• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN WANITA KARIER DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA HARMONIS (Studi Terhadap Perempuan Pekerja di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan Tahun 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN WANITA KARIER DALAM PEMBENTUKAN KELUARGA HARMONIS (Studi Terhadap Perempuan Pekerja di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan Tahun 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN WANITA KARIER DALAM PEMBENTUKAN

KELUARGA HARMONIS

(Studi Terhadap Perempuan Pekerja di Dusun Madu Desa Batur

Kecamatan Getasan Tahun 2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Umi Jamilatus Syukur NIM. 111 13 182

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibunda (Nur Faizah) tercinta dan tersayang yang selalu senantiasa mendoakan dan mendukungku dalam mengerjakan tugas akhir ini. Serta tanpa ridho-Mu ya Allah Swt semua tidak akan berjalan seindah ini. Semoga persembahan ini mampu membahagiakan ibunda tercinta. 2. Abahku (M. Abdul Syukur) yang selalu menemaniku mengerjakan

tugas ini sampai hingga akhirnya terselesaikan. Mudah-mudahan takkan pernah letih dirimu tetap menjadi penyemangat ku hingga kelak nanti.

3. Adikku satu-satunya (Ni’ Ma’tul Ulya Syukur) yang selalu menyemangati mbak hingga selesai. Semoga besok apa yang adik cita-citakan tercapai amin.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah Swtyang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikanpada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan; 3. Ibu Hj Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam; 4. Bapak Dr.H. Nasafi, M.Ag., selaku dosenPembimbingAkademik;

5. Ibu Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi;

(8)

viii

7. Teman-teman yang selalu menyemangatiku mbak susi fitriyanti, mbak eka, mbak rifa yuliani dan mbk naf;

Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Salatiga,20 September2017

(9)

ix ABSTRAK

Syukur,UmiJamilatus.2017.PeranWanita Karier dalam Pembentukan Keluarga Harmonis (Studi Terhadap Perempuan Pekerja di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan Tahun 2017). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Kata Kunci: peranwanita karier, keluarga harmonis.

Wanita karier adalah wanita yang memiliki pekerjaan dan pekerjaan tersebut dapat menghasilkan uang, serta pekerjaan yang dikerjakan merupakan hasil dari pendidikan. Keluarga harmonis adalah suatu komunitas kecil yang terdiri dari ayah, ibu, adek, aku dan kakak yang saling memahami antara satu sma lain agar memiliki rasa kasih sayang dan cinta agar tercipta keluarga yang harmonis. Pendidikan akhlak merupakan modal terpenting dalam pembentukan diri pribadi suatu insan yang berguna untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah. Fokus masalah yang akan dikaji adalah: 1)Bagaimana potret wanita karier ?. 2)Bagaimana potret keluarga harmonis ?. 3) bagaimana upaya wanita karier dalam pembentukan keluarga harmonis?. 4) bagaimana upaya wanita karier dalam pembentukan akhlak?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah peran wanita karier Teknik analisis data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian wanita karier adalah sebagai berikut: 1. Potret wanita karier di Dusun Madu Desa batur, bekerja sebagai pendidik dan buruh , rata-rata penghasilan mulai dari Rp 800.000,00 sampai Rp 1000.000,00. Suami wanita karier juga bekerja, tetapi penghasilan suami tidak mencukupi untuk biaya hidup. wanita berkarier untuk membantu perekonomian keluarga. 2. Potret keluarga wanita karier yang harmonis di Dusun Madu Desa Batur berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarga, menjaga kesetiaan terhadap suami, wanita karier membutuhkan bantuan dari keluarga menjaga anak ketika ditinggal bekerja, tetapi dalam menyelesaikan pekerjaan rumah mereka mengerjakan sendiri. 3. Upaya wanita karier dalam pembentukan keluarga harmonis, berupaya memenuhi kebutuhan keluarganya, berusaha bangun pagi, dan menyiapkan sarapan serta bersih-bersih rumah. 4. Upaya wanita karier dalam pembentukan akhlak keluarga, mereka berupaya dalam membentuk akhlak keluarga terutama kepada anak-anaknya mereka mengajarkan tentang akhlak dirumah, mengajak shalat

(10)

x DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISANDAN KESDIAAN DIPUBLIKASIKAN ... iv

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Potret Wanita Karier ... 23

1. Pandangan Manusia Terhadap Wanita ... 23

2. Kedudukan Wanita ... 24

3. Pengertian Wanita Domestik dan Wanita Karier ... 28

B.Potret Keluarga Harmonis ... 33

1. Pengertian Keluarga ... 33

(11)

xi

3. Kedudukan keluarga dalam masyarakat ... 34

4. Kemitraan Antara Suami dan Istri dalam Keluarga ... 35

5. Ciri-ciri Keluarga Harmonis... 36

C. Upaya Wanita Karier dalam Pembentukan Keluarga Harmonis ... 38

1. Mengutamakan Hak-hak Suami ... 38

2. Pengabdian Kepada Suami ... 39

3. Jujur Terhadap Suami ... 39

4. Adanya Saling Pengertian ... 40

5. Adanya Tenggang Rasa dan Kebebasan ... 40

6. Berupaya dalam Pembentukan Keluarga Harmonis ... 41

D. Upaya Wanita Karier dalam Pembentukan Akhlak ... 42

1. Akhlak Terhadap Allah Swt... 42

2. Akhlak Terahadap Diri Sendiri ... 44

3. Akhlak Terhadap Sesama ... 47

4. Akhalak Terhadap Orang Tua ... 48

BAB IIIPAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data ... 49

1.Dusun Madu ... 49

2. Gambaran Responden ... 50

B. Temuan Hasil Penelitian (Data Primer) ... 52

1. Potret Wanita Karier di Dusun Madu Desa Batur ... 52

2. Potret Keluarga Harmonnis... 56

3. Upaya Wanita Karier dalam Pemebentukan Keluarga Harmonis 57 4. Upaya Wanita Karier Dalam Pembentukan Akhlak ... 58

C. Temuan Hasil Penelitian (Data Sekunder) ... 60

1. Wanita Karier dan Perekonomian Keluarga ... 60

2. Upaya Wanita Karier dalam Membangu Keluarga Harmonis ... 61

3. Upaya Wanita Karier dalam Pembentukan Akhalak Keluarga .. 63

(12)

xii

B. Potret Keluarga Harmonis... 67 C. Upaya Wanita Karier dalam PembentukanKeluarga Harmonis .... 69 D. Upaya Wanita Karier dalam Pemebntukan Akhlak Pada Keluarga 72 BAB V PENUTUP

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.DaftarRiwayatHidup

Lampiran 2.Surat PermohonanIjinPenelitian

Lampiran 3.Surat KeteranganTelahMelakukanPenelitian Lampiran 4.Surat PengajuanPembimbing

Lampiran 5.Lembar KonsultasiSkripsi Lampiran 6.Laporan SKK

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena pasangan suami istri untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pilihan menjadi ibu rumah tangga sekaligus juga menjadi wanita karier bukan semata-mata karena trend masa kini atau sekadar mencari kesibukan di luar rumah. Peran ganda tersebut biasanya dipilih karena tuntutan ekonomi keluarga yang dirasa semakin sulit, karena semakin tingginya kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi serta keinginan setiap keluarga untuk mendapatkan kehidupan yang lebih mapan dan lebih baik lagi.

Bekerja bagi perempuan, sering menjadi perdebatan. Ada yang berpendapat, perempuan itu wajib di rumah saja, mengurus rumah tangga. Bekerja (mencari nafkah) adalah kewajiban suami atau walinya. Pendapat lain menyatakan, perempuan maju identik dengan memiliki penghasilan sendiri. Apalagi mereka yang berpendidikan tinggi. Jika memilih menjadi ibu rumah tangga akan menjadi makhluk aneh, karena sudah dianggap pendidikannya tinggi tidak bekerja (FLP Yogyakarta, 2008: 32).

(16)

2

sama, kebebasan mengemukakan pendapat, dan kebebasan bertindak: baik itu mau belajar, mengajar, bekerja, berdakwah, berdagang, ataupun perbuatan lain dalam kehidupan sehari-hari. Pria dan wanita itu menerima hukuman yang sama atas apa yang mereka jalankan, pahala yang mereka dapatkan juga sama sesuai dengan apa yang mereka laksanakan terhadap ketentuan Allah Swt. Laki-laki dan perempuan memiliki peran yang dapat menimbulkan seperangkat hak dan kewajiban. Peran muslimah secara hukum dalam kehidupannya dapat ditempatkan dalam kategori sebagai anggota umat manusia, sebagai anggota keluarga, dan peran yang dimainkan sebagai anggota masyarakat. Wanita itu adalah manusia yang diciptaan Allah Swt, peran utama yang dilakukan dirinya adalah mengabdi kepada Allah Swt.

(17)

3

mendpatkan kewajiban untuk mengutamakan tugasnya dibandingkan dengan kepentingan dirinya sendiri.

Setiap orang mengakui status dan manajemen keluarga yang paling utama adalah responsibilitas perempuan. Walaupun begitu, tidak semua orang memahami respon wanita dengan cara yang sama. Mayoritas orang memakai hal itu dengan mengatakan bahwa perempuan akan melayani suami dan anak-anaknya jika keluarganya miskin atau malah akan mengatur dan mengawasi pelayan rumah tangga yang menjalankan tugas ini jika keluarganya kaya (Amin, 2003: 113).

Wanita karier ada yang tetap mengurus keluarga walaupun sibuk. Di sela-sela kesibukannya wanita karier mampu meluangkan sedikit waktu untuk mengurus suami dan anak-anaknya. Wanita karier memiliki gaji yang cukup, Wanita karier yang mau mengurus keluarga sendiri tanpa menggunakan pelayan rumah tangga maka keluarganya akan menjadi keluarga yang harmonis. Berbeda dengan wanita karier yang membayar pelayan rumah tangga, maka keluarganya tidak akan menjadi harmonis. Karena wanita karier lebih mementingkan kariernya dibandingkan tugas utamanya menjadi ibu rumah tangga. Keinginan menjadi syarat hidup bagi keluarga yang berkecukupan dan miskin, dan dengan sendirinya kehidupan keluarga akan sangat sulit dapat memenuhi tuntutan ini, yang tidak didukung beberapa fikiran pergaulan hidup, akan tetapi semata-mata oleh keinginan egoistis murni (Russen, 1982: 54).

(18)

4

egois mementingkan keinginannya sendiri demi meniti kariernya tanpa memedulikan keluarganya maka keluarga tersebut tidak akan menjadi keluarga yang harmonis, bahkan akan menjadi keluarga yang runtuh. Berbeda dengan wanita karier yang keinginan dan keegoisannya tidak terlalu tinggi untuk mengejar kariernya tapi lebih mengutamakan keluarganya, maka keluarganya akan menjadi keluarga yang harmonis dikarenakan wanita karier mampu menahan keinginan dan keegoisannya untuk mementingkan kariernya dan lebih mengutamakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Pada kenyataannya sekarang banyak figur seorang ibu rumah tangga yang menjadi wanita karier, seperti contoh ibu rumah tangga yang bekerja di garment, sebagai guru, dan masih banyak yang lainnya, tetapi figur wanita karier tidak akan pernah terlepas dari keluarga, karena bagaimanapun wanita itu dituntut dapat melakukan tugas sebagai istri pendamping suami, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan, dan sebagai ibu dari anak-anaknya. Pekerjaaan wanita karier itu tidak akan semulus yang dibayangkan, karena semulus-mulusnya apa yang wanita karier kerjakan, wanita karier harus mengedepankan keluarganya dahulu dibandingkan dengan pekerjaannya. Belum tentu semua wanita karier itu mampu mengerti dan memahami akan pendidikan anaknya. Wanita karier yang sibuk mampu mengalahkan semuanya, sehingga pendidikan anaknya tidak diperhatiakan.

(19)

5

karena kekurangan materi, melainkan kasih sayang yang kurang. Karena yang mengikat emosi anak dalam kehidupannya adalah orangtua, terutama yang paling teristimewa adalah ibu (Russen, 1982: 10). Jika peran wanita karier tidak menempatkan kewajibannya dengan baik maka anaknya yang akan menjadi korban, kurangnya interaksi antara ibu dan anak akan menyebabkan dalam dunia pendidikan anak, karena anak itu selalu membutuhkan orangtua terutama ibu untuk mensuport pendidikan anak. Ibu adalah madrasah pertama untuk anak. Jadi peran ibu sangat penting dalam pendidikan anak.

(20)

6

keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama, sehingga seorang muslim tidak sempurna agamanya kecuali akhlaknya menjadi baik (Ahid, 2010: 142).

Kedudukan akhlak penting dalam kehidupan, sehingga pendidikan akhlak harus ditanamkan sedini mungkin. Pendidikan akhlak merupakan modal terpenting dalam pembentukan diri pribadi suatu insan yang berguna untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah. Pendidikan akhlak yang baik diharapkan kehidupan suatu umat akan semakin baik dan maju sehingga dengan ini akan menimbulkan adanya saling peduli dan menyayangi satu sama lain.

Pendidikan akhlak merupakan bagian dalam pemikiran Islam sehingga salah satu fokus penting dalam pendidikan Islam yaitu pendidikan akhlak. Akhlak menurut al-Ghazali adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu (Mansur, 2007: 222). Pendidikan akhlak adalah usaha sungguh-sungguh untuk mengubah akhlak buruk menjadi akhlak yang baik. Dapat diartikan bahwa akhlak adalah dinamis tidak statis, terus mengarah pada kemajuan, dari tidak baik menjadi baik, bukan sebaliknya (Mansur, 2007: 274). Pendidikan akhlak dimulai dari lingkungan keluarga yaitu dengan diberi bimbingan, petunjuk-petunjuk, dan contoh yang benar agar anak terbiasa melakukan kebiasaan yang baik.

(21)

7

belum tercapai maka dilakukan dengan proses terus menerus. Seorang ibu itu harus mengajarkan hal yang baik dari sejakdini. Mengajarkan kepribadian yang baik sejakdini pula. Agar anak memahami dan mengerjakan secara terus-menerus, agar anak terbiasa biasa mengondisikan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan, sehubungan dengan diri, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa, seorang ibu walaupun wanita karier maka wajib memberikan pendidikan utama kepada anaknya, seorang ibu harus mengetahui posisinya di dalam tatanan keluarga dan bertindak sesuai dengan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan madrasah pertama untuk anaknya agar terwujud keluarga yang harmonis. Karena, keberadaan keluaraga diibaratkan

(22)

8

sendiri itu boleh asalkan mampu membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus keluarga, karena peran ibu lah yang mampu mendidik anak dan dengan kelengkapan antara suami dan istri yang bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya maka akan terbentuk keluarga yang harmonis. Jika wanita karier yang hanya mementingkan keinginannya dalam berkarier tanpa mengurus keluarganya maka akan sulit untuk terciptanya keluarga yang harmonis.

Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan pengamat menurut ibu RM menjadi wanita karier itu adalah hal yang diinginkan beliau, karena beliau ingin meningkatkan keadaan ekonominya. Tetapi alhasil anaknya yang menjadi korban dalam hal pendidikannya, anak ibu RM hanya lulusan SD saja. Walaupun ibu RM selalu melaksanakan tugas rumahnya ternyata hasilnya malah tidak menjadi keluarga harmonis, setelah ibu RM bekerja suaminyapun juga bekerja dan anaknya yang tidak terurus karena keuda orang tuanya sama-sama sibuk. Berbeda dengan ibu NF yang bekerja sebagai guru Pendidikan Anak Usia Dini, ibu NF selalu mengedepankan keluarganya dan mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik. Karena ketelatenan beliau ibu NF keluarganya menjadi keluarga harmonis dan anak-anaknya juga berpendidikan sekaligus berada dipondok pesantren.

(23)

9

Perempuan Pekerja di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan Tahun 2017)

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana potert wanita karier? 2. Bagaimana potret keluarga harmonis?

3. Bagaimana upaya wanita karier dalam pembentukan keluarga harmonis?

4. Bagaimana upaya wanita karier dalam pembentukan Akhlak? C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui potret wanita karier. 2. Mengetahui potret keluarga harmonis.

3. Mengetahui upaya wanita karier dalam pembentukan keluarga harmonis.

4. Mengetahui upaya wanita karier dalam pembentukan Akhlak. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis untuk memperkaya khasanah keilmuan terutama pengetahuan tentang bagaimana peranan wanita karier untuk membangun keluarga harmonis.

2. Manfaat Praksis

a. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya peran wanita karier untuk membangun keluarga harmonis; dan

(24)

10 E. Penjelasan Istilah

1. Wanita Karier

Wanita karier adalah, arti wanita karier yang pertama yaitu, jelas berhubungan dengan bekerja. Berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang. Kemudian arti yang kedua, lebih cenderung kepada pemanfaatan kemampuan jiwa atau karena adanya sesuatu peraturan, maka wanita memperoleh perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan sebagainya. Mungkin hal itu tidak mendatangkan keuntungan materi secara langsung. Misal dari tenaga kurang terampil setelah mengikuti latihan kerja beberpa waktu lamanya. Berdasarkan peraturan mungkin gaji dinaikkan. Karena penilaian kerja sangat baik, seseorang diberi kepercayaan memangku jabatan. Misalnya, seorang guru bisa kemudian menjadi kepala sekolah. Perbedaan diperjelas dengan adanya Panca Dharma Wanita Indonesia yang menuntut wanita dapat melakukan lima tugas, yaitu sebagai istri, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan, sebagai ibu dari anak-anak dan sebagai warga negara. dengan keadaan ini, memang berat peranan wanita (Anoraga, 2005: 122-123).

(25)

11

tingkat menengah atau tinggi. Di lapangan kerja kaum wanita telah mencampuri berbagai kegiatan: sebagai pejabat, karyawati, pengusaha, guru, petani, dokter dan lain-lain. Semua akan berakibat langsung kepada pembinaan keluarga dan rumah tangga (Leter, 1985: 86). Begitu juga dalam jaran Islam, wanita juga mempunyai hak dan kesempatan berkarier dengan tidak melalaikan fungsi dan kedudukannya sebagai wanita (Koderi, 1999: 66). Dari teori tersebut wanita karier adalah wanita dewasa yang bekerja dan menghasilkan uang. Perkembangan emansipasi antara wanita dan pria juga semakin mengalami pertumbuhan, karena sekarang wanita juga memiliki hak untuk bekerja dengan syarat tidak melalaikan fungsinya sebagai wanita. Islam juga membolehkan wanita berkarier asalkan kewajiban sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anaknya tidak terlalaikan.

2. Keluarga Harmonis

Pengertian keluarga adalah pusat kegiatan mengurus segala sesuatu mengenai kehidupan seseorang. Rumah tangga berintikan keluarga, yaitu suatu masyarakat terkecil yang diikat oleh perkawinan, dan terdiri dari suami dan istri serta anak, yang kesemuanya merupakan anggota rumah tangga (Suparno, 1982: 29).

(26)

12

yang dimaksud adalah kebahagiaan keluarga, dimana dalam rumah tangga itu terdapat keseimbangan antara situasi lahir dengan batin anggotanya berdasarkan keyakinan. Dengan demikian, kebahagiaan keluarga adalah masalah batin, masalah perasaan yang tidak tampak. Yang tampak adalah tandanya. Cinta yang menjadi tanda kebahagiaan keluarga adalah cinta yang mengembang, yang alamatnya ditujukan kesegenap penjuru yaitu suami dan anaknya (Suparno, 1982: 38-39). Cinta dan kasih sayanglah yang akan menjadikan suatu keluarga menjadi keluarga yang harmonis.

Tujuan pernikahan dan yang merupakan hikmah dari pernikahan diantaranya adalah sebagai berikut: kelanggengan jenis manusia dengan adanya keturunan dan populasi, terpeliharanya kehormatan, menentramkan dan menenangkan jiwa karena kebersamaan istri serta kesenangan kepadanya, mendapatkan keturunan yang sah, yang akan menyambung amal dan pahala, bahu membahu antara suami dan istri, mengembangkan tali silaturrahmi dan memperbanyak keluarga.

(27)

13

Keluarga harmonis adalah keluarga yang bahagia, keluarga yang penuh rasa kasih sayang. Keluarga adalah tempat utama dalam mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat dan kasih sayang (Ahid, 2010: 75-76). Keluarga adalah tempat anak belajar tentang kehidupan. Orang tua sebagai pengajar utama untuk anak-anaknya, dan anak akan belajar tentang hidup dari keluarganya serta keluarganyalah yang akan menuntun anak dalam meniti kehidupan yang baik. Pengertian harmonis itu sendiri adalah suatu kondisi seluruh anggota keluarga merasakan suasana yang damai, bahagia lahir batin (Majid, 2000: 220). Keharmonisan keluarga adalah suatu hal yang diinginkan oleh setiap keluarga. keharmonisan keluarga adalah suatu hal yang menjadikan suasana keluarga menjadi damai, bahagia lahir dan batin. Kondisi ini wanita karier mampu membagi waktu untuk keluarga, agar supaya keluarganya menjadi keluarga yang harmonis. 3. Pendidikan Akhlak dalam Keluarga

(28)

14

pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur,an dan Hadis Nabi (Thoha, 1996: 99). Pendidikan Islam adalah praktek pendidikan yang diarahkan oleh tujuan pendidikan dengan dituntun oleh nilai-nilai Islam, segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dan sumberdaya insani menuju terbentuknya insan kamil sesuai dengan norma Islam.

Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah yang dianggap buruk oleh agama, sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama, sehingga seorang muslim tidak sempurna agamanya kecuali akhlaknya menjadi baik (Ahid, 2010: 142).

(29)

15

Pendidikan akhlak dimulai dari lingkungan keluarga yaitu dengan diberi bimbingan, petunjuk-petunjuk , dan contoh yang benar agar anak terbiasa melakukan kebiasaan yang baik.hidupnya mempunyai pedoman baik di rumah, di madrasah maupun di lingkungan masyarakat yang dihadapinya.

Pendidikan akhlak pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini tidak hanya dapat diperoleh di rumah, di sekolah atau lembaga pendidikan formal lewat pembelajaran di kelas. Pendidikan akhlak dapat diperoleh dari mana saja. salah satunya dapat diperoleh di dalam keluarga.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan rancangan penelitian a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi serta dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Adapun dari segi pengertian ini, dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2009: 5).

(30)

16

mengetahui sisi positif dan negatif dari wanita karir yang sudah berkeluarga.

b. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di rumah wanita karier Dusun Madu, Desa Batur, Kec, Getasan Rt 02/04 bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data secara langsung. Disini peneliti bertindak sebagai peneliti untuk melakukan wawancara kepada responden (wanita karier) agar mendapatkan jawaban yang sesuai. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah wanita karir yang sudah bekeluarga dan bekerja di Dusun Madu, Desa Batur, Kec. Getasan Kab. Semarang. Karena di Dusun Madu Desa Batur ini terdapat beberapa wanita yang berkarier untuk membantu perekonomian keluarganya.

b. Waktu Penelitian

(31)

17 3. Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010: 22). Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang peran wanita karier dalam pembentukan keluarga harmonis (sebuah kajian pendidikan akhlak). Adapun sumber data langsung peneliti dapat dari hasil wawancara dengan wanita karier yang sudah berkeluarga. Ada lima wanita karier yang di teliti, karena ke lima wanita karier itulah yang ada di Dusun Madu Desa Batur Kec. Getasan.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang didapat dari sumber dari selain wanita karier itu sendiri. Misalnya mewawancari anaknya ataupun suaminya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

4. Teknik Pengumpulan Data

(32)

18 a. Observasi

Observasi dalam suatu penelitian yaitu memilah dan mengamati siapa saja dan dimana saja yang akan penenliti observasi untuk penelitian.

b. Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1981: 129).

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang wanita karir guna mengetahui apa saja yang menjadi sisi positif dan negatif dalam berkarir.

c. Dokumentasi

(33)

19 5. Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009: 248), analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif deskriptif, dimana data yang sudah terkumpul melalui pengamatan, wawancara, serta dokumentasi akan dipilah sesuai dengan yang diperlukan untuk kemudian diolah atau disusun sehingga dapat dideskripsikan secara sistemtis. Hal ini berkaitan dengan, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen (Moleong, 2009: 9).

6. Pengecekan Keabsahan Data

Moleong (2009:324) berpendapat ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transverability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

(34)

20

(Moleong, 2009: 330). Pada teknik penelitian ini melakukan: Trianggulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan trianggulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.

7. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap sebelum kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagi berikut:

a. Tahap Sebelum Kelapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, permohonan izin kepada subjek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan yang berkaitan dengan peran wanita kari untuk membangun keluarga harmonis. Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data

(35)

21

1) Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu;

2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan atar kategori dan sejenisnya secara naratif;

3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada;

d. Tahap penulisan laporan

Tahap ini meliputi kegiatan hasil penelitian dan semua rangkaian kegian pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulisan skripsi yang sempurna. G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, pokok masalah, tujuan penelitian,metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

(36)

22

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Paparan data dan temuan hasil penelitian memuat tentang : gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data yang meliputi: data responden serta hasil wawancara terhadap wanita karier dalam pembentukan keluarga harmonis (Studi Terhadap Perempuan Pekerja di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan Taahun 2017).

BAB IV : PEMBAHASAN

Pembahasan memuat tentang potret wanita karier yang dapat menciptakan keluarga harmonis, mendidik keluarga, serta peran wanita karier dalam mendidik anak.

BAB V : PENUTUP

(37)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Potret Wanita Karier

1. Pandangan Manusia Terhadap Wanita a. Zaman Kuno

Menurut padangan orang-orang di luar islam pada masa silam, wanita dianggap sebagai barang hidup yang begitu rendah dan tidak beharga. Dua jenis manusia yang sukar diurus, yaitu turunan orang rendahan dan wanita. wanita sebagai manusia yang belum selesai yang tertahan dalam perkembangan tingkat bawah. Di semenanjung Arab, pada masa jahiliah, sebelum lahir agama Islam, nasib wanita lebih memprihatinkan. Wanita dipandang sebgai barang dan hewan yang dapat diperjual belikan. Seorang lelaki boleh memperistri beberapa saja wanita sekehendak hatinya tanpa batas. Wanita tidak mempunyai hak waris sama sekali bahkan, jika seorang seorang lelaki mempunyai beberapa istri, dapat diwariskan kepada anaknya. Jika seorang wanita melahirkan bayi perempuan maka akan menjadi aib. Tidak sedikit bayi wanita yang lahir kemudian dikuburkan hidup-hidup. Jadi, kedudukan wanita saat itu sangat rendah dan tidak mempunyai harga diri. b. Zaman Modern

(38)

24

membebaskan wanita dari perbudakan malah menjerumuskannya pada perbudakan baru. Pada masyarakat kapitalis, wanita telah menjadi komoditas yang dapat diperjual belikan. Mereka dijadikan sumber tenaga kerja yang murah atau dieksploitasi untuk menjual barang.

Di luar konsep Islam cenderung bertolak dari konsep persamaan, kebebasa, dan hak asasi manusia. Mereka sering mengabaikan kodrat dan martabat wanita yang seharusnya mereka junjung. Mereka sering menuduh konsep yang menjunjung tinggi

kodrat dan martabat wanita itu dengan istilah “ideologi gender”. Ideologi gender dianggap sebagai “kendala” bagi perjuangan

emansipasi wanita (Koderi, 1999: 22-26). 2. Kedudukan Wanita

Dalam ajaran agama Islam dengan tegas bahwa wanita itu diberikan tempat yang terhormat. Sebelum Islam pernah terjadi suatu era yang era tersebut dikenal dengan sejarah zaman jahiliyah. Pada zaman tersebut, berbagai agama dan peradaban yang ada tidak memberikan tempat yang mulia dan tempat yang terhormat bagi kaum wanita. Dapat dikatakan bahwa sebelum islam itu ada hak-hak wanita itu tidak ada.

(39)

25

salah satu pihak antara wanita dan laki-laki, tetapi dalam suatu hal tertentu kedudukan wanita itu tidak harus selalu sama dengan kedudukan seorang laki-laki. Hal tersebut bukan berarti Islam tidak memberikan ruang yang sama dan penghargaan terhadap wanita. Tetapi memanglah kodrat wanita yang menghendaki suatu hal tersebut.

Islam datang ke dunia mengembalikan kehormatan, harga diri, dan hak-hak kaum wanita pada setiap masa hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, tatkala menjadi seorang istri. Hingga masa seorang wanita menjadi nenek. Bahkan Islam mengangkat derajat wanita ke tingkat kemulyaan yang istimewa (Maisar ,1997 :15).

a. Kedudukan Wanita Dalam Pekerjaan

Adanya kesempatan yang luas terhadap potensi yang ada pada wanita tidak cukup menutup kemungkninan untuk meninggalkan hak-haknya terhadap keluarga dan masyarakat. Islam tidak mewajibkan kepada kaum wanita untuk hanya berdiam diri di rumah dan hanya fokus dengan pekerjaan-pekerjaan domestik. Islam sangat menhargai usaha manusia, sekaligus sangat membenci umatnya yang menyukai

jadi penganggur (Mi’roj, 2004: 37).

(40)

26

bahkan tidak berlebihan jika dikategorikan amal saleh. Di samping itu, islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Arti dari bekerja sendiri, tidak melulu dalam pabrik atau yang sejenisnya dengan itu, tapi lebih luas cakupannya, meliputi berdagang, menyewakan jasa dan

sebagainya (Naka’i dan Wahid, 2012: 48).

Pekerjaan yang sekarang tidak semua terdapat pada masa Nabi. Namun sebagian ulama menyimpulkan bahwa islam membenarkan perempuan aktif dalam berbagai kegiatan atau bekerja dalam berbagai bidang di dalam maupun di luar rumahnya secara mandiri atau bersama orang lain selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam suasana terhormat, sopan serta dapat memelihara agamanya dan dapat pula menghilangkan dampak negatif pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya, atau dengan kata lain yaitu perempuan mempunyai hak untuk bekerja selama seseorang membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara (Istibsyaroh, 2004: 161).

Peran wanita dalam pekerjaan itu diperbolehkan, karena seseorang yang menyukai dan memilih menganggur tidak di sukai Allah Swt. Perempunan mempunyai hak dalam menentukan dirinya untuk memilih pekerjaan yang baik unutk dirinya asalkan memilih pekerjaan yang baik dan sopan. Jika wanita memiliki kemampuan yang lebih dan memiliki pendidikan yang tinggi tidak ada salahnya jika wanita memanfaatkan ilmunya.

(41)

27

Wanita selain berkedudukan sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab langsung terhadap perkembangan anak jiga tidak lepas dari kedudukannya sebagai seorang istri, yang harus menjaga dan menciptakan keharmonisan terhadap keluarganya. Wanita sebagai istri tidak hanya sebagai teman hidup bagi suami, tetapi juga sebagai pengatur rumah tangga untuk anak-anak, sebagai tempat menyampaikan isi hati dan sebagai penentra hati suaminya. Agar tercipta suasana yang selaras, serasi yang ditandai adanya persetujuan dan kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam lingkungan publik maupun domestik.

c. Kedudukan Wanita dalam Politik

(42)

28

3. Pengertian Wanita Domestik dan Wanita Karier a. Wanita domestik

Wanita domestik adalah wanita yang hanya mengurus pekerjaan rumahnya, karena wanita domestik beranggapan bahwa pekerjaan yang wajib dikerjakan wanita adalah mengurus keluarga. b. Wanita Karier

1) Pengertian wanita karier

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa wanita diartikan sebagai perempuan yang telah dewasa (KBBI, 1998: 1007 ), sedangkan arti dari wanita karier itu sendiri jelas sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan dan menghasilkan uang. Arti yang ke dua lebih cenderung kepada pemanfaatan kemampuan jiwa atau karena adanya suatu peraturan, maka wanita memperoleh perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan sebagainya (Anoraga, 2005: 122).

(43)

29

bukan jalan yang buruk untuk masa depan wanita karier itu sendiri. Beberapa profesi yang memang benar-benar diharamkan oleh Islam bagi umat pemeluk agama Islam, karena terbukti mendatangkan madarat atau kejelekkan bagi akhlak, aqidah dan kehormatan juga dapat menjadi acuan buruk untuk masyarakat. Artinya, disamping profesi ini dilarang juga akan dikucilkan dari masyarakat jikalau profesi yang dilarang dalam agama Islam ini dikerjakan. Profesi yang dilarang ini adalah pekerjaan yang mengarah pada kezaliman yang mendatangkan keharaman pada rizkinya. Beberapa profesi yang dilarang di antaranya: prostitusi, pornografi, pornoaksi, dan sebagainya.

Pembagian kerja antara laki-laki dan wanita merupakan bagian dari strategi, tenaga kerja produktif bukan sekadar alat kerja untuk memuaskan kebutuhan manusia, sebagai tenaga produksi tenaga kerja yang dibiayai disebut “produktif” dan

yang tidak dibayar disebut “tidak produktif” atau alamiah (natural). Disebut sebagai “naturalisasi kerja perempuan”,

yaitu tenaga kerja yang disembunyikan agar tidak nampak sektor publik, terkunci dalam rumah tangga.

(44)

30

wanita sebagaai aset dan sasaran, bukan beban pembangunan. Strategi tersebut berisi tentang peningkatan produktifitas dan pendapatan wanita, perbaikan kemampuan wanita untuk mengatur rumah tangga, peningkatan partisipasi wanita dalam pembangunan, dan peningkatan kesehatan, pendapatan atau sumberdaya.

Program pemberdayaan wanita harus terus dibangun untuk mewujudkan gagasan ideal, tanpa harus menafikan realitas peradaban dan kesejatian perbedaan alamiah di antara laki-laki dan wanita. Gerakan keadilan dan kesetaraan gender telah lama ditabuh dan akan terus berlangsung sepanjang sejarah umat manusia. Sampai batas perjuangan telah dinyatakan berhasil pun wanita tetap harus berjuang, sebab masih banyak kisah-kisah wanita yang masih terkungkung dalam penindasan. Sepanjang sejarah manusia ada, maka kondisi ini akan tetap berlangsung. Oleh karena itu, tidak ada kata berhenti untuk memperjuangkan posisi dan harkat martabat wanita untuk tetap tersanjung dan agung (Maslikhah, 2012: 107-108).

2) Ciri-ciri Wanita Karier

(45)

31

wanita karier yaitu memilki ketetapan hati, dorongan yang kuat untuk mencapai kemajuan, dan keuletan.

(Mudzar, 2001: 303) berdasarkan hasil penelitian menuliskan bahwa keberhasilan wanita karier merupakan suatu keberuntungan, karena berada di tempat yang tepat dalam pekerjaannya. Bagi wanita karier, wanita karier tidak akan pernah terlepas dari posisinya sebagai ibu rumah tangga. Wanita karier meniti karir memiliki beban yang lebih berat dibandingkan laki-laki. Wanita itu lebih utamanya mengurus keluarganya terlebih dahulu dibandingkan dengan pekerjaanya. Pada kenyataannya saat ini, cukup banyak wanita karier yang yang mungkin tidak cukup mampu dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, walaupun mereka memiliki kemampuan yang baik dan cukup tinggi. Wanita karier tidak mampu mengatur waktu maka wanita karier akan kesulitan. Wanita karier memiliki pekerjaan ganda, yang utama untuk keluarga dan yang ke dua adalah soal kariernya.

(46)

32

karier akan merasa lebih dilema karena merasa tidak pandai dalam menjalankan tugas utamanya.

3) Faktor Pendukung Wanita Berkarier

Tahun ke tahun semakin banyak wanita yang berperan ganda. Tetapi semua itu tidak lepas dari adanya motivasi ataupun faktor-faktor yang kemudian mendorong wanita untuk memutuskan bekerja di sektor publik atau di sektor domestik, diantara faktor yang mendorong wanita untuk bekerja adalah faktor ekonomi, yang merupakan faktor utama guna mempertahankan kelangsungan hidup atau meningkatkan taraf hidup keluarga. Mencari nafkah adalah kewajiban seorang suami, tetapi bekerja bagi perempuan yang menjadi istri dalam rumah tangga adalah dalam rangka saling membantu, terutama saling menghidupi anak ketika salah satu meninggal dunia terlebih dahulu (Istibsyaroh, 2004: 165).

(47)

33

rumah, mendidik anak, serta menjadi tempat berteduh suami di rumah.

B. Potret Keluarga Harmonis 1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah batu dasar dari bangunan suatu umat (bangsa) yang terbentuk dari keluarga-keluarga yang berhubungan erat satu dengan lainnya. Kuat lemahnya bangunan itu tergantung kepada kuat lemahnya keluarga yang menjadi batu dasar tersebut.

Keluarga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat. Keluarga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Rumah tangga adalah modal dan kunci dasar tercapaianya pembangunan.

2. Hakekat Keluarga

Keluarga adalah merupakan suatu markas atau pusat di mana pergaulan hidup menggetar. Keluarga merupakan susunan yang dapat mengekalkan keturunan. Sebenarnya rumah tangga adalah alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil. Keluarga itu lahir dan tumbuh apa yang disebut kekuasaan, agama, pendidikan dan hukum. Keluarga adalah jamaah yang bulat, teratur dan sempurna (Letter, 1985: 1-2).

(48)

34

Ikatan tersebut terkenal dengan kata ikatan cinta dan kasih sayang. Dari ikatan cinta dan kasih sayang itulah akan menjadikan suatu keluarga yang harmonis.

3. Kedudukan Keluarga dalam Masyarakat

Keluarga adalah komunitas terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari manusia yang tumbuh dan berkembang sejak dimulainya kehidupan, sesuai dengan tabiat dan naluri manusia, yaitu memandang seuatu dengan matanya, menyikapi seuatu dengan jalan hukum, kecenderungan memilih arah yang baik, serta mengupayakannya dengan segala yang dimilikinya. Oleh karena itu ahli ilmu kemasyarakatan perpendapat bahwa rumah adalah tempat pertama mencetak dan membentuk pribadi umat, baik laki-laki atau wanita. Bila tempat atau sumber ini baik, jernih, bersih dan bebas dari segala kotoran maka akan selamatlah pembentukan umat ini dari segala kotoran yang merusakkan. Wanita karier banyak kuantitas individu pilihan yang saleh dan baik, yang dibutuhkan mayoritas masyarakat untuk menumbuhkan kekuatan kelompok dengan bahu-membahu sebagai tiang keutamaan.

(49)

35

Fiqih, hukum dan ketentuannya akan terbentuknya sumber-sumber pertama (keluarga) dari sumber-sumber masyarakat. Ditetapkan baginya metode hukum, petunjuk, dan pengarahan yang terkumpul dari undang-undang dan aturan (Kisyik, 2005: 214-215).

4. Kemitraan Antara Suami dan Istri dalam Keluarga

Pada dasarnya konsep hubungan suami dan istri yang ideal menurut islam adalah konsep kemitrasejajaran atau hubungan yang setara. Namun, konsep kesetaraan atau kemitrasejajaran dalam hubungan suami dan istri ini tidak begitu saja mudah diterapkan dalam kenyataan sehari-hari. Kenyataanya, banyak hambatan-hambatan untuk mewujudkan nilai-nialai ideal tersebut. Setiap manusia memiliki keterbatasan satu sama lain. Kemampuan antara satu manusia dengan manusia yang lain juga memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, wajar bila pada satu masa kaum laki-lakilah yang diunggulkan berhak menyandang posisi sebagai pemimpin, karena pada waktu dulu kala laki-laki yang memiliki kelebihan, sehingga memungkinkan baginya untuk mencari nafkah. Sementara kaum perempuam pada waktu itu dalam kondisi yang sebaliknya. Sekarang perempuan telah memiliki peluang yang sama dengan laki-laki untuk menjadi unggul dalam berbagai bidang kehidupan, bahkan secara ekonomis sudah tidak bergantung laki pada laki-laki.

(50)

36

mampu menafkahi keluarga, maka gugurlah perannya sebagai pemimpin keluarga. Karena sebagai manusia laki-laki tersebut tidak memiliki keunggulan dibandingkan dengan istrinya. Begitupun sebaliknya, bila perempuan yang memiliki keunggulan, maka perempuanlah yang menjadi pemimpin keluarga, karena perempuan yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan suaminya (Munti, 1999: 58-59).

Konsep kemitraan atau kesetaraan ini, jika seuatu keluarga mampu menjalankan kosep tersebut dengan baik, sebagaimana jika seorang suami dan istri saling bahu-membahu dalam pekerjaan rumah tangga dan menghasilkan suatu hal yang positif, maka keluarga tersebut akan menjadi keluaraga yang bahagia (harmonis).

5. Ciri-ciri Keluarga harmonis

a. Keluarga harmonis didirikan dengan landasan taqwa, yaitu dijalankan sesuai dengan perintah Allah Swt

1. Islam sebagai landasan hidup dalam keluarga.

2. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai pedoman hidup keluarga. 3. Iman dan Taqwa sebagai landasan keluarga.

b. Terpenuhinya kebutuhan dari anggota keluarga baik lahir ataupun batin, jasmani dan rohani.

(51)

37

1. Kebutuhan jasmani, seperti: makan, tidur dan perlindungan; 2. Kebutuhan keamanan, setiap oranag ataupun anak tidak merasa

nyaman jika keselamatannya terancam;

3. Kebutuhan untuk dicintai, setiap orang ataupun anak selalu menginginkan cinta dan kasih, karena kebahagiaan sejati itu terletak pada cinta dan kasih, dapat mencintai dan dicintai. Pendikan ini ditunjukkan dengan adanya gejala bahwa setiap orang selalu membutuhkan orang lain, khusunya seorang anak memerlukan cinta dan kasih dari orang tuanya;

4. Kebutuhan harga diri, setiap orang dan anak merasa terhina jika kepribadiannya tersinggung. Setiap orang memerlukan penghargaan atas diri dan karya-karyanya, serta pendapat-pendapatnya;

5. Kebutuhan menyatakan diri, tiap orang atau anak baik itu besar ataupun kecil, memiliki keinginan untuk menyatakan drinya, maksudnya untuk diakui oleh masyarakat, walaupun pada umumnya kurang disadari. Kebutuhan ini tercermin dengan adanya kegiatan yang dilakukan baik oleh orang-orang dewasa maupun anak-anak (Citrobroto, 1986: 47-48).

Allah berfiman dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 21 tentang kuarga sakinah yaitu:

(52)

38 Artinya:

“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran) -Nya ialah dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa dan kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda (kebesaran Allah Swt) bagi kaum yang berfikir” (Qs. Ar-Rum 21). C. Upaya Wanita Karier dalam Pembentukan Keluarga Harmonis

1. Pembentukan Keluarga Harmonis

Wanita karier dalam pembentukan keluarga harmonis dengan mengutamakan hak-hak suami, mengabdi kepada suami, jujur terhadap suami, adanya saling pengertian, adanya tenggang rasa dan kebebasan, berupaya dalam pemebentukan keluarga harmonis.

a. Mengutamakan Hak-hak Suami

1) Wajib bagi seorang istri untuk mentaatinya dalam hal yang ma’ruf, yaitu ketaatan yang telah diwajibkan oleh kitab-kitab Allah.

2) Wajib bagi seorang istri untuk perhatian dengan rumah tangganya dan menjaga harta suami serta menyiapkan tempat istirahat dan ketenangannya.

3) Seorang istri seyogyanya menjaga perasaan suaminya dan menjauh dari hal-hal yang menyakitinya dari perkataan, perbuatan atau akhlak yang buruk.

(53)

39

untuk masuk kedalam rumah suaminya tanpa ridho dan ijinnya (Al-Arfai, 2003: 43).

b. Pengabdian Kepada Suami

Dasar hubungan antara suami dan istri adalah persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki diciptakan lebih mampu untuk bekerja, berjuang, serta berbuat di luar rumah, sedangkan wanita diciptakan lebih mampu untuk mengurusi rumah tangga, mendidik anak, membuat kenyamanan dan ketentraman sebuah rumah tangga. Maka laki-laki dibebani apa yang sesuai baginya dan wanita dibebani tugas yang sesuai dengan tabiatnya. Dengan demikian urusan rumah tangga baik urusan dalam maupun urusan luar menjadi teratur tanpa seorang pun dari suami dan istri itu menjadi penyebab retaknya rumah tangga mereka sendiri.

Jadi pengabdian istri kepada suami sangat diutamakan, walaupun istrinya seorang wanita karier setidaknya pengabdian kepada suami hendaknya diutamakan agar keluarga tersebut menjadi keluarga yang bahagia karena seorang istri mampu mengabdi kepada suami. c. Jujur terhadap Suami

Menjaga keutuhan di dalam rumah tangga dan memperkuat ikatan keluarga merupakan tujuan yang diharapkan untuk mewujudkan rasa saling percaya, jujur, dan saling terbuka antara suami dan istri (Kisyik, 2005: 170-172).

(54)

40

baik jika mendapat ridho dari suami. Wanita karier yang selalu terbuka dan jujur maka akan keluarganya akan menjadi keluarga yang harmonis.

d. Adanya Saling Pengertian

Kebahagiaan tidak akan tercapai tanpa adanya saling pengertian dan penyesuaian. Masing-masing pihak harus memahami kehendak dan keinginan pasangannya, masalah selera dan latar belakang kehidupan keluarganya. Kelemahan dan kelebihan bukan dipertentangkan tetapi harus dikembangkan, sedangkan kelemahan harus diatasi dalam waktu singkat, yang penting masing-masing anggota keluarga harus serempak menuju garis penyesuaian.

e. Adanya Tenggang Rasa dan Kebebasan

Harta yang paling bahagia dalam kehidupan adalah kebahagiaan. Jika seseorang merasa kebahagiaannya dirampas, maka hal itu merupakan bumerang yang sewaktu-waktu dapat meledak kebahagiaan keluarga. Dalam Islam hubungan perkawinan bukan hanya untuk suami dan istri saja, tetapi untuk keakraban keluarga terutama ayah dan ibu yang akan merasa lebih bahagia dengan bahagianya anak-anak. Perlu waktu untuk berdialog dengan anak-anak untuk menghindarkan mereka dari kenakalan remaja, yang merupakan masalah kompleks dan suakr dicari sebab masalahnya.

(55)

41

Pasangan suami dan istri sebaiknya mempunyai kebersamaan lahir batin yang mendalam, dalam suatu keluarga sebagai seorang istri hendaknya iklas dalam menerima segala hal dengan apa yang telah dimiliki oleh suaminya. Walaupun seoarang istri kini menjadi wanita karier hendaknya meneria keadaan yang saat ini dialami pada suami. Dengan rasa iklas lahir dan batin maka akan menjadi keluarga yang selalu bersyukur dan penuh dengan kebahagiaan.

2) Menjaga Kebersihan Aqidah

Keluarga yang ingin hidupnya menjadi bahagia dan harmonis maka wajib memeiliki aqidah yang bersih agar tidak terombang-ambing oleh berbagai macam kepercayaan yang merusak ketentraman, ketenangan, dan keteguhan hati dalam menghadapi persoalan hidup. Jadi wanita karier sebisa mungkin mampu menjaga kebersihan aqidah, walaupun sibuk dengan kariernya bila memiliki aqidah yang baik maka akan baiklah keluarganya.

3) Memelihara Ibadah

(56)

42

Wanita karier yang mampu menjalankan tiga hal tersebut besar kemungkinan seorang wanita karier akan mampu menjadikan keluarganya keluarga yang harmonis (bahagia) sakinah, mawadah, dan warrahmah. Selain menjadi wanita karier, istri yang shalelah akan membantu suami menuju akhirat. Sekurang-kurangnya istri dalam membantu suami dalam memperoleh kebutuhan. Mulai dari menyediakan makanan sampai mengurus rumah tangga dan lain-lain, termasuk memperhatikan urusan keluarga untuk menunaikan ibadah dengan sebaik-baiknya (Al-Buhiy, 1983: 40).

D. Upaya Wanita Karier dalam Pembentukan Akhlak pada Keluarga 1. Akhlak terhadap Allah Swt

a. Menerima Takdir

Segala sesuatu yang telah terjadi memang tidak dapat diubah. Semua hal yang terjadi di dunia ini merupakan takdir Allah Swt. Seorang manusia bisa memilih pasrah dan menerima nasib (takdir) atau bangkit dan berusaha maju. Wanita yang berkarir memang dapat dikatan itu adalah takdir dari Allah Swt, tetapi dari takdir itu sendiri wanita karier juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga.

(57)

43

serta ketentuan-Nya. apapun akibatnya adalah yang terbaik bagi dirinya.

b. Bersyukur

Bersyukur adalah satu hal yang diperintahkan oleh Allah Swt. Semua kenikmatan yang dirasakan manusia adalah pemeberian dari Allah Swt. Sekecil apapun nikmat yang diberikan oleh Allah Swt wajib disyukuri. Melihat langit, bumi dan segala isinya adalah kenikmatan dari Allah Swt. Bahkan udara yang kita hirup sehari-hari adalah kenikmatan dari Allah Swt. Wajib bagi seorang muslim bersyukur atas semua kenikmatan yang berlimpah yang dikaruniakan Allah Swt. Allah Swt akan menambah nikmat kepada orang-orang yang bersyukur.

c. Mentaati perintah Allah Swt

Seorang muslim harus patuh terhadap perintah Allah Swt dalam keadaan bagaimanapun dan melaksanakan rukun Islam secara sempurna, tidak menunda-nundanya, melaksanakan kewajiban kepada Allah Swt tanpa ragu dan meninggalkan semua larangan Allah Swt.

(58)

44

tuhannya, mengharap bahwa Allah Swt sebagai pemebri pertolongan.

d. Tobat

Adalah melepaskan diri dari segala dosa dan maksiat, menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat, dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi di sisa-sisa umurnya.

Setiap orang pasti mempunyai dosa. Dosa adalalah segala sesuatu yang menyalahi perintah Allah Swt, baik perintah untuk meninggalkan maupun perintah untuk mengerjakan (Tatapangarsa, 1980: 45).

e. Tawakal

Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah Swt dengan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya. orang-orang yang bertawakal adalah orang-orang yang memasrahkan diri hanya kepada Allah Swt dengan terlebih dahulu berusaha dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh (Mahmud, 2004: 195).

2. Akhlak terhadap diri sendiri a. Adil terhadap diri sendiri

(59)

45

dalam diri manusia. Wajib bagi seorang muslim untuk menjaga dan merawat apa yang telah Allah Swt berikan kepada kita.

b. Gigih

Setiap muslim dituntut untuk menghadapi segala permasalahan dan urusannya dengan penuh keseriusan. Artinya, mereka diharuskan untuk menggunakan dan mengeluarkan segala kemampuan untuk merealisasikan tujuan dan untuk mendapat ridha Allah Swt.

c. Tidak mementingkan diri sendiri

Egois atau mementingkan diri sendiri sebenarnya dimiliki oleh setiap orang maka egois itu manusiawi. Apabila watak egois manusia dituruti tanpa kendali maka umat manusia tidak mungkin saling toleran dan saling menenang karena egois menciptakan konflik kepentingan antar individu.

Islam menegaskan bahwa kehidupan dunia ini adalah saat-saat seorang hamba mengabdi kepada Allah Swt. Hendaklah sesama manusia saling membantu unutuk mewujudkan suatu tujuan. Maka sikap egois atau mementingkan diri sendiri harus ditepiskan jauh-jauh, diganti dengan sikap kebersamaan dan persaudaraan.

d. Sabar

(60)

46

sebagainya sehingga sabar sangat dibutuhkan oleh setiap orang agar bisa bertahan menerima ujian hidup.

e. Ikhlas

Ihkas yaitu melaksanakan suatu amal hanya karena Allah Swt. Keikhlasan adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melakukan suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya. Ikhlas dalam hal ini adalah menerima sepenuh hati segala sesuatu yang ditakdirkan Allah Swt dengan mengharap ridha dari-Nya.

Kelahiran dan kematian adalah ketentuan Allah Swt yang tidak ada seorang manusia yang dapat memilih kapan dan dimana ia dilahirkan dan meninggal dunia semuanya sudah diatur oleh Allah Swt. Meskipun yang ditakdirkan kadang merugikan atau menyedihkan tetapi harus diterima dengan baik karena itulah yang akan terjadi.

f. Optimis

Manusia hidup di dunia ini pasti mempunyai harapan, tanpa adanya harapan manusia tidak mempunyai arti sebagai manusia. Optimis adalah selalu mempunyai pengharapan yang baik dalam menghadapi setiap persoalan dengan keyakinan tinggi di masa depan akan memperoleh kesuksesan.

(61)

47 g. Lapang Dada

Orang yang mempunyai hati bersih dan lapang dada adalah orang yang mampu menekan secara maksimal kecenderungan-kecenderungan buruk yang ada di dalam dirinya seperti, rasa benci, dengki, iri hati, dan dendam. Hanya orang yang berhati lapang yang mampu memaafkan kesalahan orang lain.

3. Akhlak terhadap sesama

a. Ta’awun

Ta’awun atau tolong menolong adalah salah satu akhlak

yang penting yang harus dilakukan oleh manusia. Sebab manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan dengan bantuan orang lain. b. Berkumpul dengan orang baik

Bergaul dengan orang-orang yang baik memiliki pengaruh yang baik pada seseorang. Yaitu dapat meningkatkan ketakwaan pada Allah Swt, menambah ilmu pengetahuan, mempererat tali silatur rahmi, saling belajar agama dan bertukar pikiran sehingga menjadikan seseorang memiliki pengetahuan yang luas.

c. Berbuat Baik

(62)

48

berbuat baik terhadap orang-orang yang ada di sekitar tanpa membedakan antara satu dan yang lain.

4. Akhlak terhadap orang tua

a. Memaafkan kesalahan orang tua

Apabila orang tua melakukan kesalahan, wajib bagi seorang anak untuk membimbung ke jalan yang benar dan mendoakan mereka apabila mereka sudah meninggal. Seorang anak yang soleh akan senantiasa memaafkan segala kesalahan orang tua yang tidak dibenarkan dalam agama dan menyakiti anak dengan mendoakan kedua orang tuanya agar diampuni oleh Allah Swt.

b. Kasih sayang terhadap orang tua

(63)

49 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN H. Paparan Data

1. Dusun Madu

Letak geografis Dusun Madu terletak di kelurahan Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Terdiri dari RW 04 dan RT 02, wilayah Madu meliputi rumah warga, pekarangan dan tegalan. Keadaan keberagaman Dusun Madu adalah 100% Islam.

GB, Peta 3.1 Peta Kecamatan Getasan

Segi pendidikan, penduduk Dusun Madu adalah berkependidikan rendah. Sehingga mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, pedagang dan buruh pabrik.

(64)

50

Tabel 3.1 Batas Wilayah Dusun

Arah Mata Angin Keterangan

Sebelah utara Dusun Selo Ngisor Sebelah selatan Dusun Juruk Sebelah barat Dusun Kaliduren Sebelah timur Dusun Ngringin

Sumber : Peta kelurahan Batur Kec. Getasan Kab. Semarang

2. Gambaran Responden

Responden yang diambil dengan berbagai pertimbangan diharapkan mampu memberikan gambaran umum tentang bagaimana peran wanita karier untuk membangun keluarga sakinah dalam perspektif pendidikan Islam.

Gambaran responden memuat tentang potret wanita karier, potret keluarga harmonis, dan potret pendidikan akhlak. yang peneliti ambil sebagai sampel adalah:

a. Ibu N

(65)

51 b. Ibu RH

Ibu Rh adalah wanita berusia 30 tahun, memiliki seorang suami dan 1 anak yang berusia 4 tahun, ibu Rh bekerja disebuah toko di kawasan Salatiga. Kedudukan ibu RH sebagai karyawan. Gaji ibu RH setiap bulannya adalah Rp : 1.800.000,00. Ibu RH bekeja setiap hari. Ibu Rh berangkat bekerja jam 05:30 dan pulang jam 17:30 sore. Untuk mendidik akhlak pada keluarga dan anaknya, ibu RH selalu memperhatiakan anaknya agar selalu berangkat ke Madrasah Diniyah. c. Ibu SR

Ibu S adalah wanita berusia 38 tahun, memiliki suami dan 2 anak, ibu SR bekerja di PT Green hause Kaliduren kec.Getasan. kedudukan ibu SR sebagai karyawan. Gaji ibu SR setiap bulannya adalah Rp : 800.000,00, biasanya ibu SR selain menjadi karyawan ibu SR juga memiliki kerja sampingan yaitu berjualan di taman wisata kopeng.ibu S berangkat bekerja setiap hari jam 08:00 sampai jam 16:00 di PT Green Hause dan setiap minggu bekerja sampingan. Dalam mendidik pendidikan akhlak untuk keluarga, terutama anak ibu SR selalu menekankan anaknya untuk selalu berangkat mengaji ke TPQ.

d. Ibu HM

(66)

52

wisata kopeng setiap hari minggunya. Ibu HM berangkat bekerja setiap hari mulai jam 08:00 sampai jam 16:00. Dalam menanamkan niali pendidikan akhlak ibu HM selalu meluangkan waktu untuk mengajari anaknya.

e. Ibu T

Ibu T adalah wanita berusia 35 tahun, memiliki suami dan 3 anak, ibu T bekerja di PT Green hause kaliduren. Kedudukan ibu T sebagai karyawan. Gaji ibu T setiap bulannya adalah Rp : 800.000,00. Selain sebagai karyawan ibu T juga memiliki sampingan berjualan di taman wisata kopeng setiap hari minggunya.Ibu T bekerja setiap hari berangkat jam 08 : 00 sampai jam 16 : 00. Untuk pendidikan akhlak anaknya ibu T selalu mengarahkan anaknya ke Madrasah Diniyah. I. Temuan Hasil Penelitian (data primer)

1. Potret Wanita Karier di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Wanita karier mempunyai arti atau makna perempuan dewasa yang sudah memliki kegiatan atau mempunyai profesi, pekerjaan yang dapat menghasilkan uang atau penghasilan yang dilandasi dengan pendidikan. Beberapa pekerjaan yang dikerjakan wanita karier itu sendiri diantaranya adalah sebagai pegawai kantor, dokter, dosen, guru, pegawai garmen, dan sebagainya. Profesi-profesi ini tidak dilarang oleh agama Islam.

(67)

53

a. Pendapat wanita tentang wanita karier

Berikut ini hasil wawancara beberapa responden tentang potret mereka sebagai wanita karier:

Ibu RH mengungkapakan:

“saya sebagai istri yang berkarier, wanita yang berkarier itu adalah wanita yang memiliki pekerjaan.” (Ibu RH/Jum’at/25 -08-2017).

Ibu SR mengungkapkan:

“ menurute kulo tiang setri ingkang berkarier niku tiang

setri ingkang ngewangi garwo masalah pendamelan” (Ibu

SR/Jum’at/25-08-2017). (terjemahan bahasa indonesia)

“pendapat saya tentang wanita yang berkarier adalah wanita yang membantu keluarga dalam masalah pekerjaan.” (Ibu SR/Jum’at/25-08-2017).

Ibu HM mengungkapkan:

“pendapat saya tentang wanita karier adalah wanita yang ikut serta mencari nafkah untuk keluarga.” (Ibu HM/Jum’at/25 -08-2017).

Ibu T mengungkapkan:

“pendapat saya tentang wanita karier adalah wanita yang

mau bekerja demi keluarga.” (Ibu T/Jum’at/25-08-2017).

(68)

54

“pendapat saya tentang wanita karier adalah wanita yang ikut serta membantu suami dalam perekonomian keluarga.” (Ibu

N/Minggu/09-07-2017).

b. Wanita karier dan perekonomian keluarga

Berikut ini hasil wawancara beberapa responden tentang wanita karier dan perekonomian keluarga.

Ibu RH mengungkapkan:

“sebagai wanita yang berkarier, saya berkarier itu untuk membantu perekonomian keluarga saya.” (Ibu Rh/Jum’at/25 -08-2017).

Ibu SR mengungkapkan:

“ kulo nyambut damel nggeh kagem keluarga” (Ibu

SR/Jum’at/25-08-2017).

(terjemahan bahasa indonesia)

“saya sebagai wanita karier saya bekerja untuk keluarga.” (Ibu SR/Jum’at/25-08-2017).

Ibu HM mengungkapkan:

“sebagai wanita karier saya bekerja untuk membantu

keluarga .” (Ibu HM/Jum’at/25-08-2017).

(69)

55

“saya sebagai wanita karier saya bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.” (Ibu T/Jum’at/25-08-2017).

Ibu N mengungkapkan:

“saya sebagai wanita yang berkarier, saya bekerja sangat

menginginkan untuk membantu keluarga terutama suami.” (Ibu

N/Minggu/09-07-2017).

c. Wanita karier dan kemajuan kariernya

Berikut ini hasil wawancara beberapa responden tentang wanita karier dan kemajuan kariernya.

Ibu RH mengungkapkan:

“sebagai wanita yang berkarier, saya berkarier juga

memiliki keinginan lebih baik ke depannya.” (Ibu Rh/Jum’at/25 -08-2017).

Ibu SR mengungkapkan:

“saya sebagai wanita karier, saya mempunyai keinginan untuk lebih baik lagi dalam berkarier.” (Ibu SR/Jum’at/25 -08-2017).

(70)

56

“sebagai wanita karier, saya memiliki keinginan untuk lebih

maju karena semua wanita yang berkarier pastinya memiliki keinginan

lebih maju .” (Ibu HM/Jum’at/25-08-2017).

Ibu T mengungkapkan:

“saya sebagai wanita karier ,saya menginginkan karier saya

lebih maju lagi.” (Ibu T/Jum’at/25-08-2017).

Ibu N mengungkapkan:

“saya sebagai wanita yang berkarier, saya berkeinginan

untuk lebih baik dan maju dalam karier saya, karena dalam berkarier itu harus memiliki tujuan untuk majuagar semua yang sudah

direncanakan akan berhasil dan sukses.” (Ibu N/Jum’at/28-07-2017).

2. Potret Keluarga Harmonis di Dusun Madu Desa Batur Kecamatan Getasan

Keluarga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat. Keluarga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Rumah tangga adalah modal dan kunci dasar tercapaianya pembangunan.

Untuk mengawali wawancara, peneliti memulai pertanyaan yang terkait dengan peran wanita karier dalam membangun keluarga harmonis.

Gambar

Tabel 3.1 Batas Wilayah Dusun

Referensi

Dokumen terkait

Contoh preseden rancangan longitudinal yang pertama adalah penelitian berjudul “ A Synthetic Cohort Analysis of Canadian Housing Careers ” (Crossley dan Ostrousky, 2003).

Due to this issue, this research analyzes the role of website usability, satisfaction, loyalty, security perception and trust in developing positive word-of-mouth

Namun pada umumnya peternak memberi ransum dengan kandungan protein dan kalsium yang rendah maka akan berdampak pada pertumbuhan dan produksi telur yang tidak

Sebagai dasar merumuskan hipotesis, berikut kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan pengaruh variabel-variabel Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT)

Khaul dilakukan dengan cara mengadakan pengajian umum dan ditempatkan di area pemakaman, antusiasme masyarakat sangat tinggi dalam acara ini karena menyangkut kepentingan

Dalam masalah ini penulis menggunakan suatu metode sebagai bahan pertimbangan untuk mengurangi pemborosan biaya persediaan ini yaitu metode Material Requirement Planning (MRP),

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap para remaja akhir yang dalam penelitian ini diwakili oleh para mahasiswa-mahasiswi terhadap seks pranikah adalah kematangan

Berbagai keunggulan dalam pelaksanaan program ini membuat penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan rumusan masalah, bagaimana implementasi