• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pidato Ketua MGB ITB Periode pada Acara Serah Terima Jabatan Ketua MGB ITB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pidato Ketua MGB ITB Periode pada Acara Serah Terima Jabatan Ketua MGB ITB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pidato Ketua MGB ITB Periode 2008-2013 pada Acara Serah Terima Jabatan Ketua

MGB ITB

Pidato Ketua Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Periode 2008-2013

pada

Acara Serah Terima Jabatan

Ketua Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Â

Â

Mewujudkan Cita-cita

Institut Teknologi Bandung BHMN

Â

12 Mei 2008

Balai Pertemuan Ilmiah ITB

Hak cipta ada pada penulis

Â

Mewujudkan Cita-cita

Institut Teknologi Bandung BHMN

▸ Baca selengkapnya: contoh kata sambutan serah terima jabatan

(2)

Â

Majelis Guru

Besar ITB (MGB) adalah satu dari empat unsur untuk penyelenggaraan Institut Teknologi Bandung di dalam struktur Perguruan Tingi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN), yang fungsi, tugas dan tanggung jawabnya adalah (PP No. 155/2000, Ps. 1(8), dan Ps. 36(3), ART ITB Th. 2005 Ps. 1(3), dan Ps. 50)): mengemban

tanggung jawab atas tegaknya integritas moral dan etika perofesional civitas akademika institut dan atas kukuhnya kesarjanaan di lingkungan institut. Terkandung

di dalamnya adalah, MGB bertanggungjawab dalam tugas pembinaan nilai-nilai universal perguruan tinggi, yaitu sebagai: Ïthe

house of learning, Ïthe guardians of values, Ïthe agent of change, Ïthe house of culture, dan Ïthe

bastion of academic freedom.

Makna lebih spesifik dari keberadaan MGB adalah bertanggung jawab menjaga idealisme akademik, yang meliputi:

dihasilkannya

secara terus-menerus ilmu pengetahuan baru oleh masyarakat akademik di lingkungan Institut,

tetap

terjaganya sepanjang masa kebenaran hakiki ilmu pengetahuan yang telah hadir, serta

diusahakannya

secara terus menerus manfaat maksimum dari setiap ilmu pengetahuan yang disumbangkan oleh Institut kepada lingkungannya.

Â

Berbeda dengan

unsur yang lainnya, MGB tidak mempunyai perangkat struktural-kewenangan, maupun dalam bentuk produk kewenangan- hukum yang lainnya, dalam mensintesakan dan melaksanakan fungsi, tugas dan taggung jawabnya di atas, kecuali harus

bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat akademik ITB (PP No. 155/2000, Ps. 36). Namun demikian, kiranya justru disinilah posisi yang paling ideal bagi

MGB, pada suatu kultur dan tradisi sebuah universitas, yang kekuatan utamanya ada pada para anggotanya, yang academic leader (individu-individu

pemimpin akademik) yang tersebar dalam berbagai posisi, baik vertikal maupun horisontal, di dalam lingkungan ITB, pada tataran nasional bahkan internasional.

Untuk itu, pada prioritas pertamanya, MGB sangat berperhatian pada pembangunan values pada para anggota komunitas akademik ITB, khususnya values

dari para anggota Majelis dimanapun mereka berada menjalankan fungsi, tugas serta tanggung jawab kegurubesarannya (academic leader). Dengan latar belakang tersebut di atas, serta dilandasi oleh semangat untuk selalu bersama dengan pilar-pilar yang lainnya, dalam usaha mewujudkan cita-cita ITB sebagai PT BHMN, MGB telah dan akan terus berusaha menyelenggarakan berbagai kegiatan yang membangun kualitas dan derajat values institusi Majelis serta para

anggota Majelis sebagai pemimpin akademik, dalam upaya prioritasnya membangun nilai-nilai masyarakat akademik ITB, yaitu:

Ïkeunggulan, Ïkepeloporan, Ïkejuangan,

(3)

dan Ïpengabdian.

Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat terwujud sosok kelembagaan MGB yang berkualitas yang mendukung cita-cita visi ITB menjadi perguruan tinggi riset dan pengembangan, yang dihormati oleh masyarakat akademik dunia, demi keunggulan daya saing serta martabat bangsa Indonesia.

Â

Sejauh ini, berbagai fora ilmiah dan acara diskusi telah diselenggarakan oleh MGB guna memfasilitasi kehadiran para anggotanya untuk secara aktif menimba, mengasah, dan meningkatkan kualitas values-nya sebagai academic leader. Demikian

pula berbagai pemikiran telah pula dihimpun dan disebar-luaskan kepada

masyarakat ITB. Bahkan, mengingat maknanya yang demikian penting pada tataran values, maka informasi-informasi terdokumentasi tersebut telah disediakan

pula untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum yang di luar ITB sekalipun. Antara lain, MGB telah menyelenggarakan fora bersama dengan para tokoh serta institusi lain di luar ITB yang menyentuh lebih khusus masalah pendidikan

bangsa, yang mengundang pula berbagai lapisan masyarakat amat penting di luar ITB. Sebagai perangkat perguruan tinggi, bersama berbagai institusi di luar ITB, MGB telah sering menyelenggarakan event diskusi tentang pendidikan di

negara ini. Suatu pelajaran penting yang kita peroleh, adalah memang tidak mudah bersama-sama memperbaiki sistem pendidikan bangsa, pada saat bangsa telah terganggu nilai-nilai sosialnya seperti dewasa ini. Bahkan, jika kita jujur,

kalaupun terdapat peningkatan biaya pendidikan, untuk saat ini masih banyak di antara kita, bangsa Indonesia, yang tidak tahu bagaimana menggunakan peningkatan dana pendidikan tersebut dengan benar. Ternyata ketersediaan dana bukan

segalanya bagi usaha perbaikan pendidikan di Indonesia pada saat ini. Bukankah hal demikian merupakan point pelajaran yang sangat berharga untuk

pembangunan kualitas values para academic leader di ITB, yang

selalu menjadi tempat bertanya tentang membangun sistem pendidikan di Indonesia? Â

Di antara sangat

banyak kegiatan yang telah dilaksanakan MGB adalah fora diskusi yang menyentuh dimensi kebangsaan dan kenegaraan. Dalam pertemuan demikian, wawasan kita telah dibuka, bukan saja dalam dimensi pendidikan, tetapi juga sosial, ekonomi, bahkan politik, yang secara keseluruhan akan berpengaruh pada perjalanan bangsa Indonesia ke depan. Pengetahuan ini amat sangat berharga bagi kita, mengingat peran kita sebagai pelaku utama dalam membentuk budaya bangsa Indonesia. Â

Sejak beberapa

tahun terakhir ini, MGB telah menghadirkan suatu tradisi Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung. Guru Besar adalah jabatan Institut yang dipercayakan kepada seorang dosen yang pantas untuk mengemban tugas serta kewajiban dalam melaksanakan kepemimpinan akademik (academic leader) yang bertanggung jawab dalam melahirkan dan menjaga kebenaran ilmu pengetahuan di lingkungan ITB. Dengan demikian, makna dari jabatan Guru Besar adalah identik dengan kehadiran ilmu baru yang yang dilahirkan di dalam norma akademik yang diakui, bahkan telah pula dibuktikan kemanfaatannya bagi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, menghasilkan Guru Besar baru serta menyelenggarakan prosesi pidato ilmiah Guru Besar adalah bentuk tanggung jawab dari institusi ITB kepada stakeholders, dalam menampilkan pemimpin akademiknya, serta menyuguhkan karya-karyanya yang bermanfaat untuk kesejahteraan dan perdamaian umat manusia. Dengan demikian pula, masyarakat luas akan mengetahui kontribusi yang telah diberikan, yang ditawarkan, serta yang dirancang lebih jauh di kemudian hari oleh institusi ITB dalam pengembangan keilmuan serta pengembangan budaya bangsa.Â

Tiga kata

kunci dikemukakan dalam pidato ilmiah Guru Besar ITB, yaitu:

(4)

kebenaran

ilmu pengetahuan baru yang telah dikembangkan dan dipromosikannya,

kemanfaatan serta kemungkinan pengembangan yang dijanjikan pada ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan dan dipromosikannya, serta

jawaban

atas hari depan dari ilmu pengetahuan baru yang telah dikembangkan dan dipromosikannya, baik dari sisi keilmuan maupun dari sisi masyarakat yang akan memanfaatkannya.

Namun

demikian, oleh karena suatu tradisi yang baru bagi ITB, maka mewujudkan kualitas serta idealisme dari obyektif Pidato Ilmiah Guru Besar sangat memerlukan

perhatian kita semua, terutama agar kelak tidak berubah arah menjadi sesuatu yang justru menyebabkan degradasinya values dari sang Guru Besar maupun institusi ITB.

Â

Khususnya

tentang values kegurubesaran di atas, MGB telah menyelenggarakan beberapa kali kegiatan pertemuan dan saresehan tentang membangun kegurubesaran dan pemikiran MGB dalam mewujudkan kegurubesaran di ITB.

Melalui kegiatan

tersebut telah dirumuskan pemikiran tentang sosok pemimpin akademik yang

dibutuhkan oleh ITB manakala berkehendak mendapatkan pengakuan masyarakat dunia. Yang amat kuat melatar-belakangi pendapat yang terumuskan dari kegiatan tersebut di atas, utamanya adalah kesadaran MGB bahwa menjadi perguruan tinggi Indonesia, yang mendapatkan pengakuan kelas dunia bukan saja wajib bagi ITB, tetapi juga tanggung jawab ITB atas kepercayaan yang telah diberikan bangsa Indonesia kepada ITB. Tidak ada di antara kita yang tidak menyadari bahwa amat banyak

permasalahan yang perlu diselesaikan oleh bangsa Indonesia, juga oleh ITB, baik vertikal maupun horisontal. Sementara banyak dinyatakan oleh berbagai pendapat bahwa, pada kurun waktu yang tidak terlalu lama, Indonesia akan berada pada titik pusat geopolitik kumpulan negara-negara Asia yang akan mendominasi kekuatan sekaligus menjadi perhatian dunia. Oleh karena itu, atas dasar

keterbatasan yang ada, ITB perlu berani menetapkan perannya yang paling pantas, bersama-sama kekuatan bangsa yang lain, untuk terwujudnya daya saing serta martabat bangsa Indonesia menghadapi posisi geopoliknya yang akan datang. Suatu usaha untuk mensejajarkan bangsa Indonesia pada kekuatan bangsa-bangsa lain di kawasan Asia perlu menjadi pemikiran ITB ke depan. Untuk ini Majelis sangat perlu menyadari dengan kesungguhan betapa tantangan yang dihadapi untuk terwujudnya cita-cita ITB di atas.

Â

Jika Yang Maha

Kuasa mengijinkan, amat penting kita meneruskan pembangunan tradisi luhur di atas. Tradisi luhur yang lain yang kiranya amat penting terus dibangun oleh MGB

adalah kewajiban dan tanggung jawab memberikan pertimbangan serta masukan kepada Pimpian ITB serta Senat Akademik (PP 155/2000, ps. 36(6)) dalam pemberian

penghargaan kepada siapapun yang telah berjasa dan berprestasi luar biasa dalam pengembangan keilmuan yang menjadi perhatian Institut. Hingga saat ini ITB mencatatkan sangat sedikit memberikan penghargaan kepada mereka yang telah mempersembahkan karya-karyanya yang luar biasa kepada bangsa, tak terkecuali

(5)

kepada anggota masyarakat ITB sendiri. Tanggap akan hal ini, demi values-nya, MGB ke depan kiranya harus lebih aktif membantu Institut dalam mencari dan menemukan mereka-mereka, dimanapun mereka berada, yang telah berjasa dan berprestasi luar biasa dalam pengembangan untuk kemanfaatan keilmuan, khususnya pada lingkup keilmuan yang menjadi komitmen ITB, dan mengusulkannya untuk

mendapatkan penghargaan Institut. Dan kemudian, MGB harus pula menyelenggarakan suatu bentuk ”pertanggung-jawaban” Institut kepada masyarakat, lebih dari

sekedar menyampaikan selembar surat pengakuan kepada yang bersangkutan. Â

Mengawali

kegiatannya ke depan, dalam kerangka tugas serta tanggung jawabnya membangun kualitas pengabdian ITB guna terwujudnya daya saing serta martabat bangsa Indonesia, MGB perlu mengagendakan semacam fora diskusi terbuka tentang 100 tahun kebangkitan nasional bangsa Indonesia, dimana MGB akan mengundang berkenannya para tokoh akademik ITB, bersama-sama tokoh masyarakat di luar ITB, untuk merajut profil keilmuan ITB mengisi agenda Institut melangkah lebih baik ke depan. Salah satu hal penting yang kiranya dapat dijadikan isu adalah bagaimana mewujudkan the unity of knowledge, yang telah banyak dikemukakan oleh berbagai sumber, yang diyakini akan merupakan kunci keberhasilan banyak hal ke depan. Kami meyakini bahwa topik ini akan sangat

bermanfaat bagi pemahaman usaha membangun kualitas akademik ITB khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Telah banyak dikatakan bahwa dewasa ini, dan ke depan, individu-individu yang paling berharga bukanlah mereka yang sangat maju dalam suatu spesialisasi, melainkan mereka yang mampu mengelola serta menangani masalah dengan mensinergikan berbagai disiplin keilmuan, dan kreatif menciptakan solusi menuju ke realisasi yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan umat

manusia, dengan nilai-nilai etika sebagai rambu-rambu acuannya. Dari berbagai diskusi di MGB, kiranya kita sangat menyepakati hal ini. Bahkan kiranya pula kita sependapat bahwa langkah-langkah penyelesaian dengan pendekatan kartesianisme dan fragmental adalah merupakan keputusan yang salah dan fatal. Untuk itu pula, adalah selayaknya jika MGB mendukung setiap usaha membangun nilai-nilai interaksi antar disiplin keilmuan di ITB, bahkan dengan disiplin

keilmuan yang diluar ITB sejauh efektif untuk terwujudnya cita-cita ITB. Â

Tantangan MGB,

melalui berbagai kemampuan yang dipunyainya, dengan berbagai fora kegiatnnya di atas, adalah ikut serta mewujudkan key success factors ITB mendapatkan

pengakuan sebagai universitas riset dan pengembangan kelas dunia yang sangat dihormati. Untuk ini, Senat Akademik telah merumuskan 4 (empat) faktor kunci keberhasilan ITB untuk mendapatkan pengakuan kelas dunia:

(1) mampu menarik

kehadiran the best talents, baik calon dosen, peneliti, maupun mahasiswa, untuk berprestasi unggul di lingkungan ITB;

(2) mampu

mempertahankan keberadaan the best talents tersebut berprestasi unggul di lingkungan ITB;

(3) mampu

menghadirkan dana untuk berkembangnya prestasi unggul ITB; (4) sangat

responsif terhadap tuntutan masyarakat di sekitarnya. Tanpa mengurangi

peran penting kepengurusan lembaga MGB, sekali lagi, kunci keberhasilan Majelis dalam mewujudkan ke-empat faktor kunci keberhasilan di atas amat sangat bergantung pada keterlibatan serta kualitas kepemimpinan akademik para anggota Majelis. Untuk ini, Pimpinan Majelis bersama-sama Komisi kiranya perlu menyusun agenda yang efektif, agar peran Majelis ke depan semakin terasa maknanya bagi

(6)

Institut yang kita cintai ini. Sebagai ilustrasi, dari pertemuan pada hari Sabtu, 10 Mei 2008 yang lalu, jika diijinkan kami menyimpulkan, yang urgent dilakukan adalah menetapkan sasaran dan milestones, dari setiap kegiatan pada setiap pusat pelaku ITB, dari usaha bersama mewujudkan ke-empat faktor sukses di atas.

Â

Sebagai penutup,

dalam kesempatan yang terbatas ini kami tidak mungkin menyampaikan secara rinci semua kegiatan yang kiranya penting dilaksanakan oleh MGB ke depan. Namun dengan kapasitas yang ada, MGB tidak mungkin berhenti, bahkan perlu semakin aktif,

berusaha membangun dan menjaga values Institut menghadapi berbagai

perubahannya, sejalan dengan perubahan budaya dan kelahiran berbagai bentuk peradaban baru dunia. Di antara agenda MGB ke depan (dalam kerangka ART ITB Tahun 2005, Ps 50(2)), yang dipandang amat penting, adalah: mengkaji dan

mengembangkan konsep pembinaan kehidupan akademik sivitas akademika Institut, mengkaji dan mengembangkan sistem nilai akademik Institut, mengkaji dan

merumuskan pandangan pengembangan Institut, dan memberikan pertimbangan kepada SA mengenai pengusulan pengangkatan Gelar Doktor Kehormatan dan penganugerahan penghargaan Institut. Tidak kalah pentingnya, dapat dipertimbangkan sebagai

agenda MGB ke depan, adalah mengkaji serta memformulasikan profil keilmuan ITB menghadapi paradigma the unity of knowledge. Ujung dari semua ini adalah

bagaimana membangun semangat serta prestasi dari semua unsur serta potensi pelaku ITB, yang pada saat ini bersosialisasi di dalam kelompok-kelompok keilmuan masyarakat ITB. Namun demikian, kami ingin menyampaikan sekali lagi bahwa keberhasilan Majelis Guru Besar dalam menjalankan fungsi, tugas, serta tanggung jawabnya, yang pada tataran values di atas, amat sangat

bergantung pada para anggotanya yang secara kolektif membangun Majelis. Untuk itu, betapapun kendala yang kita hadapi, MGB tidak mungkin berhenti berusaha mendukung sinergi dengan Majelis Wali Amanat, dengan Senat Akademik, dan dengan Eksekutif, guna menyusun langkah-langkah efektif membangun values seluruh

anggota masyarakat akademik ITB, mencapai karir tertingginya, menghantarkan cita-cita Institut. Apapun kendalanya, values seorang pemimpin akademik tidak mungkin direduksi. Sebaliknya, dengan kualitas values yang kita

bangun, kita bersama wujudnya cita-cita ITB. Memang perubahan-perubahan harus segera dilakukan dan ditempuh dengan amat segera. Namun untuk itu, bukan hanya keberanian mengambil keputusan yang menjadi modal. Kita memerlukan pertimbangan yang cermat, meskipun amat segera, dengan mengkaji berbagai aspek dan tanggung jawab, serta menyadari bahwa setiap keputusan akan melahirkan tradisi baru, bahkan peradaban baru, yang ”ireversible” sifatnya, yang seringkali tidak dapat diduga bentuk kemanfaatannya. Menurut hemat kami, yang saat ini perlu menjadi pertimbangan penting oleh kita semua, adalah bagaimana tradisi dan kultur masyarakat ITB telah tumbuh dan berkembang, yang betapapun telah pula menghasilkan banyak pengakuan amat penting dari masyarakat, kemudian dapat dijadikan potensi bagi pembangunan ITB ke depan, sehingga semakin berarti keberadaannya bagi bangsa Indonesia.

Â

Tidak lupa, pada

kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih atas pelajaran luar biasa yang diberikan oleh Prof. Maman Djauhari kepada kami. Juga pelajaran sangat berharga dari almarhum Prof. Asis Djajadiningrat. Pelajaran tersebut amat sangat berharga bagi kami dalam mengemban amanah memimpin Majelis yang terhormat ini. Tentu saja kami sangat memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh anggota Majelis yang sangat kami hormati.

Â

Kiranya Tuhan

Yang Maha Kuasa meridloi setiap usaha kita membangun ITB untuk terwujudnya cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.

Â

(7)

Bandung, 12 Mei 2008

Ketua Majelis

Guru Besar Institut Teknologi Bandung Periode 2008-2013

Â

Â

Prof. Harijono A. Tjokronegoro

Referensi

Dokumen terkait

ƒ Peta Kegiatan Kerja Keseluruhan – untuk memberikan informasi (data) dari keseluruhan proses kerja secara lengkap dari langkah-langkah proses yang terjadi di sistem produksi

Melalui penelitian ini, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun mata pelajaran lainnya dapat memperoleh informasi dalam memilih model pembelajaran yang tepat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Peren+anaan pemeliharaan kapasitas terbatas adalah alat bantu dalam mana)emen pemeliharaan produktif ang digunakan oleh super%isor dan peren+anaan untuk bisa meren+anakan6

Upaya Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana dikenal dengan berbagai istilah, antara lain yaitu penal policy, criminal policy, atau strafrechtspolitiek merupakan

Umpan yang digunakan pada CDU V merupakan crude yang bersifat parafinik karena orientasi kilang Balikpapan I sebernarnya adalah memproduksi wax yang merupakan produk unggulan

Berdasarkan hasil analisis data, siswa kreatif atau tidak dalam memberikan penyelesaian atau jawaban dari suatu soal dapat diketahui dengan melakukan

Dari tabel akumulati efek kognitif diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas respponden sangat mengetahui seluruh pertanyaan yang disuguhkan dalam kuisioner sebelumnya,