• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Nilai Strategis Budaya Kota Palmyra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV Nilai Strategis Budaya Kota Palmyra"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

88

BAB IV

Nilai Strategis Budaya Kota Palmyra

Di dalam pembahasan mengenai nilai strategis dari segi budaya, penulis membandingkannya dengan salah satu kota kuno di Suriah yakni kota Aleppo, dimana pada tahun 2015-2016 kota Aleppo dan kota Palmyra berada di bawah kekuasaan ISIS. Dalam membandingkannya penulis menggunakan karakteristik budaya dalam UNESCO. Dengan adanya nilai strategis budaya kota Palmyra, pemerintah Suriah pun memprioritaskan pembebasan terhadap kota Palmyra. Berikut adalah penjelasannya;

Kota Palmyra pada abad ke-16 ditinggalkan dan ditelantarkan oleh orang-orang Tadmur. Orang-orang Tadmur dikatakan hilang dari sejarah setelah runtuhnya kota Tadmur (Palmyra) akibat keserakahan penjajahan. Orang-orang Tadmur pun termasuk ke dalam golongan “Al Arab Al Baidah” yang berarti bangsa Arab yang telah musnah. Hal ini pun mengakibatkan tidak ada yang merawat dan memelihara bangunan-bangunan di kota tersebut. Sehingga banyak bangunan-bangunan-bangunan-bangunan yang rusak. Bangunan-bangunan tersebut seperti teater, gedung parlemen, dan kuil-kuil besar, yang menyisakan reruntuhan di sana-sini. Meskipun begitu, kota Palmyra masih disinggahi oleh para pedagang, dan musafir yang pulang pergi. Namun, kota Palmyra tidak lagi menjadi salah satu pusat atau pun jalur-jalur perdagangan internasional seperti keadaan di masa silam.

Berbeda dengan kota Palmyra, kota kuno Aleppo mejadi pusat kota yang bersejarah di Suriah. Kota tersebut sejak abad ke-6 SM hingga saat ini terus didiami

(2)

89

oleh masyarakat. Tidak pernah sekalipun kota ini ditinggalkan oleh masyarakatnya. Banyak distrik kota terdebut yang tidak berubah secara mendasar sejak pembangunannya selama abad ke-12 sampai ke-16. Kota Aleppo sendiri sejak dulu menjadi sasaran konstan dan ketidakstabilan politik, yang membuat penduduk kota dipaksa untuk membangun tempat tinggal mereka menyerupai sebuah tempat tahanan atau sel. Kota kuno Aleppo ditandai dengan adanya rumah-rumah besar, gang-gang sempit, pasar yang tertutup, serta penginapan pinggir jalan kuno, yang membuat kota ini diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 19861.

Sedangkan kota Palmyra sejak dulu menjadi perhentian kafilah yang penting bagi para pengelana yang melintasi gurun Suiah. Selain itu juga orang-orang di kota Palmyra membangun monumen berskala besar yang menampilkan seni pemakaman, seperti lempengan batu kapur dengan patung manusia yang menggambarkan orang yang telah wafat. Kota Palmyra merupakan salah satu pusat kebudayaan dan peradaban masa lalu yang sangat penting. Kekayaan arkeologi dan warisan budaya yang berusia ribuan tahun di kota Palmyra tersebutlah yang menjadikan kota Palmyra sebagai warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO pada tahun 1980. Menurut UNESCO, kota ini salah satu rute yang menghubungkan Persia, India, dan Tiongkok dengan Kekaisaran Romawi. Kota Palmyra ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu pusat budaya paling penting dari masa lalu.

1eAleppo:Aleppo city major plans throughout the history (in Arab). (n.d.). Diakses Maret 29, 2017,

(3)

90

Hal ini pun terlihat bahwasanya kota Palmyra memiliki sejarah peradaban yang lebih tinggi dibandingkan kota kuno Aleppo. Bagi kedua kota kuno tersebut, mendapatkan pengakuan sebagai warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO adalah sesuatu yang sangat penting bagi peradaban di kawasan Timur Tengah, khususnya di Suriah. Dan tentu saja UNESCO sendiri memiliki kriteria-kriteria dalam mengkatalog, menamakan, dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting agar menjadi warisan manusia dunia sehingga kedua kota kuno tersebut menjadi warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO yang berada dibawah naungan Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kriteria tersebut di bagi menjadi dua kategori, yakni kategori situs budaya dan kategori situs alam. Dalam kriteria tersebut terdapat 10 kriteria penilaian, yang mana 6 kriteria penilaian kategori situs budaya, dan 4 kriteria penilaian kategori situs alam. Bunyi dari krtiteria-kriteria tersebut, yaitu;

Kategori Situs Budaya

I. Melambangkan mahakarya kreativitas dan kecerdasan manusia serta nilai yang berpengaruh secara signifikan terhadap budaya.

II. Menunjukkan keutamaan pada nilai-nilai kemanusiaan yang tidak berubah selama kurun waktu tertentu dalam hal arsitektur, teknologi, seni monumental, perencanaan tata kota atau desain lanskap.

III. Mengandung kekhasan atau bukti bahwa pernah ada ritual peradaban di masa lampau yang tersisa atau telah lenyap.

IV. Wujud mengagumkan pada sebuah bangunan, arsitektur atau teknologi yang memiliki penggambaran tentang tahapan penting dalam sejarah peradaban manusia. V. Wujud mengagumkan pada sebuah tempat tinggal, tanah, atau perairan yang dapat melambangkan budaya atau interaksi manusia dengan lingkungan, khususnya yang masih terpelihara terhadap perubahan zaman yang signifikan.

(4)

91

VI. Memiliki kaitan yang erat pada suatu peristiwa atau tradisi tertentu, dari sisi pemikiran, kepercayaan, artistik dan sastra.

Kategori Situs Alam

VII. Mengandung fenomena alam luar biasa atau memiliki keindahan alam dan nilai estetika langka.

VIII. Wujud penting yang melambangkan tahapan utama dalam sejarah Bumi termasuk usia, perubahan geologis, perubahan tanah, simbol geomorfik atau fisiografik yang khas.

IX. Wujud utama yang memiliki peran penting secara ekologis dan biologis terhadap evolusi dan perkembangan pola tanah, air, terumbu karang dan ekosistem bawah laut, serta kawasan ekosistem tumbuhan dan hewan

X. Mengandung habitat alami yang memiliki peran penting dalam konservasi

in-situ untuk keragaman biologi, termasuk spesies terancam punah yang bernilai khas dari

sudut pandang sains dan konservas.2

Dari pembagian kriteria diatas, kota kuno palmyra dan kota kuno Aleppo termasuk ke dalam kategori situs budaya. Namun dalam mengkatalog, kota kuno Palmyra dan kota kuno Aleppo memiliki kriteria yang berbeda. Kota kuno Palmyra memiliki kriteria pada poin I, II dan IV, yang mana dalam kriteria tersebut dikatakan bahwasanya kota kuno Palmyra melambangkan mahakarya kreativitas dan kecerdasan manusia. Kota tersebut juga menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak berubah selama kurun waktu tertentu dalam hal arsitektur, teknologi, seni monumental, perencanaan tata kota atau desain lanskap yang memiliki penggambaran tentang tahapan penting dalam sejarah peradaban manusia yang berpengaruh secara signifikan terhadap budaya.

2 Criteria for Selection. (n.d.). Diakses Maret 20, 2017, from UNESCO: http://whc.unesco.org/en/criteria

(5)

92

Hal ini pun dapat dibuktikan dengan melihat beberapa contoh puing-puing di kota Palmyra yang masih ada sampai sekarang, akan terlihat rahasia kejayaan kebudayaan dan peradaban yang telah dimiliki oleh orang-orang Tadmur di masa lampau. Kota Palmyra dibangun sesuai dengan bagan yang sudah direncanakan oleh para ahli bangunan yang berpengalaman pada zaman itu. Bahan baku yang digunakan untuk membangun bangunan tersebut adalah Granit (batu besi). Granit tersebut didatangkan langsung dari Aswan, Mesir Hulu.

Selain bangunan yang ada di kota Palmyra, jalan utama di kota ini di kelilingi oleh 750 buah tiang. Tiang-tiang tersebut menggunakan model Corinthus yang terinspirasi dari model sebuah kota di Peloponese, Yunani Lama. Dimana kota Peloponese termasuk ke dalam kota yang aman dan jaya di masanya. Tiang-tiang yang mengelilingi jalan utama kota Palmyra terbuat dari batu Pualam berwarna putih kemerah-merahan. Tinggi masing-masing tiang adalah 55 kaki atau sekitar 18,25 m. Dibangun di tengah padang gurun Suriah, tiang-tiang utama tersebut terhubung dengan bangunan-bangunan yang ada dikota Palmyra, seperti kuil, teater, rumah dan monumen publik lainnya.

Sedangkan kota kuno Aleppo memiliki kriteria pada poin III dan IV, yang mana dalam poin tersebut dikatakan bahwa kota Aleppo mengandung kekhasan atau bukti bahwa pernah ada ritual peradaban di masa lampau yang tersisa atau telah lenyap. Serta memiliki sebuah bangunan, arsitektur atau teknologi yang memiliki penggambaran tentang tahapan penting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini dilihat dari gaya arsitektur campuran di kota Aleppo, yang berasal kepemimpinan dari kekaisaran

(6)

93

Roma, Bizantium, Seljuq, Mamluk dan Ottoman.3 Selain itu terdapat berbagai jenis bangunan abad ke 13 dan ke 14, seperti karavan, caesar, sekolah Alquran, hammam dan bangunan keagamaan yang banyak ditemukan di kota tua tersebut. Sebuah perempat di distrik Jdeydeh merupakan lokasi yang terdapat banyak rumah yang berasal dari abad ke-16 dan ke-17 dari kaum borjuasi Aleppine, yang menampilkan ukiran batu. Terdapat juga arsitektur baroque abad ke 19 dan awal abad ke 20 di kuartal Azizyeh, seperti Villa Rose. Sedangkan di Kuartal baru ash-Shahbaa terdapat arsitektur campuran dari beberapa gaya, seperti arsitektur Neo-klasik, Norman, Oriental dan bahkan Cina.4

Sejak abad ke-1 dan ke-2, seni dan arsitektur Palmyra berdiri tegak di antara peradaban lainnya. Bangunan-bangunan yang ada di kota Palmyra dibangun dengan kombinasi teknik Romawi-Graeco dengan tradisi lokal dan pengaruh Persia. Kemegahan reruntuhan Palmyra yang berada di padang gurun Suriah merupakan bukti pencapaian estetika yang unik di bawah kekuasaan Romawi pada abad 1 sampai ke-3. Dikenal sebagai “Venice of the Sands”, kota Palmyra menyimpan kekayaan budaya dari sejumlah peradaban Romawi kuno, Yunani, dan Persia. Banyak para ilmuwan yang melakukan penelitian serta penggalian di situs kuno Palmyra tersebut. Dari hasil penggalian dan juga penelitian yang dilakukan oleh para peniliti terhadap situs kuno menjadi jawaban bahwasanya manusia di zaman tersebut sudah mengenal ilmu

3 Travel Postcard: 48 hours in Aleppo, Syria. (2010, Juli 16). Diakses Maret 16, 2017, from

http://www.reuters.com/article/us-travel-aleppo-idUSTRE66F1ED20100716

(7)

94

pengetahuan dan teknologi khususnya pada teknologi pertanian, pengairan, dan pembuatan bangunan untuk tempat tinggal.

Teknologi pertanian yang ada di kota Palmyra seperti saluran air (aqueduct) Romawi, yang disebut oleh UNESCO sebagai “Necropolis besar”. Jaringan saluran tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang Tadmur pada zaman dahulu untuk menangkap serta menyimpan air hujan. Kemudian air hujan yang tersimpan di saluran air tersebut digunakan untuk irigasi pertanian. Selain itu saluran air tersebut juga digunakan untuk mengalirkan air ke kota yang terletak antara Romawi dan Kekaisaran Persia. Selain itu kota palmyra juga memiliki banyak pasokan air di tengah gersangnya padang pasir. Kota ini pun memiliki sumber mata air (oasis) yang merupakan saah satu keajaiban karena terletak 150 km dari sungai Orontes dan 200 km dari sungai Eufrat.5 Sehingga

kota Palmyra pun disebut juga sebagai kota oasis. Di kota ini juga terdapat Di kota ini juga ditemukan sekitar 20 (dua puluh) desa pertanian yang pernah berjaya di sekitar kota Palmyra. Pada masa itu, ladang-ladang pertanian membudidayakan tanaman zaitun, buah ara, kacang pistasi dan juga jelai.

Selain menjadi pusat tertingginya peradaban di kawasan Timur Tengah, kota Palmyra juga menjadi tempat wisata yang menyungguhkan bangunan-bangunan bersejarah bagi para wisatawan maupun para arkeolog. Banyaknya bangunan-bangunan kuno yang ada di kota Palmyra menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan sejarah. Dari bangunan-bangunan

(8)

95

tersebutlah mereka mempelajari atau mengetahui sejarah tentang peradaban di kawasan Timur Tengah khususnya di kota Palmyra, Suriah.

Di kota Palmyra terdapat runtuhan dari kuil “Dewa Matahari” atau biasa disebut dengan Ba’al. Kuil ini dibangun untuk memuliakan dewa Mesopotamia Bel, yang dipuja di Tadmur sebagai salah satu tiga serangkai dengan dewa bulan Aglibol dan dewa matahari Yarhibol. Kepercayaan ini membentuk dasar kehidupan beragama di Palmyra. Kuil ini diresmikan pada 32 M. Reruntuhan kuil ini adalah salah satu bangunan yang paling utuh di Tadmur. Kuil tersebut dibuat menggunakan model Lonia yaitu tanah perantauan bangsa Yahudi di Asia Kecil. Reruntuhan kuil tersebut, sampai saat ini masih menunjukkan bagaimana megahnya bangunan atau rumah pujaan itu di masa lalu.

Di dalam kuil tersebut ada sebuah ruangan megah yang dijadikan sebagai tempat penduduk kota Palmyra melakukan musyawarah. Di dalam ruangan tersebut terdapat sekitar 200 buah dasar patung. Dasar patung tersebut terdiri dari pembesar-pembesar angkatan bersenjata, pembesar-pembesar-pembesar-pembesar administrasi, pemerintahan dan orang-orang terkemuka yang bergerak dalam bidang perdagangan. Golongan-golongan tersebutlah yang mewakili rakyat dalam musyawarah atau bersidang didalam ruangan tersebut. Selain itu ada sebuah gedung kesenian yang megah serta sebuah Pelengkung Kemenangan yang masyarakat Tadmur dirikan di dekat kuil Dewa Matahari.

Selain kuil Dewa Matahari, kota Palmyra memiliki dua kuil lainnya yang juga menjadi daya Tarik bagi para wisatawa. Kuil tersebut yakni Kuil Baalshamin dan Kuil Bel. Kuil Baalshamin merupakan bangunan paling terkenal di kawasan kota kuno

(9)

96

tersebut. Kuil tersebut dibangun hampir 2.000 tahun yang lalu.6 Kuil Baalshamin

sendiri adalah sebuah kuil yang dipersembahkan untuk memuliakan dewa Agama Kanaan Baalshamin. Kuil ini ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO di tahun 1980. Namun sayangnya di tahun 2015, kuil tersebut dihancurkan oleh ISIS yang menguasai kota Palmyra pada saat itu. Penghancuran kuil Baalshamin oleh ISIS menjadi sorotan dunia, terutama bagi UNESCO. Menurut direktur Jenderal UNESCO, Irina Bukova, penghancuran terhadap simbol kebudayaan di Suriah adalah tujuan dari ISIS untuk menghilangkan pengetahuan bangsa Suriah mengenai pengetahuan, identitas dan sejarah bangsa Suriah.7

Gambar 4.1. Kuil Baalshamin Sumber:

http://www.bbc.com/Indonesia/vert_cut/2016/04/160411_vert_cul_restorasi_palmyra

6Penghancuran Palmyra "Kejahatan Perang". (2015, Agustus 25). Diakses Januari 2, 2017, from BBC

News: http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/08/150824_dunia_palmyra_kejahatan 7Ibid.

(10)

97

Gambar 4.2. Foto Sebelum dan Sesudah Kuil Baalshamin dihancurkan oleh ISIS Sumber:

http://www.bbc.com/Indonesia/vert_cut/2016/04/160411_vert_cul_restorasi_palmyra

Kemudian, ada kuil Bel yang merupakan tempat pemujaan dewa-dewa Palmyra Kuil tersebut usianya sekitar 2000 tahun. Selain itu Kuil Bel menjadi salah satu tempat paling terawat di situs bersejarahnya Palmyra, Suriah. Pada tahun 2010 jumlah pengunjung yang datang ke kuil Bel sebanyak 123.212 orang yang meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 100.870 orang.8 Namun situs bersejarah tersebut,

kembali dihancurkan oleh ISIS pada tahun 2015. Tiang-tiang berbentuk kolom di sekitar kuil tersebut hancur akibat bom yang ditanam oleh ISIS. Kelompok militant

8Visitors To Antiquities, 2006-2010 (English). (n.d.). Retrieved Mei 2, 2017, from Central Bureau Of

Statistics: http://www.cbssyr.sy/yearbook/2011/Data-Chapter8/TAB-32-8-2011.htm

(11)

98

asing atau ISIS menghancurkan kuil-kuil di kota tersebut, karena bagi mereka sosok yang mewakili eksistensi ketuhanan selain Tuhan mereka adalah penghinaan. Namun, dibandingkan dengan situs bersejarah yang dihancurkan oleh ISIS, reruntuhan kuil Bel merupakan salah satu bangunan yang paling utuh di Palmyra.

Gambar 4.3. Kuil Bel Sumber:

http://www.bbc.com/Indonesia/vert_cut/2016/04/160411_vert_cul_restorasi_palmyra

Selain kuil, di kota Palmyra juga terdapat sebuah makam yang terletak di sebelah barat dinding kuno. Orang-orang Palmyra membangun sejumlah monumen penguburan dengan skala besar yang membentuk Lembah Makam di sebuah pekarangan sepanjang 1 km (0,62 mi).9 Terdapat lebih dari 50 monumen yang berbentuk menara dan memiliki empat lantai. Menara-menara tersebut pernah

(12)

99

digantikan dengan kuil penguburan di paruh pertama abad kedua Masehi, karena menara yang paling baru hanya dapat bertahan sampai tahun 128 M.10 Kota ini juga memiliki pemakaman lain di utara, barat daya dan tenggara, di mana makam utamanya berada di bawah tanah (hipogoni).11

Gambar 4.4. Foto Sebelum dan Sesudah Kuil Bel dihancurkan oleh ISIS Sumber:

http://www.bbc.com/Indonesia/vert_cut/2016/04/160411_vert_cul_restorasi_palmyra

Namun pada bulan September 2015, ISIS kembali menghancurkan tiga menara pemakaman di kota kuno tersebut. Salah satu menara yang dihancurkan adalah Menara Elahbel. Menara tersebut dibangun pada tahun 103 Masehi. Menara tersebut juga salah satu menara yang paling terpelihara. Menara Elahbel merupakan makam menara batu

10 Gawlikowski, M. (2005). "The City of the Dead". In Cussini, Eleonora. A Journey to Palmyra: Collected Essays to Remember Delbert R. Hillers. Brill. Diakses Maret 20, 2017

(13)

100

pasir di dekat kota Palmyra12. Menara tersebut memiliki tiga tingkat. Menara Elahbel

sendiri dibangun diluar tembok kota di daerah yang dikenal dengan Lembah Makam milik keluarga kaya Palmyra. Lembah Makam yang berada di bukit arah barat dan selatan reruntuhan Greco-Roman itu berisi serangkaian menara makam dalam berbagai bentuk. Menara tersebut terbagi menjadi berbagai ruang. Seperti tempat sarfokagus sebelum ditutup batu yang diukir gambar orang yang sudah meninggal dengan menggunakan warna yang hidup atau terang.

Gambar 4.5. Foto Sebelum dan Sesudah The Arch of Triumph dihancurkan oleh ISIS

Sumber:http://www.bbc.com/Indonesia/vert_cut/2016/04/160411_vert_cul_restorasi _palmyra

Selain itu, kota Palmyra juga memiliki sebuah gerbang yang dinamai dengan Gerbang Arkus Kemenangan (The Arch of Triumph). Gerbang tersebut terletak di kota

1210 Situs Bersejarah Suriah yang Hancur Akibat Konflik. (2016, Mei 2). Diakses Januari 3, 2017, from htpps://m.kiblat.net/201/05/02/10-situs-bersejarah-suriah-yang-hancur-akibat-konflik

(14)

101

kuno Palmyra di bagian tengah Suriah.13 Gerbang tersebut juga menjadi salah satu daya

Tarik para wisatwan. Gerbang Kemenangan begitu penting bagi Suriah, karena dianggap sebagai pintu masuk kota Palmyra. Selain itu Gerbang Arkus Kemenangan merupakan sebuah lambang atau icon dari kota Palmyra. Gerbang itu sendiri dibangun pada abad kedua. Pada bulan Oktober, kelompok militant asing atau ISIS menghancurkan gerbang tersebut. Gerbang tersebut dihancurkan oleh ISIS beberapa pekan setelah ISIS membuat jebakan di gerbang tersebut. Penghancuran gerbang oleh ISIS dilakukan karena simbol-simbol dan tulisan yang tertera di dinding gerbang tersebut.

Kota Palmyra juga memiliki Patung Lion of Al-lat, yang mana patung tersebut merupakan patung kuno singa memegang kijang berjongkok yang menghiasi kuil Dewi pra-Islam al-Lat di Palmyra. Patung Lion of Al-lat dibuat pada awal abad pertama. Patung tersebut dihancurkan oleh ISIS pada tanggal 27 Juni 2015. Pengerusakan terhadap patung Lion of Al-lat merupakan pengrusakan warisan yang paling serius. Namun potongan-potongan dari patung tersebut masih berada pada tempatnya, sehingga memungkinkan untuk di rekonstuksi ulang oleh pemerintah Suriah.

Berbeda dengan kota Palmyra yang kaya akan bangunan-bangunan kuno dan bersejarahnya, kota Aleppo dianggap sebagai salah satu pusat utama musik tradisional dan klasik Arab dengan Muzashshah Bahrain yang terkenal, seperti Qudud Halabiya

13ISIS Hancurkan Gerbang Kota Kuno. (2015, Oktober 5). Diakses Januari 3, 2017, from Antara

(15)

102

dan Maqams (genre musik religius sekuler dan folk). Musik populer yang pada umumnya disukai oleh masyarakat Arab adalah musik klasik Arab, Tarab. Hal ini pun tidak mengherankan, jika banyak seniman dari Aleppo dianggap perintis di antara orang-orang Arab dalam musik klasik dan tradisional. Tokoh paling menonjol di bidang ini adalah Sabri Mdallal, Sabah Fakhri, Shadi Jamil, Abed Azrie dan Nour Mhanna. Banyak seniman ikonik musik Arab seperti Sayed Darwish dan Mohammed Abdel Wahab mengunjungi Aleppo untuk mengenali warisan seni masyarakat Aleppo dan belajar dari warisan budayanya.

Kota Aleppo pun menyelenggarakan banyak pertunjukan musik dan festival setiap tahun di amfiteater benteng, seperti "Festival Lagu Syria", "Festival Jalan Sutra" dan "Festival Khan al-Harir". Sedangkan untuk mengenang masa kejayaan kota Palmyra sebagai pusat perdagangan, Pemerintah Suriah mengadakan sebuah festival budaya tahunan yang dilaksanakan di Kota Palmyra. Festival tersebut bernama Silk

Road Festival14 yang dirayakan pada bulan September. Festival tersebut bertujuan

untuk merayakan warisan kuno kota Palmyra, seperti mengenang perdagangan sutera yang melintasi kota ini

Dengan banyaknya budaya di kota Palmyra seperti bangunan-bangunan yang memiliki arsitektur campuran, serta artefak-artefak yang terdapat di museum kota Palmyra, menjadikan kota ini sebagai tujuan para wisatawan yang ingin merasakan atmosfir dari sejarah-sejarah peradaban yang pernah jaya pada masanya. Di kota

14Addison, C. G. (1838). Op. cit.

(16)

103

Palmyra sendiri, para pengunjung (para wisatawan), pedagang atau pun musafir bisa menyaksikan bangunan-bangunan perkasa dan indah yang masih berdiri sampai sebelum kota tersebut dikuasai oleh ISIS. Bangunan-bangunan kuno tersebut yaitu; Kamp Diokletian, Teater Romawi di Palmyra, Gedung senat yang merupakan bangunan kecil yang terdiri dari halaman peristyle dan sebuah ruangan yang memiliki apse di salah satu ujung dan deretan kursi di sekitarnya.15 Kemudian terdapat Baths of Diocletian yang merupakan pintu masuk kompleks ditandai oleh empat kolom granit Mesir besar berdiameter 1,3 meter (4 ft 3 in), tinggi 12,5 meter (41 kaki) dan beratnya 20 ton.16 Di dalamnya terdapat kolam pemandian yang dikelilingi oleh barisan tiang kolom Korintus yang terlihat disamping ruangan segi delapan yang berfungsi sebagai ruang ganti yang juga berisi saluran pembuangan di tengahnya.

Bangunan selanjutnya, Agora Palmyra yang digunakan untuk menampung patung-patung warga terkemuka ditemukan. Kemudian, terdapat Pengadilan Tarif yang memuat lempengan batu sepanjang 5m yang memiliki undang-undang pajak orang-orang Palmyra yang tertulis di atasnya.17 Ada Triclinium dari Agora yang merupakan aula kecil berukuran 12 kali 15 kaki (39 kaki 49 kaki) yang dihiasi motif kunci Yunani, yang terletak di sudut barat laut Agora dan bisa menampung hingga 40 orang.18 Terdapat juga kuil-kuil lainnya selain kuil Bel dan Baalshamindi kota Palmyra seperti

15 Bryce, T. (2014). Ancient Syria: A Three Thousand Year History. Oxford University Press. Diakses Maret 20, 2017

16 Darke, D. (2006). Syria. Bradt Travel Guides. Diakses Maret 20, 2017

17 Pepper, A. B. (2001). The Rough Guide to Syria (2 ed.). Rough Guides. Diakses Maret 16, 2017 18 Carter, T., Dunston, L., & Thomas, A. (2008). Syria & Lebanon. Lonely Planet. Diakses Maret 16, 2017

(17)

104

Kuil Nabu, Kuil Al-lāt, dan Kuil Baal-hamon. Bangunan lainnya yaitu Colonnade Besar, The Funerary Temple no.86 (juga dikenal sebagai House Tomb), Tetrapylon, dan dinding Diokletianik yang memiliki menara pelindung dan gerbang yang diperkuat. Bangunan-bangunan tersebut mampu dijadikan sebagai sumber sejarah. Dimana bangunan-bangunan tersebut melukiskan kejayaan bangsa Arab atau orang-orang Tadmur sebelumnya. Selain itu bangunan-bangunan tersebut juga dapat menjadi saksi yang berbicara bagaimana penduduk kota tersebut dapat mempertahankan dan menciptakan kebudayaannya pada saat itu.

Sedangkan di kota Aleppo bangunan bersejarah yang paling penting dari kota kuno meliputi The Citadel yang merupakan sebuah benteng besar yang dibangun di atas sebuah gundukan besar buatan sebagian yang naik 50 m (160 kaki) di atas kota, berasal dari milenium pertama SM. Pada tahun 2010, jumlah pengunjung ke Aleppo Citadel ini mencapai angka 588.576 orang.19 Kemudian terdapat Sekolah Al-Shibani, Halawiyah Madrasa, Madhasa Muqaddamiyah, Madhasa Zahiriyah, Al-Sultaniyah Madrasa, Al-Firdaws Madrasa, Bimaristan Arghun al-Kamili, Istana Junblatt, Madrasa Al-Uthmaniyah, Bab Al-Faraj Clock Tower. Jika di kota Palmyra terdapat Kuil, di kota Aleppo terdapat tempat ibadah masjid, seperti Masjid Agung Aleppo (Jāmi 'Bani Omayya al-Kabīr), Masjid Al-Nuqtah.

Kota Aleppo juga memiliki gereja di Jdeydeh Christian Quarter, yakni Katedral Apostolik Armenia Forty Martyrs, gereja Orthodox Orthodox Maria Our Lady, Mar

(18)

105

Assia Al-Hakim Gereja Katolik Suriah, Katedral Saint Elias Maronite, Katedral Katolik Armenia Ibu Pertolongan dan Bahasa Yunani Melkite Katedral Katolik Perawan Maria. Selain itu kota Aleppo memiliki museum nasional Aleppo yang didirikan pada tahun 1931 dimana museum tersebut terletak di Baron Street. Kebanyakan pameran museum dikhususkan untuk areologi Suriah. Kota Aleppo juga memiliki Gerbang Antioch yang merupakan bagian dari kota tersebut.

Berikut adalah tabel mengenai bangunan-bangunan, artefak maupun festival budaya yang ada di kota Palmyra dan kota Aleppo;

Kota Palmyra Kota Aleppo

Bangunan-bangunan dan artefak; 1. Kuil “Dewa Matahari”, Kuil

Baalshamin, Kuil Bel, Kuil Nabu, Kuil Al-lāt, dan Kuil Baal-hamon

2. Gerbang Arkus Kemenangan (The

Arch of Triumph)

3. Lembah Makam 4. Patung Lion of Al-lat 5. Teater Romawi di Palmyra 6. Baths of Diocletian (Kamp Diokletian)

7. Agora Palmyra 8. Colonnade Besar

9. The Funerary Temple no.86 (juga dikenal sebagai House Tomb) 10. Tetrapylon

Bangunan-bangunan dan artefak; 1. The Citadel

2. Masjid Agung Aleppo (Jāmi 'Bani Omayya al-Kabīr), Masjid Al-Nuqtah 3. Gereja di Jdeydeh Christian Quarter, yakni Katedral Apostolik Armenia Forty Martyrs, Gereja Katolik Suriah, dll. 4. Museum Nasional Aleppo 5. Gerbang Antioch

Tabel 4.1. Situs Budaya di Kota Palyra dan Kota Aleppo

Hancurnya warisan budaya di kota Palmyra, seperti runtuhnya kota besar yang monumental merupakan tragedi bagi sejarah dan peradaban dunia. Penghancuran atau

(19)

106

pun pengrusakan yang dilakukan oleh ISIS menargetkan pada patung-patung, kuil, makam atau kuburan. Hal ini dikarenakan ISIS menganggap bahwa benda dan bangunan tersebut merupakan bentuk dari politeisme era pra-Islam. Walaupun banyak mengalami kehancuran, ada harapan bahwasanya reruntuhan bangunan sejarah kota Palmyra dapat direstorasi atau diperbaiki seperti semula. Direktur balai arkeologi Suriah, memperkirakan bahwa sekitar 80% dari situs reruntuhan kota kuno Plamyra tetap utuh. Seperti amfiteater peninggalan Romawi, kemudian sepotong jalan kuno dengan reruntuhan tiang-tiang dikanan-kirinya (Decumanus Maximus road), serta sebuah benteng di atas bukit.20

Para ahli mengatakan bahwa dengan bantuan teknologi, banyak situs kuno Palmyra yang mengalami kerusakan dapat direkonstruksi.21 Namun pemerintah Suriah

harus mempertimbangkan secara seksama tentang ide untuk memperbaiki situs-situs yang rusak. Hal ini dikarenakan, di satu sisi, perbaikan tersebut merupakan sesuatu yang penting bagi sejarah kota Palmyra. Namun di sisi lain, reruntuhan kota Palmyra pasca penguasaan ISIS, bisa menjadi saksi bisu terhadap apa yang terjadi dengan kota tersebut dalam perjalanan sejarahnya.

20Hopewell, D. (2016, April 12). Haruskah situs kuno Palmyra dibangun kembali? Diakses Januari 3,

2017, from BBC Indonesia:

http://www.bbc.com/indonesia/vert_cul/2016/04/160411_vert_cul_restorasi_palmyra

21Farhan, A. (2016, April 12). Mengenang Palmyra, Kota Kuno 2.000 Tahun yang Dihancurkan ISIS. Diakses Januari 8, 2017, from Detik Travel:

https://travel.detik.com/read/2016/04/12/124350/3185780/1520/mengenang-palmyra-kota-kuno-2000-tahun-yang-dihancurkan-isis

(20)

107

Dalam hal ini, jelas terlihat bahwasanya kota Palmyra memiliki keunggulan dari nilai strategis budaya dibandingkan dengan kota kuno Aleppo. Kota Palmyra

menunjukkan bahwasanya kota tersebut memiliki mahakarya kreativitas dan kecerdasan manusia yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak berubah selama kurun waktu tertentu dalam hal arsitektur, teknologi, seni monumental, perencanaan tata kota atau desain lanskap serta memiliki penggambaran tentang tahapan penting dalam sejarah peradaban manusia yang berpengaruh secara signifikan terhadap budaya. Hal ini pun dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang masih ada di kota palmyra, seperti Kuil Bel, Kuil Baalshamin, Amfitheater, makam, benteng-benteng dan tiang-tiang yang berada disepanjang jalan utama kota Palmyra.

Terdapat pula artefak-artefak yang tersimpan di monumen, serta hasil dari penggalian-penggalian yang dilakukan oleh sejumlah arkeolog yang menemukan sebuah desa dengan teknologi pertanian yang unggul dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Hasil dari penggalian tersebut menjadi jawaban bahwasanya manusia di zaman tersebut sudah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi pertanian, pengairan, dan pembuatan bangunan untuk tempat tinggal. Selain itu juga, bangunan-bangunan bersejarah di kota Palmyra lebih banyak dibandingkan kota Aleppo yang hanya terdapat benteng, sekolah dan tempat ibadah. Sehingga kota Palmyra pun menjadi tujuan para wisatawan untuk melihat pusat tertingginya sejarah peradaban Timur Tengah.

Gambar

Gambar 4.1. Kuil Baalshamin  Sumber:
Gambar 4.2. Foto Sebelum dan Sesudah Kuil Baalshamin dihancurkan oleh ISIS  Sumber:
Gambar 4.3. Kuil Bel  Sumber:
Gambar 4.4. Foto Sebelum dan Sesudah Kuil Bel dihancurkan oleh ISIS  Sumber:
+3

Referensi

Dokumen terkait

This is the result of a study involving institutional boards, school committees, school managers (Principals, Vice Deans, Teachers and Program Coordinators) The main issue of

(2) modalitas yang terdapat dalam penelitian ini terdapat lima bentuk, yaitu (a) modalitas intensional menyatakan keinginan dan pembiaran, (b) modalitas epistemik

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan Standard Operating Prosedur (SOP) pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) secara online oleh Dinas

Berdasarkan hasil pra survey dan pra wawancara dengan beberapa guru di Sekolah Dasar Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas terdapat berbagai kasus yang

Magang dilakukan dalam bentuk tim berisi maksimal 5 (lima) orang mahasiswa. Klien magang proyek berbadan hokum. Tema magang proyek terkait dengan tema Ilmu Komunikasi

Data yang diperoleh digunkana untuk mengetahui sikap perjatian responden ketika diberikan informasi bahan kimia. Dari diagram sebanyak 95% responden memperhatikan ketika

Setelah dirasa peminat aromaterapi produk Narwastu sudah meningkat, Ibu Nidia memiliki inovasi untuk membuat produk perawatan tubuh yang terbuat dari bahan alami dan memiliki aroma

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tesis adalah studi litratur, Model SDOF non-linier dari persamaan getaran akan digantikan dengan Model getaran SDOF linier