• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Samudera Hindia, sub bab kedua tentang isu-isu keamanan, politik, dan ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Samudera Hindia, sub bab kedua tentang isu-isu keamanan, politik, dan ekonomi"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

37

BAB II

Bab II merupakan bab yang berisikan gambaran soal objek penelitian yaitu Samudera Hindia. Pada sub bab pertama berisikan potensi sumber daya di Samudera Hindia, sub bab kedua tentang isu-isu keamanan, politik, dan ekonomi di Samudera Hindia, sub bab ketiga berisikan signifikansi Samudera Hindia bagi Tiongkok dan sub bab keempat signifikansi Samudera Hindia bagi India.

Dinamika Kawasan Samudera Hindia

2.1 Potensi Sumber Daya di Samudera Hindia

Kondisi geografis Samudera Hindia yang begitu strategis seperti yang telah dijelaskan di bab satu, membuat wilayah tersebut menjadi terlihat menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia khususnya negara yang berada di sekitar kawasan. Dikatakan dapat memberikan keterlibatan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan karena banyaknya potensi yang ada di Samudera Hindia membuat samudera tersebut banyak diminati. Potensi yang terdapat di Samudera Hindia mulai dari kekayaan laut, mineral, jalur pelayaran internasional. Kekayaan mineral Samudera Hindia terdiri dari nodul polimetalik yang merupakan nodul golf-to-tennis berukuran sebesar bola dan mengandung nikel, kobalt, besi, dan mangan yang telah terbentuk bertahun-tahun

melalui endapan dasar laut.1 Banyak negara mengincar sumber daya ini bukan

karena ukurannya melainkan kandungan yang tersimpan di dalamnya yakni

1 Ibid., hal. 104

(2)

38

tembaga, besi, seng, perak, dan emas.2 Selain itu di beberapa wilayah di kawasan

Samudera Hindia seperti Afrika Selatan dan Mozambik terdapat sumber daya mineral yaitu mineral sedimen pantai yang mengandung titanium dan zirkonium,

di Myanmar, Indonesia, dan Thailand terdapat endapan timah.3 Sumber daya ini

memiliki nilai komersil yang cukup besar bagi negara-negara yang mampu mengolahnya yakni jumlahnya sekitar 10% dari produksi dunia dan bernilai sekitar $100 juta. Di beberapa tempat lain, lumpur tebal di kawasan Luat Merah mengandung 94 juta ton bijih, termasuk 1.8 juta ton seng dan 425.000 ton

tembaga.4

Selain kekayaan mineral Samudera Hindia juga memiliki kekayaan laut yang menjadi daya tarik bagi negara di dunia. Kekayaan laut dalam hal perikanan di Samudera Hindia begitu melimpah, hal ini dibuktikan dengan perikanan komersial dan artisanal yang menopang mata pencaharian lebih dari 38 juta orang di seluruh dunia. Pada 1950 produksi ikan meningkat yang awalnya 861.000 ton

menjadi 11.5 juta ton pada 2010.5 Wilayah Samudera Hindia bagian Timur para

nelayan membawa hasil tangkapan sebesar 7 juta ton ikan per tahunnya atau 8% dari total produksi ikan dunia, jumlah tersebut dihasilkan dari perairan laut luar, sedangkan tangkapan dari laut dalam kurang dari 6% tangkapan di Indonesia dan 10% di Malaysia. Wilayah Samudera Hindia bagian barat total tangkapan ikan juga meningkat 2.2% dari tahun 2000 hingga 2001. Pada tahun 2000 hingga 2001 juga Australia telah melakukan eksploitasi dengan manajemen yang baik sehingga menghasilkan tangkapan ikan dari wilayah Samudera Hindia sebesar 36.290 ton,

2 Ibid. 3 Ibid. 4 Ibid. 5 Ibid.

(3)

39

mewakili 15.8% dari total tangkapan untuk perikanan Australia sendiri.6 Selain

Australia juga ada negara-negara eksternal yang mengincar untuk melakukan eksploitasi perikanan di wilayah Samudera Hindia seperti Spanyol, Taiwan,

Jepang, Perancis, dan Uruguay.7 Sehingga tidak heran jika Samudera Hindia

menjadi wilayah yang diinginkan oleh negara-negara seluruh dunia.

Banyaknya sumber daya alam Samudera Hindia yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara kawasan ini kemudian membuat banyak negara berfokus untuk dapat mengelola sumber daya alam yang ada di samudera tersebut.

Misalnya saja negara-negara yang terletak di Benua Asia, Australia, dan Afrika.8

Selain itu juga terdapat sekitar 30 negara yang mendapatkan pengaruh langsung dari potensi yang dimiliki oleh Samudera Hindia, serta beberapa negara yang berlomba-lomba untuk memanfaatkan sumber daya Samudera Hindia. Tiga puluh negara yang mendapatkan pengaruh langsung dari samudera tersebut memiliki lokasi geografi yang begitu strategis yakni berada pada jalur perdagangan tersibuk dunia. Samudera Hindia selain kaya akan sumber daya alam juga menjadi jalur perdagangan dunia, keamanan, dan pemenuhan sumber daya laut bagi

negara-negara pesisir kawasan samudera tersebut.9

Samudera Hindia selain memiliki berbagai kekayaan juga mempunyai organisasi regional kawasan. Organisasi Kawasan di Samudera Hindia disebut dengan Indian Ocean Rim Association (IORA) yaitu organisasi antar pemerintah atau inter-governmental yang dibentuk pada 7 Maret 1997 dengan tujuan

6 Ibid. 7 Ibid.

8 Ditha, Op.Cit.

9 Catherine Victoria Br. Situmeang, Penerapan Strategi Omni-Enmestment Sri Lanka dalam

Persaingan India-Tiongkok di Samudera Hindia, Jurnal Hubungan Internasional, Vol, 11, No, 2

(4)

40

memperkuat kerja sama regional dan pembangunan berkelanjutan.10 Pembentukan

IORA ini berawal dari visi kunjungan Presiden Nelson Mandela dari Afrika ke India pada 1995, beliau pada saat itu mengatakan;

“The natural urge of the facts of history and geography … should broaden itself to include the concept of an Indian Ocean Rim for socio-economic co-operation and other peaceful endeavours. Recent changes in the international system demand that the countries of the Indian Ocean shall become a single platform”.11

Dasar dari pemikiran Presiden Nelson Mandela ini kemudian mendukung pembentukan Indian Ocean Rim Initiative pada Maret 1995, kemudian pada Maret 1997 berubah menjadi Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation atau sekarang lebih dikenal dengan Indian Ocean Rim Association

(IORA).12 Kemudian, pada 1996 diadakan pertemuan kembali guna

menyelesaikan pembuatan piagam IORA, dan di tahun 1997 IORA resmi

diluncurkan pada Pertemuan Tingkat Menteri di Mauritius.13 Organisasi IORA ini

beranggotakan 22 negara ditambah dengan 7 mitra dialog, adapun 22 negara tersebut yaitu Persemakmuran Australia, Republik Rakyat Bangladesh, Uni Komoro, Republik India, Republik Indonesia, Republik Islam Iran, Republik Kenya, Republik Madagaskar, Malaysia, Republik Maladewa, Republik Mauritius, Republik Mozambik, Kesultanan Oman, Republik Seychelles, Republik Singapura, Republik Federal Somalia, Republik Afrika Selatan, Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka, Republik Tanzania, Kerajaan Thailand,

10 IORA, About Indian Ocean Rim Association, diakses dalam (IORA)(17/02/2020, 14.14 WIB) 11 IORA, About Indian Ocean Rim Association, diakses dalam https://www.iora.int/media/8249/iora-overview-min.pdf (18/02/2020, 15.08 WIB)

12 IORA, Loc. Cit. 13 Ibid.

(5)

41

Uni Emiret Arab, dan Republik Yaman.14 Sedangkan 7 negara mitra dialognya

yaitu; Tiongkok, Arab, Perancis, Jepang, UK, Amerika Serikat, dan Jerman.15

Gambar 2.1

Peta Persebaran Anggota IORA

Sumber: https://yourfreetemplates.com/free-indian-ocean-map-template/

IORA pada Maret 1995 melaksanakan pertemuan untuk pertama kalinya guna membahas penguatan dan perluasan kerja sama ekonomi di antara negara-negara di pesisir Samudera Hindia, pertemuan ini diadakan oleh Pemerintah Mauritius. Kemudian pada akhir pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang sampai saat ini menjadi prinsip IORA dimana prinsip ini harus dipegang teguh

14 Ibid.

15Indian Ocean Rim Association and India’s Role, diakses dalam

(6)

42

oleh negara-negara anggota IORA. Seluruh anggota IORA telah menyepakati prinsip dalam IORA, prinsip tersebut disepakati pada saat perundingan pembentukan IORA pada 1995. Prinsip yang disepakati oleh anggota-anggota IORA yaitu;

“Principles of open regionalism and inclusivity of membership, with the objectives of trade liberalization and promoting trade co-operation. Activities would focus on trade facilitation, promotion and liberalization of trade, investment promotion and economic cooperation.”16

Prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh negara-negara anggota ini ditetapkan guna mempermudah negara pesisir Samudera Hindia untuk melakukan kerja sama khususnya dalam bidang ekonomi yakni perdagangan maupun investasi. Prinsip IORA yang sampai pada saat ini menjadi pegangan bagi negara-negara anggota yaitu regionalisme terbuka yang bermaksut mengupayakan pembangunan dan memperluas pemahaman dan kerja sama yang saling menguntungkan melalui pendekatan konsensus, evolusi, dan non-intrusif serta tidak ada hokum kontrak yang mengikat atau semua didasarkan pada konsesnsus. Selanjutnya dasar kerja sama berdasarkan pada kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, kemandirian politik, dan bukan campur tangan dalam urusan internal negara anggota, selain itu juga IORA secara eksplisit mengecualikan hubungan bilateral dan masalah-masalah lain yang menimbulkan kontrovensi dan kemudian menjadi hambatan

bagi kerja sama regional.17 IORA dalam hal keanggotaan terbuka untuk semua

16 Ibid.

(7)

43

negara berdaulat di lingkar Samudera Hindia yang bersedia menerima prinsip dan

tujuan Piagam IORA.18

IORA memiliki struktur organisasi yaitu Council of Minister (COM) yang terdiri dari menteri luar negeri dan bertugas membuat keputusan tertinggi, disisi lain juga terdapat Komite Pejabat Senior yang bertugas untuk mengawasai fungsi keseluruhan pergerakan IORA. Selain itu IORA juga memiliki kelompok intelektual atau forum akademis yaitu Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG), forum bisnis Indian Ocean Rim Business Forum (IORBF), dan memiliki Working Group Trade and Investment (WGTI) yang terdiri dari

perwakilan dari pemerintah untuk kerja sama perdagangan dan ekonomi.19

Sekretariat IORA berlokasi di Mauritius dan dipimpin oleh Sekertaris Jenderal yang ditunjuk oleh Council of Minister (COM). Sampai pada saat ini struktur organisasi IORA masih sama, pembentukan struktur ini juga telah tercantum dalam piagam IORA yang dibuat pada 1997. IORA pada beberapa tahun belakangan ini telah mampu mencapai momentum yang cukup luar biasa dalam kerja sama regional yaitu adanya perubahan nama IORA-ARC menjadi IORA pada pertemuan COM ke-13 tahun 2013 yang pada saat itu diketuai oleh Australia. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk memperkuat asosiasi dan kegiatan yang dilakukan oleh IORA itu sendiri. Hal ini juga sama dengan apa yang disampaikan oleh Sekertaris Luar Negeri Bangladesh, Md Shahidul Haque;

18 Ibid.

19 Moutusi Islam, Indian Ocean Rim Association (IORA) at 20: An Assessment, Bangladesh Institute of International and Strategic Studies, Vol, 38, No, 02 (2017), Bangladesh: BIIS Journal, hal. 4

(8)

44

“The 13th Council of Minister in Perth is indeed a

milestone in the history of IORA. Today, we have adopted a new name for our Association. The new name is not just a simplification of pronunciation; but it signifies a reorientation of our Association towards a more effective, efficient and functional way forward.”20

IORA sebagai organisasi regional yang memiliki cakupan yang lebih luas dan wilayah yang begitu banyak sumber daya berupaya untuk meminimalisir setiap isu yang tengah bergejolak di wilayah tersebut. Menurut Dennis Rumley et al, ia telah mengidentifikasi beberapa elemen yang saling terkait dengan regionalisme lautan Samudera Hindia seperti, isu-isu yang berkaitan dengan penggunaan atau eksploitasi Samudera Hindia ini menjadi hal yang perlu untuk

dipertimbangkan.21 Kemudian terkait dengan isu keamanan, isu keamanan ini

menjadi konsep multi dimensi yang mana keamanan di kawasan Samudera Hindia menjadi hal yang vital bagi masing-masing negara di sekitar kawasan tersebut. Selanjutnya ada masalah ekologis dan keamanan manusia, beberapa elemen tersebut menjadi dasar atau bentuk tingkatan kerja sama regional yang cakupannya lebih luas dan dibutuhkan kerja sama seacra kolektif untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang tengah ada di kawasan Samudera Hindia. Sehingga dalam hal ini pembentukan IORA lebih kepada bentuk kerja sama yang aktif dan integrasi yang semakin tinggi bukan berfokus pada bentuk persaingan antar negara anggotanya.

20 Ibid.

(9)

45

Keberagaman dari kekayaan yang dimiliki oleh Samudera Hindia ini sering dibilang suatu kawasan yang vital oleh negara-negara dunia. Bukti bahwa Samudera Hindia menjadi wilayah yang vital adalah banyaknya pemain dalam kawasan tersebut yang kemudian menjadikan Samudera Hindia mengalami dinamika dalam tiga bidang yakni politik, keamanan, dan ekonomi. Secara politik dinamika kawasan Samudera Hindia terlihat pada beberapa strategi penetapan kebijakan yang dilakukan oleh negara Amerika Serikat dan Jepang yang berusaha menetapkan kebijakan untuk memenuhi kepentingannya melalui strategi kebijakan politik luar negerinya. Pada abad ke 19, terdapat Perwira Angkatan Laut Amerika Serikat dan ahli geostrategis, Alfred Thayer Mahan untuk pertama kalinya berusaha menguraikan bagaimana keterkaitan dimensi keamanan dengan

dominasi maritim.22 Berdasarkan dari hasil urainya, Alfred menyampaikan bahwa

negara-negara yang memiliki angkatan laut kuat maka akan mampu melakukan

kontrol atas berbagai laut dan memberikan pengaruh yang besar di dunia.23

Kemudian dari sini Amerika Serikat berupaya untuk meningkatkan akumulasi kekuatan maritimnya guna menguasai laut atau perairan termasuk Samudera Hindia. Adanya agresifitas Amerika Serikat ini kemudian mendapatkan respon dari Inggris, pada masa itu Inggris juga mulai menyebarkan pengaruhnya di Samudera Hindia. Namun penyebaran pengaruh Inggris di Samudera Hindia tidaklah lama, pasca Perang Dunia II kehadiran angkatan laut di Samudera Hindia mulai berkurang secara drastis alhasil Inggris melepaskan kekuasaan atas Samudera Hindia pada tahun 1956. Pelepasan kekuasan Inggris terhadap

22 Ibid.

(10)

46

Samudera Hindia ini berakibat pada kekosongan kekuasaan untuk sementara di kawasan tersebut.

Akhirnya kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Inggris ini membuat Amerika Serikat kembali bergerak untuk menunjukkan eksistensinya di Samudera Hindia. Amerika Serikat mulai membangun pangkalan angkatan laut di

Diego Garcia serta penempatan lima armada di Bahrain.24 Kemudian ini

dilanjutkan ke masa Perang Dingin, di masa ini Samudera Hindia menjadi arena bagi dua aktor yang tengah memanas yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet atau sekarang disebut dengan Rusia. Kedua negara ini saling bersaing untuk mencari pengaruh politik dan keuntungan strategis dari kawasan Samudera Hindia. Keduanya saling beradu kekuatan angkatan laut dan berlomba mencari access right armada.25 Pencarian terhadap access right armada menjadi penting bagi negara-negara yang tengah berlomba untuk menguasai Samudera Hindia sebab access right merupakan hak yang diberikan oleh suatu negara untuk

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh satu negara.26 Sehingga perlu bagi

negara-negara yang menginginkan kekuasaan di Samudera Hindia mendapatkan kemudahan akses dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah tersebut.

Sedangkan di bidang keamanan terdapat negara Tiongkok, India, Sri Lanka, Indonesia, dan Perancis melalui segala strateginya berusaha untuk menjaga jalur perekonomian melalui Samudera Hindia agar tetap aman sehingga hal tersebut dapat berdampak pada bidang ekonomi internal masing-masing negara.

24 Ibid. 25 Ibid.

26 Novianti, Kebijakan Penetapan Access Right di ZEE Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum, Vol, 2 No2 (2012), Sumatera: Universitas Jambi, hal. 51

(11)

47

Tiongkok adalah salah satu negara eksternal yang memiliki cukup banyak kepentingan di Samudera Hindia terkait dengan jalur perekonomiannya. Samudera Hindia bagi Tiongkok menjadi wilayah yang cukup penting, kepentingan Tiongkok di samudera tersebut terbagi menjadi tiga yaitu politik, ekonomi dan

strategis.27 Kepentingan ekonomi menjadi hal yang utama bagi Tiongkok sebab

jalur Samudera Hindia menjadi jalur perdagangan dan impor minyak Tiongkok. Di Samudera Hindia Tiongkok tengah meningkatkan pengaruh maritimnya

dengan melibatkan militer dan ekonomi.28 Tiongkok dalam hal ini berupaya untuk

meningkatkan kerja sama dengan membangun fasilitas infrastruktur dan meningkatkan interaksi dengan negara-negara mitranya. Bagi Tiongkok jalur perdagangan tersebut menjadi sangat penting sebab keamanan energi menjadi faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian negaranya. Lebih dari 75% impor minyak Tiongkok melalui Samudera Hindia, sehingga keamanan energi menjadi kepentingan nasional Tiongkok untuk ikut bermain di Samudera Hindia dalam menjaga stabilitas keamanan jalur perekonomiannya.

Upaya yang diterapkan Tiongkok dalam menjaga kepentingan nasionalnya yaitu dengan menetapkan kebijakan pembangunan String of Pearls di Samudera Hindia. String of Pearls ini bentuk upaya Tiongkok untuk menjaga ekonomi dan energinya, selain itu strategi ini juga menjadi strategi baru Tiongkok dalam

mengimbangi kekuatan angkatan laut Amerika Serikat.29 Adapun tujuan dari

dibentuknya strategi tersebut adalah upaya Tiongkok dalam mencapai tujuannya dalam bidang maritim selain itu juga untuk mengurangi pengaruh dominasi India

27 Syahroni, Op. Cit.

28 Ibid. 29 Ibid.

(12)

48

di Samudera Hindia yang disebabkan oleh letak geografis India di wilayah tersebut. Posisi geografis India itu yang kemudian mengkonstruk pandangan Tiongkok bahwa India nantinya akan dapat mempengaruhi strategi Tiongkok. Pada 2013, impor energi Tiongkok melebihi dari ukuran target yang telah ditetapkan sehingga hal ini berdampak pada ranking Tiongkok menjadi negara

urutan pertama dalam hal impor energi.30 Impor energi Tiongkok yang berlebih

ini didukung oleh pertumbuhan perekonomian Tiongkok yang dibilang cukup stabil. Sehingga untuk bisa menjaga hal ini Tiongkok berupaya untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara pesisir Samudera Hindia seperti Pakistan, Sri

Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, dan Maladewa.31

Tiongkok bersama dengan Pakistan menjalin kerja sama dengan membangun pelabuhan Gwadar serta reaktor nuklir. Pembangunan ini menjadi strategi utama dari String of Pearls sebab dari kerja sama ini Tiongkok mendapatkan keuntungan lebih. Keuntungan yang didapat Tiongkok bukan hanya dalam hal keamanan jalur perdagangannya namun juga Tiongkok mampu mendapatkan pintu masuk ke Asia Selatan bahkan hingga ke Timur Tengah yang juga didorong oleh kepentingannya dalam mendapatkan sumber energi minyak. Bersama dengan Sri Lanka, Tiongkok memberikan bantuan ekonomi, militer dan teknis kepada Sri Lanka, selain itu berkat investasi Tiongkok di Sri Lanka menjadikan negara tersebut mampu mencapai titik perekonomian tertinggi. Investasi Tiongkok di Sri Lanka ini berupa ekspansi infrastruktur misalnya,

proyek pembangunan pelabuhan Sri Lanka di Hambantota.32 Tiongkok juga

30 Ibid.

31 Ibid. 32 Ibid.

(13)

49

bekerja sama dengan Bangladesh dalam pembangunan pangkalan Angkatan Laut (AL) Tiongkok dan pelabuhan yang bernilai komersial di sekitar wilayah

Chittagong.33 Sedangkan dengan Myanmar, Tiongkok memberikan bantuan dalam

hal menyediakan persenjataan, dukungan politik di PBB, pembangunan

infrastruktur, dan meningkatkan perdagangan lintas batas.34 Selain Myanmar,

Tiongkok juga menjalin kerja sama dengan Thailand dalam bidang ekonomi, pertanian, dan transportasi. Pada bidang ekonomi Tiongkok membantu pendanaan investasi dan infrastruktur di Thailand. Terakhir ada kerja sama Tiongkok dengan Maladewa yaitu perjanjian sewa terhadap kepualauan Marao yang kemudian oleh Tiongkok direncanakan untuk membangun pangkalan angkatan laut di daerah tersebut. Beberapa kerja sama Tiongkok bersama dengan negara-negara pesisir Samudera Hindia menjadi kunci utama Tiongkok untuk bisa mencapai kepentingan nasionalnya dalam menjaga jalur perdagangannya.

Namun dari strategi Tiongkok yang bisa dibilang cukup strategis ini menimbulkan respon dari beberapa negara khususnya negara di Asia Selatan yakni India. India menganggap bahwa segala strategi dan bentuk kerja sama yang dilakukan oleh Tiongkok merupakan cara untuk bisa mencapai visinya secara tidak langsung. Hal tersebut dibuktikan melalui perusahaan Tiongkok yang dirujuk sebagai pemilik dari infrastruktur Belt Road Initiative (BRI) yaitu salah satu strategi Tiongkok yang juga bertujuan untuk menjaga jalur perdagangan

perekonomiannya.35 Selain itu hal yang cukup vital sehingga membuat India ragu

akan pembangunan proyek tersebut yaitu komitmen BRI dalam membuat rel,

33 Ibid.

34 Ibid. 35 Ibid.

(14)

50

infrastruktur jalan, dan koridor perdagangan virtual yang mengaitkan Tiongkok

Barat dengan pelabuhan Gwadar di Pakistan.36 India dalam hal ini merasa

keberatan dikarenakan proyek BRI ini akan memungkinkan Tiongkok dengan mudah melakukan pengangkutan minyak dan gas dari Iran dan negara-negara Arab melalui pelabuhan Gwadar yang mana pelabuhan tersebut juga dikonstruksikan oleh Tiongkok. Bukan hanya itu, proyek BRI dirasa mengancam kedaulatan India karena jalur perdagangan dan sambungan rel tersebut melewati

wilayah Khasmir yang diduduki oleh Pakistan.37 Namun sayangnya, sikap

keberatan India ini dihiraukan oleh Tiongkok, ia tetap melanjutkan promosinya terhadap BRI. Sehingga dari sini kemudian memunculkan sedikit benturan antara Tiongkok dan India dalam hal sama-sama mencapai kepentingan masing-masing negaranya di Kawasan Samudera Hindia.

Melihat sikap Tiongkok tersebut, kemudian India sebagai negara pesaing Tiongkok sekaligus negara pesisir kawasan yang juga ikut bermain di Samudera Hindia mulai mengambil peranannya untuk menjadi negara yang kuat di kawasan tersebut. India di Samudera Hindia memiliki kepentingan dan peran yang cukup besar. Misalnya saja peran India di Samudera Hindia melalui pembentukan IORA, di sini India berupaya untuk meningkatkan kerja sama regional khususnya dalam bidang ekonomi. Melalui IORA, India memiliki fokus terhadap enam prioritas yaitu keamanan maritim, fasilitas perdagangan dan investasi, menejemen perikanan, menejemen penanggulangan bencana, akademik, pengetahuan, dan

teknologi, turis dan pertukaran budaya.38 Berdasar dari enam prioritas India dalam

36 Ibid.

37 Ibid.

(15)

51

IORA kemudian India mulai membangun kerja sama untuk memulai projek baru guna meningkatkan kerja sama regional kawasan Samudera Hindia. Adapun projek yang diinisiasi oleh India yaitu Blue Economy Dialog ue, Indian Ocean Seminar, International Conference, projek-projek ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama regional negara-negara yang ikut bergabung di dalam IORA serta demi mencapai kepentingan India menjadi negara yang berperan

cukup besar dalam bidang keamanan di Samudera Hindia.39 Selain itu juga, India

bermain di Samudera Hindia guna mencapai kepentingannya dalam meningkatkan perekonomian negaranya.

India sebagai pemain terbesar kedua di Samudera Hindia berusaha untuk meningkatkan strategis kehadiran angkatan laut India guna menjaga kepentingan nasional dalam bidang keamanan dan ekonomi. India memenuhi sekitar 89% kebututhan minyaknya dengan mengimpor melalui laut, selain itu India sebagai pemegang penting dalam kegiatan perdagangan Samudera Hindia terkait dengan impor bahan baku, minyak mentah, dan barang-barang konsumsi, serta ekspor

negara tersebut.40 Oleh karena itu penting bagi India untuk menjaga keamanan

jalur perdagangan tersebut. Keamanan jalur laut ini begitu vital dengan

ketergantungan India terhadap keamanan Samudera Hindia, hal ini

dikombinasikan dengan kebutuhan untuk memantau dan memeriksa aktivitas

angkatan laut regional lainnya.41 Alasan lain India dalam upayanya untuk

meningkatkan keamanan adalah karena bagi India, Samudera Hindia ini dianggap sebagai halaman belakang India maka dari itu mengutip dari Donald L. is a

39 Ibid.

40 Qamar Fatima and Asma Jamshed, The Political and Economic Significance of Indian Ocean:

An Analysis, South Asian Studies, Vol, 30, No, 2 (2015), Pakistan: Semantic Scholar, hal. 85

(16)

52

professor at the Collage of Security Studies, Asia-Pacific Center for Security Studies in Honolulu,

“New Delhi regards the Indian Ocean as its back yard and deems…that India functions as, eventually, the predominant influence in this region…In the expansive view of many Indians, India’s security perimeter should extend from the Strait of Malacca to the Strait of Hormuz and from the coast of Africa to the Western shores of Australia.”

Sehingga dari sini dapat diketahui kenapa kemudian India ikut berperan dalam permainan yang ada di Samudera Hindia bersama negara-negara regional maupun eksternal.

Persaingan antara Tiongkok dan India ini terjadi sebab adanya klaim dari masing-masing negara bahwa keduanya menganggap negara mereka sebagai negara yang unggul karena sama-sama pernah menjadi pusat peradaban dunia pada masa lalu. Saat ini kekuatan dari masing-masing negara tersebut berusaha untuk ditunjukkan melalui berbagai aktivitas mereka baik di darat maupun di laut. Akibat dari hal ini kemudian memunculkan respon dari negara-negara lain. Rivalitas yang tengah dialami oleh kedua negara tersebut menarik perhatian negara lain yang berada di sekitar kawasan Samudera Hindia seperti Srilanka. Srilanka di tengah rivalitas Tiongkok dan India pada beberapa tahun belakangan ini berupaya untuk menerapkan strategi agar bisa menjadi negara yang juga

memiliki peran dan dapat memanfaatkan potensi samudera tersebut.42 Strategi

yang tengah diterapkan oleh Sri Lanka yakni strategi Omni-Enmeshment, yaitu

42 Catherine, Op. Cit.

(17)

53

sebuah strategi yang berarti keterkaitan suatu negara dengan negara lebih dari satu.

Strategi Omni-Enshment mulai diterapkan oleh Sri Lanka pada 2018 dimana pada saat itu Sri Lanka mulai menjalin hubungan bilateral dengan

Tiongkok dalam bidang militer.43 Strategi ini diterapkan oleh Sri Lanka guna

memperkuat kapabilitas pertahanannya di wilayah Selatan sebab bagi Sri Lanka wilayah tersebut menjadi jalur utama perdangan dunia. Selain itu, tujuan Sri Lanka menerapkan strategi tersebut untuk memenuhi ambisinya menjadi pusat

perekonomian di Samudera Hindia.44 Sri Lanka selain menjalin hubungan baik

dengan Tiongkok ia juga menjalin hubungan bilateral dengan India. Hubungan bilateral antara Sri Lanka dan India juga dalam bidang militer, alasan ini karena Sri Lanka ingin meningkatkan kekuatan pertahanannya di wilayah Selatan. Kerja sama ini terlihat dari upaya keduanya dalam bertukar pengetahuan dan informasi

terkait dengan strategi militer serta melakukan latihan militer bersama.45

Bukti nyata dari kerja sama yang dilakukan oleh Sri Lanka dan Tiongkok adalah ketersediaan Tiongkok dalam membangun pelabuhan Hanbantota di wilayah selatan Sri Lanka pada tahun 2008. Pelabuhan tersebut terdiri dari

terminal kargo, fasilitas perbaikan, bunkering, dan fasilitas bahan bakar.46

Bantuan kerja sama dalam pembangunan pelabuhan ini Tiongkok memberikan

dana sebesar US $1,4 miliar.47 Bantuan yang diberikan Tiongkok oleh Sri Lanka

kemudian memberikan ancaman kepada negara lain bahwa pengaruh Tiongkok di 43 Ibid., hal. 230 44 Ibid. 45 Ibid. 46 Ibid. hal. 231 47 Ibid.

(18)

54

Samudera Hindia akan semakin luas. Misalnya India, dari tindakan Tiongkok tersebut India merasa terancam karena takut apabila hal tersebut dapat mengancam kestabilan Samudera Hindia. Maka dari itu India di bawah pemerintahan Sirisena justru mengajak Sri Lanka untuk menjalin kerja sama dalam pengembangan Pelabuhan Hambantota, karena pelabuhan tersebut juga

menjadi salah satu pelabuhan yang penting bagi kelancaran perdagangan dunia.48

Selain kerja sama pengembangan pelabuhan, kerja sama Sri Lanka dan India juga dalam bidang kemaritiman. Kerja sama kemaritiman antara keduanya meliputi latihan angkatan laut, mengadakan pertemuan yang membahas isu-isu maritim, salah atunya yakni Meeting on Maritime Security Cooperation pada

2013.49 Sri Lanka dan India juga bekerja sama dalam bidang ilmu pengetahuan,

hal ini dilakukan guna untuk mengatur strategi dalam mengatasi kejahatan laut terkait dengan peredaran narkoba dan pembajakan armada. Strategi dalam mengeksploitasi sumber daya laut yang efisien, keamanan di wilayah ZEE, dan

lain-lain.50 Dewasa ini kekuatan teknologi begitu penting bagi seluruh negara,

maka dari itu Sri Lanka menjalin kerja sama dengan India yang memiliki industri

teknologi dimana saat ini industri India tengah berkembang secara signifikan.51

Selain itu India juga dipandang sebagai negara yang paling unggul dalam aspek teknologi di kawasan Samudera Hindia, oleh sebab itu pemerintah Sri Lanka berusaha untuk mendekatkan dir dengan India dengan tujuan untuk menciptakan

kerja sama dalam bidang teknologi.52

48 Ibid. 49 Ibid., hal. 232 50 Ibid. 51 Ibid., hal. 233 52 Ibid.

(19)

55

India juga menjadi mitra utama Sri Lanka dalam bidang ekonomi, kedua

negara tersebut telah melakukan kegiatan ekspor dan impor sejak tahun 1990-an.53

Selanjutnya pada bulan Maret 2000, Sri Lanka dan India membentuk India-Sri Lanka Free Trade Agreement atau ISFTA untuk menguatkan hubungan perdagangan yang terjalin diantara mereka. Sampai saat ini kerja sama tersebut masih berlangsung. Dinamika perdagangan Sri Lanka-India melalui ISFTA mengalami perubahan yang cukup fluktuatif, baik dari sisi Sri Lanka maupun India. Kegiatan ekspor Sri Lanka ke India melalui ISFTA terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan 2018, meskipun di tahun 2016 nilai

ekspor Sri Lanka mengalami sedikit penurunan.54

53 Ibid.

54 Central Bank of Sri Lanka, Sri Lanka Exports: India, CEIC Data, diakses dalam https://www.ceicdata.com/en/sri-lanka/exports-by-countries-usd/exports-india (3/02/2020, 18.36 WIB)

(20)

56

Gambar 2.2

Sri Lanka Export: India

Sumber: CEIC data ekspor Sri Lanka

Selain perdagangan investasi juga menjadi bagian dari bentuk kerja sama antar kedua negara tersebut. Bukti dari adanya kerja sama investasi ini yaitu banyaknya perusahaan lokal Sri Lanka yang menanamkan FDI di India mislanya; Brandix,

John Keels, Hayleys, Ceylon Biscuit, dan Carsons Cumberbatch.55

Negara regional kawasan Samudera Hindia selanjutnya yang juga ikut bermain di Samudera Hindia adalah Indonesia. Indonesia sebagai negara yang ada di sebelah timur Samudera Hindia juga memiliki peran yaitu ikut terlibat dalam menjaga stabilitas politik kawasan Samudera Hindia. Upaya yang dilakukan oleh Indonesia yakni melakukan diplomasi pertahanan yang bertujuan untuk meredam kompetisi yang saat ini tengah terjadi antara India dan Tiongkok. Selain itu Indonesia juga berperan di Samudera Hindia melalui organisasi IORA bersama

(21)

57

dengan negara-negara lain, melalui IORA ini Indonesia mengambil peran dengan memberikan bantuan-bantuan terhadap negara satu sama lain di IORA. Bantuan yang diberikan Indonesia melalui bantuan teknis di bidang Blue Economy IORA yakni melalui budidaya perairan dan perikanan, pariwisata laut, bisnis atau sektor swasta investasi air minum atau tanah, energi laut terbarukan, infrastruktur pelabuhan dan perkapalan, sistem konektivitas dan logistik, serta penambangan

laut dalam.56 Adapun tujuan dari Indonesia ikut mengambil peran di Samudera

Hindia melalui IORA yaitu ingin mencegah Samudera Hindia untuk dijadikan arena perebutan pengaruh bagi negara-negara besar seperti AS, UK, India, dan

Tiongkok.57 Bukan hanya itu, Indonesia melalui IORA terkait dengan sumbangan

trust fund berupaya untuk terus menunjukkan kepemimpinannya baik sebelum maupun sesudah ia menjadi ketua. Indonesia melalui sumbangan trust fund tersebut memanfaatkan peluang dengan membantu negara-negara yang tergabung di IORA agar Indonesia bisa mendapatkan pengaruh yang cukup baik disana. Apabila Indonesia di dalam IORA mendapatkan pengaruh yang cukup baik maka Indonesia akan mendapat keuntungan yaitu kepemimpinan Indonesia akan dikenal

kembali diberbagai negara IORA khususnya Afrika.58 Afrika menjadi fokus

utamanya karena pengaruh Indonesia terhadap Afrika ini akan bisa membuka

akses pasar ke Afrika yang berpenduduk sekitar 1.2 miliar orang.59 Sehingga

apabila akses pasar ke Afrika telah dibuka maka Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari hal tersebut.

56 Marrolli, Peran Strategis RI di Bidang Kemaritiman dalam IORA, Kementerian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia, diakses dalam https://kominfo.go.id/content/detail/9436/peran-strategis-ri-di-bidang-kemaritiman-dalam-iora/0/artikel_gpr, (02/02/2020, 18.30 WIB)

57 Ibid. 58 Ibid. 59 Ibid.

(22)

58

Selanjutnya ada negara Perancis, Perancis merupakan salah satu negara Eropa yang sempat mengklaim sebagai negara yang menjadi aktor regional kawasan di lingkar Samudera Hindia. Klaim ini terletak di wilayah luar negara Perancis di La Reunion dan Mayotte di Samudera Hindia Barat Daya. Maka dari itu Perancis berupaya untuk tetap mempertahankan kehadiran militer yang substansial di Rusia Samudera Hindia Barat Laut, dengan dua pangkalan yang

masing-masing berlokasi di Djibouti dan United Emirates Arab (UEA).60

Kehadiran Perancis di Samudera Hindia ini dikarenakan ambisinya untuk menjadi perantara kekuatan dalam jangkauan global, Perancis ingin berkontribusi dalam hal keamanan wilayah samudera tersebut. Kontribusi ini ditunjukkan oleh Perancis melalui komitmennya dalam menegakkan hukum internasional dan kebebasan navigasi, melindungi Sea-Lines of Communication (SLOCs), serta

memerangi terorisme dan proliferasi senjata pemusnah masal.61 Perancis di

Samudera Hindia juga melibatkan banyak negara pesisir samudera untuk menjalin hubungan kerja sama yakni seperti negara Arab, Qatar, beberapa negara Asia

Tenggara seperti Singapura, dan India.62

Melihat implikasi wilayah Samudera Hindia Timur, secara substansial Perancis kemudian meningkatkan fokusnya ke arah timur sejak kedatangan

Presiden Hollande pada 2012.63 Perancis berfokus ke arah timur karena ia

menyadari dan bahkan mengakui bahwasannya pengaruh yang tengah berkembang di Asia ini membuat Perancis ikut serta dalam menyebarkan

60 Isabelle Saint-Mezard, The French Strategy in the Indian Ocean and the Potential for

Indo-French Cooperation, Center for Security Studies ETH Zurich, diakses dalam https://css.ethz.ch/en/services/digital-library/publications/publication.html/189458 (10/02/2020, 08.54 WIB)

61 Ibid. 62 Ibid. 63 Ibid.

(23)

59

pengaruhnya di dunia itu. Perancis melakukan itu dikarenakan keterkaitan Perancis dengan kemakmurannya bersama dengan Asia terutama sebagai pertumbuhan bisnis perusahaannya yang berbasis di wilayah itu. Namun, fokus utama kerja sama Perancis tidak terbatas pada ekonomi saja melainkan juga terhadap keamanan global sebab posisi Perancis yang sampai pada saat ini masih menjadi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta sebagai

sekutu AS yang juga terlibat di Asia.64 Namun disisi lain, perannya untuk terjun

secara langsung di wilayah Samudera Hindia dirasa sulit bagi Perancis, dikarenakan keterbatasan kemampuan operasionalnya di Samudera Hindia Timur dan Timur Malaka, maka dari itu untuk bisa mengambil perannya di kawasan samudera tersebut Perancis berupaya membuat strategi dengan menjalin kerja sama keamanan dengan berbagai negara di wilayah tersebut. Misalnya kerja sama yang dibangun oleh Perancis bersama dengan Jepang (1995), Tiongkok (1997),

dan India (1998).65

Namun belakangan ini Perancis mulai mengurangi fokus kerja samanya dengan Tiongkok, hal ini disebabkan oleh tindakan agresif Tiongkok yang semakin mengancam negara-negara lain baik di kawasan Samudera Hindia maupun di luar wilayah tersebut. Sehingga Perancis kemudian menyusun strategi untuk menjalin kerja sama dengan Jepang sampai pada pembentukan kerja sama dan dialog ditingkat menteri yang terjalin sejak tahun 2012. Selain Jepang, Perancis di tahun yang sama juga menjalin kemitraan dengan Australia yang mana negara tersebut memiliki kepentingan konvergen terkait dengan keamanan

64 Ibid.

(24)

60

maritim di Pasifik dan Smudera Hindia.66 Selain dua negara Jepang dan Australia,

Perancis juga mulai fokus untuk menguatkan kemitraannya dengan negara Asia

Tenggara seperti Indonesia (2011), Singapura (2012), dan Vietnam (2013).67 Pada

bidang keamanan Perancis juga mempererat hubungan dengan Malaysia yakni dengan menyediakan dua kapal selam dan pelatihan keahlian keamanan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerja sama berupa ekspor persenjataan dari Perancis di wilayah Asia. Ini menunjukkan bahwa meskipun Perancis memiliki keterbatasan operasional di wilayah Samudera Hindia Timur tidak menutup kemungkinan apabila Perancis dapat berperan di kawasan tersebut. Apalagi didukung dengan keaktifan Perancis dalam mendukung inisiatif kontra pembajakan dan keamanan laut di Indonesia, membantu negara-negara yang sempat dilanda tsunami pada 2004, mengirimkan kekuatan gabungannya ke Burma dalam rangka menyediakan

makanan dan obat pada 2008.68

Disamping tanggung jawab Perancis sebagai anggota Dewan Keamanan PBB, Perancis juga memiliki kepentingan di Samudera Hindia yaitu seperti yang dikatakan oleh Laksamana Dufourcq, “the Indian Ocean presents two major focal points of military interests for France”69, satu di Samudera Hindia Barat Daya

dan yang lainnya di Arab-Persia. Di kedua wilayah tersebut Perancis memiliki tantangan yang cukup besar yakni melawan ancaman keamanan non-tradisional

seperti illegal fishing, migrasi ilegal, dan pembajakan di Somalia.70 Sehingga

untuk menghadapi tantangan ini Perancis berupaya untuk mempromosikan kerja

66 Ibid. 67 Ibid. 68 Ibid. 69 Ibid. 70 Ibid.

(25)

61

sama maritim dengan negara-negara wilayah lain seperti Madagaskar dan Seychelles serta Afrika Selatan dan Mozambik. Selain di wilayah tersebut, terdapat kepentingan militer di wilayah lain yaitu di Samudera Hindia Barat Laut. Perancis menempatkan dua pangkalan militernya yang berlokasi di Abu Dhabi dan Djibouti, serta Perancis juga mempertahankan kehadiran militernya di Teluk

Persia dan Teluk Aden.71 Kehadiran dari kedua pengkalan di masing-masing

wilayah tersebut menunjukkan ambisi Perancis dalam tiga hal; (1) untuk berkontribusi pada stabilitas Timur Tengah, Teluk Persia dan Tanduk Afrika, (2) mempertahankan kemampuan operasional di dekat Selat penting Hormuz dan Bab el Mandeb, dan di sepanjang garis laut antara Teluk Persia dan Laut Mediterania, yang sangat vital dalam hal impor energi dan perdagangan global, (3) untuk memiliki kapasitas dalam memproyeksikan kekuatan yang lebih besar di wilayah

Samudera Hindia.72 Sehingga hal-hal itulah yang membuat Perancis bersikeras

untuk mempertahankan dirinya di kawasan Samudera Hindia.

Kemudian di bidang ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara Inggris di Samudera Hindia, Inggris di kawasan Samudera Hindia belakangan ini mengalami keterpurukan ekonomi, akibatnya Inggris harus mengejar diplomasi komersial dengan cara mencari pasar baru di wilayah kawasan Samudera Hindia yang tengah menjadi wilayah begitu signifikan. Di kawasan ini Inggris memiliki pengiriman yang cukup komersial, total pengiriman Inggris pada 2010 sebesar

£12.6 miliar ($19,3 miliar) berasal dari perdagangan luar negeri.73 Selain itu

71 Ibid.

72 Ibid.

73 Fay Clarke, United Kingdom: National Involvement in the Indian Ocean Region, Australian Naval Institute, diakses dalam http://futuredirections.org.au/wp-content/uploads/2013/04/Headmark_147_pages_51-55_hires.pdf (09/02/2020, 20.36 WIB)

(26)

62

kawasan Samudera Hindia sangatlah vital bagi strategi maritim orang Inggris serta Inggris juga merupakan pemangku utama dalam mempromosikan keamanan

maritim di kawasan tersebut.74 Mantan Armada Panglima Angkatan Laut Inggris

bernama Laksamana Sir Trevor Soar, mengonfirmasi bahwa kepentingan strategi Inggris ke Samudera Hindia sebesar 25% dari unit Angkatan Laut dikerahkan pada satu waktu, lalu kemudian lebih dari 50% tenaga kerja Angkatan Laut dan

aset akan berlokasi di Samudera Hindia.75

Inggris di Samudera Hindia memainkan peran utama dalam upaya untuk memberantas pembajakan multilateral di zona bahaya regional khususnya di sekitar Somalia dan Teluk Aden. Di kawasan ini, Inggris memiliki kontribusi

yang cukup signifikan terhadap anti terorisme dan anti pembajakan.76 Saat ini

Angkatan Laut Inggris telah menyediakan komandan dan markas untuk European Union’s Operation Atalanta.77 Pada 2011, London telah resmi membawa tentara dari kapal dagang Inggris untuk transit ke Teluk Aden, Selat Hormuz dan lainnya di sepanjang jurusan jalur laut. Selain itu di tahun yang sama pemerintah Inggris menetapkan strategi baru yakni diplomasi komersial. Di tahun 2012 kemudian perusahaan Inggris menemukan sumber daya minyak di wilayah Kenya barat laut yang mana ini dapat memberikan peluang bagi Inggris untuk meningkatkan Foreign Direct Investment-nya (FDI) di Negara Pantai Afrika Timur.78 Hal ini kemudian dijadikan Inggris sebagai strategi baru untuk bisa kembali memasarkan dan mengejar peluang bagi pertumbuhan ekonomi Inggris di Samu dera Hindia.

74 Ibid. 75 Ibid. 76 Ibid. 77 Ibid. 78 Ibid.

(27)

63

Target dari pertumbuhan ekonomi Inggris di Samudera Hindia ini ditujukan kepada negara-negara di sekitar kawasan yakni India, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Ini dibuktikan dengan nilai ekspor Inggris ke Indonesia pada 2011 meningkat sebesar 44%, sehingga bagi Inggris India dan Indonesia dianggap begitu penting untuk pertumbuhan perekonomiannya. Itulah alasan kenapa Inggris bersikeras untuk kembali ke Samudera Hindia.

Selain beberapa negara di atas, ada Negara Jepang yang juga ikut terlibat dalam mengambil peran di Samudera Hindia. Sejak tahun 1992 hingga 2006, Jepang telah banyak melakukan normalisasi kebijakan politik atas militernya. Hal ini dilakukan Jepang karena melihat kondisi saat ini bahwa keamanan militer menjadi hal yang utama untuk menjaga negara. Beberapa perubahan kebijakan politik militer Jepang ini dilakukan sebab menurut Abe kebijakan-kebijakan Jepang terkait hal keamanan militer perlu untuk direvisi dan kemudian bentuk dari revisi kebijakan itu adalah mulai bergerak ke arah kontribusi Jepang terhadap

keamanan global.79 Pada 2001 Jepang membeli semua tanker-pesawat dalam

penerbangan dan kapal induk helikopter untuk membatalkan larangan proyeksi daya, lalu pada 2003 Jepang mengumumkan akan mengeksplorasi sistem pertahanan rudal balistik dengan Washington, meniadakan larangan penelitian militer bersama, dan di tahun 2014 Jepang juga mengumumkan akan memasok komponen pencegat rudal ke AS dan Inggris serta mengakhiri larangan yang

diberlakukan atas ekspor senjata.80

79 Major General John Hartley, The Normalisation of Japanese Policy in the Indian Ocean Region,

Future Direction International, diakses dalam

http://www.futuredirections.org.au/publication/normalisation-japanese-policy-indian-ocean-region/ (10/02/2020, 11.20 WIB)

(28)

64

Perkembangan Jepang dari tahun ke tahun akhirnya menghasilkan beberapa hasil, salah satunya yaitu minat baru Jepang terhadap Samudera Hindia. Samudera Hindia bagi Jepang dianggap penting sebab Jepang tengah bergantung dengan ekspornya yang melintasi Samudera Hindia dan juga pasokan energinya yang dikirim melalui samudera tersebut, sehingga Jepang di sini berupaya untuk mengamankan Sea-Lines of Communication (SLOCs). Upaya Jepang dalam mengamankan Samudera Hindia ini dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan ancaman terhadap negara-negara lain yang berada di pesisir Samudera Hindia. Upaya Jepang tersebut yaitu dengan mulai menawarkan keamanan dan kemitraan ekonomi dengan mitra strategi yang potensial, hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh analis “Partnership for Quality Infrastructure”.81 Pertama kalinya Jepang menerapkan apa yang disampaikan oleh

analis tersebut dengan memulai mengeluarkan dana sebesar US $110 miliar di Asia, kemudian diperluas hingga ke ranah global sebesar $200 miliar termasuk Afrika dan Pasifik Selatan. Selain itu, sesuai dengan pengamatan Brewster terkait

dengan proyek infrastruktur Jpenag sejak 2016 yaitu82:

 Nacala, Mozambik: port ($ 320 juta)

 Mombasa, Kenya: pelabuhan dan infrastruktur terkait ($ 300 juta)

 Toamsina, Madagaskar: port ($ 400 juta)

 Mumbai, India: tautan lalu lintas pelabuhan ($ 2,2 miliar)

 Matarbari, Bangladesh: pelabuhan dan pembangkit listrik ($ 3,7 miliar)

81 Ibid.

(29)

65

 Yangon, Myanmar: terminal container ($ 200 juta)

 Dawei, Myanmar: pelabuhan dan zona ekonomi khusus ($ 800 juta)

Beberapa investasi dan kerja sama yang dilakukan oleh Jepang terhadap negara-negara lain ini akan bisa membantu Jepang untuk memenuhi kepentingannya di Samudera Hindia dalam menjaga SLOCs nya. Selain itu tujuan Jepang dalam memungkinkan preoyek-proyek tersebut adalah untuk memastikan bahwa mereka akan mengarah pada pengembangan penjaga pantai di negara-negara tersebut.

Jepang juga sedang mengejar strategi dalam upaya mengamankan SLOC-nya, memastikan stabilitas di kawasan secara keseluruhan untuk mendukung kemampuan keamanan maritim dari negara di pesisir Samudera Hindia, misalnya saja kebebasan navigasi yang dimulai dari tepi Samudera Hindia yaitu dari

Djibouti dan Sri Lanka.83 Selain itu Jepang juga mengirimkan tim penjaga pantai

ke Djibouti untuk berlatih penjagaan personil di wilayah tersebut. Pelatihan ini digunakan untuk memelihara kapal patroli yang disediakan oleh Jepang untuk menangani kapal-kapal yang mencurigakan. Disamping upaya mengamankan SLOC di Samudera Hindia, Jepang juga memiliki kepentingan di sana yaitu terkait dengan rute perdagangan minyak dari Timur Tengah, jalur Laut Merah ke Eropa, Afrika Utara, dominasi keamanan AS yang menurun, masuknya Tiongkok sebagai new emerging power, terorisme dan pembajakan, bantuan bencana dan

perlindungan warga di wilayah luar.84 Oleh karena itu kenapa kemudian Jepang

83 Ibid.

84 Yoichiro Sato, Japan’s Maritime Security Interests in The Indian Ocean: Region and Prospect

for Indian-Jaoan Cooperation, Indian Council for Research on International Economic Relations,

(30)

66

bersikeras untuk merevisi kebijakannya dalam hal keamanan dan ekonomi di wilayah Samudera Hindia khususnya.

2.2 Isu-Isu Keamanan, Politik, dan Ekonomi di Kawasan Samudera Hindia

Berdasarkan dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwasannya banyak negara yang tertarik terhadap Samudera Hindia, hingga hal ini menimbulkan berbagai macam isu di samudera tersebut. Isu-isu yang ada di Samudera Hindia meliputi isu keamanan mulai dari pembajakan dan perampokan bersenjata di laut, illegal fishing, terorisme, human trafficking, perdagangan senjata ringan, perdagangan narkoba, ketidakstabilan internal kawasan, dan sengketa teritorial maritim. Isu keamanan sendiri terbagi menjadi dua yakni keamanan tradisional dan non tradisional. Keamanan tradisional terdiri dari persaingan pembangunan pangkalan militer guna menyeimbangkan kekuatan masing-masing negara sekaligus menjaga keamanan nasionalnya. Sedangkan keamanan non tradisional sendiri ada illegal fishing, human trafficking, perdagangan narkoba, terorisme, sengketa teritorial, pembajakan dan perampokan.

Belakangan ini isu keamanan tradisional tengah terjadi yakni persaingan antar dua negara di kawasan Samudera Hindia seperti yang tengah dialami oleh Tiongkok dan India. Kedua negara tersebut sama-sama tengah waspada terhadap program ekspansi angkatan laut lainnya. Pihak India berupaya menjaga keamanannya melalui pembangunan pangkalan militer di beberapa wilayah sedangkan pihak Tiongkok berusaha mengelilingi India dengan cara memberikan bantuan dana kepada pelabuhan di negara-negara tetangganya. Hal tersebut

(31)

67

dilakukan Tiongkok untuk melindungi kepentingan strategismya di kawasan tersebut terutama dalam hal kepentingan perdagangannya yang semakin luas dengan negara-negara Afrika yang kaya akan mineral dan minyak bumi. Selain itu juga menjaga hubungannya dengan sumber utama minyak mentah di Teluk Persia,

Arab, dan Iran.85 Pada perselisihan ini Tiongkok kemudian tetap mewaspadai

pembangunan angkatan laut India khususnya perluasan jumlah kapal induknya, dan hubungannya dengan Amerika Serikat yang lebih erat kaitannya dengan

teknologi dan energi nuklir serta penjualan senjata.86 Terlepas dari itu semuanya

sebenarnya kedua negara tersebut sama-sama berupaya untuk menjaga keamanan ekonomi masing-masing yang ditopang oleh arus perdagangan bebas (khususnya minyak bumi) melalui sarana Samudera Hindia. Tiongkok dan India sama-sama memproyeksikan untuk melindungi kepentingan mereka khususnya keamanan SLOC yang menghubungkan Teluk Persia dengan terminal minyak bumi mereka yang paling penting.

85 Ibid.

(32)

68

Gambar 2.3

Major Security Concerns/Issues in the Indian Ocean Region

Sumber: Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean, diakses melalui

https://www.stimson.org/wp-content/files/file-attachments/Front_Matter_-_Maritime_Commerce_and_Security_The_Indian_Ocean_1.pdf

Gambar diatas menjelaskan isu keamanan non tradisional yang marak terjadi di Samudera Hindia. Samudera Hindia sering kali terjadi isu-isu keamanan seperti human trafficking yang jalurnya ditunjukkan dengan panah warna kuning

yakni di wilayah Sudan, Saudi Arabia, Ethiopia, Yaman, dan Somalia.87

Kemudian perdagangan narkoba yang ditunjukkan melalui garis putus-putus berwarna merah yakni di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, hingga Timur Tengah. Perdagangan senjata di kawasan Samudera Hindia digambarkan dengan garis putus-putus berwarna hijau mulai dari Laut Merah hingga Teluk

87 Amit A. Pandya, dkk, Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean, STIMSON, diakses melalui https://www.stimson.org/wp-content/files/file-attachments/Front_Matter_-_Maritime_Commerce_and_Security_The_Indian_Ocean_1.pdf (11/03/2020, 11.49 WIB)

(33)

69

Persia. Sekitar 56% dari seluruh negara di kawasan Samudera Hindia mengalami permasalahan tersebut.

Penyelundupan atau human trafficking di Laut Merah tersebar luas disebabkan oleh beberapa alasan:

1. Laut Merah merupakan saluran maritime terpendak dan paling banyak digunakan antara sumber-sumber produksi opiate di Asia Tengah dan pasar-pasar utama Eropa

2. Meskipun terdapat sejumlah besar kapal perang koalisi dalam operasi anti pembajakan dan anti terorisme di Laut Arab lebih luas, pasukan keamanan maritime regional dan kemampuan larangan dari Oman dan Yaman terbatas

3. Keberadaan beberapa negara yang rapuh dan tidak diamankan dengan pemberontakan yang terus menerus serta kehadiran teroris berarti bahwa pengiriman pasokan senjata dan amunisi yang cukup sering tidak dapat dihindari

Beberapa alasan tersebut yang menyebabkan human trafficking melintasi Laut Merah sampai hari ini masih berlangsung, utamanya dialami oleh dhow dan kapal

kargo umum yang lebih kecil.88 Aliran perdagangan ini terjadi dari barat ke timur

dengan Sudan dan Arab Saudi yang menjadi dua negara pengirim dan penerima utamanya. Beberapa contoh kapal-kapal yang kelebihan muatan membawa orang-orang yang diperdagangkan terbalik di Laut Merah yang tidak bisa dihindari. Senjata yang disalurkan melalui pelabuhan Yaman di laporkan memasok teroris

dan militant di Sudan, Somalia, wilayah Palestina, Eritrea, dan Arab Saudi.89

88 Ibid.

(34)

70

Selain isu tersebut, isu terorisme juga menjadi bagian dari isu internasional yang berkembang di Samudera Hindia. Isu terorisme ini yang kemudian memberikan ancaman terhadap negara-negara kawasan Samudera Hindia hingga

31%.90 Peperangan antar negara pun masih menjadi isu yang hangat di kawasan

tersebut seperti yang ditunjukkan pada peta warna merah yaitu di Somalia, Yaman, Iran, dan Pakistan. Sebesar 53% negara Samudera Hindia mengalami

perselisihan wilayah teritorial laut dengan negara tetangga.91 Selain itu juga

maraknya isu pembajakan laut di Samudera Hindia begitu menyebar luas hampir di seluruh laut samudera tersebut. Kurang lebih sebesar 33% negara yang terancam akan adanya isu pembajakan dan perampokan di laut bahkan di wilayah

teritorial negara mereka sendiri.92

Tabel 2.1

Security Concern/Issue Summary for The Indian Ocean Region 2009/2010

Country War/Armed Conflict Terrorism Maritime Trafficking (Drugs, Weapons/Peo ple) Piracy and Armed Robbery at Sea Political Risk or Internal Instability Marritime Territorial Disputes Australia X Bahrain Bangladesh X X X X Comoros X Djibouti X East Timor X X Egypt X X X Eritrea X India X X X X 90 Ibid. 91 Ibid. 92 Ibid.

(35)

71 Indonesia X X X Iran X X X X Iraq X X X X Israel X X X Jordan Kenya X X X Kuwait X Madagasca r X X Malaysia X X Maldives Mauritius X X Mozambiq ue X X Myanmar X X X Oman X X Pakistan X X X X X Qatar Saudi Arabia X X X X Seychelles X X Singapore X X Somalia X X X X X South Africa Sri Lanka X X Sudan X X X Tanzania X X Thailand X X X UAE X X

Sumber : Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean, diakses melalui

https://www.stimson.org/wp-content/files/file-attachments/Front_Matter_-_Maritime_Commerce_and_Security_The_Indian_Ocean_1.pdf

(36)

72

Beberapa kasus terkait dengan kriminalitas dan serangan terorisme yakni serangan oleh sel-sel maritim AQ pada USS Cole di Aden tahun 2000, dan di Very Large Crude Carrier (VLCC) Limburg di lepas pantai Yaman serta serangan

Al Qaeda di Irak (AQI) terhadap terminal minyak Irak pada bulan April 2004.93

Selain itu terdapat juga konflik antara pasukan pemerintah Yaman dan gerilyawan Syiah Houthi di Pegunungan Barat Laut wilayah tersebut yang berbatasan dengan Arab Saudi. Selain negara-negara di Timur Tengah, isu terorisme juga menyebar luas hingga ke Asia, misalnya saja seperti di India. Ancaman terorisme melalui laut pada 26 November 2008 ketika beberapa orang Pakistan melakukan serangan

komando di Mumbai tengah mengakibatkan 170 orang tewas ditempat.94 Isu yang

marak terjadi di Samudera Hindia bukan hanya soal terorisme melainkan juga perompakan dan perampokan bersenjata di laut. Kasus perompakan dan perampokan bersenjata di laut sering kali terjadi di kawasan Samudera Hindia

barat khususnya di Teluk Aden dan lepas Tanduk Afrika.95 Hal ini dibuktikan

dengan data dari International Maritime Berau (IMB) dari tahun 2003 hingga 2009. Laporan dari IMB menunjukkan bahwa insiden perampokan dan perompakan bersenjata di Samudera Hindia telah terjadi di wilayah laut dan perairan teritorial yang tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2

Armed Robbery at Sea and Piracy in Territorial Water 2003-2009

Armed Roberry at Sea Piracy in Sea Area

Bangladesh Myanmar (Burma) Andaman Sea

Egypt Oman Arabian Sea

93 Ibid.

94 Ibid. 95 Ibid.

(37)

73

Eritrea Saudi Arabia Bay of Bengal

India Seychelles Gulf of Aden

Indonesia Somalia Malacca Straits

Iran South Africa Persian Gulf

Iraq Sri Lanka Red Sea

Kenya Tanzania Singapore Straits

Madagascar Thailand

Malaysia United Arab Emirates

Mozambique Yemen

Sumber: IMB Piracy & Armed Robbery Againts Ships Annual Report 2008 & 2009 in Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean

Pada kasus perompakan dan perampokan bersenjata di wilayah Samudera Hindia yang tercantum dalam laporan tersebut menjelaskan bahwa kejahatan dan kekerasan yang sering terjadi adalah terhadap kapal dan awak kapal termasuk

penyitaan dan penculikan awak kapal.96 Selain data terkait dengan negara-negara

yang mengalami perompakan dan perampokan terdapat beberapa insiden yang dilaporkan beserta dengan jumlah perampokan bersenjatanya. Ini dipaparkan pada table di bawah ini.

Tabel 2.3

Ports in the Indian Ocean Region with Three or More Reported Incident During 2009

Country Port Armed Robbery

Bangladesh Chittagong 17

96 Ibid.

(38)

74

Tanzania Dar es Salaam 5

Malaysia Sandakan 4

India Kakinada 3

Kochin 3

Indonesia Balongan 3

Belawan 3

Sumber: IMB 2009 Annual Piracy Report in Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean

Dari keseluruhan pembajakan dan perampokan bersenjata yang dilaporkan ke IMB dari tahun 2003 hingga 2008, sekitar 66,34% diantaranya terjadi di

Samudera Hindia.97 Lebih dari 82% dari insiden yang dilaporkan antara tahun

2003 sampai 2008 terjadi di perairan dan laut dengan urutan besarnya yakni, Indonesia, Bangladesh, Teluk Aden, Somalia, Selat Malaka, dan India. Lalu pada 2009 perompakan dan peramokan bersenjata di laut kembali berpusat di bagian barat laut dan utara tengah Samudera Hindia, hingga pada akhir 2009 IMB mencatat 406 insiden 154 di seluruh dunia mengalami peningkatan 28% pada

perairan internasional.98

Total dari jumlah 406 insiden tersebut, sebagian yakni 295 insiden 155 tercatat terjadi di wilayah Samudera Hindia yang mencapai 73% dari semua

insiden yang dilaporkan di seluruh dunia yaitu hampir mencapai tiga perempat.99

97 Ibid.

98 Ibid. 99 Ibid.

(39)

75

Sebelumnya di tahun 2006 wilayah yang menjadi fokus perhatian dan memprihatinkan adalah Selat Malaka, Selat Singapura, dan perairan Indonesia dan Malaysia. Namun belakangan ini Teluk Aden dan lepas Tanduk Afrika menjadi tujuan utama para perompak. Bahkan kasus ini mengalami peningkatan sejak tahun 2006-2009, seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

Gambar 2.4

Piracy Incidents Reported in the Red Sea, the Gulf of Aden and Horn of Africa

Sumber: IMB Piracy & Armed Robbery against Ships Annual Report 2009 in Maritime Commerce and Security: The Indian Ocean

Di kawasan tersebut pembajakan mengalami peningkatan yang cukup drastis, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Pengapalan pedagang di utara / selatan Cekungan Somalia mulai memperhatikan peringatan pembajakan dari IMB, dan mulai menavigasi lebih dari 200 mil laut dari pantai, sehingga membuatnya kurang menarik sebagai target

(40)

76

2. Pengawalan kapal-kapal World Food Programme (WFP) yang menuju ke Somalia dan Kenya memiliki efek jera yang diinginkan untuk menghentikan serangan terhadap kapal-kapal ini di Cekungan Somalia, dan memberikan ukuran tambahan perlindungan yang dirasakan untuk pengiriman yang tidak diseleksi lainnya di daerah ini

3. Ini mendorong para perompak untuk memusatkan upaya mereka pada target yang lebih mudah di Teluk Aden

4. Situasi keamanan yang memburuk di Pntai di Puntlad memungkinkan para perompak kebebasan operasi yang jauh lebih besar di Teluk Aden, dan hal ini memberikan kesempatan bagi pemimpin geng bajak laut untuk menawarkan gaji dan hadiah yang lebih besar kepada mereka yang berpartisipasi

5. Kepadatan geografis pengiriman yang tersedia di Teluk Aden dalam hal pengiriman memberikan peluang besar untuk para pembajak melakukan pembajakan di sana.

Berdasarkan dari beberapa faktor di atas itulah kenapa pembajakan laut dan perampokan di wilayah Teluk Aden semakin meningkat drastis. Faktor-faktor tersebut akan memberikan keuntungan finansial yang cukup besar bagi para perompak yakni dengan cara melakukan penculikan dan tebusan. Bajak laut yang melakukan pembajakan di daerah Somalia kebanyakan bermarkas di Puntland,

dengan Eyl muncul sebagai basis operasi bajak laut utama sejak 2007.100 Selain

itu, Kota Garad sekarang juga menjadi titik awal serangan dan area penahanan untuk kapal-kapal yang ditangkap dan kru yang diculik. Ras Aser dan Haifun juga

(41)

77

sampai sekarang masih digunakan sebagai pangkalannya. Peneliti pembajakan independen telah mengidentifikasikan sekitar 50 kelompok yang secara rutin

beroperasi dari pangkalan di Puntland.101

Beberapa isu keamanan maritim yang banyak terjadi di kawasan Samudera Hindia ini kemudian menimbulkan lebih banyak perhatian sehingga memunculkan berbagai macam kerja sama yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan tersebut. Para angkatan laut telah meningkatkan koordinasi diantara mereka untuk menjaga wialyah laut. Selain itu Vessel Classification Societies (VLC) dan perusahaan asuransi semakin banyak menyebarkan informasi tentang kerentanan atau resiko kapal, namun inipun masih memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah tersebut. Mengatasi isu-isu yang begitu banyak di Samudera Hindia tidak memungkinkan apabila suatu negara menyelesaikannya secara sendirian, mereka memerlukan kerja sama untuk bisa mengatasi hal tersebut sebab permasalahan itu telah menyebar luas di berbagai wilayah. Kerja sama yang diperlukan ini bukan hanya dalam bidang keamanan melainkan juga dalam perkembangan ekonomi yang terjadi di Samudera Hindia

IORA sampai pada saat ini tengah memainkan peranannya sebagai organisasi kawasan yang cukup baik. IORA mampu mencapai kesuksesannya untuk bergolak di kawasan Samudera Hindia. Kesuksesan atau peran IORA di kawasan tersebut terlihat dari keberhasilan IORA dalam hal mekanisme khusus yang dibuat untuk kepentingan negara anggotanya. IORA telah memberikan bantuan pendanaan untuk proyek dan program yang diadopsi oleh organisasi tersebut dan dana khusus tersebut didirikan sejak 2006 di Dewan Menteri ke-6 di

(42)

78

Teheran. Kemudian ada program pembangunan berkelanjutan IORA, pada 2014 IORA Sustainable Development Programme (ISDP) yang sengaja dikembangkan dengan fokus khusus pada negara-negara yang kurang berkembang dengan tujuan untuk mendorong partisipasi aktif mereka guna mengoptimalkan manfaat yang timbul dari kerja sama IORA. Selain itu IORA juga sukses dalam membentuk agensi khusus untuk menyelenggarakan berbagai lokakarya atau kegiatan, serta meningkatkan kapasitas dan berbagi pengetahuan antar satu negara dengan negara lain di sekitar kawasan Samudera Hindia. Bukan hanya itu kesuksesan IORA juga terlihat dari keberhasilannya menjadi Chair of Indian Studies (CIOS), tugas dari CIOS ini adalah berperan untuk menghubungkan kegiatan penelitian dan studi di bidang-bidang prioritas IORA dengan lembaga akademis lainnya dari negara-negara anggota IORA, serta IORA juga telah mengadakan lokakarya yang bekerjasama dengan UNECA, kerja sama dengan UNECA ini lebih kepada

proyek publikasi jurnal dan buku pegangan tentang “Blue Economy”.102 Beberapa

keberhasilan ini sebenarnya bukan hanya dilihat dari kacamata IORA, melainkan juga harus dilihat dari peran IORA di kawasan Samudera Hindia yakni dengan cara meningkatkan integrasi kawasan atau integrasi negara-negara di kawasan Samudera Hindia.

2.3 Signifikansi Samudera Hindia bagi Tiongkok

Beberapa dekade terakhir di abad ke 21 ini Tiongkok telah mampu naik ke panggung ekonomi global, kebangkitan Tiongkok bukan hanya di bidang ekonomi namun juga dalam hal geopolitik. Tiongkok saat ini menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, akibat dari hal ini membuat Tiongkok

Gambar

Gambar  diatas  menjelaskan  isu  keamanan  non  tradisional  yang  marak  terjadi di Samudera Hindia

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

perbaikan sekolah dengan memberikan pada profesional pendidikan perangkat. dan teknik yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang

Program Studi Pendidikan Tata Niaga, Jurusan Ekonomi dan Administrasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta, Juni 2013.. Penelitian ini dilakukan di PT GMF AeroAsia

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang berjudul “ Pengaruh

Penyebab Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Dalam sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguan- gangguan yang dapat menyebabkan timbulnya arus berlebih yang mungkin terjadi

Mencari bobot llOlmal tiap parameter dengan cara membagi nilai bobot relatif tiap parameter dengan total bobot relatif dari semua parameter tersebut. Perhitungan

Mesin penerjemah (machine translation) merupakan alat penerjemah otomatis pada sebuah teks dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Ada beberapa pendekatan untuk

Dengan adanya interaksi antara anggota komunitas membuat banyak brand memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memasarkan brandnya agar lebih dikenal dan diketahui oleh