• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMASARAN INTERNAL TERHADAP KOMITMEN KERJA DAN KINERJA PERAWAT : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMASARAN INTERNAL TERHADAP KOMITMEN KERJA DAN KINERJA PERAWAT : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMASARAN INTERNAL TERHADAP

KOMITMEN KERJA DAN KINERJA PERAWAT

(Studi Kasus pada Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

SKRIPSI

Oleh :

EKA NOVALIA PUSPARINI

NIM : C94212139

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

PENGARUH PEMASARAN INTERNAL TERHADAP

KOMITMEN KERJA DAN KINERJA PERAWAT

(Studi Kasus pada Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Sarjana Strata Satu Ekonomi Syariah

Oleh :

EKA NOVALIA PUSPARINI

NIM : C94212139

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Internal terhadap Komitmen

Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai bagaimana pengaruh langsung pemasaran internal yang dilakukan oleh Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan terhadap komitmen kerja perawat, bagaimana pengaruh langsung komitmen kerja terhadap kinerja perawat, dan bagaimana pengaruh tidak langsung pemasaran internal terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Fokus penelitian ditujukan kepada para perawat Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan yang telah menjadi perawat tetap yang sudah bekerja di rumah sakit tersebut minimal selama 2 (dua) tahun.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner kepada subjek penelitian. Analisis data yang dilakukan melalui proses pengumpulan data, menganalisis data menggunakan alat statistik yang sesuai, dan menginterpretasikan hasil analisis untuk selanjutnya agar dapat ditarik kesimpulan yang diperlukan dalam menjawab rumusan masalah.

Hasil Penelitian yang diperoleh adalah pemasaran internal berpengaruh secara langsung terhadap komitmen kerja, dengan besarnya pengaruh langsung yang terbentuk adalah sebesar 40,2%. Komitmen kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja perawat sebesar 21,5%. Sedangkan pemasaran internal juga memiliki pengaruh secara langsung terhadap kinerja sebesar 30,6%.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Kegunaan Hasil Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A.Landasan Teori ... 11

1. Pemasaran ... 11

2. Pemasaran Internal ... 14

3. Kinerja ... 20

4. Komitmen Kerja ... 27

5. Hubungan antar Variabel ... 29

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 31

C.Kerangka Konseptual ... 34

D.Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

(9)

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Definisi Operasional ... 38

F. Evaluasi Outer Model ... 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Discriminant Vaidity ... 41

3. Uji Reliabilitas ... 42

4. Cronbach’s Alpha ... 43

5. Outer Weight ... 44

G. Data dan Sumber Data ... 45

H. Teknik Pengumpulan Data ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 46

1. Asumsi Structural Equation Model (SEM) ... 47

2. Bagian Structural Equation Model (SEM) ... 48

3. Proses Analisis Structural Equation Model (SEM) ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN... 49

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 49

1. Sejarah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ... 49

2. Visi dan Misi Rumah Sakit Muhammadiyah Lanongan .. 50

3. Sertifikat dan Penghargaan ... 51

4. Karakteristik Responden ... 52

5. Karakteristik Jawaban Responden ... 54

B. Analisis Data ... 66

1. Structural Equation Model (SEM)... 66

2. Uji Normalitas... 67

3. Evaluasi Inner Model ... 68

4. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ... 72

BAB V PEMBAHASAN ... 75

(10)

B. Pengaruh Langsung Komitmen Kerja terhadap Kinerja

Perawat Muhammadiyah Lamongan ... 79

C. Pengaruh Langsung Pemasaran Internal terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ... 82

BAB VI PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... xviii

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi membuat terjadinya perubahan-perubahan pesat pada

kondisi ekonomi secara keseluruhan, dunia usaha mau tidak mau didorong

untuk menjadi suatu perusahaan yang efektif dan efisien. Keefektifan dan

keefisienan dalam sebuah perusahaan sangat diperlukan agar memiliki daya

saing maupun keunggulan yang dapat dijadikan sebuah pertahanan dalam

menghadapi dunia persaingan yang ketat.1

Setiap perusahaan apapun bentuk bisnisnya, memerlukan sarana dan

prasarana yang terbaik dalam menghadapi persaingan bisnis. Untuk itu

setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan dan memberikan

perbaikan kondisi yang dapat memperkuat diri dan meningkatkan daya tahan

perusahaan dalam persaingan yang semakin ketat. Namun perlu untuk

diingat, dukungan sarana dan prasarana yang berlebihan tanpa adanya

dukungan sumber daya manusia yang handal maka kegiatan perusahaan tidak

akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya

manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala

kebutuhannya. Sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan

keberhasilan pelaksanaan kegiatan serta memastikan tumbuh dan

berkembangnya kelangsungan hidup perusahaan, atau dengan kata lain

(12)

2

faktor manusia atau karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan sangat

menentukan. Seorang karyawan yang memiliki kinerja (hasil kerja) yang

tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.2

Para ahli manajemen sumber daya manusia dan perilaku perusahaan

menjelaskan konsep kinerja dengan menggunakan bahasa dan tinjauan dari

sudut pandang yang berbeda namun makna yang terkandung didalamnya

sama, yaitu hasil kerja dari seorang karyawan dalam melakukan tugas atau

pekerjaan yang diberikan sesuai dengan job description yang diberikan

selama periode tertentu. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Malayu S.P Hasibuan yaitu “kinerja merupakan hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta

waktu.”3 Sedangkan, menurut AP Mangkunegara “kinerja adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.”4

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kinerja atau karyawan adalah

komitmen yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Karyawan dengan

komitmen yang tinggi memiliki perbedaan sikap dibandingkan dengan

2 Sarita Permata Dewi, Pengaruh Pengandalian Internal dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta, Jurnal Nominal, No. 1, Vol. 1 (2012), 2

3 S.P Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT. Bumi Aksara, 2010), 94.

(13)

3

karyawan yang berkomitmen rendah. “Karyawan-karyawan yang memiliki

komitmen pada perusahaan memiliki sifat yang bisa diandalkan, berencana

untuk bertahan di dalam perusahaan, dan mencurahkan lebih banyak upaya

dalam bekerja.”5

Pada dasarnya peran karyawan sangat menentukan dalam jalannya

sebuah perusahaan, khususnya perusahaan yang bergerak dibidang jasa

seperti Rumah Sakit. Peran karyawan sangat penting untuk memberikan

kepuasan pada konsumen, oleh karena itu segala kesiapan serta komitmen

kerja setiap karyawan harus menjadi salah satu prioritas untuk selalu

diperhatikan.

Karyawan adalah jasa itu sendiri, karyawan adalah perusahaan di mata

konsumen, dan karyawan adalah pemasar. Oleh karena itu perusahaan perlu

memiliki strategi-strategi yang mendukung pekerjan karyawan dalam

melakukan fungsi dan tugasnya. Salah satunya adalah pemasaran internal.

Pemasaran internal memperlakukan karyawan dan konsumen dengan

kepentingan yang setara melalui program proaktif dengan tujuan untuk

mencapai tujuan perusahaan. Tujuan pemasaran internal adalah untuk

menyelaraskan setiap aspek kinerja internal perusahaan untuk memastikan

para karyawan mampu memberikan pelayanan kepada konsumen.6

Pemasaran internal meliputi tugas rekrutmen, pelatihan, dan motivasi

karyawan untuk memberikan pelayanan terhadap konsumen dengan baik.

5 Ricky W. Griffin, Manajemen Personalia, (Jakarta: Erlangga, 2004), 15.

(14)

4

Para pemasar yang handal menyadari bahwa aktivitas pemasaran di dalam

perusahaan sama pentingnya bahkan melebihi kepentingan aktivitas

pemasaran di luar perusahaan.7 Ketidakmampuan karyawan untuk memenuhi

kewajiannya sangat menganggu jalannya operasional dalam perusahaan, dan

hasilnya kualitas pemberian pelayanan menjadi menurun.

Dalam Hwang et al telah dikemukakan mengenai riset sebelumnya

tentang pemasaran internal, yang dapat dibagi menjadi empat kategori,

yaitu:8

1. Memperlakukan karyawan sebagai satu konsumen internal

2. Perilaku yang berorientasi pada pengembangan karyawan sebagai

pelanggan.

3. Orientasi pada Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

4. Pertukaran Internal antara organisasi dan karyawan untuk sampai kepada

tujuan perusahaan dalam pasar eksternal.

Konsep pemasaran internal menekankan perusahaan harus menghargai

dan menghormati karyawan sebagai pelanggan internal. Hal tersebut

membuat karyawan dikelola dengan metode seperti marketing, yang

memungkinkan karyawan untuk memperoleh kepuasan terhadap

pekerjaannya.9 Melihat betapa berpengaruhnya pemasaran internal pada

sebuah perusahaan, dalam praktiknya perusahaan perlu menjalankan

7 Philip Kotler dan Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2009), 25. 8 Ribhan, Internal Marketing: Job Satisfaction, Organizational Commitment pada Customers Satisfaction, Fokus Ekonomi, No.2, Vol. 10 (Agustus 2011), 84

(15)

5

pemasaran internal secara konsisten, sebab pelaksanaan pemasaran internal

tidak hanya mengenai pemenuhan kebutuhan karyawan, namun juga kunci

sukses bisnis.

Ketika karyawan merasakan kepuasan terhadap pekerjaan yang

dilakukannya, maka karyawan tersebut akan bekerja secara maksimal dalam

menyelesaikan pekerjaannya, bahkan melakukan beberapa hal diluar

pekerjaan pokoknya. Begitu juga ketika seorang karyawan mempunyai

komitmen yang tinggi terhadap perusahaan, maka orang tersebut akan

melakukan apapun untuk memajukan perusahaannya karena keyakinannya

terhadap perusahaan.10 Karyawan dengan komitmen yang tinggi

menghasilkan performa kerja, rendahnya tingkat absen, dan rendahnya

tingkat keluar masuk karyawan. Komitmen kerja mendorong karyawan

untuk mempertahankan pekerjaan dan menunjukan hasil yang

sebaik-baiknya.11

Penelitian ini akan membahas pengaruh pemasaran internal terhadap

komitmen dan kinerja karyawan sebuah Rumah Sakit, yang notabenya

adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Pemasaran internal

haruslah menumbuhkan komitmen semua anggota dalam perusahaan untuk

melihat peran karyawan sendiri dan memperhatikan apa yang dikehendaki

konsumen dengan cara berorientasi pada pelayanan.

10Arum Darmawati, Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behaviour, Jurnal Economia, No. 1, Vol. 9 (April 2013),3

(16)

6

Pelayanan yang berkualitas merupakan elemen utama pada sebuah

Rumah Sakit dan unit kesehatan lainnya. Rumah Sakit dituntut untuk

memberikan layanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan yang

optimal. Hal tersebut sebagai akuntabilitas Rumah Sakit supaya mampu

bersaing dengan unit kesehatan lain.

Rumah Sakit dikatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan fasilitas

yang diunggulkan, namun juga sikap dan layanan sumber daya manusia

merupakan elemen yang berpengaruh signifikan terhadap pelayanan yang

dihasilkan dan diharapkan pasien. Semua karyawan memang mempunyai

peran penting namun tentunya terdapat beberapa divisi yang dituntut untuk

memiliki kinerja paling optimal, namun bukan berarti karyawan lain tidak

beraku demikian, hanya saja pada divisi tertentu dia memiliki andil besar

yang hal tersebut berkenaan dengan tingkat komunikasi tertinggi dengan

konsumen. Pasien adalah sasaran Rumah Sakit yang berusaha untuk dipenuhi

kebutuhannya, pada diri pasiennlah sebuah perusahaan dapat mengukur

keberhasilan operasionalnya karena jika pasien terus meningkat dalam hal

memberikan sebuah kepercayaan maka semakin cepat tujuan perusahaan

tersebut akan terwujud.

Pada Rumah Sakit sumber daya yang paling banyak menyumbang

sebagai pendukung kepuasan pasien salah satunya adalah perawat. Perawat

memberikan pengaruh besar untuk menentukan kualitas pelayanan yang

tersedia, perawat sebagai ujung tombak pelayanan terhadap pasien dan

(17)

7

paling tinggi. Setiap pasien memiliki karakteristik berbeda disebabkan oleh

umur, jenis kelamin, pendidikan, maupun penghasilan sehingga

memungkinkan akan membuat situasi pelayanan yang diberikan oleh

perawat berbeda karena bisa terjadi perbedaan harapan pelayanan

berdasarkan karakteristik yang dimiliki pasien. Perawat diharapkan mampu

memahami karakteristik pasien berdasarkan hal-hal yang bersifat pribadi

hingga pada jenis penyakit yang sedang diderita pasien sebagai sebuah

referensi dalam melakukan pendekatan.

Pada Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 memuat bahwa

perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang

diperoleh melalui pendidikan keperawatan.12 Menurut Hikey fungsi perawat

dalam praktik ada 3, salah satunya adalah fungsi independen yaitu perawat

tidak memerlukan perintah dokter, tindakan perawat bersifat mandiri,

berdasarkan ilmu dan kiat perawat. Oleh karena itu perawat bertanggung

jawab terhadap akibat yang timbul terhadap tindakan yang diambil.13Hal

yang berkenaan dengan tindakan bersifat mandiri biasa dilakukan oleh

perawat salah satunya adalah keadaan gawat darurat dimana dokter pada

saat itu sedang dalam proses perjalanan menemui pasien.

12

www.tatanusa.co.id/.../1992UU23.pdf. Diakses pada tanggal 13 Desember 2015 .

13

(18)

8

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan berkomitmen untuk

menjadikan Rumah Sakit tersebut sebagai perwujudan dari iman dan ibadah

kepada Allah SWT dan sarana amal sholeh. Hal tersebut menjadikan perawat

harus memiliki komitmen kerja yang kuat sehingga dapat menghasilkan

sebuah kinerja yang baik serta kedua hal tersebut harus diimbangi dengan

tujuan perawat dalam bekerja yaitu bukan hanya untuk pemenuhan

kebutuhan duniawi saja namun sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT

sehingga rasa tanggung jawab yang tercipta bukan hanya kepada sesama

manusia saja.

Salah satu bentuk peningkatan kinerja perawat oleh Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan adalah dengan mengadakan pelatihan

kegawatdaruratan bantuan hidup pada bulan Juli tahun 2015. Pelatihan

tersebut berguna untuk mengembangkan skill para perawat karena pelatihan

tersebut menggunakan standar internasional.

Sedangkan komitmen para perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah

Lamongan terbukti dengan tercapainya Pelaksanaan program kesehatan &

keselamatan kerja, sehingga mencapai 3.861.303 jam kerja tanpa kecelakaan

(Zero Accident) terhitung 01 Januari 2010 - 31 Oktober 2011, serta

diraihnya piagam penghargaan Indonesian Hospital Management Award

persi award-IHMA pada tahun 2012 untuk kategori Quaity Medical Care

Project. Hal tersebut menjadi salah satu bukti prestasi perawat dalam

memberikan pelayanan kepada customers.14 Berangkat dari hal tersebut

14

(19)

9

maka perlu untuk dilakukan penelitian apakah kinerja perawat di Rumah

Sakit Muhammadiyah Lamongan dipengaruhi oleh pemasaran internal dan

komitmen kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah pemasaran internal berpengaruh langsung terhadap komitmen

kerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan?

2. Apakah pemasaran internal berpengaruh langsung terhadap kinerja

perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan?

3. Apakah komitmen kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja perawat

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung pemasaran internal

terhadap komitmen kerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah

Lamongan.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung pemasaran internal

terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh komitmen kerja terhadap kinerja

(20)

10

D. Kegunaan Hasil

Berdasarkan hasil serta pembahasan dalam penelitian ini maka manfaat yang

dapat diambil secara teoritis dan praktis adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu ekonomi syariah pada

khususnya, terutama pemasaran internal, komitmen kerja, dan kinerja

karyawan.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan

penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang pemasaran syariah,

khususnya pemasaran internal.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan dalam bidang manajemen sumber daya insani

yang berguna untuk perbaikan dan peningkatan komitmen serta kualitas

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pemasaran

a. Pengertian Pemasaran

“Konsep pemasaran adalah suatu filosofi yang berorientasi pada

pelanggan terintegrasi, dan berorientasi pada tujuan tertentu bagi

suatu perusahaan, atau perorangan.”1

“Pemasaran merupakan suatu fungsi organisasi dan serangkaian

proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan

nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan

dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku

kepentingannya.”2

Pemasaran Islam adalah sebuah disiplin yang mengarahkan proses

penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator

kepada stakeholder-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai

dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.3

Definisi tersebut didasarkan pada salah satu ketentuan bisnis Islami

yang tertuang dalam al-Qur’an surat al-Ma’idah ayat 87 yaitu:

1 S. Supriyanto, Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. (Yogyakarta: Andi, 2010), 227

2 Philip Kotler dan Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran, Terjemahan Bob Sabran, Edisi Ketigabelas, jilid satu, (Jakarta: Erlangga, 2009), 5

(22)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”4

Definisi diatas menjelaskan bahwa pemasaran Islam dengan

keseluruhan proses yang ada didalamnya tidak boleh bertentangan

dengan prinsip-prinsip bermuamalah dalam syariat Islam. Jika hal

tersebut dapat dijamin dan tidak terdapat adanya penyimpangan dari

prinsip muamalah maka bentuk transaksi tersebut diperbolehkan.

b. Karakteristik Pemasaran

Karakteristik pemasaran islam yang dapat menjadi panduan bagi para

pemasar ada empat, yaitu:5

1) Teitis (rabbaniyah)

Salah satu hal dari pemasaran islam yang tidak dimiliki oleh

pemasaran konvensional adalah sifat religius (diniyyah). Pada

pemasaran islam kesadaran akan nilai-nilai religius dipandang

sangat penting, agar pelaku pemasaran tidak melakuakam

perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Bagi seorang syariah

marketer, mereka meyakini bahwa Allah selalu dekat dan

mengawasi ketika sedang melaksanakan apapun. Mereka juga

meyakini bahwa di akhirat kelak semua orang akan diminta

4

(23)

13

pertanggung jawaban oleh Allah atas segala perbuatan yang telah

dilakukan di dunia. Pemasaran islam juga sangat peduli dengan

sebuah nilai. Oleh sebab itu, pemasar harus lebih memiliki nilai

dengan memberikan kualitas atas produk maupun jasa dan

pelayanan yang diberikan.

2) Etis (akhlaqiyyah)

Seorang syariah marketer juga mengedepankan masalah

akhlaq dalam seluruh aspek kegiatan bisnisnya. Pemasaran islam

merupakan konsep pemasaran yang mengedepankan nilai-nilai

moral dan etika, tidak peduli apapun agamanya. Karena sifat ini

bersifat universal, yang pasti diajarkan oleh semua agama.

3) Realistis (al-waqi’iyyah)

Syariah marketer tidak kaku, eksklusif, tetapi sangat luwes

dalam bersikap dan bergaul. Fleksibilitas sengaja diberikan oleh

Allah agar penerapan syariah senantiasa menjadi seseorang yang

realistis (al-waqi’iyyah) dan dapat mengikut perkembangan

zaman, dalam keadaan apapun. Sehingga, syariah marketer dapat

bergaul, bersilaturahmi, dan melakukan transaksi bisnis di

tengah-tengah realitas kecurangan, kebohongan, dan segala tindakan

buruk lain yang terjadi dalam bisnis. Namun, seorang syariah

marketer harus berusaha istiqamah dalam menjalankan kebenaran

(24)

14

4) Humanistis (insaniyyah)

Syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terpelihara.

Dengan demikian nilai humanistis para pelaku pemasaran menjadi

manusia yang terkontrol dan seimbang, bukan menjadi manusia

serakah yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapat

keuntungan dari bisnis yang dijalankan. Seorang syariah marketer

harus memiliki sifat seperti itu daam bertransaksi bisnis, bermitra,

bersaing secara sehat, dan menjauhi sifat curiga terhadap orang

lain.

2. Pemasaran Internal

a. Pengertian Pemasaran Internal

Konsep pemasaran internal berawal sebagai suatu pendekatan

bagi manajemen jasa yang berupa penanaman dari dua konsep, yaitu

pemasaran tradisional dan bauran pemasaran pada semua karyawan

sebagai pelanggan dalam organisasi sehingga karyawan bisa

meningkatkan efektivitas perusahaan dengan meningkatkan hubungan

pada pasar internal organisasi.6

Pemasaran internal merupakan kegiatan yang mencakup hal dari

mulai menyaring calon karyawan, melakukan pengembangan skill,

memberikan motivasi dan mempertahankan karyawan yang

menghasilkan output yang memuaskan. Pemasaran internal juga

(25)

15

merupakan kegiatan yang memperlakukan karyawan sebagai

pelanggan serta merupakan strategi mengenal penentuan bentuk

produk kerja guna memenuhi kebutuhan manusia.7 “Pemasaran

Internal dilakukan untuk menghubungkan perusahaan dengan

karyawannya. Dalam hal ini perusahaan melatih dan memotivasi

karyawannya untuk melayani konsumen dengan baik.”8

Konsep pemasaran internal menjadi satu hal yang sangat penting

bagi sebuah perusahaan di bidang jasa. Seringkali pemasaran internal

akan saling bersinergi dengan pemasaran eksternal. Pemasaran

internal mampu memotivasi karyawannya untuk bekerja sebagai satu

tim yang memiliki komitmen untuk menyediakan layanan yang

unggul sedangkan pemasaran interaktif dapat berperan untuk

mengajarkan karyawan untuk berinteraksi dengan pelanggannya dan

menyajikan pelayanan yang memuaskan.9

Pemasaran internal harus berlaku pada dua tingkat. Tingkat

pertama terjadi pada fungsi pemasaran itu sendiri secara bersamaan,

yaitu kekuatan penjualan, periklanan, pelayanan konsumen,

manajemen produk, dan penelitian pemasaran. Semua fungsi

pemasaran tersebut harus memiliki koordinasi dengan pola pikir

konsumen. Tingkat kedua adalah menggandeng departemen lain

dalam hal pemasaran yang turut memikirkan konsumen. Pemasaran

7 S. Supriyanto, Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. (Yogyakarta: Andi, 2010), 227 8 E. Catur Rismiati, Pemasaran Barang dan Jasa, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 275

(26)

16

internal membutuhkan hubungan secara vertikal dengan manajemen

senior dan menciptakan hubungan horisontal yang selaras dengan

departemen lainnya, dengan demikian setiap orang dapat memahami,

memberikan apresiasi, dan mendukung upaya pemasaran yang

dilakukan.10 Perusahaan harus mengorientasikan dan memotivasi

karyawannya yang berhubungan dengan pelanggan untuk bekerja

sama sebagai satu tim untuk memberikan kepuasan pelanggan.

Pemasar harus membuat semua orang dalam organisasi berpusat pada

pelanggan.11

b. Indikator Pemasaran Internal

Foreman dan money yang dikutip oleh Pervaiz K. Ahmed dalam

bukunya, menemukan tiga komponen pemasaran internal yaitu visi,

pengembangan dan penghargaan.12 Tujuan utama dalam pemasaan

internal adalah untuk memastikan bahwa seluruh karyawan

mengetahui visi perusahaan yaitu manajemen inisiatif, tujuan, hasil,

layanan produk, dan pasar yang dilayani perusahaan di tempat

mereka bekerja. Penelitian menggunakan dimensi pengembangan

sumber daya insani karena merupakan kegiatan yang akan menjamin

karyawan memenuhi syarat untuk posisi yang mereka inginkan.

Selain itu, menggunakan dimensi penghargaan dikarenakan

10 Philip Kotler dan Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran, Terjemahan Bob Sabran, Edisi Ketigabelas, jilid satu, (Jakarta: Erlangga, 2009), 25-26

11 Philip Kotler, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2008), 295

(27)

17

penghargaan akan memotivasi karyawan dalam bekerja secara

optimal. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa bentuk dari

pemasaran internal dalam pelaksanannya perlu dijalankan secara

konsisten dan serius, karena tidak hanya menyangkut tentang

kebutuhan karyawan, melainkan juga sebagai kunci kesuksesan

perusahaan. Ketiga dimensi tersebut sangat sesuai dengan apa yang

diajarkan oleh Islam, yaitu menetapkan tujuan sebagai upaya mencari

jalan untuk mencapainya, menggunakan jihad dengan harta

(pengembangan sumber daya insani), dan memberikan penghargaan

bagi karyawan. Sehingga, dimensi pemasaran internal tersebut dapat

digunakan untuk mengukur pemasaran internal pada sebuah

organisasi atau perusahaan yang berbasis syariah.

1) Dimensi visi perusahaan

Organisasi atau perusahaan membutuhkan visi karena hal

tersebut erat kaitannya dengan rencana perusahaan, kemungkinan

ain yang menjadi dasar analisis dan wajah perkembangan di masa

depan.13 Visi harus mampu membangkitkan antusiasme,

kebanggaan dan nilai yang dianggap sangat penting bagi

karyawan.

Islam menjelaskan bahwa visi perusahaan adalah menjadikan

perusahaan yang multiguna berdasarkan nilai-nilai yang universal.

Terkait dengan hal ini, maka visi perusahaan dalam Islam bukan

(28)

18

semata urusan dunia, namun juga bagian dari ibadah kepada Allah

SWT.14

2) Dimensi pengembangan sumber daya insan

Pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup lebih

luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan

pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat-sifat kepribadian.

Pengembangan menyiapkan para karyawan untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan di waktu yang akan datang.

Pelatihan dan pengembangan memberikan keuntungan kepada

karyawan dan perusahaan berupa ketrampilan dan keahlian yang

selanjutnya akan menjadi aset yang berharga bagi perusahaan.

Pengembangan sumber daya insani merupakan usaha yang sengaja

dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekarang dan yang akan

datang dengan meningkatkan kemampuan. Kegiatan itu juga

menjamin bahwa para karyawan memenuhi syarat untuk posisi

yang mereka cita-citakan. “Islam juga mendorong untuk

melakukan pelatihan (training) terhadap para karyawan dengan

tujuan mengembangkan kompetensi dan kemampuan teknis

karyawan dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaannya.”15

Islam memandang ilmu sebagai dasar penentuan martabat dan

derajat seseorang dalam kehidupan. Allah SWT memerintahkan

14 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 94

(29)

19

kepada Rasul-Nya untuk senantiasa meminta tambahan ilmu.

Ketika bertambahnya ilmu pada diri, maka secara langsung akan

meningkatkan pengetahuan muslim terhadap berbagai dimensi

kehidupan, baik mengenai keagamaan maupun urusan duniawi.

Sehingga, akan mendekatkan diri dan lebih mengenal Allah SWT

serta meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam

menjalankan berbagai tugas yang di tanggung jawabkan.16

Strategi pengembangan sumber daya insani yang dilakukan oleh

Rasulullah SAW terdapat empat aspek, yaitu:17

a) Merencanakan dan menarik sumber daya insani yang

berkualitas.

b) Mengembangkan sumber daya insani.

c) Memberikan motivasi.

d) Memelihara sumber daya yang berkualitas.

3) Dimensi penghargaan

Sistem kompensasi (reward) terdiri dari kompensasi finansial

dan non finansial. Kompensasi finansial meliputi kompensasi

langsung dan tidak langsung, sedangkan kompensasi non finansial

mencakup imbalan dari Allah SWT dan manusia, imbalan manusia

disini diartikan berupa karir yaitu peluang karir dan sosial yang

sangat dihargai oleh karyawan lain yaitu simbol status, pujian dan

16 Meldona, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), 261

(30)

20

pengakuan. Imbalan dari Allah SWT telah dikemukakan dalam

al-Qur’an surat al-An’am ayat 160, yaitu:

 membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).18

Sistem kompensasi yang masuk akal, kompetitif dan adil harus

dikembangkan dengan baik untuk mendapatkan komitmen yang

positif dari karyawan. Islam memberikan penjelasan tentang

teknik penerapan reward dalam upaya pembentukan perilaku,

yaitu:

a) Ungkapan kata (memuji)

b) Memberikan hadiah

c) Memberikan tepukan atau senyuman

3. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja Karyawan

Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin

dan harus dicapai, dalam mencapai tujuan tersebut perilaku organisasi

memiliki andil besar yang hal tersebut merupakan cerminan dari

perilaku dan sikap para pelaku dalam organisasi. kegiatan yang paling

18

(31)

21

lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja karyawan. Pada

umumnya, kinerja diberikan batasan sebagai keberhasilan seseorang di

dalam melaksanakan suatu tanggung jawab pekerjaan.

Bagi seorang muslim bekerja merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sungguh-sungguh dengan bermodalkan seluruh aset dan fikir yang dimiliki serta dibantu dengan dzikir, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk aktualisasi sebagai hamba Allah yang memiliki kewajiban untuk menjadi bagian dari masyarakat yang terbaik (khoiro ummah).19

Seorang muslim harus meyakini bahwa bekerja bukan saja untuk

memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiannya tetapi juga

sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepadamereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.21

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil

kerja, target atau sasaran, dan kriteria yang telah ditentukan terlebih

19 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 11

20 Muafi, Pengaruh Motivasi Spiritual Karyawan terhadap Kinerja Religius: Studi Empiris di Kawasan Industri Rungkut Suarabaya (SIER), Jurnal Siasat Bsnis, No. 8 Vol. 1 (2013), 5

21

(32)

22

dahulu dan telah disepakati bersama.22 Secara konseptual kinerja

pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja karyawan

secara individu dan kinerja organisasi. Kinerja karyawan adalah hasil

kerja dari perseorangan dalam organisasi. Sedangkan kinerja

organisasi adalah totalitas hasil kerja para karyawan yang telah

dicapai oleh suatu organisasi. Kinerja keryawan dan kinerja

organisasi mempunyai keterkaitan erat, tercapainya tujuan organisasi

tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan sumber daya yang dimiliki

oleh organisasi yang digunakan atau dijalankan oleh karyawan yang

berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan

organisasi tersebut.23

b. Penilaian Kinerja

Aktivitas untuk menentukan berhasil tidaknya suatu pekerjaan

yang dilakukan dalam organisasi adalah penilaian pelaksanaan

seluruh kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Aktifitas ini

lazimnya disebut dengan penilaian kerja. Penilaian memberikan

penjelasan tentang pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan.

Penilaian dalam hal ini menjelaskan keterampilan dan daya saing para

karyawan yang masih kurang namun masih bisa untuk diperbaiki jika

22 Kaswan, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan bersaing organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 187.

(33)

23

dimasukkan dalam program pelatihan dan pengembangan.24

Pelaksanaan suatu pekerjaan tanpa diikuti oleh penilaian tidaklah

dapat diukur dan diketahui seberapa besar tingkat pencapaian tujuan

yang telah dicapai. Penilaian pekerjaan pada dasarnya adalah

manifestasi dari nilai dan penilaian pekerjaan karyawan. Keberhasilan

penentuan pencapaian tugas terhadap individu akan dapat

mengarahkan penetapan kinerja organisasi.25

Tidak mudah mempersiapkan dan melaksanakan pengukuran

yang dapat memberikan hasil yang optimal, mengingat banyak hal

yang diperukan dan dipersiapkan dengan teliti. Penilaian kinerja

dititikberatkan pada suatu proses pengukuran yang memberi

perhatian pada teknik-teknik penilaian. Penggunaan teknik-teknik

penilaian kinerja akan menjadi efektif jika penilaian memperhatikan

validitas dan reabilitas teknik penilaian.26

Hasil penilaian kinerja dipergunakan sebagai pemberian

penghargaan baik finanasial dan non-finansial atau bahkan sebagai

dasar pertimbangan keputusan manajemen sumber daya insani yang

24 Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, terjemahan Halida dan Dewi Sartika, (Jakarta: Erlangga, 2002), 258.

25 Sinambela Lijan Poltak, Kinerja Karyawan: Teori Pengkuran dan Implikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 6

(34)

24

lain.27 “Penilaian kinerja mengacu pada evaluasi prestasi dan inisiasi

rencana-rencana untuk pengembangan, tujuan, dan sasaran.”28

Standar yang ditetapkan rumah sakit terkait untuk penilaian

kinerja karyawan seperti yang tertulis pada pasal 37 UU No.38 tahun

2014 yang menyatakan bahwa perawat dalam melaksanakan praktik

keperawatan harus sesuai dengan kode etik, standar pelayanan

keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan

ketentuan peraturan perundang-undangan.29 Jadi standar penilaian

pelayanan keperawatan dalam rumah sakit ditetapkan oleh pihak

rumah sakit terkait yang tetap berkaca pada ketentuan

perundang-undangan yang bersangkutan.

c. Indikator Kinerja Karyawan

Pengukuran kinerja karyawan penting dilakukan oleh instansi

pelayanan publik. Mengetahui kekurangan dan kelebihan yang

dimiliki, hambatan dan dorongan yang ada, dan adanya berbagai

faktor kesuksesan bagi kinerja karyawan serta perusahaan maka

terbukalah jalan menuju profesionalisasi, yaitu memperbaiki

kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama ini.30

Zadjuli yang dikutip oleh Muafi dalam bukunya, mengatakan kinerja karyawan dalam pandangan Islam dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:31

27 Ibid., 636

28R. Wayne Mondy. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. (Jakarta: Erlangga, 2008). 257

29

www.kemenkopmk.go.id/content/uu-nomor-38-tahun-2014, diakses pada 15 Juni 2016 30Pasolong Herbani, “Teori Administrasi Publik”, (Bandung: Alfabeta, 2011), 184

(35)

25

1) Niat bekerja karena Allah.

2) Menerapkan kaidah atau norma atau syariah secara kaffah dalam bekerja.

3) Memiliki motivasi spritual dengan mencari keberuntungan di dunia dan akhirat.

4) Menerapkan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap menjaga kelestarian hidup.

5) Menjaga keseimbangan antara bekerja dan beribadah.

6) Bersyukur kepada Allah SWT dengan cara tidak menjadi seseorang yang konsumtif.

7) Mengeluarkan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS), dan menyantuni anak yatim serta fakir miskin.

Menurut Suyadi Prawirosentono, kinerja juga dapat dinilai atau

diukur dengan beberapa indikator yaitu:32

1) Efektifitas

Efektifitas yaitu apabila tujuan kelompok dapat dicapai sesuai

dengan kebutuhan yang direncanakan.

2) Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam

kinerja atau dapat dikatakan sebagai akibat kepemilikan atau

wewenang yang diberikan atas sebuah pekerjaan.

3) Disiplin

Disiplin yaitu taat pada hukum dan aturan yang belaku. Disiplin

karyawan adalah ketaatan karyawan yang bersangkutan dalam

menghormati perjanjian kerja serta menjalankan Standar

Operasional Prosedur dengan perusahaan dimana seseorang

tersebut bekerja dengan baik.

(36)

26

4) Inisiatif

Berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk suatu ide

yang terhubung pada tujuan perusahaan. Sifat inisiatif sebaiknya

mendapat perhatian atau tanggapan perusahaan dan atasan yang

baik. Dengan perkataan lain inisiatif karyawan merupakan daya

dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja

karyawan.

Bernandin dan Russel dalam buku Didit Darmawan mengemukakan enam kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja karyawan sebagai berikut: 33

1) Kualitas kerja (quality), merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan

2) Kuantitas kerja (quantity), merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan

3) Timeless, merupakan lamaya suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan jumlah output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain

4) Efektifitas biaya (cost effectiveness), besarnya penggunaan sumberdaya organisasi guna mencapai hasil yang maksimal atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumberdaya

5) Need for supervision, kemampuan seorang pekerja untuk dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan

6) Interpersonal impact atau sikap, kemampuan seorang karyawan untuk memelihara harga diri, nama baik dan kemampuan bekerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.

Setelah adanya pemaparan dari beberapa teori di atas indikator

kinerja karyawan dalam penelitian ini akan menggunakan teori dari

Zadjuli untuk pengukuran kinerja salah satu karyawan, yaitu perawat di

(37)

27

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Indikator yang ditetapkan

sebagai berikut:

1) Niat bekerja karena Allah.

2) Menerapkan kaidah atau norma atau syariah secara kaffah dalam bekerja.

3) Menerapkan asas efisiensi dan manfaat dengan tetap menjaga kelestarian hidup.

4) Menjaga keseimbangan antara bekerja dan beribadah.

5) Bersyukur kepada Allah SWT dengan cara tidak menjadi seseorang yang konsumtif.

6) Mengeluarkan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS), dan menyantuni anak yatim serta fakir miskin.

4. Komitmen Kerja

a. Pengertian Komitmen Kerja

Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan merupakan

sebuah aset tersendiri yang seharusnya dipelihara dan dijaga agar

karyawan yang ada didalam perusahaan merupakan orang-orang yang

berkualitas, untuk mewujudkan hal tersebut maka karyawan harus

memiliki komitmen. “Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi

maka akan selalu berusaha mencurahkan kemampuannya secara

maksimal. Komitmen adalah sikap dan tindakan karyawan untuk

berkontribusi dan mengatasnamakan kepentingan organisasi.”34

Komitmen adalah keyakinan yang mengikat (aqad) seluruh hati

nuraninya dan kemudian menggerakkan perilakunya menuju ke arah

tertentu yang diyakininya (i’tiqad).35 Karyawan yang memiliki sikap

34 S. Supriyanto, Pemasaran Industri Jasa Kesehatan, (Yogyakarta: Andi, 2010), 229

(38)

28

komitmen adalah karyawan yang setia pada visi dan sasaran

perusahaannya.36Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al

-Ahqaaf ayat 13:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.37

Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja,

tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Sejumlah

faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi

adalah faktor personal, faktor organisasi, dan non-organizational

factors. Faktor personal meliputi job expectations, psychological

contract, job choice factors, personal characteristic. Keseluruhan

faktor ini akan membentuk komitmen awal. Faktor organisasi

meliputi initial works experiences, job scope, supervision, goal

consistency organizational. Semua faktor itu akan membentuk atau

memunculkan tanggung jawab. Non-organizational factors yang

meliputi availability of alternative jobs. Faktor yang bukan berasal

dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya alternatif pekerjaan

yang lain. Jika terdapat yang lebih baik, tentu karyawan akan

(39)

29

b. Indikator Komitmen Kerja

Menurut Ayoeb Amin, terdapat empat indikator komitmen kerja

Islami, yaitu:39

1) Bekerja merupakan ketaatan kepada Allah (ta’atullah)

Seorang yang pekerjaannya tidak pernah melanggar aturan yang

diharamkan oleh Allah, dan sifat tersebut lahir dalam dirinya

sendiri.

2) Bekerja ikhlas sebagai ibadah

Seorang muslim yang memiliki komitmen menyadari bahwa

bekerja bukan hanya berorientasikan pada duniawi saja, namun

juga bentuk sebagai amal ibadah, oleh karena berapapun rezeki

yang didapatkan harus disadari bahwa Allah yang mengaturnya.

3) Mandiri dalam bekerja (i’timad ‘ala nafsih)

Sebagai seorang muslim yang baik kita harus bekerja karena

sumber pendapatan adalah dengan bekerja, bukan dengan

menggantungkan pada bantuan orang lain.

4) Konsisten (istiqomah) dalam bekerja

5. Hubungan antar Variabel

a. Pengaruh pemasaran internal terhadap komitmen kerja

“Tansuhaj mengatakan bahwa pemicu adanya konsep pemasaran

internal adalah untuk memastikan karyawan merasa bahwa

(40)

30

perusahaan peduli dan memenuhi kebutuhan mereka. Keberhasilan

konsep ini terlihat dari sikap postiif karyawan terhadap pekerjaan

mereka termasuk komitmen organisasi, keterlibatan kerja, motivasi

kerja dan kepuasan kerja.”40

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ayu Faradila Putri yang

membahas tentang pengaruh pemasaran internal terhadap komitmen

kerja islam memperlihatkan hasil ketika seorang pemimpin

memperlakukan karyawan seperti pelanggan internal dengan baik

maka komitmen karyawan pada perusahaan juga meningkat.41

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan pemasaran

internal berdampak positif terhadap komitmen kerja.

b. Pengaruh pemasaran internal terhadap kinerja karyawan

Penelitian yang dilakukan oleh Panygyrakis dan Theodoridis tentang konsep pemasaran internal dan dampaknya terhadap kinerja bisnis dalam konteks retail menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pemasaran internal dan kinerja bisnis. Sedangkan Tansuhaj menyatakan bahwa dengan memastikan pemasaran internal kepada karyawan, serta dengan memperlihatkan kepada karyawan bahwa setiap kinerja yang dilakukan di perhatikan, dinilai dan di apresiasi oleh perusahaan maka akan berpengaruh pada kinerja karyawan.42

Menurut pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pemasaran internal dapat dikatakan memiliki hubungan positif

dengan kinerja karyawan.

40 Astria Primadhani Pamungkas, Pengaruh Pemasaran Internal terhadap Komitmen Kerja dan Kinerja Karyawan (Skripsi—Universitas Airlangga, 2014), 58

41 Ayu Faradila Putri, Pengaruh Istiqomah pada Pemasaran Internal terhadap Komitmen Kerja dan Kinerja Karyawan Bank BNI Syariah Surabaya, (Skripsi—Universitas Airlangga, Surabaya, 2013), v

(41)

31

c. Pengaruh komitmen kerja terhadap kinerja karyawan

Komitmen yang tercipta akan memungkinkan membawa dampak

pada meningkatnya kinerja seorang karyawan, karena ketika

seseorang memiliki komitmen tinggi maka karyawan tersebut akan

berjuang untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Hal tersebut

juga sejalan dengan hasil peneltian Ali Shahab tentang komitmen dan

kinerja karyawan pada perusahaan yaitu terdapat pengaruh positif

pada variabel komitmen Islami terhadap kinerja Islami, karena

semakin tinggi komitmen yang dimiliki oleh seseorang maka akan

berdampak pada peningkatan rasa tanggung jawab karyawan tersebut

pada perusahaannya, dan akan sejalan dengan meningkatnya kinerja

karyawan tersebut.43 Hal diatas menunjukkan bahwa memang

terdapat dampak positif dari komitmen kerja terhadap kinerja

karyawan.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa peneliti telah meneliti varoabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

(42)
(43)

33

terhadap kinerja karyawan, dan komitmen kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan Risky Novianto Aribowo (2011) memiliki

persamaan dari segi variabel terikat namun variabel bebas memiliki

perbedaan karena penelitian ini memiliki 3 variabel bebas sedangkan

variabel bebas yang akan diteliti oleh penulis hanya 1, tempat yang dijadikan

obyek juga berbeda karena penelitian pengaruh pemasaran internal terhadap

komitmen kerja dan kinerja perawat dilakukan di Rumah Sakit

Muhammadiyah Lamongan, sedangkan pada penelitian ini dilaksanakan di

CV. Karya Mina Putra Rembang Devisi Kayu. Adapun terdapat persamaan

penelitian yang dilakukan Tien Utami (2012) pada variabel terikat kinerja

karyawan, pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis

yaitu pengaruh internal terhadap komitmen kerja dan kinerja perawat Rumah

Sakit Muhammadiyah Lamongan namun perbedaan terdapat pada obyek

penelitian dimana pada penelitian ini perusahaan yang dituju adalah

perusahaan manufaktur. Persamaan penelitian Ayu Faradila Putri (2013)

terdapat pada variabel penelitian yaitu pemasaran internal, komitmen kerja

dan kinerja namun perbedaannya ada pada subyek penelitian yaitu karyawan

Bank BNI Syariah dengan perawat Rumah Sakit Muhammadiyah serta jika

penelitian yang akan dilakukan penulis mengarah pada pemasaran internal,

(44)

34

internalnya. penelitian yang dilakukan oleh Yetta Tri Nydia (2012) adalah

pembahasan tentang komitmen dan kinerja, namun terdapat perbedaan

dengan adanya pemasaran internal sebagai variabel bebas dan komitmen

kerja serta kinerja karyawan menjadi variabel terikat. Persamaan penelitian

Vera Rusy (2010) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah

adanya faktor pemasaran internal didalamnya sebagai variabel bebas, namun

yang menjadi perbedaan yaitu variabel keunggulan bersaing

berkesinambungan tidak terdapat pada penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis.

C. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H0: Pemasaran internal tidak berpengaruh langsung terhadap komitmen

kerja.

H1: Pemasaran internal berpengaruh langsung terhadap komitmen kerja.

Pemasaran Internal

Komitmen Kerja

(45)

35

H0: Komitmen kerja tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja perawat.

H1: Komitmen kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja perawat.

H0: Komitmen Kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

kuantitatif, karena data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka

yang diperoleh akan dinalisis lebih lanjut dalam analisis data.

Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini masuk jenis penelitian

asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. “Penelitian asosiatif

mempunyai tingkatan yang tertinggi apabila dibandingkan dengan dua jenis

penelitian lainnya yaitu penelitian deskriptif dan komparatif. Jenis penelitian

ini dapat membangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,

meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.”1

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, pada

bulan Desember 2015 sampai bulan Februari tahun 2016.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan purposive

sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada karakteristik

(47)

37

tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian.2

Karakteristik tersebut adalah perawat tetap yang memiliki masa kerja

minimal dua tahun di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat tetap yang

bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan yang berjumlah 123

orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian.3

Penelitian pengaruh pemasaran internal terhadap komitmen kerja dan kinerja perawat terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan

merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel terikat (dependent variable).4 Pada penelitian yang dilakukan

oleh penulis variabel bebas (X) adalah pemasaran internal.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Independent Variable).5

Pada penelitian ini variabel terikat pertama (Y1) yang juga menjadi

variabel intervening adalah komitmen kerja dan variabel terikat kedua

(Y2) adalah Kinerja Perawat.

2 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), 218

3 Suharsimi Ari Kunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 130-134

(48)

38

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

(49)

39

keseimbangan antara bekerja dan

beribadah.

6.Bersyukur kepada

Allah SWT dengan cara tidak menjadi seseorang yang konsumtif.

7.Mengeluarkan Zakat,

Infaq, Shadaqah (ZIS), dan

menyantuni anak yatim serta fakir miskin.

Pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan

scoring menurut skala Linkert yang telah dimodifikasi, yaitu menghilangkan

jawaban tengah (ragu-ragu). Skala Likert tersebut adalah:

1. Nilai 1 (satu) mewakili jawaban sangat tidak setuju

2. Nilai 2 (dua) mewakili jawaban tidak setuju

3. Nilai 3 (tiga) mewakili jawaban setuju

4. Nilai 4 (empat) mewakili jawaban sangat setuju.

F. Evaluasi Outer Model

Outer model merupakan model yang mendefinisikan hubungan antara

variabel laten dengan indikator-indikatornya. Evaluasi outer model dapat

dilihat dari beberapa hal, yaitu:

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatan jika pertanyaan pada kuesioner

(50)

40

tersebut.6 Pada penelitian ini uji validitas dianalisis dengan melihat nilai

convergent validity. Nilai convergent validity adalah nilai loading factor

pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai loading factor

diharapkan lebih dari 0,70. Hasil output nilai loading factor dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Nilai Loading Faktor

Indikator Pemasaran Internal Komitmen Kerja Kinerja

P1 0,765

Sumber: Data diolah dengan program Smartpls 3

Data di atas menunjukkan bahwa nilai loading factor pada semua

indikator dalam variabel pemasaran internal dan kinerja dianggap valid

karena nilai loading factor yang dihasilkan >0,70, namun pada variabel

komitmen kerja terdapat nilai loading factor yang tidak valid, yaitu pada

indikator pertama (Ko1) yang memiliki nilai 0,658. Karena nilai loading

factor tidak sesuai dengan syarat (0,658 < 0,70) maka indikator tersebut

harus dikeluarkan dan akan dilakukan penghitungan ulang.

(51)

41

Tabel 3.3

Penghitungan Ulang Nilai Loading Factor

Indikator Pemasaran Internal Komitmen Kerja Kinerja

P1 0,789

Sumber: Data diolah dengan program Smartpls 3

Setelah dilakukan penghapusan pada 1 indikator dalam variabel

komitmen kerja, maka hasil pengujian menunjukkan bahwa indikator

berjumlah 13 butir yang diajukan oleh peneliti memiliki nilai loading

factor 0,70. Maka dapat dinyatakan bahwa seluruh indikator valid dan

dapat digunakan dalam penelitan ini.

2. Discriminant Validity

Untuk melihat discriminant validity adalah dengan cara melihat nilai

cross loading factor. Cross loading factor berguna untuk melihat apakah

konstruk memiliki nilai diskriminan yang memadai yaitu dengan

membandingkan korelasi indikator dengan konstruknya, nilai indikator

harus lebih besar dibandingkan korelasi antara indikator dengan konstruk

lain. Jika korelasi indikator konstruk memiliki nilai lebih tinggi

(52)

42

maka dapat dikatakan bahwa konstruk tersebut memiliki discriminant

validity yang tinggi. Nilai cross loading factor dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 3.4 Nilai Cross Loading

Indikator Pemasaran Internal Komitmen Kerja Kinerja

P1 0,789 0,297 0,349

Sumber: Data diolah dengan program Smartpls 3

Output diatas menunjukkan bahwa korelasi konstruk komitmen kerja

dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator

pemasaran internal dan kinerja. Berarti bahwa konstruk laten

memprediksi indikator pada blok mereka dibandingkan dengan indikator

lainnya.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat ukur untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah

konsisten dari waktu ke waktu.7 Uji reliabilitas data dilakukan dengan

(53)

43

melihat output composite reliability, nilai yang harus dicapai adalah

>0,70 maka data tersebut bisa dianggap reliabel dan terandalkan. Nilai

composite reliability yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.5

Nilai Composite Reliability Variabel Composite Reliability Pemasaran Internal 0,843

Komitmen Kerja 0,938

Kinerja 0,903

Sumber: Data diolah dengan program Smartpls 3

Data diatas menunjukkan bahwa nilai dari setiap variabel >0,70,

maka dapat disimpulkan bahwa data dari variabel pemasaran internal,

komitmen kerja, dan kinerja adalah reliabel dan terandalkan, serta dapat

digunakan untuk uji hipotesis pada penelitian ini.

4. Cronbach’s Alpha

Uji reliabilitas diperkuat dengan nilai cronbach’s alpha. Menurut

Nunnaly, suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha

>0,60.8 Berikut adalah hasil nilai cronbach’s alpha untuk semua konstruk:

Tabel 3.6 Cronbach’s Alpha

Variabel Cronbach’s Alpha Pemasaran Internal 0,721

Komitmen Kerja 0,898

Kinerja 0,875

Sumber: Data diolah dengan program Smartpls 3

Melihat dari hasil pengujian di atas, menunjukkan bahwa nilai

crobach’s alpha untuk variabel pemasaran internal, komitmen kerja dan

(54)

44

kinerja memiliki nilai > 0,6. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa

ketiga variabel tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.

5. Outer Weight

Output dari outer weight memperlihatkan seberapa besar setiap

indikator signifikan terhadap variabel latennya. Karena memakai alpha

5% maka hasil dari P Values harus <0,05 maka data tersebut akan

dianggap signifikan.

Tabel 3.7 Outer Weight

Indikator Original Sample (O)

Sumber: data diolah dengan program Smartpls 3

Penghitungan di atas memperlihatkan bahwa P Values semua

indikator dari tiap variabel sebesar 0,000. Karena semua P Values

memenuhi syarat (0,000 < 0,05), maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah setiap indikator signifikan terhadap variabel laten yang ada

didalam penelitian ini yaitu pemasaran internal, komitmen kerja, dan

(55)

45

G. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Sumber data primer diperoleh secara langsung dari sumber asli

(tidak melalui media perantara). Teknik pengumpulan data primer dilakukan

dengan alat kuesioner yang diberikan kepada responden dengan memberikan

panduan tata cara untuk pengisian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari

berbagai sumber lain yang digunakan untuk mendukung hasil penelitian, dan

dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan berupa adalah data

jumlah perawat beserta lama bekerja.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan ketepatan atau

cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.9 Pada

penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode Kuesioner.

Metode kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.10 Metode ini digunakan untuk

memperoleh data pengaruh pemasaran internal dalam pembentukan

komitmen kerja dan kinerja perawat.

9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 193

(56)

46

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

Structural Equation Modeling (SEM) yaitu suatu teknik statistik yang mampu

menganalisis pola hubungan antara konstrak laten dan indikatornya, konstrak

satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. SEM

memungkinkan dilakukannya analisis di antara beberapa variabel dependent

dan independent secara langsung.11

Model Persamaan Struktural atau Structural Equation Model (SEM)

adalah teknik-teknik statistika yang memungkinkan pengujian suatu

rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan. Hubungan yang

kompleks dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan

satu atau beberapa variabel independen. Mungkin juga terdapat suatu variabel

yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independen pada suatu hubungan,

namun menjadi variabel dependen pada hubungan lain mengingat adanya

hubungan kausalitas yang berjenjang. Masing-masing variabel dependent dan

independent dapat berbentuk faktor atau konstruk yang dibangun dari

beberapa variabel indikator. Demikian pula diantara variabel-variabel itu

dapat berbentuk sebuah variabel tunggal yang diobservasi atau yang diukur

langsung dalam sebuah proses penelitian.12

11 Sofyan Yamin dan Hery Kurniawan, Structural Equation Modeling, (Jakarta: Salemba Infotek, 2009), 1

(57)

47

1. Asumsi Structural Equation Model (SEM)

Untuk menggunakan SEM diperlukan asumsi-asumsi yang mendasari

penggunaannya. Asumsi tersebut diantaranya adalah:

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal/tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi normal atau mendekati normal.13 Pengujian normalitas

dalam hal ini dilakukam dengan cara menguji semua variabel

secara bersama-sama atau bisa disebut multivariate normality.

b. \Jumlah sampel

Pada umumnya dikatakan penggunaan Structural Equation Model

(SEM) membutuhkan jumlah sampel yang besar. Ukuran sampel

untuk pengujian model dengan menggunakan Structural Equation

Model (SEM) adalah antara 100-200 sampel atau tergantung pada

jumlah parameter yang digunakan dalam seluruh variabel laten,

yaitu jumllah parameter dikalikan 5 sampai 10.

c. Data interval

Sebaiknya data interval digunakan dalam Structural Equation

Model (SEM). Penggunaan data ordinal atau nominal akan

mengecilkan koefisien matriks korelasi yang digunakan dalam

Structural Equation Model (SEM).

13

Bhuono Agung Nugroho, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”,

(58)

48

2. Bagian Structural Equation Model (SEM)

Secara umum, sebuah Structural Equation Model (SEM) terdiri dari 2

(dua) bagian utama, yaitu:

a. Measurement Model atau Model Pengukuran ditujukan untuk

mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan

indikator-indikator empirisnya.

b. Structural Model menggambarkan struktur hubungan yang

membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor.

3. Proses Analisis Structural Equation Model (SEM)

Untuk membuat model yang lengkap, beberapa langkah berikut ini

perlu dilakukan:

a. Pengembangan model berbasis teori

b. Pengembangan structural equation model untuk menunjukkan

hubungan kausalitas.

c. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang

dibangun.

d. Menilai problem identifikasi.

e. Evaluasi model.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian kepala madrasah yang memiliki kemampuan manajerial dan kecerdasan emosional yang tinggi dapat meningkatkan kinerjanya dalam mengelola madrasah.. Terima kasih

Maka dari itu, adapun tujuan dibuatnya animasi pendek ini yaitu untuk memberikan pemahaman bagi mereka mengenai gangguan depresi dan apa yang dirasakannya, yaitu

[r]

Dengan adanya ruangan forum dan perbualan, guru boleh menjadikan sistem sokongan pembelajaran kendiri ini sebagai satu medium untuk berinteraksi dengan pelajar secara maya

Berdasarkan aspek Efektifitas Manajemen Data Pokok Pendidikan Dalam Menyalurkan Dana Sertifikasi Guru Di Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang dapat disimpulakan

This research contributes to three important things: (1) deeper understanding of the effect of concentrated ownership on the firm value and how the interaction effects between

ESTETIKA DAN ATAVISME PANTUN DALAM PUISI INDONESIA MODERN SERTA PEMANFAATANNYA BAB

Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kadar garam maka warna merah dari ubi jalar ungu semakin kurang stabil, yang ditunjukkan dengan. semakin