan P5 = 18 jam. Sedangkan anak petak percobaan adalah V1 = varietas pink, V2 = varietas putih. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan nondestruktif dan pengamatan destruktif (panen). Pengamatan nondestruktif dilakukan 7 hari setelah penanaman dengan interval 7 hari sekali, dengan parameter pengamatan (1) tinggi tanaman, (2) jumlah daun, (3) diameter batang, (4) luas daun, (5) umur primordial bunga, (6) panjang internode. Pengamatan destruktif dilakukan pada saat tanaman dipanen, dengan parameter (7) umur panen, (8) panjang tangkai panen, (9) panjang rangkaian bunga, (10) jumlah bunga per tangkai, (11) bobot segar tanaman,, (12) lama kesegaran (vase life). Analisis data menggunakan uji F taraf 5%, jika F hitung lebih besar dari F tabel maka dilakukan uji BNT taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara panjang hari dan varietas pada parameter pengamatan saat inisiasi bunga, umur panen dan jumlah bunga yang dihasilkan. Saat inisiasi bunga dan umur panen tercepat terjadi pada

(4)

perlakuan panjang hari 18 jam (untuk varietas pink menurun sebesar 7.83% dan 8.23% dan varietas putih menurun sebesar 13.23% dan 3.89%) dan terlama pada perlakuan panjang hari 6 jam (varietas pink meningkat sebesar 4.71% dan 6.94%, varietas putih meningkat sebesar 0.08% dan 6.39%).

Tabel 1. Rata-rata Saat Inisiasi Bunga Dua Varietas Bunga Snapdragon pada Lima Perlakuan Panjang Hari

Varietas

Saat Inisiasi Bunga (Jsp) P1 (6 jam) P2 (9 jam) P3 (12 jam) P4 (15 jam) P5 (18 jam) V1 (Pink) 151.44 j 148.50 i 144.63 h 138.31 g 133.31 f V2 (Putih) 125.69 e 120.81 d 116.69 c 106.75 b 101.25 a BNT 5 % 1.65

Keterangan: - jsp (jam setelah perlakuan)

Tabel 2. Rata-rata Umur Panen Dua Varietas Bunga Snapdragon pada Lima Perlakuan Panjang Hari Varietas Umur Panen (hst) P1 (6 jam) P2 (9 jam) P3 (12 jam) P4 (15 jam) P5 (18 jam) V1 (Pink) 138.67 i 135.00 h 129.67 g 124.00 e 119.00 b V2 (Putih) 127.67 f 122.67 d 120.00 c 118.33 b 115.33 a BNT 5 % 1.44

Kedua varietas memiliki respon yang sama terhadap pemberian panjang hari yaitu semakin lama panjang hari yang diberikan maka akan semakin cepat munculnya inisiasi bunga dan mempercepat pula umur panen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maginnes dan Langhans (1961 dalam Dole dan Wilkins 1999) menunjukkan bahwa pada snapdragon yang diberikan perlakuan panjang hari 9 dan 18 jam, saat inisiasi bunga terjadi lebih cepat pada perlakuan 18 jam dan akan lebih cepat lagi pada suhu tinggi.

(5)

Dari hubungan yang terbentuk dapat diketahui bahwa saat inisiasi bunga dan umur panen snapdragon varietas putih terjadi lebih cepat dibandingkan saat inisiasi dan umur panen varietas pink. Menurut Hosiyati (2004) varietas putih dari tunas produktif memiliki rata-rata saat inisiasi bunga 10.4 msp (minggu setelah “pinching”) dan dari benih 14.4 mst sedangkan varietas pink dari tunas produktif memiliki saat inisiasi bunga rata-rata 11.45 msp dan dari benih 13.3 mst, ditambahkan oleh Hariani (2003) bahwa varietas putih dapat dipanen pada umur rata-rata 11 mst dan varietas pink dapat dipanen pada umur rata-rata 13 mst.

Disebutkan oleh Poerwanto (2005) bahwa tumbuhan dapat tidak berbunga kecuali pada kondisi yang menginduksi atau tumbuhan mempunyai potensi untuk berbunga tetapi kondisi yang menyebabkan pembungaan terhambat. Saat inisiasi bunga salah satunya dipengaruhi oleh proses fotosintesis. Proses fotosintesis mempengaruhi ketersediaan zat cadangan makanan yang dimiliki oleh tanaman yang kemudian akan digunakan dalam tahap pembungaan. Dapat dikatakan bahwa semakin lama penyinaran yang diberikan maka akan mempercepat dan memperlama terjadinya proses fotosintesis sehingga akan membentuk lebih banyak cadangan makanan yang dimana terdapat florigen didalamnya dan akan memacu proses pembungaan. Semakin lama penyinaran akan semakin cepat pula proses pembungaan terjadi.

Gambar 1. Hubungan antara Lima Perlakuan Panjang Hari dengan Saat Inisiasi Bunga

y = -1.5479x + 161.81 R2 = 0.9535 y = -2.0979x + 139.41 R2 = 0.9404 100.00 110.00 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 6 9 12 15 18

Panjang Hari (Jam )

S a a t In is ia s i B u n g a ( J s p ) Var.Pink (V1) Var.Putih (V2) Linear (Var.Pink (V1)) Linear (Var.Putih (V2))

(6)

Gambar 2. Hubungan antara Lima Perlakuan Panjang Hari dengan Umur Panen

Proses fotosintesis juga mempengaruhi jumlah kuncup bunga yang dihasilkan dimana pada proses fotosintesis yang dapat terjadi secara optimim akan terbentuk cadangan makanan yang tinggi yang akan digunakan dalam pembentukkan kuncup bunga. Semakin tinggi pengakumulasian cadangan makanan maka akan semakin tinggi jumlah bunga yang dapat dihasilkan. Jumlah bunga tertinggi pada varietas pink dihasilkan perlakuan 12 jam dan jumlah bunga tertinggi varietas putih dihasilkan dengan perlakuan 15 jam panjang hari.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Bunga per Tangkai Dua Varietas Bunga Snapdragon pada Lima Perlakuan Panjang Hari

Varietas Perlakuan P1 (6 jam) P2 (9 jam) P3 (12 jam) P4 (15 jam) P5 (18 jam) V1 (Pink) 19.28 ab 20.00 ab 24.11 cd 17.95 ab 17.22 a V2 (Putih) 20.28 abc 21.28 bc 21.67 bc 25.83 d 19.39 ab BNT 5 % 3.90

Penentuan panjang hari optimum tanaman selain dapat ditentukan melalui saat inisiasi bunga, umur panen dan jumlah bunga per tangkai, dapat pula ditentukan melalui

y = -1.6778x + 149.4 R2 = 0.9683 y = -0.9667x + 132.4 R2 = 0.9128 110.00 115.00 120.00 125.00 130.00 135.00 140.00 145.00 6 9 12 15 18

Panjang Hari (Jam)

U m u r P a n e n ( h s t) Var.Pink (V1) Var.Putih (V2) Linear (Var.Pink (V1)) Linear (Var.Putih (V2))

(7)

jumlah tanaman yang berbunga. Adapun hubungan antara panjang hari yang diberikan dengan jumlah tanaman yang berbunga dapat dilihat pada Gambar 3, dimana dapat diketahui bahwa panjang hari optimim untuk varietas putih berada pada 9 jam penyinaran sedangkan panjang hari optimum varietas pink berada diatas 15 jam penyinaran. Respon yang timbul pada pemberian perlakuan fotoperiode sangatlah beragam dan dipengaruhi antara lain oleh lingkungan dan varietas, sedangkan respon yang ditunjukkan tiap spesiaes, kultivar atau varietas terhadap lamanya penyinaran ada kemungkinan berbeda.

Gambar 3. Hubungan antara Lima Perlakuan Panjang Hari dengan Jumlah Tanaman yang Berbunga y = -0.0159x2 + 0.6476x + 17.6 R2 = 0.9832 y = -0.119x2 + 2.6905x + 12.8 R2 = 0.8145 19 21 23 25 27 29 31 6 9 12 15 18

Panjang Hari (Jam)

J u m la h T a n a m a n y a n g B e rb u n g a Var.Pink (V1) Var.Putih(V2) Poly. (Var.Pink (V1)) Poly. (Var.Putih(V2))

(8)

Tabel 4. Rata-rata Panjang Rangkaian dan Bobot Segar Dua Varietas Bunga Snapdragon pada Lima Perlakuan Panjang Hari

Perlakuan Panjang Rangkaian (cm) Bobot Segar Tanaman (g/tan) Panjang Hari P1 (6 jam) P2 (9 jam) P3 (12 jam) P4 (15 jam) P5 (18 jam) 11.04 ab 12.03 b 12.14 b 11.69 b 10.13 a 27.94 b 30.77 bc 33.72 c 29.97 bc 21.29 a BNT 5% 1.26 5.52 Varietas V1 (Pink) V2 (Putih) 11.91 b 10.91 a 30.55 b 26.93 a BNT 5% 0.91 3.48

Panjang hari 9, 12 dan 15 jam menghasilkan kualitas bunga yang lebih baik dan tidak berbeda nyata pada parameter panjang rangkaian dan bobot segar.

Panjang rangkaian bunga yang terbentuk dipengaruhi oleh laju fotosintesis tanaman, karena dari proses fotosintesislah cadangan makanan yang akan digunakan sebagai pembentukan bunga akan didapatkan. Puncak kegiatan fotosintesis terjadi saat terdapat kesesuaian dengan banyaknya sinar dan tingginya temperatur. Saat sinar dan CO2 cukup namun temperatur rendah maka proses fotosintesis akan terhambat. Namun saat CO2 cukup tersedia dan temperatur cukup tinggi (optimal antara 10o sampai 35oC) tetapi sinar yang didapat kurang banyak maka proses fotosintesis tidak akan tergiatkan (Dwidjoseputro, 1990).

Pada tanaman dengan perlakuan 6 jam, proses fotosintesis terjadi lebih singkat dibandingkan dengan perlakuan 9, 12 dan 15 jam panjang hari sehingga cadangan makanan yang terbentuk lebih sedikit dan rangkaian yang terbentuk tidak dapat maksimal karena keterbatasan cadangan makanan yang digunakan. Sedangkan pada tanaman yang diberikan perlakuan 18 jam, karena pembungaan yang terjadi lebih cepat mengakibatkan organ vegetatif yang terbentuk tidak sebanyak pada perlakuan 9, 12 dan 15 jam, karena masuknya tanaman pada pembungaan akan menghentikan proses pertumbuhan vegetatif. Dengan sedikitnya organ vegetatif yang dimiliki mengakibatkan

(9)

sedikitnya cadangan makanan yang tersedia yang dapat digunakan dalam pembentukan panjang rangkaian dan hal ini juga berpengaruh pada bobot segar tanaman.

Tabel 5. Rata-rata Panjang Tangkai Panen dan Lama Pajang Dua Varietas Bunga Snapdragon pada Lima Perlakuan Panjang Hari

Perlakuan Panjang Tangkai Panen (cm) Lama Pajang (hari) Panjang Hari P1 (6 jam) P2 (9 jam) P3 (12 jam) P4 (15 jam) P5 (18 jam) 77.92 81.31 83.90 82.25 78.38 3.36 3.39 3.19 3.36 3.64 BNT 5% tn tn Varietas V1 (Pink) V2 (Putih) 87.23 b 74.27 a 3.78 b 3.00 a BNT 5% 6.22 0.33

Varietas memberikan pengaruh yang nyata pada parameter pertumbuhan vegetatif, panjang tangkai panen, panjang rangkaian bunga, bobot segar dan lama pajang karena secara morfologis kedua varietas snapdragon yang digunakan memang memiliki perbedaan, menurut Hariani (2003) snapdragon varietas pink memiliki tinggi tanaman rata-rata 122.4 cm sedangkan varietas putih 99.7 cm. Panjang rangkaian bunga varietas pink rata-rata 15 cm sedangkan varietas putih 16 cm, dan rata-rata jumlah bunga per tangkai varietas pink 15.4 sedangkan varietas putih 18.

Varietas putih memiliki jumlah bunga per tangkai yang lebih banyak dibanding dengan varietas pink, walaupun panjang rangkaian yang dimiliki oleh varietas putih lebih pendek dari varietas pink. Perbedaan jumlah bunga per tangkai ini dikarenakan pada varietas putih memiliki jarak antar bunga per tangkai yang lebih pendek dibandingkan dengan jarak antar bunga per tangkai yang dimiliki varietas pink.

Dapat dikatakan bahwa kedua varietas memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda sehingga menghasilkan kualitas bunga yang berbeda pula.

(10)

Pada sebagian besar kultivar snapdragon memiliki lama pajang (vaselife) ± 1 minggu setelah panen dalam air suling ataupun air keran (Bose dan Yadav 1989). Adanya perbedaan lama pajang pada kedua varietas dapat disebabkan pada proses penanganan pasca panen, keadaan lingkungan dan daya tahan yang dimiliki varietas. Faktor alam seperti cahaya, temperatur, kandungan air, faktor mekanik dalam pelaksanaan panen, kondisi fisiologi hasil panen, hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap lama pajang bunga (Salunkhe, 1990).

KESIMPULAN

Terjadi interaksi antara panjang hari dan varietas pada parameter pengamatan saat inisiasi bunga, umur panen dan jumlah bunga yang dihasilkan. Saat inisiasi bunga dan umur panen tercepat terjadi pada perlakuan panjang hari 18 jam (untuk varietas pink menurun sebesar 7.83% dan 8.23% dan varietas putih menurun sebesar 13.23% dan 3.89%) dan terlama pada perlakuan panjang hari 6 jam (varietas pink meningkat sebesar 4.71% dan 6.94%, varietas putih meningkat sebesar 0.08% dan 6.39%). Jumlah bunga tertinggi pada varietas pink dihasilkan perlakuan 12 jam dan jumlah bunga tertinggi varietas putih dihasilkan dengan perlakuan 15 jam panjang hari. Panjang hari optimum varietas pink berada diatas 15 jam dan varietas putih berada pada 9 jam. Panjang hari 9, 12 dan 15 jam menghasilkan kualitas bunga yang lebih baik dan tidak berbeda nyata pada parameter panjang rangkaian dan bobot segar. Varietas memberikan pengaruh yang nyata pada parameter pertumbuhan vegetatif, panjang tangkai panen, panjang rangkaian bunga, bobot segar dan lama pajang

DAFTAR PUSTAKA

Adams, S.R., M. Munir, V.M. Valdes, F.A. Langton and S.D. Jackson. 2003. Using Flower Times and Leaf Numbers to Model the Phases of Photoperiod Sensitivity in Antirrhinum majus L. (online).

(http://aob.oupjournals.org/cgi/content/short/mcg194v1 diakses kamis, 2 Desember 2004 pukul 13.40 WIB)

Anonymous. 2005. Aspek Pemasaran Bunga Potong. (online).

(http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/Bunga_Potong/pemasaran.htm diakses senin, 30 Mei 2005 pukul 10.50 WIB)

Ayun, C. 1999. Pengaruh Penambahan Panjang Hari terhadap Inisiasi Bunga pada Dua Varietas African Violet (Saint paulia sp.). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.pp.47

(11)

Bose, T.K.and L.P. Yadav. 1989. Comercial Flowers. Naya Prokash. Calcuta India. p. 659-680

Bradley, D., C. Vincent, R, Carpenter and E. Coen. 1996. Pathways for inflorescence

and floral induction in Antirrhinum. (online).

(http://dev.biologists.org/cgi/content/abstract/122/5/1535 diakses selasa, 21 Desember 2004 pukul 11.12 WIB)

Dole,J.M. and Harold F. Wilkins. 1999. Floriculture:principles and species. Upper Saddle River. New Jersey. p.36-197

Don, W. S. 2004. Snapdragon. Femina no 44/XXXII 28 Oktober-3 November 2004. Jakarta.pp.1

Dwijoseputro. 1990. Pengantar fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. p. 6-23

Gardner. F. P., R. Brent Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. p.389-394

Harlevy, A.H. 1985. Handbook of Flowering, Vol 1. CRC Press,Inc. Boca Rotan. Florida. p. 476-481

Hariani, N.P. 2003. Teknik Budidaya Tanaman Snapdragon. D III Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. p.3-53

Hosiyati, L. 2004. Studi Perbandingan Budidaya Tanaman Snapdragon

(Antirrhinum majus L.) dengan Benih dan Tunas Produktif. D III Pertanian.

Universitas Brawijaya. Malang.pp.82

Lohr. 2001. Antirrhinum majus: Snapdragon. Departement of Horticulture and Landscape Architecture. Washington State University. (online).

(http://classes.hortla.wsu.edu/hort231/list01/snapdragon.html diakses minggu, 31 Oktober 2004 pukul 20.31 WIB)

Poerwanto, R. 2005. Fisiologi Pembungaan Tanaman Hias. Workshop Florikultura ke-12. Bogor.pp. 16

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. ITB. Bandung. p.131-236

Salunkhe, D.K., N.R. Bhaat and B.B. Desai. 1990. Postharvest Biotechnology of Flower and Ornamental Plants. Naya Prokash. Calcuta India. p. 202-216

Shang, H. and J.D. Lea-Cox. 2004. Differential Temperature (DIF) Effects on The Growth, Morphology and Flowering of Antirrhinum majus L. (snapdragon)

Cultivars http://www.cshs.ca/annual.meeting/scientific_2002/symposium_S19.pdf diakses selasa, 21 Desember 2004 pukul 11.03 WIB)

Gambar

Tabel 2. Rata-rata Umur Panen Dua Varietas Bunga Snapdragon pada Lima Perlakuan  Panjang Hari  Varietas  Umur Panen (hst)  P1 (6 jam)  P2 (9 jam)  P3 (12  jam)  P4 (15 jam)  P5 (18 jam)  V1 (Pink)  138.67    i  135.00   h  129.67    g  124.00   e  119.00
Gambar 1.  Hubungan antara Lima Perlakuan Panjang Hari dengan Saat Inisiasi Bunga
Gambar 2.  Hubungan antara Lima Perlakuan Panjang Hari dengan Umur Panen
Gambar  3.    Hubungan  antara  Lima  Perlakuan  Panjang  Hari  dengan  Jumlah  Tanaman  yang Berbunga  y = -0.0159x 2  + 0.6476x + 17.6R2 = 0.9832y = -0.119x2 + 2.6905x + 12.8R2 = 0.81451921232527293169121518
+3

Referensi

Dokumen terkait

2/2013, Pemerintah Aceh dan DPRA melakukan pengawasan terhadap perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan dan pertanggungjawaban terhadap program dan kegiatan atas Dana Otonomi

Manage Loyalty and Profitabiliy Simultaneously Î perusahaan perlu menentukan apakah para pelanggannya yang loyal maupun tidak mungkin memberikan kontribusi high positif

Uang Rp 6.000.000 tersebut dipotong terlebih dulu oleh Staf Kopontren Nurul Huda Al Hikmah cabang Blora Desa Kutukan untuk biaya administrasi sebesar Rp

Pengarahan dan pemberi pengaruh di Radio Komunitas Dwijendra Fungsi mengarahkan (directing) dan memberikan pengaruh atau mempengaruhi (influencing) tertuju pada upaya untuk

Tantangan pertama, adalam bagaimana belajar dan mengajar tentang Islam, satu sisi dalam konteks Orientalisme, yang melihat dan mempelajari Islam semata-mata untuk kepentingan

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui: 1) Ada atau tidak perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa

Artinya, nilai tengah yang diperoleh siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah matematika secara keseluruhan berada pada kategori sedang dan nilai yang sering

Kegiatan seminggu terakhir mengurus rumah tangga (B5R24A3) File: ART Gambaran Tipe: Diskrit Format: character Width: 1 Observasi Valid: 0 Tidak Valid: 0 Populasi. Untuk anggota