SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial Islam (S. SOS.I)
Oleh : Muallifatul Jannah
B02212019
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI TAMBAK MADU
KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA Oleh:
Muallifatul Jannah
ABSTRAK
Tambak Madu adalah sebuah kampung yang terletak di kota Surabaya. Di tempat ini pendampingan PEKKA dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Dimana para PEKKA di Kampung Tambak Madu bekerja keras untuk menafkahi keluarga dikarenakan suami yang tidak memiliki pekerjaan sehingga perempuan bekerja menggantikan sang suami yang tidak memiliki pekerjaan hingga disebut dengan PEKKA (perempuan kepala keluarga) yang menggantikan posisi suami menafkahi keluarga. Dalam pendampingan ini penelitian akan menggunakan pendekatan PAR (Participatory Action Research) yang dengan langkah yang pertama inkulturasi atau mengenal masyarakat, penemuan masalah-masalah yang ada di masyarakat, memecahkan dan mencari solusi, menyusun strategi untuk mencapai tujuan, melakukan aksi, mengevaluasi aksi yang dilakukan dan melakukan refleksi. Dari langkah-langkah ini akan mempermudah pendampingan dalam mengetahui apa yang terjadi di kehidupan masyarakat.
Pendampingan ini menfokuskan kepada peningkatan ekonomi keluarga. Dari hasil FGD (Focus Group Discussion) bersama para perempuan di Tambak Madu Surabaya bersepakat bahwa strategi pemecahan masalah PEKKA adalah membentuk kelompok perempuan agar bisa membuka usaha kecil, mengadakan pelatihan membuat jajanan supaya warga Tambak Madu sebelum membuka usaha mereka memiliki keahliaan dalam membuat jajanan untuk membuka usaha dan yang terakhir yakni mencari jaringan untuk memodali usaha para perempuan Tambak Madu ini. Aksi yang sudah dilakukan ini sudah berjalan sesuai dengan rencana dan strategi. Diharapkan dengan adanya aksi pendampingan ini para perempuan Tambak Madu bisa meningkatkan pendapatan mereka dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dan keluarga mereka. Dan dengan adanya pendampingan ini masyarakat bisa memanfaatkan waktu luang mereka untuk membuka usaha kecil supaya ada tambahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN BIMBINGAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Konteks Problem ... 1
B. Fokus Pendampingan... 5
C. Tujuan Pendampingan ... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 6
F. Definisi Konsep... 9
G. Sistematika Pembahasan... 12
BAB II : KAJIAN TEORI A. Pemberdayaan Perempuan ... 15
B. Peran Gender ... 17
C. Perubahan Sosial... 18
D. Dakwah Bil Hal dalam Pemberdayaan ... 21
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pengertian PAR ... 25
B. Metode PAR ... 26
C. Strategi Pendampingan... 32
BAB IV : SELAYANG PANDAN KAMPUNG TAMBAK MADU A. Kondisi Geografis dan Demografis ... 35
B. Kondisi Ekonomi ... 37
C. Kondisi Pendidikan... 40
BAB V : PROBLEMATIKA KONDISI PEREMPUAN
A. Gambaran Kondisi PEKKA ... 48
B. Ketidakberdayaan Perempuan ... 55
BAB VI : PROSES AKSI A. Strategi Penguatan Ekonomi Keluarga ... 62
B. Membangun Kelompok Perempuan ... 65
C. Membangun Jaringan untuk Bantuan Modal ... 67
D. Pelatihan Keterampilan Membuat Jajanan ... 69
BAB : VII : CERITA AKHIR PENDAMPINGAN... 82
BAB : VIII : PENUTUP ... 90
A. Kesimpulan... 90
B. Rekomendasi ... 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Peta perbatasan Tambak Madu
Gambar 2 : Kondisi rumah warga gang IV
Gambar 3 : Grafik belanja pangan
Gambar 4 : Kondisi sekolah di Tambak Madu
Gambar 5 : Kegiatan tahlilan bapak-bapak
Gambar 6 :Kegiatan diba’an ibu-ibu
Gambar 7 : Bu khoiriyah
Gambar 8 : Bu sugiati
Gambar 9 : Bu suwarni
Gambar 10 : Para perempuan diskusi
Gambar 11 : FGD setelah acara arisan
Gambar 12 : Pegawai koperasi kelompok perempuan
Gambar 13 : Oven untuk pelatihan
Gambar 14 : Hasil kue nastar
Gambar 15 : Proses pembuatan onde-onde
Gambar 17 : Hasil jajan keciput
Gambar 18 : Hasil jajan unthuk yuyu
Gambar 19 : Pembuatan jajan kacang praline
Gambar 20 : Hasil jajan kacang praline
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah penduduk
Tabel 2 : Contoh belanja pangan
Tabel 3 : Jadwal mengajar TPQ
Tabel 4 : Nama-nama Kelompok perempuan
DAFTAR BAGAN
Bagan : Analisis Pohon Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Problem
Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang
karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu
keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara. Demikianlah
gambaran perempuan yang sering terdengar di sekitar kita. Perbedaan secara
anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya,
dan timbul juga perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap
kegiatan-kegiatan intensional yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan.
Perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang artinya dihargai.1
Dimana perempuan memiliki hak untuk dihargai dan dimengerti oleh
laki-laki. Perempuan juga harus disayangi sebab perempuan memiliki hati
yang lemah lembut dan tidak bisa untuk dikerasi sedikitpun. Sedangkan Para
ilmuan seperti Plato, mengatakan bahwa perempuan ditinjau dari segi
kekuatan fisik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki,
tetapi perbedaan tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam
bakatnya.2
1
Zaitunah Subhan,Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004). Hal.43
2
Dalam realita peran perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Dan sudah banyak perempuan terkenal sebagai perempuan yang tangguh
dalam segala hal yang disebut dengan PEKKA3(perempuan kepala keluarga).
Beban ganda lebih sering dialamatkan kepada perempuan. Ia yang sudah
berperan ganda dalam keseharian, mengurusi anak sekaligus membantu
mencari nafkah untuk mencukupi kehidupannya. Ekonomi rumah tangga
mereka yang miskin sehingga mengharuskan perempuan atau istri membantu
bekerja, dengan pekerjaan apa saja yang sesuai dengan kemampuan. Seorang
perempuan berusia 46 tahun mengatakan jika dilihat dalam kehidupan nyata
hasil dari pendapatan perempuan sangat besar membantu ekonomi keluarga
dibandingkan penghasilan laki-laki.4
Tepatnya di Tambak Madu Surabaya ini terdapat perempuan bekerja
untuk pemenuhan kebutuhannya. Dari jumlah KK 76 ada sekitar 42
perempuan bekerja dengan rincian 6 perempuan kepala keluarga yang
suaminya menganggur tidak memiliki pekerjaan, 9 perempuan menjadi kepala
keluarga dikarenakan suami telah meninggal dunia/ditinggal cerai oleh suami
dan sisanya 27 perempuan bekerja karena penghasilan suami yang tidak pasti
dan kurang.5 Sehingga menjadikan perempuan membantu bekerja untuk
memenuhi kebutuhannya. Dalam kesehariannya perempuan merelakan diri
untuk mencukupi kebutuhannya menggantikan posisi sang suami yang tidak
bisa untuk mencukupi semua kebutuhan sehari-hari.
3
Istilah ini diambil dari http://www.mampu.or.id/id/partner/pekka-pemberdayaan-perempuan-kepala-keluarga diakses pada 30 maret 2016
4
Wawancara pada tanggal 20 maret 2016 dengan Suwarni usia 46tahun 5
Salah satu perempuan berusia sekitar 49 tahun mengatakan kalau hanya
mengandalkan hasil kerja suami tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari
sebab suami itu lebih banyak menggunakan penghasilannya untuk membeli
kebutuhannya sendiri (rokok, bensin dan lain-lain) dibandingkan mencukupi
kebutuhan anak-anaknya. Dan kerjanya pun tidak bisa diperkirakan pasti dapat
upah. Karena pekerjaan yang dikerjakan ketika ada barang saja, jika tidak ada
barang maka mereka tidak bisa bekerja dan menganggur. Sebab kerjanya
hanya jadi kuli sepatu.6 Dengan alasan begini para perempuan harus memilih
untuk mencari kerjaan sampingan agar semua kebutuhan tercukupi walaupun
tidak semuanya. Setidaknya ada sedikit usaha untuk mendapatkan upah.
Padahal sebenarnya sudah jelas laki-lakilah yang memiliki kewajiban
untuk menafkahi dan mencukupi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya.
Seorang laki-laki jika menikahi seorang wanita, maka wajib baginya
memberinya nafkah kepada keluarganya. Adapun dasar hukum tentang
eksistensi dan kewajiban nafkah terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, hadis Rasulullah, kesepakatan para imam madzhab maupun UU yang ada di
Indonesia, diantaranya adalah : Surat Ath-Thalaq ayat 6
“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka karena ingin utuk menyempitkan mereka. Jika mereka hamil berikan mereka belanja sampai lahir kandungan mereka. Jika mereka menyusukan untukmu (anakmu) berilah upah (imbalannya). Bermusyawarahlah kamu dengan sebaik-baiknya. Tetapi jika kamu kepayahan hendaklah (carilah) perempuan lain yang akan menyusukannnya). (QS: Ath-Thalaq ayat 6)7
Dalam ayat di atas dapat dipahami bahwasannya suami wajib
memberikan istri tempat berteduh dan nafkah lainnya. Dan istri harus
mengikuti suami dan bertempat tinggal di tempat suami. Besarnya kewajiaban
nafkah tergantung pada keleluasaan suami. Jadi pemberian nafkah
berdasarkan atas kesanggupan suami bukan permintaan istri.8 Dengan ayat di
atas sudah terlihat bahwa laki-laki yang memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya bukan perempuan yang banyak peran untuk
mencukupinya. Namun dalam realitanya semua itu tidak terjadi karena
laki-laki lebih santai dan tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Justru perempuan
yang lebih banyak berperan aktif dalam usaha untuk mencukupi semua
kehidupan hidupnya.
Rasulullah bersabda;
اﺮ ﻔﻛ
“Kefakiran itu bisa menjerumuskan pada kekufuran”.9
7
Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro),Hal. 946
8
Drs. H. Rahmat Hakim, Hukum Pernikahan Islam.(Bandung: Pustaka Setia, 2000). Hal.101 9
Makna ayat diatas menjelaskan orang yang malas bekerja akan
membuat kepada dirinya menjadi kufur. Sedangkan pada kehidupan nyata ada
sebagian laki-laki yang malas untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dikarenakan pekerjaan yang dulu mereka kerjakan sekarang tidak bisa mereka
kerjakan dan tidak bisa untuk dijadikan pendapatan utama. Sebab pekerjaan
mereka yang hanya menjadi seorang kuli yang harus bergantung kepada
pesanan orang. Sehingga mereka tidak punya keinginan untuk kerja yang lain
sebab mereka beranggapan hanya bisa bekerja sebagai kuli. Dengan tidak
bisanya laki-laki untuk dijadikan penghasil kebutuhan keluarga, maka
perempuanlah yang menjadikan posisinya untuk menambah pendapatan
keluarga agar semua kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi dengan baik.
B. Fokus Pendampingan
Penelitian ini dilakukan di Tambak Madu Kecamatan Simokerto
Surabaya, dengan fokus pendampingan perempuan Tambak Madu dalam
meningkatkan ekonomi keluarga dengan cara memanfaatkan potensi yang
dimiliki oleh perempuan-perempuan tangguh ini dan asset yang dapat
diberdayakan untuk mengatasi masalah yang ada. Dengan fokus :
1. Bagaimana pola pendampingan partisipasi perempuan Tambak Madu
dalam proses meningkatkan ekonomi keluarga?
2. Bagaimana pola membangun partisipasi perempuan Tambak Madu
C. Tujuan Pendampingan
Tujuan dari penelitian ini yang pertama yakni agar mengetahui
bagaimana kehidupan nyata yang dialami oleh perempuan kepala keluarga
yang tinggal di Tambak Madu Surabaya dan agar bisa mengetahui bagaimana
peran perempuan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya yang
langsung dibebankan pada perempuan yang seharusnya kaum laki-laki yang
berhak mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dan yang kedua agar peneliti mengetahui apa saja masalah-masalah
yang dihadapi oleh perempuan kepala keluarga dalam meningkatkan ekonomi
keluarganya di Tambak Madu Surabaya. Bagaimana perempuan kepala
keluarga memperkuat penghasilannya untuk meningkatkan ekonomi
keluarganya. Dan mencari solusi-solusi supaya ekonomi keluarga bisa
meningkat dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki para perempuan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua ada manfaat bagi
masyarakat dan manfaat bagi penulis/peneliti :
1. Bagi masyarakat : adanya fasilitator ini masyarakat bisa termudahkan
dalam menggali kemampuan dan keahlian terpendam yang dimiliki
masyarakat, agar kemapuan itu bisa tertuangkan dengan baik dan tepat
pada tempatnya supaya keahlian yang dimiliki oleh masyarakat tidak
masyarakat bisa terpecahkan dan bisa mencari solusi yang terbaik.
Supaya masyarakat tidak bingung dengan masalah-masalah yang telah
menghadang pada kehidupannya.
2. Bagi peneliti : manfaat penelitian ini sendiri yakni agar penulis
mengetahui bagaimana perjuangan seorang perempuan memenuhi
kebutuhannya dengan kerja kerasnya dan memberikan pengalaman baru
kepada penulis.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berdasarkan masalah yang terjadi maka peneliti melihat beberapa
penelitian terdahulu yang relevan diantaranya yakni :
Yang pertama “Jurnal Pemberdayaan Perempuan (Study kasus pedagang jamu di Gedung Johor Medan)” oleh Darmono Haulay yang di dalam jurnalnya berisikan tentang pemberdayaan perempuan pedagang jamu
melalui pemberdayaan ekonominya. Dimana para-para pedagang jamu ini
adalah asli orang perantauan yang mengadu nasib di kota Medan. Hanya demi
merubah nasib dan perekonomian mereka. Peneliti memberdayaan perempuan
pedagang jamu ini melalui ekonominya yang meliputi pemberdayaan dalam
pelatihan memotivasi kewirausahaan, pentingnya pendidikan dan pelatihan
memanajemen penghasilannya.10
10
Yang kedua “Skripsi Upaya Pemberdayaan Buruh Tani Perempuan dalam Pengembangan Ekonomi Keluarga di Dusun Banyulegi Desa
Gempolmanis Kec. Sambeng Kab. Lamongan” oleh Ni’matul Firdausi yang di dalam penelitiannya memberdayakan perempuan buruh tani dalam
memanfaatkan asset yang ada di desa tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
supaya buruh tani perempuan ini bisa berdaya dan tidak lagi bergantung pada
mereman yang sifatnya musiman. Akan tetapi hal ini tidak serta merta
dilakukan tanpa memperhatikan kodratnya sebagai ibu rumah tangga yang
harus mengurus segala keperluan rumah tangga. Jadi, salah satu yang bisa
dilakukan yakni dengan memperhatikan apa saja keterampilan yang dimiliki
oleh buruh tani perempuan, selain mereman. Hal ini juga bisa dilakukan
dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di Dusun Banyulegi, agar
supaya kegiatan ini dapat berkelanjutan. Sehingga dengan adanya atau tidak
adanya pendamping lapangan di Dusun Banyulegi, para buruh tani perempuan
ini masih bisa mengembangkan keterampilan lokal yang dimilikinya tersebut.
Yakni keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan membuat tikar karena
di dusun ini banyak tanaman pandan duri.11
F. Definisi Konsep
Definisi konsep yang dipilih dalam penelitian ini perlu ditentukan ruang
lingkup dan batasan persoalannya. Sehingga persoalan-persoalan tersebut
11
tidak kabur, di samping itu konseptualisasi agar terhindar dari saling salah
pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan, sehingga akan menjadi
mudah memahami masalah yang dibahas.
1. Pemberdayaan
Secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian
tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses
menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya, kekuatan,
kemampuan atau pemberian kekuatan dari pihak yang memiliki daya
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Upaya pemberdayaan masyarakat sendiri perlu didasari
pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat
masyarakat tidak memiliki kekuatan (powerless). Faktor yang lain
dikarenakan adanya ketimpangan. Ketimpangan yang sering kali terjadi
di masyarakat meliputi12:
a. Ketimpangan struktural yang terjadi di antara kelompok primer,
seperti perbedaan kelas antara orang kaya (the have) dengan orang
miskin (the have not) dan antara buruh dengan majikan;
ketidaksetaraan gender; perbedaan ras maupun perbedaan etnis yang
tercermin pada perbedaan antara masyarakat lokal; dengan
pendatang dan antara kaum minoritas dengan mayorits.
12
b. Ketimpangan kelompok akibat perbedaan usia, kalangan tua dengan
muda, keterbatasan fisik, mental dan intelektual, masalahgay-lesbi,
isolasi geografis dan sosial (ketertinggalan dan keterbelakangan).
c. Ketimpangan personal akibat faktor kematian, kehilangan
orang-orang yang dicintai, persoalan pribadi, dan keluarga.
Dari beberapa pengetian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan adalah proses menempatkan manusia sebagai subjek dari
dunianya sendiri, dengan tujuan menghilangkan ketimpangan struktur
sosial yang tidak adil dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
2. PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga)
PEKKA adalah perempuan yang menjadi kepala keluarga karena
suami tidak mampu untuk menjadi kepala keluarga yang mencukupi
kebutuhan kesehariannya sehingga perempuan yang menggantikan
posisi suami menjadi kepala keluarga dan mengurus semua pekerjaan
rumah. Dan mencukupi semua kebutuhan anak dan keluarga mereka.
Sebab sang suami yang tidak produktif menjadikan perempuan bekerja
untuk mencukupi semua kebutuhan yang dibutuhkan. Sebab jika tidak
keluarga mereka tidak akan bisa makan dan memenuhi semua kebutuhan
3. Peningkatan Ekonomi
Dalam peningkatan ekonomi ini yakni dimana ekonomi keluarga
yang sebelumnya selalu kurang dalam pemenuhan kebutuhannya. Bisa
berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bisa bertambahnya
pendapatan keluarga. Dengan bertambahnya pendapatan bisa dikatakan
bahwasannya ekonomi keluarga mengalami peningkatan. Dengan
adanya peningkatan ini maka semua kebutuhan akan tercukupi dengan
baik. Dari kehidupan sebelumnya. Karena pendapatan mereka yang
sangat pas-pasan dengan kebutuhan yang mereka alami, sehingga
dikatakan bahwa ekonomi mereka kurang. Maka diharapkan dengan
adanya membuka usaha bisa menambahkan kebutuhan hidup keluarga.
4. Tambak Madu
Tambak Madu adalah sebuah kampung yang berada di Kelurahan
Tambak Rejo Kecamatan Simokerto Kota Surabaya. Dimana di
kampung ini terdapat banyak perempuan yang bekerja untuk tambahan
kebutuhan hidup keluarganya. Dan menggantikan posisi suami atau
membantu pendapatan sang suami untuk memenuhi semua kebutuhan
sehari hari.
Dari konsep di atas yang dilakukan yakni pendampingan perempuan
PEKKA di Tambak Madu Surabaya. Dimana dengan adanya pendampingan
ini diusahakan para perempuan-perempuan Tambak Madu ini bisa memiliki
membuka usaha melalui kelompok arisan atau yang biasa disebut dengan
arisan pkk yang dikelolah oleh para ibu-ibu.
G. Sistematika Pembahasan
BAB I: Pendahuluan menjelaskan tentang konteks problem yang ada di lokasi
pendampingan, fokus pendampingan bagaimana fokus pendampingan
yang akan dilakukan, tujuan pendampingan, manfaat pendampingan,
penelitian terdahulu yang relevan, defenisi konsep dan sistematika
pembahasan.
BAB II: menjelaskan kajian teoritik yang berisi tentang pemberdayaan
masyarakat, kajian teori yang akan dipakai peneliti. Dalam penelitian
ini, peneliti bukan untuk menguji teori tetapi peneliti mencoba
menemukan teori baru dari realitas yang ada. Teori yang akan dipakai
oleh peneliti yakni teori pemberdayaan perempuan, dakwah bil hal
dalam pemberdayaan, dan teori ekonomi dalam peningkatan
pendapatan keluarga.
BAB III: Menjelaskan tentang metode pendampingan, antara lain: Pengertian
Participatory Action Research apa yang dimaksud dengan PAR
sendiri, bagaimana Metodologi PAR, dan bagaimana strategi
pendampingannya.
BAB IV : Selayang pandang kampung Tambak Madu Menjelaskan tentang
kondisi geografis dan kondisi demografi, kondisi perekonomian warga
kebudayaan yang tetap dilakukan oleh warga Kampung Tambak Madu
sendiri.
BAB V: Analisa problematika keluarga dimana dalam analisa problematic ini
akan muncul permasalahan-permasalah yang telah dialami oleh para
perempuan yang ada di Kampung Tambak Madu ini dan di dalam
pembahasan problematika ini menjelaskan tentang gambaran umum
kondisi PEKKA, ketidakberdayaan perempuan dan menganalisi
masalah masalah di dalam pohon masalah yang didapatkan dari hasil
diskusi bersama para perempuan Kampung Tambak Madu.
BAB VI: Membahas Proses Aksi pendampingan dimana dalam pembahasan
ini akan menjelaskan tentang bagaimana strategi yang dilakukan dalam
mencari solusi permasalahan agar kedepannya para perempuan ini bisa
mendapatkan pendapatan tambahan untuk kehidupan mereka, dan
proses aksi sendiri yang pertama yakni pembentukan kelompok
perempuan yang terdirikan dari sepuluh orang perempuan, dan yang
kedua yakni pelatihan pembuatan jajanan yang diadakan sebanyak
empat kali dan membangun serigan menggali modal yakni modal yang
didapatkan dari lembaga koperasi kelompok perempuan.
BAB VII: membahas tentang akhir cerita selama pendampingan di Tambak
Madu Kecamatan Simokerto Surabaya. Dimana peneliti ditempat ini
mendapatkan pengalaman yang baru agar kedepannya bisa lebih baik
BAB VIII : Penutup berisikan: kesimpulan, rekomendasi dan saran dimana
kesimpulan yang menjelaskan tentang penelitian yang menjadi
pendampingan di Tambak Madu Surabaya dan kesimpulan ini
meringkas tentang pembahasan pendampingan yang dilakukan oleh
peneliti, rekomendasi pendampingan dan yang terakhir yakni saran
dimana peneliti sangatlah membutuhkan saran pada semua karena
penelit sangatlah jauh dari kesempurnaan maka dari itu peneliti
sangatlah membutuhkan saran untuk membangun kedepannya lebih
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan merupakan transformasi hubungan kekuasaan antara
laki-laki dan perempuan pada empat level yang berbeda, yakni keluarga,
masyarakat, pasar dan negara. Konsep pemberdayaan dapat dipahami dalam
dua konteks.13Pertama, kekuasaan dalam proses pembuatan keputusan dengan
titik tekan pada pentingnya peran perempuan. Kedua, pemberdayaan dalam
term yang berkaitan dengan fokus pada hubungan antara pemberdayaan
perempuan dan akibatnya pada laki-laki di masyarakat yang beragam.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,
yaitu :
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya,
karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan
13
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya.14
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi
langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
(input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities)
yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena
itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus
dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak
seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan
masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat
dipertukarkan dengan pihak lain).
14
Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah
kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Dari berbagai definisi
tersebut, dapat ditarik suatu benang merah bahwapemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat. Atau
dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu
menolong dirinya sendiri.15
B. Peran Gender
Kemampuan pekerjaan suami tidak cukup untuk kebutuhan keluarga.
Sebab itu para perempuan kepala keluarga bekerja untuk tambahan kebutuhan
hidup mereka agar terpenuhi. Dan beban gender lebih sering dialamatkan
kepada perempuan. Ia yang sudah beperan ganda dalam keseharian,
mengurusi anak sekaligus membantu mencari nafkah atau menjadi pencari
nafkah tunggal di keluarganya. Ia sering dituntut berperan di ranah publik
sekaligus di ranah domestik. Ia yang karena menjadi pejabat di sebuah kantor,
misalnya. Dituntut untuk eksis dengan jabatannya, dan ia sebagai ibu rumah
tangga, dituntut juga harus berhasil mendidik anak dan melayani suami. Peran
ganda sekaligus beban ganda seperti itu yang banyak dialami perempuan.
Perempuan yang telah mengganti fungsi suami menjadi kepala
keluarga, adalah para isteri dengan segala persoalan yang dihadapi. Peran itu
sangat kompleks, menyangkut pengadaan nafkah, pengamanan keluarga,
perlindungan keluarga, pendidikan anak-anak, dan sebagainya. Dengan
15
adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat lemah lembut, rajin
dan disiplin. Berakibat bahwa semua pekerjaan domestic rumah tangga
menjadi tanggung jawab perempuan. Konsekuensinya banyak perempuan
harus bekerja keras dalam menjaga kebersihan rumah mulai dari menyapu,
mengepel, mencuci, memasak hingga meramut anak. Dikalangan perempuan
tidak mampu beban seperti in sangatlah berat untuk ditanggu oleh perempuan.
Terlebih-lebih jika perempuan tersebut harus bekerja sehingga membuat
mereka memiliki peran ganda.16
C. Perubahan Sosial
Pembangunan adalah kata benda yang netral yang maksudnya adalah
suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk
meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat
dan sebagainya. Dan dengan pemahaman seperti ini kata pembangunan
disejajarkan dengan kata perubahan sosial.17
Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi dalam
masyarakat yang perlu didekati dengan model pemahaman yang lebih rinci
dan khusus. Upaya tersebut untuk mendapatkan kejelasan substansial sehingga
berguna untuk memahami dinamika kehidupan masyarakat.18Menurut teori
perubahan social yang dikemukakan oleh August Comte membagi dalam dua
konsep penting yaituSocial Static(bangunan structural) dan Social Dynamics
16
Mansour Fakih,Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta : INSIST PRESS) Hal.21
17
Mansour Fakih,Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta : INSIST PRESS) Hal.10
18
(dinamika structural). Yang mana bangunan structural merupakan hal-hal
yang mapan, berupa stuktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan
utamanya mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi
dan menunjang orde, tertib dan kestabilan masyarakat.
Perubahan sosial memiliki ciri yaitu berlangsung terus menerus dari
waktu kewaktu, apakah direncanakan atau tidak yang terus terjadi tak
tertahankan. Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala
sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Perubahan akan mencakup
suatu sistem sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang ada di masyarakat,
perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung situasi
yang mempengaruhinya. Perubahan sosial menurut Roy Bhaskar bahwa
perubahan sosial biasanya terjadi secara bertahap dan berjalan sebagaimana
wajarnya (naturaly) serta tidak pernah terjadi secara radikal melainkan terjadi
karena proses mengulangulang, menghasilkan kembali segala hal yang
diterima.19 Tentu setiap masyarakat mempunyai impian-impian yang di
inginkan untuk kehidupan mereka kedepannya. Karna bayangan tentang masa
depan akan mengarahkan jalannya perubahan dalam masayarakat itu.
Dalam artian positif impian tentang masa depan berfungsi mengarahkan
tindakan apa saja yang akan dilakukan maupun direncanakan oleh masyarakat.
Dengan adanya impian tersebut masyarakat mengerti apa yang mereka
inginkan maupun butuhkan. Setiap perubahan yang terjadi dimasyarakat, tidak
selalu berarti bahwa semua harus seragam dan harus semodern barat. Namun
19
bagimana masyarakat menyiasati perubahan tersebut sebagai peubahan yang
menuju kebaikan. Dalam artian merubah pola pikir atau mindset yang ada
dalam masyarakat, ketika pola pikir berubah maka dengan sedirinya
masyarakat akan sadar apa yang menjadikan masyarakat berdaya dan mampu
memanfaatkan potensi di sekelilingnya.
Sedangkan dalam pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses
perubahan kondisi perekonomian suatu Negara yang berkesinambungan
menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno
(2000) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha
dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan para pengusaha merupakan
golongan yang akan terus-menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam
ekonomi. Hal ini bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan perekonomian
jika para pengusaha terus-menerus mengadakan inovasi dan mampu
Adapun jenis-jenis inovasi, di antaranya dalam hal berikut.
a) Penggunaan teknik produksi.
b) Penemuan bahan dasar.
c) Pembukaan daerah pemasaran.
d) Penggunaan manajemen.
Dalam meningkatkan ekonomi pertumbuhan ekonomi pada dasarnya
merupakan sebuah teori pembangunan. Dimana faktor manusia yang
menjadikan fokus utama.20Jika meningkatkan sebuah ekonomi keluarga yang
paling utama diliat dari manusianya terlebih dahulu. Lalu melihat apa sumber
daya yang mereka miliki supaya bisa untuk dikembangkan.
D. Dakwah Bil hal dalam Pemberdayaan
Dakwah adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
lain. Ditinjau dari segi komunikasi, dakwah adalah merupakan proses
penyampaian pesan-pesan (massage) berupa ajaran Islam yang disampaikan
secara persuasif dengan harapan agar komunikasi dapat bersikap dan berbuat
amal sholeh sesuai dengan ajaran Islam tersebut.21
Menurut Drs.H. Masyhur Amin, menyatakan dakwah sebagai suatu
aktifitas yang mendorong manusia memeluk Agama Islam, melalui cara yang
20
Mansour Fakih,Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta : INSIST PRESS) hal.55
21
bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan
kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).22
Allah Berfirman dalam surat An- nahl ayat 125 :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS: An Nahl ayat 125)23
Dakwah merupakan bagian penting bagi umat saat ini. Dakwah menjadi
obat bagi manusia ketika dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak,
maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan,
kecurangan, dan sederet tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya. Bukan hanya
itu, seorang fasilitator maupun da’i harus memahamai latar belakang objek dampingannya atau dakwahnya.24Adapun sifat-sifat dasar dakwah adalah :
1. Dakwah bersifat persuasif, bukan koersif
22
Masyhur Amin,Dakwah Islam dan Pesan Moral(Yogyakarta, Al Amin 1997) hal. 10 23
Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro) Hal. 281
24
Berusaha mempengaruhi manusia untuk menjalankan agama sesuai
dengan kesadaran dan kemauannya sendiri bukannya dengan jalan
koersif/paksaan.
2. Dakwah ditujukan kepada pemeluk Islam dan non Islam
Berusaha menyebarkan dan meratakan rahmat Allah kepada
seluruh penghuni alam raya. Oleh karena itu dakwah ditujukan baik
kepada orang-orang yang sudah beragama Islam untuk meningkatkan
kualitas imannya maupun kepada orang-orang Non Islam ntuk
menerima kebenaran Islam.
3. Dakwah adalah anamnesis
Berupaya mengembalikan manusia kepada sifat aslinya yang fitri
(suci), yaitu sifat asal mula manusia sejak lahir yang menjadikannya
secara kodrati menerima kebenaran.
4. Dakwah bukanlah prabawa psikotropik
Dakwah tidak boleh membpunyai sasaran lain tetapi dengan
berhati-hati dan penuh kesungguhan mencoba mencari suatu pengakuan
maupun persetujuan yang tulus ikhlas tentang apa yang diajaknya.
5. Dakwah adalah rationally necessary
Suatu penyajian penilaian kritis bagi nilai-nilai kebenaran atau fakta
tentang metafisik dan etik serta relevansinya bagi manusia.25
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat,
khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan,
25
didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan peri
kehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus
terus-menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama
dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan
masyarakat lebih merupakan suatu proses.26
Dakwah dalam pemberdayaan diharapkan untuk mengubah cara pikir
masyarakat agar tetap sadar bahwa mereka dalam tingkatan yang sedang
dijajah. Kebanyakan yang terjadi bahwa setiap berdakwah hanya
mementingkan da’inya saja, namun tidak berpihak kepada mad’unya. Berdakwah hanya mementingkan satu individu dan tempat berdakwah pun
selalu di tempat suci seperti tempat ibadah. Da’inya pun dipilih bukan da’i sembarang. Harus memiliki ilmu agama yang mumpuni, meski terkadang
ucapan dakwahnya tidak sesuai perbuatannya.
Dalam kehidupan nyata memang sudah banyak para perempuan bekerja
dalam membantu pekerjaan suami atau meringankan beban suami. Bekerja
tidak memandang laki atau perempuan. Siapa yang bisa lebih cepat merekalah
yang akan memutuskan, sebab semua kebutuhan sangatlah penting untuk
dipenuhi jika tidak seseorang tidak akan bisa hidup. Karena semua kebutuhan
hidup harus dibeli dengan uang. Dalam pemberdayaan perempuan ini maka
dakwah bil hal yang dapat dilakukan yakni meringankan beban yang dialami
26
oleh perempuan kepala keluarga, agar semua kebutuhan yang mereka
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengertian PAR (Participatory Action Research)
Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR)
adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma
baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigm pengetahuan
tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti
penting proses social dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan
mengenai “apa kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berbeda pada situasi
problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.27
Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif
semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang
sedang berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan)
dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.
Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah,
politik, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain terkait. Yang
mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan
perubahan yang diinginkan.28
27Agus Afandi, dkk,Modul Participatory Action Reseacrh (PAR)(UIN Sunan Ampel Surabaya: Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) 2016). Hal. 90
28
PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu
partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi.
PAR merupakan intervensi sadar yang tak terelakkan terhadap situasi-situasi
sosial. Riset berbasis PAR dirancang untuk mengkaji sesuatu dalam rangka
merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya. Sesungguhnya gerakan
menuju tindakan baru dan lebih baik melibatkan moment transformatif yang
kreatif. Hal ini melibatkan imajinasi yang berangkat dari dunia sebagaimana
adanya menuju dunia yang seharusnya ada. Tantangan utama bagi semua
peneliti PAR adalah merancang proses yang dapat menciptakan kreatifitas dan
imajinatif maksimal.29
B. Metode PAR (Partosipatory Action Research)
Mendayagunakan bentuk penelitian aksi bagi masyarakat yakni agar
lebih bermanfaat dan meningkatkan kemampuan masyarakat penelitian aksi
dilaksanakan secara partisipatif, dimana obyek penelitian yang menjadi
subyek penelitian. Ada beberapa elemen penting yang perlu di perhatikan bagi
para aktivis dan peneliti dalam melakukan PAR antara lain:
1. Memunculkan kesadaran dalam masyarakat, memahami, menyadari
bahwa ada sistem nilai dalam masyarakat.
2. Belajar dari masyarakat melalui pengembangan sikap empati dan
persahabatan untuk menemukan permasalahan, perasaan dan kebutuhan
mereka.
29
3. Setelah memahami banyak informasi dan memahami permasalahan
bersama masyarakat melalui diskusi dalam kelompok kecil, mancari
kemungkinan solusi bersama-sama. Semua dilakukan dengan
kehati-hatian karena permasalahan sesungguhnya berawal dari konflik
kepentingan. Konflik dan kontradiksi yang terjadi tersebut hendaknya
di bawa ke arah keterbukaan di masyarakat dan mencari inisiatif
pemecahan masalah.
Dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research), landasan
utamanya adalah gagasan-gagasan yang datang dari rakyat. Oleh karena itu,
peneliti PAR harus melakukan cara kerja. Cara Kerja PAR terdiri dari
berbagai macam. sebagai berikut:30
1. Pemetaan Awal
Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga
peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang
terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk kedalam masyarakat/
komunitas baik melalui kunci masyarakat (key people) maupun komunitas
akar rumput yang sudah terbangun. Dalam pemetaan awal ini, peneliti
akan melakukan pendekatan melalui kelompok-kelompok yang aktif di
masyarakat seperti tahlilan, yasinan diba’an, arisan PKK dan kegiatan
masyarakat yang lainnya lainnya.
30
2. Membangun hubungan kemanusiaan
Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust
building) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan
saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah
simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami
masalahnya, dan memecahkan persoalan secara bersama-sama
(partisipasi). Peneliti akan melakukan observasi dengan cara
berkecimpung langsung dengan masyarakat yang berkumpul di samping
rumah dan mengikuti semua kegiatan masyarakat.
3. Penentuan agenda riset untuk perubahan
Bersama masyarakat peneliti mengagendakan program riset melalui
teknik Partisipatory Rural Aprial (PRA) untuk memahami persoalan
masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Peneliti
melakukan agenda bersama kelompok-kelompok yang sudah dibangun
untuk melakukan perubahan. Sambil merintis membangun
kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada.
4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)
Peneliti bersama masyarakat/komunitas melakukan pemetaan
wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat. Peneliti bersama
masyarakat mulai melakukan pemetaan wilayah yang dikaji.
5. Merumuskan masalah kemanusiaan
Masyarakat/komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan persoalan utama
kemanusiaan lainnya.
6. Menyusun Strategi Gerakan
Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem
kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik,
menentukan pihak yang terlibat, (stakeholders), dan merumuskan
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakannya
serta mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi
keberhasilan program tersebut.
7. Pengorganisasian masyarakat
Komunitas didampingi peneliti untuk membangun pranata-pranata
sosial. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok kerja, maupun
lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem
sosialnya. Demikian pula membentuk jaringan-jaringan antar kelompok
kerja dan antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain terkait
dengan program aksi yang direncanakan.
8. Melancarkan aksi perubahan
Aksi memecahkan masalah dilakukan secara partisipasif. Program
pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan
persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat,
sehingga terbangun pranata baru dalam komunitas dan sekaligus
memunculkan pengorganisir dari masyarakat sendiri dan akhirnya akan
9. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat
Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan kelompok atau
komunitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat belajar
ini sendiri merupakan media komunikasi, riset, diskusi dan segala aspek
untuk merencanakan, mengorganisir dan memecahkan masalah social.
10. Refleksi (teoritisasi perubahan sosial)
Peneliti dan komunitas merumuskan teoritisasi perubahan social.
Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan
program-program aksi yang sudah terlaksana. Lalu peneliti merefleksikan semua
proses dan hasil yang diperoleh selama pendampingan.
11. Meluaskan skala pergerakan dan dukungan
Keberhasilan program PAR tidak bisa diukur dari hasil kegiatan
selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program yang
sudah berjalan dan serta munculnya pemimpin local yang melanjutkan
program yang sudah berjalan itu.
Dalam PAR juga perlu menggunakan adanya teknik-teknik. Teknik yang
digunakan adalah teknikParticipatory Rural Apparisal (PRA). Secara umum
PRA adalah sebuah metode pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk
dan bersama masyarakat.31 Teknik ini bisa digunakan untuk memecahkan
problematika yang ada, membangun kesadaran pada masyarakat serta
mengenali potensi yang ada di wilayah tersebut. Adapun teknik-teknik PRA
diantaranya:
31
1. Mapping (pemetaan)
Mapping merupakan suatu teknik dalam PRA untuk memetakan
wilayah seperti desa, dusun, RT atau wilayah yang lebih luas bersama
masyarakat. Dalam pemetaan ini peneliti bersama masyarakat yaitu
Karmo‘ah, Ani dan Alimah melakukan FGD untuk memetakan kondisi
wilayah Desa Pliwetan yang menjadi pusat lokasi pendampingan.
2. Pemetaan Desa dan Survei belanja rumah tangga
Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran kehidupan
masyarakat secara utuh, sehingga diketahui bagaimana kelayakan
kesehatan, pendidikan, tingkat konsumsi, dan ekonomi masyarakat.
Dalam hal ini peneliti menyebarkan survey belanja rumah tangga kepada
lima kepala keluarga untuk dijadikan sempel. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi ekonomi masyarakat Desa Pliwetan apakah
berdampak pada kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah
sembarangan.
3. Diagram Alur
Diagram alur menggambarkan arus dan hubungan diantara semua
pihak yang terlibat dalam suatu sistem. Dalam hal ini peneliti dan
ibu-ibu melakukan FGD untuk mengetahui bagaimana alur pembuangan
sampah Desa Pliwetan. Hal ini sangat diperlukan agar peneliti dan
masyarakat tahu bagaimana kondisi dan bagaimana sampah yang
4. Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah alat penggalian informasi berupa
tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Peneliti
mengkaji berbagai aspek kehidupan dengan menyusun pertanyaan
tentang kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan
secara sistematis dan terstruktur.
5. Analisis pohon masalah dan harapan
Disebut teknik analisa masalah karena melalui teknik ini, dapat
dilihatakar‘ dari suatu masalah, dan kalau sudah dilaksanakan, hasil dari
teknik ini kadang-kadang mirip pohon dengan akar yang banyak.
Analisa Pohon Masalah sering dipakai dalam masyarakat sebab sangat
visual dan dapat melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama.32
Dalam hal ini peneliti dan masyarakat melakukan FGD tentang
permasalahan pembuangan sampah sembarangan yang menjadi
kebiasaan dan menyelesaikannya dengan apa yang menjadi keinginan
masyarakat secara bersama-sama.
C. Strategi Pendampingan
Strategi pendampingan merupakan proses awal untuk menyiapkan
pendampingan kepada masyarakat agar proses pendampingan tersebut bisa
dilakukan secara terencana, terprogram, dan terlaksana bersama
32
masyarakat/komunitas. Berikut ini susunan strategi pendampingan
menggunakan metode PAR:33
1. Mengetahui kondisi riil masyarakat/komunitas (to know)
Dalam tahap untuk mengetahui kehidupan perempuan kepala
keluarga di Tambak Madu ini, peneliti tidak perlu melakukan inkulturasi
sebab proses penelitian dilakukan dilingkungan tempat tinggal peneliti.
Sehingga peneliti paham dengan kondisi masyarakat saat ini dan
sebelumnya yang sudah terjadi.34
2. Memahami problem komunitas (to understand)
Tahapto understandini untuk memahami permasalahan masyarakat
yang diperoleh peneliti melalui FGD (focus group discussion) dengan
perempuan kepala keluarga yang telah didiskusikan bersama. dan
merumuskan masalah dengan menggunakan cara analisis diagram alur,
diagram venn, survie belanja rumah tangga, melihat kalender harian
perempuan kepala keluarga sehingga permasalah ditemukan pada pohon
masalah.
3. Merencanakan pemecahan masalah komunitas (to plan)
Dalam perencanaan pemecahan masalah rendahnya pendapatan
perempuan kepala keluarga ini, bagaimana cara dan rencana-rencana apa
saja untuk memecahkan permasalahan yang terjadi, lalu digambarkan
33
Agus Afandi,Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif, (Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal. 51-60
34
sebuah harapan dari masyarakat supaya kegiatan untuk memecahkan
masalah yang dialami sehingga masyarakat mengetahui apa penyebab
terjadinya permasalahan itu.
4. Melakukan aksi (to action)
Kegiatan aksi ini yakni memberdayakan para perempuan kepala
keluarga untuk memanfaatkan waktu luang mereka dijadikan kegiatan
yang menghasilkan uang. Kegiatan aksi ini dilakukan bersama-sama
sebagai partisipasi para perempuan.
5. Refleksi (to reflection)
Tahap yang terakhir yakni refleksi yang merupakan evaluasi
kegiatan yang telah dilakukan dan dimana refleksi ini untuk mengetahui
BAB IV
SELAYANG PANDANG KAMPUNG TAMBAK MADU
A. Kondisi Geografis dan Demografis
Tambak Madu adalah sebuah kampung yang termasuk dalam wilayah
Kelurahan Tambak Rejo, Kecamatan Simokerto Surabaya. Kampung Tambak
Madu mudah terjangkau oleh angkutan umum sebab perkampungan ini tidak
jauh dari pusat perkotaan. Tambak Madu juga dikelilingi oleh permukiman
yang padat. Selain itu, di Kampung Tambak Madu juga terdapat satu pondok
pesantren yang memang merupakan tempat untuk menuntut ilmu. Tambak
Madu sendiri terbagi menjadi empat kampung yakni Tambak Madu gang I, II,
III, IV yang akan digambarkan dibawah ini.
Gambar 4.1
Adapun kampung yang berbatasan dengan Kampung Tambak Madu
yaitu sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan kampung Tambak Anakan
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kampung Ngaglik
3. Sebelah barat berbatasan dengan kampung Tambak Adi
4. Sebelah timur berbatasan dengan Tambak Windu dan Tambak Arum
Secara administrative, Kampung Tambak Madu terbagi ke dalam lima
RT dan satu RW. Dan gambar dibawah ini yakni suasana perkampungan yang
ada di Tambak Madu Surabaya:
Gambar 4.2
Kondisi rumah warga gang IV
Di Kampung Tambak Madu jumlah KK (kepala keluarga) sebesar 643
KK sedangkan di Tambak Madu gang IV sendiri terdapat 110 KK.35 Namun
KK yang bertempat tinggal di Tambak Madu gang IV hanya sekitar 75 KK
dan sisanya kartu keluarga warga yang sudah pindah dari Tambak Madu
35
namun masih memakai KK di Tambak Madu. Jumlah penduduk keseluruhan
di Tambak Madu gang IV, yakni ada :
Tabel. 4.1
Jumlah Penduduk Tambak Madu gang IV
No. Status Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 194 Jiwa
2. Perempuan 193 Jiwa
Jumlah 387 jiwa
Sumber : hasil dari data sensus penduduk dan survey rumah tangga
Dari hasil tabel di atas sudah terlihat bahwa Kampung Tambak Madu
meskipun tidak begitu besar namun dapat menampung begitu banyak orang.
Sebab di Tambak Madu ini satu rumah berisikan tiga kartu keluarga ataupun
lebih. Dan rata-rata rumah yang ditempati yakni rumah warisan dari orang tua
sehingga setiap rumah dipetak-petak agar terbagi rata.
B. Kondisi Ekonomi
Secara umum kondisi ekonomi warga di wilayah Tambak Madu gang
IV Surabaya termasuk ekonomi menengah kebawah. Sebab antara pemasukan
dan pengeluran biasanya lebih banyak pengeluarannya. Dan sebagian dari
warga ekonominya menengah dan sedikit warga yang ekonominya menengah
Gambar 4.3 grafik belanja pangan:
Dari hasil grafik di atas terlihat bahwasannya tingkat belanja pangan
warga Tambak Madu terbilang cukup tinggi dan sangat membutuhkan
pendapatan yang banyak dalam memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-hari
namun kebanyakan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi dengan
pendapatannya karena pendapatan mereka tidak cukup untuk pemenuhan
hidupnya. Karena mayoritas pekerjaan warga Tambak Madu yakni sebagai
kuli sepatu, kuli bangunan, kuli mebel dan buruh pabrik. Dibawah ini
gambaran pangan warga Kampung Tambak Madu. Dibawah ini akan
digambarkan belanja pangan salah satu warga yang pendapatannya kurang
Tabel 4.2
Contoh Belanja Per Bulan (kelas bawah)
Sumber :hasil diperoleh dari data survey rumah tangga keluarga bawah
No. Konsumsi Banyaknya Harga Jumlah Prosentase
Pangan
1. Beras 30 kg 8.000 240.000
2. Lauk-pauk Per hari 20.000 600.000
3. Sesayuran 1 bulan 20.000
4. Bumbu masak 1 bulan 30.000
5. Minyak goreng 1 minggu 10.000 40.000
7. Kopi & teh 1 bulan 15.000
8. Gula 1 bulan 35.000
9. Susu 0 0 0
10. Rokok 1 bulan 10.000 100.000
11. Air bersih 1 bulan 50.000
Jumlah 1.130.000 62 %
Energi
12. LPG 3 tabung 15.000 45.000
13. Rekening listrik 1 bulan 60.000 150.000
14. BBM motor 0 0
Jumlah 195.000 11 %
Pendidikan
15. SPP/iuran sekolah 1 bulan 40.000
16. Jajan harian anak per hari 10.000 300.000
17. Perlengkapan sekolah 1 bulan 20.000 20.000
Jumlah 360.000 20 %
Kesehatan
18. Biaya berobat 1 bulan 20.000
19. Beli obat-obatan 1 bulan 0
20. Perlengkapan kebersihan
1 bulan 50.000
Jumlah 70.000 3 %
Sosial & lainnya
21. Iuran warga 1 bulan 30.000
22. Pulsa HP 1 bulan 50.000
23. Hiburan keluarga 1 bulan 0
Jumlah 80.000 4 %
Dari tabel di atas, konsumsi pangan prosentase tertinggi yakni 62%,
sedangkan yang terendah adalah kesehatan 3%. Jumlah pendapatan hanya
sebesar Rp. 2.000.000,- sedangkan pengeluaran tiap bulannya sebesar contoh
table di atas jadi pendapatan dan pengeluaran terkadang tidak dapat
memenuhi untuk menutupi semua kebutuhan yang dibutuhkan.
Dan jika diliat dari prosentase di atas menunjukkan bahwa konsumsi
pangan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Jika diliat dari beberapa
teori yang ada, ada sebuah perkataan yang berbunyi. “Semakin tinggi
pengeluaran pangan, maka semakin rendah pendapatan / miskin. Semakin
rendah pendidikan, energi, kesehatan, maka keluarga tersebut dikatakan
kurang berdaya”.
C. Kondisi Pendidikan
Di Tambak Madu pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu pendidikan formal
dan pendidikan non formal:
1. Formal
Pendidikan secara formal yang terdapat di Tambak Madu berjumlah
kurang lebih 2 tempat pendidikan, diantaranya: 1 TK/PAUD, 1 Madrasah
Ibtidaiyah, SMPI dan MA. TK dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
sendiri bertempat dibalai RW Tambak Madu sedangkan Madrasah
Ibtidaiyah (MI), SMPI dan Madrasah Aliyah (MA) bertempat di satu
gedung yang berada di Tambak Madu gang II.36
36
Gambar 4.4
Kondisi sekolah yang ada di Tambak Madu
a. PAUD dan TK
Taman PAUD dan TK Budi Dharma terletak di balai RW
Tambak Madu. Gedung lembaga ini hanya memiliki satu ruang kelas.
Pagi hari ditempati oleh anak-anak TK sedangkan sore harinya
ditempati oleh anak-anak PAUD. PAUD sendiri memiliki kurang
lebih 10 siswa dan 4 guru pengajar, sedangkan TK Budi Dharma
memiliki siswa kurang lebih 47 siswa yang terbagi menjadi dua
kelompok yakni kelompok A 24 siswa dan 23 kelompok B. Tenaga
pengajar di TK Budi Dharma tersebut terdiri dari 3-4 pendidik yang
berpengalaman dan berkompetensi dalam mengajar.37
Kegiatan belajar mengajar TK Budi Dharma dilaksanakan
selama 6 (enam) hari yaitu di mulai dari hari senin sampai dengan
hari sabtu hari minggu libur. Masuknya pun sama dengan
sekolah-sekolah lainnya yaitu masuk pukul 07.00 WIB, dan untuk pulangnya,
37
kelompok A pulang pukul 09.00 dan kelompok B masuk jam 09.00
pulang pukul 11.00.
b. MI, SMPI, MA
Di Tambak Madu hanya terdapat 1 gedung sekolah yang
ditempati oleh sekolah tingkat MI, SMP dan MA. Di gedung ini
hanya memiliki sembilan ruang kelas. Enam ruang kelas untuk MI
dan SMP dengan pembagian waktu MI pagi hari dan SMP siang hari.
Tiga ruang untuk tingkat MA yang hanya memiliki tiga ruang kelas
sehingga ada pembagian waktu juga yakni di pagi hari diisi oleh
siswa perempuan dan siang harinya ditempati oleh siswa laki-laki.
Karena keterbatasan lahan sekolah sehingga mengharuskan untuk
bergiliran.
2. Non Formal
Kegiatan keagamaan dalam bidang pendidikan melalui lembaga
informal adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), merupakan tempat
pendidikan yang lebih mengutamakan:
a. Mempelajari cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar,
b. Mempelajari do’a-do’a sehari-hari, seperti: do’a sebelum dan sesudah
makan, do’a sebelum dan sesudah tidur, do’a sholat, danmengaji kitab.
Di Tambak Madu terdapat 5 TPQ yang terdiri dari TPQ bertempat di
Tambak Madu gang satu, sedangkan TPQ Musthofa dan TPQ Darussalam
bertempat di Tambak Madu gang II, TPQ Roudhotus Shobirin bertempat
Tambak Madu gang IV. Pendidikan TPQ diikuti oleh anak-anak usia 5-12
tahun yang dalam pengajarannya tidak hanya belajar mengaji akan tetapi
mereka juga diajarkan ilmu-ilmu agama seperti ilmu fiqih, al-qur’an hadis,
aqidah akhlak, bahasa Arab dan tentang ilmu sejarah Islam.38
Tabel 4.3
D. Kondisi Budaya 1. Sosial Keagamaan
a. Tahlil dan Yasin
Tahlilan dan yasinan merupakan adat istiadat yang dilakukan oleh
warga kampung Tambak Madu ketika ada keluarganya yang
meninggal dunia. Warga dsini melaksanakannya dari hari ke 1
meninggalnya sampai 7 harinya keluarga yang meninggal. Dan untuk
acara hajatan haul keluarga yang telah meninggal.39
Gambar 4.5
Kegiatan tahlilan bapak-bapak
b. Diba’an
Diba’an juga salah satu kegiatan keagamaan warga Tambak Madu untuk bersholawat. Bacaan diba’ dilaksanakan ketika ada keluarga yang memiliki hajat untuk selapan bayi, tasyakuran ulang tahun, acara
tiap mingguan. Kegiatan diba’an ini dilakukan oleh ibu-ibu tidak untuk bapak-bapak.
39
Gambar 4.6 Kegiatan diba’an ibu-ibu
c. Tahlilan Ibu-Ibu Muslimat
Salah satu kegiatan di Tambak Madu adalah tahlilan dan istighosah
ibu-ibu muslimat yang diadakan dalam satu bulan sekali dan langsung
dipimpin oleh ketua tokoh agama (modin). Tahlilan dan istighosah ini
rutin dilakukan bergiliran di masing-masing rumah anggota
muslimatan yang berketempatan dan anggota muslimatan yang
memiliki hajat tertentu. Biasanya tahlilan dan istighosah ini dilakukan
setelah sholat dhuhur. Dengan susunan acara membaca surat Yasin,
Tahlil dan Istigosah lalu diisi dengan pengajian singkat yang langsung
disampaikan oleh ketua muslimatan atau ustadza yang dijadikan
sebagai contoh warga kampung.40
d. Peringatan Hari Besar
Peringatan hari besar ini dilakukan rutin tiap tahun sekali. Salah
satunya yakni peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Dimana
40
setiap warga diwajibkan untuk membawa makanan apa saja yang
sesuai dengan isi kantung masing-masing. Dan acara dalam
memperingati kelahiran Nabi Muhammad ditandai dengan adanya
acara tukar jajan yang dibawa oleh setiap warga. Kalau dahulunya
jajan saling diperebutkan namun sekarang sudah berubah karena lebih
sopan saling menukar dari pada diperebutkan.
2. Sosial Kebudayaan a. Megengan
Megengan merupakan adat istiadat yang dilakukan oleh warga
kampung Tambak Madu sebelum melaksanakan ibadah puasa.
Tujuannya adalah untuk meminta keselamatan kepada Allah SWT,
agar dalam menjalankan ibadah puasa diberi kelancaran dan
kesehatan.41
Megengan ini dilakukan setiap warga secara bersama-sama
sehingga banyak sekali hidangan yang disediakan untuk para undangan
yang datang. Waktu megengan sehari sebelum memasuki puasa dan
sebelum tanggal kemerdekaan Indonesia. Mengenai hidangan yang
disajikan dalam acara megengan tersebut terdapat beberapa jenis.
Yang utama adalah nasi tumpeng, di atasnya juga dilengkapi dengan
lauk pauk dan serundeng. Dan setiap warga membawa nasi sebanyak
empat kotak untuk ditukarkan dengan warga yang lain dan sisanya
41
akan diberikan kepada warga yang tidak mampu dan tidak memiliki
suami.
Yang kedua adalah kue apem. Kue apem merupakan hal yang
penting, sehingga harus selalu ada ada dalam acara megengan.
b. Tujubelasan
Tujuhbelasan adalah hari dimana semua warga Indonesia
memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Tak lain halnya
warga kampung Tambak Madu tidak pernah tertinggal untuk
memperingati hari kemerdekaan ini dengan melaksanakan
lomba-lomba yang bermacam-macam, megadakan karnaval dan jalan sehat
untuk menyehatkan dengan tema yang bermacam-macam.
c. Tingkepan, Selapan, Turun Tanah
Tradisi ini selalu dilakukan oleh warga kampung Tambak Madu
untuk mendoakan jabang bayi yang masih ada di perut dengan usia
kandungan 4 bulanan, konon masyarakat mempercayai bahwa pada
usia tersebut roh sudah ditiupkan ke jabang bayi yang mereka
kandung.
Selapan juga tradisi yang sering dilaksanakan di kampung ini
ketika bayi sudah lahir ke dunia. Masyarakat mendoakan bayi yang
sudah lahir akan menjadi anak yang sholeh dan sholeha di kemudian
hari. Mudun lemah yaitu dimana tradisi ketika anak-anak bisa
menginjakan kaki mereka di tanah maka dari itu masyarakat
BAB V
PROBLEMATIKA KONDISI PEREMPUAN
Dalam sebuah kehidupan akan selalu mengalami yang namanya
permasalahan. Dimana disetiap tempat akan memiliki perbedaan yang sangat
jauh. Di dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seorang laki-lakilah yang patut
dan wajib memenuhi kebutuhan apa yang mereka butuhkan. Seorang laki-laki
sudah biasa menjadi tulang punggung rumah tangga dan menjadi penanggung
jawab atas semua yang dibutuhkan dalam kebutuhan sehari-hari. Namun semua
itu sudah terbalik tidak semua laki-laki selalu bertanggung jawab dan memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Tepatnya di tambak madu ini tidak sedikit para perempuan bekerja keras
untuk pemenuhan hidupnya, disini rata-rata para ibu rumah tangga juga ikut
bekerja demi menambah pendapatan kebutuhan hidup. Sebab upah suami yang
tidak bisa untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari karena upah yang tidak
begitu banyak sehingga menjadikan perempuan ikut bekerja agar pendapatan
untuk keseharian mereka bisa terpenuhi.
A. Gambaran Kondisi PEKKA
Pemenuhi kebutuhan sehari-hari yang memiliki kewajiban adalah para
kaum laki-laki yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang akan dibuat
pemenuhan kebutuhan hidup berhari-hari keluarga mereka. Namun dalam
melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kenyaataan
ini sudah banyak terjadi dalam kehidupan, para perempuan yang berjuang
untuk memenuhi kehidupan, karena jika tidak bekerja begitu mereka mau
makan apa, sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi sangatlah banyak.
Dalam kehidupan selalu memilikii bermacam-macam, dalam kebutuhan
hidupnya seseorang harus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Dengan cara bekerjalah seseorang akan mendapatkan uang dan
pendapatan tersebut akan dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika
mereka tidak bekerja maka tidak ada pendapatan yang mereka terima. Sebab
semua dapat terpenuhi dengan adanya kerja keras pada diri sendiri. Seperti
halnya yang telah dialami oleh ibu lima anak ini yang kurang lebih berusia 40
tahun lebih ini.
Gambar 5.1 : Bu Khoiriyah (Usia 40 tahun)
Sebut saja dengan nama Bu Khoi sesosok perempuan tangguh dan tak
mengenal lelah yang dalam kesehariannya bekerja sebagai penjahit yang tak