• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMULASI TELEGRAF SEBAGAI SARANA INTERAKTIF PADA MUSEUM POS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIMULASI TELEGRAF SEBAGAI SARANA INTERAKTIF PADA MUSEUM POS INDONESIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 1

SIMULASI TELEGRAF SEBAGAI SARANA INTERAKTIF PADA MUSEUM

POS INDONESIA

Annisa Lutfia; Agus Sachari

Program Studi Sarjana Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: annisalutfia@yahoo.com

Kata Kunci : interaktif, museum, simulasi, telegraf Abstrak

Museum Pos Indonesia adalah salah satu museum di Kota Bandung dimana di dalamnya tersimpan berbagai macam benda artefak yang berhubungan dengan dunia pos, khususnya perkembangan pos di Indonesia. Pesatnya sistem informasi dan teknologi, serta banyaknya ruang publik yang lebih menarik di Kota Bandung membuat kurangnya antusiasme masyarakat untuk mengunjungi museum pos.

Telegraf merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat berpengaruh dalam sejarah perkembangan sistem pengiriman pesan. Pada sekitar tahun 1900-an hampir semua perusahaan jasa pengiriman, terutama Pos dan Giro menggunakan telegraf untuk mengirim pesan dan populer pada saat itu. Untuk meningkatkan antusiasme masyarakat mengunjungi museum, diperlukan alat simulasi telegraf, yaitu sarana interaktif yang berbasis simulasi dengan mengadaptasi sistem pada telegraf dan mensinergikannya dengan teknologi yang sedang berkembang pada saat ini, sehingga dapat memberikan pengalaman dan nilai-nilai tersendiri bagi pengunjung.

Abstract

Museum Pos Indonesia (Indonesian Postal Museum) is one of the museums located in Bandung in which there are various artifacts related to the postal service, particularly those related to the development of postal service in Indonesia. The rapid developments of information system and technology, as well as the existence of more interesting public spaces in Bandung have been dampened down the public’s enthusiasm for visiting postal museum.

Telegraph is one of the highly influential communication devices in the history of message delivery system development. In 1990’s, almost all of delivery service companies, particularly Postal Service and Money Transfer Service used telegraph to send message and it was a well-known device during that time.

In order to generate the public’s enthusiasm for visiting the museum, a telegraph simulation tool is required, a simulation-based interactive facility by adapting the telegraph system and combining it with the currently developing technology, so that it can provide particular experience and values for the visitors.

Pendahuluan

Saat ini terdapat beberapa sistem dan alat yang sangat digunakan oleh masyarakat dalam melakukan komunikasi jarak jauh khususnya di Indonesia. Surat menyurat merupakan salah satu sistem komunikasi jarak jauh yang dilakukan oleh manusia dalam proses pengiriman informasi. PT.Pos Indonesia merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan pos di Indonesia.

Museum Pos Indonesia merupakan salah satu museum yang menyimpan benda-benda bersejarah dalam perjalanan Perusahaan Pos Indonesia sejak masa Hindia Belanda, masa pendudukan Jepang, masa kemerdekaan, hingga sekarang. Benda-benda tersebut berupa foto, maket, lukisan, katalog, prangko dan peralatan pos lainnya. Peran dan fungsi yang dijalani oleh Museum Pos Indonesia selain sebagai tempat penyimpanan benda-benda koleksi diantaranya juga mencakup fungsi sarana penelitian, pendidikan, dokumentasi, layanan informsi dan juga sebagai objek wisata edukasi. Berdasarkan hasil kuesioner pada Diagram 1, museum merupakan tempat yang jarang dikunjungi oleh masyarakat di Kota Bandung. Masyarakat lebih cenderung mengunjungi tempat-tempat sepertipusat perbelanjaan dan tempat makan dibandingkan museum sebagai salah satu tempat yang dapat menjadi alternatif, baik itu untuk rekreasi ataupun sebagai sarana pendidikan. Kurangnya sarana penunjang pada museum juga menjadi salah satu kendala bagi masyarakat untuk tertarik berkunjung dan mengetahui dengan baik mengenai konten yang hendak disampaikan oleh museum kepada pengunjung.

(2)

2 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1

Pesatnya perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap antusiasme masyarakat untuk menggunakan jasa pelayanan pos, dan akhirnya berdampak pada minat masyarakat untuk berkunjung ke Museum Pos Indonesia yang semakin berkurang. Selain jasa pengiriman surat, PT. Pos Indonesia juga pernah menggunakan telegraf sebagai salah satu alat pengirim pesan yang populer pada tahun 1870-an sampai dengan tahun 1940-an. Namun saat ini, terutama generasi muda, tidak mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat tersebut. Dibandingkan dengan sistem pengiriman surat, sistem pengiriman dengan menggunakan telegraf lebih sesuai untuk diaplikasikan menjadi sebuah sarana interaktif karena memiliki aspek-aspek ingatan, pemahaman, penemuan, dan interaksi sebagaimana yang dijelaskan pada buku The Manual of Museum Exhibition (Barry, 2001, 19-21). Hal tersebut pula yang membuat sistem pengiriman pesan pada telegraf dapat diolah dan diaplikasikan pada suatu produk simulasi yaitu mensinergikan antara sistem analog dengan sistem digital, sehingga sistem alatnya dapat lebih mudah dipahami oleh pengunjung pada saat ini, selain dapat meningkatkan antusiasme masyarakat untuk mengunjungi Museum Pos Indonesia.

Perilaku dan kegiatan pengunjung pada Museum Pos Indonesia menjadi dasar perancangan produk simulasi telegraf sebagai sarana interaktif pada Museum Pos Indonesia. Pengunjung pada Museum Pos Indonesia lebih terarik pada

display prangko yang dapat bergerak, diorama, dan benda-benda peralatan tiga dimensi yang dapat disentuh secara

langsung (lihat Gambar 1). Pengalaman-pengalaman yang tidak pengunjung dapatkan pada kunjungan-kunjungan museum sebelumnya, atau hal-hal yang tidak dapat mereka temukan pada museum lain akan menjadi satu memori tersendiri mengenai museum tersebut. Dalam kasus ini, Museum Pos Indonesia belum memiliki satu daya tarik yang dapat diingat oleh pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara, pengunjung Museum Pos pada umumnya merasa suasana yang ada di dalam museum terlalu monoton. Display karya yang paling menarik bagi mereka adalah diorama. Letak museum yang ada di bawah tanah pun menjadi salah satu faktor terbentuknya citra tersebut.

Diagram 1. Hasil Kuesioner Tentang Pandangan Masyarakat Mengenai Ruang Publik dan Museum

(3)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3 Proses Studi Kreatif

Sarana interaktif yang berbasis simulasi dirancang guna meningkatkan apresiasi masyarakat untuk berkunjung ke Museum Pos Indonesia. Dengan mensinergikan antara teknologi dengan sistem analog, dapat memberikan nilai-nilai dan esensi pengiriman pesan yang lebih mudah diterima dan digunakan oleh pengunjung pada saat ini.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa ada beberapa aspek yang sangat mendasar di dalam museum, seperti adanya aspek ingatan, pemahaman, penemuan, dan interaksi antara pengunjung dengan benda-benda dan lingkungan di sekitar museum dimana aspek-aspek tersebut dipadukan dengan konsep desain pada alat simulasi pengiriman pesan. Sistem kerja alat yang mensimulasikan sistem komunikasi dua arah, dapat menghasilkan interaksi antar pengunjung di dalam museum, baik itu bagi pengunjung anak-anak, remaja, dan dewasa. Berdasarkan hasil survey lapangan, studi literatur, dan wawancara dapat diketahui adanya kriteria-kriteria yang sesuai untuk menjadi sarana interaktif pada Museum Pos Indonesia.

Akses yang ada di dalam museum, space yang tersedia dan kesesuaian konsep produk yang dirancang dengan konten yang ada pada Museum Pos Indonesia, membuat konsep dan gagasan utama dari alat simulasi ini dapat tercapai dengan baik.

Dalam prosesnya, terdapat beberapa alternatif pemecahan yang dapat diterapkan menjadi alat simulasi sebagai sarana interakif pada Museum Pos Indonesia. Diantaranya adalah alat simulasi pengiriman surat, alat simulasi menjadi seorang filatelis, dan alat simulasi pengiriman telegram. Namun, beberapa alasan seperti sistem kerja alat yang terlalu lama, peran pengunjung sebagai pengendali yang kurang, dan sistem komunikasi yang kurang menciptakan adanya interaksi antar pengunjung, sehingga estimasi penggunaan produk yang memakan waktu cukup lama menjadi pertimbangan sehingga akhirnya alat simulasi telegraf adalah produk yang paling tepat untuk dikembangkan lebih lanjut untuk dijadikan sarana interaktif pada Museum Pos Indonesia.

Terdapat satu ruangan di dalam museum yang dapat diolah menjadi area simulasi, di mana alur pengunjung pun dapat diciptakan dengan baik dan sesuai pada ruangan tersebut sebagai tempat terjadinya perputaran arus, mengingat sedikitnya space yang ada pada Museum Pos Indonesia. Hal ini dapat mengurangi adanya pemadatan jumlah pengunjung pada bagian tertentu pada museum, karena pemadatan tersebut dapat mengurangi kenyamanan pengunjung saat berada di dalam museum.

Gambar 1. Perilaku Pengunjung Pada Museum Pos Indonesia Bandung

(4)

4 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 Hasil Studi dan Pembahasan

Melihat bahwa museum merupakan suatu ruang publik yang tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal tetapi juga wisatawan asing, maka pada akhirnya pengukuran yang digunakan adalah berdasarkan pada dimensi antopometri internasional, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Dapat diketahui bahwa tinggi pinggang orang dewasa adalah 68cm – 91cm d engan tinggi penglihatan 154cm – 174cm, sedangkan pada anak-anak tinggi meja kerja pada umumnya adalah 80cm – 106cm dengan tinggi penglihatan 122cm (Gambar 2). Hal ini menjadi dasar bagi dimensi produk yang dirancang, sehingga pada akhirnya alat simulasi telegraf ini memiliki dimensi panjang 190cm, lebar 75cm, dan tinggi 160cm. Bentuk dari alat simulasi telegraf pun dibuat dalam bentuk tiga dimensi dengan menggunakan skala 1:20, begitu pula dengan ruang di dalam museum, dibuat pula maket dengan skala yang sama sehingga produk simulasi telegraf dapat sesuai dengan space yang ada di dalam museum (Gambar 5). Pada sistemnya, produk dapat digunakan oleh dua orang atau lebih. Sistem komunikasi dua arah dapat dilakukan dengan alat simulasi telegraf sehingga dapat tercipta interaksi antar pengunjung di dalam Museum Pos Indonesia (Gambar 3 dan Bagan 1). Material yang digunakan pada produk menggunakan multipleks dengan menggunakan rangka besi. Melihat dari sifat material yang baik dari segi

durability dan proses pembentukannya yang membuat material ini akhirnya dipilih. Kerja sama dengan beberapa pihak

seperti dari bidang elektro dan informatika dilakukan untuk menciptakan konten pada produk yang sesuai dengan Gambar 3.Operasional Produk

Gambar 4. Studi Bentuk

(5)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5 konsep produk yang dirancang. Dengan melakukan beberapa percobain menggunakan sistem pengkodean pada program penterjemah kode morse sederhana yang dapat merubah simbol morse menjadi huruf alfabet. Unsur bunyi pun dimasukkan ke dalam eksperimen program tersebut, untuk menimbulkan nilai dan esensi yang sesuai dengan sistem pengiriman pesan pada telegraf (Bagan 1). Suasana ruangan pada museum pun diubah untuk menyesuaikan dengan produk yang dirancang, serta alur dan suasana yang diharapkan. Warna yang digunakan baik pada ruangan maupun alat simulasi adalah putih, oranye, abu-abu, dan hitam. Warna-warna tersebut merupakan warna yang sangat mewakili PT.Pos Indonesia, sehingga saat diaplikasikan pada alat simulasi dan ruangan. Dengan adanya ruang simulasi pada Museum Pos Indonesia ini, merubah imej museum yang sebelumnya monoton dan kuno menjadi modern mengingat mulai berkembangnya museum-museum diberbagai negara terutama museum pos (Gambar 5).

Penutup

Ruang dan alat simulasi telegraf sebagai satana interaktif pada Museum Pos Indonesia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan antusiasme masyarakat berkunjung ke museum. Selain itu terdapat nilai-nilai historis dan esensi yang dapat menjadi kesan tersendiri bagi pengunjung. Diharapkan, dengan adanya alat simulasi sebagai sarana interaktif dan edukatif pada Museum Pos Indonesia akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelestarian sejarah pengiriman pesan yang diwakili oleh telegraf. Museum saat ini pun harus berkembang menyesuaikan konten yang disampaikan dari museum itu sendiri dengan lingkungan serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.

Pembimbing

Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Produk FSRD ITB. Pengerjaan tugas akhir ini disupervisi oleh pembimbing Dr. Agus Sachari, M. Sn.

Bagan 1. Simulasi Telegraf 1 pengunjung 2 9 8 7 6 5 4 3 layar

Alfabet & bunyi

simbol

pengunjung layar simbol

telegraf

(6)

6 | Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 Daftar Pustaka

Cain, Linda Ruthh. Design Standards for Children’s Environments. New York: McGraw-Hill.

Indonesia, Pos. Sejarah PT Pos Indonesia (Persero). http://www.posindonesia.co.id/home/index.php/extensions/sejarah pos.

Lord, Barry. 2001. The Manual of Museum Exhibitions. United States of America: Altamira Press.

Soepandi. 1980. Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi. Wawancara dengan Supriyati. Staff Museum Pos Indonesia. 26 Oktober 2011.

Gambar

Diagram 1. Hasil Kuesioner Tentang Pandangan Masyarakat Mengenai Ruang Publik dan Museum
Gambar 1. Perilaku Pengunjung Pada Museum Pos Indonesia Bandung
Gambar 3.Operasional Produk

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku memilih dari orientasi terhadap lingkungan geografis berdasarkan hasil wawancara dengan informan penulis menyimpulkan bahwa perilaku memilih seorang pemilih dalam

Japanesse memiliki proporsi tertinggi yakni 5 jam/ minggu, lebih tinggi dari jam pelajaran Matematika yakni 4 jam/minggu, lalu pengetahuan sosial (social studies) dan pengetahuan

kepada pihak lain yang membutuhkan. Oleh karena itu, ia harus sudah cakap melakukan perbuatan hukum, dalam artian sudah dewasa, sehat akalnya, dan tidak terhalang

>aksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman , komponen kuman !bakteri, 5irus atau riketsia% atau ra/un kuman !to<oid% yang telah dilemahkan atau dimatikan dan

Pada bagian Baratdaya daerah penyelidikan, tepatnya di daerah Wangon, Kabupaten Banyumas, terdapat rembasan minyak pada lapisan batupasir Formasi

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang prosedur penelitian ini, saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tentang “Perbandingan Penurunan Tekanan Intra

Mengenai penelitian eksploratif menurut Syahza (2010, hlm. 5) bahwa penelitian eksploratif merupakan penelitian mengenai studi kasus atau yang bertujuan untuk