• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEJAHATAN BEGAL PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA : STUDI PUTUSAN NOMOR: 526/PID.B/2014/PN.SDA TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEJAHATAN BEGAL PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA : STUDI PUTUSAN NOMOR: 526/PID.B/2014/PN.SDA TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KEJAHATAN BEGAL PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

(Studi Putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda tentang Perampasan Sepeda

Motor dengan Kekerasan)

SKRIPSI

OLEH :

MOCHAMMAD FAISOL AFANDI C33211064

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM PRODI SIYASAH JINAYAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab Bagaimana Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan dan Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

Data dihimpun dari pembacaan dan kajian teks, yang selanjutnya diulang dengan beberapa tahap yaitu Editing pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna, keselarasan dan kesesuaian antara data primer dan sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdakwa terbukti secara sah telah melakukan perampasan sepeda motor dengan kekerasan secara berkelompok dengan melanggar ketentuan dan Pasal 362 dan 365 ayat (2) ke-2, hal tersebut berdasarkan terpenuhinya unsur-unsur materil yang terkandung dalam pasal-pasal tersebut baik unsur yang bersifat subyektif dan yang bersifat obyektif yang dituntutkan oleh Penuntut Umum dan meyakinkan secara hukum. Sehingga majelis hakim mengadili terdakwa dengan hukuman penjara selama 1 (satu) tahun 7 (tujuh) bulan dikurangi dengan masa tahanan sebelumnya. Dalam fikih jinayah pandangan Imam Syafi’i seharusnya dijatuhi hukuman qis}as} atau diyat atas perlukaan. sedangkan Imam Hanafi adalah dijatuhi tahanan karena membuat takut orang-orang disekelilingnya dan hukuman ta’zi>r atas harta yang diambil. Sedangkan dalam KUHP seharusnya menambah berat hukumannya karena berakibat luka dan dilakukan di jalan umum, sebagaimana dalam Pasal 365 ayat (2) ke-1 dan ke-2.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM………. i

PERNYATAAN KEASLIAN……… ii

PERETUJUAN PEMBIMBING……… iii

PENGESAHAN……….. iv

ABSTRAK………... v

MOTTO……….. vi

PERSEMBAHAN………..…. vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TRANSLITERASI……….... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah... 9

(7)

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Kegunaan Penelitian... 13

G. Definisi Operasional... 14

H. Metode Penelitian... 14

I. Sistematika Pembahasan... 18

BAB II KEJAHATAN BEGAL MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA…. 20 A. Kejahatan Begal Menurut Hukum Pidana Islam... 20

1. Pengertian Kejahatan Begal... 20

2. Jenis-Jenis Jari>mah dan Hukumannya... 22

3. Unsur dan Syarat Pembegalan... 31

4. Sanksi dan Pelaksanaan Hukuman Kejahatan Begal.. 36

B. Kejahatan Begal Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana... 40

1. Pengertian Kejahatan Begal... 41

2. Jenis-jenis Delik dan hukuman Pidana... 43

3. Unsur-unsur dan Syarat Pembegalan... 46

4. Sanksi dan Pelaksanaan Hukuman Kejahatan Begal.. 51

(8)

A. Deskripsi Perampasan Sepeda Motor dengan Kekerasan dalam

Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda... 54

B. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda... 57

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA TERHADAP PUTUSAN NOMOR 526/Pid.B/2014/PN.Sda. TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN………..…. 64

A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda. Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan... 64

B. Analisis Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda. Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan... 76

BAB V PENUTUP………..… 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA………. 82

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diberikan kelebihan berupa

akal untuk berfikir saat menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya

supaya manusia bisa hidup saling berdampingan serta saling memelihara

kerukunan sesama manusia pada kesehariannya sehingga terbentuk tatanan

masyarakat yang sejahtera dan aman.

Namun tidak semua manusia bisa menggunakan akalnya untuk berfikir

dengan baik dalam melakukan kehidupan bermasyarakat, sehingga terjadi

pelanggaran yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diharapkan untuk

membentuk masyarakat yang sejahtera dan aman. Salah satu dari pelanggaran

norma ini adalah berupa kejahatan begal yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok untuk memiliki harta secara melawan hukum yakni merebut hak

orang lain.

Pada waktu akhir-akhir ini sering terjadi kejahatan perampasan di

jalan umum yang ramai dibicarakan oleh masyarakat karena tindakannya

menimbulkan ancaman secara tidak langsung kepada masyarakat yang ingin

berpergian atau keluar rumah melewati jalan umum, perampasan di jalan ini

(10)

2

perampasan benda milik orang lain di jalan dengan melakukan kekerasan

kepada korbannya hingga luka berat.

Begal menurut kamus bahasa Indonesia disebut dengan perbuatan

merampas milik orang di jalan; penyamun,1 sedangkan menurut Kriminolog

Muhammad Mustofa mengatakan istilah begal sudah lama terdengar di dunia

kejahatan. Bahkan begal sudah terjadi sejak zaman kekaisaran di Cina atau

zaman kerajaan di Indonesia. Menurut Mustafa, kata begal banyak ditemukan

dalam literatur Bahasa Jawa. "Begal itu perampokan yang dilakukan di

tempat yang sepi. Menunggu orang yang ditempat sepi itu, yang membawa

harta benda,"2

Tindakan ini diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana) pada buku Kedua tentang Kejahatan dan terdapat pada Bab XXI

tentang pencurian terdiri dari enam pasal yakni Pasal 362,363,364,365,366

dan 367. adapun yang dimaksud pencurian terdapat dalam Pasal 362 yang

menjelaskan bahwa barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya

atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling

lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Sembilan ratus rupiah.3

1 Meity Taqdir Qadratillah dkk, Kamus Bahasa Indoneia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 45. 2Pebriansyah Ariefana, ‚asal usul istilah begal‛, http://www.suara.com/news/2015/03/12/063000/ asal-usul-istilah-begal, diakses pada 23/03/2015

(11)

3

Namun dalam jenis kejahatan begal yang identik dengan perampasan

di jalan ini tidak sesuai dengan aturan dalam Pasal 362 melainkan lebih sesuai

dengan Pasal 365 mengingat dalam dunia peradilan kejahatan begal tidak ada

pengertian secara eksplisit, hanya secara implisit saja dengan menganalogi

beberapa unsur yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan yakni

KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Islam) tepatnya pada Pasal 365

Ayat (1) yang menjelaskan tentang ancaman hukuman bagi pelaku pencurian

yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempermudah pencurian

atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri

sendiri atau peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang.4 Kejahatan

ini disebut juga dengan rechtdelicten yaitu perbuatan yang dirasa masyarakat

bertentangan dengan keadilan dan pidana ini juga disebut dengan male in se,

yang artinya adalah perbuatan tersebut merupakan perbuatan jahat karena

sifat perbuatan tersebut memang jahat.5

Sedangkan perilaku kejahatan perampasan di jalan atau begal ini

dalam hukum pidana Islam didapati persamaan dengan salah satu jari>mah

h}udu>d yakni sari>qah tentang pencurian yang kejahatannya ini dilakukan

dengan cara mengambil barang yang bukan haknya tanpa sepengetahuan

pemiliknya, kemudian jari>mah hira>bah atau (Qat}’u al-T}a>riq) yang artinya para

pemutus jalan karena membuat terputusnya orang-orang yang lewat dijalan

4 Ibid., 116.

(12)

4

sebab takut dengan mereka. Dalam kutipan lain jari>mah hira>bah adalah setiap

tindakan dan aksi yang dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk

mengambil harta dalam bentuk yang biasanya korbannya tidak mungkin

untuk meminta bantuan dan pertolongan.6 Sedangkan Imam Syafi’i

memberikan pengertian h}ira>bah sebagai berikut:

ْحةَباَرِحْا

ْ

....

َْيِ

ْ

ْخح ا

ْخجحوخر

ْ

ِْذحخَِِ

ْ

ْ لاَم

ْ

ْحوَأْ

ْ لحتَقِل

ْ

ْحوَأْ

ْ باَعحرِإ

ْ

ْ ةَرِباَكخم

ْ

ا داَمِتحعِا

ْ

ىَلَع

ْ

ِْةَكحومشلا

ْ

َْعَم

ْ

ِْدحعخ بحلا

ْ

ِْنَع

ْ

ِْثحوَغحلا

Artinya: ‚Hi}ra>bah.... adalah keluar untuk mengambil harta, atau membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan, dengan berpegang kepada kekuaan dan jauh dari pertolongan (bantuan)‛. 7

Adapun yang disampaikan oleh Syekh Abu Suja’ sebagai mana pendapat semua ulama’ berkata:

ْخعامطخقَو

ْ

ِْقحيِرمطلا

ْ

ىَلَع

ْ

ِْةَعَ بحرَأ

ْ

ْ هخجحوَأ

ْ

ْ:

احوخلَ تَقح نِإ

ْ

ْحَلَو

ْ

احوخذخخحأَي

ْ

َْلاَمحلا

ْ

احوخلِتخق

ْ،

ْ

ْحنِإَو

ْ

احوخلَ تَ ق

ْ

احوخذَخَأَو

ْ

َْلاَمحلا

ْ

احوخلِتخق

ْ

احوخ بِلخصَو

ْ،

َْْو

ْحنِإ

ْ

احوخذَخَأ

ْ

َْلَامحلا

ْ

ْحَلو

ْ

احوخلَ تحقَ ي

ْ

ْخعَطحقخ ت

ْ

ْحمِهحيِدحيأ

ْ

ْحمخهخلخجحرَاَو

ْ

ْحنِم

ْ ف َاِخ

ْ

ْحنِإَف،

ْ

احوخ فاَخَأ

ْ

ْحَلَوْ

احوخذخخحأَي

اَمْ

َِْْ

ْحَلَوْ

احوخلخ تحقَ ي

ْ

احوخسِبخح

ْ

احوخر زخعَو

Artinya: ‚Penjahat dijalan itu ada empat macam: (1) jika mereka membunuh tanpa mengambil harta, mereka di hukum bunuh, (2) jika mereka membunuh dan mengambil harta, mereka dihukum bunuh dan salib, (3) jika mereka mengambil harta tanpa membunuh, tangan dan kaki mereka dipotong dengan selang-seling, (4) jika mereka hanya menakut-nakuti tanpa mengambil harta dan tanpa membunuh, mereka ditawan dan dita’zir‛. 8

Syekh Abu Suja’ pada jenis kejahatan dijalan ke empat karena adanya

sifat menakuti, dalam islam masyarakat lebih diutamakan diatas perorangan

dan karenanya kepentingan masyarakatlah yang lebih didahulukan bukan

6 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, Abdul Hayyi Dkk, Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h 411.

7 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 94.

(13)

5

sebaliknya, karena setiap kriminal yang dilakukan mengganggu kedamaian

dan ketentraman masyarakat akan dianggap sebagai kejahatan terhadap

Allah.9 Adapun ketentuan dalam al-Quran tentang kejahatan dijalan ini

disampaikan dalam firman Allah SWT (Q.S. al-Ma>idah ayat 33):

اَزَجاَمَِإ

ْاخؤ

ْ

َْنيِذملا

ْ

َْنوخبِراَخُ

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

ْ

َْنوَعحسَيَو

ْ

ِْي

ْ

ِْضحرَحأا

ْ

ا داَسَف

ْ

ْحنَأ

ْ

احوخلم تَقخ ي

ْ

ْحوخ بملَصخيحوَأ

ْ

َْعمطَقخ تحوَأ

ْ

ْحمِهحيِدحيَأ

ْ

مخهخلخجحرَأَو

ْ

ْحن م

ْ ف َاِخ

ْ

احوَفح نخ يحوَأ

ْ

َْنِم

ْ

ِْضحرَحأا

ْْ َذ

َْكِل

ْ

ْحمخََ

ْ

ْ يحزِخ

ْ

ِْف

ْ

اَيح نُدلا

ْ

ْحمخَََو

ْ

ِْف

ْا

ِْةَرِخَحأ

ْ

ْ باَذَع

ْ

ْ ميِظَع

ْ

Artinya: ‚Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar‛ 10

Sebagaimana al-Asba>bun al-Nuzu>l surat al-Ma>idah ayat 33 di atas,

bahwa dalam suatu riwayat dikemukakan Abdul Malik bin Marwan menulis

surat kepada Anas, yang isinya menyatakan tentang ayat ini (QS. al-Ma>idah

ayat 33) Anas menjawab dengan menerangkan bahwa ayat tersebut berkenaan

dengan suku Urainah yang murtad dari agama Islam dan membunuh

penggembala unta serta membawa lari unta-untanya.11 Ada juga hadith

riwayat Imam Bukhori yang berkaitan dengan turunnya surat al-Ma>idah ayat

33 di atas sebagai berikut:

9 Abdurrohman, Tindak Pidana Dalam Shariat Islam (Shari’ah the Islamic Law),Wadi Masturi, Basri Iba Asghary, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h 2.

(14)

6

اَنَ ثمدَح

ْ

ْخةَبحيَ تخ ق

ْ

ْخنحب

ْ

ْ ديِعَس

ْ

اَنَ ثمدَح

ْ

ْمَْ

ْ دا

ْ

ْحنَع

ْ

َْبوُيَأ

ْ

ْحنَع

ْ

َِِْأ

ْ

َْةَب َاِق

ْ

ْحنَع

ْ

ِْسَنَأ

ْ

ِْنحب

ْ

ْ كِلاَم

ْمنَأ

ْ

ا طحَر

ْ

ْحنِم

ْ

ْ لحكخع

ْ

ْحوَأْ

َْلاَق

ْ

َْةَنح يَرخع

ْ

ََِْو

ْ

ْخهخمَلحعَأ

ْ

ْمِِإ

ْ

َْلاَق

ْ

ْحنِم

ْ

ْ لحكخع

ْ

اوخمِدَق

ْ

َْةَنيِدَمحلا

ْ

َْرَمَأَف

ْ

ْحمخََ

ْ

ُِِْمنلا

ْ

ىملَص

ْ

ْخهمللا

ْ

ِْهحيَلَع

ْ

َْمملَسَو

ْ

ْ حاَقِلِب

ْ

َْمَأَو

ْحمخَر

ْ

ْحنَأ

ْ

اوخجخرحََ

ْ

اوخبَرحشَيَ ف

ْ

ْحنِم

ْ

اََِاَوح بَأ

ْ

اَِِاَبحلَأَو

ْ

اوخبِرَشَف

ْ

ْمَّح

ْ

اَذِإ

ْ

اوخئِرَب

ْ

اوخلَ تَ ق

ْ

َْيِعامرلا

ْ

اوخقاَتحساَو

ْ

َْمَعم نلا

ْ

َْغَلَ بَ ف

ْ

َْكِلَذ

ْ

ْمِِمنلا

ْ

ىملَص

ْ

ْخهمللا

ْ

ِْهحيَلَع

ْ

َْمملَسَو

ْ

ْ ةَوحدخغ

ْ

َْثَعَ بَ ف

ْ

َْبَلمطلا

ْ

ِْي

ْ

ْحمِِرحثِإ

ْ

اَمَف

ْا

َْعَفَ تحر

ْ

ْخراَهم نلا

ْ

ْمَّح

ْ

َْءيِج

ْ

ْحمِِِ

ْ

َْرَمَأَف

ْ

ْحمِِِ

ْ

َْعَطَقَ ف

ْ

ْحمخهَ يِدحيَأ

ْ

ْحمخهَلخجحرَأَو

ْ

َْرَََْو

ْ

ْحمخهَ نخ يحعَأ

ْ

اوخقحلخأَف

ْ

ِْةمرَحْاِب

ْ

َْنوخقحسَتحسَي

ْ

َْاَف

ْ

َْنحوَقحسخي

َْلاَق

َْْأ

وخبْ

َْةَب َاِق

ْ

ِْء َِخؤَ

ْ

ْ محوَ ق

اوخقَرَس

ْ

اوخلَ تَ قَو

ْ

اوخرَفَكَو

ْ

َْدحعَ ب

ْ

ِِِْاَمِإ

ْحمْ

اوخبَراَحَو

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

12

Hadith diatas pada intinya menjelaskan bahwasannya beberapa orang

dari suku Ukul datang menghadap Nabi SAW di Madinah berpura-pura bahwa

mereka ingin memeluk Islam. Mereka mengeluh kepada Nabi SAW bahwa

cuaca di Madinah tidak cocok bagi mereka sehingga mereka mengalami

gangguan kesehatan. Karena itu nabi memerintahkan agar mereka dibawa

keluar Madinah untuk tinggal ditempat lebih baik bagi mereka dan minum

susu dari sapi milik negara. Namun mereka membunuh pemeliharanya dan

melarikan diri dengan membawa serta sapi tersebut. Ketika masalah terebut

dilaporkan kepada Nabi SAW, beliau memerintahkan agar mereka dikejar dan

dibawa kembali. Setelah tertangkap saat siang belum meninggi orang yang

diperintah tadi disuruh untuk memotong tangan dan kakinya serta

mencongkel matanya kemudian dihempaskan saja di sahara hingga

meninggal.13 Hukuman yang keji ini dapat disimpulkan sebagai pembalasan

terhadap kaum yang mencuri, membunuh dan memerangi Allah dan Rasulnya.

12 Bukhari, Sindi, Sahih al-Buh}ari bih}asiyat al-Imam al-Sind, (Lebanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2008), 335.

(15)

7

Dari keterangan dan modus kejahatan yang tersampaikan diatas dapat

disimpulkan indentik dengan kejahatan begal sebagaimana yang terjadi di

Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo yang dengan terdakwa yang bernama

Arsha Ardhita14 dan telah diputus perkaranya oleh Pengadilan Negeri Sidoarjo

dengan nomor putusan 526/Pid.B/2014/PN.Sda.

Tindakan pidana ini terjadi sekitar jam 01.00 di jalan raya Bay Pass15

Desa Keraton Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo terjadi pembegalan

kepada korban Alvian Ramadhan Santoso16 yang sedang duduk-duduk diatas

motor miliknya sendiri di sebrang jalan dan melihat balapan sepeda motor

liar, tiba-tiba korban dipukul pada bagian kepala oleh teman dari terdakwa

brlanjut diikuti oleh terdakwa. Hingga akhirnya teman-teman dari terdakwa

ikut memukuli korban dan rekan lainnya berusaha membubarkan orang-orang

yang melihat balapan motor.

Setelah dipukuli dan para pelaku berhasil mengambil barang milik

korban, pelaku dan rekannya langsung pergi dari tempat kejadihan

berbarengan dengan datangnya warga yang meneriaki maling dan berusaha

mengejar. Untungnya teman korban masih tidak jauh dari lokasi kejadian

14 Arsha Ardhita adalah terdakwa yang berumur 19 tahun/ 2 januari 1995, jenis kelamin Laki-laki, berkebangsaan Indonesia, bertempat tinggal di Dusun Jrebeng RT 02 RW 02 Desa Sidomulyo, Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, beragama Islam dan statusnya adalah Swasta, Berkas Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda

15

Baypass atau jalan elak adalah jalan yang dibuat unutuk mengelak dari kawasan padat, kota, kampung, atau desa tertentu sehingga lalulintas terusan dapat melewati kawasan tersebut dengan gangguan samping yang minimal sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalulintas.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/jalan_elak, diakses pada 17 Juni 2015

(16)

8

yang sebelumnya telah diancam oleh teman-teman terdakwa untuk

membubarkan diri dari tempat kejadian, yang kemudian membantu korban

untuk pergi ke Rumah Sakit.

Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis

tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut sebagai Skripsi dengan

judul ‚Kejahatan Begal Perspektif Hukum Pidana Islam dan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana‛ (Studi Kasus Putusan Nomor:

526/Pid.B/2014/PN.Sda) Hal tersebut didasarkan dengan kurang efektifnya

hukuman yang di jatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo

yang hukumannya tidak memberikan efek jerah bagi pelaku-pelaku yang

lainnya, sehingga pasca putusan ini semakin banyak kejahatan serupa yang

terjadi yang akibatnya meresahkan masyarakat sehingga mereka merasa tidak

mendapatkan perlindungan keamanan dari kejahatan begal tersebut.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari beberapa paparan latar belakang di atas dapat diketahui beberapa

pokok yang ingin dikaji sebagai berikut:

1. Kejahatan Begal Perspektif Hukum Pidana Islam dan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan

(17)

9

3. Analisis Yuridis Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang

Perampasan Sepeda Motor Dengan Kekerasan.

4. Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan

Kekerasan.

Masalah kejahatan begal masih memuat masalah yang bersifat umum,

sehingga diperlukan pembatasan masalah dalam pembahasannya, dalam hal

ini pembatasan masalahnya dapat ditarik sebagai berikut:

1. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan

Kekerasan.

2. Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan

Kekerasan.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, supaya lebih peraktis

dan operasional, maka penulis mengambil beberapa rumusan masalah yang

(18)

10

1. Apa Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan

Kekerasan?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan

Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Perampasan Sepeda Motor Dengan

Kekerasan?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas dari penelitian yang sudah

pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas

bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau

duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.17

Diyah Mujahidah, dalam tulisannya yang berjudul ‚Analisis Terhadap

Delik Perampokan (Studi Perbandingan Antara Hukum Pidana Islam Dan

KUHP‛18 dari isi skipsi ini dapat disimpulkan bahwasannya diya

memfokuskan penelitiannya kepada masalah kriteria dan sanksi delik

perampokan menurut hukum pidana islam dan hukum pidana positif (KUHP)

serta mencari persamaan dan perbedaan diantara keduanya yang hanya

17 Tim Penyususn Fakultas Shariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, ( Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014 ) 8.

(19)

11

menganalogikan saja dari kriteria dalam hukum pidana islam dengan hukum

positif (KUHP) tentang delik perampokan.

Isna Wiqoya,19dalam skripsinya ‚Sanksi Tindak Pidana Pencurian

Dengan Kekerasan Perspektif Hukum Pidana Islam‛ dalam isi skripsinya dia

hanya membahas tentang kriteria dan sanksi tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dalam hukum pidana positif dan tinjauan dari hukum pidana islam.

Siswo Hadi Santoso, dalam Tulisannya ‚Sanksi Hukum Dalam

Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No. 253/PID.B/1995/PN. SDA Tentang

Perampokan Disertai Penganiayaan Ditinjau Dari Filsafat Hukum Pidana

Islam.20 Yang inti dari tulisannya adalah untuk mengetahui landasan hukum

yang dipakai oleh Hakim saat menyelesikan perkara tentang tindak pidana

perampokan yang disertai dengan penganiayaan dan meninjau putusan dari

Pengadilan Negeri sidoarjo tersebut dengan Filsafat Hukum Islam. Siswo

Hadi Santoso lebih mengkaji kepada materi putusannya karena dakwaan

dengan pasal 365 tidak terbukti melainkan terbukti sebagai kejahatan

penganiayaan sehingga dijerat dengan pasal penganiayaan dan dia

meninjaunya dengan Jari>mah yang dikenai qis}as}.

Sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang kejahatan

begal yang kejahatannya khusus dilakukan di jalan dan objeknya adalah para

19 Isna wiqoya,‛Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Perspektif Hukum Pidana Islam‛(Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008) 75.

(20)

12

pengendara yang sedang melintas atau berada di jalan umum, sebagaimana

yang telah tersampaikan beberapa kejadian di penjelasan latar belakang di

atas dengan menitik beratkan kepada bagaimana pertimbangan Hukum Hakim

dalam putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda tentang perampasan sepeda

motor dengan kekerasan serta bagaimana tinjauan Hukum Pidana Islam dan

Undang-Undang Hukum Pidana terhadap pertimbangan Hukum Hakim dalam

putusan Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda tentang perampasan sepeda motor

dengan kekerasan.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai sejalan dengan pertanyaan –

pertanyaan di atas yaitu :

1. Untuk Mengetahui Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda Motor Dengan

Kekerasan.

2. Untuk Mengetahui Tinjauan Hukum Pidana Islam dan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana Terhadap Pertimbangan Hukum Hakim dalam

Putusan Nomor 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang Perampasan Sepeda

(21)

13

F. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki nilai kegunaan pada dua

aspek :

1. Aspek keilmuan, untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang

Kejahatan Begal Perspektif Hukum Pidana Islam dan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Aspek terapan praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan

dan dapat bermanfaat khususnya bagi aparat penegak hukum di

Indonesia

b. Untuk menambah kesadaran masyarakat tentang penegakan sanksi

hukum tindak kejahatan begal bagi yang beragama Islam maupun non

Islam

c. Penyusunan skripsi ini sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan

akademis dan memperoleh gelar sarjana dalam Jurusan Siyasah

Jinayah pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber penyuluhan

demi kesadaran adanya hukum yang diberlakukan kepada masyarakat yang

(22)

14

G. Definisi Operasional

1. Kejahatan Begal : Kejahatan begal yang dimaksud adalah

perampasan sepeda motor di jalan dengan kekerasan di wilayah hukum

Pengadilan Negeri Sidoarjo yang terdapat dalam putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda.

2. Hukum Pidana Islam (Fiqh Ji>nayah) : ketentuan hukum islam yang

merupakan pemahaman dari Imam Syafi’i dan Imam Hanafi terhadap

jari>mah h}ira>bah yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadith.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) : adalah peraturan

tentang pidana umum khususnya pada pasal 365 tentang pencurian dengan

kekerasan yang terdiri dari empat ayat.

H. Metode Penelitian

1. Data yang Dikumpulkan

Merujuk pada uraian latar belakang dan rumusan yang diambil, maka

penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pustaka (library research).

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.21

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:

21

(23)

15

a. Data tentang pertimbangan hukum Hakim dalam Putusan Nomor

526/Pid.B/2014/PN.Sda

b. Data tentang pembegalan dalam tinjauan Hukum Pidana Islam dan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Sumber Data

Data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta dan data

yang diperoleh baik dari sumber sekunder maupun sumber primer.

Data-data yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini adalah Data-data Kualitatif.

Data kualitatif adalah penelitian yang data umumnya dalam bentuk narasi

atau gambar-gambar.22

a. Data primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat.23 Adapun data

primer yang digunakan penulis adalah :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana BAB XXII tentang

Pencurian.

2) Dokumentasi peradilan tingkat pertama Putusan Pengadilan

Negeri Sidoarjo Nomor 526/Pid.B/2014/PN Sda. Menerangkan

tentang kasus perampasan sepeda motor yang dilakukan oleh

terdakwa ARSHA ARDHITA di jalan Bay Pass Desa Kraton

Kec. Krian Kab. Sidoarjo atau setidak-tidaknya pada suatu

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum

22

Ronny Kountur, Metode Penelituan (untuk Penelitian Skripsi dan Thesis), cet II. (Jakarta: PPM, 2004), hal.16.

23

(24)

16

Pengadilan Negeri Sidoarjo yang berwenang dan mengadili

perkara ini.

b. Sumber Sekunder yaitu data yang mendukung atau data tambahan

bagi data primer. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung

diperoleh peneliti dari subyek penelitian.24 misalnya :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Soesilo.

2) Wahbah al-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu.

3) Al-Bukhari, al-Sindi, Sah}ih} al-Bukhari Bih}asiyat al-Imam al-Sindi.

4) Kaidah Fiqh Ji>nayah (Asas-Asas Hukum Pidana Islam) Karangan

Jaih Mubarok dkk,.

5) Sumber-sumber lain dari literatur yang terkait dengan pembahasan

skripsi ini.

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini, teknik yang digunakan adalah wawancara dan

dokumentasi.

a. Wawancara adalah suatu percakapan tanya jawab lisan yang

diarahkan pada suatu masalah tertentu,25 dalam hal ini

berkaitan dengan pertimbangan hukum Hakim terkait Putusan

Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda di Pengadilan Negeri Sidoarjo.

b. Dokumentasi adalah menghimpun data yang menjadi

kebutuhan penelitian dari berbagai dokumen yang ada baik

24 Ibid.,31

(25)

17

berupa putusan, buku, artikel, koran dan lainnya sebagai data

penelitian. Sehingga teknik inilah yang penulis gunakan untuk

melengkapi data yang berkaitan dengan skripsi ini.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah seluruh data terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapan

– tahapan sebagai berikut :

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah

diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna,

keselarasan dan kesesuaian antara data primer dan sekunder.

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data – data yang

telah diperoleh sesuai dengan yang direncanakan.

c. Analyzing, yaitu melakukan analisis lanjutan secara kualitatif

terhadap hasil pengorganisasian dengan menggunakan kaidah, teori,

dan dalil yang sesuai, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai

pemecahan/dari rumusan masalah yang ada.

3. Teknik Analisa Data

Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik deskriptif

dan perspektif. Teknik deskriptif yaitu suatu teknik yang memberikan

gambaran terhadap masalah yang dibahas dengan menyusun fakta – fakta

sedemikian rupa sehingga membentuk konfigurasi masalah yang dapat

dipahami dengan mudah. Dalam hal ini akan mendeskripsikan tentang

(26)

18

pelaku yang bisa dikenai hukuman dan jenis-jenis hukuman untuk

kejahatan begal.

Sedangkan perspektif yaitu sudut pandang dan sekaligus

menemukan persamaan dan perbedaan yang dilakukan secara kritis

terhadap data yang diperoleh baik dari segi ide maupun pandangan

pemikirannya yang ada dalam data. Teknik ini berupaya membandingkan

pemikiran ide, pandangan terhadap suatu masalah tertentu sekaligus

menemukan persamaan dan perbedaan. Dalam hal ini yang akan kami

komparasikan adalah tentang pengertian fakta begal, unsur-unsur

kejahatan begal, syarat-syarat pelaku begal, dan jenis-jenis hukuman bagi

pelaku kejahatan begal menurut hukum pidana Islam dan KUHP.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, dan agar

permasalahannya mudah dipahami, secara sistematis dan lebih terarah,

pembahasannya disusun dalam bab-bab yang tiap-tiap bab terdiri sub bab

sehingga menimbulkan keterkaitan yang sistematis. Untuk selanjutnya

sistematika pembahasan disusun sebagai berikut :

1. Bab Pertama, pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan yang

menjelaskan gambaran umum yang memuat pola dasar penulisan skripsi

ini, yaitu meliputi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah,

(27)

19

penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

2. Bab Kedua berisi Landasan Teori, yang mengemukakan tentang

pengertian kejahatan begal, syarat-syarat pelaku, sanksi dan pelaksanaan

hukuman bagi pelaku kejahatan begal menurut Hukum Pidana Islam dan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

3. Bab Ketiga menjelaskan tentang data hasil penelitian yang terdiri dari

deskripsi terjadinya kejahatan begal di wilayah Pengadilan Negeri

Sidoarjo, putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor:

526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang perampasan sepeda motor dengan

kekerasan, serta pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam putusan

Nomor: 526/Pid.B/2014/PN.Sda Tentang perampasan sepeda motor

dengan kekerasan.

4. Bab Keempat, berisi analisis fikih jinayah yang memaparkan tentang

analisa terhadap perampasan sepeda motor dengan kekerasan yang

dianalisa dengan fikih jinayah dan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana.

5. Bab Kelima berisi penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan

(28)

20

BAB II

KEJAHATAN BEGAL MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

A. Kejahatan Begal Menurut Hukum Pidana Islam

Membicarakan Kejahatan Begal dalam perspektif Hukum Pidana Islam

bertujuan untuk memahami kejahatan begal dalam pandangan Hukum Pidana

Islam dari dua imam Madzhab yakni Imam Syafi’I dan Imam Hanafi yang

berkaitan dengan pengertian, jenis hukuman (jari>mah), unsur-unsur,

syarat-syarat pembegalan serta sanksi dan pelaksanaan hukuman kejahatan begal.

Sistematika dimaksud diuraikan sebagai berikut.

1. Pengertian Kejahatan Begal

Begal pada dasarnya merupakan bentuk majas dari mencuri, hanya

saja secara bentuk perbuatannya begal memiliki ciri sendiri dalam

perbuatannya yakni melakukan perampasan di jalan1 sebagaimana dalam

hukum pidana Islam perbuatan perampasan dijalan atau pembegalan

dikenal dengan jari>mah hira>bah atau Qat}’u al-T}a>riq.

Kemudian h}ira>bah terambil dari kata al-H}arb, yang artinya perang,

antomin dari damai. Sedangkan Pengertian dasarnya adalah ‚melampaui

1

(29)

21

batas dan merampas harta benda milik orang lain,2 sedangkan Qat}’u a

l-T}a>riq disebut dengan para pemutus jalan, karena membuat terputusnya

orang-orang yang lewat di jalan disebabkan takut dengan mereka

(pelaku).3 Adapun ayat yang menjadi dasar hukum hira>bah atau Qat}’u a

l-T}a>riq terdapat dalam al-Quran surat al-Ma>idah ayat 33;

اَزَجاَمَِإ

ْاخؤ

ْ

َْنيِذملا

ْ

َْنوخبِراَخُ

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

ْ

َْنوَعحسَيَو

ْ

ِْي

ْ

ِْضحرَحأا

ْ

ا داَسَف

ْ

ْحنَأ

ْ

احوخلم تَقخ ي

ْ

ْحوخ بملَصخيحوَأ

ْ

َْعمطَقخ تحوَأ

ْ

ْحمِهحيِدحيَأ

ْ

مخهخلخجحرَأَو

ْ

ْحن م

ْ ف َاِخ

ْ

احوَفح نخ يحوَأ

ْ

َْنِم

ْ

ِْضحرَحأا

ْْ َذ

َْكِل

ْ

ْحمخََ

ْ

ْ يحزِخ

ْ

ِْف

ْلا

اَيح نُد

ْ

ْحمخَََو

ْ

ِْف

ْ

ِْةَرِخَحأ

ْ

ْ باَذَع

ْ

ْ ميِظَع

ْ

Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar 4

Dalam al-Quran Allah menamakan h}ira>bah sebagai orang yang

memerangi Allah dan Rasulnya dan orang yang berbuat kerusakan di

muka bumi. Imam Syafi’i memberikan pengertian h}ira>bah sebagai berikut:

ْحةَباَرِحْا

ْ.

...

َْيِ

ْ

ْخح ا

ْخجحوخر

ْ

ِْذحخَِِ

ْ

ْ لاَم

ْ

ْحوَأْ

ْ لحتَقِل

ْ

ْحوَأْ

ْ باَعحرِإ

ْ

ْ ةَرِباَكخم

ْ

ا داَمِتحعِا

ْ

ىَلَع

ْ

ِْةَكحومشلا

ْ

َْعَم

ْ

ِْدحعخ بحلا

ْ

ِْنَع

ْ

ِْثحوَغحلا

Artinya: ‚h}ira>bah.... adalah keluar untuk mengambil harta, atau membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan, dengan berpegang kepada kekuatan dan jauh dari pertolongan (bantuan)‛. 5

2

Kementrian Agama Ri, al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), Jakarta, Widya Cahaya 2011, 389

3

Al-Imam Taqiyyudin…, 111.

4

Departemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Penerbit J-ART, 2004), h 113.

5

(30)

22

sedangkan dalam pendapat lain yang disampaikan oleh Imam

Hanafi memberikan pendapat sebagai berikut:

جور ا

ْ

ىلع

ْ

ةرا ا

ْ

ذخأ

ْ

لا ا

ْ

ىلع

ْ

ليبس

ْ

ةبلاغ ا

ْ

ىلع

ْ

هجو

ْ

عنتم

ْ

ةرا ا

ْ

نع

رور ا

ْ

عطقنيو

ْ

قيرطلا

ْ

ءاوس

ْ

ناك

ْ

عطقلا

ْ

نم

ْ

ةعام

ْ

وا

ْ

نم

ْ

دحاو

ْ

دعب

ْ

نا

نوكي

ْهل

ْ

ةوق

ْ

عطقلا

ْ

ْوسو

ءاْ

ناك

ْ

عطقلا

ْ

حاسب

ْ

وأ

ْ

رغ

ْ

نم

ْ

اصعلا

Artinya: ‚Perbuatan mengambil harta secara melawan dari orang-orang yang melintasi jalan baik dilakukan secara berkelompok atau sendirian dengan syarat memiliki kekuatan baik menggunakan senjata tajam atau selainnya seperti tongkat‛.6

Bebrapa definisi di atas melahirkan kaidah sebagai berikut:

بارْا

ةْ

وْ

ذخا

ْ

لا ا

ْ

ىلع

ْ

ليبس

ْ

ةبلاغ ا

ْ

Artinya: ‚Pembegalan adalah pengambilan harta yang dilakukan secara terang-terangan.‛7

Sehingga dari keseluruhannya dapat disimpulkan bahwa

pembegalan adalah pengambilan harta secara terang-terangan dengan

menakut-nakuti, serta melakukan kekerasa yang dilakukan oleh satu orang

atau lebih kepada pengguna jalan yang mengakibatkan terputusnya

perjalanan korban.

2. Jenis-jenis Jari>mah dan Hukumannya

Dalil jari>mah sebagai berikut:

ْ تاَرحوخظحََ

ْ

ْ ةميِعحرَش

ْ

ْخهمللاَرَجَز

ْ

اَهح نَع

ْ

ْ دَِِ

ْ

ْحوَاْ

ْ رحيِزحعَ ت

6

Faizal, Mubarok, Kaidah Fiqh Jinayah (Asas-asas Hukum Pidana Islam), (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 151.

7

(31)

23

Artinya: larangan-larangan shara’ (yang apabila dikerjakan) diancam Allah dengan h}ad atau ta’zi>r.8

Dan Abdul Qadir Audah menjelaskan kata

ْ تاَرحوخظحََ

(larangan) sebagai berikut:

اممِإ

ِْْإ

ْخناَيح ت

ْ

ْ لحعِف

ْ

ْ يِهحنَم

ْ

ْخهحنَع

ْ

ْحوَاْ

َْ ت

ِْكحر

ْ

ْ لحعِف

ْ

ِْهِب رحوخمحأَم

ْ

Artinya: ‚yang dimaksud dengan mahdhurat (larangan) adalah melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang atau meninggalkan sesuatu perbuatan yang diperintahkan‛.9

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa jari>mah sebagai

perbuatan dosa, bentuk, macam atau sifat dari perbuatan dosa tersebut.

Misalnya pencurian, pembunuhan, dan sebagainya. Selanjutnya dari

pandangan atau aspek yang ditonjolkan, jari>mah dapat dibagi menjadi

bermacam-macam bentuk dan jenis. Diantaranya adalah:

a. Pelaksanaannya

Jari>mah ini adalah tentang pelaku melaksanakan jari>mah

tersebut. Kalau pelaku melakukan perbuatan yang dilarang, maka dia

telah melakukan jari>mah secara Ijabiyyah yang artinya aktif dalam

melakukan jari>mah tadi, atau dalam hukum positif disebut dengan

delict commisionis.10 Contoh perilaku ini adalah melakukan zina,

mencuri, membunuh, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Kemudian

melanggar peraturan yang diperintahkan dalam kejadian seperti ini

pelaku dikenai jari>mah Salabiyyah yang artinya pelaku pasif tidak

8

Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Bandung: Pustaka Setia, 2010) 14.

9

Ibid., 14.

10

(32)

24

melakukan sesuatu atau dalam hukum positif dinamai delict

ommisionis.11

b. Niatnya

Pembagian jari>mah dari sudut pandang niatnya ini, terbagi ke

dalam dua bagian yakni jari>mah yang dilakukan dengan sengaja dan

kemudian jari>mah yang dilakukan dengan tidak sengaja. Perbuatan

jari>mah dengan sengaja ini disebut dengan jari>mah al-maqs}udah,

karena diniati bahkan direncanakan. Sedangkan jari>mah yang

dilakukan dengan tidak sengaja di sebut dengan jari>mah ghairu

maqs}ud.12

c. Objeknya

Aspek yang juga dapat membedakan ini adalah apakah korban

dari pelaku jari>mah ini perorangan ataukah sekelompok masyarakat.

Jika yang menjadi korban itu adalah perorangan maka disebut dengan

jari>mah perorangan karena menyangkut hak hamba atau manusia

individu yang lebih dominan daripada hak Allah SWT. Sedangkan jika

yang menjadi korban itu adalah sekelompok masyarakat maka jari>mah

tersebut menjadi hak jama’ah atau hak Allah SWT,13 karena yang

berkaitan dengan hak jama’ah merupakan hak Allah SWT dan telah

ditetapkan secara khusus hukumannya dalam al-Quran.

11

Hakim, Hukum..., 23.

12

Hakim, Hukum..., 24.

13

(33)

25

d. Bobot Hukuman

Para ulama’ membagi masalah jinayah menjadi tiga bagian,

yakni h}udu>d, qis}as}, dan ta’zi>r . Pembagian ini berdasarkan bobot

hukuman yang diberikan kepada pelaku jari>mah, dan hukuman itu

sendiri berdasarkan atas ada tidaknya dalam al-Quran atau al-Hadith.14

1) Jari>mah H}ud>d

Jari>mah h}udu>d adalah suatu jari>mah yang bentuk hukuman dan

ukurannya telah ditentukan dan ditetapkan oleh agama berdasarkan

al-Qur’an maupun al-Hadith.15

Kata h}udu>d secara bahasa artinya adalah al-man’u (mencegah,

menghalangi). Kalimat h}udu>d berasal dari firman Allah SWT surat

al-Baqarah ayat 229 sebagai berikut:

ْحنَمَو

ْ

ْمدَعَ تَ ي

ْ

َْدحوخدخح

ْ

ِْهلملا

ْ

َْكِئَلوخأَف

ْ

ْخمخْ

َْنحوخمِلامظلا

ْ

Artinya: ‚dan barang siapa yang melanggar H}udu>d (hukum-hukum Allah), maka mereka adalah orang aniaya‛.16

Sanksi dan hukuman disebut h}udu>d karena hukuman tersebut bisa

mencegah dari melakukan tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan

terkena hukuman tersebut, karena merupakan h}udu>d mah}arim atau hak

14

Hakim, Hukum..., 25.

15

Hakim, Hukum..., 26.

16

(34)

26

Allah SWT (ketentuan-ketentuan Allah SWT yang tidak boleh dilanggar),

karena itu adalah hal-hal yang dilarang.17

Hukuman pada jari>mah h}udu>d ini sangat terbatas menurut Imam

Hanafi terdapat lima jari>mah yaitu: jari>mah zinah, Qadzf (menuduh orang

lain telah berbuat zinah), pencurian yang mencakup h}ira>bah atau Qat}’u at}

-T}a>riq (Pembegalan) karena Hanafi menyamakan jenis tindakannya adalah

sama-sama mencuri atau mengambil harta namun perbedaannya dari cara

dan tempat kejadiannya yakni pencurian kecil sebagaimana pencurian,

kemudian pencurian karena dilakukannya dengan cara terang-terangan

atau merampas diluar rumah, menenggak Khamr dan hukuman mabuk

karena menenggak minuman keras.18 Sedangkan Imam Syafi’i membagi

jari>mah yang tergolong dalam h}udu>d tujuh jari>mah yaitu: Riddah atau

murtad, H}ira>bah, bughah atau pemberontak, zina, qadzaf, pencurian dan

minum khamr.19

Dengan ketentuan hukuman yang telah ditentukan ini dan

memiliki sanksi berat maka seorang hakim dalam menjatuhkan hukuman

cukup dengan mengumpulkan bukti yang diperlukan sehingga bisa

dijatuhi hukuman h}udu>d dengan sempurna, namun jika tidak didapati

bukti yang sempurna maka hakim bisa melakukan ijtihad karena jar>imah

h}udu>d berkaitan dengan hilangnya nyawa atau organ tubuh jika di

voniskan sehingga terdapat kaidah sebagai berikut:

17

Az-Zuhaili ..., 236.

18

Az-Zuhaili..., 256.

(35)

27

ْحنَا

ْ

َْئِطحََ

ْ

ْ ماَمِا

ْ

ِْف

ْ

ِْوحفَعحلا

ْ

ْ رح يَخ

ْ

ْحنِم

ْ

ْحنَا

ْ

َْئِطحََ

ْ

ِْف

ْ

ِْةَبحوخقخعحلا

Artinya: ‚kesalahan dalam memaafkan bagi seorang imam lebih baik daripada kesalahan dalam menjatuhkan sanksi‛20

Oleh karena itu jika dalam penjatuan hukuman h}udu>d terdapat

kesamaran maka hindarilah hukuman hu}du>d tersebut, sebagaimana kaidah

berikut:

ْخؤَرحدِا

ْ

َْدحوخدخحْا

ْ

ِْتاَهح بُشلاِب

ْ

Artinya: ‚hindarilah hukuman h}udu>d karena ada keraguan (shubha>t)21

2) Jari>mah Qis}as}/ Diat

Jari>mah qis}as} adalah tindak pidana yang hukumnya berbalas, yaitu

berutang nyawa dibayar dengan nyawa, berutang anggota badan dibayar

dengan anggota badan sebagaimana arti kata dari al-qas}as} yang artinya

mengikuti jejak, dan kata ini juga berarti muma>tsalah (kesepadanan,

kesamaan)22 Namun dalam hal mendapatkan maaf dari korban atau

walinya maka dibayar dengan denda menurut ukurannya bila ada hal-hal

yang membolehkan denda.23

Adapun ketentuannya dalam firman Allah (Q.S. al-Baqarah ayat

178):

20

Hakim, Hukum..., 27.

21

Hakim, Hukum..., 27.

22

Az-Zuhaili..., 589.

(36)

28                                                                     

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.24

Sehingga dapat dimengerti diat sebagai keringanan dari Allah

SWT sehingga tidak dihukum qis}as}, adapun solusi lain jika hukuman qis}as}

tidak bisa dilakukan karena tidak memungkinkan dilakukan perlukaan

yang sama seperti yang dilakukan pelaku maka yang wajib didalamnya

adalah ursh.25

 ْ   ْ  ْ   ْ  ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ   ْ  ْ   ْ  ْ  ْ   ْ  ْ   ْ   ْ  ْ  ْ  ْ   ْ  ْ  ْ   ْ  ْ   ْ   ْ   ْ  ْْْ ْ

Artinya: dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata,

24

Departemen…, 27. 25

(37)

29

hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (Q.S. al-Ma>idah ayat 45).26

Kejahatan fisik terhadap kepala disebut shajjah yang ursh-nya

tidak ditentukan oleh shara’ namun dikenal dengan h}ukumah ‘adl27,

seperti menghilangkan rambut menurut Imam Syafi’i disamakan seperti

meretakkan tulang rusuk, meretakkan tulang hidung dan meretakkan

setiap tulang tubuh selain gigi.28ulama Syafi’i menghitung besaran

h}ukumah disesuaikan dengan kadar yang berkurang karena luka shajjah itu

dengan patokan diat, jika korban adalah orang merdeka atau seorang

budak maka patokkannya adalah sepersepuluh dari diat pembunuhan.29

Menurut Hanafi ada sebelas macam shajjah yakni sebagai berikut:30Luka

ha>ris}ah, Luka d}a>mi’ah, Luka da>miyah (berdarah), Luka ba>d}I’ah, Luka

mutala>himah, Luka simha>q,. Sedangkan ulama’ Syafi’iyah menyebut luka

ini dengan istilah luka malt}a>t}, yaitu luka yang menghilangkan daging

hingga yang tersisanya hanya selaput lembut yang berada di atas tulang

(selaput tulang). Luka muwad}d}ihah, Luka ha>shimah, Luka munaqqilah

Luka a>mmah atau luka ma’mu>mah, yaitu luka yang menembus hingga

26

Departemen…, 115. 27 H}ukumah „Adl adalah

ursh atau kompensasi ganti rugi yang besarannya tidak ditentukan oleh shara’, akan tetapi penentuan besarannya diserahkan kepada kebijakan Hakim. Az-Zuhaili, Fiqih..., 683.

28

Az-Zuhaili..., 683. 29

Az-Zuhaili..., 684. 30

(38)

30

keselaput otak, yaitu kulit yang terletak dibawah tulang tengkorak diatas

otak (selaput otak). Luka da>mighah.

Adapun ulama’ Syafi’i membuang luka kedua yaitu da>mi’ah,

kemudian menyebut luka pertama dengan luka kha>ris}ah yaitu luka yang

menggores kulit.31 Sedangkan untuk jenis yang lainnya ulama Syafi’i

sependapat dengan macam-macam diatas. Namun dari keseluruhan luka

diantara Syafi’i dan Hanafi luka yang bisa dikenai qis}as} adalah luka

muwad}d}iha berdasarkan keumuman ayat dalam surat al-Ma>idah.32 Dalam

hal diberi maaf maka harus menggantinya dengan diat yang nilainya

sebagaimana hadits berikut:

َْأْ عحيَرخزْخنحبْخديِزَيْاَنَرَ بحخَأَْةَدَعحسَمْخنحبْخدحيَخْْاَنَ ثمدَح

ْوِرحمَعْحنَعْخم لَعخمحلاْ حَْسخحْاَنَرَ بحخ

ْ بحيَعخشِْنحب

ْحنَعِْهيِبَأْحنَع

ِْ دَج

ْ سحََْ سحََِْحِضاَوَمحلاْ ِيَْلاَقَْمملَسَوِْهحيَلَعْخهمللاْىملَصْمِِمنلاْمنَأ

وخبَأَْلاَق

ْ نَسَحْ ثيِدَحْاَذَْىَسيِع

ِْعحلاِْلحَأَْدحنِعْاَذَْىَلَعْخلَمَعحلاَو

ْ يِرحوم ثلاَْناَيحفخسْخلحوَ قَْوخَوِْمحل

َْوَْدَحَْأَوْ يِعِفامشلاَو

َْحِضوخمحلاْ ِيْمنَأَْقَححسِإ

ِْلِبِحْاْحنِمْا سحََ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas'adah, telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Zurai' telah mengabarkan kepada kami Husain Al Mu'allim dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang luka-luka yang menampakkan tulang: "Diatnya lima, lima." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan dan diamalkan oleh para ulama dan merupakan pendapat Sufyan Ats Tsauri, Asy Syafi'i, Ahmad dan Ishaq bahwa untuk luka-luka yang menampakkan tulang adalah sebesar lima ekor unta.33

3) Jari>mah Ta’zi>r

Jari>mah ta’zi>r menurut arti katanya adalah at-ta’dib artinya

31

Az-Zuhaili..., 685. 32

Az-Zuhaili..., 685. 33

(39)

31

memberi pengajaran. Dalam fiqh ji>nayah, ta’zi>r merupakan suatu bentuk

jari>mah yang bentuk atau macam jari>mah serta hukuman (sanksi) ini

ditentukan oleh penguasa.34Hanafi mengatakan bahwa hukuman ta’zi>r

apabila menyangkut hak adami (hak pribadi individu) maka wajib dan

harus dilakukan, tidak boleh ditinggalkan,35 Hukuman ta’zi>r ini tidak

memberi batasan, bahkan bisa sampai pada hukuman mati apabila

pelakunya ini adalah seorang residivis dalam suatu kejahatan tertentu

menurut Imam Hanafi dan hukuman ta’zi>r dalam bentuk bunuh itu

dikenal dengan istilah al-Qat}lu shia>satan yakni hukuman ta’zi>r dalam

bentuk hukuman mati apabila hakim dengan kemampuan ijtihad melihat

adanya kemaslahatan didalamnya dan kejahatan yang dilakukan adalah

sejenis dengan kejahatan yang diancam dengan hukuman bunuh.36 Namun

dalam hal hak Allah swt, masalahnya dipasrakan kepada kebijakan dan

pandangan imam.37 Adapun contoh kasusnya adalah mencuri yang tidak

sampai 10 dirham (merupakan batas minimal h}ad mencuri) menurut

hanafi.38

3. Unsur dan Syarat Pembegalan

Unsur-unsur pembegalan atau jari>mah hira>bah menurut Imam

Syafi’i diambil dari bentuk perbuatan yang dilakukan yakni pertama,

merampas hartanya saja. Kedua, membunuh saja tanpa disertai dengan

34

Hakim, Hukum.., 30.

35

Az-Zuhaili..., 535.

36

Az-Zuhaili..., 526. 37

Az-Zuhaili..., 535. 38

(40)

32

perampasan. Ketiga, membunuh disertaidengan perampasan harta.

keempat, menakut-nakuti saja.39 Sedangkan Imam Hanafi diambil dari

bentuk perbuatan yang dilakukan yakni pertama, para pelaku merampas

hartanya saja atau mengambil dengan perlawanan. Kedua, mereka hanya

membunuh tanpa disertai dengan perampasan. Ketiga, mereka membunuh

dan merampasan harta. keempat, mereka hanya menakut-nakuti saja.40

Hukuman h}udu>d atas jari>mah h}ira>bah atau pembegalan dapat

dijatuhkan kepada pelaku jika telah memenuhi sejumlah syarat.

Diantaranya ada syarat-syarat untuk pelaku pembegalan, dan syarat-syarat

TKP (tempat kejadian aksi pembegalan).

a. Syarat-syarat Pelaku Pembegalan

Syarat bagi pelaku yakni bisa kelompok tersebut atau setiap

orang yang melakukan secara langsung maupun secara tidak langsung

perbuatan tersebut sebagaimana menurut Imam Hanafi bahwa orang

yang ikut terjun secara langsung dalam mengambil harta, membunuh,

atau mengintimidasi termasuk pelaku pembegalan. Demikan pula

orang yang yang ikut memberikan bantuan, baik dengan cara

permufakatan, suruhan, pertolongan, maupun pertolongan itu semua

tergolong pelaku pembegalan.41

39

Az-Zuhaili…, 418.

40

Az-Zuhaili…, 418.

41

(41)

33

Sedangkan menurut Imam Syafi’i pelaku pembegalan adalah

orang yang secara langsung melakukan pembegalan, sedangkan orang

yang tidak ikut terjun melakukan perbuatan, walaupun ia hadir di

tempat kejadian, tidak dianggap sebagai pelaku hanya dianggap

sebagai pembantu atau ar-rid’u sehingga di ancan dengan hukuman

ta’zir.42Syarat pembegalan selanjutnya adalah tentang subjeknya ia

haruslah orang yang berakal dan mukallaf.

b. Syarat-syarat Korban Pembegalan

Syarat-syaratnya yang menjadi korban pembegalan ada dua,

yaitu:43

1) Korban pembegalan adalah orang Muslim atau Kafir Dhimmi.

Sehingga apabila korbannya adalah orang kafir h}arbi musta’man,

pelaku pembegalan tidak dikenai hukuman h}udu>d. Karena

kehormatan dan keterlindungan harta orang kafir h}arbi musta’man

adalah tidak mutlak, akan tetapi di dalamnya terdapat unsur

syubhat kemubahan.

2) Tangan korban pembegalan atas harta yang dirampas adalah

tangan yang sah, yaitu berupa tangan kepemilikan, tangan amanat

atau tangan yang menanggung. Oleh karena itu jika tangannya

tidak seperti itu, maka pelaku pembegalan tidak dikenai hukuman

h}udu>d.

42

Ahmad Wardi Muslich, Hukum…, 96. 43

(42)

34

c. Syarat sesuatu (Harta) yang dibegal

Syarat sesuatu atau harta yang yang dibegal menurut Imam

Hanafi pertama, haruslah mencapai nis}ab yang nilainya setara dengan

sepuluh dirham atau satu dinar. Pendapat ini berdasarkan kepada

hadits nabi berikut:

َََُْأَْوخَوْخهخظحفَلْاَذََوُْ ِِ َاَقحسَعحلاْ يِرمسلاْ َِِأْخنحبْخدممَخََوَْةَبحيَشْ َِِأْخنحبْخناَمحثخعْاَنَ ثمدَح

َْلاَق

َْنَ ثمدَح

َْعْىَسوخمِْنحبَْبوُيَأْحنَعَْقَححسِإِْنحبِْدممَخَْحنَعْ حرَخَْخنحباا

ْ سامبَعِْنحباْحنَعْ ءاَطَعْحن

َْلاَق

ْخلوخسَرَْعَطَق

ِْقْ نَِِْ ِيْ لخجَرَْدَيَْمملَسَوِْهحيَلَعْخهمللاْىملَصِْهمللا

ْخةَرَشَعْحوَأْ راَنيِدْخهختَمي

َْمِاَرَد

َْلاَق

َْوَرْدخواَدْوخبَأ

ْخا

ِِْداَنحسِإِبَْقَححسِإِْنحباْحنَعْ ََحَُْخنحبْخناَدحعَسَوَْةَمَلَسْخنحبخدممَخَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Abu As Sari Al Asqalani -ini adalah lafadz darinya, dan ini juga lebih lengkap- dari Ibnu Numair dari Muhammad bin Ishaq dari Ayyub bin Musa dari Atha dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memotong tangan seorang laki-laki karena mencuri baju perang yang harganya satu dinar, atau sepuluh dirham." Abu Dawud berkata, " Muhammad bin Salamah dan Sa'dan bin Yahya juga meriwayatkannya dari Ibnu Ishaq dengan sanadnya."44

Jika dikonversikan ke rupiah sebagaiamana pada saat tahun

2014, 1 Dinar bisa mendapatkan harta berupa emas seberat 4.25

gram,45 dan harga 1 gram emas di indonesia sejumlah Rp. 524.000

(lima ratus dua puluh empat ribu),46 maka 4.25 x Rp. 524.000 =

2.227.000. sehingga nis}ab barang yang diambil senilai Rp. 2.227.000

yang diambil oleh pelaku dari korban. Kedua, hartanya harus memiliki

44

Amir „abdul „azi>z, al-kutubu…, 1543.

45 ‚1 emas berapa gram‛ http://muslimminang.wordpress.com/2014/01/28/1-emas-berapa-gram/. Diakses pada 31 Mei 2015

(43)

35

nilai (mutaqawwim), dilindungi, tidak ada seorangpun memiliki hak

untuk mengambilnya.47

d. Syarat Tempat Kejadian Pembegalan

Adapun syarat-syarat tempat kejadian pembegalan sehingga

kejahatan ini disebut sebagai kejahatan begal atau jari>mah h}ira>bah

pertama,menurut Imam Syafi’i sebagai berikut:

ةبرحا

ْ

ي

ْ

جراخ

ْ

رص ا

ْا

وْ

ي

ْ

هلخاد

ْ

Artinya: pembegalan bisa dilakukan di luar kota atau di dalam kota48

Karena menurut Imam Syafi’i pembegalan tidak harus selalu

dilakukan di jalanan luar kota, di dalam kota juga dikelompokkan

sebagai pembegalan yang dikenai h}udu>d. Alasannya ayat yang menjadi

landasan naqli jari>mah h}ira>bah bersifat umum, tidak secara khusus

membedakan antara jalanan di luar kota dengan di dalam kota. Karena

dalam hal ini Imam Syafi’i lebih mempersyaratkan adanya kekuatan

(shaukah).49

ةبرحا

ْ

ي

ْ

جراخ

ْ

رص ا

ْ

Artinya: Pembegalan dilakukan di luar kota50

Kaidah ini mengandung sebagaimana pandangan Imam Hanafi

alasannya pembegalan adalah tindakan menghambat jalan (Qat}’u at}

47

Az-Zuhaili..., 413.

48

Faizal, Mubarok, Kaidah..., 155.

49

Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, juz 3, (Semarang: Asy-Syifa’, t.t.,) 669. 50

(44)

36

T}a>riq) yang hanya dapat dilakukan di tempat yang sunyi atau jauh dari

pertolongan. Pada tempat tersebut para pengguna jalan hanya

menggantungkan keselamatannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu,

orang-orang yang menghambat jalan mereka (para pengguna jalan)

sama dengan memerangi Allah SWT.

Namun terlepas dari perbedaan pendapat antara Imam Syafi’i

dan Imam Hanafi tentang di luar kota atau di dalam kota, terdapat

kesamaan pendapat di antara mereka bahwa pembegalan terjadi di

jalan dan mengakibatkan terputusnya perjalanan korban sehingga

disebut juga dengan Qat}’u at}-T}a>riq.

4. Sanksi dan Pelaksanaan Hukuman Kejahatan Begal

Sanksi merupakan ancaman hukuman yang diberikan kepada

pelaku kejahatan begal sebagai balasan atas tindakannya, dalam shara’

hukuman terhadap kejahatan dibagi menjadi tiga yakni h}udu>d, qis}as}/ diat

dan ta’zi>r. Dalam hal saknsi bagi pelaku pembegalan ini Allah SWT

berfirman dalam al-Quran surat al-Ma>idah ayat 33:

اَزَجاَمَِإ

اخؤْ

َْنيِذملا

ْ

َْنوخبِراَخُ

ْ

َْهمللا

ْ

ْخهَلوخسَرَو

َْْو

َْنوَعحسَي

ْ

ِْي

ْ

ِْضحرَحأا

ْ

ا داَسَف

ْ

ْحنَأ

ْ

احوخلم تَقخ ي

ْ

ْحوخ بملَصخيحوَأ

ْ

َْعمطَقخ تحوَأ

ْ

ْحمِهحيِدحيَأ

ْ

مخهخلخجحرَأَو

ْ

ْحن م

ْ

ْ ف َاِخ

ْ

احوَفح نخ يحوَأ

ْ

َْنِم

ْ

ِْضحرَحأا

ْْ َذ

َْكِل

ْ

ْحمخََ

ْ

ْ يحزِخ

ْ

ِْف

ْ

اَيح نُدلا

ْ

ْحمخَََو

ْ

ِْف

ْا

ِْةَرِخَحأ

ْ

ْ باَذَع

ْ

ْ ميِظَع

ْ

(45)

37

(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar 51

Dari ayat diatas dapat diketahui sanksi hukuman bagi pelaku

pembegalan bahwasannya diantaranya dibunuh, disalib, dipotong tangan

dan kakinya dengan bertimbal balik dan terahir diasingkan, dan perlu

diketahui bahwa huruf sambung ‚aw‛ tersebut adalah menunjukkan arti

al-tanwii’ (variatisasi), sehingga hukumannya disesuaikan dengan bentuk

kejahatan yang dilakukan.52

Tata cara pelaksanaan eksekusi hukuman salib bagi pelaku yang

membunh dan merampas menurut Imam Syafi’i adalah dengan melakukan

hukuman bunuh terlebih dahulu baru kemudian disalib. Karena dalam

penyebutannya, Allah SWT mendahulukan penyebutan hukuman dibunuh

sebelum penyebutan hukuman salib, sementara penyaliban pelaku dalam

keadaan masih hidup adalah sebuah bentuk p

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai suatu bentuk konstribusi dalam pengembangan ilmu Matematika terapan, khususnya aplikasi metode beda hingga eksplisit

Persamaan pembangun model matematika dari magnetohidrodinamik fluida micropolar yang mengalir melalui bola berpori dengan pengaruh magnet didapat dari persamaan

Tujuan dari kegiatan Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPUD) ini antaralain; 1) meningkatkan penjualan produk unggulan daerah, alat musik tradisional

Perlindungan secara terbatas sumberdaya ikan napoleon pada wilayah yang memiliki karakter yang khas dengan kemampuan menyediakan benih alam yang memadai untuk mendukung

Setiap anggota Brodjonegoro yang sedianya akan melakukan MWA yang hadir berhak untuk memilih 3 (tiga) nama presentasi di urutan ke enam, tidak hadir dalam yang

Atau bimbingan dilakukan kepala puskesmas dengan melakukan pengarahan kepada seluruh petugas di puskesmas tentang bagaimana pendokumetasian askep yang harus dilakukan oleh

Dalam pemsahaan mmah makan Arwana kegiatan promosi yang sudah dilakukan adalah promosi melalui audio, media massa, Sponsorship, dan pemberian member card bagi pelanggan.. Adapun

Beberapa metode yang dibahas dalam perhitungan daya dukung tiang diantaranya dengan cara statik dan calendring, untuk metode statik menggunakan data triaxial,