• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN BEBERAPA GALUR DAN VARIETAS PADI (Oryza Sativa L.) TERHADAP SERANGAN VIRUS TUNGRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETAHANAN BEBERAPA GALUR DAN VARIETAS PADI (Oryza Sativa L.) TERHADAP SERANGAN VIRUS TUNGRO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN BEBERAPA GALUR DAN VARIETAS PADI (Oryza Sativa L.) TERHADAP SERANGAN VIRUS TUNGRO

Samsul Huda Asrori, Tutung Hadiastono, Mintarto Martosudiro Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia.

ABSTRACT

This experiment aim was determined the resistance of 5 lines (P90, P39, P61, D and 25A) and 7 varieties of rice (Sembada, Long Ping, Ciherang, Devgen, Hipa8, Inpari13 and IR64) on tungro virus. This research was carried out in Glass house of Agriculture Faculty, Brawijaya University - Malang. The Completely Randomized Design (CRD) with 12 treatments and 3 replicates was used in this experiment. The incubation period, the disease intensity and two agronomic characters namely the plant height and the number of leaves were observed. The resistance levels of lines or varieties of rice were identified by Castillo method (Castillo et al., 1978 in Heroetadji, 1983). Result showed that Inpari13 was Resistant (R) variety to tungro with the lowest disease intensity was 20,74%. Lines of P39, P61, D, 25A and varieties of Sembada, Long Ping, Ciherang, Devgen, Hipa8, IR64 showed Moderate Resistant (MR), while P90 line was Susceptible (S) category, with the highest disease injury was 41,73%.

Keyword: Tungro, Rice, Resistant Test.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan dari masing-masing 5 galur (P90, P39, P61, D dan 25A) dan 7 varietas padi (Sembada, Long Ping, Ciherang, Devgen, Hipa8, Inpari13 dan IR64) terhadap serangan virus tungro. Penelitian ini dilakukan di Rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya - Malang. Perlakuan percobaan merupakan lima galur padi (P90, P39, P61, D dan 25A) dan tujuh varietas padi (Sembada, Long Ping, Ciherang, Devgen, Hipa8, Inpari13 dan IR64), percobaan diulang tiga kali yang masing-masing diinfeksi virus tungro dengan menggunakan vektor wereng hijau yang sudah membawa virus tungro. Variabel pengamatan meliputi intensitas kerusakan, masa inkubasi, tinggi tanaman dan jumlah daun. Data hasil pengamatan dievaluasi untuk menentukan kriteria ketahanan dengan metode Castillo dkk, 1978 (dalam Heroetadji, 1983). Hasil perhitungan katagori ketahanan menunjukkan bahwa dari lima galur dan tujuh varietas padi terdapat satu varietas yang mempunyai kriteria ketahanan katagori Tahan (R) yaitu varietas Inpari13 dengan intensitas serangan terendah 20,74%, masa inkubasi paling lama 16 hari setelah inokulasi, tinggi tanaman 46,67cm dan jumlah daun 8,67 helai, satu galur yang menunjukkan katagori ketahanan Peka (S) yaitu galur P90 dengan intensitas kerusakan tertinggi 41,73%.

(2)

PENDAHULUAN

Permasalahan utama dalam

budidaya padi adalah selalu diresahkan oleh timbulnya serangan hama dan patogen penyebab penyakit. Salah satu patogen yang menyerang tanaman padi adalah virus tungro. Penyakit tungro merupakan salah satu kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi ketahanan pangan yang berkelanjutan. Ledakan penyakit tungro terjadi secara fluktuatif di beberapa sentra produksi padi yaitu Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Bali (Widiarta dkk, 2003). Penyakit tungro disebabkan oleh virus yang dibawa dan ditularkan oleh serangga vektor yaitu wereng hijau Nephotettix virescens Distant. Virus padi yang menyebabkan tungro yaitu virus jenis bentuk batang Rice Tungro Bacilliuform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Sperical Virus (RTSV) (Hasanuddin, 2004).

Pencegahan untuk menekan adanya keberadaan vektor dan penyakit tungro yang tergolong tinggi, adalah perlunya penanaman secara massal varietas-varietas tahan tungro, waktu tanam tepat, pergiliran varietas, penggunaan insektisida pada waktu tertentu dan peningkatan keragaman varietas tahan dalam satu hamparan (Widiarta, 2011). Penemuan galur-galur uji yang tahan tungro, memberi harapan ditemukannya calon varietas yang mempunyai durasi ketahanan yang tinggi pada beberapa lokasi serta dapat mencegah meluasnya serangan tungro. Peningkatan penggunaan varietas tahan dalam suatu hamparan sangat berpengaruh nyata terhadap pengurangan intensitas tungro (Hasanuddin, 2009).

Banyaknya varietas padi yang beredar di petani yang tidak memiliki gen ketahanan dan berpotensi menjadi penyebab meledaknya tungro. Penelitian uji ketahanan varietas-varietas padi

terhadap penyakit tungro bertujuan untuk mengevaluasi ketahanan varietas-varietas padi terhadap penyakit tungro di daerah endemik sebelum dibudidayakan oleh masyarakat petani (Hasanuddin dkk, 2001).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca Fakultas Pertanian Univesitas Brawijaya pada bulan Januari sampai bulan Juni 2014. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 12 perlakuan yaitu lima galur (P90, P39, P61, D dan 25A) dan tujuh varietas padi (Sembada, Long Ping, Ciherang, Devgen, Hipa8, Inpari13 dan IR64) yang masing-masing diulang tiga kali, dalam satu ulangan terdapat dua tanaman. Masing-masing ulangan menggunakan tujuh ekor imago

Nephotettix virescens Distant yang

membawa virus tungro.

Pengamatan dilakukan setiap tujuh hari setelah inokulasi dengan menghitung persentase kerusakan atau intensitas penyakit (%), masa inkubasi (hsi), Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun). Analisis data menggunakan analisis ragam dengan taraf nyata 5% dan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf nyata 5%. Pengelompokan katagori ketahanan dihitung berdasarkan metode Castillo dkk., (1978, dalam Heroetadji, 1983).

Penyediaan Inokulum

Penyediaan inokulum dilakukan dengan dua tahap, yaitu perbanyakan serangga vektor yang bertujuan untuk perantara menginfeksikan virus ketanaman uji dan pengambilan tanaman sakit didaerah endemik tungro yang digunakan sebagai sumber inokulum. Perbanyakan serangga dilakukan di sangkar atau kurungan yang ditutup dengan kain kasa dan diberi pakan tanaman padi yang masih muda. Setelah

(3)

a b c

Gambar 1. Penyediaan inokulum: a. Perbanyakan serangga penular; b. Sumber inokulum dari daerah endemik tungro; c. Imago Nephotettix virescens D. (Hemiptera: Cicadellidae)

60 hari perbanyakan, serangga diberi pakan tanaman sakit (sumber inokulum) agar serangga menjadi infektif membawa virus tungro. Serangga yang infestasikan pada tanaman sakit adalah 100 ekor imago, periode makan aquisisi adalah satu hari. Setelah periode ini serangga sudah dianggap infektif, karena virus tidak mengalami masa inkubasi dalam tubuh serangga. Serangga yang infektif siap untuk dilepaskan ketanaman sehat (Gambar 1).

Penanaman Benih Padi (lima galur dan tujuh benih varietas padi)

Persiapan tanam dilakukan dengan menyiapkan media tanam yaitu nampan yang diisi dengan campuran tanah dan kompos. Nampan yang sudah siap, disemai benih padi. Sebelum dilakukan persemaian setelah 12 benih direndam dalam aquadest selama 18 jam, masing-masing benih ditabur pada nampan dan diberi tanda dengan tusuk ice cream yang diberi label setiap nama tanaman uji. Persemaian yang berumur 20 sampai 24 HSS dipindahkan ke pot atau baki yang bertujuan untuk dapat mempercepat pertumbuhan agar tidak terjadi persaingan nutrisi untuk pertumbuhan. Dalam satu baki terdapat satu perlakuan dengan dilabel sesuai nama galur dan varietas padi.

Penularan Virus Tungro dengan Vektor Nephotettix virescens Distant.

Serangga yang sudah infektif diinfestasikan pada setiap perlakuan dan ulangan, masing-masing tujuh ekor imago. Lama periode makan inokulasi adalah 48 jam untuk memastikan bahwa serangga sudah menginfeksi tanaman uji. Setelah periode makan inokulasi berakhir, serangga penular dikeluarkan dan dimatikan. Tanaman yang sudah diinokulasi virus tungro dirawat dan diamati gejala yang muncul. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pemupukan, penyiraman, penyulaman dan pengendaian gulma. Pengamatan dilakukan setiap tujuh hari setelah inokulasi dengan menghitung persentase kerusakan, masa inkubasi munculnya gejala, tinggi tanaman dan jumlah daun. Gejala tungro muncul antara 1 sampai 3 minggu setelah inokulasi. Gejala dari penyakit tungro adalah daun berwarna kuning oranye yang dimulai dari ujung selanjutnya berkembang kebagian bawah, tanaman menjadi kerdil dan gabah hampa.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keparahan dan Persentase Tanaman Terserang

Gejala yang muncul setelah tanaman diinfeksi serangga penular Nephotettix

virescens D. yang sudah infektif

membawa virus yaitu pada tanaman uji mula-mula daun berwarna kuning oranye yang dimulai dari ujung daun selanjutnya berkembang kebagian pangkal daun. Jumlah anakan berkurang dan tanaman kerdil serta malai yang terbentuk lebih pendek (Gambar 2).

Gambar 2. Gejala warna daun terinfeksi tungro (hasil pengamatan) Berdasarkan hasil analisis statistika pengamatan terakhir 42HSI terdapat perlakuan varietas padi yang menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata yaitu antara Varietas Inpari13 dengan Galur P90. Hasil persentase gejala tungro pada Varietas Inpari13 adalah 20,74% dan Galur P90 adalah 41,73% (Tabel 1).

Dilihat dari selisih nilai persentase kerusakan tertinggi sampai terendah (Tabel 1) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan dan efektifitas vektor pada saat periode makan inokulasi. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Suzuki (1992) bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu penentu perkembangan serangan penyakit tungro. Daerah yang endemik tungro adalah

tempat serangga untuk berkembangbiak dan tersebarnya serangan tungro.

Hasil perhitungan kagori ketahanan dari 12 tanaman uji perlakuan pada vase vegetatif, ditemukan satu varietas yang tahan (Varietas Inpari13), 10 tanaman termasuk moderat peka dan satu tanaman uji yang peka (Galur P90). Pada Varietas Inpari13 menunjukkan nilai indek ketahanan rata-rata 12,18 Tahan (R) dibanding dengan varietas yang menunjukkan indek ketahanan rata-rata 14,21 yang termasuk katagori moderat tahan (MR) dan 16,24 termasuk katagori peka (S) terhadap serangan tungro (Tabel 2).

Masa Inkubasi dan Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan hasil analisis statistika bahwa masa inkubasi menunjukkan bahwa Varietas Inpari13 menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata dengan Varietas Sembada dan Galur P90. Varietas Inpari13 muncul gejala pada 16 hari setelah diinokulasi, Varietas Sembada dan Galur P90 muncul gejala lebih awal yaitu pada 10 hari setelah diinokulasi penyakit tungro. Pada umumnya gejala tungro muncul antara 1 sampai 3 minggu setelah diinokulasi penyakit tungro. Seperti penelitian Hasanuddin (2009) bahwa perkembangan penyakit tungro yang lebih lambat pada varietas tertentu dibanding varietas lain, oleh karena adanya kemampuan yang dimiliki tanaman dalam mencegah proses infeksi atau membatasi kolonisasi patogen virus. Berdasarkan hasil analisis statistika bahwa tinggi tanaman dari varietas Inpari13 menunjukkan varietas yang dominan tertinggi dibandingkan dengan varietas uji yang lain, dengan nilai ketinggian tanaman 46,67cm. Sedangkan nilai terendah adalah Varietas IR64 dengan nilai ketinggiaan 33,33cm (Tabel 3).

(5)

Tabel 1. Rerata data pengamatan intensitas serangan pada beberapa tanaman uji

Perlakuan Galur dan Varietas Padi

Ketahanan Galur dan Varietas Padi Intensitas Serangan Pengamatan

ke 42HSI (%) Jumlah Vektor (ekor)

Varietas Sembada 37.80 ab 7

Varietas Long Ping 37.34 ab 7

Galur P90 41.73 b 7 Varietas Ciherang 40.68 ab 7 Varietas Devgen 36.79 ab 7 Galur P39 34.87 ab 7 Galur P61 34.84 ab 7 Varietas Hipa8 38.27 ab 7 Galur D 41.09 ab 7 Galur 25A 32.50 ab 7 Varietas Inpari13 20.74 a 7 Varietas IR64 37.77 b 7

Keterangan : HSI (Hari Setelah Inokulasi); Angka yang didikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Tabel 2. Hasil perhitungan katagori ketahanan tanaman

Perlakuan Galur dan Varietas Padi

Ketahanan Galur dan Varietas Padi Indek ∑ Intensitas Serangan Indek ∑ Vektor Indek rata-rata Katagori Varietas Sembada 12,18 16,24 14,21 MR

Varietas Long Ping 12,18 16,24 14,21 MR

Galur P90 16,24 16,24 16,24 S Varietas Ciherang 12,18 16,24 14,21 MR Varietas Devgen 12,18 16,24 14,21 MR Galur P39 12,18 16,24 14,21 MR Galur P61 12,18 16,24 14,21 MR Varietas Hipa8 12,18 16,24 14,21 MR Galur D 12,18 16,24 14,21 MR Galur 25A 12,18 16,24 14,21 MR Varietas Inpari13 8,12 16,24 12,18 R Varietas IR64 12,18 16,24 14,21 MR Katagori ketahanan =

Keterangan : R (Resistance) : 12,18 – 13,20; MR (Moderately Resistance) : 13,21 – 14,21; MS (Moderately Susceptible) : 14,22 – 15,23; S (Susceptible) : 15,24 – 16,24

Dilihat dari hasil tinggi tanaman dapat dikatakan bahwa Varietas Inpari13 adalah tanaman yang sehat dan rendah akan serangan virus tungro. Data hasil pengamatan jumlah daun menunjukkan bahwa Varietas IR64 mempunyai jumlah daun yang paling sedikit yaitu 6,00 helai. Varietas yang mempunyai jumlah daun

terbanyak adalah Galur 25A dengan jumlah daun 9,00 helai. Varietas Inpari13 jumlah daunnya hampir mendekati Galur 25A yaitu dengan jumlah daun 8,67 helai. Artinya bahwa Varietas Inpari13 juga mempunyai jumlah daun yang tergolong banyak dibandingkan dengan Galur D dan Varietas IR64.

(6)

Tabel 3. Rerata data pengamatan masa inkubasi dan pertumbuhan tanaman uji

Perlakuan Galur dan Varietas Padi Masa Inkubasi (hari) ∑ Tinggi tanaman (cm) pengamatan ke - 42HSI ∑ daun pengamatan ke - 42HSI Varietas Sembada 10 a 35,67 a 8,00 a

Varietas Long Ping 12 ab 46,00 a 8,67 a

Galur P90 10 a 46,33 a 8,33 a Varietas Ciherang 12 ab 38,67 a 8,33 a Varietas Devgen 13 ab 41,33 a 8,67 a Galur P39 14 ab 45,33 a 8,33 a Galur P61 13 ab 45,33 a 8,67 a Varietas Hipa8 14 ab 41,33 a 8,00 a Galur D 14 ab 30,67 a 7,00 a Galur 25A 12 ab 48,33 a 9,00 a Varietas Inpari13 16 b 46,67 a 8,67 a Varietas IR64 13 ab 33,33 a 6,00 a

Keterangan : HSI (Hari Setelah Inokulasi); Angka yang didikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT; Data ditransformasi dengan arcsin uji normalitas

Tabel 4. Hasil perhitungan katagori ketahanan tanaman

Perlakuan Galur dan Varietas Padi Indek ∑ Masa Inkubasi Indek ∑ Tinggi tanaman (cm) Indek ∑ Jumlah daun Rata-rata Katagori Varietas Sembada 9,17 18,33 18,33 15,28 S

Varietas Long Ping 13,75 18,33 18,33 16,80 MR

Galur P90 9,17 18,33 18,33 15,28 S Varietas Ciherang 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Varietas Devgen 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Galur P39 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Galur P61 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Varietas Hipa8 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Galur D 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Galur 25A 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Varietas Inpari13 18,33 18,33 18,33 18,33 R Varietas IR64 13,75 18,33 18,33 16,80 MR Katagori ketahanan =

Keterangan : S (Susceptible) : 15,28 – 16,04; MS (Moderately Susceptible) : 16,05 – 16,79; MR (Moderately Resistance) : 16,80 – 17,57; R (Resistance) : 17,58 – 18,33

Hasil perhitungan katagori ketahanan menurut Castillo dkk, 1978 (dalam Heroetadji, 1983) bahwa dari 12 tanaman uji terdapat satu Varietas yang mempunyai kriteria ketahanan katagori tahan (R), dua Tanaman uji yaitu Varietas

Sembada dan Galur P90 yang

menunjukkan katagori peka (S) dan sembilan tanaman uji yang lain termasuk katagori moderat tahan (MR). Dari keempat variabel (Intensitas serangan,

masa inkubasi, tinggi tanaman dan jumlah daun) menunjukkan bahwa Varietas Inpari13 adalah tanaman uji yang tahan terhadap serangan virus tungro (Tabel 4). Menurut Ling (1975) tinggi rendahnya tingkat serangan sangat bergantung pada kerentanan varietas yang ditanam. Infeksi virus tungro menyebabkan penurunan klorofil dan hormon, penurunan laju fotosintesis dan peningkatan laju respirasi. Secara morfologi tanaman menjadi kerdil,

(7)

kekuningan, jumlah anakan berkurang dan kehampaan malai.

Dari hasil perbedaan munculnya gejala dapat dikatakan bahwa Varietas Inpari13 lebih lama menunjukkan gejala infeksi penyakit tungro dibandingkan dengan galur dan varietas padi yang lain. Disimpulkan bahwa Varietas Inpari13 mempunyai kemampuan dalam mencegah proses infeksi atau membatasi kolonisasi patogen virus. Varietas Inpari13 mampu membatasi proses infeksi dan virus tungro berkembang, ketahanan Varietas Inpari13 ditunjukan dengan memunculkan gejala yang lama setelah diinokulasi penyakit tungro.

KESIMPULAN

Masing-masing tanaman uji menunjukkan reaksi gejala infeksi tungro pada hari yang berbeda-beda setelah diiinokulasi. Gejala yang dimunculkan oleh tanaman uji adalah berubahnya warna daun menjadi kekuningan, tanaman menjadi kerdil dan jumlah anakan sedikit. Hasil perhitungan katagori ketahanan menurut Castillo dkk, 1978 (dalam Heroetadji, 1983) bahwa dari lima galur dan tujuh varietas padi terdapat satu varietas yang mempunyai kriteria ketahanan katagori Resistance (R) yaitu varietas Inpari13.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin, A; I.N. Widiarta dan M. Muhsin. 2001. Penelitian Teknik Eliminasi Sumber Inokulum

RTSV: Suatu Strategi

Pengendalian Tungro. Laporan Riset Unggulan Terpadu IV. Kantor Menristek dan DRN. Jakarta.

Hasanuddin, A. 2004. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Upaya Tiada Henti

Inovasi Pertanian Tanaman

Pangan. Puslitbangtan. Badan

Litbang Pertanian. Hal 45-61. Hasanuddin, A. 2009. Status Tungro di

Indonesia Penelitian dan Stategi Pengelolaan ke Depan. Makalah dalam Orasi Purnabakti. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Heroetadji, H. 1983. Resistance of Sugarcane (Scharum ofcinarum) Varieties of Root Knot Nematodes Meloidogyne incognita and M.

Javanica. Ph. D Disertation.

Faculty of Graduate School University of The Philipines at Los Banos. 197 p.

Ling, K.C. 1975. Experimental Epidemiology of Rice Tungro Disease: Effect of Virus Source on

Disease Incidence. Philipp.

Phytopathol. 11:46-57.

Suzuki, Y. 1992. Tungro dan Wereng

hijau. Direktorat Perlindungan

Tanaman. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. Kerja sama Teknis Indonesia-Jepang Bidang Perlindungan Tanaman Pangan (ATA-162). 193pp

Widiarta, I.N.; Yulianto dan A. Hasanuddin 2003. Pengendalian Terpadu Penyakit Tungro Dengan Strategi Eliminasi Peranan Virus Bulat. Kebijakan perberasan dan

inovasi teknologi Padi.

Puslitbangtan. Balitpa. Sukamandi. Hal 513 – 527.

Widiarta. I.N. 2011. Pengelolaan penyakit tungro terpadu berbasis dinamika populasi vektor dan epidemi virus.

Gambar

Gambar  1.  Penyediaan  inokulum:  a.  Perbanyakan  serangga  penular;  b.  Sumber  inokulum  dari  daerah  endemik  tungro;  c
Gambar 2. Gejala warna daun terinfeksi  tungro (hasil pengamatan)  Berdasarkan  hasil  analisis  statistika  pengamatan  terakhir  42HSI  terdapat  perlakuan  varietas  padi  yang  menunjukkan  pengaruh  berbeda  sangat  nyata  yaitu  antara  Varietas  Inp
Tabel 1. Rerata data pengamatan intensitas serangan pada beberapa tanaman uji
Tabel 3. Rerata data pengamatan masa inkubasi dan pertumbuhan tanaman uji

Referensi

Dokumen terkait

mengevaluasi pembelajarn, (11) memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab konstituen serta, (12) mampu melaksanakan penelitian. Secara spesifik

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tutupan karang hidup di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL), yakni di Kampung Nusi Inarusdi Pulau Nusi dan Kampung Wundi

Segala puji dan ungkapan syukur teruntuk Alloh SWT atas limpahan kasih sayang dan cinta-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

Beberapa pertimbangan yang menjadi alasan tersebut adalah banyaknya prilaku menyimpang yang dilakukan remaja, keluarga (orang tua) kurang mengawasi remaja yang

Komponen dasar keilmuan menyiapkan (calon) tenaga profesional dengan landasan dan arah tentang wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (WPKNS) berkenaan

Pencarian abjad (hanya berlaku untuk sumber ANDROID) Anda dapat mencari file sesuai dengan karakter pertama.. • Untuk kembali ke item pengaturan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan saran-saran yang dapat meningkatkan penerapan menggunakan integrasi model pembelajaran ARIAS dengan Team Assisted

Berdasarkan penelitian dan analisa pengujian pengaruh intensitas dan temperatur permukaan panel surya pada berbagai jenis sel surya, maka saran yang dapat disampaikan