• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kertas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kertas merupakan barang lembaran dibuat dari bubur rumput, jerami, kayu, dan sebagainya yang biasa ditulisi atau untuk kertas pembungkus, dan sebagainya. Kertas adalah kemasan yang pertama ditemukan sebelum plastik dan logam. Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaman udara lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Jenis kemasan ketas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft dan kertas tahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas yang dibuat dari modifikasi kemasan kertas fleklsibel. Kemasan kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak, drum, cawan - cawan yang tahan air, yang dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan - bahan kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif. Karakteristik kertas didasarkan pada berat atau ketebalannya. Berdasarkan berat kertas dapat dinyatakan dalam berat (lb)/3000 ft² atau disebut dengan rim. (Perdinan, 2011).

(2)

2.1.1 Jenis Kertas

a. Uncoated groundwood.

Kertas yang tidak mempunyai lapisan “coating” pigmen dan diproduksi menggunakan pulp mekanis (mechanical pulps), bubur kertas yang diproduksi tanpa proses kimiawi. Kurang lebih 80% kertas jenis ini adalah kertas Koran (newsprint). Gramatur: 24-75gsm, kertas koran dari 38-52gsm. Disamping itu, jenis kertas lainnya adalah kertas untuk direktori (seperti yellow page), computer paper, catalog, dan “advertising supplements” (brosur sisipan yang umumnya dicetak dengan sistim rotogravure). (Suskiyatno, 2011)

b. Coated groundwood.

Kertas jenis ini paling tidak mempunyai 10% pulp mekanis (umumnya 50- 55% groundwood) dengan sisanya menggunakan pulp kimia. Kategori kertas ini di USA masuk dalan kertas No. 5 “enamel paper” (kertas coated dengan brightness – tingkat kecerahan paling rendah, sekitar 80%) dan kertas No. 4 (brightnes sekitar 85%), keduanya mempunyai lapisan “coating” pigmen dikedua sisi. Umumnya kertas ini berwarna kekuningan karena banyak pulp mekanis dan mempunyai gramatur dari 45-130gsm. Kertas ini umumnya ditemukan pada kegunaan kertas dengan mesin cetak letterpress dan offset, seperti LWC (light weight coated – kertas yang mempunyai lapisan coating rendah sekitar 7-10gsm) dan kertas coated untuk majalah. (Suskiyatno, 2011)

c. Uncoated Woodfree.

Kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp mekanis lebih rendah dari 10% umumnya bisa 0% dan tidak mempunyai lapisan coating pigmen sama sekali. Kegunaan kertas ini termasuk “office papers” (formulir, kertas fotokopi, kertas buku tulis, dan kertas amplop), kertas carbonless (NCR), dan kertas cetak atau anda biasa sebut HVS. Bila anda sering bergelut dengan pasar ekspor, jenis kertas ini sering juga disebut “printing, writing, and book papers” (kertas cetak, tulis dan buku). (Suskiyatno, 2011)

(3)

d. Coated Woodfree.

Jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp mekanis, tetapi mempunyai lapisan coating pigmen baik dua sisi atau satu sisi. Di USA kertas ini disebut No. 1-3 enamel (dimana kertas coated dengan brightness atau tingkat kecerahan berkisar dari 88% sampai dengan 96%). Di pasar lokal anda sering mendengar Art Paper dan Art Board yang mempunyai lapisan coating dua sisi yang bisa berkisar antara 20-35gsm. Kertas C1S Label masuk dalam kategori ini dimana hanya mempunyai lapisan coating disatu sisi. Gramatur kertas berkisar antara 70-300gsm. Art Paper umumnya mulai dari 70-150gsm, sementara Art Board mulai dari 170-300gsm. Kegunaan paling umum adalah untuk majalah, buku, cetak commercial dengan mutu yang tinggi dan mahal karena brightness yang relatif tinggi dibanding kertas uncoated groundwood. (Suskiyatno, 2011)

e. Kraft Paper.

Kertas kraft, arti harfiahnya adalah kertas kuat, mempunyai 4 kegunaan utama:

1. Kertas bungkus (wrapping) seperti untuk bungkus kertas plano, kertas bungkus nasi dll.

2. Kantong (bag/sack) – seperti kantong belanja atau “shopping bag”. 3. Karung (shipping sack) – seperti karung atau kantong semen, dan

4. Berbagai fungsi “converting”. Gramatur berkisar antara 50-134gsm. Pulp kertas yang dipakai bisa melalui proses pemutihan atau “bleaching” atau tidak. Bila tidak diputihkan maka berwarna coklat. (Suskiyatno, 2011)

f. Bleached Paperboard.

Pulp kertas yang dipakai adalah “beached sulfate” dan kegunaan utama adalah “folding carton” – untuk membuat box, dan kertas karton susu atau juice. Karena “bleach” maka warna kertas karon ini putih dan sekitar setengah jumlah produksi adalah coated. Biasanya di pasar USA, kertas ini dipanggil dengan nama SBS atau “solid bleached board”. Gramatur bervariasi mulai dari 200-500gsm. Golongan jenis kertas ini termasuk untuk membuat gelas kertas, piring kertas, karton tebal cetak, “tag stock” (kertas karton untuk gantungan, kartu komputer,

(4)

“file folders” (map folio), dan kartu index (kartu index nama). Dipasar lokal sering kita temukan sebagai C2S Board atau C1S Board tergantung jumlah sisi yang mempunyai lapisan coating pigmen. Dipasar lokal, sering anda temui Ivory Board yang bisa dikategorikan dalam jenis kertas ini. Namun sebetulnya sedikit berbeda karena dicampur dengan pulp mekanis, jadi warna agak sedikit kekuningan bila dibanding SBS. Ivory juga terdiri dari beberapa lapisan kertas yang digabung jadi satu, sementara SBS hanya satu lapisan yang tebal saja. Tidak jarang anda mungkin mendengar SBB atau “solid bleached board” yang bubur kertasnya adalah pulp kimia seperti SBS tetapi mempunyai sususunan lapisan yang berlapis layaknya ivory. (Suskiyatno, 2011)

g. Unbleached Paperboard.

Kertas karton ini tidak diputihkan dengan bleaching dan diproduksi dari “virgin kraft” (pulp kimia dengan serat non-recycle) atau “neutral sulfitesemichemical pulp” (bubur kertas dengan proses semi-kimia sulfite yang netral). Produk utama adalah linerboard, jenis kertas yang digunakan untuk membuat “corrugated containers” (corrugated box yang biasanya berwarna coklat). Gramatur umumnya 130-450gsm. “Corrugating medium” atau kertas medium juga masuk dalam kategori ini yang dibuat dengan sebagian campuran kertas recycle. (Suskiyatno, 2011)

h. Recycled Paperboard.

Pulp yang digunakan terdiri atas kertas recycle atau daur ulang. Jenis kertas ini meliputi rentang variasi kertas yang luas mulai dari kertas medium untuk “corrugated box”, folding boxboard atau clay coated news back – anda sering mendengar sebagai Duplex dan Triplex, setup boxboard – layaknya duplex tetapi uncoated, and berbagai jenis kertas dan kertas karton. Juga gypsum liner – kertas yang digunakan sebagai pelapis luar gypsum board, kertas untuk “core tube” dan lain sebagainya. (Suskiyatno, 2011)

(5)

i. MG Kraft Specialties.

Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan penampakan yang licin dan seperti kaca (glaze) dimana kertas tersebut diproduksi diatas mesin yang mempunyai silinder pengering/ pemanas yang diametrnya sangat besar. Dipasar lokal anda sering mendengar kertas Litho, Doorslag. Jenis kertas lainnya seperti kertas dasar (base paper) untuk “wax paper”, kertas bungkus, “carbonizing”, dan kraft specialties. (Suskiyatno, 2011)

j. Tissue.

Bubur kertas yang dipakai untuk tisu adalah pulp kimia yang dibleach dengan tambahan bisa S0 atau lebih pulp mekanis. Mayoritas kertas tisu digunakan untuk produk sanitari seperti tisu gulung, “towel”, “bathroom”, “napkins” dll. Gramatur mempunyai rentang dari 13-75gsm. Jenis kertas ini diproduksi dengan sistim “through air dried” (TAD) or mesin kertas Yankee (silinder pemanas yang diameternya sangat besar) yang mempunyai “wet atau dry crepe operation”. (Suskiyatno, 2011)

k. Market Pulp.

Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas yang dibagi jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp, dan proses pemutihan atau “bleaching”. Bubur kertas dijual dalam bentuk lembaran, bal, dan gulungan. (Suskiyatno, 2011)

l. Others.

Kategori lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk dalam ke 11 golongan kertas diatas. Kurang dari 5% jumlah kertas dunia masuk dalam kategori ini, jadi sebetulnya relatif kecil. Contohnya seperti kertas “hardboard”, “asbestos board”, kertas cigarette, “condenser”, kertas bible), glassine, kertas tahan minyak, kertas release untuk sticker, dan kertas tersusun dari serat tetumbuhan bukan pohon (seperti kertas serat pisang abaca dan lain-lain.). (Suskiyatno, 2011)

(6)

2.1.2 Proses Pembuatan Kertas

Bahan baku pembuatan kertas adalah selulosa yang diberi perlakuan kimia, dibilas,diuraikan, dipucatkan, dibentuk menjadi lembaran setelah pressing dan dikeringkan.Kayu terdiri dari 50% selulosa, 30% lignin dan bahan bersifat adhesif di lamelatengah, 20% karbohidrat berupa xylan, resin dan tanin. Jenis kayu dan lembaranakhir kertas yang di inginkan sangat menentukan cara pembuatan kertas. Padapembuatan kertas dengan bahan baku berupa kayu terlebih dahulu dibuat menjadi pulp (Kasdim, 2008)

a. Proses Pembuatan Pulp

Pembuatan kertas dari bahan baku dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Proses pembuburan (pulping), yaitu suatu cara untuk memisahkan serat-

serat kayu satu dari yang lainnya, sehingga kayu berubah menjadi pulp. Pulp kemudian mengalami pengolahan lebih lanjut sampai tingkat tertentu. 2. Proses pembuatan kertas dari pulp, yaitu suatu proses yang mengatur

kembali serat-serat pulp itu menjadi suatu anyaman yang tak teratur yang disebut lembaran kertas.

Pulp merupakan hasil pemisahan serat dari kayu atau tanaman berserat lainnya melalui bermacam-macam proses pembuatannya. Pulp tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai jenis kertas. (Yudi, 1998) Bahan baku yang digunakan untuk membuat kertas ialah bahan- bahan yang mengandung banyak selulosa, seperti bambu, kayu, jerami, merang, eceng gondok dan lain-lain. Proses pembuatan pulp secara komersial dapat diklasifikasikan dalam proses mekanis, semikimia (kombinasi kimia dan mekanis) dan kimia. Produk yang dihasilkan mempunyai karakteristik serat yang berbeda. Pemilihan jenis proses pembuatan pulp tergantung kepada spesies kayu yang tersedia dan penggunaan akhir dari pulp yang diproduksi.

Dalam beberapa operasi pembuatan kertas, kombinasi pulp yang dihasilkan dari proses kimia dan mekanis digunakan agar mendapatkan karakteristik kertas yang diinginkan dengan harga yang layak. Proses kimia mendominasi hampir di seluruh dunia, karena dari pulp ini dapat dibuat berbagai jenis kertas budaya yang sangat diperlukan oleh semua manusia. Sembilan puluh persen dari berbagai jenis proses kimia didominasi oleh proses kraf. Proses

(7)

pembuatan pulp kimia adalah melarutkan lignin yang mengikat serat selulosa satu sama lain dan untuk menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak. Serat yang dihasilkan lebih utuh dan panjang, lebih fleksibel dan lebih kuat dari pada pulp mekanis. Formasi lembaran pulp kimia lebih baik, lebih teratur, lebih rata dan lebih kompak dengan opositas yang lebih rendah dari pada lembaran pulp mekanis. Di samping itu pada derajat putih yang sama (bleached brightness) pulp kimia lebih stabil. Pulp kimia dapat digunakan sebagai bahan baku kertas dengan tingkat (grade) tidak putih seperti kertas kantong (bag paper), kertas karton linier (linierboard) dan kertas bungkus (wrapper). Untuk jenis pulp kimia dengan grade yang lebih tinggi dan diputihkan dapat dibuat kertas bermutu tinggi seperti kertas budaya (tulis,cetak, fotocopy).

Pulp mekanis mempunyai sifat-sifat yang berlainan dengan pulp kimia. Sifat-sifat pulp mekanis pada umumnya merupakan sifat-sifat asli yang diperoleh dari bahan bakunya. Pada pembuatan pulp makanis lignin tidak dihilangkan atau sebagian saja dihilangkan sehingga mempunyai kandungan serat utuh yang lebih sedikit, bersifat kaku dan lebih pendek. Serat-serat pulp mekanis terdiri dari bundelan-bundelan serat dan fragmen-fragmen serat dari beberapa serat individu. Jika dibuat kertas akan menghasilkan lembaran yang bersifat bulki dan mempunyai opositas yang baik. Sifat bulki dapat memberikan efek bantalan dalam lembaran sehingga mempunyai sifat mudah menyerap tinta dan sifat cetak yang baik. Harga pulp mekanis umumnya rendah, selain karena sifat-sifatnya yang rendah dan rendemennya tinggi (90% - 95%), juga karena proses pembuatannya sederhana. Oleh karena itu pulp mekanis hanya dapat digunakan untuk kertas- kertas tertentu seperti kertas industri atau kertas koran. Proses semikimia merupakan kombinasi dari proses mekanis kimia. Serpih kayu atau tanaman berserat lainnya terlebih dahulu dilunakkan sebagian (digesting) dengan bahan kimia kemudian diikuti dengan aksi mekanis yang biasanya dengan refiner. Rendemen dan sifat-sifat pulp semikimia merupakan intermediate pulp kimia dan mekanis. (Perdinan, 2011)

Proses pembuatan kertas yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pembuatan kertas dari pulp dengan proses kimia menggunakan larutan soda

(8)

(NaOH). Proses soda termasuk proses pembuatan pulp secara alkali dengan NaOH sebagai bahan kimia pemasak. Proses ini lebih tua dari proses kraf, pulp kayu yang dihasilkan dari proses soda kurang baik dibanding pulp proses kraf akan tetapi proses soda sangat cocok digunakan untuk memproses bahan baku non wood (Sucipto, 2009).

b. Pembuatan Bubur Kertas

Pembuatan bubur kertas yaitu; pulp direndam dalam air, dihaluskan hingga menjadi bubur. Dalam tangki pencampur, pulp dicampur dengan air menjadi slurry. Slurry kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin kertas. Bubur kertas sambil diaduk ditambahkan bahan penolong yaitu kanji, rosin dan

aluminium sulfat. (Kasdim, 2008)

c. Pembentukan lembaran

Bubur kertas hasil pencampuran dibuat lembaran menggunakan cetakan dari kasa 200 mesh dengan ukuran panjang dan lebar sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Tiriskan bubur kertas di atas kasa menggunakan bahan penyerap. Apabila akan diterakan motif/corak tertentu pada permukaan lembaran, lakukan penirisan sebagian air kira-kira 1 cm di atas kasa, kemudian atur motif sesuai

keinginan, dan tiriskan air yang tersisa. (Kasdim, 2008)

d. Pengepresan

Lembar kertas yang diangkat dari kasa masih banyak mengandung air dan harus dikeluarkan. Untuk mengurangi kandungan air tersebut dilakukan pengepresan dengan alat pres manual sampai air tidak menetes lagi dari lembaran,

kira-kira sampai kadar air 40%.(Kasdim, 2008)

e. Pengeringan

Untuk mendapatkan kertas yang kering, tahap terakhir dilakukan

(9)

2.1.3 Sifat-Sifat Kertas

Pengetahuan terhadap sifat-sifat kertas adalah sangat penting bagi pabrikasi kertas karena produk akhir yang berlainan memerlukan sifat-sifat kertas yang berbeda. Namun secara umum, kebanyakan sifat-sifat kertas adalah bergantung kepada bahan bakunya yaitu serat selulosa, dimana sifat-sifat serat selulosa ini diketahui sebagai sifat fungsi (Casey, 1981). Selulosa menyerap air maka kertas juga menyerap air kecuali perlakuan khusus diberikan untuk meminimalkan daya serapnya. Selulosa berwana putih maka kertas juga bewarna putih, kecuali kertas tersebut mengandung lignin atau diberi warna. Selulosa adalah higroskopik ; sehingga kertas juga higroskopik dengan kadar airnya akan berubah menurut kelembaban relatif sekitar. Serat selulosa mengembang atau menyusut dengan perubahan kadar air yang dikandungnya karena itu karton juga mengembang dan menyusut dengan perubahan lembaban relatif. Serat selulosa berupaya untuk membentuk ikatan-H; kertas pula akan terbentuk dengan adanya ikatan-H antara serat tanpa penambahan aditif. Serat selulosa mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga kertas yang dihasilkan juga kuat. Serat selulosa adalah fleksibel maka kertas juga adalah fleksibel. Selulosa dapat dibakar maka kertas juga dapat dibakar (Cassey, 1981). Proses pabrikasi kertas dapat di modifikasi untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan untuk menghasilkan berbagai jenis kertas berkualitas.

2.1.3.1 Sifat Fisik Kertas

Umumnya sifat fisik dan mekanik kertas adalah lebih penting dibanding dengan sifat kimianya. Sifat fisik dan mekanik kertas antara lain: gramatur, berat, ketebalan, densitas, kadar air, daya serap air, indeks tarik, indeks koyak, indeks retak (Cassey, 1981).

a. Gramatur Kertas

Gramatur dikenal juga sebagai berat kertas karena berat lembaran kertas dan luas kertas lebih penting dibanding dengan volumenya. Gramatur karton didefenisikan sebagai ukuran berat lembaran kertas yang luasnya satu meter persegi. Penentuan gramatur kertas sangat penting karena kertas dijual atau dibeli

(10)

berdasarkan berat. Semakin ringan berat kertas sejenis, semakin murah pula harganya per unit. Berat kertas mempengaruhi sifat fisik kertas, sifat mekanik kertas, sifat kimia kertas dan optik kertas. Gramatur = berat kertas (gr) / luas permukaan kertas (m²).

b. Ketebalan Kertas

Ketebalan kertas di defenisikan sebagai jarak antara dua permukaan yang sejajar yang tegak lurus setelah dilakukan penekanan. Ketebalan lembaran kertas di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya jenis serat, adanya bahan lain selain serat, gramatur, tingkat penekanan dan calendring. Ketebalan sangat penting untuk kertas dan karton terutama bagi kertas atau karton yang di gunakan untuk tujuan mekanik. (Cassey, 1981).

c. Densitas Kertas

Densitas kertas ditentukan berdasarkan nilai tebal yang dibagi dengan gramatur. Densitas lembaran kertas dapat dipengaruhi oleh jumlah ikatan antara serat, kekasaran dan kelenturan serat serta perlakuan penghalusan stok. Selain itu penambahan bahan-bahan pengisi di dalam kertas juga mempengaruhi densitas kertas dimana densitas akan bertambah dengan penambahan komposisi pengisi didalam kertas. Densitas kertas akan mempengaruhi sifat fisik, mekanik dan optic lembaran kertas.

2.1.3.2 Sifat Mekanik Kertas

Sifat mekanik lembaran kertas terdiri dari ketahanan tarik, ketahanan retak, ketahanan koyak dan ketahanan tekan lingkar yang dijelaskan seperti berikut ini.

a. Ketahanan Tarik (Tensile Strength )

Ketahanan tarik kertas dapat di defenisikan sebagai kemampuan kertas untuk mempertahankan keadaanya agar tidak putus bila dikenakan regangan. Ketahanan tarik penting dalam menentukan kemampuan kertas agar dapat berfungsi dengan baik seperti kertas pembungkus, kertas kantong. Ketahanan tarik

(11)

kertas cetak tergantung pada ketahanan kertas terhadap pemutusan jaringan serat sewaktu proses pencetakan.

Ketahanan tarik sangat diperlukan untuk kertas cetakan dimana gaya tarik tinggi dapat ditahan oleh kertas tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan tarik:

1. Kekuatan serat individu lemah maka kekuatan tarik juga terpengaruh. 2. Panjang serat rata-rata terlalu panjang maka akan menghasilkan

pembentukan kertas yang tidak baik yang dapat menurunkan kekuatan tarik.

3. Kemampuan pengikatan permukaan serat bergantung kepada proses penekanan. Serat yang tidak dipress akan menghasilkan pengikatan yang lemah.

4. Struktur permukaan kertas; kekuatan tarik akan terpengaruh apabila struktur pembentukan kertas tidak baik.

b. Ketahanan Retak (Bursting strength)

Ketahanan retak didefenisikan sebagai tindakan elektrostatik dalam kPa yang akan meretakkan kertas apabila tekanan ditambah secara konstan di berikan ke diafrakma. Pengujian ketahanan retak dilakukan untuk menentukan rintangan kertas. Uji retak dilakukan dengan meletakkan sampel diantara clamp annular dimana tekanan dinaikkan bertahap terhadap diafragma oleh tekanan hidrolik pada keadaan tetap sehingga sampel retak. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan retak: panjang serat, dimana semakin pendek serat maka semakin menurun kekuatan retak dan ikatan antara serat, dimana proses penghalusan akan meningkatkan ikatan antara serat tetapi jika penghalusan terlalu lama maka akan menghasilkan serat-serat yang lebih pendek akan mempengaruhi kekuatan retak. Selain itu, ketahanan retak juga dipengaruhi oleh proses pembentukan kertas, gramatur serta kelembaban.

c. Ketahanan Koyak (Tearing Resistant)

Ketahanan koyak kertas adalah rintangan suatu kertas yang mengalami koyakaan. Pengujian ketahanan koyak dilakukan adalah untuk mengukur tenaga

(12)

yang diperlukan untuk mengoyakkan sehelai kertas. Ketahanan koyak kertas sangat penting karena dapat untuk melancarkan kertas di atas mesin-mesin pencetak agar lembaran kertas tidak mudah koyak. Ketahanan koyak kertas juga sangat penting dalam penggunaan kertas sebagai pembungkus yang mana lembaran kertas mesti kuat untuk menyerap hentakan atau daya luar dan memerlukan rintangan koyak yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi ketahanan koyak adalah jumlah serat yang mengalami rupture kertas, panjang serat dan banyaknya ikatan antara serat. Jumlah serat juga akan mempengauhi densitas, gramatur dan kelenturan kertas. Kertas yang kaku akan memberikan tekanan ke atas serat pada daerah/tempat yang kecil.

2.2 Sumber Bahan Baku kertas 2.2.1 Tanaman Serat Alam

Serat buah, batang, dan daun merupakan komoditas serat alam yang sangat prospektif di masa mendatang karena komoditas tersebut memiliki keunggulan untuk bahan baku berbagai industri, dan kontribusinya dalam penyelamatan lingkungan. Tanaman yang menghasilkan serat buah adalah kapas, kapuk, dan kelapa. Tanaman serat batang antara lain : kenaf, rosela, yute, rami, urena, linum, hemp, dan okra; sedangkan tanaman penghasil serat daun antara lain : abaka, agave (sisal), nenas, sansivera, dan lain lain. Serat buah, batang, dan daun merupakan komoditas serat alam yang sebelumnya kurang memperoleh perhatian, baik oleh pemerintah, petani, maupun pengusaha. Namun pada saat ini dan di masa yang akan datang, komoditas serat alam merupakan komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku berbagai industri. Sebagai informasi kegunaanmasing-masing komoditas adalah sebagaiberikut:

1. Komoditas serat buah: kapas untuk tekstil dan pulp, kapuk untuk tekstil, kasur, jok mobil dan lain-lain., sabut kelapa untuk industri karpet, keset, campuran untuk industri karet;

2. Komoditas serat batang: kenaf, rosela, yute, rami, linum, urena untuk bahan baku pulp dan kertas, fibreboard, tekstil, karpet, kerajinan, dan lain-lain;

(13)

3. Komoditas serat daun: abaka, agave (sisal), nanas, dan lain-lain untuk tekstil, pulp dan kertas, geotekstil, karpet, dan lain-lain. (Sudjindro, 2009)

Serat alam merupakan bahan baku yang ramah lingkungan, karena mudah terdegradasi dan tanaman serat alam memiliki kemampuan menyerap CO2 cukup besar terutama pada tanaman kenaf. Saat ini serat alam banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk komposit seperti fiberboard untuk interior mobil, dan setiap serat alam memiliki ciri dan kegunaan yang spesifik, misalnya serat abaka, rami, dan kenaf dapat digunakan untuk kertas mata uang. Pada akhir-akhir ini komoditas serat alam banyak mendapat perhatian dari beberapa kalangan industri, terutama dari industri otomotif, elektronik, pulp, dan kertas.

a. Kapas (G. hirsutum)

Kapas sudah lama dibudidayakan di Indonesia oleh perusahaan swasta dan BUMN. Perkembangan tanaman kapas di Indonesia selalu mengalami pasang surut. Luas areal tahun 1978/79 sampai dengan 1997/98, berkisar antara 17.119– 38.125 ha, dan mencapai puncaknya pada tahun 1985/1986 dengan luas areal hampir 50.000 ha. Namun sejak itu arealnya berangsur-angsur menyusut, dan saat ini berkisar antara 7.000 – 10.000 ha. Areal pengembangan kapas terbesar di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, dan NTT Selain untuk bahan baku tekstil, serat kapas juga untuk bahan pulp dan kertas (Sudjindro, 2011). Tanaman kapas menghendaki daerah yang terbuka, artinya tidak boleh ternaungi,menghendaki curah hujan antara 500–1500 mm/th, dengan batas yang tegas antara musim kemarau dan musim hujan. Umur tanaman kapas berkisar antara 120–220 hari tergantung varietasnya. Tipe tanah yang sangat sesuai adalah tanah lempung berpasir, dengan ketinggian antara 10–500 m dml. (Sudjindro, 2011).Tanaman kapas secara teknis dapat dikembangkan di Kawasan Indonesia Timur yang beriklim kering, tetapi harus didukung dengan fasilitas pengairan. Penggunaan varietas unggul seperti Kanesia 8, Kanesia 10, Kanesia 14, dan Kanesia 15 akan menghasilkan 1–2,5 ton kapas berbiji per ha. Petani akan memperoleh keuntungan bila dapat menghasilkan minimal 1,0 ton kapas berbiji/ha. Selain sebagai bahan baku tekstil, serat kapas juga digunakan sebagai

(14)

bahan baku kertas uang. Uang kertas di Korea Selatan dibuat dari 100 % serat kapas, sedangkan mata uang Filipina menggunakan campuran kapas dan serat abaka (Sudjindro, 2011)

b. Abaka (Musa textilis)

Abaka (Musa textilis) sebenarnya mudah dibudidayakan terutama pada lahan yang memiliki ketinggian di atas 600 m dml, dengan kelembapan udara rata-rata di atas 76 % dan tidak panas serta curah hujan lebih dari 2.500 mm/th. Varietas yang sangat terkenal sejak zaman penjajahan sampai sekarang adalah Tangongon, Bangulanon, dan Maguindanao. Tanaman abaka banyak ditemukan secara luas di kepulauan Sangihe dan Talaud yang memiliki potensi genetik dan hasil serat tinggi, akan tetapi belum ada yang mengelola dan belum ada pasar, sehingga terkesan menjadi tanaman liar. Pada umumnya varietas Tangongon yang ada di daerah tersebut memiliki pertumbuhan baik (Sudjindro et al., 2009). Saat ini pertanaman abaka di Indonesia ada di kebun PT. Bayulor (Banyuwangi), Mamuju (Sulawesi Barat), Sangihe dan Talaud (Sulawesi Utara), Cikalong (Jawa Barat), Malingping (Banten), dan Bulungan (Kalimantan Timur). Serat abaka (M.

textilis) selain untuk tekstil sesuai dengan namanya, juga dapat digunakan untuk

berbagai bahan baku industri antara lain: pulp dan kertas, komposit (fiberboard), karpet, tali kapal, dll. Hasil penelitian Haroen menunjukkan bahwa serat abaka grade S2 (warna putih bersih, benang seratnya sangat baik dan halus), dan Y2 (warna serat kusam sampai agak kotor, benang seratnya pendek dan tidak teratur) dapat dibuat pulp untuk kertas dengan kualitas di atas mutu pulp abaka komersial. (Sudjindro, 2011)

c. Tanaman rami (Boehmeria nivea)

Tanaman rami (Boehmeria nivea) sudah lama dikembangkan di Indonesia namun hasilnya belum menggembirakan. Sejak tahun limapuluhan, pemerintah pernah berusaha mengembangkan tanaman rami di Jawa Barat dan Sumatera Utara, namun kurang berhasil. Pada tahun 2004 pemerintah kembali mengembangkan rami di beberapa daerah antara lain Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Utara. Hasil survey

(15)

perkembangan rami di beberapa daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Bengkulu, Jambi, dan Toba Samosir menunjukkan bahwa perkembangan rami yang dibiayai pemerintah melalui Departemen Koperasi Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2004-2005 tidak berhasil. Perbandingan serpih dengan

larutan adalah 1: 4 pada suhu 160oC selama 3, 5 jam dengan alkali aktif dan

antrakinon masingmasing 12 dan 0,1 % memberikan hasil yang optimal. Rendemen pulp rami yang dihasilkan sebesar 69,76 dengan bilangan kappa 12,43.

d. Agave (Agave sisalana)

Agave (Agave sisalana) berasal dari daerah Mexico dan sekarang banyak berkembang di Brazilia dan Tanzania. Produsen serat sisal terbesar di dunia adalah Brazil, China, Kenya, dan Tanzania. Sisal adalah tanaman tropis yang hidupnya sangat menghendaki sinar matahari penuh dan kelembapan relatif sedang. Curah hujan yang dikehendaki sekitar 1000-1800 mm/th, dengan suhu

minimum 16 oC dan maksimum antara 27–32 oC. Sisal dapat tumbuh baik pada

berbagai tingkat kesuburan tanah, akan tetapi yang paling baik adalah pada tanah lempung berpasir dengan kisaran pH 5,5–7,5, dan sangat cocok bila tanahnya memiliki kandungan unsur Calsium (Ca) tinggi. Sisal dapat ditanam pada kisaran kesuburan tanah yang bervariasi. Sisal dapat tumbuh baik pada ketinggian sampai dengan 600 m dml. Sisal mulai dapat dipanen pada umur sekitar 2 (dua) tahun setelah tanam dan panjang daun yang dapat dipanen minimal 60 cm. Umur produktif sisal dapat mencapai 5–12 tahun tergantung pada kondisi lingkungan tumbuhnya. Sisal tidak tahan terhadap genangan air. Di Jawa pada zaman penjajahan sisal berkembang di daerah Madura, Kediri, Jember, dan Blitar. Produktivitas serat dapat mencapai 2,0–2,8 t/ha. Serat sisal mengandung 54-66% α-selulose, 12-17% hemiselulose, 7–14% lignin, 1% pectin dan 1–7% abu. Serat sisal dapat dibuat pulp dengan mutu tinggi karena memiliki kekuatan tarik, porositas, bulk, daya serap, dan daya lipat yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk pembuatan kertas spesial (specialty papers), dan juga untuk meningkatkan mutu pulp lainnya. Penggunaan soda dingin dalam pembuatan pulp secara kimiawi dapat menghasilkan sebanyak 50–55% pulp. (Sudjindro, 2011).

(16)

e. Komoditas linum atau flax (Linum usitatissimum L)

Komoditas linum atau flax (Linum usitatissimum L.) dan okra (Abelmoschus esculentus L.) belum dibudidayakan oleh petani maupun pengusaha. Untuk pertumbuhan, tanaman linum memerlukan ketinggian tempat di atas 800 m dml., karena berasal dari daerah dingin. Linum merupakan tanaman semusim berumur 90-120 hari dan dikembangkan dengan menggunakan benih. Serat linum lebih dikenal sebagai bahan baku kain linen dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas sekuritas. Setiap bendel serat linum terdiri atas 10-40 sel-sel serat. Tiap sel serat mempunyai panjang berkisar antara 10–40 mm dengan diameter antara 10–30 μm. Susunan kimiawi serat linum terdiri atas 64,1% selulose, 16,6% hemiselulose, 2% lignin, dan 1,8% pektin. Serat linum memiliki daya serap air lebih tinggi dari serat kapas, rayon, dan wool, tetapi lebih rendah dari serat rami (Sudjindro, 2011).

f. Urena (U. lobata)

Urena (U. lobata) berasal dari daerah tropis yang dapat ditanam sampai dengan ketinggian 500 m dml. Kandungan serat urena sekitar 5,0–5,5% dari batang basah. Serat urena termasuk halus, fleksibel, dan lurus dengan warna putih krem atau kuning pucat. Sel serat urena memiliki panjang antara 1,4–1,8 mm dan diameter antara 12–19 μm. Komposisi kimiawinya terdiri atas 63- 87% selulose dan 7–12% lignin. Serat urena dapat dibuat pulp kraft dan menghasilkan pulp dengan rendemen antara 43-47%. (Sudjindro, 2011)

g. Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L)

Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.), rosela (Hibiscus sabdariffa L.), dan yute (Corchorus capsularis L.) di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun 1979/1980 yang terkenal dengan program ISKARA (Intensifikasi Serat Karung Rakyat). Pada waktu itu serat kenaf, rosela, dan yute hanya digunakan untuk bahan baku industri karung goni. Arah pengembangan kenaf selanjutnya adalah pada lahan marjinal dimana tidak akan menggeser keberadaan tanaman pangan utama seperti padi dan jagung. Disamping itu juga untuk memberdayakan lahan

(17)

marjinal dan meningkatkan pendapat petani di daerah marjinal (Sudjindro, 2008). Saat ini tinggal kenaf yang berkembang di Indonesia dan pemanfaatannya untuk bahan baku industri (fibreboard untuk interior mobil).

Tanaman kenaf memiliki daya adaptasi luassehingga dapat dikembangkan pada berbagai lahan/tanah seperti lahan banjir (Sudjindro 2008), lahan gambut, lahan tadah hujan/lahan kering, dan tanah podsolik merah kuning Umur tanaman kenaf berkisar 70–150 hari tergantung macam varietas dan kondisi lingkungan tumbuhnya. Produktivitas kenaf dapat mencapai 2,0–4,0 ton serat kering/ha tergantung varietas dan lingkungan tumbuhnya. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) di Malang telah memiliki beberapa varietas unggul yang kurang terpengaruh oleh fotoperiodisitas, seperti KR 9, KR 11, KR 12, KR 14, dan KR 15 (Sudjindro dan Marjani, 2009). Sel serat kenaf memiliki panjang antara 1,5–12 mm dan lebar antara 7–41 μm. Rata-rata tebal dinding sel antara 4– 9 μm dan lebar lumen antara 7–13 μm.

Serat kenaf mengandung 44–62% α-selulose, 14–20% hemiselulose, 4–5% pektin, 6– 9% lignin, dan 0–3 % abu. Secara umum serat kenaf dapat dibuat pulp dan kertas, lebih kuat daripada pulp kayu lunak lainnya, sedangkan pulp dari seluruh batang kenaf mempunyai kekuatan berada di antara pulp kayu lunak dan pulp kayu keras (Sudjindro, 2011).

h. Tanaman Rosela (H. sabdariffa)

Serat rosela memiliki panjang antara 1,2–6,3 mm dan lebar antara 10–44 μm. Lebar lumen antara 3–15 μm dan tebal dinding sel antara 4 15μm. Serat rosela mengandung 32 % α-selulose, 10–15% lignin, dan 1% abu. Serat rosela juga dapat digunakan sebagai bahan baku pulp, namun demikian penelitian pulp dari rosella lebih sedikit dari penelitian pulp dari kenaf (Sudjindro, 2011)

i. Tanaman Yute

Serat yute mengandung 45–64% α-selulose, 12-26% hemiselulose, 11- 26% lignin, 0,2% pektin, dan 1–8% abu. Individu sel serat memiliki panjang antara 0,5–6,5 mm dan diameter antara 9 –33 μm. Panjang serat akan berkurang

(18)

mulai dari pucuk sampai pangkal batang, sebaliknya diameter akan bertambah. Biomass yute dapat diproses menjadi pulp untuk industri kertas (Sudjindro, 2011)

Secara teknis semua komoditas serat alam yang diuraikan di atas dapat dibudidayakan di Indonesia, bahkan beberapa komoditas telah berkembang lama di bumi Indonesia dan sudah dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai industri. Ada beberapa kelebihan atau keunggulan tanaman serat alam dalam hal potensi untuk pemanfaatan atau pemberdayaan lahanlahan suboptimal (marjinal). Tanaman agave (sisal) adalah tanaman yang memiliki ketahanan terhadap cekaman kekurangan air, sehingga sesuai untuk dikembangkan pada lahan kering. Tanaman kenaf dan yute merupakan tanaman yang mampu beradaptasi pada lahan banjir. Bahkan tanaman kenaf mampu hidup dan berproduksi pada lahan masam seperti podsolik merah kuning dan gambut. Secara ekonomis komoditas serat alam mudah dibudidayakan dan tidak terlalu mahal biaya produksinya. Tanaman abaka dan rami merupakan tanaman tahunan yang hanya memerlukan modal pada awal pertanaman untuk pembelian bibit dan persiapan lahan. Umur abaka dan rami dapat mencapai puluhan tahun tergantung kondisi lahan dan pemeliharaannya. Tanaman kenaf, rosella, yute, urena, dan linum merupakan tanaman semusim yang berumur antara 3–5 bulan tergantung varietasnya. Tanaman agave (sisal) jugamerupakan tanaman tahunan dan mampu berproduksi selama 5–10 tahun. Secara umum rata-rata hasil serat tanaman abaka, rami, kenaf, rosella, yute, urena, kapas, dan sisal berkisar 1,5 – 3,0 ton per hektar. Produktivitas serat masingmasing komoditas bervariasi tergantung macam varietas, kesesuaian lahan, kondisi lingkungan, dan pemeliharaannya. Biaya produksi per hektar berkisar antara Rp 3–10 juta/ha tergantung komoditasnya. Bila produktivitas dapat mencapai 1,5–3,0 t serat/ha maka usaha tani serat alam sudah menguntungkan.

Berdasarkan sifat fisika dan kimia serat alam terutama kapas, rami, abaka, dan kenaf semuanya memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai kertas uang atau kertas sekuritas.

(19)

Table: 2.1 Sifat Fisika Serat Alam

Jenis serat Panjang serat(mm) Diameter serat(mm)

Kapas 20 – 30 0,014 - 0,020 Rami 120 – 150 0,040 - 0,060 Kenaf 3,3 – 20 0,015 - 0,020 Abaca 4,0 - 8,0 0,013 - 0,029 Agave 0,3 – 15 0,050 - 0,080 Linum 10 – 40 0,010 - 0,030 Urena 1,4 - 1,8 0,012 - 0,019 Rosella 1,9 - 3,1 0,012 - 0,025 Yute 2,0 - 2,5 0,015 - 0,020

2.2.2 Potensi dan Pemamfaatan Serat Alam

Pada dekade terakhir, industri pulp dan kertas di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Indonesia merupakan produsen pulp peringkat ke-9, sedangkan sebagai produsen kertas Indonesia berada pada peringkat ke-13 di antara 30 negara penghasil pulp dan kertas terbesar . Pada umumnya industry kertas di Indonesia menggunakan bahan baku pulp produksi dalam negeri, selain itu juga menggunakan bahan baku pulp impor terutama untuk produksi kertas khusus (specialty paper). Salah satu penggunaan kertas khusus adalah sebagai kertas uang atau kertas sekuritas. Kertas sekuritas merupakan jenis kertas yang memiliki sifat-sifat yang sangat khusus, terutama kekuatan tarik, kekuatan lipat, sifat cetak dan lain-lain serta tidak mudah dipalsukan. Menurut Smook kertas sekuritas adalah kertas yang di dalamnya terdapat ciri-ciri pengaman (security

features) untuk menghalangi pemalsuan (to detercounterfeiting), watermark

berbagai bentuk, serat-serat yang bisa terpendar (fluorescent fibers), noda yang reaktif terhadap warna (color reactive stain), dan ciri-ciri yang bisa dideteksi dengan sinar ungu ultra (uv) atau dengan air. Sedangkan Zawawi et al. (2004), mengatakan bahwa kertas sekuritas dan kertas uang harus sangat sulit dipalsu, tetapi mudah dibuktikan (diverifikasi).

(20)

Bahan baku kertas yang selama ini digunakan untuk kertas sekuritas adalah serat yang berasal dari serat kapas dengan campuran serat linen atau serat lain yang dapat meningkatkan mutu kertas. Kertas uang yang berkualitas sebenarnya bahan baku utamanya adalah kapas, namun bukan serat panjangnya, akan tetapi serat pendek yang menempel pada biji yang disebut linters. Biasanya bahan baku pembuatan pulp dan kertasuang adalah linters+serat abaka, atau linters+serat rami, atau linters+ serat kenaf. Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa serat. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa serat alam yang ada di negeri kita memiliki peluang untuk dijadikan bahan baku untuk pembuatan pulp dan kertas uang. Beberapa tanaman serat alam sebagian besar sudah dibudidayakan di Indonesia seperti kapas, kenaf, rami, dan abaka. Empat jenis tanaman tersebut sudah digunakan di beberapa negara sebagai bahan baku pembuatan kertas uang, misalnya dollar USA (linters + abaka, linters + rami, linters + kenaf), peso Filipina (linters + abaka).

2.3 Serat

2.3.1 Dimensi Serat

Hampir semua tanaman berserat dapat dibuat pulp, hanya ekonomis tidaknya tergantung kepada komponen kimia yang terkandung dan sifat fisik serat bahan bakunya. Kertas terdiri dari serat selulosa yang berasal dari tumbuh- tumbuhan. Serat mempunyai panjang, lebar dan dinding yang bervariasi, tergantung pada jenis dan posisinya dalam suatu pohon serta lokasi tumbuhnya. Selama proses pembuatan kertas, air dikeluarkan dari jaringan serat sehingga terjadi ikatan antar serat yang semakin rapat dan disertai perubahan bentuk serat menjadi pipih Kekuatan kertas terpenting yang menentukan kualitas kertas berhubung dengan penggunaannya adalah: kekuatan sobek kertas (tearing strength), kekuatan tarik kertas (tensile strength), kekuatan jebol kertas (bursting strength), kekuatan lipat kertas (folding strength). Bergantung pada tujuan penggunaannya, maka dapat dipilih kekuatan-kekuatan mana yang dipentingkan. Misalnya untuk kertas bungkus, yang dipentingkan adalah kekuatan sobeknya, untuk kertas cetak adalah kekuatan tarik (dan kehalusannya), untuk peta-peta dibutuhkan kekuatan lipat dan lain sebagainya.

(21)

Kekuatan ikatan serat merupakan fungsi dari luas dan intensitas ikatannya. Luas ikatan dipengaruhi oleh morfologi, sedangkan intensitas oleh susunan molekul selulosa. Kertas tipis, kekuatanny lebih banyak berhubungan dengan ketegaran serat, sedangkan kertas tebal ikatan serat merupakan faktor utama. Ketahan retak sangat dipengaruhi daya ikat serat dan panjang serat. Daya ikat serat dalam suatu lembaran kertas ditentukan oleh besarnya ikatan dan banyaknya fibrilasi.

Peranan dimensi serat sebagai bahan baku kertas mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks dan mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap sifat fisik pulp kertas seperti density, kekuatan, fleksibilitas, kelicinan, porositas. (Perdinan, 2010)

2.3.2 Panjang Serat

Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan, bahwa panjang serat merupakan sifat yang sangat menetukan kekuatan kertas dan sangat mempengaruhi kekuatan sobek serta pembentukan formasi. Serat yang panjang memberi kekuatan kertas lebih baik dari serat pendek, tetapi serat pendek memberi formasi yang lebih baik dari serat panjang. Serat yang terdapat dalam satu jenis kayu panjangnya bervariasi, maka distribusi frekuensi panjang serat turut berperan juga dalam menentukan kekuatan kertas. Jumlah persentase serat yang tingi akan menurunkan kekuatan serat.

Klasifikasi panjang serat menurut Klemn, adalah sebagai berikut : a. Serat panjang : 2,0 - 3,0 mm

b. Serat sedang : 1,0 - 2,0 mm c. Serat pendek : 0,1 - 1,0 mm.

2.3.3 Kekasaran Serat (Diameter Serat)

Sifat kekasaran serat pada bahan baku maupun pulpnya banyak dipengaruhi oleh faktor dimensi penampang melintang serat (diameter dan dinding serat). Bentuk penampang melintang serat berupa elips dan tidak beraturan. Untuk mendekati diameter serat yang sebenarnya diadakan koreksi dan hasilnya disebut perimeter.

(22)

Klasifikasi diameter/ perimeter serat, menurut Klemn adalah sebagai berikut: a Serat lebar : 0,025 - 0,040 mm b. Serat sedang : 0,010 - 0,025 mm c Serat sempit/kurus : 0,002 - 0,010 mm 2.4 Kecombrang 2.4.1 Tanaman Kecombrang

Tanaman hias ini mudah ditanam dan punya bunga cukup indah. Selain itu, bunganya pun enak disayur, lagipula berkasiat sebagai penghilang bau badan.

Kecombrang masih digolongkan tanaman liar. Memang kecombrang dapat tumbuh di sembarang tempat terutama di daerah pegunungan. Di daerah dataran rendah pun kecombrang juga sering ditemui. Kecombrang memiliki nama ilmiah Nicolaia speciosa Horan, disebut juga Phaemoeria speciosa atau pula Elletaria speciosa.

Tanaman famili jahe ini berupa herba setinggi 2-5 meter. Batang semunya tegak, hanya bergaris tengah 2-3 cm sehingga tampak kurus. Berpelepah dan membentuk rimpang hijau Daunnya tunggal, berbentuk lanset yang memanjang seperti pita sekitar 40-50 cm, selebar 8-10 cm. ujung dan pangkal daun runcing, dan hijau. Yang menarik adalah bunganya yang majemuk berbentuk bonggol muncul dari batang yang berada dalam tanah. Mahkota bunga bertajuk. Warna bunganya yang merah jambu cukup indah bila dimanfaatkan sebagai bunga potong. Ini pula yang jadi penarik orang untuk memanfaatkannya sebagai tanaman penghias taman (www.wikipedia.org).

Buah kecombrang berbentuk panjang dan menggerombol. Dalam buahnya yang bewarna merah kecoklatan ini banyak sekali bijinya. Pembudidayaannya lebih mudah dilakukan dengan stek atau tunas akar tinggalnya (anakan yang keluar dari akar tinggalnya). Tanaman ini adalah tanaman asli Indonesia yang dibuktikan dengan suatu studi etnobotani di pulau Kalimantan, dimana 70% dari spesies yang ada mempunyai nama lokal lainnya di pulau tersebut dan lebih dari 60% spesies yang ada mempunyai paling tidak satu manfaat yang digunakan oleh penduduk pulau Kalimantan.

(23)

2.4.2 Klasifikasi Kecombrang

Tanaman kecombrang atau dikenal juga sebagai puwar kinjung termasuk familia zingiberaceae (jahe-jahean). Di Sumatera kecombrang dikenal sebagai kola, tere, acemsitu, cekala, dan puwar kinjung. Masyarakat di Jawa menyebutnya honje, rombeka, combrang, kecombrang, kecumbrang, dan cumbrang. Sementara itu di Sulawesi disebut atimengo, bubogu, dan katimbang. Orang Maluku mengenalnya sebagai salahawa dan petikala (www.wikipedia.org).

Kecombrang (Etlingera elatior) merupakan salah satu keluarga

Zingiberacea yang asli Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama

antara lain ”kencong” ”kecombrang” di Jawa, ”honje” di Sunda, ”bongkot” di Bali, ”sambuang” di Sumatra Barat dan ”bunga kantan” di Malaysia. Orang barat menyebut tanaman ini torch ginger atau torch lily karena bentuk bunganya yang mirip obor serta warnanya yang merah memukau (Gambar 1). Beberapa orang juga menyebutnya dengan nama Philippine waxflower atau porcelein rose mengacu pada keindahan bunganya.( Dede Sukandar, et.al 2010)

Klasifikasi ilmiah kecombrang Kerajaan : Plante Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Genus : Etlingera Spesis : E.elatior

2.4.3 Ciri-ciri Batang, Daun, dan Bunga Kecombrang

Jika batangnya sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe atau lengkuas, dengan tinggi mencapai 5 meter. Batang-batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya; tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris, berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong, 20-90 cm × 10-20 cm.

(24)

Gambar 2.1. Tanaman Kecombrang

2.4.4 Manfaat Kecombrang

Kecombrang dijadikan bahan campuran atau bumbu penyedap berbagai macam masakan di Nusantara. Kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa Barat. Kecombrang yang dikukus juga kerap dijadikan bagian dari pecel di daerah Banyumas. Masakan Batak populer, arsik ikan mas, juga menggunakan asam cekala ini. Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit yang berhubungan dengan kulit, termasuk campak. Tumbuhan ini mengandung bahan antioksidan yang amat baik untuk kesehatan (www.wikipedia.org)

Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang memadukan antara fungsi nutrisi dan kesehatan, yang sering disebut pangan fungsional. Pangan fungsional merupakan produk pangan yang memberikan keuntungan terhadap kesehatan. Pangan fungsional dapat mencegah atau mengobati penyakit. Tanaman rempah dan obat mempunyai potensi besar sebagai sumber makanan dan minuman fungsional seiring dengan makintingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan. Bagi konsumen, pangan fungsional bermanfaat untuk mencegah penyakit, meningkatkan Senyawa Aktif Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang (Sukandar, et.al, 2010)

Bagi industri pangan, pangan fungsional akan memberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk secara inovatif memformulasikan produk-produk yang

(25)

mempunyai nilai tambah bagimasyarakat. Selanjutnya bagi pemerintah, adanya pangan fungsional akan menurunkan biaya untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat Salah satu tanaman rempah dan obat yang memiliki potensi sebagai pangan fungsional yang berfungsi sebagai antibakteri adalah kecombrang

(Etlingera elatior). Kecombrang merupakan salah satu jenis tanaman rempah-

rempah yang sejak lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat- obatan. Tanaman kecombrang dapat dipakai untuk mengobati penyakit-penyakit yang tergolong berat yaitu kanker dan tumor. Bunga dari tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan kosmetik alami dimana bunganya dipakai untuk campuran cairan pencuci rambut dan daun serta rimpangnya dipakai untuk bahan campuran bedak oleh penduduk lokal (Sukandar, et.al, 2010)

2.4.5 Nilai Nutrisi Kecombrang Tabel 2.2 Komposisi Kimia Kecombrang

Kecombrang

Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)

Energi 0 kJ (0 kcal) Karbohidrat 4.4 g Serat pangan 1.2 g Lemak 1.0 g Protein 1.3 g Air 91 g Calcium 32 mg (3%) Iron 4 mg (32%) Magnesium 27 mg (7%) Phosphorus 30 mg (4%) Potassium 541 mg (12%) Zinc 0.1 mg (1%)

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.

(26)

Komponen bioaktif pada ekstrak kecombrang berbeda-beda sesuai dengan polaritasnya. Komponen fitokimia ekstrak heksana terdiri dari steroid, triterpenoid,alkaloid, dan glukosida. Komponen fitokimia ekstrak etil asetat adalah steroid, terpenoid, alkaloid, flavonoid, dan glikosida. Sedangkan ekstrak etanol menghasilkan komponen fenolik, terpenoid, alkaloid, saponin, dan glikosida. Rendemen ekstrak yang diperoleh sangat rendah yaitu 2,9% untuk ekstrak etanol, 2,4% untuk ekstrak etil asetat, dan 9,1% untuk ekstrak heksana. Rendemen ekstrak dihitung sebagai % (v/b) pada setiap ml ekstrak/100 gram bubuk kecombrang (www.wikipedia.org)

Bunga kecombrang memiliki beberapa keunggulan antara lain sebagai

edible flower dan memiliki altivitas antibakteri perusak pangan. Pengembangan

produk makanan berbasis kecombrang akan dapat memberikan gambaran pada masyarakat tentang aplikasi bunga kecombrang sebagai bahan pangan fungsional Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri dari ekstrak air bunga kecombrang. (Sukandar, et.al, 2010)

Beberapa penelitian tentang senyawa antimikroba pada tanaman telah dilakukan, seperti tanaman Zingiberaceae. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab penyakit jamur putih pada buah salak dan mengetahui pengaruh ekstrak bunga kecombrang untuk mengendalikan penyakit tersebut. Pengujian ekstrak bunga kecombrang dilakukan secara in vitro dan in planta Patogen teridentifikasi adalah Chalaropsis sp. sebagai penyebab penyakit jamur putih buah salak, Pada pengujian in vitro, ekstrak bunga kecombrang pada konsentrasi 48-50 % dapat menghambat pertumbuhan Chalaropsis sp. Hingga 90 % (LC90) pada medium PDA. Pengujian in planta menunjukkan, buah salak yang lepas tandan terlihat lebih rentan terhadap infeksi Chalaropsis sp. Daripada yang menempel tandan. Aplikasi ekstrak bunga kecombrang mampu menghambat pertumbuhan Chalaropsis sp. pada buah salak lepas tandan atau menempel tandan, dan ekstrak murni bunga kecombrang dapat melindungi buah salak hingga 100 % dari infeksi Chalaropsis sp.( Pratomo, 2005)

Bubuk Kecombrang (Nicolaia speciosa) juga dapat Sebagai Pengawet Alami pada Bakso Ikan Tengiri Menyadari ketahanan umur simpan bakso ikan tenggiri yang cukup rendah, maka perlu adanya upaya untuk memperpanjang

(27)

umur simpan bakso ikan tenggiri. Salah satunya yaitu menggunakan bahan nabati yang memiliki efek antimikroba. Batang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) merupakan salah satu bagian tanaman kecombrang yang memiliki efek antimikroba. Kandungan senyawa aktif dari batang kecombrang yaitu alkaloid, saponin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, glikosida efektivitas antimikroba bagian-bagian tanaman kecombrang menunjukkan bahwa ekstrak dalam air dari bubuk batang kecombrang dengan konsentrasi 6% memiliki aktivitas anti kapang pada buah salak dan antibakteri terhadap Bacillus cereus (Naufalin 2005).

Gambar

Gambar 2.1. Tanaman Kecombrang
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Kecombrang  Kecombrang

Referensi

Dokumen terkait

Model matematika Monod dan Michaeilis-Menten ditentukan dengan metode algoritma genetika yang disusun dalam bentuk persamaan diferensial simultan yang diperoleh dari penurunan

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Maskulin menurut Hoyenga & Hoyenga (dalam Nauly, 2003) adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan peran gender yang lebih umum terdapat pada laki-laki, atau suatu peran atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat penyebarluasan informasi SPP PNPM dengan tingkat pemahaman masyarakat, pengaruh tingkat

Strategi kedepannya adalah dengan menjaga portofolio tetap dalam posisi netral / sedikit underweight durasi terhadap tolok ukur (fokus pada tenor 5 tahun) atas dasar pertimbangan

Neoplasma yang pertumbuhannya lambat, gejala klinis, antara lain nyeri kepala, akan muncul perlahan-lahan, apalagi bila topis neoplasma di daerah otak yang tidak

Instrumen ini digunakan dalam rangka melakukan penelitian di MA Madani Alauddin Pao-Pao dengan tujuan mendapatkan data mengenai “ Pengaruh Model Pembelajaran Synectics, Mind