• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pelatihan program diklat di tempat kerja dan reguler di Balai Diklat Keagamaan Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan pelatihan program diklat di tempat kerja dan reguler di Balai Diklat Keagamaan Surabaya."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PELATIHAN DALAM PROGRAM DIKLAT DI

TEMPAT KERJA DAN REGULER DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh :

MUHAMMAD EKO MASRUR B94213073

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Muhammad Eko Masrur, 2017. Pelaksanaan Pelatihan dalam Program Diklat di Tempat Kerja dan Reguler di Balai Diklat Keagamaan Surabaya.

Kata Kunci : Pelaksanaan, Pelatihan, dan Balai Diklat Keagamaan Surabaya

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini, yaitu Bagaimana tahapan pelatihan program diklat di tempat kerja dan reguler di balai diklat keagamaan surabaya dan apa saja faktor pendukung keberhasilan pelatihan program diklat di tempat kerja dan reguler di balai diklat keagamaan surabaya

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif grounded theory, yaitu mendiskripsikan data dari suatu aksi, proses, atau interaksi yang diperoleh di lapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara pada sumber yang terkait dengan fokus penelitian yang dibahas penulis.

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi konsep ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II: KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu ... 12

B. Kerangka Teori... 15

1. Pengertian Pelatihan... 15

2. Prinsip, Tahapan dan Metode Pelatihan... 17

2. Evaluasi Pelatihan ... 31

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Diklat... 32

D. Pelatihan dalam Prespektif Islam ... 36

BAB III: METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 42

B. Objek Penelitian ... 43

C. Jenis dan Sumber Data ... 44

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 46

(8)

F. Teknik Validitas Data ... 55

G. Teknik Analisis Data... 56

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58

B. Penyajian Data ... 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisi Data)... 86

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran dan Rekomendasi ... 107

C. Keterbatasan Penelitian ... 108

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 3.1 Data Hasil Wawancara... 52

Tabel 3.2 Data Hasil Dokumentasi ... 53

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi yang ada di era globalisasi saat ini harus bersaing untuk dapat

bertahan di dalam bisnisnya, baik itu organisasi besar atau organisasi kecil.

Organisasi yang sudah besar sekalipun, tidak dapat bersaing lagi hanya dengan

mengandalkan skala bisnis yang dimilikinya, tetapi harus responsif terhadap

perubahan. Oleh karena itu diperlukan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)

yang dapat diandalkan, yang memiliki wawasan, kreativitas, pengetahuan dan visi

yang sama dengan visi perusahaan. Maka peningkatan kemampuan dan keahlian

karyawan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu

kunci keberhasilan dari kemajuan suatu industri, perlu adanya manajemen SDM

yang baik agar tujuan industri dapat tercapai. Menurut Burhanuddin Yusuf tujuan

manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki kontribusi produktif

orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau lembaga dengan cara yang

bertanggung jawab secara strategis, etis, dan sosial1. Manajemen atau pengelolaan SDM dalam industri sangat penting dan memiliki banyak tantangan, sebab

manusia memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibandingkan dengan sumber

daya lain, namun jika hal tersebut bisa dikelola dengan baik akan tercipta sumber

1

Burhanuddin Yusuf, 2015,Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan Syariah,

(12)

2

daya manusia yang berkembang, berdayaguna, dan mampu untuk mendukung

industri mencapai tujuannya.

Berbicara mengenai pengembangan sumber daya manusia, sebenarnya

dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Suatu organisasi harus

memperhatikan skills, knowledge, dan ability atau kompetensi yang harus dipenuhi agar dapat berkembang serta bersaing dengan organisasi lain. Dengan

demikian dibutuhkannya suatu pengembangan dan pelatihan untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Menurut Husnan, pengembangan SDM adalah

proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan

terorganisasi, sehingga tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan

konseptual dan teoretis untuk tujuan umum2. Sedangkan pelatihan sendiri menurut Rivai dan Simamora yang dikutip oleh Meldona mengatakan bahwa pelatihan atau

training adalah proses sistematis pengubahan tingkah laku karyawan dalam suatu

arah untuk meningkatkan upaya pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pelatihan

berkaitan dengan keahlian dari kemampuan pegawai untuk melaksanakan

pekerjaan saat ini, memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk

mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan

pekerjaannya3.

Demikian halnya di Balai Diklat Keagamaan Surabaya, sumber daya

manusia merupakan aset yang penting dan merupakan sumber daya yang berperan

besar dalam meningkatkan mutu sumber daya aparatur sebagai dasar sikap para

2

Edy Sutrisno, 2009,Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hal. 63

3

(13)

3

pegawai dalam bekerja. Begitu penting masalah sumber daya manusia ini, sebagai

semua potensi yang dimiliki seperti rasio, rasa, karsa, kemampuan, keterampilan,

bakat, pengetahuan, dan dorongan sangat berpengaruh terhadap upaya organisasi

dalam pencapaian tujuannya. Oleh karena itu, potensi dan kemampuan tenaga

kerja perlu dikembangkan terus-menerus, sehingga pemanfaatannya dapat

semakin meningkat.

Kualitas sumber daya manusia ini menyangkut dua aspek yang pertama

adalah aspek fisik dan yang kedua aspek nonfisik. Untuk meningkatkan fisik

diupayakan melalui program-program kesehatan dan gizi, sedangkan untuk

meningkatkan kemampuan non fisik dilakukan upaya pendidikan dan pelatihan.

Oleh sebab itu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat

diarahkan kepada dua aspek tersebut. Upaya inilah yang dimaksud dengan

pengembangan sumber daya manusia. Sifat pengembangan yang diberikan atasan

langsung adalah terus menerus selama karyawan tersebut menjadi bawahannya.

Pengembangan yang dilakukan oleh suatu tim pelatih sifatnya hanya sementara

yaitu sepanjang dilakukan pendidikan atau latihan. Pelatih internal hanya melatih

karyawan dalam lingkungan organisasi bersangkutan saja4.

Di pihak lain suatu lembaga atau perusahaan di tengah-tengah masyarakat

sudah pasti mempunyai misi dan tujuannya masing-masing. Untuk mencapai misi

dan tujuan ini maka direncanakan kegiatan atau program-program, dan

selanjutnya untuk pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan-kegiatan

tersebut diperlukan tenaga yang professional atau berkualitas baik. Di samping

4

(14)

4

itu, lembaga atau organisasi harus berpacu dengan baik. Apabila lembaga atau

organisasi ingin mengikuti arus zaman, maka harus memiliki peralatan-peralatan

baru, fasilitas-fasilitas baru, dan sebagainya. Namun, konsekuensinya adalah

tenaga yang dimiliki harus disesuaikan, paling tidak diberikan pelatihan agar

pemakaian alat baru tersebut dapat efisien. Hal itu membuktikan bahwa sumber

daya manusia memerlukan peningkatan atau pengembangan, agar dapat mencapai

suatu hasil kerja yang optimal.

Program pendidikan dan pelatihan dapat disusun untuk para tenaga kerja

yang baru diterima dan dapat juga disusun untuk para tenaga kerja yang telah

lama bekerja pada perusahaan. Disatu pihak haruslah diketahui pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap apa saja yang diperlukan oleh pekerjaan serta yang

dimiliki oleh tenaga kerja. Perbedaan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang diperlukan oleh pekerja merupakan sebuah kebutuhan akan pelatihan5. Selain itu, pengembangan juga penting untuk memunculkan sebuah inovasi baru

dalam perusahaan.

Pengembangan pegawai adalah suatu usaha yang penting dalam suatu

organisasi karena dengan pengembangan ini organisasi akan dapat maju dan

berkembang6. Karyawan dalam suatu organisasi sebagai sumber daya manusia, dan sebagai hasil dari proses seleksi harus dikembangkan agar kemampuan

mereka dapat mengikuti perkembangan zaman dan organisasi. Di dalam

organisasi, unit atau bagian yang mempunyai tugas untuk pengembangan tenaga

5

Ashar Sunyoto Munandar, 2008,Psikologi Industry dan Organisasi,Jakarta, UI press, hal. 105

6

(15)

5

ini biasanya unit pendidikan dan pelatihan pegawai. Ditingkat departemen

pemerintahan, unit ini disebut dengan balai diklat.

Balai Diklat Keagamaan Surabaya sebagai salah satu organisasi

pemerintah yang dituntut untuk dapat memahami bahwa Balai Diklat Keagamaan

Surabaya sebagai instansi pemerintah. Balai diklat harus melayani dan

meningkatkan mutu sumber daya manusia pada aparatur pemerintah dengan

sebaik-baiknya. Dengan demikian Balai Diklat Keagamaan Surabaya mempunyai

tanggung jawab untuk membekali sumber daya manusia atau pegawai dalam

meningkatkan kemampuan profesionalisme dan tanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk itu, adanya diklat bagi pegawai di Balai Diklat

Keagamaan Surabaya mengarah pada pengembangan profesionalisme pegawai

dalam kinerjanya. Dengan demikian akan menimbulkan kepuasan masyarakat.

Kepuasan dari pihak peserta yang telah mengikuti diklat akan memberikan

penilaian bahwa pelayanan serta kinerja di Balai Diklat Keagamaan Surabaya

dapat dikatakan baik karena semua karyawan yang ada di Balai Diklat Keagamaan

Surabaya sudah kompeten baik dalam penyelenggaraannya ataupun sumber daya

manusianya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 345 tahun 2004 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan

menyebutkan bahwa Balai Diklat Keagamaan adalah Unit Pelaksana Teknis

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang menangani bidang

pendidikan dan pelatihan di lingkungan Kementerian Agama di daerah. Sebagai

(16)

6

Balai Diklat Keagamaan Surabaya mempunyai tugas Melaksanakan pendidikan

dan pelatihan tenaga administrasi dan tenaga teknis keagamaan di wilayah kerja

Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. dengan motto: "help you to be competent".

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Balai Diklat Keagamaan Surabaya

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: Pertama, menjalankan visi, misi dan

kebijakan dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Kedua,

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tenaga administrasi dan tenaga teknis

keagamaan. Ketiga, menyelenggarakan koordinasi dan pengembangan kemitraan

dengan satuan organisasi/satuan kerja di lingkungan Kementerian Agama dan

Pemda serta lembaga terkait lainnya. Keempat, menyiapkan dan menyajikan

laporan hasil pelaksanaan tugas Balai Diklat Keagamaan.

Untuk mengaktualisasikan tugas dan fungsi tersebut, Balai Diklat

Keagamaan Surabaya memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Kepala Balai

yang dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Diklat Tenaga

Administrasi dan Kepala Seksi Diklat Tenaga Teknis Keagamaan. Selanjutnya

untuk mewujudkan mekanisme kerja yang harmonis serta hasil kerja yang optimal

dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, maka penjabaran tugas dan

fungsi dituangkan ke dalam uraian tugas (job discription) untuk dipedomani oleh seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN)i yang berjumlah 79 orang, yang terdiri dari

4 pejabat struktural, Jabatan Fungsional Umum dan Jabatan Fungsional Tertentu

(widyaiswara, pustakawan, arsiparis dan pengelola PBJ dan pranata humas), serta

(17)

7

Dalam mewujudkan perkembangan potensi sumber daya manusia di Balai

Diklat Keagamaan Surabaya diperlukan program pendidikan dan pelatihan bagi

pengembangan sumber daya manusia untuk para aparatur pemerintah. Mengingat

pentingnya masalah peningkatan kualitas bagi pegawai, maka peneliti sangat perlu

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pelatihan Program

Diklat di Tempat Kerja dan Reguler di Balai Diklat Keagamaan Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tahapan pelatihan program diklat di tempat kerja dan reguler di

Balai Diklat Keagamaan Surabaya?

2. Apa saja faktor pendukung keberhasilan pelatihan program diklat di tempat

kerja dan reguler di balai diklat keagamaan Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah yang sudah ada di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui tahapan pelatihan program diklat di tempat kerja dan

reguler administrasi di Balai Diklat Keagamaan Surabaya.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung keberhasilan pelatihan program diklat di

tempat kerja dan reguler di balai diklat keagamaan Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan dapat membawa beberapa manfaat yang

kemudian dapat dikembangkan dikemudian hari. Adapun manfaat penelitian ini

(18)

8

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau

sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen khususnya yang

berkaitan dengan pelatihan peserta diklat. Semoga penelitian ini berguna

sebagai referensi pada penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat:

a. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi masukan positif

bagi semua pengurus dan anggota yang terlibat dalam Balai Diklat

Keagamaan Surabaya mengenai pelatihan SDM.

b. Memberikan informasi mengenai proses pelatihan di balai diklat pada

setiap elemen organisasi agar dapat dengan mudah mencari referensi yang

terkait dengan pelatihan peserta diklat pada suatu organisasi dalam upaya

pencapaian tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

E. Definisi Konseptual

Pemilihan konsep yang tepat mempunyai peran yang baik bagi kesuksesan

penelitian, tetapi untuk mencapai ke arah itu, peneliti menentukan batasan

permasalahan yang hendak diajukan. Suatu konsep adalah definisi secara singkat

dari kelompok fakta atau gejala, yang merupakan salah satu unsur pokok dalam

penelitian.7 Sehubungan dengan hal di atas, peneliti akan menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian tersebut.

7

(19)

9

1. Pelaksanaan

pelaksanaan menurut The Liang Gie sebagai berikut: Usaha-usaha yang

dijalankan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat

yang diperlukan, dimana pelaksanaannya, kapan waktunya dimulai dan

berakhir, dan bagaimana cara dilaksanakan8. Santoso Sastropoetro, mengemukakan bahwa Pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau

kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program

dalam kenyataannya9 2. Pelatihan

Menurut Ivancevich, pelatihan dimaksudkan sebagai usaha untuk

meningkatkan kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang atau dalam

pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera10. Sedangkan menurut T. Hani Handoko pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan tertentu, terinci dan rutin.

Kegiatan pelatihan merupakan tanggung jawab manajemen sumber daya

manusia11. Pelatihan adalah proses-proses yang mencoba menyediakan bagi seorang karyawan informasi, keahlian-keahlian, dan pmahaman atas

organisasi dan tujuan-tujuannya12.

8

The Liang Gie, dan sutarto, 1997,Pengertian, Kedudukan dan Perincian Ilmu Administrasi, Yogyakarta, Karya Kencana, hlm. 191

9

Santoso Satroepoetro, 1982,Pelaksanaan Latihan, Jakarta, Gramedia, hlm. 183

10

Edy Sutrisno, 2009,Manajemen Sumber Daya Manusia,hal. 67

11

T. Hani Handoko, 2001,Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, hal. 103

12

(20)

10

Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan pelatihan adalah suatu

kegiatan untuk meningkatkan berbagai keterampilan yang dimiliki karyawan

guna meningkatkan kinerja karyawan.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan runtutan dan sekaligus kerangka

berfikir dalam penulisan skripsi. Untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi

ini, maka disusunlah sistematika pembahasan antara lain :

Bab pertama yaitu pendahuluan. Pada bab ini disajikan dengan tujuan agar

pembaca dapat mengetahui secara jelas mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika

pembahasan dalam penelitian ini.

Bab kedua yaitu kerangka teoritik. Pada bab ini berisikan tentang kajian

kepustakaan konseptual, yang meliputi : tinjauan tentang tahapan program dan

faktor pendukung pelaksanaan pelatihan.

Bab ketiga yaitu metode penelitian. Pada bab ini membahas secara detail

mengenai metode yang digunakan dalam upaya penelitian yang terdiri dari

pendekatan dan jenis penelitian, tahap-tahap penelitian, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta teknik validitas/keabsahan

data. Pembahasan ini sengaja disajikan untuk memberikan gambaran secara utuh

mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga, hasil

penelitian nantinya diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah

(21)

11

Bab keempat yaitu penyajian dan analisis data. Pada bab ini menjelaskan

mengenai gambaran umum lokasi penelitian yaitu Balai Diklat Keagamaan

Surabaya. Meliputi sejarah, visi dan misi, struktur organisasi serta penyajian data

mengenai tahapan dan faktor pendukung pelaksanaan program diklat di tempat

kerja dan reguler serta hasil penelitian sesuai dengan yang ada dilapangan.

Bab kelima yaitu Penutup, Pada bab ini berisi penutup yang menjelaskan

(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dari penelitian terdahulu didapatkan hasil penelitian yang mempunyai

kesimpulan berdasarkan objek yang diteliti. Di bawah ini penelitian terdahulu

yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tabulasi Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Nama peneliti Muhammad Koharudin

Judul “Analisis Peningkatan Manajemen Sumber Daya

Insani Melalui Pelatihan dan Pengembangan

Karyawan Di BPRS Jabal Nur Surabaya”

Universitas Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

2014

Hasil penelitian Pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan karyawan di BPRS Jabal Nur menggunakan dua metode yaitu on the job training dan off the job training. Metode on the job training diperuntukkan bagi karyawan tingkat bawah (dibawah manajer) melalui proses rotasi pekerjaan. Sedangkan untuk metode off the job training diperuntukkan bagi karyawan setingkat manajer seperti kepala divisi melalui pelatihan dan seminar yang diadakan oleh LPKP Tursina dan BI.

Persamaan Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti tentang pelatihan sumber daya manusia dan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Perbedaan Perbedaannya pada Penelitian di atas adalah

(23)

13

sedangkan penelitian kali ini pada sebuah balai diklat.

Penelitian di atas hanya membahas stretegi

pengembangan SDM pada karyawan. Sedangkan penelitian sekarang membahas tentang program dan faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di balai diklat.

2. Nama peneliti Nur Laili Khamidah

Judul “Sistem Pengembangan Organisasi (Organizational

Development) pada Organisasi Dakwah (Studi Kasus Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam At-Taqwa Kramat

Jegu-Taman-Sidoarjo)”

Universitas Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

2014

Hasil penelitian Penelitian di Lembaga Pendidikan Islam At-Taqwa sudah menerapkan berbagai macam pelatihan yang sesuai dengan teori human capital yang meliputi pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keterampilan (skill), bakat (talent) dan pengalaman (experience). Karena dengan adanya berbagai macam pelatihan yang diikuti baik didalam maupun di luar lembaga, dapat meningkatkan kualitas SDM dan tentunya bisa memberikan perubahan yang lebih baik.

Persamaan Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti tentang peningkatan kualitas SDM.

Perbedaan Perbedaannya pada Penelitian di atas adalah Namun

(24)

14

3. Nama peneliti Deden Suprihatin

Judul “Sistem Pelatihan Kewirausahaan di Pondok

Pesantren Darunnajah Cipinang Bogor dalam Menumbuhkan Entrepreneur Santri

Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian Penelitian ini memfokuskan pada pelatihan

kewirausahaan di pondok pesantren nurunnajah. Di dalam penelitian ini pondok pesantren nurunnajah cipinang bogor ini berupaya menerapkan satu sistem pendidikan yang dapat menerapkan fungsi-fungsi pendidikan agar dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten dalam dunia kerja dan dunia dakwah

serta dapat membentuk sikap atau jiwa

kewirausahaan. Dalam hal ini pondok pesantren

nurunnajah melaksanakan sistem pelatihan

kewirausahaan yang diharapkan sikap dan motivasi kewirausahaan santri menjadi tumbuh dan terbentuk melalui pelatihan yang dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem pelatihan kewirausahaan berjalan cukup baik dan berjalan sesuai dengan harapan para santri.

Persamaan Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas

mengenai pelatihan dan faktor pendukungnya, penelitian ini juga menggunakan penelitian kualitatif dalam penggalian data.

(25)

15

B. Kerangka Teori

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah proses-proses yang mencoba menyediakan bagi

seorang karyawan informasi, keahlian-keahlian, dan pemahaman atas

organisasi dan tujuan-tujuannya13. Menurut Rivai dan Simamora yang dikutip oleh Meldona mengatakan bahwa pelatihan atau training adalah proses

sistematis pengubahan tingkah laku karyawan dalam suatu arah untuk

meningkatkan upaya pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan

dengan keahlian dari kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan

saat ini, memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai

keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan

pekerjaannya14.

Selanjutnya Martoyo yang dikutip oleh Meldona menyatakan bahwa

pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan

dan tekhnik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat

(pendek). Umumnya suatu pelatihan berupaya menyiapkan para karyawan

untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang pada saat itu dihadapi15. Jadi dengan adanya pelatihan karyawan dapat mengembangkan ketrampilan atau

kemampuan dari karyawan tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya,

sehingga karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik untuk

13

Meldona dan Siswanto, 2012, Perencanaan Tenaga Kerja Tinjauan Integratif, UIN Maliki, Malang, hal.215

14

Meldona dan Siswanto, 2012,Perencanaan Tenaga Kerja Tinjauan Integratif, hal.217

15

(26)

16

meningkatkan pencapaian-pencapaian tujuan yang diinginkannya dan

merubah pola fikir karyawan untuk berorientasi ke depan demi keberhasilan

tujuan-tujuannya.

Menurut Friedman dan Yarbough yang dikutip oleh Surya Dharma

menyatakan “The trainer’s role is to facilitate trainee’s movement from status

quo toward the ideal”16. Pernyataan Friedman dan Yarbrough tersebut mengandung makna bahwa pelatihan adalah upaya perubahan peserta

pelatihan dari kinerja apa adanya ditingkatkan menuju kinerja yang ideal.

Pelatihan disini sangat penting untuk karyawan karena dengan adanya

pelatihan kinerja karyawan yang mendapatkan pelatihan akan semakin

meningkat. Selanjutnya Wexley dan Yulk menambahkan bahwa pelatihan

sebagai proses dimana pekerja mempelajari ketrampilan, pengetahuan, sikap

dan perilaku yang diperlukan guna melaksanakan pekerjaan yang efektif17. Jadi dengan adanya pelatihan karyawan dapat mempelajari

ketrampilan, pengetahuan, sikap dan perilaku yang dia miliki untuk

dikembangkan dalam meningkatkan kinerja guna mendapatkan produktivitas

yang baik sesuai dengan tujuan dari perusahaan atau organisasi. Nawawi yang

dikutip oleh Surya Dharma juga menambahkan bahwa pelatihan adalah

program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan

secara individual, kelompok dan atau berdasarkan jenjang jabatan dalam

organisasi perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu

proses atau usaha sistematis dan profesional untuk meningkatkan kompetensi

16

Surya Dharma, 2013, Manajemen SumberDaya Manusia di Sektor Jasa Tenaga Sekuriti,

Pustaka Belajar, Yogyakarta, hal.274

17

(27)

17

peserta pelatihan dalam melaksanakn tugas dan fungsi dengan

sebaik-baiknya18.

2. Prinsip, Tahapan dan Metode Pelatihan

a. Prinsip-prinsip Pelatihan

Mc. Gehee dalam Anwar Prabu mengemukakan prinsip-prinsip

perencanaan pelatihan sebagai berikut19: Pertama, pemberian materi harus secara sistematis serta berdasarkan tahapan-tahapan yang ada. Kedua,

tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang akan

dicapai. Ketiga, penatar harus mampu memberi motivasi dan menyebarkan

respon yang berhubungan dengan serangkaian materi yang diberikan.

Keempat, adanya penguat untuk membangkitkan respon yang positif dari

peserta. Kelima, menggunakan konsep pembentukan perilaku.

Sementara itu, Andrew E. Sikula mengemukakan prinsip-prinsip

pelatihan ada 24 macam, prinsip yang dikemukakan adalah prinsip-prinsip

belajar dalam pelatihan, sebagai berikut20:

1) Semua manusia dapat belajar, dalam artiannya bahwa setiap individu

dari berbagai umur dengan kemampuan intelektual ataupun

keterampilan yang bermacam-macam dapat mempelajari

perilaku-perilaku baru.

18

Surya Dharma, 2013,Manajemen SumberDaya Manusia di Sektor Jasa Tenaga Sekuriti,hal.274

19

Anwar Prabu Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 44-45

20

(28)

18

2) Semua individu harus bermotivasi uktuk aktualisasi diri, promosi, dan

insentif berupa uang. Bahkan motivasi belajar mayoritas merupakan

motivasi diri.

3) Belajar aktif dengan pendidikan yang efektif dan melibatkan semua

peserta pelatihan.

4) Peserta dapat memperoleh pengetahuan lebih cepat dengan

bimbingan. Umpan balik adalah perlu karena belajar dengan trial dan

error terlalu banyak memerlukan waktu dan tidak efisien.

5) Pemberian materi yang sesuai. Pengajar harus memiliki alat-alat

pelatihan dan materi-materi yang cukup lengkap, seperti kasus-kasus,

masalah-masalah, pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi, dan bahan

bacaan.

6) Pemberian waktu untuk penerapan pelajaran. Sebagian dari proses

belajar menuntut banyak waktu untuk peserta memahami, menilai,

menerima, dan meyakini materi pelajaran.

7) Metode-metode belajar harus bervariasi, dimaksudkan untuk

mencegah timbulnya kelelahan dan kebosanan agar supaya tidak

monoton.

8) Peserta harus memperoleh kepuasan belajar. Pendidikan harus

memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan seluruh peserta.

9) Peserta memerlukan penguat dari perilaku yang tepat. Pemberian

hadiah positif serta secara langsung akan menumbuhkan motivasi

(29)

19

10) Standart prestasi harus ditentukan untuk peserta. Tujuan-tujuan harus

ditetapkan, sehingga peserta dapat menilai prestasi pendidikan dan

kemajuan mereka.

11) Taraf belajar yang berbeda-beda. Belajar dapat melibatkan kesadaran,

perubahan sikap atau perubahan perilaku. Beberapa orang belajar

dengan melibatkan proses mental, dimana aktivitas belajar lainnya

berhubungan dengan fisik. Waktu dan metode yang berbeda-beda

diperlukan untuk mengatasi taraf belajar yang berbeda-beda.

12) Belajar merupakan suatu penyesuain diri dari individu. Belajar

menimbulakan perubahan pada yang bersangkutandan semua

perubahan itu memerlukan penyesuain diri.

13) Perbedaan individu berperan besar dalam efektivitas belajar. Apa yang

dapat dipelajari dengan mudah oleh beberapa individu mungkin sangat

sukar bagi orang lain karena perbedaan dasar kemampuan dan latar

belakang budaya.

14) Belajar adalah suatu proses kumulatif. Reaksi individu terhadap suatu

pelajaran dikondisikan dan dimodifikasi oleh apa yang telah dipelajari

pada pelajaran-pelajaran sebelumnya dan pengalaman.

15) Keterlibatan ego adalah faktor utama dalam belajar. Setiap peserta

akan belajar lebih banyak bilamana ia melihat adanya hubungan

antara kesempatan pelatihan dengan tercapainya tujuan-tujuan

(30)

20

16) Kecepatan belajar akan menurun bilamana menyangkut skill yang

kompleks. Skill yang sederhana dapat dipelajari lebih mudah dan

cepat daripada aktivitas yang kompleks.

17) Belajar berhubungan erat dengan perhatian dan konsentrasi. Proses

belajar akan lebih efektif bilamana tidak ada gangguan.

18) Belajar meliputi ingatan jangka panjang dan penguasaan segera

mengenai pengetahuan. Ingatan dapat diperkuat dengan pemahaman

dan pengulangan.

19) Ada arah keatas grafik proses belajar dan diikuti dengan garis

mendatar dalam kurva belajar. Pengetahuan terbaru selalu

terkumpulkan walaupun biasanya jarang terjadi.

20) Ketelitian patut mendapat penekanan lebih banyak daripada kecepatan

selama proses belajar. Kecepatan dapat ditingkatkan, tetapi ketelitian

lebih sukar dikontrol.

21) Hukum pengaruh menyatakan bahwa jawaban yang tepat terhadap

sesuatu masalah menjadi lebih pasti ia timbul. Dengan kata lain,

pengulangan cenderung memantapkan suatu jawaban atau suatu

penyesuaian.

22) Tidur mempengaruhi belajar. Tidur segera setelah satu pengalaman

belajar biasanya sering meningkatkan ingatan.

23) Belajar harus didasarkan oleh suatu realitas. Pendidikan harus

(31)

21

24) Belajar harus berorientasi pada tujuan. Tujuan-tujuan kusus dan

hadiah yang berhubungan dengan usaha belajar pada umumnya

memperlancar mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

b. Tahapan Pelatihan

Sebelum sebuah pelatihan dapat dilaksanakan, kebutuhan akan hal

tersebut perlu dianalisis terlebih dahulu. Hal itu disebut sebagai langkah

atau tahapan penilaian dari proses pelatihan. Menurut Faustino C. Gomes

dalam Burhanuddin Yusuf, terdapat paling kurang empat tahap utama

dalam pelatihan dan pengembangan, yaitu:21

1) Penentuan kebutuhan pelatihan

Tahap awal yang dilakukan adalah menentukan kebutuhan pelatihan

bagi para karyawan. Di dalam tahap ini terdapat tiga macam

kebutuhan pada pelatihan, yaitu: Pertama, General treatment need,

merupakan sebuah penilaian kebutuhan pelatihan bagi seluruh

pegawai tanpa mempertimbangkan data kinerja pegawai tersebut serta

hal ini dilakukan dalam suatu klasifikasi pekerjaan tertentu. Kedua,

Observable performance discrepancies, yaitu jenis penilaian penilaian kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap

berbagai masalah, wawancara, daftar pertanyaan, dan evaluasi kerja,

serta dengan cara meminta para pegawai mengawasi sendiri hasil

kerjanya masing-masing. Ketiga,Future human resources needs.Jenis

21

(32)

22

keperluan pelatihan yang ketiga ini tidak berkaitan dengan

ketidaksesuaian kinerja, namun hal ini lebih berkaitan dengan

keperluan SDM untuk jangka waktu yang akan datang.

2) Desain pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan

kinerja pegawai atau karyawan. Oleh karena itu, para manajer harus

tepat dalam memutuskan program pelatihan dan bagaimana yang

harus dilaksanakan pada pegawainya. Terdapat dua jenis sasaran

pelatihan, yaitu: knowledge-centered objectives dan performance-centered objectives. Maksud dari jenis yang pertama adalah berkaitan dengan pertambahan pengetahuan atau perubahan sikap. Sedangkan

jenis yang kedua mengenai syarat-syarat khusus yang berkisar pada

metode atau teknik, syarat-syarat penilaian, perhitungan, perbaikan

dan lain sebainya.

3) Implementasi Pelatihan

Tahap berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan yang

efektif adalah implementasi dari progam pelatihan. Keberhasilan

implementasi progam pelatihan dan pengembangan SDM tergantung

(33)

23

4) Evaluasi pelatihan

Agar efektif, pelatihan harus menjadi suatu solusi yang tepat bagi

permasalahan yang ada pada organisasi. Dalam artian bahwa pelatihan

tersebut harus dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan

keterampilan yang dimiliki oleh pegawai. Tujuan dari tahapan ini

adalah untuk mengetahui atau menguji apakah pelatihan tersebut

efektif atau tidak di dalam mencapai sasaran-sasarannya yang telah

ditetapkan dari awal.

Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo proses pendidikan dan

pelatihan terdiri dari input (sasaran diklat) dan output (perubahan perilaku)

dan faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Adapun faktor yang

mempengaruhi proses diklat diantaranya: faktor fasilitas, tenaga pengajar

atau pelatih, alat bantu pendidikan, metoda belajar mengajar, itu

digolongkan menjadi sumber daya yang terdiri dari 4 M (Man, Money,

Material, dan Methods). Sedangkan kurikulum itu merupakan faktor

tersendiri yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses diklat22.

22

(34)

24

Secara skematis proses pendidikan dan pelatihan yang telah

diuraikan di atas dapat digambarkan, sebagai berikut23:

Gambar 2.2

Pelatihan

PESERTA DIKLAT KEMAMPUAN

Gambar: Soekidjo Notoadmojo (pengembangan sumber daya manusia)

Gambar di atas menjelaskan bahwa dalam suatu pelatihan harus

memperhatikan beberapa hal yang bisa berpengaruh dalam pelatihan.

Diantaranya yang bisa berpengaruh yaitu sumber daya, kurikulum, input,

dan output. Sumber daya yang bisa mempengaruhi pelatihan peserta diklat

meliputi 4M (man, money, material dan methods). Sedangkan kurikulum

merupakan faktor tersendiri yang bisa mempengaruhi pelatihan kepada

peserta diklat. Sebelum dimulainya pelatihan ada namanya input (sasaran

diklat) untuk menentukan siapa yang akan dijadikan peserta dan untuk apa

pelatihan ini dilakukan. Setelah mengikuti pelatihan peserta diklat ada

output yang di dapat baik dalam kemampuan kognitif, afektif maupun

psikomotor.

23

Soekidjo Notoatmojo, 1998, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 29

SUMBER DAYA

INPUT PROSES DIKLAT

(35)

25

c. Metode Pelatihan

Metode dapat didefinisikan sebagai cara tertentuuntuk

melaksanakan tugas dengan memberikan pertimbangan yang cukup

kepada tujuan, fasilitas yang tersedia, dan jumlah penggunaan uang, waktu

dan kegiatan24. Metode pelatihan yang dimaksudkan sebagai suatu cara sistematis yang dapat memberikan deskripsi secara luas serta dapat

mengkondisikan penyelenggaraan pelatihan. Dalam penyelenggaraannya

pelatihan ditujukan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik tenaga kerja terhadap tugas dan pekerjaannya. Beberapa

metode yang dapat digunakan untuk pelatihan25, antara lain adalah:

a) On the job training

On the job training (OJT) atau disebut juga dengan pelatihan dengan instruksi pekerjaan yaitu dengan cara pekerja atau calon pekerja

ditempatkan dalam kondisi pekerjaan rill, di bawah bimbingan/arahan

pegawai yang berpengalaman atau supervisor.

b) Rotasi pekerjaan

Untuk pelatihan silang (cross-train) bagi karyawan agar mendapatkan variasi kerja, para pengajar memindahkan para peserta pelatihan dari

tempat kerja satu ke tempat kerja lainnya. Setiap perpindahan

umumnya didahului pemberian instruksi kerja.

24

Siswanto Sastrohardiwiryo, 2002, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 214

25

(36)

26

c) Magang

Magang melibatkan pembelajaran dari pekerja yang lebih

pengalaman, dan dapat ditambah pada teknik off the job training. Banyak pekerja ketrampilan tangan, seperti tukang pipa dan kayu,

dilatih melalui program magang resmi. Asistensi dan kerja sambilan

disamakan dengan magang karena menggunakan partisipasi tingkat

tinggi dari peserta dan memiliki tingkat transfer pengetahuan dan

ketrampilan yang tinggi tentang pekerjaan.

d) Ceramah kelas dan presentasi video

Ceramah dan teknik lain dalam off the job training dengan mengandalkan komunikasi daripada memberi model. Ceramah adalah

pendekatan terkenal karena menawarkan sisi ekonomis dan material

organisasi, tetapi partisipasi, umpan balik, transfer dan repitisi sangat

rendah. Umpan balik dan partisipasi dapat meningkat dengan adanya

diskusi selama ceramah.

e) Pelatihanvestibule

Agar pembelajaran tidak mengganggu operasional rutin, beberapa

perusahaan menggunakan pelatihan vestibule. Wilayah atau vestibule

terpisah dibuat dengan peralatan yang sama dengan yang digunakan

dalam pekerjaan. Cara ini memungkinkan adanya transfer, repetisi,

(37)

27

f) Permainan peran dan model perilaku

Permainan peran adalah alat yang mendorong peserta untuk

membayangkan identitas lain. Misalnya, pekerja pria dapat

membayangkan peran supervisor wanita dan sebaliknya. Kemudian

keduanya ditempatkan dalam situasi kerja tertentu dan diminta

memberikan respon sebagaimana harapan mereka terhadap lainnya.

Pengalaman ini menciptakan empati dan toleransi lebih besar terhadap

perbedaan individula dan karenanya cara ini cocok untuk menciptakan

lingkungan kerja kondusif bagi keanekaragaman tenaga kerja.

g) Casestudy

Metode kasus adalah metode pelatihan ynag menggunakan deskripsi

tertulis dari suatu permasalahan rill yang dihadap oleh perusahaan

atau perusahaan lain. Manajemen diminta mempelajari kasus untuk

mengidentifikasi, menganalisis masalah, mengajukan solusi, memilih

solusi terbaik, dan mengimplementasikan solusi tersebut. Peranan

instruktur adalah sebagai katalis dan fasilitator. Seorang instruktur

yang baik adalah melibatkan setiap orang untuk mengambil bagian

dalam pengambilan keputusan.

h) Simulasi

Permainan simulasi dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama,

simulasi yang melibatkan simulator yang bersifat mekanik yang

mengandalkan aspek-aspek utama dalam suatu situasi kerja. Misalkan,

(38)

28

Metode pelatihan ini hampir sama dengan vestibule training, hanya saja simulator tersebut hanya sering menyediakan umpan balik yanng

bersifat instan dalam suatu kinerja. Kedua, simulasi komputer. Untuk

tujuan pelatihan, metode ini berupa games atau permainan. Para

pemain membuat suatu keputusan, dan komputer menentukan hasil

yang terjadi sesuai dengan kondisi yang telah diprogramkan dalam

komputer. Teknik ini umumnya digunakan untuk melatih para

manajer, yang mungkin tidak boleh menggunakan metode trial and

error untuk mempelajari pembuatan keputusan.

i) Belajar mandiri dan proses belajar terprogram

Materi instruksional yang direncanakan secara tepat dapat digunakan

untuk melatih para karyawan. Materi-materi ini sangat membantu

apabila para karyawan itu tersebar secara geografis (berjauhan

jaraknya) atau ketika proses belajar hanya memerlukan proses

interaksi secara singkat. Teknik belajar mandiri berkisar pada cara

manual, sampai kaset rekaman atau video. Beberapa prinsip belajar

tercakup dalam tipe pelatihan ini.

j) Praktik laboratorium

Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan ketrampilan

interpersonal. Juga dapat digunakan untuk membangun perilaku yang

diinginkan untuk tanggung jawab pekerjaan di masa depan. Peserta

mencoba untuk meningkatkan ketrampilan hubungan manusia dengan

(39)

29

pada partisipasi, umpan balik dan repetisi. Bentuk populer dari

pelatihan ini adalah paletihan kepekaan yang mencoba meningkatkan

kepekaan seseorang terhadap perasaan orang lain.

k) Pelatihan tindakan (action learning)

Pelatihan ini terjadi dalam kelompok kecil yang berusaha mencari

solusi masalah nyata yang dihadapi oleh perusahaan, dibantu oleh

fasilitator (dari luar atau dalam perusahaan). Fokus kelompok dalam

mengatasi masalah sebagai cara untuk belajar ketika para anggota

mengeksploitasi solusi, menggaris bawahi pernyataan fasilitator

sebagai pedoman dalam kelompok, pemecahan masalah, dan hal-hal

lain yang berkaitan dengan masalah.

l) Role playing

Metode pelatihan yang memadukan metode kasus dan program

pengembangan sikap. Masing-masing peserta dihadapkan pada suatu

situasi, diminta memainkan suatu peran, dan bereksi di dalam taktik

yang dijalankan oleh peserta lain. Kesuksesan metode ini tergantung

pada kemampuan memainkan peran sebaik mungkin.

m) Inbaskettechnique

Melalui metode in basket technique para peserta diberi materi yang

berisi berbagai informasi, seperti email kusus dari manajer dan daftar

telepon. Hal-hal penting dan mendesak, seperti posisi persediaan yang

menipis, komplain dari pelanggan, permintaan laporan dari atasan,

(40)

30

mengambil keputusan dan tidakan. Selanjutnya, keputusan dan

tindakan tersebut di analisis sesuai dengan derajat pentingnya

tindakan, pengalokasian waktu, kualitas keputusan, dan proiritas

pengambilan keputusan.

n) Management games

Management games menekankan pada pengembangan kemampuan

problem solving. Keuntungan dari simulasi ini adalah timbulnya

integrasi atas berbagai interaksi keputusan, kemampuan

bereksperimen melalui keputusan yang diambil, umpan balik dari

keputusan, dan persyaratan-persyaratan bahwa keputusan dibuat

dengan data-data yang tidak cukup.

o) Behavior modeling

Behavior modeling sebagai salah satu proses yang bersifat psikologis mendasar dimana pola-pola baru dari suatu perilaku dapat diperoleh,

sedangkan pola-pola yang sudah ada dapat diubah. Sifat mendasar dari

modeling adalah bahwa suatu proses belajar itu terjadi, bukan melalui

pengalaman aktual, melainkan melalui observasi atau berimajinasi

dari pengalaman orang lain. Modeling adalah suatu vicarious process

atau proses yang seolah-olah mengalami sendiri, yang merupakan

keiatan berbagai pengalaman dengan orang lain melalui proses

(41)

31

p) Outdoor oriented program

Program ini biasanya dilakukan di suatu wilayah yang terpencil

dengan melakukan kombinasi antara kemampuan diluar kantor dengan

kemampuan diruang kelas. Program ini dikenal dengan istilah outing,

seperti arum jeram, mendaki gunung, kompetisi tim, panjat tebing

dan lain-lain.

3. Evaluasi Pelatihan

Ada banyak definisi tentang evaluasi. Menurut Tyler, evaluasi adalah

proses yang menentukan sejauhmana tujuan dapat dicapai26. Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai tercapai tidaknya suatu kegiatan

dibandingkan dengan standar tujuan awalnya. Dalam konteks pelatihan

evaluasi disini berarti kegiatan mengumpulkan informasi mengenai kepuasan

peserta pelatihan, pemahaman peserta pelatihan terhadap materi yang telah

diberikan dan prestasi kerja setelah mengikuti pelatihan27. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses untuk

menentukan sejauhmana sebuah tujuan telah dilakukan28.

Kriteria dalam evaluasi yang dapat digunakan sebagai pedoman dari

ukuran kesuksesan pelatihan ada empat macam, yaitu kriteria pendapat,

kriteria belajar, kriteria perilaku, dan kriteria hasil.

26

Herlina, 2015, Jurnal Kependidikan 14 (1) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, hal. 43.

27

Iriani Ismail, 2010,Manajeman Sumber Daya Manusia, Lembaga Penelitian Fakultas Pertanian UNIBRAW, Malang, hal. 128.

28

(42)

32

a. Kriteria pendapat

Kriteria ini didasarkan pada pendapat peserta pelatihan mengenai progam

pelatihan yang dilakukan. Hal ini dapat diungkapkan dengan

menggunakan kuesioner mengenai pelaksanaan pelatihan. Bagaimana

pendapat peserta mengenai materi yang diberikan, pelatih, metode yang

digunakan, dan situasi pelatihan.

b. Kriteria belajar

Kriteria belajar dapat diperoleh dengan menggunakan tes pengetahuan, tes

keterampilan yang mengukur skill, dan kemampuan peserta.

c. Kriteria perilaku

Kriteria pelaku dapat diperoleh dengan menggunakan tes keterampilan

kerja. Sejauhmana ada perubahan perilaku peserta sebelum pelatihan dan

setelah pelatihan.

d. Kriteria hasil

Kriteria hasil dapat dihubungkan dengan hasil yang diperoleh seperti

menekan turnover, berkurangnya tingkat absen, meningkatkan

produktivitas, meningkatkan penjualan, dan meningkatkan kualitas kerja

dan produksi29.

C. FaktorPendukung dan Penghambat Diklat

Faktor pendukung dan penghambat diklat merupakan dua faktor yang

dapat mensukseskan sebuah diklat maupun mempersulit kegiatan diklat. Sebelum

membahas dua faktor tersebut, dapat dilihat dulu apa saja tujuan diklat. Tujuan

29

(43)

33

pendidikan dan pelatihan menurut peraturan pemerintah No. 101 Tahun 2000

tentang pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat

melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian

dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat

persatuan dan kesatuan negara.

3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada

pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan

tugas pemerintah umum dan pembangunan demi terwujudnya

kepemerintahan yang baik.

Dengan adanya progam pelatihan berguna untuk meningkatkan kreativitas

dan kemampuan sumber daya manusia demi tujuan organisasi tersebut. Menurut

Moekijat yang dikutip oleh Iriani Ismail mengatakan bahwa tujuan umum dari

pada pelatihan adalah30:

1. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat dan lebih efektif.

2. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

secara rasional.

30

(44)

34

3. Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kerja sama dengan

teman-teman pegawai dan pimpinan.

Aktivitas diklat dijalankan melalui proses belajar mengajar yang

melibatkan berbagai komponen yang saling dihubungkan atau berinteraksi. Untuk

maksud tersebut maka diklat perlu direncanakan dengan baik, efektif, dan efisien.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa kesiapan

kegiatan diklat adalah tersedianya suatu komponen-komponen pendukung yang

diperlukan guna melaksanakan serangkaian kegiatan belajar mengajar. Dalam hal

ini komponen yang dimaksud adalah faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan

diklat. Faktor-faktor pendukung kegiatan diklat yang dimaksud sebagai berikut31: 1. Perumusan tujuan belajar mengajar baik tujuan umum maupun tujuan

khusus sebagaimana termaktub dalam kurikulum yang telah ditetapkan.

2. Narasumber, dalam hal ini pengajar, meliputi sifat dasar dan kompetensinya.

3. Peserta diklat peranannya dalam proses belajar mengajar.

4. Pengelola diklat dalam dukungannya bagi kelancaran pelaksanaan diklat.

5. Sarana prasarana diklat untuk menunjang lancarnya persiapan dan

pelaksanaan diklat itu sendiri.

Selain faktor pendukung, perlu diperhatikan juga mengenai faktor yang

dapat menghambat diklat. Hambatan di dalam pelaksanaan progam diklat

biasanya merupakan faktor penghalang bagi organisasi dalam melaksanakan

rancangan progam pendidikan dan pelatihan. Dilihat dari segi pentingnya diklat,

hal ini sangat tidak diinginkan oleh semua pihak yang terlibat di dalam

31

(45)

35

pelaksanaannya. Menurut Malayu Hasibuan kendala-kendala dalam pelatihan dan

pengembangan meliputi32: 1. Peserta

Peserta pengembangan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau

heterogen. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran

pelaksanaan pelatihan dan pendidikan, karna daya tangkap, persepsi, dan

daya nalar mereka terhadap pelajaran yang diberikan berbeda.

2. Pelatih atau instruktur

Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap menstransfer pengetahuannya

kepada para peserta latihan dan pendidikan sulit didapat. Akibatnya, sasaran

yang diinginkan tidak tercapai.

3. Fasilitas pengembangan

Fasilitas sarana dan prasarana pengembangan yang dibutuhkan untuk latihan

dan pendidikan sangat kurang atau tidak baik.

4. Kurikulum

Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau menyimpang

serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan untuk

kemajuan organisasi atau perusahaan.

5. Dana pengembangan

Dana yang tersedia untuk pengembangan sangat terbatas, sehingga sering

dilakukan secara terpaksa bahkan pelatih maupun sarananya kurang

memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

32

(46)

36

Sedangkan menurut Moekijat hambatan dalam proses pelaksanaan

pelatihan antara lain33:

1. Tidak adanya kebijakan yang luas dan komprehensif yang bersifat lengkap.

2. Tidak adanya penilaian yang dilaksanakan yang bisa dijadikan dasar

perencanaan untuk pelatihan yang berikutnya.

3. Penunjukan peserta tidak berdasarkan analisis kebutuhan.

4. Tujuan progam pelatihan tidan jelas akan kompetensi yang dicapai atau

terlalu umum.

5. Metodologi pelatihan kurang tepat alat peraga atau media pembelajaran yang

kurang memadai.

6. Bahan pelatihan banyak diadopsi dari luar negeri sehingga kadangkadang

tidak sesuai dengan kebutuhan instansi atau organisasi.

7. Kurikulum pelatihan tidak jelas.

8. Pelatih-pelatih kurang dikembangkan.

9. Pelatih-pelatih yang baik kurang tertarik pada lembaga-lembaga pelatihan

karena tidak adanya pola karir.

10. Dan suatu sistem tidak lanjut (follow-up) yang tepat tidak ada. D. Pelatihan dalam Prespektif Islam

Dari berbagai pengertian yang sudah dipaparkan diatas, bawasannya

pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses untuk mengembangkan atau

menambah pengetahuan karyawan serta meningkatkan skill keterampilan yang

dimiliki setiap individu agar lebih baik lagi untuk keberhasilan dalam mencapai

33

(47)

37

tujuan organisasi. Menurut bukunya Meldona yang dikutip oleh Sinn mengatakan

bahwa Islam memandang ilmu sebagai dasar penentuan martabat dan derajat

dalam kehidupan. Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk senantiasa

meminta tambahan ilmu. Dengan bertambahnya ilmu seseorang, maka akan

meningkatkan pengetahuan seorang muslim terhadap berbagai urusan dunia atau

agama.

Ilmu pengetahuan yang dihubungkan dengan agama akan membuat diri

individu lebih dekat dan lebih mengenal Allah SWT serta meningkatkan

kemampuan dan kompetensinya dalam menjalankan tugas pekerjaan yang

dibebankan kepadanya34. Pada Al Qur’an sudah dijelaskan bahwa manusia

diperintahkan untuk menambah wawasan atau mencari ilmu pengetahuan

sebanyak banyaknya. Karena sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat derajat

martabat orang yang mencari ilmu, sebagaimana firman-Nya35:

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

34

Meldona, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Integratif,UIN-Malang Press, Malang , hal. 261.

35

(48)

38

(TIRMIDZI - 2570): “Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan

telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." Abu Isa berkata; 'Ini adalah hadits

hasan’.”36

Pada ayat di atas menjelaskan tentang bagaimana memberi kesempatan

untuk orang yang sedang mencari ilmu dalam suatu majelis. Dengan

bertambahnya ilmu maka seseorang akan bisa memperbaiki diri menjadi lebih

baik daripada sebelumnya. Ditambah lagi dengan hadist di atas menjelaskan

bahwa bagi siapa-siapa yang mencari ilmu di atas jalan kebenaran, maka Alloh

akan mempermudah jalan tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah sarana

maupun seseorang untuk mendampingi serta melakukan proses pembelajaran.

Kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam segala bidang pekerjaan atau aktivitas

merupakan bentuk ilmu untuk meningkatkan suatu kinerja.

Islam mendorong umatnya untuk bersungguh-sungguh dan memuliahkan

pekerjaan. Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada makanan yang lebih baik yang

dimakan oleh seseorang daripada apa yang ia makan dari pekerjaan tangannya.

Sesungguhnya Nabi Dawud a.s. memakan makanan dari hasil kerja tangannya.

Selain itu, Islam juga mendorong untuk melakukan pendidikan dan pelatihan

terhadap semua orang dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi dan

36

(49)

39

kemampuan teknis karyawan dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaannya.

Rasulullah Saw memberikan pelatihan terhadap orang yang diangkat untuk

mengurusi persoalan kaum muslimin, dan membekalinya dengan nasihat-nasihat

dan beberapa petunjuk37.

Pada salah satu surah Al-Qur’an menerangkan bahwa para rasul bukan

sekedar unggul dalam kehidupan spiritual, tetapi juga dalam keilmuan dan

keahlian lainya. Sebagai contoh, selain kekuatan fisik, Nabi adam dibekali

sejumlah pengetahuan yang luas (Al-asma’a kullaha). Nabi Nuh memiliki

keahlian kontruksi, Nabi Yusuf mempunyai bakat dalam agronomi, Nabi Daud

dalam metalurgi, dan Nabi Musa juga seorang yang kuat fisiknya. Hadist Nabi

mengatakan: “Orang mukmin yang kuat itu lebih disukai oleh Allah daripada

orang mukmin yang lemah. Bersemangatlah mencapai apa yang berguna bagimu

dan minta pertolongan kepada Allah dan jangan menjadi lemah”38. Allah

berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 28 sebagai berikut39:

Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia

dijadikan bersifat lemah”.(QS. An-Nisa’: 28)

Maksud dari ayat di atas adalah manusia pada dasarnya makhluk yang

bersifat lemah dan tidak berdaya. Sebagai makhluk yang lemah Allah menyuruh

agar selalu memperbaiki diri untuk menutupi kekurangan yang ada. Keterkaitan

dengan pekerjaan sehari-hari dalam suatu organisasi atau lembaga setiap individu

37

Meldona, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Integratif,UIN-Malang Press, Malang, hal 262.

38

Jusmaliani, 2011,Pengelolaan Sumber Daya Insani, , Bumi Aksara, Jakarta, hal. 100.

39

(50)

40

harus berusaha untuk lebih baik lagi dari sebelumnya. Adapun upaya yang bisa

dilakukan dengan mengikuti beberapa pendidikan dan pelatihan yang diadakan

oleh suatu lembaga. Sebagai contoh adalah balai Diklat.

Selain membina para sahabat melalui dakwah dengan metode presentasi

dan tanya-jawab. Rasulullah memberikan pula pembinaan melalui on the job

seperti Khalid bin Walid, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah yang pernah

mendapat penugasan sebagai komandan perang. Peranan sebagai pejabat

sementara di Madinah pernah diberikan kepada Abu Salamah, Utsman bin Affan,

dan Ali bin Abi Thalib ketika Rasulullah meninggalkan Madinah40.

Kualitas sumber daya manusia sangatlah diperlukan dalam pengelolaan

pekerjaan agar menciptakan inovasi-inovasi baru yang lebih baik. Sebagai

pendukung utama dalam mencapai tujuan organisasi, kualitas sumber daya

manusia yang memadahi harus terus dilatih. Menurut Hasan yang dikutip oleh

Jusmaliani mengatakan bahwa untuk memajukan sumber daya insani yang

berkualitas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut41:

a. Dimensi Kepribadian, yaitu dimensi yang menyangkut kemampuan untuk

menjaga integritas, termasuk sikap, tingkah laku, etika, dan moralitas.

Meningkatkan dimensi ini berarti juga memberikan pelatihan untuk

meningkatkan kualitas siddiq dan amanah.

b. Dimensi Produktivitas, yaitu menyangkut apa yang dapat dihasilkan oleh

manusia dalam hal jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

Dengan memberikan pelatihan yang ditujukan pada dimensi produktivitas,

40

Jusmaliani, 2011,Pengelolaan Sumber Daya Insani, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 108.

41

(51)

41

maka selain berbuah efisiensi dan output yang lebih baik, aspek fathonah dan

tabligh juga tersentuh.

c. Dimensi Kreativitas, yaitu menyangkut kemampuan seseorang untuk berpikir

dan berbuat kreatif, menciptakan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Metode penelitian berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan penelitian

yang akan dilakukan sebagai acuan dasar. Metode penelitian akan menjadi alat

bagi peneliti dalam melakukan analisis data yang ada. Sehingga, dapat

menemukan sebuah kesimpulan dari penelitian tersebut.

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Pelaksanaan Pelatihan dalam

Program Diklat di Tempat Kerja dan reguler di Balai Diklat Keagamaan

Surabaya”, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut

Banister dkk, dalam Haris Herdiansyah, bahwa Inti dari penelitian kualitatif

adalah ‘’sebagai suatu metode untuk menangkap dan memberikan gambaran

terhadap suatu fenomena, sebagai metode untuk mengeksplorasi fenomena, dan

sebagai metode untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti.”

42

Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan

lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna. Karena metode kualitatif

dapat menggali data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan,

deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, sikap mental, keyakinan,

42

(53)

43

etos kerja dan budaya yang dianut oleh individu maupun kelompok orang dalam

lingkungan kerja. Sehingga, tujuan dari penelitian dapat tercapai.43

Pendekatan penelitian ini menggunakan kualitatif Grounded Theory. Menurut John W. Creswell, pengertian penelitian kualitatif Grounded Theory adalah sebagai berikut:

“Penelitian kualitatifGrounded Theorymerupakan strategi penelitian yang

didalamnya peneliti “memproduksi” teori umum dan abstrak dari suatu

proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini, mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang diperoleh. Rancangan ini memiliki dua karakteristik utama, yaitu: perbandingan yang konstan antara data dan kategori yang muncul dan pengambilan contoh secara teoritis (teoritical sampling) atas kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan

kesamaan dan perbedaan informasi.”44

Dalam artian, peneliti menguraikan secara mendalam bagaimana

pelaksanaan pelatihan dalam program diklat di tempat kerja dan reguler serta apa

saja faktor pendukungnya di balai diklat keagamaan Surabaya.

B. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua hal yang akan dijelaskan yaitu, pertama

mengenai objek dan kedua wilayah penelitian. Objek yang akan dituju atau

dibahas dalam penelitian ini adalah masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan

pelatihan dalam program diklat di tempat kerja dan reguler serta faktor pendukung

keberhasilan pelatihan di balai diklat keagamaan Surabaya.

Sementara itu untuk wilayah penelitiannya adalah Balai Diklat Keagamaan

Surabaya Jl. Ketintang Madya No.92, Karah, Jambangan, Kota Surabaya, Jawa

43

Sugiyono, 2014, Memahami penelitian kualitatif, Bandung, Alfabeta, hal. 181.

44

(54)

44

Timur 60232. Peneliti tertarik dengan program-program yang ada di Balai Diklat

Keagamaan Surabaya, namun peneliti lebih berfokus pada pelaksanaan pelatihan

dalam program di tempat kerja dan reguler.

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Untuk memperoleh data yang jelas dalam penelitian ini, peneliti berusaha

mencari informasi yang mengarah kepada penelitian. Dalam penelitian kualitatif,

peneliti harus bisa berperan sebagi instrumen penelitian, di samping juga bantuan

dari pihak yang benar-benar mengetahui tentang pendidikan dan pelatihan dalam

program di tempat kerja yang ada dalam suatu organisasi. Untuk itu, jenis dan

sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data yang

pertama di lapangan atau sumber pertama di mana sebuah data

dihasilkan.45 Data primer ini, diperoleh dengan cara mencari jawaban atas

pertanyaan yang disajikan melalui wawancara secara langsung. Penentuan

sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknikpurposiveyaitu dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu atau orang yang dianggap paling

tahu tentang apa yang diharapkan dan menggunakan tekniksnowball yaitu

45

(55)

45

sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi

besar.46Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer antara lain:

1) Penyusun Bahan Siaran Dan pemberitaan

2) Seksi Administrasi

3) Seksi Diklat Tenaga Administrasi

Dalam hal ini, data yang diambil atau dihimpun adalah data tentang

pelaksanaan pelatihan dalam program di tempat kerja dan reguler

administrasi serta faktor pendukungnya di balai diklat keagamaan

Surabaya. Dengan jumlah tiga informan yang memiliki jabatan

masing-masing di balai diklat keagamaan Surabaya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh ke dua setelah data

primer. Tidak menutup kemungkinan peneliti sulit atau tidak mendapatkan

data dari sumber primer dikarenakan ada sesuatu hal yang sifatnya sangat

pribadi. Oleh karena itu, peneliti juga menggunakan data sekunder sebagai

sarana memperoleh data. Sumber data sekunder digunakan sebagai bahan

pembanding dari data primer yang telah diperoleh.47

Data sekunder yang dihimpun dalam penelitian ini adalah, sejarah

berdirinya Balai Diklat Keagamaan, struktur kepengurusan Balai Diklat

Keagamaan, profil, majalah dan dokumen yang ada kaitannya dalam

penelitian.

46

Sugiyono, 2014, Metode penelitian kuantitatif kualitatif R&D, Bandung, Alfabeta, hal. 216-218.

47

Gambar

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................................
Gambar 2.2 Proses Pendidikan dan Pelatihan.......................................................
  Tabel 2.1Tabulasi Penelitian Terdahulu Yang Relevan
 Gambar 2.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan (Diklat) Pekerjaan Umum (PU), untuk meningkatkan kompetensi peserta yang sesuai dengan visi dan

Peserta atau sasaran yang akan mengikuti pelatihan adalah masyarakat umum, yang terdiri dari karyawan baru, karyawan lama ataupun masyarakat umum. 1) Karyawan Baru, yaitu

Jika Saudara/i mengikuti pelatihan sepeda motor, jenis usaha apa yang akana.

Sesuai dengan hakekatnya, maka aspek pokok yang dianalisis dalam analisis jabatan adalah pelaksanaan pekerjaan yang menjabarkan tugas, fungsi, dan susunan organisasi yang

Dari hasil penelitian menunjukkan, keberhasilan dari Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Teknis Fungsional Peningkatan Kompetensi Guru di Balai Diklat Keagamaan Bandung

a. Pengenalan Aplikasi Moodle Pada bagian pengenalan aplikasi moodle bertujuan untuk melihat pengetahuan atau pemahaman Widyaiswara yang pernah melakukan pelatihan

Suatu program pelatihan memang sangat perlu untuk dievalusi, sebab dengan evaluasi akan diketahui seberapa banyak usaha pelatihan ini bisa mengubah perilaku dari peserta

Dalam hal ini analisis kebutuhan pelatihan merupakan alat untuk mengidentifikasi kesenjangan/belum meratanya yang mengikuti kegiatan pelatihan, sehingga analisis