Oksigen terlarut
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke:
navigasi
,
cari
Artikel ini tidak memiliki
referensi
sumber tepercaya
sehingga isinya tidak bisa
diverifikasi.
Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Artikel yang tidak dapat diverifikasikan dapat dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah
oksigen (O
2)
yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai
DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga
bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti
ikan
dan
mikroorganisme
. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan
oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan
disamping paramter lain seperti
kob
dan
kod
.
[
sunting
] Mekanisme
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia
menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida
dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak
membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob
serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme
semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Reaksi yang terjadi dalam penguraian
tersebut adalah:
Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun
akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan
komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.
[
sunting
] Analisis dan Pengukuran
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering dilakukan:
Metode titrasi
Metode elektrokimia atau lebih dikenal pengukran dengan DO-meter
http://www.scribd.com/doc/57124486/2/SPESIFIKASI-FUNGSI-CARA-KERJA-PRINSIP-KERJA-Klasifikasi
1.
Dissolved Oxygen ( Oksigen terlarut )Telah terbukti bahwa tingkat pembubaran emas dalam larutan sianida berbanding lurus dengan jumlah oksigen hadir. Air normal memiliki oksigen terlarut 8-9 ppm yang ada di dalamnya. Jika oksigen ini digunakan oleh reaksi lainnya, mungkin diperlukan untuk aerate solusi, merangsang oksigen ke dalamnya, untuk mempercepat reaksi. Oksigen dari udara adalah agen pengoksidasi untuk memisahkan emas dalam suatu larutan sianida. Oksigen memainkan peran penting dalam proses leaching. Pada umumnya semakin tinggi oksigen maka reaksi juga semakin cepat.
Tetapi ternyata berdasarkan teori limiting rate didapatkan bahwa perbandingan sianida dan oksigen dalam larutan adalah tetap yaitu 6 ( enam ). Sehingga jika sianida berlebih maka yang menentukan kecepatan reaksi adalah kelarutan oksigen, demikian pula sebaliknya. Penggunaan Hidrogen peroksida ( H2O2 ) dalam larutan sianida telah dideteksi di mana
emas dapat terpisah secara cepat, dan observasi ini menunjukkan bahwa beberapa emas
kemungkinan terpisah melalui sepasang reaksi yang melibatkan pembentukan pertama hidrogen peroksida :
2Au + 4CN- + O2 + H2O → 2[Au(CN)2]- + 2OH- + H2O2
Lalu hidrogen peroksida bereaksi dengan beberapa emas dan sianida. 2Au + 4CN- + H2O2 → 2[Au(CN)2]- + 2OH-
ANALISIS OKSIGEN TERLARUT ( DO )
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu : a. Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.
Dengan menggunakan botol winkler, diperlukan air sampel sebanyak 300 ml atau 60 ml. Tidak boleh ada udara yang terperangkap dalam botol, caranya botol sampel harus berada di bawah permukaan air. Agar tidak ada gelembung udara yang terjebak, isi penuh dengan air hingga meluber saat ditutup. Kemudian sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium ( I2 ) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar Natrium Thiosulfat ( Na2S203 ) dan menggunakan indikator larutan amilum ( kanji ). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCI2 + NaOH → Mn(OH)2 + 2 NaCI 2 Mn(OH)2 + O2 → 2 MnO2 + 2 H20
MnO2 + 2 KI + 2 H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH I2 + 2 Na2S2C3 → Na2S4O6 + 2 NaI
b. Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak ( Ag ) dan anoda timbal ( Pb ). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :
Katoda : O2 + 2 H2O + 4- → 4HO -Anoda : Pb + 2 HO- → PbO + H2O + 2e
-Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut. Penentuan oksigen terlarut ( DO ) dengan cara titrasi berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu
diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan Thiosulfate dan pembuatan larutan standar Kalium Bichromate yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.
Hal 01 / Hal 02 / Hal 03 / Hal 04
TAG LINE :
cara mengolah emas, Menambang Emas, PETI, Carbon In Pulp, Mengolah emas dengan karbon, lokasi tambang emas, GOLD MINNING, GOLD REFINNING, MENGOLAH EMAS, tehnologi pertambangan, MENGOLAH EMAS, METODE C.I.P., metode CARBON IN PULP, metode pengolahan emas, Metode CIP, Tehnologi mengolah emas, lokasi penambangan, mesin emas, tangki agitator, emas-sianida, Karbon aktif, pengolahan emas, pengolahan emas tailing, METODE CYANIDATION, Sianidasi, leaching Sianida,
proses hidrolisis, Ekstraksi emas, Kondisi alkalin, kalsium oksida, NaCN, KCN, Ca(CN)2.
http://mineraltambang.com/Dissolved-Oxygen.html
LAPORAN PRAKTIKUM DO METER
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook DO-METER A. TUJUAN
1. Mengetahui nilai DO dalam sampel
2. Mengetahui hal yang mempengaruhi nilai DO
B. DASAR TEORI
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter lain seperti kob dan kod.
Mekanisme
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat
pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses
metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air.
Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.
Analisis dan Pengukuran
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering dilakukan:
• Metode titrasi
• Metode elektrokimia atau lebih dikenal pengukuran dengan DO-meter
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti
mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.
C. ALAT DAN BAHAN
- Alat yang digunakan
1. Unit DO-meter 2. Aerator 3. Pendingin (freezer) 4. Kompor listrik 5. Gelas beker 6. Botol semprot 7. Tissue 8. Thermometer
- Bahan yang digunakan
1. Air Suling
2. Air kran
D. LANGKAH KERJA
1. Variasi Waktu
a. Sejumlah air dimasukkan ke dalam gelas beker dan diukur suhunya dengan menggunakan thermometer lalu dicatat.
b. Air tersebut kemudian diaerator selama 5 menit lalu diukur nya dengan menggunakan DO-meter dengan satuan %,mbar,dan mg/L. Dan dicatat.
c. Langkah tersebut diulangi untuk penggunaan aerator selama 10, 15,20,25,dan 30 menit.
2. Variasi Suhu
b. Setelah itu diukur DO-nya dengan menggunakan DO-meter dengan satuan %,mbar,dan mg/L. Dan dicatat.
c. Langkah tersebut diulangi untuk suhu 220C, 240C, 260C, dan 280C.
E. DATA PERCOBAAN
1. Variasi Waktu Aerasi
- Menggunakan Aerator - Pada suhu 260C Waktu (menit) DO % mbar mg/L 5 76,7 150,3 5,95 10 77,2 153,1 6,02 15 77,8 155,3 6,07 20 78,3 157,9 6,15 25 80,4 160,4 6,24 30 82,5 163,6 6,49 2. Variasi Suhu Suhu ( 0C ) DO % Mbar mg/L 21 89,8 189,5 7,73 22 84,2 167,5 7,07 24 81,4 164,8 6,59 26 80,6 159,5 6,00 28 77,6 155,1 5,95
F. PENGOLAHAN DATA
1. Variasi Waktu Aerasi
2. Variasi Suhu
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai DO dalam sampel dan untuk mengetahui hal yang mempengaruhi DO. Penentuan DO dilakukan dengan metode elektrokimia dengan menggunakan DO-meter. Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO-meter. Prinsip kerja dari alat DO meter ini adalah menggunakan elektroda atau probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi pada elektroda tersebut adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4eà 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- à PbO + H20 + 2e
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut.
Sampel yang digunakan adalah air suling atau aquadest. Pada praktikum ini juga dilakukan beberapa variasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi oksigen terlarut. Variasi yang dilakukan adalah waktu aerasi dan suhu pada saat proses aerasi.
Pertama dengan variasi waktu aerasi , sampel diaerasi dengan menggunakan aerator sebanyak lima kali dengan waktu yang berbeda kemudian masing-masing diukur DO-nya dengan DO meter. Setelah itu dilakukan percobaan dengan variasi suhu. Untuk menghasilkan suhu dibawah suhu kamar, maka digunakan pendingin untuk mendinginkan sampel. Sama seperti saat variasi waktu aerasi , sampel diukur DO-nya 5 kali dengan suhu yang berbeda. Semua pengukuran dilakukan dalam bentuk persen, milibar dan ppm (mg/l). Data yang didapat kemudian digunakan untuk membuat grafik.
Dari grafik waktu aerasi vs nilai DO terlihat bahwa, semakin lama waktu aerasi, maka kadar oksigen terlarut dalam air menjadi semakin tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan , selama proses aerasi akan
terjadi perpindahan oksigen dari udara ke air. Aerasi merupakan pengaliran udara ke dalam air untuk menigkatkan kandungan oksigen dengan memancarkan air atau melewatkan gelembung udara ke dalam air. Alat yang digunakan untuk Aerasi adlah Aerator . Semakin lama proses aerasi, maka semakin banyak oksigen dari udara yang akan terdifusi dalam air, sehingga kadar oksigen terlarut akan bertambah. Kadar oksigen bertambah karena terjadi difusi oksigen dari udara , pada perairan permukaan , Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.
Dari grafik suhu vs nilai DO terlihat bahwa, semakin tinggi suhu air, maka kadar oksigen terlarut dalam air menjadi semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan, suhu merupakan faktor yang mempengaruhi penguapan. Penguapan terjadi disepanjang suhu, semakin tinggi suhu, maka akan semakin banyak oksigen yang teruapkan ke udara, mengakibatakan kadar oksigen terlarut dalam air menjadi semakin rendah.
Menurut Peraturan Pemerintan No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kulaitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Air permukaan atau air untuk air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dianjurkan lebih besar atau sama dengan 6 ppm.
H. KESIMPULAN
1. Semakin tinggi nilai suhu airnya, maka nilai DO semakin kecil
2. Semakin lama waktu yang digunakan untuk aerasi, maka nilai DO akan semakin bertambah besar/naik.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Maria, Christina. 2010. Petunjuk Praktikum INSKIM “Oksigen Terlarut”. Yogyakarta: STTN-BATAN.
2. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
(http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYAAAHIw641/oksi gen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi%20untuk%20penentuan%20kualitas% 20perairan.pdf?nmid=44066689, diakses 20 Januari 2011).
3. Anonim. 2011. Oksigen Terlarut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen_Terlarut, diakses 20 Januari 2011).
4. PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.