• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI TAMBAK MADU KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI TAMBAK MADU KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial Islam (S. SOS.I)

Oleh : Muallifatul Jannah

B02212019

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI TAMBAK MADU

KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA Oleh:

Muallifatul Jannah

ABSTRAK

Tambak Madu adalah sebuah kampung yang terletak di kota Surabaya. Di tempat ini pendampingan PEKKA dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Dimana para PEKKA di Kampung Tambak Madu bekerja keras untuk menafkahi keluarga dikarenakan suami yang tidak memiliki pekerjaan sehingga perempuan bekerja menggantikan sang suami yang tidak memiliki pekerjaan hingga disebut dengan PEKKA (perempuan kepala keluarga) yang menggantikan posisi suami menafkahi keluarga. Dalam pendampingan ini penelitian akan menggunakan pendekatan PAR (Participatory Action Research) yang dengan langkah yang pertama inkulturasi atau mengenal masyarakat, penemuan masalah-masalah yang ada di masyarakat, memecahkan dan mencari solusi, menyusun strategi untuk mencapai tujuan, melakukan aksi, mengevaluasi aksi yang dilakukan dan melakukan refleksi. Dari langkah-langkah ini akan mempermudah pendampingan dalam mengetahui apa yang terjadi di kehidupan masyarakat.

Pendampingan ini menfokuskan kepada peningkatan ekonomi keluarga. Dari hasil FGD (Focus Group Discussion) bersama para perempuan di Tambak Madu Surabaya bersepakat bahwa strategi pemecahan masalah PEKKA adalah membentuk kelompok perempuan agar bisa membuka usaha kecil, mengadakan pelatihan membuat jajanan supaya warga Tambak Madu sebelum membuka usaha mereka memiliki keahliaan dalam membuat jajanan untuk membuka usaha dan yang terakhir yakni mencari jaringan untuk memodali usaha para perempuan Tambak Madu ini. Aksi yang sudah dilakukan ini sudah berjalan sesuai dengan rencana dan strategi. Diharapkan dengan adanya aksi pendampingan ini para perempuan Tambak Madu bisa meningkatkan pendapatan mereka dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dan keluarga mereka. Dan dengan adanya pendampingan ini masyarakat bisa memanfaatkan waktu luang mereka untuk membuka usaha kecil supaya ada tambahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

(8)

BAB I : PENDAHULUAN

A. Konteks Problem ... 1

B. Fokus Pendampingan... 5

C. Tujuan Pendampingan ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 6

F. Definisi Konsep... 9

G. Sistematika Pembahasan... 12

BAB II : KAJIAN TEORI A. Pemberdayaan Perempuan ... 15

B. Peran Gender ... 17

C. Perubahan Sosial... 18

D. Dakwah Bil Hal dalam Pemberdayaan ... 21

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pengertian PAR ... 25

B. Metode PAR ... 26

C. Strategi Pendampingan... 32

BAB IV : SELAYANG PANDAN KAMPUNG TAMBAK MADU A. Kondisi Geografis dan Demografis ... 35

B. Kondisi Ekonomi ... 37

C. Kondisi Pendidikan... 40

(9)

BAB V : PROBLEMATIKA KONDISI PEREMPUAN

A. Gambaran Kondisi PEKKA ... 48

B. Ketidakberdayaan Perempuan ... 55

BAB VI : PROSES AKSI A. Strategi Penguatan Ekonomi Keluarga ... 62

B. Membangun Kelompok Perempuan ... 65

C. Membangun Jaringan untuk Bantuan Modal ... 67

D. Pelatihan Keterampilan Membuat Jajanan ... 69

BAB : VII : CERITA AKHIR PENDAMPINGAN... 82

BAB : VIII : PENUTUP ... 90

A. Kesimpulan... 90

B. Rekomendasi ... 91

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta perbatasan Tambak Madu

Gambar 2 : Kondisi rumah warga gang IV

Gambar 3 : Grafik belanja pangan

Gambar 4 : Kondisi sekolah di Tambak Madu

Gambar 5 : Kegiatan tahlilan bapak-bapak

Gambar 6 :Kegiatan diba’an ibu-ibu

Gambar 7 : Bu khoiriyah

Gambar 8 : Bu sugiati

Gambar 9 : Bu suwarni

Gambar 10 : Para perempuan diskusi

Gambar 11 : FGD setelah acara arisan

Gambar 12 : Pegawai koperasi kelompok perempuan

Gambar 13 : Oven untuk pelatihan

Gambar 14 : Hasil kue nastar

Gambar 15 : Proses pembuatan onde-onde

(11)

Gambar 17 : Hasil jajan keciput

Gambar 18 : Hasil jajan unthuk yuyu

Gambar 19 : Pembuatan jajan kacang praline

Gambar 20 : Hasil jajan kacang praline

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah penduduk

Tabel 2 : Contoh belanja pangan

Tabel 3 : Jadwal mengajar TPQ

Tabel 4 : Nama-nama Kelompok perempuan

DAFTAR BAGAN

Bagan : Analisis Pohon Masalah

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Problem

Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang

karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu

keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah

gambaran perempuan yang sering terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara

anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya,

dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap

kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan.

Perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang artinya dihargai.1

Dimana perempuan memiliki hak untuk dihargai dan dimengerti oleh

laki-laki. Perempuan juga harus disayangi sebab perempuan memiliki hati

yang lemah lembut dan tidak bisa untuk dikerasi sedikitpun. Sedangkan Para

ilmuan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi

kekuatan fisik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki,

tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam

bakatnya.2

1

Zaitunah Subhan,Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004). Hal.43

2

(14)

Dalam realita peran perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Dan sudah banyak perempuan terkenal sebagai perempuan yang tangguh

dalam segala hal yang disebut dengan PEKKA3(perempuan kepala keluarga).

Beban ganda lebih sering dialamatkan kepada perempuan. Ia yang sudah

berperan ganda dalam keseharian, mengurusi anak sekaligus membantu

mencari nafkah untuk mencukupi kehidupannya. Ekonomi rumah tangga

mereka yang miskin sehingga mengharuskan perempuan atau istri membantu

bekerja, dengan pekerjaan apa saja yang sesuai dengan kemampuan. Seorang

perempuan berusia 46 tahun mengatakan jika dilihat dalam kehidupan nyata

hasil dari pendapatan perempuan sangat besar membantu ekonomi keluarga

dibandingkan penghasilan laki-laki.4

Tepatnya di Tambak Madu Surabaya ini terdapat perempuan bekerja

untuk pemenuhan kebutuhannya. Dari jumlah KK 76 ada sekitar 42

perempuan bekerja dengan rincian 6 perempuan kepala keluarga yang

suaminya menganggur tidak memiliki pekerjaan, 9 perempuan menjadi kepala

keluarga dikarenakan suami telah meninggal dunia/ditinggal cerai oleh suami

dan sisanya 27 perempuan bekerja karena penghasilan suami yang tidak pasti

dan kurang.5 Sehingga menjadikan perempuan membantu bekerja untuk

memenuhi kebutuhannya. Dalam kesehariannya perempuan merelakan diri

untuk mencukupi kebutuhannya menggantikan posisi sang suami yang tidak

bisa untuk mencukupi semua kebutuhan sehari-hari.

3

Istilah ini diambil dari http://www.mampu.or.id/id/partner/pekka-pemberdayaan-perempuan-kepala-keluarga diakses pada 30 maret 2016

4

Wawancara pada tanggal 20 maret 2016 dengan Suwarni usia 46tahun 5

(15)

Salah satu perempuan berusia sekitar 49 tahun mengatakan kalau hanya

mengandalkan hasil kerja suami tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari

sebab suami itu lebih banyak menggunakan penghasilannya untuk membeli

kebutuhannya sendiri (rokok, bensin dan lain-lain) dibandingkan mencukupi

kebutuhan anak-anaknya. Dan kerjanya pun tidak bisa diperkirakan pasti dapat

upah. Karena pekerjaan yang dikerjakan ketika ada barang saja, jika tidak ada

barang maka mereka tidak bisa bekerja dan menganggur. Sebab kerjanya

hanya jadi kuli sepatu.6 Dengan alasan begini para perempuan harus memilih

untuk mencari kerjaan sampingan agar semua kebutuhan tercukupi walaupun

tidak semuanya. Setidaknya ada sedikit usaha untuk mendapatkan upah.

Padahal sebenarnya sudah jelas laki-lakilah yang memiliki kewajiban

untuk menafkahi dan mencukupi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Seorang laki-laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib baginya

memberinya nafkah kepada keluarganya. Adapun dasar hukum tentang

eksistensi dan kewajiban nafkah terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, hadis Rasulullah, kesepakatan para imam madzhab maupun UU yang ada di

Indonesia, diantaranya adalah : Surat Ath-Thalaq ayat 6

(16)

“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka karena ingin utuk menyempitkan mereka. Jika mereka hamil berikan mereka belanja sampai lahir kandungan mereka. Jika mereka menyusukan untukmu (anakmu) berilah upah (imbalannya). Bermusyawarahlah kamu dengan sebaik-baiknya. Tetapi jika kamu kepayahan hendaklah (carilah) perempuan lain yang akan menyusukannnya). (QS: Ath-Thalaq ayat 6)7

Dalam ayat di atas dapat dipahami bahwasannya suami wajib

memberikan istri tempat berteduh dan nafkah lainnya. Dan istri harus

mengikuti suami dan bertempat tinggal di tempat suami. Besarnya kewajiaban

nafkah tergantung pada keleluasaan suami. Jadi pemberian nafkah

berdasarkan atas kesanggupan suami bukan permintaan istri.8 Dengan ayat di

atas sudah terlihat bahwa laki-laki yang memiliki kewajiban untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya bukan perempuan yang banyak peran untuk

mencukupinya. Namun dalam realitanya semua itu tidak terjadi karena

laki-laki lebih santai dan tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Justru perempuan

yang lebih banyak berperan aktif dalam usaha untuk mencukupi semua

kehidupan hidupnya.

Rasulullah bersabda;

اﺮ ﻔﻛ

“Kefakiran itu bisa menjerumuskan pada kekufuran”.9

7

Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro),Hal. 946

8

Drs. H. Rahmat Hakim, Hukum Pernikahan Islam.(Bandung: Pustaka Setia, 2000). Hal.101 9

(17)

Makna ayat diatas menjelaskan orang yang malas bekerja akan

membuat kepada dirinya menjadi kufur. Sedangkan pada kehidupan nyata ada

sebagian laki-laki yang malas untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

Dikarenakan pekerjaan yang dulu mereka kerjakan sekarang tidak bisa mereka

kerjakan dan tidak bisa untuk dijadikan pendapatan utama. Sebab pekerjaan

mereka yang hanya menjadi seorang kuli yang harus bergantung kepada

pesanan orang. Sehingga mereka tidak punya keinginan untuk kerja yang lain

sebab mereka beranggapan hanya bisa bekerja sebagai kuli. Dengan tidak

bisanya laki-laki untuk dijadikan penghasil kebutuhan keluarga, maka

perempuanlah yang menjadikan posisinya untuk menambah pendapatan

keluarga agar semua kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi dengan baik.

B. Fokus Pendampingan

Penelitian ini dilakukan di Tambak Madu Kecamatan Simokerto

Surabaya, dengan fokus pendampingan perempuan Tambak Madu dalam

meningkatkan ekonomi keluarga dengan cara memanfaatkan potensi yang

dimiliki oleh perempuan-perempuan tangguh ini dan asset yang dapat

diberdayakan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan fokus :

1. Bagaimana pola pendampingan partisipasi perempuan Tambak Madu

dalam proses meningkatkan ekonomi keluarga?

2. Bagaimana pola membangun partisipasi perempuan Tambak Madu

(18)

C. Tujuan Pendampingan

Tujuan dari penelitian ini yang pertama yakni agar mengetahui

bagaimana kehidupan nyata yang dialami oleh perempuan kepala keluarga

yang tinggal di Tambak Madu Surabaya dan agar bisa mengetahui bagaimana

peran perempuan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya yang

langsung dibebankan pada perempuan yang seharusnya kaum laki-laki yang

berhak mencukupi kebutuhan keluarganya.

Dan yang kedua agar peneliti mengetahui apa saja masalah-masalah

yang dihadapi oleh perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi

keluarganya di Tambak Madu Surabaya. Bagaimana perempuan kepala

keluarga memperkuat penghasilannya untuk meningkatkan ekonomi

keluarganya. Dan mencari solusi-solusi supaya ekonomi keluarga bisa

meningkat dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki para perempuan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua ada manfaat bagi

masyarakat dan manfaat bagi penulis/peneliti :

1. Bagi masyarakat : adanya fasilitator ini masyarakat bisa termudahkan

dalam menggali kemampuan dan keahlian terpendam yang dimiliki

masyarakat, agar kemapuan itu bisa tertuangkan dengan baik dan tepat

pada tempatnya supaya keahlian yang dimiliki oleh masyarakat tidak

(19)

masyarakat bisa terpecahkan dan bisa mencari solusi yang terbaik.

Supaya masyarakat tidak bingung dengan masalah-masalah yang telah

menghadang pada kehidupannya.

2. Bagi peneliti : manfaat penelitian ini sendiri yakni agar penulis

mengetahui bagaimana perjuangan seorang perempuan memenuhi

kebutuhannya dengan kerja kerasnya dan memberikan pengalaman baru

kepada penulis.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan masalah yang terjadi maka peneliti melihat beberapa

penelitian terdahulu yang relevan diantaranya yakni :

Yang pertama “Jurnal Pemberdayaan Perempuan (Study kasus pedagang jamu di Gedung Johor Medan)” oleh Darmono Haulay yang di dalam jurnalnya berisikan tentang pemberdayaan perempuan pedagang jamu

melalui pemberdayaan ekonominya. Dimana para-para pedagang jamu ini

adalah asli orang perantauan yang mengadu nasib di kota Medan. Hanya demi

merubah nasib dan perekonomian mereka. Peneliti memberdayaan perempuan

pedagang jamu ini melalui ekonominya yang meliputi pemberdayaan dalam

pelatihan memotivasi kewirausahaan, pentingnya pendidikan dan pelatihan

memanajemen penghasilannya.10

10

(20)

Yang kedua “Skripsi Upaya Pemberdayaan Buruh Tani Perempuan dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga di Dusun Banyulegi Desa

Gempolmanis Kec. Sambeng Kab. Lamongan” oleh Ni’matul Firdausi yang di dalam penelitiannya memberdayakan perempuan buruh tani dalam

memanfaatkan asset yang ada di desa tersebut. Hal ini dimaksudkan agar

supaya buruh tani perempuan ini bisa berdaya dan tidak lagi bergantung pada

mereman yang sifatnya musiman. Akan tetapi hal ini tidak serta merta

dilakukan tanpa memperhatikan kodratnya sebagai ibu rumah tangga yang

harus mengurus segala keperluan rumah tangga. Jadi, salah satu yang bisa

dilakukan yakni dengan memperhatikan apa saja keterampilan yang dimiliki

oleh buruh tani perempuan, selain mereman. Hal ini juga bisa dilakukan

dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di Dusun Banyulegi, agar

supaya kegiatan ini dapat berkelanjutan. Sehingga dengan adanya atau tidak

adanya pendamping lapangan di Dusun Banyulegi, para buruh tani perempuan

ini masih bisa mengembangkan keterampilan lokal yang dimilikinya tersebut.

Yakni keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan membuat tikar karena

di dusun ini banyak tanaman pandan duri.11

F. Definisi Konsep

Definisi konsep yang dipilih dalam penelitian ini perlu ditentukan ruang

lingkup dan batasan persoalannya. Sehingga persoalan-persoalan tersebut

11

(21)

tidak kabur, di samping itu konseptualisasi agar terhindar dari saling salah

pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan, sehingga akan menjadi

mudah memahami masalah yang dibahas.

1. Pemberdayaan

Secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian

tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses

menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya, kekuatan,

kemampuan atau pemberian kekuatan dari pihak yang memiliki daya

kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Upaya pemberdayaan masyarakat sendiri perlu didasari

pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat

masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless). Faktor yang lain

dikarenakan adanya ketimpangan. Ketimpangan yang sering kali terjadi

di masyarakat meliputi12:

a. Ketimpangan struktural yang terjadi di antara kelompok primer,

seperti perbedaan kelas antara orang kaya (the have) dengan orang

miskin (the have not) dan antara buruh dengan majikan;

ketidaksetaraan gender; perbedaan ras maupun perbedaan etnis yang

tercermin pada perbedaan antara masyarakat lokal; dengan

pendatang dan antara kaum minoritas dengan mayorits.

12

(22)

b. Ketimpangan kelompok akibat perbedaan usia, kalangan tua dengan

muda, keterbatasan fisik, mental dan intelektual, masalahgay-lesbi,

isolasi geografis dan sosial (ketertinggalan dan keterbelakangan).

c. Ketimpangan personal akibat faktor kematian, kehilangan

orang-orang yang dicintai, persoalan pribadi, dan keluarga.

Dari beberapa pengetian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan adalah proses menempatkan manusia sebagai subjek dari

dunianya sendiri, dengan tujuan menghilangkan ketimpangan struktur

sosial yang tidak adil dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapinya.

2. PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga)

PEKKA adalah perempuan yang menjadi kepala keluarga karena

suami tidak mampu untuk menjadi kepala keluarga yang mencukupi

kebutuhan kesehariannya sehingga perempuan yang menggantikan

posisi suami menjadi kepala keluarga dan mengurus semua pekerjaan

rumah. Dan mencukupi semua kebutuhan anak dan keluarga mereka.

Sebab sang suami yang tidak produktif menjadikan perempuan bekerja

untuk mencukupi semua kebutuhan yang dibutuhkan. Sebab jika tidak

keluarga mereka tidak akan bisa makan dan memenuhi semua kebutuhan

(23)

3. Peningkatan Ekonomi

Dalam peningkatan ekonomi ini yakni dimana ekonomi keluarga

yang sebelumnya selalu kurang dalam pemenuhan kebutuhannya. Bisa

berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bisa bertambahnya

pendapatan keluarga. Dengan bertambahnya pendapatan bisa dikatakan

bahwasannya ekonomi keluarga mengalami peningkatan. Dengan

adanya peningkatan ini maka semua kebutuhan akan tercukupi dengan

baik. Dari kehidupan sebelumnya. Karena pendapatan mereka yang

sangat pas-pasan dengan kebutuhan yang mereka alami, sehingga

dikatakan bahwa ekonomi mereka kurang. Maka diharapkan dengan

adanya membuka usaha bisa menambahkan kebutuhan hidup keluarga.

4. Tambak Madu

Tambak Madu adalah sebuah kampung yang berada di Kelurahan

Tambak Rejo Kecamatan Simokerto Kota Surabaya. Dimana di

kampung ini terdapat banyak perempuan yang bekerja untuk tambahan

kebutuhan hidup keluarganya. Dan menggantikan posisi suami atau

membantu pendapatan sang suami untuk memenuhi semua kebutuhan

sehari hari.

Dari konsep di atas yang dilakukan yakni pendampingan perempuan

PEKKA di Tambak Madu Surabaya. Dimana dengan adanya pendampingan

ini diusahakan para perempuan-perempuan Tambak Madu ini bisa memiliki

(24)

membuka usaha melalui kelompok arisan atau yang biasa disebut dengan

arisan pkk yang dikelolah oleh para ibu-ibu.

G. Sistematika Pembahasan

BAB I: Pendahuluan menjelaskan tentang konteks problem yang ada di lokasi

pendampingan, fokus pendampingan bagaimana fokus pendampingan

yang akan dilakukan, tujuan pendampingan, manfaat pendampingan,

penelitian terdahulu yang relevan, defenisi konsep dan sistematika

pembahasan.

BAB II: menjelaskan kajian teoritik yang berisi tentang pemberdayaan

masyarakat, kajian teori yang akan dipakai peneliti. Dalam penelitian

ini, peneliti bukan untuk menguji teori tetapi peneliti mencoba

menemukan teori baru dari realitas yang ada. Teori yang akan dipakai

oleh peneliti yakni teori pemberdayaan perempuan, dakwah bil hal

dalam pemberdayaan, dan teori ekonomi dalam peningkatan

pendapatan keluarga.

BAB III: Menjelaskan tentang metode pendampingan, antara lain: Pengertian

Participatory Action Research apa yang dimaksud dengan PAR

sendiri, bagaimana Metodologi PAR, dan bagaimana strategi

pendampingannya.

BAB IV : Selayang pandang kampung Tambak Madu Menjelaskan tentang

kondisi geografis dan kondisi demografi, kondisi perekonomian warga

(25)

kebudayaan yang tetap dilakukan oleh warga Kampung Tambak Madu

sendiri.

BAB V: Analisa problematika keluarga dimana dalam analisa problematic ini

akan muncul permasalahan-permasalah yang telah dialami oleh para

perempuan yang ada di Kampung Tambak Madu ini dan di dalam

pembahasan problematika ini menjelaskan tentang gambaran umum

kondisi PEKKA, ketidakberdayaan perempuan dan menganalisi

masalah masalah di dalam pohon masalah yang didapatkan dari hasil

diskusi bersama para perempuan Kampung Tambak Madu.

BAB VI: Membahas Proses Aksi pendampingan dimana dalam pembahasan

ini akan menjelaskan tentang bagaimana strategi yang dilakukan dalam

mencari solusi permasalahan agar kedepannya para perempuan ini bisa

mendapatkan pendapatan tambahan untuk kehidupan mereka, dan

proses aksi sendiri yang pertama yakni pembentukan kelompok

perempuan yang terdirikan dari sepuluh orang perempuan, dan yang

kedua yakni pelatihan pembuatan jajanan yang diadakan sebanyak

empat kali dan membangun serigan menggali modal yakni modal yang

didapatkan dari lembaga koperasi kelompok perempuan.

BAB VII: membahas tentang akhir cerita selama pendampingan di Tambak

Madu Kecamatan Simokerto Surabaya. Dimana peneliti ditempat ini

mendapatkan pengalaman yang baru agar kedepannya bisa lebih baik

(26)

BAB VIII : Penutup berisikan: kesimpulan, rekomendasi dan saran dimana

kesimpulan yang menjelaskan tentang penelitian yang menjadi

pendampingan di Tambak Madu Surabaya dan kesimpulan ini

meringkas tentang pembahasan pendampingan yang dilakukan oleh

peneliti, rekomendasi pendampingan dan yang terakhir yakni saran

dimana peneliti sangatlah membutuhkan saran pada semua karena

penelit sangatlah jauh dari kesempurnaan maka dari itu peneliti

sangatlah membutuhkan saran untuk membangun kedepannya lebih

(27)
(28)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Perempuan

Pemberdayaan merupakan transformasi hubungan kekuasaan antara

laki-laki dan perempuan pada empat level yang berbeda, yakni keluarga,

masyarakat, pasar dan negara. Konsep pemberdayaan dapat dipahami dalam

dua konteks.13Pertama, kekuasaan dalam proses pembuatan keputusan dengan

titik tekan pada pentingnya peran perempuan. Kedua, pemberdayaan dalam

term yang berkaitan dengan fokus pada hubungan antara pemberdayaan

perempuan dan akibatnya pada laki-laki di masyarakat yang beragam.

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,

yaitu :

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan

bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya,

karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk

membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan

13

(29)

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya

untuk mengembangkannya.14

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,

selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi

langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan

(input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities)

yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam

proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,

oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena

itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya

dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti

mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan

mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus

dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak

seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan

masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada

berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang

dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat

dipertukarkan dengan pihak lain).

14

(30)

Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,

memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah

kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Dari berbagai definisi

tersebut, dapat ditarik suatu benang merah bahwapemberdayaan masyarakat

merupakan upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat. Atau

dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu

menolong dirinya sendiri.15

B. Peran Gender

Kemampuan pekerjaan suami tidak cukup untuk kebutuhan keluarga.

Sebab itu para perempuan kepala keluarga bekerja untuk tambahan kebutuhan

hidup mereka agar terpenuhi. Dan beban gender lebih sering dialamatkan

kepada perempuan. Ia yang sudah beperan ganda dalam keseharian,

mengurusi anak sekaligus membantu mencari nafkah atau menjadi pencari

nafkah tunggal di keluarganya. Ia sering dituntut berperan di ranah publik

sekaligus di ranah domestik. Ia yang karena menjadi pejabat di sebuah kantor,

misalnya. Dituntut untuk eksis dengan jabatannya, dan ia sebagai ibu rumah

tangga, dituntut juga harus berhasil mendidik anak dan melayani suami. Peran

ganda sekaligus beban ganda seperti itu yang banyak dialami perempuan.

Perempuan yang telah mengganti fungsi suami menjadi kepala

keluarga, adalah para isteri dengan segala persoalan yang dihadapi. Peran itu

sangat kompleks, menyangkut pengadaan nafkah, pengamanan keluarga,

perlindungan keluarga, pendidikan anak-anak, dan sebagainya. Dengan

15

(31)

adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat lemah lembut, rajin

dan disiplin. Berakibat bahwa semua pekerjaan domestic rumah tangga

menjadi tanggung jawab perempuan. Konsekuensinya banyak perempuan

harus bekerja keras dalam menjaga kebersihan rumah mulai dari menyapu,

mengepel, mencuci, memasak hingga meramut anak. Dikalangan perempuan

tidak mampu beban seperti in sangatlah berat untuk ditanggu oleh perempuan.

Terlebih-lebih jika perempuan tersebut harus bekerja sehingga membuat

mereka memiliki peran ganda.16

C. Perubahan Sosial

Pembangunan adalah kata benda yang netral yang maksudnya adalah

suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk

meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat

dan sebagainya. Dan dengan pemahaman seperti ini kata pembangunan

disejajarkan dengan kata perubahan sosial.17

Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi dalam

masyarakat yang perlu didekati dengan model pemahaman yang lebih rinci

dan khusus. Upaya tersebut untuk mendapatkan kejelasan substansial sehingga

berguna untuk memahami dinamika kehidupan masyarakat.18Menurut teori

perubahan social yang dikemukakan oleh August Comte membagi dalam dua

konsep penting yaituSocial Static(bangunan structural) dan Social Dynamics

16

Mansour Fakih,Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta : INSIST PRESS) Hal.21

17

Mansour Fakih,Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta : INSIST PRESS) Hal.10

18

(32)

(dinamika structural). Yang mana bangunan structural merupakan hal-hal

yang mapan, berupa stuktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan

utamanya mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi

dan menunjang orde, tertib dan kestabilan masyarakat.

Perubahan sosial memiliki ciri yaitu berlangsung terus menerus dari

waktu kewaktu, apakah direncanakan atau tidak yang terus terjadi tak

tertahankan. Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala

sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Perubahan akan mencakup

suatu sistem sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang ada di masyarakat,

perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung situasi

yang mempengaruhinya. Perubahan sosial menurut Roy Bhaskar bahwa

perubahan sosial biasanya terjadi secara bertahap dan berjalan sebagaimana

wajarnya (naturaly) serta tidak pernah terjadi secara radikal melainkan terjadi

karena proses mengulangulang, menghasilkan kembali segala hal yang

diterima.19 Tentu setiap masyarakat mempunyai impian-impian yang di

inginkan untuk kehidupan mereka kedepannya. Karna bayangan tentang masa

depan akan mengarahkan jalannya perubahan dalam masayarakat itu.

Dalam artian positif impian tentang masa depan berfungsi mengarahkan

tindakan apa saja yang akan dilakukan maupun direncanakan oleh masyarakat.

Dengan adanya impian tersebut masyarakat mengerti apa yang mereka

inginkan maupun butuhkan. Setiap perubahan yang terjadi dimasyarakat, tidak

selalu berarti bahwa semua harus seragam dan harus semodern barat. Namun

19

(33)

bagimana masyarakat menyiasati perubahan tersebut sebagai peubahan yang

menuju kebaikan. Dalam artian merubah pola pikir atau mindset yang ada

dalam masyarakat, ketika pola pikir berubah maka dengan sedirinya

masyarakat akan sadar apa yang menjadikan masyarakat berdaya dan mampu

memanfaatkan potensi di sekelilingnya.

Sedangkan dalam pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses

perubahan kondisi perekonomian suatu Negara yang berkesinambungan

menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno

(2000) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sehingga

pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas

produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi

keberhasilan pembangunan ekonomi.

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha

dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan para pengusaha merupakan

golongan yang akan terus-menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam

ekonomi. Hal ini bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan perekonomian

jika para pengusaha terus-menerus mengadakan inovasi dan mampu

(34)

Adapun jenis-jenis inovasi, di antaranya dalam hal berikut.

a) Penggunaan teknik produksi.

b) Penemuan bahan dasar.

c) Pembukaan daerah pemasaran.

d) Penggunaan manajemen.

Dalam meningkatkan ekonomi pertumbuhan ekonomi pada dasarnya

merupakan sebuah teori pembangunan. Dimana faktor manusia yang

menjadikan fokus utama.20Jika meningkatkan sebuah ekonomi keluarga yang

paling utama diliat dari manusianya terlebih dahulu. Lalu melihat apa sumber

daya yang mereka miliki supaya bisa untuk dikembangkan.

D. Dakwah Bil hal dalam Pemberdayaan

Dakwah adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang

lain. Ditinjau dari segi komunikasi, dakwah adalah merupakan proses

penyampaian pesan-pesan (massage) berupa ajaran Islam yang disampaikan

secara persuasif dengan harapan agar komunikasi dapat bersikap dan berbuat

amal sholeh sesuai dengan ajaran Islam tersebut.21

Menurut Drs.H. Masyhur Amin, menyatakan dakwah sebagai suatu

aktifitas yang mendorong manusia memeluk Agama Islam, melalui cara yang

20

Mansour Fakih,Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta : INSIST PRESS) hal.55

21

(35)

bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan

kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).22

Allah Berfirman dalam surat An- nahl ayat 125 :



“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS: An Nahl ayat 125)23

Dakwah merupakan bagian penting bagi umat saat ini. Dakwah menjadi

obat bagi manusia ketika dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak,

maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan,

kecurangan, dan sederet tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya. Bukan hanya

itu, seorang fasilitator maupun da’i harus memahamai latar belakang objek dampingannya atau dakwahnya.24Adapun sifat-sifat dasar dakwah adalah :

1. Dakwah bersifat persuasif, bukan koersif

22

Masyhur Amin,Dakwah Islam dan Pesan Moral(Yogyakarta, Al Amin 1997) hal. 10 23

Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro) Hal. 281

24

(36)

Berusaha mempengaruhi manusia untuk menjalankan agama sesuai

dengan kesadaran dan kemauannya sendiri bukannya dengan jalan

koersif/paksaan.

2. Dakwah ditujukan kepada pemeluk Islam dan non Islam

Berusaha menyebarkan dan meratakan rahmat Allah kepada

seluruh penghuni alam raya. Oleh karena itu dakwah ditujukan baik

kepada orang-orang yang sudah beragama Islam untuk meningkatkan

kualitas imannya maupun kepada orang-orang Non Islam ntuk

menerima kebenaran Islam.

3. Dakwah adalah anamnesis

Berupaya mengembalikan manusia kepada sifat aslinya yang fitri

(suci), yaitu sifat asal mula manusia sejak lahir yang menjadikannya

secara kodrati menerima kebenaran.

4. Dakwah bukanlah prabawa psikotropik

Dakwah tidak boleh membpunyai sasaran lain tetapi dengan

berhati-hati dan penuh kesungguhan mencoba mencari suatu pengakuan

maupun persetujuan yang tulus ikhlas tentang apa yang diajaknya.

5. Dakwah adalah rationally necessary

Suatu penyajian penilaian kritis bagi nilai-nilai kebenaran atau fakta

tentang metafisik dan etik serta relevansinya bagi manusia.25

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat,

khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan,

25

(37)

didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan peri

kehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus

terus-menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama

dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan

pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan

masyarakat lebih merupakan suatu proses.26

Dakwah dalam pemberdayaan diharapkan untuk mengubah cara pikir

masyarakat agar tetap sadar bahwa mereka dalam tingkatan yang sedang

dijajah. Kebanyakan yang terjadi bahwa setiap berdakwah hanya

mementingkan da’inya saja, namun tidak berpihak kepada mad’unya. Berdakwah hanya mementingkan satu individu dan tempat berdakwah pun

selalu di tempat suci seperti tempat ibadah. Da’inya pun dipilih bukan da’i sembarang. Harus memiliki ilmu agama yang mumpuni, meski terkadang

ucapan dakwahnya tidak sesuai perbuatannya.

Dalam kehidupan nyata memang sudah banyak para perempuan bekerja

dalam membantu pekerjaan suami atau meringankan beban suami. Bekerja

tidak memandang laki atau perempuan. Siapa yang bisa lebih cepat merekalah

yang akan memutuskan, sebab semua kebutuhan sangatlah penting untuk

dipenuhi jika tidak seseorang tidak akan bisa hidup. Karena semua kebutuhan

hidup harus dibeli dengan uang. Dalam pemberdayaan perempuan ini maka

dakwah bil hal yang dapat dilakukan yakni meringankan beban yang dialami

26

(38)

oleh perempuan kepala keluarga, agar semua kebutuhan yang mereka

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pengertian PAR (Participatory Action Research)

Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR)

adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma

baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigm pengetahuan

tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti

penting proses social dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan

mengenai “apa kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berbeda pada situasi

problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.27

Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif

semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang

sedang berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan)

dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.

Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah,

politik, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain terkait. Yang

mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan

perubahan yang diinginkan.28

27Agus Afandi, dkk,Modul Participatory Action Reseacrh (PAR)(UIN Sunan Ampel Surabaya: Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) 2016). Hal. 90

28

(40)

PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu

partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi.

PAR merupakan intervensi sadar yang tak terelakkan terhadap situasi-situasi

sosial. Riset berbasis PAR dirancang untuk mengkaji sesuatu dalam rangka

merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya. Sesungguhnya gerakan

menuju tindakan baru dan lebih baik melibatkan moment transformatif yang

kreatif. Hal ini melibatkan imajinasi yang berangkat dari dunia sebagaimana

adanya menuju dunia yang seharusnya ada. Tantangan utama bagi semua

peneliti PAR adalah merancang proses yang dapat menciptakan kreatifitas dan

imajinatif maksimal.29

B. Metode PAR (Partosipatory Action Research)

Mendayagunakan bentuk penelitian aksi bagi masyarakat yakni agar

lebih bermanfaat dan meningkatkan kemampuan masyarakat penelitian aksi

dilaksanakan secara partisipatif, dimana obyek penelitian yang menjadi

subyek penelitian. Ada beberapa elemen penting yang perlu di perhatikan bagi

para aktivis dan peneliti dalam melakukan PAR antara lain:

1. Memunculkan kesadaran dalam masyarakat, memahami, menyadari

bahwa ada sistem nilai dalam masyarakat.

2. Belajar dari masyarakat melalui pengembangan sikap empati dan

persahabatan untuk menemukan permasalahan, perasaan dan kebutuhan

mereka.

29

(41)

3. Setelah memahami banyak informasi dan memahami permasalahan

bersama masyarakat melalui diskusi dalam kelompok kecil, mancari

kemungkinan solusi bersama-sama. Semua dilakukan dengan

kehati-hatian karena permasalahan sesungguhnya berawal dari konflik

kepentingan. Konflik dan kontradiksi yang terjadi tersebut hendaknya

di bawa ke arah keterbukaan di masyarakat dan mencari inisiatif

pemecahan masalah.

Dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research), landasan

utamanya adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat. Oleh karena itu,

peneliti PAR harus melakukan cara kerja. Cara Kerja PAR terdiri dari

berbagai macam. sebagai berikut:30

1. Pemetaan Awal

Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga

peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang

terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk kedalam masyarakat/

komunitas baik melalui kunci masyarakat (key people) maupun komunitas

akar rumput yang sudah terbangun. Dalam pemetaan awal ini, peneliti

akan melakukan pendekatan melalui kelompok-kelompok yang aktif di

masyarakat seperti tahlilan, yasinan diba’an, arisan PKK dan kegiatan

masyarakat yang lainnya lainnya.

30

(42)

2. Membangun hubungan kemanusiaan

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust

building) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan

saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah

simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami

masalahnya, dan memecahkan persoalan secara bersama-sama

(partisipasi). Peneliti akan melakukan observasi dengan cara

berkecimpung langsung dengan masyarakat yang berkumpul di samping

rumah dan mengikuti semua kegiatan masyarakat.

3. Penentuan agenda riset untuk perubahan

Bersama masyarakat peneliti mengagendakan program riset melalui

teknik Partisipatory Rural Aprial (PRA) untuk memahami persoalan

masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Peneliti

melakukan agenda bersama kelompok-kelompok yang sudah dibangun

untuk melakukan perubahan. Sambil merintis membangun

kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada.

4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)

Peneliti bersama masyarakat/komunitas melakukan pemetaan

wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat. Peneliti bersama

masyarakat mulai melakukan pemetaan wilayah yang dikaji.

5. Merumuskan masalah kemanusiaan

Masyarakat/komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup

(43)

kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan persoalan utama

kemanusiaan lainnya.

6. Menyusun Strategi Gerakan

Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem

kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik,

menentukan pihak yang terlibat, (stakeholders), dan merumuskan

kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakannya

serta mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi

keberhasilan program tersebut.

7. Pengorganisasian masyarakat

Komunitas didampingi peneliti untuk membangun pranata-pranata

sosial. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok kerja, maupun

lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem

sosialnya. Demikian pula membentuk jaringan-jaringan antar kelompok

kerja dan antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain terkait

dengan program aksi yang direncanakan.

8. Melancarkan aksi perubahan

Aksi memecahkan masalah dilakukan secara partisipasif. Program

pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan

persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat,

sehingga terbangun pranata baru dalam komunitas dan sekaligus

memunculkan pengorganisir dari masyarakat sendiri dan akhirnya akan

(44)

9. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat

Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan kelompok atau

komunitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat belajar

ini sendiri merupakan media komunikasi, riset, diskusi dan segala aspek

untuk merencanakan, mengorganisir dan memecahkan masalah social.

10. Refleksi (teoritisasi perubahan sosial)

Peneliti dan komunitas merumuskan teoritisasi perubahan social.

Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan

program-program aksi yang sudah terlaksana. Lalu peneliti merefleksikan semua

proses dan hasil yang diperoleh selama pendampingan.

11. Meluaskan skala pergerakan dan dukungan

Keberhasilan program PAR tidak bisa diukur dari hasil kegiatan

selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program yang

sudah berjalan dan serta munculnya pemimpin local yang melanjutkan

program yang sudah berjalan itu.

Dalam PAR juga perlu menggunakan adanya teknik-teknik. Teknik yang

digunakan adalah teknikParticipatory Rural Apparisal (PRA). Secara umum

PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk

dan bersama masyarakat.31 Teknik ini bisa digunakan untuk memecahkan

problematika yang ada, membangun kesadaran pada masyarakat serta

mengenali potensi yang ada di wilayah tersebut. Adapun teknik-teknik PRA

diantaranya:

31

(45)

1. Mapping (pemetaan)

Mapping merupakan suatu teknik dalam PRA untuk memetakan

wilayah seperti desa, dusun, RT atau wilayah yang lebih luas bersama

masyarakat. Dalam pemetaan ini peneliti bersama masyarakat yaitu

Karmo‘ah, Ani dan Alimah melakukan FGD untuk memetakan kondisi

wilayah Desa Pliwetan yang menjadi pusat lokasi pendampingan.

2. Pemetaan Desa dan Survei belanja rumah tangga

Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran kehidupan

masyarakat secara utuh, sehingga diketahui bagaimana kelayakan

kesehatan, pendidikan, tingkat konsumsi, dan ekonomi masyarakat.

Dalam hal ini peneliti menyebarkan survey belanja rumah tangga kepada

lima kepala keluarga untuk dijadikan sempel. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kondisi ekonomi masyarakat Desa Pliwetan apakah

berdampak pada kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah

sembarangan.

3. Diagram Alur

Diagram alur menggambarkan arus dan hubungan diantara semua

pihak yang terlibat dalam suatu sistem. Dalam hal ini peneliti dan

ibu-ibu melakukan FGD untuk mengetahui bagaimana alur pembuangan

sampah Desa Pliwetan. Hal ini sangat diperlukan agar peneliti dan

masyarakat tahu bagaimana kondisi dan bagaimana sampah yang

(46)

4. Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah alat penggalian informasi berupa

tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Peneliti

mengkaji berbagai aspek kehidupan dengan menyusun pertanyaan

tentang kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan

secara sistematis dan terstruktur.

5. Analisis pohon masalah dan harapan

Disebut teknik analisa masalah karena melalui teknik ini, dapat

dilihatakar‘ dari suatu masalah, dan kalau sudah dilaksanakan, hasil dari

teknik ini kadang-kadang mirip pohon dengan akar yang banyak.

Analisa Pohon Masalah sering dipakai dalam masyarakat sebab sangat

visual dan dapat melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama.32

Dalam hal ini peneliti dan masyarakat melakukan FGD tentang

permasalahan pembuangan sampah sembarangan yang menjadi

kebiasaan dan menyelesaikannya dengan apa yang menjadi keinginan

masyarakat secara bersama-sama.

C. Strategi Pendampingan

Strategi pendampingan merupakan proses awal untuk menyiapkan

pendampingan kepada masyarakat agar proses pendampingan tersebut bisa

dilakukan secara terencana, terprogram, dan terlaksana bersama

32

(47)

masyarakat/komunitas. Berikut ini susunan strategi pendampingan

menggunakan metode PAR:33

1. Mengetahui kondisi riil masyarakat/komunitas (to know)

Dalam tahap untuk mengetahui kehidupan perempuan kepala

keluarga di Tambak Madu ini, peneliti tidak perlu melakukan inkulturasi

sebab proses penelitian dilakukan dilingkungan tempat tinggal peneliti.

Sehingga peneliti paham dengan kondisi masyarakat saat ini dan

sebelumnya yang sudah terjadi.34

2. Memahami problem komunitas (to understand)

Tahapto understandini untuk memahami permasalahan masyarakat

yang diperoleh peneliti melalui FGD (focus group discussion) dengan

perempuan kepala keluarga yang telah didiskusikan bersama. dan

merumuskan masalah dengan menggunakan cara analisis diagram alur,

diagram venn, survie belanja rumah tangga, melihat kalender harian

perempuan kepala keluarga sehingga permasalah ditemukan pada pohon

masalah.

3. Merencanakan pemecahan masalah komunitas (to plan)

Dalam perencanaan pemecahan masalah rendahnya pendapatan

perempuan kepala keluarga ini, bagaimana cara dan rencana-rencana apa

saja untuk memecahkan permasalahan yang terjadi, lalu digambarkan

33

Agus Afandi,Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif, (Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal. 51-60

34

(48)

sebuah harapan dari masyarakat supaya kegiatan untuk memecahkan

masalah yang dialami sehingga masyarakat mengetahui apa penyebab

terjadinya permasalahan itu.

4. Melakukan aksi (to action)

Kegiatan aksi ini yakni memberdayakan para perempuan kepala

keluarga untuk memanfaatkan waktu luang mereka dijadikan kegiatan

yang menghasilkan uang. Kegiatan aksi ini dilakukan bersama-sama

sebagai partisipasi para perempuan.

5. Refleksi (to reflection)

Tahap yang terakhir yakni refleksi yang merupakan evaluasi

kegiatan yang telah dilakukan dan dimana refleksi ini untuk mengetahui

(49)

BAB IV

SELAYANG PANDANG KAMPUNG TAMBAK MADU

A. Kondisi Geografis dan Demografis

Tambak Madu adalah sebuah kampung yang termasuk dalam wilayah

Kelurahan Tambak Rejo, Kecamatan Simokerto Surabaya. Kampung Tambak

Madu mudah terjangkau oleh angkutan umum sebab perkampungan ini tidak

jauh dari pusat perkotaan. Tambak Madu juga dikelilingi oleh permukiman

yang padat. Selain itu, di Kampung Tambak Madu juga terdapat satu pondok

pesantren yang memang merupakan tempat untuk menuntut ilmu. Tambak

Madu sendiri terbagi menjadi empat kampung yakni Tambak Madu gang I, II,

III, IV yang akan digambarkan dibawah ini.

Gambar 4.1

(50)

Adapun kampung yang berbatasan dengan Kampung Tambak Madu

yaitu sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan kampung Tambak Anakan

2. Sebelah selatan berbatasan dengan kampung Ngaglik

3. Sebelah barat berbatasan dengan kampung Tambak Adi

4. Sebelah timur berbatasan dengan Tambak Windu dan Tambak Arum

Secara administrative, Kampung Tambak Madu terbagi ke dalam lima

RT dan satu RW. Dan gambar dibawah ini yakni suasana perkampungan yang

ada di Tambak Madu Surabaya:

Gambar 4.2

Kondisi rumah warga gang IV

Di Kampung Tambak Madu jumlah KK (kepala keluarga) sebesar 643

KK sedangkan di Tambak Madu gang IV sendiri terdapat 110 KK.35 Namun

KK yang bertempat tinggal di Tambak Madu gang IV hanya sekitar 75 KK

dan sisanya kartu keluarga warga yang sudah pindah dari Tambak Madu

35

(51)

namun masih memakai KK di Tambak Madu. Jumlah penduduk keseluruhan

di Tambak Madu gang IV, yakni ada :

Tabel. 4.1

Jumlah Penduduk Tambak Madu gang IV

No. Status Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 194 Jiwa

2. Perempuan 193 Jiwa

Jumlah 387 jiwa

Sumber : hasil dari data sensus penduduk dan survey rumah tangga

Dari hasil tabel di atas sudah terlihat bahwa Kampung Tambak Madu

meskipun tidak begitu besar namun dapat menampung begitu banyak orang.

Sebab di Tambak Madu ini satu rumah berisikan tiga kartu keluarga ataupun

lebih. Dan rata-rata rumah yang ditempati yakni rumah warisan dari orang tua

sehingga setiap rumah dipetak-petak agar terbagi rata.

B. Kondisi Ekonomi

Secara umum kondisi ekonomi warga di wilayah Tambak Madu gang

IV Surabaya termasuk ekonomi menengah kebawah. Sebab antara pemasukan

dan pengeluran biasanya lebih banyak pengeluarannya. Dan sebagian dari

warga ekonominya menengah dan sedikit warga yang ekonominya menengah

(52)

Gambar 4.3 grafik belanja pangan:

Dari hasil grafik di atas terlihat bahwasannya tingkat belanja pangan

warga Tambak Madu terbilang cukup tinggi dan sangat membutuhkan

pendapatan yang banyak dalam memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-hari

namun kebanyakan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan

pendapatannya karena pendapatan mereka tidak cukup untuk pemenuhan

hidupnya. Karena mayoritas pekerjaan warga Tambak Madu yakni sebagai

kuli sepatu, kuli bangunan, kuli mebel dan buruh pabrik. Dibawah ini

gambaran pangan warga Kampung Tambak Madu. Dibawah ini akan

digambarkan belanja pangan salah satu warga yang pendapatannya kurang

(53)

Tabel 4.2

Contoh Belanja Per Bulan (kelas bawah)

Sumber :hasil diperoleh dari data survey rumah tangga keluarga bawah

No. Konsumsi Banyaknya Harga Jumlah Prosentase

Pangan

1. Beras 30 kg 8.000 240.000

2. Lauk-pauk Per hari 20.000 600.000

3. Sesayuran 1 bulan 20.000

4. Bumbu masak 1 bulan 30.000

5. Minyak goreng 1 minggu 10.000 40.000

7. Kopi & teh 1 bulan 15.000

8. Gula 1 bulan 35.000

9. Susu 0 0 0

10. Rokok 1 bulan 10.000 100.000

11. Air bersih 1 bulan 50.000

Jumlah 1.130.000 62 %

Energi

12. LPG 3 tabung 15.000 45.000

13. Rekening listrik 1 bulan 60.000 150.000

14. BBM motor 0 0

Jumlah 195.000 11 %

Pendidikan

15. SPP/iuran sekolah 1 bulan 40.000

16. Jajan harian anak per hari 10.000 300.000

17. Perlengkapan sekolah 1 bulan 20.000 20.000

Jumlah 360.000 20 %

Kesehatan

18. Biaya berobat 1 bulan 20.000

19. Beli obat-obatan 1 bulan 0

20. Perlengkapan kebersihan

1 bulan 50.000

Jumlah 70.000 3 %

Sosial & lainnya

21. Iuran warga 1 bulan 30.000

22. Pulsa HP 1 bulan 50.000

23. Hiburan keluarga 1 bulan 0

Jumlah 80.000 4 %

(54)

Dari tabel di atas, konsumsi pangan prosentase tertinggi yakni 62%,

sedangkan yang terendah adalah kesehatan 3%. Jumlah pendapatan hanya

sebesar Rp. 2.000.000,- sedangkan pengeluaran tiap bulannya sebesar contoh

table di atas jadi pendapatan dan pengeluaran terkadang tidak dapat

memenuhi untuk menutupi semua kebutuhan yang dibutuhkan.

Dan jika diliat dari prosentase di atas menunjukkan bahwa konsumsi

pangan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Jika diliat dari beberapa

teori yang ada, ada sebuah perkataan yang berbunyi. “Semakin tinggi

pengeluaran pangan, maka semakin rendah pendapatan / miskin. Semakin

rendah pendidikan, energi, kesehatan, maka keluarga tersebut dikatakan

kurang berdaya”.

C. Kondisi Pendidikan

Di Tambak Madu pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu pendidikan formal

dan pendidikan non formal:

1. Formal

Pendidikan secara formal yang terdapat di Tambak Madu berjumlah

kurang lebih 2 tempat pendidikan, diantaranya: 1 TK/PAUD, 1 Madrasah

Ibtidaiyah, SMPI dan MA. TK dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

sendiri bertempat dibalai RW Tambak Madu sedangkan Madrasah

Ibtidaiyah (MI), SMPI dan Madrasah Aliyah (MA) bertempat di satu

gedung yang berada di Tambak Madu gang II.36

36

(55)

Gambar 4.4

Kondisi sekolah yang ada di Tambak Madu

a. PAUD dan TK

Taman PAUD dan TK Budi Dharma terletak di balai RW

Tambak Madu. Gedung lembaga ini hanya memiliki satu ruang kelas.

Pagi hari ditempati oleh anak-anak TK sedangkan sore harinya

ditempati oleh anak-anak PAUD. PAUD sendiri memiliki kurang

lebih 10 siswa dan 4 guru pengajar, sedangkan TK Budi Dharma

memiliki siswa kurang lebih 47 siswa yang terbagi menjadi dua

kelompok yakni kelompok A 24 siswa dan 23 kelompok B. Tenaga

pengajar di TK Budi Dharma tersebut terdiri dari 3-4 pendidik yang

berpengalaman dan berkompetensi dalam mengajar.37

Kegiatan belajar mengajar TK Budi Dharma dilaksanakan

selama 6 (enam) hari yaitu di mulai dari hari senin sampai dengan

hari sabtu hari minggu libur. Masuknya pun sama dengan

sekolah-sekolah lainnya yaitu masuk pukul 07.00 WIB, dan untuk pulangnya,

37

(56)

kelompok A pulang pukul 09.00 dan kelompok B masuk jam 09.00

pulang pukul 11.00.

b. MI, SMPI, MA

Di Tambak Madu hanya terdapat 1 gedung sekolah yang

ditempati oleh sekolah tingkat MI, SMP dan MA. Di gedung ini

hanya memiliki sembilan ruang kelas. Enam ruang kelas untuk MI

dan SMP dengan pembagian waktu MI pagi hari dan SMP siang hari.

Tiga ruang untuk tingkat MA yang hanya memiliki tiga ruang kelas

sehingga ada pembagian waktu juga yakni di pagi hari diisi oleh

siswa perempuan dan siang harinya ditempati oleh siswa laki-laki.

Karena keterbatasan lahan sekolah sehingga mengharuskan untuk

bergiliran.

2. Non Formal

Kegiatan keagamaan dalam bidang pendidikan melalui lembaga

informal adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), merupakan tempat

pendidikan yang lebih mengutamakan:

a. Mempelajari cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar,

b. Mempelajari do’a-do’a sehari-hari, seperti: do’a sebelum dan sesudah

makan, do’a sebelum dan sesudah tidur, do’a sholat, danmengaji kitab.

Di Tambak Madu terdapat 5 TPQ yang terdiri dari TPQ bertempat di

Tambak Madu gang satu, sedangkan TPQ Musthofa dan TPQ Darussalam

bertempat di Tambak Madu gang II, TPQ Roudhotus Shobirin bertempat

(57)

Tambak Madu gang IV. Pendidikan TPQ diikuti oleh anak-anak usia 5-12

tahun yang dalam pengajarannya tidak hanya belajar mengaji akan tetapi

mereka juga diajarkan ilmu-ilmu agama seperti ilmu fiqih, al-qur’an hadis,

aqidah akhlak, bahasa Arab dan tentang ilmu sejarah Islam.38

Tabel 4.3

(58)

D. Kondisi Budaya 1. Sosial Keagamaan

a. Tahlil dan Yasin

Tahlilan dan yasinan merupakan adat istiadat yang dilakukan oleh

warga kampung Tambak Madu ketika ada keluarganya yang

meninggal dunia. Warga dsini melaksanakannya dari hari ke 1

meninggalnya sampai 7 harinya keluarga yang meninggal. Dan untuk

acara hajatan haul keluarga yang telah meninggal.39

Gambar 4.5

Kegiatan tahlilan bapak-bapak

b. Diba’an

Diba’an juga salah satu kegiatan keagamaan warga Tambak Madu untuk bersholawat. Bacaan diba’ dilaksanakan ketika ada keluarga yang memiliki hajat untuk selapan bayi, tasyakuran ulang tahun, acara

tiap mingguan. Kegiatan diba’an ini dilakukan oleh ibu-ibu tidak untuk bapak-bapak.

39

(59)

Gambar 4.6 Kegiatan diba’an ibu-ibu

c. Tahlilan Ibu-Ibu Muslimat

Salah satu kegiatan di Tambak Madu adalah tahlilan dan istighosah

ibu-ibu muslimat yang diadakan dalam satu bulan sekali dan langsung

dipimpin oleh ketua tokoh agama (modin). Tahlilan dan istighosah ini

rutin dilakukan bergiliran di masing-masing rumah anggota

muslimatan yang berketempatan dan anggota muslimatan yang

memiliki hajat tertentu. Biasanya tahlilan dan istighosah ini dilakukan

setelah sholat dhuhur. Dengan susunan acara membaca surat Yasin,

Tahlil dan Istigosah lalu diisi dengan pengajian singkat yang langsung

disampaikan oleh ketua muslimatan atau ustadza yang dijadikan

sebagai contoh warga kampung.40

d. Peringatan Hari Besar

Peringatan hari besar ini dilakukan rutin tiap tahun sekali. Salah

satunya yakni peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Dimana

40

(60)

setiap warga diwajibkan untuk membawa makanan apa saja yang

sesuai dengan isi kantung masing-masing. Dan acara dalam

memperingati kelahiran Nabi Muhammad ditandai dengan adanya

acara tukar jajan yang dibawa oleh setiap warga. Kalau dahulunya

jajan saling diperebutkan namun sekarang sudah berubah karena lebih

sopan saling menukar dari pada diperebutkan.

2. Sosial Kebudayaan a. Megengan

Megengan merupakan adat istiadat yang dilakukan oleh warga

kampung Tambak Madu sebelum melaksanakan ibadah puasa.

Tujuannya adalah untuk meminta keselamatan kepada Allah SWT,

agar dalam menjalankan ibadah puasa diberi kelancaran dan

kesehatan.41

Megengan ini dilakukan setiap warga secara bersama-sama

sehingga banyak sekali hidangan yang disediakan untuk para undangan

yang datang. Waktu megengan sehari sebelum memasuki puasa dan

sebelum tanggal kemerdekaan Indonesia. Mengenai hidangan yang

disajikan dalam acara megengan tersebut terdapat beberapa jenis.

Yang utama adalah nasi tumpeng, di atasnya juga dilengkapi dengan

lauk pauk dan serundeng. Dan setiap warga membawa nasi sebanyak

empat kotak untuk ditukarkan dengan warga yang lain dan sisanya

41

(61)

akan diberikan kepada warga yang tidak mampu dan tidak memiliki

suami.

Yang kedua adalah kue apem. Kue apem merupakan hal yang

penting, sehingga harus selalu ada ada dalam acara megengan.

b. Tujubelasan

Tujuhbelasan adalah hari dimana semua warga Indonesia

memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Tak lain halnya

warga kampung Tambak Madu tidak pernah tertinggal untuk

memperingati hari kemerdekaan ini dengan melaksanakan

lomba-lomba yang bermacam-macam, megadakan karnaval dan jalan sehat

untuk menyehatkan dengan tema yang bermacam-macam.

c. Tingkepan, Selapan, Turun Tanah

Tradisi ini selalu dilakukan oleh warga kampung Tambak Madu

untuk mendoakan jabang bayi yang masih ada di perut dengan usia

kandungan 4 bulanan, konon masyarakat mempercayai bahwa pada

usia tersebut roh sudah ditiupkan ke jabang bayi yang mereka

kandung.

Selapan juga tradisi yang sering dilaksanakan di kampung ini

ketika bayi sudah lahir ke dunia. Masyarakat mendoakan bayi yang

sudah lahir akan menjadi anak yang sholeh dan sholeha di kemudian

hari. Mudun lemah yaitu dimana tradisi ketika anak-anak bisa

menginjakan kaki mereka di tanah maka dari itu masyarakat

(62)

BAB V

PROBLEMATIKA KONDISI PEREMPUAN

Dalam sebuah kehidupan akan selalu mengalami yang namanya

permasalahan. Dimana disetiap tempat akan memiliki perbedaan yang sangat

jauh. Di dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seorang laki-lakilah yang patut

dan wajib memenuhi kebutuhan apa yang mereka butuhkan. Seorang laki-laki

sudah biasa menjadi tulang punggung rumah tangga dan menjadi penanggung

jawab atas semua yang dibutuhkan dalam kebutuhan sehari-hari. Namun semua

itu sudah terbalik tidak semua laki-laki selalu bertanggung jawab dan memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Tepatnya di tambak madu ini tidak sedikit para perempuan bekerja keras

untuk pemenuhan hidupnya, disini rata-rata para ibu rumah tangga juga ikut

bekerja demi menambah pendapatan kebutuhan hidup. Sebab upah suami yang

tidak bisa untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari karena upah yang tidak

begitu banyak sehingga menjadikan perempuan ikut bekerja agar pendapatan

untuk keseharian mereka bisa terpenuhi.

A. Gambaran Kondisi PEKKA

Pemenuhi kebutuhan sehari-hari yang memiliki kewajiban adalah para

kaum laki-laki yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang akan dibuat

pemenuhan kebutuhan hidup berhari-hari keluarga mereka. Namun dalam

(63)

melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kenyaataan

ini sudah banyak terjadi dalam kehidupan, para perempuan yang berjuang

untuk memenuhi kehidupan, karena jika tidak bekerja begitu mereka mau

makan apa, sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi sangatlah banyak.

Dalam kehidupan selalu memilikii bermacam-macam, dalam kebutuhan

hidupnya seseorang harus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Dengan cara bekerjalah seseorang akan mendapatkan uang dan

pendapatan tersebut akan dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika

mereka tidak bekerja maka tidak ada pendapatan yang mereka terima. Sebab

semua dapat terpenuhi dengan adanya kerja keras pada diri sendiri. Seperti

halnya yang telah dialami oleh ibu lima anak ini yang kurang lebih berusia 40

tahun lebih ini.

Gambar 5.1 : Bu Khoiriyah (Usia 40 tahun)

Sebut saja dengan nama Bu Khoi sesosok perempuan tangguh dan tak

mengenal lelah yang dalam kesehariannya bekerja sebagai penjahit yang tak

Gambar

Gambar 18: Hasil jajan unthuk yuyu
Tabel 1: Jumlah penduduk
            Gambar 4.1Peta Perbatasan Tambak Madu
            Gambar 4.2Kondisi rumah warga gang IV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan sebuah program pemberdayaan yang ditujukan untuk

Di atas menunjukan bahwa pendapatan yang dihasilkan perempuang anggota Kampung Unggulan Kue Penjaringansari sebagai istri dari usaha kue memberikan kontribusi yang

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan oleh perempuan kepala keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan keluarga adalah dengan cara;

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, bahwah pekerjaan sebagai perempuan penjual jamu keliling sama sekali tidak mengganggu kewajiban sebagai istri atau ibu

pembuatan melainkan pembentukan kelompok pada ibu-ibu khataman, pembuatan label kemasan serta pemasaran yang telah dikelola bersama sama. Tentunya tidak berhenti

Hasil temuan menunjukkan bahwa dari tahun 2010-2022 peranan perempuan transmigran Jawa dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Nagari Sungai Duo terdapat tiga kegiatan utama yang pada

KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyebab perempuan melakukan peran ganda pada faktor internal adalah pendapatan suami tidak mencukupi

Pemberdayaan perempuan merupakan proses kesadaran dan pembentukan kapasitas capacity builfing terhadap partisipasi yang lebih besar untuk memiliki kekuasaan dan pengawasan dalam