• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Puasa Ramadhan (Pendidikan Agama Islam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Puasa Ramadhan (Pendidikan Agama Islam)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekali ayat yang tegas dan muhkam dalam Kitabullah yang mulia, memberikan anjuran untuk puasa sebagai sarana untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah 'Azza wa Jalla dan juga menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti firman Allah (yang artinya): “Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, kaum pria yang patuh dan kaum wanita yang patuh, dan kaum pria serta wanita yang benar (imannya) dan kaum pria serta kaum wanita yang sabar (ketaatannya), dan kaum pria serta wanita yang khusyu', dan kaum pria serta wanita yang bersedekah, dan kaum pria serta wanita yang berpuasa, dan kaum pria dan wanita yang menjaga kehormatannya (kemaluannya), dan kaum pria serta wanita yang banyak mengingat Allah; Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar" [A-Ahzab : 35]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam hadits yang shahih bahwa puasa adalah benteng dari syahwat, perisai dari neraka. Allah Tabaraka wa Ta'ala telah mengkhususkan satu pintu surga untuk orang yang puasa. Puasa bisa memutuskan jiwa dari syahwatnya, menahannya dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek, hingga jadilah jiwa yang tenang. Inilah pahala yang besar, keutamaan yang agung ; dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits shahih berikut ini, dijelaskan dengan penjelasan yang sempurna.

(2)

membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, "Naik". Aku katakan, "Aku tidak mampu". Keduanya berkata, 'Kami akan memudahkanmu'. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, 'Suara apakah ini?'. Mereka berkata, 'Ini adalah teriakan penghuni neraka'. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, 'Siapa mereka?' Keduanya menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka ." [Riwayat An-Nasa'i dalam Al-Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf 4/166 dan Ibnu Hibban (no.1800 zawaid-nya) dan Al-Hakim 1/430 dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin 'Amir dari Abu Umamah. Sanadnya shahih].

Jadi secara singkat kita telah dapat menyimpulkan bahwa betapa penting dan bermanfaatnya puasa itu bagi kita. Baik yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah, kesehatan, dan hubunan sesama manusia. Dalam makalah ini akan diberikan uraian singkat seputar puasa Ramadhan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan definisi dari puasa

2. Menjelaskan bentuk-bentuk puasa

3. Menjelaskan hikmah dan faedah puasa ramadhan.

4. Menjelaskan cara menentukan awal puasa

(3)

C. Perumusan Masalah

Permasalahan puasa masih begitu luas, karena itu untuk menghindari perluasan pembahasan dan mencapai tujuan diatas, maka makalah ini akan dikembangkan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah definisi puasa dalam agama islam?

2. Bagaimana saja bentuk-bentuk puasa itu?

3. Apakah hikmah dan faedah dalam berpuasa?

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Puasa

Secara bahasa Puasa adalah menahan diri dari sesuatu Sedangkan secara terminology/syariat Puasa ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah, karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-Nya. Puasa Ramadhan wajib dilakukan, adakalanya karena telah melihat hitungan Sya’ban telah sempurna 30 hari penuh atau dengan melihat bulan pada malam tanggal 30 Sya’ban. Sesuai dengan hadits Nabi SAW, Yang Artinya:

Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan (ru’yat), dan berbukalah dengan berdasar ru’yat pula. Jika bulan tertutup mendung, maka genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari.

Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haid dan nifas, disertai niat ikhlas semata-mata karena Allah ta’aala.

(5)

Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”. (Q.S.)

Ibn’ Abdul Bar dalam hadits Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Bilal biasa azan pada malam hari, maka makan dan minumlah kamu sampai terdengarnya azan Ibn Ummi Maktum”, menyatakan bahwa benang putih adalah waktu subuh dan sahur hanya dikerjakan sebelum waktu fajar.

B. Bentuk Puasa

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Allah SWT telah mewajibkannya kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad SAW. Puasa merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat terdahulu.

Ada empat bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu : 1. Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud

menambah pahala. Misalnya puasanya para pendeta.

2. Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 26, yang artinya :

Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya aku bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Q.S. Maryam : 26) 3. Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang

dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing kaum tersebut.

(6)

dalam tata cara dan waktu pelaksanaan. Tidak terlalu ketat sehingga memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan keluwesan Islam.

C. Hikmah Puasa

Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. sebagaimana yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian bertaqwa (QS Al-Baqarah: 183).

Kadar taqwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185, yang artinay:

Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. (QS Al-Baqarah: 185).

(7)

dalamnya, yaitu Al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukkan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa raga. Inilah nikmat terbesar dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.

Bila puasa telah diwajibkan kepada umat terdahulu, maka adakah puasa yang diwajibkan atas umat Islam sebelum Ramadhan? Jumhur ulama dan sebagian pengikut Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada puasa yang pernah diwajibkan atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan. Pendapat ini dilandaskan pada hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah :

Artiny Ramadhan Asyura’ dirombak (mansukh). Madzhab ini mengambil dalil haditsnya Ibn Umar dan Aisyah ra. :

Artinya : Diriwayatkan dari Ibn ‘Amr ra. bahwa Nabi SAW. telah berpuasa hari Asyura’ dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk berpuasa pada hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura’ beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu ‘Amr) juga tidak berpuasa”. (H.R. Bukhari)

(8)

Bukhari dan Muslim)

Pada masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura’ sejak sebelum hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke Madinah beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura’), beliau pun ikut berpuasa seperti mereka dan menyerukan ke umatnya untuk melakukan puasa itu.

D. Beberapa Faedah Puasa

Puasa mempunyai banyak faedah bagi rohani dan jasmani kita, antara lain Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Maka tiada balasan bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang berlimpah ruah dan baginya hak masuk surga melalui pintu khusus bernama ‘Ar-Rayyan’. Orang yang berpuasa juga dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosanya yang terdahulu, sebagaimana terdapat dalam sabda rasulullah SAW

((ممددقمتم َامم ههلم رمففغه َاببَاس

م تفح

ح َاوم َانبَاممِيإف ن

م َاض

م ممرم ممَاص

م ن

ح مم

ه

ف بفنحذم ن

ح مف))

Artinya : Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.[HR. As-Syaikhân]

Sabda Nabi Muhammad SAW lain:

(( ن

ه َاض

م ممرموم ةفعممحجهلحَا َىلمإف ةهعممحجهلحَاوم س

ه

م

ح خ

م لحَا ت

ه َاوملمص

د لَا

رمئفَابمكملحَا ب

م نمتمج

ح َا َاذمإف ن

د ههنميحبم َامم ت

ت َارمففك

م مه نمَاض

م ممرم َىلمإف))

Artiny

a

(9)

Patuh kepada Allah SWT berarti meyakini dimudahkan dari segala urusannya karena dengan puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk bertaqwa, yaitu mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya.

Selain itu berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai masalah seperti jihad nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang menimpa. Bila mencium aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air segar yang menggiurkan kita harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga diajarkan untuk memegang teguh amanah Allah SWT, lahir dan batin, karena tiada seorang pun yang sanggup mengawasi kita kecuali Ilahi Rabbi.

Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi, mengajarkan sifat sabar dalam menghadapi segala sesuatu, mengarahkan cara berfikir sehat serta menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis mengistirahatkan roda perjalanan anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada anaknya :

“Wahai anakku, apabila lambung penuh, otak akan diam maka seluruh anggota badan akan malas beribadah”.

Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan waktu buat menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa hanya dirasakan oleh umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk timur hingga lenyapnya di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka pada waktu yang telah ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu.

Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta menimbulkan perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu dalam menghadapi rasa lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan lambung agar terlepas dari bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah SAW bersabda,

(10)

yaitu Harist bin Kalda mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya penyakit dan sumber obat penyembuh.

Tiada diragukan kita dapati jihad nafsi, menyelamatkan kita dari segala aroma keduniaan dalam menahan hawa nafsu. Seperti yang dikatakan Rasulullah SAW : Artinya : Wahai pemuda/i, barang siapa yang telah memenuhi bekal,

bersegeralah kawin, sesungguhnya itu dapat menahan dari penglihatan dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa belum memenuhi maka berpuasalah, sesungguhnya itu adalah penangkalnya.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat-manfaat yang tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat mengerjakan puasa. Sebagaimana Kamal bin Hamman berkata, “Puasa adalah rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan salat, disyariatkan Allah SWT karena keistimewaan dan manfaatnya seperti : ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu, menolong dan menimbulkan sifat menyayangi orang miskin, persamaan derajat baik itu fakir atau kaya”.

E. Persiapan Menghadapi Ramadhan 1. Menghitung Bulan Sya’ban

Salah satu bentuk persiapan dalam menghadapi Ramadhan yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin adalah menghitung bulan Syakban, karena satu bulan dalam hitungan Islam adalah 29 hari atau 30 hari sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits Ibnu Umar, beliau bersabda:

(11)

Maka tidaklah kita berpuasa sampai kita melihat hilal (anak bulan). Oleh kerana itu, untuk menentukan bila masuk Ramadhan diperlukan pengetahuan hitungan bulan Syaban.

2. Melihat hilal Ramadhan

Untuk menentukan permulaan bulan Ramadhan diperintahkan untuk melihat hilal, dan itulah satu-satunya cara yang disyariatkan dalam Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh an-Nawawi dalam al-Majmu’ (6/289-290) dan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughniy (3/27). Dan ini adalah pendapat Ibnu Taimiyah yang berkata, Kita sudah mengetaui dengan pasti bahawa termasuk dalam agama Islam beramal dengan melihat hilal puasa, haji, atau iddah (masa menunggu ), atau yang lainnya dari hukum-hukum yang berhubungan dengan hilal. Adapun pengambilannya dengan cara mengambil berita orang yang menghitungnya dengan hisab, baik dia melihatnya atau tidak, maka tidak boleh. [Lihat: Majmu’ al-Fatawa 25/132).

Kemudian perkataan beliau ini merupakan kesepakatan kaum muslimin. Sedang munculnya masalah bersandar dengan hisab dalam hal ini baru terjadi pada sebagian ulama setelah tahun 300-an. Mereka mengatakan bahwa jikalau terjadi mendung (sehingga hilal tertutup ) boleh bagi orang yang mampu menghitung hisab untuk beramal dengan hisabnya itu hanya untuk dirinya sendiri. Jika hisab itu menunjukkan rukyah, maka dia berpuasa, dan jika tidak, maka tidak boleh. (Lihat: Majmu’ al-Fatawa 25/133).

3. Puasa pada hari yang Diragukan

Berpuasa pada hari yang diragukan, apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum, adalah terlarang sebagaimana di sebutkan dalam hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, yang

(12)

Janganlah mendahului puasa Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari (sebelumnya), kecuali orang yang (sudah biasa) berpuasa satu puasa (yang tertentu), maka hendaklah dia berpuasa. (Riwayat Muslim).

Penentuan bulan Ramadhan dengan cara melihat hilal dapat ditetapkan dengan persaksian seorang Muslim yang adil sebagaimana yang dikatakan Ibnu Umar :

Manusia sedang mencari hilal, lalu aku khabarkan Nabi S.a.w bahawa aku telah melihatnya maka beliau berpuasa dan memerintahkan manuasia untuk berpuasa. (Riwayat Abu Dawud, ad-Darimy, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al- Baihaqy).

F. Amalan -Amalan Yang Berhubungan Dengan Puasa 1. Niat

Jika telah masuk bulan Ramadhan, wajib atas setiap muslim untuk berniat puasa pada malam harinya kerana Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tiada baginya puasa itu. (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, dan al-Baihaqy dari Hafshah binti Umar).

Dan niat tempatnya di hati sedang melafazkannya itu termasuk kebidahan. Dan berniat puasa pada malam hari khusus untuk puasa wajib saja.

2. Waktu Puasa

Adapun waktu puasa dimulai dari terbit fajar subuh sampai terbenam matahari dengan dalil firman Allah, Dan makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian putihnya siang dan hitamnya malam dari fajar.(Al-Baqarah, 2:186).

Dan perlu diketahui bahawa Rasulullah telah menjelaskan bahawa fajar ada dua:

(13)

b. Fazar shodiq (fajar yang kedua/subuh) sebagaimana hadits Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda,

Untuk mengenal keduanya dapat dilihat dari bentuknya. Fajar yang pertama, bentuknya putih memanjang vertikal seperti ekor serigala. Sedangkan fajar yang kedua, berwarna merah menyebar horisontal (melintang) di atas lembah-lembah dan gunung-gunung dan merata di jalanan dan rumah-rumah, dan jenis ini yang ada hubungannya dengan puasa.

Dalam firmannya allah telah menjelaskan bahwa Waktu puasa bermula dari terbitnya fajar subuh dan berakhir ketika matahari terbenam yakni dalam surah Al-Baqaroh ayat 187 :

للييللللا ىللإل ملايلصلللا اوملمتلأل مللثم رلجيفلليا نلمل دلولسيألليا طلييخلليا نلمل ضميلبيألليا طمييخلليا ممكملل نليللبلتليل ىتللحل اوبمرلشياول اولمكمول Artinya : Dan makan dan minumlah kalian hingga nampak bagi kalian benang

putih dari benang hitam yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam

3. Sahur a. Hikmahnya

Setelah mewajibkan berpuasa dengan waktu dan hukum yang sama dengan yang berlaku bagi orang-orang sebelum mereka, maka Allah mensyariatkan sahur atas kaum muslimin dalam rangka membedakan puasa mereka dengan puasa orang-orang sebelum mereka, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam hadits Abu Sa’id al-Khudriy:

رلحيسلللا ةمللكلأل بلاتلكلليا للهيأل ملايلصلول انلملايلصل نلييبل امل لمصيَل Pembeda antara puasa kami dan puasa ahlul kitab adalah makan sahur.

b. Keutamaannya

Keutamaan sahur antara lain:

(14)

Sesungguhnya dia adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian, maka jangan kalian meninggalkannya. (Riwayat an-Nasai dan Ahmad dengan sanad yang sahih)..Sahur sebagai suatu berkah dapat dilihat dengan jelas kerana sahur itu mengikuti sunnah dan menguatkan orang yang berpuasa serta menambah semangat untuk menambah puasa dan juga mengandung nilai menyelisihi ahli kitab.

2) Salawat dari Allah dan malaikat bagi orang yang bersahur, sebagaimana yang ada dalam hadits Abu Sa’id al-Khudry bahwa Rasulullah bersabda,

Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, kerana Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur. (Riwayat Ibnu Abu Syaibah dan Ahmad).

c. Sunnah Mengakhirkannya

Disunnahkan memperlambat sahur sampai mendekati subuh (fajar) sebagaimana yang dilakukan Rasulullah di dalam hadits Ibnu Abbas dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata, Kami bersahur bersama Rasulullah , kemudian beliau pergi untuk solat. Aku (Ibnu Abbas) bertanya, Berapa lama antara azan dan sahur? Beliau menjawab, Sekitar 50 ayat. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).

d. Hukumnya

Sahur merupakan sunnah yang muakkad dengan dalil:

1) Perintah dari Rasulullah untuk itu sebagaimana hadits yang terdahulu dan juga sabda beliauyang artinya: Bersahurlah kerana dalam sahur terdapat berkah. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).

(15)

4. Perkara-Perkara yang Membatalkan Puasa

Di dalam puasa ada perkara-perkara yang merosaknya, yang harus dijauhi oleh seorang yang berpuasa pada siang harinya. Perkara-perkara tersebut adalah: a. Makan dan minum dengan sengaja sebagaimana yang difirmankan Allah : b. Sengaja untuk muntah ( muntah dengan sengaja).

c. Haid dan nifas.

d. Injeksi yang berisi makanan (infus). e. Bersetubuh.

Kemudian ada perkara-perkara lain yang harus ditinggalkan oleh seorang yang berpuasa, yaitu:

a. Berkata bohong .

b. Berbuat kesia-siaan dan kejahatan (kejelekan.

5. Perkara-Perkara yang dibolehkan

Ada beberapa perkara yang dianggap tidak boleh padahal dibolehkan, di antaranya:

a. Orang yang junub sampai datang waktu fajar b. Bersiwak.

c. Berkumur dan memasukkan air ke hidung ketika bersuci.

d. Bersentuhan dan berciuman bagi orang yang berpuasa dan dimakruhkan bagi orang-orang yang berusia muda.

e. Injeksi yang bukan berupa makanan. f. Berbekam.

g. Mencicipi makanan selama tidak masuk ke tenggorokan. h. Memakai penghitam mata (celak) dan tetes mata.

(16)

6. Orang-Orang yang Dibolehkan Tidak Berpuasa

Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang mudah. Oleh karena itu, ia memberikan kemudahan dalam puasa ini kepada orang-orang tertentu yang tidak mampu atau sangat sulit untuk berpuasa. Mereka itu adalah sebagai berikut:

a. Musafir (orang yang sedang dalam perjalanan/bepergian ke luar kota). b. Orang yang sakit.

c. Wanita yang sedang haid atau nifas.

d. Orang yang sudah tua dan wanita yang sudah tua dan lemah. e. Wanita yang hamil atau menyusui.

7. Berbuka Puasa a. Waktu berbuka

Berbuka puasa dilakukan pada waktu terbenam matahari dan telah lalu penjelasannya pada pembahasan waktu puasa.

b. Mempercepat Buka Puasa

c. Termasuk dalam sunnah puasa adalah mempercepat waktu berbuka dalam rangka mengikuti contoh Rasulullah e dan para sahabatnya sebagaimana yang dikatakan oleh Amr bin Maimun al-Audy bahawa sahabat-sahabat Muhammad saw adalah orang-orang yang paling cepat berbuka dan paling lambat sahurnya.

(Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam al-Musannaf nomor 7591 dengan sanad yang disahihkan Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary 4/199).

Adapun manfaatnya adalah:

a. Mendapatkan kebaikan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Sahl bin Saàd bahawa Rasulullah bersabda,

(17)

b. Merupakan sunnah Nabi .

Dalam rangka menyelisihi ahli kitab sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah bahawa Rasulullah bersabda,

Agama ini akan senantiasa menang selama manusia (kaum muslimin) mempercepat buka puasanya kerana orang-orang Yahudi dan Kristen (Nashrani) mengakhirkannya. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Hibban dengan sanad hasan).

(18)

BAB III

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat-manfaat yang tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat mengerjakan puasa. Sebagaimana Kamal bin Hamman berkata, “Puasa adalah rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan salat, disyariatkan Allah SWT karena keistimewaan dan manfaatnya seperti : ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu, menolong dan menimbulkan sifat menyayangi orang miskin, persamaan derajat baik itu fakir atau kaya”.

B.

Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Asma’ Kholid bin Syamhudi Shifat shaum Nabi Oleh Salim Al Hilaly dan Ali Hasanhttp://downloads.ziddu.com/downloadfile/4230110/MakalahPuasaRamadhan.d oc.html

Referensi

Dokumen terkait

Sahur merupakan salah satu rangkaian dalam ibadah puasa Ramadhan yang sangat.. disarankan, dalam sebuah Hadist disebutkan

Sedangkan waktu untuk membayar puasa adalah pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan, dan berdasarkan keumuman ayat tersebut tidak ada batas akhir waktu kapan

Sebagian ulama salaf shalat malam di bulan Ramadhan tigapuluh tiga rakaat dan witir tiga rakaat, sebagian mereka shalat empat puluh satu sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul

Ibadah sosial lainnya yang dilatih di bulan Ramadhan adalah memperbanyak infak dan shodaqoh. Perilaku tersebut sengaja didesain oleh Allah untuk kita semua agar kita menjadi

Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. amat menjaga-jaga untuk bida meraih

Akhirnya, manakala dengan puasa di bulan Ramadhan dan diakhiri Iedul fitri ini menjadikan kaum muslimin memiliki kekuatan, hingga mampu menahan diri, menjadi

Jika penduduk negeri- negeri Timur jauh melihat bulan sabit Ramadhan, maka rukyat mereka wajib diikuti oleh kaum muslimin yang berada di negeri-negeri belahan Barat, tanpa

Menurut syara’, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari, karena perintah Allah semata-mata, yang disertai