• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT JENDERAT PERDAGANGAN DALAM NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIREKTORAT JENDERAT PERDAGANGAN DALAM NEGERI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN PERDAGANGAN . REPUBLIK IND('NESIA

M e n i m b a n g

Mengingat

DIREKTORAT JENDERAT PERDAGANGAN DALAM NEGERI Jaan l\,4.1 Ridwan Rais No.5 Jakarta 10110

Tel. 021-3440408, fa. 021-3858185

KEPUTUSAN

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR TS lPnN fKE.p fi /201a

TENTANG

SYARAT TEKNIS METER AIR DINGIN

D I R E K T U R J E N D E R A L P E R D A G A N G A N D A L A M N E G E R I .

: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER1312010 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang, perlu mengatur syarat teknis meter air dingin;

b. bahwa penetapan syarat teknis meter air dingin, diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, dan penggunaan meter air dingin sebagai upaya menjamin kebenaran p e n g u k u r a n v o l u m e a i r d i n g i n ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri;

'. 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal ( L e m b a r a n N e g a r a R e p u b l i k I n d o n e s i a T a h u n 1 9 8 1 Nomor 11, T a m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 3 1 9 3 ) ;

2 . U n d a n g - U n d a n g N o m o r 8 T a h u n 1 9 9 9 te n t a n g P e r l i n d u n g a n K o n s u m e n ( L e m b a r a n N e g a r a R e p u b l i k I n d o n e s i a T a h u n l g g g N o m o r 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821),

3. Undang-Undang Nom or 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagr Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 N o m o r 1 3 5 , T a m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a R e p u b l i k l n d o n e s i a N o m o r 4151) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 0 8 N o m o r 1 1 2 , T a m b a h a n L e m b a r a n N e g a r a R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 4 8 8 4 ) ;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844):

(2)

6 . 7 . 8 . 9 .

1 0 .

1 1 .

1 2 .

1 3 .

1 6 .

1 7

1 8

1 4

1 5

K e p u t u s a n D i r e k t u r J e n d e r a l P e r d a g a n g a n D a l a m N e g e r i

Nomor

: t6lplslKsp/rfzolo

Undang-Undang

Nomor

29 Tahun

2007 tentang

Pemerintahan

Provinsi

Daerah Khusus lbukota Jakarta Sebagai lbukota Negara Kesatuan

Republik

lndonesia

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Tahun

2007

Nomor 93, Tambahan

Lembaran

Negara Republik

Indonesia

Nomor

4744);

Peraturan

Pemerintah

Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan

Pembebasan

Untuk Ditera

dan/atau

Ditera Ulang Serta Syarat-syarat

Bagi Alat-alat

Ukur,

Takar,

Timbang,

dan Perlengkapannya

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Tahun

1985 Nomor

4, Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor

3283);

Peraturan

Pemerintah

Nomor

10 Tahun 1987 tentang

Satuan

Turunan,

Satuan

Tambahan,

dan Satuan

Lain Yang Berlaku

(Lembaran

Negara

R e p u b l i k

l n d o n e s i a

T a h u n

1 9 8 7

N o m o r

l T , T a m b a h a n

L e m b a r a n

N e g a r a

R e p u b l i k

I n d o n e s i a

N o m o r

3 3 5 1 ) ;

Peraturan

Pemerintah

Nomor

38 Tahun

2007

tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

Antara Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah

Provinsi,

dan

Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota

(Lembaran

Negara Republik

Indonesia

Tahun

2007

Nomor

82, Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor

4737);

Peraturan

Presiden

Nomor

10 Tahun

2005 tentang

Unit Organisasi

dan

Tugas Eselon

I Kementerian

Negara

Republik

Indonesia

sebagaimana

telah

beberapa

kali diubah

terakhir

dengan

Peraturan

Presiden

Nomor

50

Tahun

2008;

Keputusan

Presiden

Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan

Kabinet

Indonesia

Bersatu

ll;

Peraturan

Presiden

Nomor

47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan

dan

Organisasi

Kementerian

Negara;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

61/MPP/Kepl2l1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian

sebagaimana

telah

diubah

dengan

Keputusan

Menteri

Perindustrian

dan

Perdagangan

Nomor

251

IMPP

lKep/6/1

999;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

635/MPP/Kepl

1 Q|2QQ4

tentang

Tanda

Tera;

Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

01/M-DAG/PER/3/2005

tentang

Organisasi

dan Tata Kerja

Departemen

Perdagangan

sebagaimana

telah

beberapa

kali diubah

terakhir

dengan

Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

24lM-DAG/PER/6/2009;

Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

SO/M-DAG/PER/1

0/2009

tentang

Unit Kerja

dan Unit

Pelaksana

Teknis

Metrologi

Legal;

Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

51/M-DAG/PER/10/2009

tentang

Penilaian

Terhadap

Unit Pelaksana

Teknis

dan Unit Pelaksana

Teknis

Daerah

Metrologi

Legal;

Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor 08/M-DAG

lPERl3l2A10

tentang

Alat-alat

Ukur, Takar, Timbang,

dan Perlengkapannya

(UTTP) Yang

Wajib

Ditera

dan Ditera

Ulang;

(3)

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Nomor

: r5/rDr{/knp/t /Zo1o

M E M U T U S K A N :

Menetapkan :

PERTAMA

. Memberlakukan

Syarat

Teknis

Meter

Air Dingin

yang selanjutnya

disebut

ST

Meter

Air Dingin

sebagaimana

tercantum

dalam Lampiran

yang merupakan

bagian tidak terpisahkan

dari Keputusan

Direktur

Jenderal

Perdagangan

Dalam

Negeri

ini.

KEDUA

::'#:l1t[.3#iiffffi3ilffi,ilil"['"T-g*[."'5t']"f:]:Tt

tera

ulang

serta

pengawasan

meter

air dingin.

KETIGA

: Keputusan

Direktur

Jenderal

Perdagangan

Dalam Negeri

ini mulai berlaku

pada

tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan

di Jakarta

pada

tanggal 1 Maret2010

D I R E K T U R

J E N D E R A L

PERDAGANGAN

DALAM

NEGERI,

(4)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN

DIREKTUR

JENDERAL

PERDAGANGAN

DALAM

NEGERI

NoMoR t r6lwY/xsp/llean

TANGGAL: 1 ltlbret 2010

Daftar

lsi

BAB I

Pendahuluan

1 " 1 . L a t a r

B e l a k a n g

1 . 2 . M a k s u d

d a n

T u j u a n

1.3. Pengertian

BAB ll

Persyaratan

Administrasi

2 . 1 . R u a n g

L i n g k u p

2.2. Penerapan

2.3. ldentitas

2.4. Persyaratan

Meter

Air Dingin

Sebelum

Peneraan

BAB lll

Persyaratan

Teknis

dan Persyaratan

Kemetrologian

3.1

. Persyaratan

Teknis

"

3.2. Persyaratan

Kemetrologian

BAB lV

Pemeriksaan

dan Pengujian

4 . 1 . P e m e r i k s a a n

4.2. Pengujian

Tera

dan Tera Ulang

BAB

V

Pembubuhan

Tanda

Tera

5 . 1 . P e n a n d a a n

T a n d a

T e r a

5.2. Tempat

Tanda

Tera

BAB Vl

Penutup

DIREKTUR

JENDERAL

PERDAGANGAN

DALAM

NEGERI,

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada syarat teknis UTTP. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun syarat teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Meter Air Dingin.

2. Tujuan

Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan Meter Air Dingin.

1.3. Pengertian

Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan:

1. Meter Air Dingin yang selanjutnya disebut meter adalah alat ukur untuk menentukan banyaknya aliran air yang melalui suatu pipa yang dilengkapi dengan alat penunjuk untuk menyatakan volumenya.

2. Meter basah adalah meter yang alat penunjuknya pada waktu digunakan digenangi air.

3. Meter kering adalah meter yang alat penunjuknya pada waktu digunakan tidak digenangi air.

4. Debit (kecepatan alir) adalah besarnya volume cairan yang mengalir per satuan waktu.

(6)

6   

5. Julad ukur adalah daerah yang dibatasi oleh debit minimum (Qmin) dan debit

maksimum (Qmaks) dimana penunjukan meter harus benar (dalam batas-batas

kesalahan). Daerah ukur ini dibagi dalam dua daerah yaitu daerah rendah dan daerah tinggi yang dibatasi oleh debit transisi (Qt).

6. Qmaks adalah debit terbesar yang boleh melewati meter dalam waktu yang singkat

tanpa mengalami kerusakan dan merupakan batas tertinggi pemakaian, yang besarnya dua kali debit nominal (Qn).

7. Qn adalah debit nominal dimana meter harus mampu bekerja dalam pemakaian

normal tanpa melampaui batas kesalahan yang diizinkan, baik dalam keadaan aliran lancer maupun dalam keadaan aliran terputus-putus.

8. Qmin adalah debit terendah yang diperlukan untuk penunjukan meter tanpa

melampaui kesalahan yang diizinkan.

9. Qt adalah debit transisi yang merupakan debit peralihan dari daerah rendah ke

daerah tinggi dimana terjadi perubahan nilai kesalahan maksimal yang diizinkan. 10. Kesalahan pengukuran adalah perbandingan dalam persen antara selisih volume

yang ditunjuk meter dan volume sebenarnya yang melalui meter, dengan volume yang sebenarnya.

11. Kepekaan adalah debit yang diperlukan untuk dapat mulai menggerakan penghitung meter.

12. Meter positif yaitu meter yang pengukuran volumenya ditentukan berdasarkan pengukuran secara langsung terhadap perpindahan cairan yang melalui meter. 13. Meter inferensial yaitu meter yang pengukuran volumenya ditentukan berdasarkan

secara tidak langsung terhadap perpindahan cairan yang melalui meter.

14. Hilang tekanan adalah selisih tekanan atau perbedaan tekanan antara saluran masuk dan saluran keluar dari meter.

15. Ruang ukur adalah bagian badan ukur meter yang fungsinya menentukan besarnya volume air.

16. Alat penunjuk adalah bagian yang tetap atau bergerak yang posisinya menunjukan hasil pengukuran volume.

                     

(7)

BAB II

PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1. Ruang Lingkup

Syarat Teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian untuk Meter Air Dingin.

2.2. Penerapan

Syarat Teknis ini berlaku bagi setiap Meter Air Dingin yang digunakan sebagai: 1. Meter positif dan inferensial, baik meter kering maupun meter basah; 2. Meter yang penunjukannya berdasarkan besaran satuan volume; 3. Meter untuk air dingin.

2.3. Identitas

Meter Air Dingin harus dilengkapi tanda pengenal dengan tulisan dalam huruf latin dan angka arab atau tanda lain yang mudah dibaca dan tidak mudah terhapus yang memberikan keterangan sebagai berikut:

1. satuan ukuran dalam m3 atau satuan SI lainnya;

2. debit maksimum (Qmaks) atau debit nominal (Qn). Apabila nilai Qmaks tidak sama

dengan 2 (dua) kali nilai Qn maka harus dicantumkan kedua-duanya;

3. nama atau merek pabrik, dan tipe atau model meter;

4. nomor seri, dan boleh dilengkapi dengan tahun pembuatan meter; 5. arah aliran pada kedua atau salah satu sisi bagian luar meter;

6. tekanan kerja maksimum, apabila tekanan tersebut lebih besar dari 1 Mpa (10 bar);

7. huruf B atau huruf C yang menunjukkan Kelas metrologi kecuali meter Kelas A; 8. huruf V dan kelas yang sesuai, apabila meter dapat beroperasi secara vertikal.

2.4. Persyaratan Meter Air sebelum peneraan

1. Meter Air Dingin yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.

2. Label tipe harus terlekat pada Meter Air Dingin asal impor yang akan ditera.

3. Meter Air Dingin yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.

4. Meter Air Dingin yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Meter Air Dingin asal impor sebelum ditera.

5. Meter Air Dingin yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.  

   

(8)

8   

BAB III

PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1. Persyaratan Teknis

1. Bahan

a. Meter harus dibuat dari bahan-bahan yang tahan lama, tidak mudah aus, tahan karat, baik dan kuat, serta tahan terhadap kerusakan akibat air.

b. Meter harus dibuat dari bahan-bahan yang tahan terhadap suhu sampai dengan 40 °C.

c. Semua bagian-bagian meter yang berhubungan dengan aliran air, harus dibuat dari bahan yang tidak beracun dan tidak menimbulkan pencemaran atau peluang pertumbuhan jasad renik.

d. Bagian luar dari meter harus dilapisi dan/atau dicat dengan bahan yang tidak mudah luntur dan tidak menimbulkan pencemaran.

2. Konstruksi

a. Umum

(1) Konstruksi meter harus kokoh dan dirakit sedemikian rupa sehingga kebenaran dan kepekaan meter dalam pemakaiannya terjamin baik. (2) Alat penunjuk harus tertutup oleh dinding ruangan yang berhubungan erat

dengan meter atau dibatasi oleh dinding pemisah dari ruang ukur.

(3) Meter harus dilengkapi saringan yang dihubungkan secara kokoh dengan meter.

(4) Alat penunjuk meter harus terlindung dan terlihat dengan jelas.

b. Alat Penunjuk

(1) Alat Penunjuk harus mampu menunjukkan volume air yang melalui meter sekurang-kurangnya dalam waktu 1999 jam pada debit nominal tanpa

kembali ke titik nol dalam satuan m3. Tabel julad ukur alat penunjuk

(indicating range) minimal sesuai dengan debit nominalnya ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Julad ukur minimal Debit nominal

(m3/h) Julad ukur minimal (m3)

Qn ≤ 5 9.999

5 < Qn ≤ 50 99.999

50 < Qn ≤ 500 999.999

500 < Qn ≤ 4000 9.999.999

(2) Volume yang dinyatakan harus merupakan angka yang bergerak dalam bentuk rol atau jarum di atas skala atau bentuk lainnya.

(3) Gerakan alat penunjuk dengan rol angka harus bergerak naik. (4) Gerakan jarum di atas skala harus searah putaran jarum jam.

(5) Skala penunjukan baik dengan rol maupun dengan jarum harus ditandai dengan jelas.

(9)

(6) Bagian penunjuk skala terkecil untuk setiap kali putaran penuh harus bergerak secara kontinyu.

(7) Pada alat penunjuk dengan jarum, nilai lingkaran skala masing-masing

harus dijelaskan dengan kelipatan atau bagian desimal dari m3 atau

satuan SI lainnya.

Misalnya dengan tanda : x 0,0001 ; x0,001 ; x0,01 ; x1 ; x10 ; x100 dan seterusnya.

(8) Pada alat penunjuk dengan rol, nilai rol angka harus dinyatakan dengan desimal.

(9) Jarum dari alat penunjuk atau angka dari rol yang menunjukkan m3 harus

diberi warna hitam dan warna merah untuk liter.

(10) Masing-masing bagian penunjukan harus dibagi atas 10 bagian yang

sama, kecuali untuk penunjukan terkecil dapat dibagi atas 10, 20, 50, 100 atau 200 bagian yang sama.

(11) Jarak skala yang diperkenankan dari bagian penunjukan pertama

(terkecil) ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Jarak Skala Jumlah pembagian

Skala

Jarak Skala yang diperkenankan d (mm) Tebal garis (mm) 10 4 < d < 5 0,5 20 2 < d < 5  0,5 50 1 < d < 4  0,5 100 0,8 < d < 2  ¼ d 200 0,8 < d < 2  ¼ d

(12) Tebal garis skala tidak boleh lebih besar dari seperempat jarak skala dan

maksimum 0,5 mm.

(13) Bagian skala terkecil harus dapat terbaca dengan jelas

sekurang-kurangnya senilai 0,5 % dari volume air yang melalui meter pada debit terendah (Qmin) dalam waktu tidak lebih dari 90 menit. (nilai skala terkecil

≤ 0,5 % x Qmin x 90 min).

(14) Meter harus dibuat sedemikian rupa sehingga untuk keperluan pengujian,

badan hitung dapat dilepas dengan mudah.

c. Alat-alat Tambahan

(1) Meter harus dilengkapi dengan suatu alat yang menunjukkan adanya aliran.

(2) Pemasangan alat justir dianjurkan untuk meter yang pengaruh kecepatan alir pada bagian yang berputar dipakai sebagai ukuran.

(3) Jika bagian penyetelan alat justir berada di luar meter, maka harus dalam keadaan tertutup dan dilengkapi tempat pembubuhan tanda tera.

(4) Meter boleh dilengkapi dengan peralatan tambahan yaitu alat justir, pencatat perlengkapan penunjuk dan sebagainya.

(10)

3.2. P 1 2 d. Dim (1) (2) Persyaratan 1. Dasar kl Meter A untuk se 2. Klasifika Meter A terrenda mensi Meter Ukuran dim Ukuran di meter buat No 1 Deb 2 L (p 3 W (l 4 H (ti 5 D (d 6 d (d 7 Ikhti Ukuran dim 3.1. n Kemetrolo lasifikasi ir Dingin dik etiap Kelas M asi

Air Dingin dik ah dan nilai d mensi mensi sepe tan dalam ne Uraian bit maksimum anjang) lebar) inggi tanpa tu diameter luar iameter luar u ilaf (2) s/d (6) mensi meter Gambar ogian klasifikasikan Meter Air Din klasifikasika debit transis erti tersebut egeri. Tabel 3.3. Satua mm mm mm utup) mm ulir) mm ulir) mm ) mm r pada huruf r 3.1. Ukuran n untuk mem ngin sebaga n berdasark i (lihat Tabe t dalam Ta Ukuran Dim n U 13 3 170 1 90 85 80 26.5 3 ddapat diu n dimensi m mbedakan ni i tingkat kea kan kelas ak l 3.4). bel 3.3 dik mensi kuran Meter A 20 25 5 7 190 260 90 105 85 100 80 95 33.2 41.9 - 10 % s/d + raikan berda

eter air ding

lai kesalaha akurasian pe kurasi atas hususkan u Air (mm) 30 40 10 20 260 30 105 13 100 11 95 12 47.8 59 + 10 % asarkan Gam gin an yang diizi engukuran. dasar nilai d untuk 0 0 00 30 15 25 9.6 mbar nkan debit

(11)

Tabel 3.4. Kelas akurasi atas dasar nilai debit

Kelas Debit Nilai debit nominal (Qn)

Qn < 15 m3/h Qn ≥ 15 m3/h A Qmin 0,04 Qn 0,08 Qn  Qt 0,10 Qn 0,30 Qn  B Qmin 0,02 Qn 0,03 Qn  Qt 0,08 Qn 0,20 Qn  C Qmin 0,01 Qn 0,006 Qn  Qt 0,015 Qn 0,015 Qn 

3. Ketahanan dan hilang tekanan

a. Meter Air Dingin harus mampu menerima tekanan 1,6 MPa (16 bar) atau 1,6 kali tekanan kerja maksimum jika tekanan kerja tersebut lebih dari 1 MPa (10 bar) selama 5 (lima) menit atau 2 MPa (20 bar) atau dua kali tekanan kerja maksimum selama 1 (satu) menit, tanpa mengalami kebocoran.

b. Hilang tekanan tertinggi pada Qmaks adalah 100 kPa (1 bar) dan/atau pada Qn

sebesar 25 kPa (0,25 bar). 4. Kesalahan dan Kepekaan

a. Kesalahan penunjukan meter dalam persen ditentukan sebagai berikut: E= Vm- Vs

Vs x 100

dimana:

Vs = volume penunjukkan standar

Vm = volume penunjukkan meter

b. Besarnya kesalahan maksimum yang diizinkan sesuai ketentuan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kesalahan maksimum

Daerah pengujian Kesalahan maksimum

Daerah terrendah

Qmin ≤ Quji < Qt ±5 %

Daerah tertinggi

Qt ≤ Quji < Qmaks ±2 %

c. Debit terkecil untuk dapat menggerakan alat penunjuk (kepekaan) meter sebesar-besarnya 0,7 dari Qmin.

         

(12)

12   

BAB IV

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan konstruksi dan perlengkapannya untuk Meter Air Dingin yang baru dilakukan dengan membandingkan dengan gambar konstruksi.

2. Pemeriksaan kebocoran dilaksanakan dengan memperhatikan sambungan-sambungan antara pipa instalasi dengan lubang masuk dan lubang keluar dalam keadaan Meter Air Dingin berisi cairan uji, yang dapat mengurangi standar tekanan.

4.2. Pengujian tera dan tera ulang

1. Temperatur kerja untuk air dingin harus dalam daerah antara 8-40 °C.

2. Tekanan kerja maksimum tidak boleh kurang dari 1 MPa (10 bar). 3. Kepekaan meter sesuai dengan ketentuan sub bab 3.2 angka 4 huruf b. 4. Kesalahan penunjukan meter pada debit:

a. antara Qmin dan 1,1 Qmin;

b. antara Qt dan 1,1 Qt;

c. Qn.

Kesalahan maksimum yang diizinkan sesuai dengan ketentuan sub bab 3.2 angka 4 huruf b. Jika kesalahan penunjukan meter mempunyai tanda yang sama, maka meter harus dijustir sedemikian rupa, sehingga salah satu dari kesalahan-kesalahan tersebut nilainya tidak boleh lebih dari setengah kesalahan-kesalahan maksimum yang diizinkan.                        

(13)

BAB V

PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1. Penandaan Tanda Tera

Pada Meter Air Dingin dipasang lemping tanda tera sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Meter Air Dingin yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5.2. Tempat Tanda Tera

1. Tera

a. Tanda Daerah ukuran sumbu panjang 4 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) ukuran 4 mm dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 4 mm dibubuhkan pada lemping tanda tera.

b. Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada alat justir, selubung meter yang melindungi bagian-bagian yang dapat mengubah sifat-sifat kemetrologian, dan atau badan meter untuk menggantung lemping.

2. Tera ulang

Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm sebagai pengganti tanda jaminan dari angka 1 huruf b

3. Jangka Waktu Tera Ulang

Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.                          

(14)

14   

BAB VI PENUTUP

Syarat Teknis Meter Air Dingin merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Meter Air Dingin serta pengawasan Meter Air Dingin, guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Meter Air Dingin dalam transaksi air serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

                 

(15)
(16)

16   

Lampiran 2. Grafik Kesalahan Meter Air Dingin

 

  Grafik Kesalahan Meter Air Dingin

Gambar

Tabel 3.1. Julad ukur minimal  Debit nominal
Tabel 3.2. Jarak Skala  Jumlah pembagian
Tabel 3.5. Kesalahan maksimum  Daerah pengujian  Kesalahan maksimum  Daerah terrendah

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana dalamUndang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan bahwa hakim wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh

Oleh karena itu, maka penelitian tentang studi keanekaragaman jenis burung di kawasan hutan taman wisata Kerandangan perlu di lakukan sebagai bagian untuk

Walaupun tidak dilakukan pemeriksaan faktor VIII dan IX serta secara klinis hemofilia A dan B sulit dibedakan, namun pada penderita tersebut di atas kemungkinan

kolonialisme sampai bangsa Indonesia berhasil meproklamasikan kemerdekaan serta mengisi kemerdekaan dengan pembangunnan.,dalam peristiwa perjuangan bangsa Indonesia

Berdasarkan buku Introduction to Information Systems yang dibuat O’Brien (2006, p24) sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang bekerja secara

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti mencoba menarik suatu permasalahan yang lebih mengarah pada fokus penelitian yang akan dilakukan, yaitu:

Berbagai pengalaman mengenai tugas maupun kegiatan-kegiatan yang telah diikuti oleh subjek merupakan suatu proses yang dialami untuk dapat

Kader yang memiliki kemampuan mendeteksi dini preeklamsi didukung dari pelatihan dan refreshing materi deteksi dini resiko tinggi yang diberikan oleh pihak