• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH DAKWAH ISLAM KH. ABDULLAH SCHAL DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI BANGKALAN (1970-2008).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH DAKWAH ISLAM KH. ABDULLAH SCHAL DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI BANGKALAN (1970-2008)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH DAKWAH ISLAM KH. ABDULLAH SCHAL DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI BANGKALAN (1970-2008)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Satrata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh : MASRUROH NIM: A8.22.12.148

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Sejarah Dakwah KH. Abdullah Schal dalam perkembangan Islam di Bangkalan (1970-2008)”. Adapun skripsi ini mengkaji tentang KH. Abdullah Schal. Pembahasan yang difokuskan pada: (1) siapakah KH. Abdullah Schal? (2) bagaimana sejarah dakwah Islam KH. Abdullah Schal dalam mengembangkan Islam di Bangkalan? (3) bagaiman pengaruh dakwah KH. Abdullah Schal terhadap masyarakat Bangkalan?

Penulis menggunakan sebuah pendekatan historis. Dengan pendekatan ini, penulis berusaha mengungkapkan siapa KH. Abdullah Schal itu, bagaimana kondisi Bangkalan sebelum kedatangan KH. Abdullah Schal sejarah dakwah KH. Abdullah Schal di Bangkalan. Sedangkan teori yang digunakna adalah teori kepemimpinan, dari teori kepemimpinan tersebut terlihat bahwa kepimpinan KH. Abdullah di pesantren termasuk dalam teori genetik. Penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk menguji kesaksian sejarah, data yang diperoleh melaui data wawancara, dokumentasi, dan sumber tertulis yang berkaitan dengan KH. Abdullah Schal.

(6)

ix

ABSTRACT

This thesis is the result of field research titled " History of Da'wah KH. Abdullah Schal in the development of Islam in Bangkalan (1970-2008) ". As this paper examines the KH. Abdullah Schal. The discussion focused on: (1) Who is KH. Abdullah Schal? (2) how the history of Islamic preaching KH. Abdullah Schal in developing Islam in Bangkalan? (3) how the influence of propaganda KH. Abdullah Schal Bangkalan on society?

The author uses a historical approach. With this approach, the authors tried to reveal who KH. Abdullah Schal, how Bangkalan conditions before arrival KH. Schal Abduallah KH historical propaganda. Abduallah Schal in Bangkalan. While the theory is used directly leadership theory, theories of leadership can be seen that the leadership of KH. Abdullah in boarding schools included in the genetic theory. This study uses historical method to test the testimony of history, the data obtained through interview data, documentation, and written sources related to KH. Abdullah Schal.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

TRANSLITERASI ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 7

F. Penelitian Terdahulu ... 9

(8)

H. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II: BIOGRAFI KH. ABDUALLAH SCHAL ... 14

A. Kelahiran KH. Abduallah Schal ... 14

B. Silsilah KH. Abduallah Schal ... 16

C. Karir Pendidikan KH. Abduallah Schal ... 20

D. Menetap di Demangan ... 33

E. Wafatnya KH. Abduallah Schal ... 40

BAB III: SEJARAH DAKWAH KH ABDUALLAH DALAM MENGEMBANGKAN ISLAM DI BANGKALAN ... 43

A. Kondisi Geografis Wilayah Bangkalan ... 43

B. Lembaga Pendidikan di Bangkalan ... 44

C. Islam di Bangkalan Sebelum Kedatangan KH. Abduallah Schal ... 48

D. Sejarah Dakwah KH. Abduallah Schal Dalam Perkembangan Islam di Bangkalan ... 51

E. Metode Dakwah KH. Abduallah Schal dalam Perkembangan Islam ... 52

F. Tantangan Yang di Hadapi KH. Abdulllah dalam Berdakwahnya ... 59

BAB IV: PENGARAUH DAKWAH KH. ABDUALLAH SCHAL TERHADAP PERKEMBNAGAN ISLAM DI BANGKALAN ... 66

A. Mengembangkan Pondok Pesantren ... 66

B. Membangun Beberapa Madrasah di Wilayah Bangkalan ... 70

(9)

BAB V: PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan dan kesenian. Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan membuat Indonesia banyak di singgahi para pedagang dunia termasuk para pedagang muslim. Banyak dari mereka yang tinggal menetap dan membangun perkampungan muslim. Tak jarang juga mereka mendatangkan para ulama dari negeri asal mereka untuk berdakwah.

Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim adalah kalangan terpandang sehingga banyak dari mereka yang menikahkan anaknya dengan para pedagang muslim sebagai sayarat sang gadis harus memeluk agama islam. Hal tersebut juga mempengaruhi penyebaran agama islam di Nusantara.

(11)

2

Setelah para wali songo meneyebarkan agama Islam di pulau j awa, kepercayaan animisme dan dinamisme serta kebuayaan Hindu Budha mulai luntur dimasuki nilai-nilai Islam yang begitu besar manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka langsung bisa menerima ajara Islam.

Berbicara Islamisasi di pulau jawa, islam juga meneyebar luas di pualau Madura. Islamisasi Jawa tidak jauh berbeda dengan penyebaran Islam di Madura, orang-orang luar memandang orang Madura sebagai orang yang sangat beriman, dalam hal penghayatan terhadap ajaran agama dan semangat penyebaran agama, daerah itu sering dinamakan dengan aceh.1

Dalam penyebaran agama Islam di Madura tidak terlepas dari peran para ulama yang meneggakkan dan menegembangkan serta menyebar luaskan agam Islam di Madura. Salah satu tokoh yang sangat berperan dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam di Madura yaitu Kiai Abdullah Schal. Beliau mengembangkan agama Islam di kepulauan Madura khususnya di kabupaten Bangkalan.

Masyarakat Madura yang dikenal dengan kaku, keras, kasar, dan sulit di dekati. Sebagaimana diketahui masyarakat Madura sering dicitrakan dengan seperangkat pembawaan dan perilakunya yang bercorak negatif. Orang Madura yang sejak dulu tertanam dalam benak dirinya

1

(12)

3

adalah sosok manusia yang keras dan beri ngas. Mereka begitu mudah menghunus pisau atau mengacungkan celurit untuk bercarok dalam menyelesaikan masalah, walau kadang hanya persoalan sepele. Hal itu mereka pertahankam demi mempertahankan kehormatan dan harga diri. Darah panas yang mengalir dalam diri orang Madura di pengaruhi oleh tempat tinggal yang tandus dan gersang. Sehingga dapatlah dimengerti jika pengisi waktu luang mereka adalah kegiatan-kegiatan yang penuh nuansa keberanian, keperkasaan, dan kesejahteraan.

Dari sisi lain semua itu merupakan faktor yang mendorong mereka menjadi pekerja yang ulet, tabah, dan tidak takut meghadapi berbagai kesulitan dan tantangan. Mereka mampu menjadi petani yang tangguh di lahan yang umumnya kering dan tandus. Mereka juga mampu menjadi nelayan yang luar biasa. Berbantal ombak dan berselimut angin serta bermodalkan nyawa, mereka berani mengarungi samudra luas sebagai nelayan yang tangguh. Mereka juga berani merantau jauh keseluruh penjuru tanah air.

Menyadari karakter masyarakat Madura yang seperti itu salah satu ulama yang ada di Madura yakni kiai Abduallah schal dengan metode dakwahnya mampu mengembangkan Islam di Bangkalan dengan luas hingga seperti yang sekrang ini.

(13)

4

Syikhona Moh. Kholil Bangkalan. Beliau adalah penerus dari ibu nyai Romlah yang sebelumnya memimpin pondok pesantren. Beliau juga merupakan ulama kebanggaan masyarakat Bangkalan yang andhap ashor

atau tawadhu. Beliau memimpin masyarakat Madura khususnya masyarakat Bangkalan agar Islam dapat berkembang dan meluas di seluruh pelosok di Mudura dengan menciptakan kader-kader muballig.

Banyak usaha-usaha perjuanagan beliau dalam mengembangkana Islam di Bangkalan diantarnya mendirikan madrasah di beberapa wilayah Bangkalan dan membangun beberapa masjid, namun hal tersebut tak luput dari tantangan-tangan yang beliau hadapi. Pada Tahun 1997, sering disebut-sebut dalam memori kisah ulama dalam melawan tangan besi pemerintah.2

Sejarah berawalnya dakwah beliau bermula dari kepemimpinan beliau di Pesantren Demangan yakni Pesantren Syaihona Moh. Kholil Bangkalan yang kemudian dibesarkan oleh KH. Abdullah Schal hingga pesantren ini berkembang pesat, akan tetapi beliau tidak hanya berperan dalam pesantrennya saja. Beliau juga berdakwah di masyarakat khususnya Bangkalan. Salah satu penyebab yang menarik minat masyarakat untuk memondokkan anaknya yaitu dengan mengadakan pengajian rutin. Sejak dibuka pada tahun 1971, pengajian ini terus dilaksanakan secara istikamah

2

(14)

5

setiap hari sabtu dan selasa.3 Hingga beliau wafat pengajian ini masih tetap berjalan dengan di pimpin oleh RKH Fakhrillah Aschal putra dari KH. Abdullah Schal.

Ketika beliau menyiarkan Islam beliau juga mengalami banyak kendala sebagaiman pada waktu itu masyarakat madura masih minim akan pengetahuan agama sehingga sulit untuk meneriam ilmu. Selain itu ketika beliau berdakwah kendala yang dialami seperti jalan-jalan masih kecil dan sempit. Kalau hujan, kondisi jalan akan sangat licin dan berbahaya. Akan tetapi kendala tersebut tidak mematahkan semangat beliau dalam berdakwah. Beliau makin semangat dalam menyebarkan dan mengembangkan Islam.

Melihat dari sejarah perjuangan beliau dalam menyiarkan Islam dimana pada saat itu masyarakat Madura minim akan ilmu pengetahuan Islam. Dan dengan metode dakwah yang diterapakan oleh KH. Abdullah Schal masyarakat Madura yang memiliki karakter yang kerasa dapat menerima ilmu yang beliau berikan. Untuk membahas lebih dalam tentang KH Abdullah Schal dalam perkembangan Islam melalui metode dakwahnya di Bangkalan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Maka penelitian ini mengambil judul “Sejarah Dakwah Islam KH. Abdullah Schal Dalam Perkembangan Islam di Bangkalan (1970-2008)”.

3

(15)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam pembahasan ini menarik untuk mengetahui kembali tentang Kiai Abdullah Schal dalam dakwahnya untuk mengembangkan dan menyebarluaskan agamaIslam di Bangkalan. Untuk itu timbullah pertanyaan antara lain:

1. Siapakah Kiai Abdullah Schal?

2. Bagaiman sejarah dakwah Islam KH. Abdullah schal dalam mengembangkan Islam di masyarakat Bangkalan?

3. Bagaimana pengaruh dakwah KH. Abdullah Schal terhadap perkembangan Islam di Bangkalan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian sejarah secara umum adalah untuk memperkaya pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa peristiwa lampau terjadi. Maka sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapka tersebut, tujuan dari studi ini adalah:

1. Untuk mengetahui asal-usul dan riwayat hidup KH. Abdullah Schal. 2. Untuk mengetahui sejarah dakwah Islam KH. Abdullah Schal dalam

mengembangkan Islam di Bangkalan.

(16)

7

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini mempunayi manfaat yang sangat penting. Merujuk pada tujuan diatas, maka penelitian ini sekurang-kurangnya diharapkan dapat memberikan dua kegunaan, yaitu:

1. Untuk memeberikan wawasan kepada para pembaca tentang metode dakwah yang dilakukan oleh KH. Abdullah Schal dalam mengembangkan Islam di Bangkalan.

2. Bagi pembaca umum dapat menjadikan karya ini sebagai tambahan refrensi bagi peneliti selanjutnya.

3. Dapat menambah koleksi karya tulis yang membahas tentang Kiai Abdullah Schal.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Sejarah Dakwah Islam KH Abdullah Schal Dalam Perkembangan Islam di Bangkalan (1970-2008)” penulis menggunakan pedekatan historis. Dengan pendekatan ini, penulis berusaha mengungkapkan siapa KH Abdullah Schal dan bagaiamana metode dakwah yang dilakukan KH. Abdullah Schal dalam perkembangan Islam di Bangkalan yang berawal dari kepemimpinannya di Pesantren Demangan.

(17)

8

konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan.4 Diantara berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab kepemimpinanaya, yaitu :

1. Teori genetik yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dari keturunan,

2. Teori sosial yang menyatakan setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan, pendidikan dan pembentukan serta di dorong oleh kemauan sendiri dan tidak lahir begitu saja atau takdir tuhan yang semestinya.

3. Teori ekologis/sintesis menyatakan seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila sejak lahir telah memiliki bakat kepemimpinan dan dikembangkan melalui pengalaman serta cita-cita, usaha pendidikan yang sesuai dengan tuntunan lingkungan/ekologinya.5

Melihat teori yang telah dijelaskan diatas maka sebab-sebab timbulnya kepemimpinan berdakwah dalam diri KH. Abdullah Schal ini termasuk dalam teori genetik karena KH Abdullah Schal merupakan cicit dari Syakhona Muhammad Kholil pendiri pertama pondok pesantren demangan tahun 1865.

4

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1998), 27.

5

(18)

9

Sedangkan Max weber mengklasifikasikan kepemimpinan menjadi 3 jenis, antara lain:

1. Otoritas kharismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi.

2. Otoritas tradisional yakni dimilki berdasarkan pewarisan.

3. Otoritas legal-rasioanal yakni yang dimiliki beradasarkan jabatan serta kemampuan.6

Dari klasifikasi yang dikemukakan oleh Max Weber, maka K. H. Abdullah Schal masuk dalam klasifikasi otoritas kharismatik karean KH. Abdullah Schal memiliki wibawa yang sangat tinggi dimata masyarakat dan para santrinya. Serta Otoritas Tradisional, karena kepemimpinan yang dimilikinya merupakan warisan dari buyutnya.

F. Penelitian terdahulu

Adapun penelitian terdahulu menegenai KH. Abdullah Schal yang pernah dilakukan adalah:

1. Sang Pengembara di Samudra Ilmu karya RKH. Fakhrillah Aschal, merupaka buku trilogi Sejarah Hidup KH. Abdullah Schal yang mengungkap peristiwa-peristiwa KH. Abdullah Schal. Mulai dari kelahiran, silsilah, dan masa kecil beliau dicritakan dalam buku ini. Selain itu buku ini juga menceritakan tentang masa-masa KH. Abdullah Schal menutut ilmu. Dimulai dari Pesantren Sidogiri hingga beliau

6

(19)

10

memnginjak kuliah di IAIN sunan Kalijaga. Dalam buku ini juga membahas KH. Abdullah Schal ketika memilih pasangan hidupnya.

2. Kilau Madrasah di Langit Madura karya RKH. Fakhri Aschal dan M. toyyib Fawwaz, merupakan buku sejarah dakwahnya KH. Abdullah Schal dalam mencetak kader-kader para ulama dengan membangun madrasah di beberapa tempat di Bangkalan.

3. Peran KH Cholil Dalam Mengembangkan Islam di Bangkalan Madura

sebuah skripsi oleh Siti Fatimah, Fakultas Adab dan Humaniora. UIN Syarif hidayatuallah: 2011. Pembahasannya meliputi gambaran umum wilayah Bangkalan Madura. Seperti kondisi geografis, lembaga pendidikan di Bangkalan, organisasi sosial keagamaan dan pemerintah.

Adapun fokus dari penelitian ini adalah mencoba mengungkap Sejarah Dakwah Islam KH. Abudullah Schal dalam Mengembangkan Islam di Bangkalan yang bermula dari kepemimpinannya di Pesantren Demangan.

G. Metode Penelitian

Metode artinya cara, petunjuk teknis. Metode sejarah merupakan suatu peoses untuk menguji kesaksian sejarah dengan tujuan untuk menemukan data yang autentik juga dapat dipercaya.7 Maka langkah yang ditempuh meliputi:

7

(20)

11

1. Heuristik

Yaitu mencari dan mengumpulkan sumber. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, sehingga yang dilakukan merupakan penelitian literature (liberary research) dengan mengkaji beragam data terkait KH. Abdullah Schal. Selain itu, metode heuristik juga sangat membantu kita dalam menemukan jejak-jejak sejarah.8

Adapun sumber kepustakaan anatar lain adalah sebuah disertasi yang telah diterbitkan karya RKH. Fakhrillah Aschal dan M. toyyib Fawwaz yang berjudul Kilau Madrasah di Langit Madura, RKH. Fakhrillah Aschal, Sang Pengembara di Samudra Ilmu. RKH. Fakhrillah Aschal dan M. toyyib Fawwaz yang berjudul Kejora Dari Lantai Penjara,dan menapak Taman Bahagia.

2. Kritik sumber

Kritik sumber adalah penelitian upaya mendapatkan otensitas dan kredibilitas sumber.9 Dalam kritik sumber penulis meneliti sumber-sumber yang diperoleh dari wawancara agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kradibel atau tidak, dan sumber tersebut autentik atau tidak. Dalam metode sejarah kritik sumber, peneliti melakukan kritik ekstern dalam proses untuk melihat apakah sumber yang didapatkan autentik atau asli. Sumber yang dipeoleh penulis merupakan yang relevan, karena penulis mendapatkan sumber

8

Ranier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 113.

9

(21)

12

tersebut dari sahabat dari KH. Abdullah Schal dan santrinya pada masa beliau memimpin pesantren.

3. Interpretasi (penafsiran)

Tahap selanjutnya adalah interpretasi atau analisis sejarah dengan tujuan memahami makna yang saling berhubungan dari sumber-sumber yang diperoleh dengan teori sehingga tersusun sebuah fakta-fakta dalam suatu interpretasi secara menyeluruh.10 Pda metode ini penulis menginterprestasikan sejarah dakwah KH. Abdullah Schal serta pengeruhnya terhadap masyarakat dengan menggunakan data-data serta sumber yang di peroleh sehingga nantinya menjadi kesatuan yang harmonis dan dapat mengungkapkan sebuah fakta dalam penulisan skripsi ini.

4. Historiografi

Adalah langkah terakhir dari metode penelitian ini. Dalam tahap ini merupakan cara penulis dan melaporkan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Selain itu, dalam tahap ini peneliti juga harus memperhatikan aspek kronologisnya.11 Dalam laporan ini ditulis biografi KH. Abdullah Schal, sejarah dakwah beliau dan pengaruhnya terhadap masyarakat.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini sistematika yang digunakan penulis ada sebagai berikut:

10

Ranier, Metode dan Manfaat Sejarah, 73.

11

(22)

13

Bab I Merupakan pendahuluan yang mencakup pembahasan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II membahas tentang Biografi KH. Abdullah Schal yang meliputi kelahiran, Silsilah, karir pendidikan dan wafatnya KH. Abdullah Schal.

Bab III pada bab ini akan dibahas mengenai perkembangan Islam sebelum adanya KH. Abdullah Schal di Bangkalan hingga kemudian sejarah dakwah KH. Abdullah Schal dalam mengembangkan Islam di Bangkalan serta metode dakwah dan tantangan yang beliau hadapi dalam berdakwahnya.

Bab IV pada bab ini akan dibahas pengaruh dakwah KH. Abdullah Schal dalam perkembangan Islam di bangkalan. KH. Abdullah Schal membesarkan pesantren, membangun madrasah-madrasah, dan membangun masjid-masjid di Bangkalan hingga akhirnya Islam berkembang seperi sekarang.

(23)

BAB II

BIOGRAFI KH. ABDULLAH SCHAL

A. Kelahiran KH. Abdullah Schal

KH. Abdullah Schal lahir pada hari Kamis Manis Tanggal 15 Jumadil Ula 1354 H atau 15 Agustus 1935 M.1 Terdengar suara tangisan dari kamar nyai Romlah dengan kelahiran bayi laki-laki yang akan menjadi penerus tongkat estafet Syaikhona Kholil Bangkalan dalam mngembangkan pondok Demangan dan perkembangan Islam di Bangkalan. Lantunan pujian dipanjatkan kepada Allah sebagai rasa syukur yang di dapat pada hari itu.

Semua keluarga merasa gembira dengan kelahiran sang bayi laki-laki tak terkecuali sang ayah Raden KH. Zahrowi. Setalah sang bayi dimandikan KH. Zahrowi mengazani di telinga kanan sang bayi dan mengiqomat di telinga sebelah kiri seperti yang di sunnahkan Rasuluallah SAW. Bayi tersebut kemudian diberinama Abdullah Schal yang berarti hamba Allah. Bindere Dulla begitulah panggilannya sewaktu kecil.2 KH. Abdullah adalah putra ketiga dari pasangan Raden KH. Zahrowi dan nyai Romlah. Putra pertama bernama KH. Fathurrozi (dipanggil Kiai Rozi) yang banyak membantu dalam pembiayaan pendidikan KH. Abdullah Schal. Kedua seorang puteri yang dibernama nyai Robiah yang pandai dalam ilmu Qoriah akan tetapi wafat ketika masih di usia muda. Keempat adalah seorang putra yang bernama KH.

1

Fakhrillah Aschal dan M. Toyyib fawwaz, Sang Pengembara di Samudra Ilmu serial biografi KH. Abdullah Schall buku pertama (Bangkalan: PP. Syaichona Moh. Cholil), 17.

2

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

(24)

15

Moh. Kholil AG (dipanggil Kiai Kholil) yang merupakan pasangan KH. Abdullah Schal dalam perjuangan organisasi NU dan BASRA (Badan Silaturahmi Ulama Madura). Putra kelima KH. Kholilurrohman (dipanggil Kiai Lilur). Beliau adalah satu-satunya saudara Kiai Abduallah Schal yang masih hidup dan menjadi ulama sufi yang disegani berbagai kalangan.

Sejak kecil KH. Abdullah Schal sudah hidup dalam lingkungan keagamaan, beliau tinggal disebuah pesantren yang di asuh oleh kakek buyutnya Syaikhona Kholil Bangkalan. Kiai Kholil Bangkalan lahir pada selasa 11 jumadil Akhir 1225 H, bertepatan dengan tahun 1835 M.3 Beliau adalah buyut dari KH. Abdullah Schal dimana beliau adalah seorang pemimpin pesantren pondok Demangan sebelum beralih pimpinan kepada KH. Abdullah Schal.

Pesantren Demangan yang di asuh oleh kakek buyutnya ini pada awalnya mengalami kefakuman setelah sang kiai meninggal yakni Syaikhona Kholil, kemudian berkembang kembali setelah dipimpin oleh KH. Abdullah Schal. Setiap lembaga pendidikan, termasuk pesantren dituntut untuk memeberikan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggannya. Agar dapat melakukan hal tersebut dengan baik, pesantren perlu dukungan sistem manajemen yang baik. Beberapa ciri sistem manajemen yang baik adalah adanya pola pikir yang teratur (administrative thingking), (pelaksanaan kegiatan yang teratur (administrative behavior), dan penyikapan terhadap

3

Rifai, KH. M. Kholil Bangkalan Biografi Singkat 1820-1923 (Jogjakarta: GARASI, 2013), 20.

(25)

16

tugas-tugas kegiatan secara baik (administrative attitude).4 Hal tersebut bisa diterapkan dalam sebuah kepesantrenan agar kepesantrenan tersebut tetap maju dan tidak mengalami kefakuman.

Sejak kecil KH. Abdullah Schal di panggil dengan sebutan Bindere Dulla atau Ra Dulla. Beliau suka bermain bola, terkadang bermain bola bersama adiknya Bindere Kholil dan teman-teman lainnya seperti Muharrom dan lain-lain. Setiap sore mereka rutin berada di alun-alun kota Bangkalan untuk bermain bola. Bindere Dulla sangat senang bermain bola, beliau juga sering ke rumah familinya di Sabrah Sepuluh hanya untuk bermain bola dan memancing ikan di pantai sepuluh.5

B. Silsilah KH. Abdullah Schal

KH. Abdullah Schal adalah salah satu cicit dari Syaikhona Kholil Bangkalan penggagas pondok pesantren Demangan yang pertama. Kiai Muhammad Kholil Bangkalan masih keturunan Sunan Gunung Jati, salah seorang Wali Songo di Pulau Jawa tepatnya di Jawa Barat tempat Sunan Gunung Jati mendapat tugas pengislaman.6 Dari jalur ibu KH. Abdullah Schal bernasab pada Sunan kudus, KH. Abdullah Schal putra dari nyai Romlah binti KH. Imron bin Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Latif bin Hamim. Silsilah Kiai Hamim bersambung kepada Sunan Kudus, juga Sunan Giri, Sunan Drajat bin Sunan Ampel.7

4

Sulthon Masyhudi, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: DIVA PUSTAKA, 2005), 23.

5

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

6

Rifai, KH. M. Kholil Bangkalan Biografi Singkat 1820-1923, 15.

7

Ibid., 20-21.

(26)

17

Kiai Hamim adalah menantu kiai Asror bin Abdullah bin Sulaiman Basyaiban, pendiri Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan yang dimakamkan di Mojoagung Jombang. Beliau adalah putra Syarifah Khodijah binti Syarif Hidayatuallah Sunan Gunung Jati Cirebon.

Sunan Gunung Jati lahir dari keturunan darah yang sangat terhormat, baik dari jalur Ibu maupun dari jalur bapaknya. Ibunya adalah putri dari raja Padjajaran dan bapaknya adalah Raja Mesir yang masih keturunan Nabi Muhammad, ia juga mempunyai hubungan darah yang dekat dengan para walisongo.8

Semua silsilah tersebut menunjukkan bahwa beliau keturunan dari para penyebar Islam yang ada di jawa. Mulai dari Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati yang kesemuanya adalah Dzuriyyah Rasuluallah.

Sedangkan silsilah KH. Abdullah Schal dari jalur Ayah dan bernasab hingga kepada Rasuluallah SAW adalah sebagai berikut:

8

Ridin Sofyan, et al, Islamisasi di Jawa (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2004), 171.

(27)

18

Sedangkan silsilah KH. Abdualla Schal dari jalur ibu yang bernasab pada

Gambar di atas menunjukkan silsilah KH. Abdullah Schal dari Jalur Ayah.9 Silsilah di atas bersambung kepada baginda Rasulullah SAW.

9

Aschal dan Fawwaz, Sang Pengembara di Samudra Ilmu, 118.

[image:27.595.113.530.113.611.2]
(28)

[image:28.595.95.484.104.575.2]

19

Gambar di atas adalah skema silsilah KH. Abdullah Schal yang bersambung kepada Syaikona Moh. Kholil Bangkalan.10 Dari jalur Ibu KH. Abdullah adalah keturunan dari Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan.

10

Rifai, KH. M. Kholil Bangkalan Biografi Singkat 1820-1923, 35.

(29)

20

C. Karir Pendidikan KH. Abdullah Schal

Pendidikan adalah salah satu yang mengantarkan KH. Abdullah Schal dalam kesuksesannya dalam berilmu dan pintar dalam keagamaan. Dengan pendidikan yang beliau tekuni dan beliau selalu dalam keistiqamahan membuat beliau menjadi seseorang yang alim dan pandai dalam berkepemimpinan. Beberapa pondok yang pernah beliau singgahi dalam menuntu ilmu diantaranya Madrasah At-taufiqiyah, Pondok Pesantren Sidogiri, Pondok Pesantren al-munawwir, dan Pondok Pesantren Sarang, dan ponodok pesantren Islah, dan yang terakhir pondok pesantren Al-Munawwir.

1. Madrasah At-Taufiqiyah

Masa depan bangsa tergantung pada kualitas pendidikan anak-anaknya. Memikirkan, mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap mereflesikan semua yang ditamapak padanya. Semua sifat-sifat baik yang membantu memenuhi tujuan hidup adalah warisan alami yang dibawa setiap jiwa ke bumi, hampir semua sikap buruk yang diperlihatkan manusia apa adanya merupakan apa-apa yang didapatkan setelah mereka dilahirkan ke bumi.11

KH. Abdullah Schal bersama saudara-saudaranya sekolah di Madrasah At-Taufiqiyyah Jangkebuan yang didirikan dan di asuh oleh

11

Inayat Khan, Metode Mendidik Anak Secara Sufi (Bandung: penerbit Marja’, 2002), 117.

(30)

21

KH. Abd Hadi. Beliau adalah putra angkat dari KH. Hasan putra dari Syaikhona Kholil Bangkalan dari istri pertamanya nyai Azzah. Sejak berumur enam tahun KH. Abd Hadi sudah diangkat jadi anaknya karena KH. Hasan tidak mempunyai keturunan. KH. Abd Hadi juga merupakan keponakan dari nyai Karimah yang merupaka istri KH. Hasan yang berasal dari keramat. Setelah KH. Hasan wafat pada 1922, KH. Abd Hadi mondok ke Sidogiri karena ibunya dinikahi oleh KH. Bahar kakak dari KH. Nawawie Noer Hasan, Sidogiri.

Madrasah At-Taufiqiyah berdiri pada 1939 dan pada 1948 di bubarkan oleh Belanda, pada saat itu ia kembali menguasai Indonesia setelah merdeka tahun 1945. Pada tahun 1952, didirikan kembali dengan nama Madrasah Al-Hidayah yang ada sampai sekarang di komplek pondok pesantren Al-Hidayah.

Secara historis, keberadaan pesantren ditengah masyarakat Nusantara dalam hal pendidikan di Indonesia sejak dan sebelum masa penjajahan kolonial senantiasa memberika konstribusinya dalam mengatasi persoalan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, dan peran tersebut berlanjut sampai merebut dan mempertahankan kemerdekaan.12

Madrasah At-Taufiqiyyah menerapkan system klasikal kelas shifir awwal, shifir tsaani, qismul awwal, qismul tsaani, dan qismul tsalis. KH. Abdullah Schal langsung masuk pada kelas shifir tsaani dan lulus tahun

12

Wahyu Ilahi, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: KENCANA, 2007), 182.

(31)

22

1943. Di madrasah ini juga meniti beratkan terhadap pemahaman ilmu nahwu shorof. Dengan sangat disiplin KH. Abdul Hadi mewajibkan seluruh murid supaya menghafal dengan baik ilmu shorof.

Dalam mendefinisikan kiai istilah Bindere, nun, ajengan, dan guru adalah sebutan yang semula diperuntukkan bagi pada ulama tradisional di Jawa, walaupun sekarang kiai sekarang cenderung di pergunakan secara genetik bagi semua ulama di Jawa dan di luar Jawa.13

Didalam menghafal Bindere Dulla dan Bindere Lilur adiknya, termasuk yang paling tangkas menghafal dan tidak pernah sekalipun gagal dalam hafalan sehingga keduanya tidak pernah sekalipun di hukum oleh KH. Abd Hadi, karena pada saat itu KH. Abd Hadi akan menghukum muridnya jika tidak dapat menghafal dengan baik.14

Bindere Dulla termasuk murid yang paling rajin daripada teman-temannya karena ketika sekolah selesai murid-murid yang lain sudah pulang tetapi tidak untuk Bindere Dulla, beliua masih berada di Jengkebuan untuk mengaji kitab Mutammimah yakni kitab Nahwu kepada KH. Abd Hadi setiap usai sholat isya’. Karena kegigihannya dalam belajar di At-Taufiqiyyah Bindere Dullah sudah hafal kitab Shorrof dan menguasai kitab ilmu dasar Nahwu.

Selain mengaji kitab Bindere Dulla juga belajar Tahsinul Khath

(tata cara menulis Arab) kepada KH. Abdul Hadi pada saaat itu yang juga pandai dalam ilmu Tahsinul Khat. KH. Abd Hadi juga pernah di undang

13

Sayfa Auliya Achidsti, Kiai dan Pembangunan Institusi Sosial (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2015), 36.

14

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

(32)

23

Menteri Agama ke Jakarta untuk menulis dokumentasi Al-Qur’an di Departemen Agama Pusat.

Setelah lulus Bindere Dulla tidak langsung melanjutkan sekolah karena keadaan ekonomi yang tidak mencukupi. Bindere Dulla lulus pada tahun 1943, akan tetapi hal tersebut tidak menyusutkan semangat Bindere Dulla akan tetapi malah menyemangatkan beliau untuk terus belajar kitab. Setiap malam Bindere Dulla nyolok ke kediaman KH. Sayuti Marzuki yang terletak di daerah pangeranan, yang pada saat itu terkenal sebagai salah satu ulama yang sangat alim. 15

KH. Marzuki adalah pengasuh di Madrasah Nahdatul Ulama yang didirikan oleh KH. Moh. Toha pada saat itu. Beliau adalah menantu dari Syaikhona Kholil Bangkalan yang biasa di panggil dengan sebutan Kiai Muntaha. Madrasah tersebut berada di selatan Masjid Agung Bangkala. Sekarang berada di sebelah utara Mesjid Agung Bangkalan dan berganti nama dengan Darul Ulum.

2. Pondok Pesantren Sidogiri

Pada tahun 1952, Bindere Dulla meninggalkan Demangan untuk melanjutkan pendidikan dan menuntut ilmu di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan atas biaya dari Bindere Rozi.16 Pada saat itu Bindere Rozi sudah memiliki usaha sehingga bisa membiayai Bindere Dulla di Pondok Pesantren Sidogiri.

15

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

16

Aschal dan Fawwaz, Sang Pengembara di Samudra Ilmu, 35.

(33)

24

Dengan tekat yang tinggi dan keinginan yang kuat Bindere Dulla berangkat ke Pondok Pesantren Sidogiri. Bindere Dulla memilih Pondok Pesantren Sidogiri karena pada saat itu Pondok Pesantren Sidogiri terkenal dengan kesalafannya yang di pimpin oleh K.H. Cholil Nawawie yang sangat terkenal kealimannya. Selain itu karena sang buyut pernah nyantri di Sidogiri sewaktu di asuh oleh Hadratusy Syekh KH. Noerhasan yang merupakan kakek dari KH. Cholil Nawawie.

KH. Cholil Nawawie adalah putra dari nyai Nadzifah dan KH. Nawawie yang lahir pada tahun 1925M/1343H.17 KH. Kholil Nawawie memimpin Pondok Pesantren Sidogiri pada tahun 1949 menggantikan KH. Abd Jalil. Beliau adalah pemimpin ke 10 di Pondok Pesantren Sidogiri. Nama Cholil adalah pemberian dari Syaikhona Kholil Bangkalan, seorang kiai yang tersohor kewaliannya, pada saat itu Mbah Kholil mengatakan bahwa bayi ini kelak akan menjadi penggantinya.18

Ra Dulla panggilannya di Sidogiri, beliau ingin mengaji ke KH. Cholil Nawawie karena dikenal alim dan amil bi ilmih. KH. Cholil Nawawie pada saat itu menjadi labuhan dari para ulama yang ada di Jawa timur karena memiliki karakter yang religius seperti Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan. KH. Cholil Nawawie juga dikenal sebagai ulama yang warak.

Menurut Hadratusy Syekh KH. Nawawie Abd Djalil (pengasuh pondok pesantren Sidogiri sekarang), saat pertama kali Ra Dulla sowan

17

Masykuri Abdurrahman, Jejak Langkah 9 Masyayikh Sidogiri (Kraton Pasuruan: Pustaka Sidogiri Pondok Pesantren Sidogiri), 130.

18

Ibid., 130.

(34)

25

kepada Hadratusy Syaikh KH. Cholil Nawawie untuk mondok di Sidogiri, beliau berkata “ba’na monduk dinna’ ngoninah ilmunah embanah?”

(kamu mondok di sini mau jemput ilmu kakek buyutmu?) yang di maksud adalah sang kakek yakni Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan.19 Sebagaimana kita ingat sebelumnya bahwa Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan dulu pernah mondok dan menjadi Santri di Sidogiri. Begitupun sebaliknya banyak juga Masyayikh yang juga mondok di Demangan yakni pondok Syaikhona Moh. Kholil Bngakalan. Setelah mendengar dawuh tersebut Ra Dulla langsung kaget. Namun dengan sikap tawaduk beliau hanya tersenyum mendengar dawuh gurunya, akan tetapi dalam lubuk hatinya timbul keinginan dan tekad yang kuat untuk mewujudkan apa yang di dawuh oleh sang guru kepadanya.

Pondok atau tempat tinggal para santri merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam Negara-negara lain.20 Seperti pada santri umumnya Ra Dulla sempat merasa tidak kerasan mondok di Sidogiri. Pada awal-awal beliau mondok beliau sempat pamitan kepada KH. Cholil Nawawie untuk boyang dari pondok akan tetapi sang guru dawuh “Tunggu empat tahun lagi”. Sebagai seorang santri yang takdim kepada sang guru maka beliau mau tidak mau tetap menjalani perintah sang guru walau dengan perasaan yang berat bagi beliau.

19

Aschal dan Fawwaz Sang Pengembara di Samudra Ilmu, 39.

20

Amin Haedari, et al, Masa Depan Pesantren (Jakarta: IRD PRESS, 2004), 31.

(35)

26

Setelah beliau menjalani hari demi hari Ra Dullah akhirnya kerasan juga berada di Sidogiri. Beliau pulang setiap satu tahun satu kali, bahkan pernah beliau tidak pernah pulang sampai empat tahun dan pulang hanya sekali ke Demangan. Ra Dulla pulang jarang pulang ke Demanagan di karena Ibu Nyai Romlah ibunda dari Ra Dulla suka marah apabila Ra Dulla pulang.

Ra Dulla mempunyai hobby bermain bola, sesampainya di pesantren pun tidak menghentikannya dalam kegemarannya itu. Hampir setiap sore Ra Dulla selalu bermain bola, beliau sangat pintar dalam memainkan bola seakan-akan bola melengket di kakinya, bahkan teman-temannya menjulukinya dengan sebutan “Si Licin” sebuah julukan untuk orang yang profesioanal dalam permainan sepak bola.

Kiai Cholil Nawawie pernah berkata bahwa bermain bola bisa menyegarkan pikiran serta membuat pikiran menjadi sehat dan segar, karena sering bermain bola akhirnya Ra Dulla di panggil oleh KH. Cholil untuk menghadap. Penuh dengan rasa tanda tanya dan rasa tawaduk Ra Dulla pergi menghadap kepada sang guru. Kemudian KH. Cholil dawuh

“Ba’na benne keturunah tokang main bal, ba’na keturunah kiaeh rajah.”

(kamu buka ketrunan pemain bola, kamu keturunan kiai besar). Teguran tersebut membuat Ra Dullah langsung berubah total.

(36)

27

mana kecuali kamar, sungai, dan surau.21 Beliau tidak pernah lagi bermain bola. Karena ketawadu’an beliau terhadap sang guru maka beliau langsung menuruti segala perintahnya.

Kepribadian seorang santri pada dasarnya adalah pancaran dari kepribadian seorang ulama yang menjadi pemimpin dan guru pada setiap pondok pesantren yang bersangkutan. Sebab sebagaimna kita ketahui bahwa ulama itu tidak hanya sebagai pemimpin tetapi juga sebagai contoh teladan yang baik para santrinya. Charisma dan wibawa seorang ulama begitu besar mempengaruhi kehidupan setiap santri dalam setiap aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu apabila seorang ulama telah memerintahkan sesuatu kepada para santrinya, maka bagi santri itu tidak ada pilihan lain kecuali mentaati perintah itu.22

Begitulah yang dilakukan Ra Dulla sebagai seorang santri yang patuh terhadap guru, bisa dijadikan contoh teladan yang baik. Meskipun beliau sangat berat meninggalkan kegemarannya dalam bermain bola dan ketika itu beliau sangat terkenal dengan kepandainya dalam permainan bola. Namun hal tersebut tidak menjadikannya kekecewaan akan tetapi membangkitkan semangtnya lagi dalam belajar karena bagi beliau teguran dari sang guru adalah bimbingan dan siraman kasih sayang yang akan menimbulkan kekuatan dalam dirinya sebagai seorang santri.

Baginya teguran dari guru adalah sebuah barokah untuknya. Sejak saat itu Ra Dulla meninggalkan semua kegemarannya dan lebih fokus pada

21

Ibid., 44.

22

Abdul Qadir Jailani, Peran Ulama Dan Santri (Surabaya:PT Bina Ilmu,1994), 8.

(37)

28

mengaji dan muthalaah. Inilah tonggak keberhasilan Ra Dulla dalam menuntut ilmu di Sidogiri. Pesantren di Indonesia telah menjadi pusat pembelajaran dan dakwah. Ia telah memainkan peran penting karena merupakan sistem pembelajaran dan pendidikan tertua di Indonesia. Sebelum sistem pendidikan modern diperkenalkan oleh Belanda, pesantren adalah sati-satunya sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Bahkan sampai sekarang, pesantren di Indonesia masih memainkan perannya sebagai sebuah pusat pembelajaran, meski harus bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan luar.23

Sewaktu di Sidogiri Ra Dulla beliau selalu dikirim oleh kakaknya yakni kiai Rozi.24 Kiriman yang beliau peroleh dari kakaknya digunakan untuk membeli kitab-kitab dan buku-buku yang membentuk kepribadiannya. Kegiatan beliau selain belajar adalah membaca, beliau tidak akan berhenti membaca sebelum buku yang di bacanya tamat. Kegemaran membacanya inilah yang mampu membuat beliau bisa memberikan solusi terhadap lapisan banyak masyarakat dalam persoalan hidup.

Ra Dulla pandai bergaul dan mudah beradaptasi dengan teman-temannya di Sidogiri sehingga selain beliau terkenal dengan kealimannya beliau juga terkenal dengan pandai bergaul. Hal tersebut menggambarkan bahwa beliau selain pandai dalam ilmu agama beliau juga pandai dalam ilmu bermasayarakat. Semua kitab di kuasainya, baik ilmu alat, fiqih,

23

Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), 36.

24

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan 17 November 2015.

(38)

29

tauhid, balagah, tafsir, Hadist, dan lain sebagainya. Walaupun demikian beliau tidak pernah menonjolkan ke aliman dan kepandaiannya. Beliau selalu hidup dalam kesederhanaan. Akan tetapi kealimannya di ketahui oleh sang guru besar yakni Hadratusy syekh KH. Cholil Nawawie. Hingga akhirnya Ra Dulla di amanatkan untuk mulang ngaji di surau.

Pendidikan pesantren yang mewujudkan egalitarianisme Islam dalam lapangan keilmuan benar-benar merupakan pendidikan rakyat dan milik rakyat. Vitalitas hidup pesantren selama berabad-abad berakar pada keinginan, keperluan, dan kemampuan masyarakat. Elemen pembentuk pesantren, yaitu pondok, santri, kiai, masjid, bengkel kerja, kitab-kitab ilmu klasik.25 Yang merupakan pendukung pesantren berasal dari potensi yang dikembangkan swadaya dari masyarakat itu sendiri. Selama kurang lebih 12 tahun Ra Dulla mondok di Sidogiri, mulai tahun 1952 sampai 1964.26

3. Pondok Pesantren Sarang Jawa Tengah

Sewaktu mondok di Sidogiri Ra Dulla pernah mengaji di Pesantren sarang Jawa Tengah. Ra Dulla mengikuti khataman pengajian Ramadhan bersama teman sekamarnya Gus Amir Faishol Jember, beliau mengaji kepada KH. Zubair Sarang. Pondok ini terletak di jalan raya jurusan Surabaya-Jakarta. Karena minimnya biaya Ra Dulla naik truk barang di bak belakang dari Sidogiri. Truk yang biasanya mengankut barang menuju Jakarta. Walaupun perjuangan beliau sungguh sangat sulit akan tetapi tidak mematahkan semangatnya untuk terus menuntut ilmu.

25

Ilahi, Pengantar Sejarah Dakwah, 182.

26

Aschal dan Fawwaz, Sang Pengembara di Samudra Ilmu, 57.

(39)

30

Karena memang Ra Dulla adalah tipe santri yang rajin dan tekun belajar. Maka di pesantren Sarang juga demikian, beliau selalu muthalaah. Tidak pernah keluar kamar kecuali untuk keperluan ibadah dan mengaji kepada kiai Zubair. Saat ini beberapa cucu KH. Abdullah Schal juga mondok di Sarang yang sekarang di asuh oleh KH. Maimun Zubair yang sangat terkenal dengan ke alimannya dan banyak memberi konstribusi positif dalam perjalannan bangsa dan Negara.

4. Pondok Pesantren Al-Islah Lasem

Pondok Pesantren Al-Islah Lasem terletak di Desa Soditan Timur Kecamatan Rembang Kabupaten Jawa Tengah. Pondok ini berdiri pada tahun 1950 oleh KH. Masduqi. Ra Dulla bersama Gus Amir Faisol hanya mengikuti Khataman Ramadhan seperti di Sarang.

Di pesantren Al-Islah Ra Dulla mengaji Ahkamul-Fuqaha’ yakni ilmu yang berisi tentang hasil-hasil Bathsul Masa’il Muktamar Nahdatul Ulama mulai dari periode pertama. Bathsul Mas’il merupakan pertemuan ilmiah untuk membahas masalah diniyah, seperti ibadah, aqidah, dan permasalahan-permasalahn agama lainnya.27

Keinginannya tidak terwujud Karena KH. Madsuqi tidak mulang kitab Ahkamul Fuqaha’ pada akhirnya di ganti dengan kitab lain. Pada saat itu KH. Masduqi terkenal dengan kealimannya dan ilmu fiqihnya.

27

Haedari, et al, Masa Depan Pesantren, 19.

(40)

31

Sekarang Pondok Pesantren Al-Islah di asuh oleh KH. Abd. Hakim Masduqi putra dari Kiai Masduqi.

5. Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak

Setelah berhenti dari Pondok Pesantren Sidogiri, Ra Dulla melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Al-Munawwir Yogyakarta yang didirikan oleh KH. Munawwir. Beliau adalah salah satu seorang santri Syaikhona Kholil, akan tetapi pada saat itu Pondok Pesantren Al-Munawwir di bawah pimpinan KH. Ali Maksum mantan Rais Aam PBNU.

Menurut KH. Madhari yang ikut mondok di sana, Ra Dulla mondok di Krapyak di samping ingin memperdalam ilmu agama juga karena ingin kuliah di Institut Agama Islam (IAIN) Sunan Kalijogo.28 Sebelum jadi santri di Pondok Pesantren Al-Munawwir Ra Dulla di tes lansung oleh sang Kiai. KH. Ali Maksum mempunyai cara tersendiri di dalam menerima santri baru. Beliau selalu menguji sendiri seluruh santri baru sebelum diterima mondok di Krapyak.

Ketika di tes Ra Dulla di tanyakan asal-usul serta pesantren sebelumnya. KH. Ali Maksum langsung menyodorkan beberapa kitab kuning kosong untuk di baca oleh Ra Dulla dan di sodorkan beberapa pertanyaan mengenai isi kitab tersebut. Ra Dulla langsung membaca kitab

28

Aschal dan Fawwaz, Sang Pengembara di Samudra Ilmu, 62.

(41)

32

dengan lancar tanpa kesalahan sedikitpun dan mampu menjawab semua pertanya yang di berikan oleh KH. Maksum.

6. Kuliah di IAIN Sunan Kalijaga

Ketika Ra Dulla mendaftar masuk ke IAIN Sunan Kalijaga pada awalnya di tolak karena beliau tidak memilki ijazah formal. Namun, ada surat keterangan rekomendasi dari KH. Ali Maksum akhirnya Ra Dulla diterima. Di samping kuliah di IAIN Sunan Kalijaga beliau juga sekolah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Krapyak, tetapai beliau masuk langsung pada kelas enam dan lulus pada tahun 1965.

Di IAIN Sunan Kalijaga, Ra Dulla masuk fakultas Adab. Inilah yang mendorong beliau ingin kuliah di IAIN Sunan Kalijaga karena pada saat itu di IAIN Sunan Ampel belum ada fakultas Adabnya. Ra Dulla menfokuskan pembelajarannya pada ilmu manajemen pendidikan dan tata cara mengajar (Didaktik metodik). Hal tersebut dilakuakannya karena beliau bertujuan ingin menerapkan manajemen yang baik di pondok pesantren Demangan kelak yang akan di asuhnya.

(42)

33

Ra Dulla lulus dari IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1966, pada tingkat proppadeuse. Kemudia Ra Dulla di minta oleh KH. Ali Maksum untuk menjadi menantunya karena pada saat itu Ra Dulla terkenal kealimannya.29 Namun dengan penuh tawaduk Ra Dulla meminta maaf kepada sang guru dengan alasan beliau belum siap untuk menikah dan masih ingin belajar. Setelah dua tahun beliau menetap di Krapyak kemudian berhenti dan beliau menetap di Demangan.

D. Menetap di Demangan

KH. Abdullah Schal mulai menetap di Demangan pada tahun 1966 setelah selama 14 tahun beliau menuntut ilmu. Pada awalnya tidak ada kegiatan yang dijalani oleh Ra Dulla ketika beliau kembali ke Demangan. Hari-harinya hanya di isi dengan mempelajari berbagai kitab, dan di waktu malam sering berdiskusi dengan Kiai Muntashor.30

Beliau sering berada di bilik pondok Jawa dan berkumpul dengan santri yang masih ada. Saat itu jumlah santri masih sangat sedikit, namun pengajian kitabnya penuh, dari pagi hingga malam.31 Pengajian kitab kuning di beberapa pesantren biasanya menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa makana dan bahasa pengantar utama. Di pesantren-pesantren Jawa biasanya menggunakan bahasa Jawa Utawi-iki-iku untuk mrngartikan perkata terhadap kitab kuning, sedangkan di pasantren-pesantren Madura mengartikan kitab kuning dengan bahsa Madura yakni

Dhineng Paneka.

29

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan 17 November 2015.

30

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

31

Aschal dan Fawwaz, Di Bawah Telapak Kaki Ibu serial Biografi KH. Abdullah kedua, 7.

(43)

34

Pada suatu ketika Bindere Dulla pernah akan ditunangkan dengan salah satu seorang anak dari ulama yang berasal dari Jember yakni KH. Hasan Shiddiq.32 Pertunangan tersebut tidak sampai jadi karena pada awalnya Ra Dulla ingin melamar putri dari KH. Hasan Shiddiq yang pertama akan tetapi Bindere Dulla malah direncanakan akan di tunangkan dengan putrinya yang pertama.

Sejak saat itu Ra Dulla tidak lagi memikirkan soal pernikahan, hari-harinya hanya diisi dengan ibadah dan muthalaah kitab. Hal tersebut membuat kekhawatiran bagi saudar-saudaranya. Mereka takut kalau Ra Dulla menjadi seorang sufi yang tidak mau berkomunikasi dengan orang luar, karena beliau adalah satu-satunya yang sangat di harpakan oleh saudara-saudaranya untuk meneruskan jejak sang kakek buyutnya Syaikhona Kholil dan memimpin Pondok Pesantren Demangan.

Menurut Harun Nasution, ketika seseorang mempelajari tasawuf ternyata menjadi jelas bahwa Al-Qur’an dan al-Hadist sangat mementingkan akhlaq. Kedua sumber Islam tersebut menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kemasyarakatan, keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sagka, berkata benar, pemurah, sifat ramah, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu dan berpikiran lurus.

32

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

(44)

35

Nilai-nilai serupa itulah yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkkan ke dalam dirinya semenjak ia masih kecil.33

Pada akhirnya saudara-saudara Ra Dulla mencari cara agar beliau mau menikah. Namun semua cara yang dilaukannya nihil tidak ada yang berhasil. Hingga pada suatu ketika sang adik yakni kiai Kholil yang pada saat itu menjabat sebagai ketua GP Ansor cabang Bangkalan bersama Moh. Ismail sekertarisnya mengadakan lomba Tilawatil Qur’an dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Lomba yang diadakan oleh GP Ansor bekerja sama dengan Fatayat NU. Dalam lomba tersebut di menangkan oleh seorang gadis cantik dengan suara yang sangat merdu dan memukau semua penonton dan para dewan juri. Gadis tersebut bernama Sumtin yang berasal dari Ngoro Jombang. Setelah lulus dari Jombang dia bermain dan tinggal menetap di rumah pamannya Ust. Tajus Subki kepala Madrasah Darul Ulum yang terletak di sebelah selatan Masjid Agung Bangkalan.

Wanita tersebutlah yang kemudian di jodohkan dengan Ra Dulla, perjodohan dilakukan oleh Kiai Kholil yang kemudian ingin matur kepada Ra Dulla lewat Moh. Ismail (sering di sebut dengan Mois) bahwa beliau akan di jodohkan dengan Sumtin. Keesoka harinya Mois menemui Bidere Dulla di kamarnya. Dengan hati-hati Mois matur kepada Bindere Dulla bahwa dirinya akan di jodohkan dengan Sumtin. Tidak seperti sebelumnya Bindere Dulla langsung merespon hal tersebut karena beliau

33

Tim Reviewer MKD 2014 UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf (Surabaya: Uin Sunan Ampel Pres), 20

(45)

36

juga mendengar langsung merdunya Sumtin lewat pengeras suara yang disediakan oleh panitian pada saat itu. Hanya saja Bidere Dulla tidak mau kalau hanya tau dari suara saja beliau ingin melihat lansung orangnya. Untuk memenuhi keinginannya tersebut akhirnya Kiai Kholil

sang adik mengadakan acara dalam rangka hari Ulang tahun Fatayan NU. Dengan mengundang Sumtin sebagai pembacaan tilawatil Qur’an dan Ust. Tajus Subki sebagi penceramah. Bindere Abdullah, Bindere Lilur yang kemudian ditempat dudukkan di kursi yang paling depan persis didepan podium, dan tak lupa juga undangan untuk Bindere Rozi.

Setelah menjadi Juara Qori’ah sebenarnya Sumntin menjadi rebutan para remaja pada saat itu, akan tetapi ia menolak semua lamaran yang datang padanya. Namun, ketika Bindere Abdullah melamarnya beliau lansung menerimanya karena ke alimannya. Sebelum Bindere Abdullah meminangnya beliau tidak langsung tergesa-gesa akan tetapi beliau meminta pendapat dan petunjuk kepada para sufi. Diantara Kiai Fadlol Kedemangan Probolinggo (kakek mertua KH. Fakhri Aschal). Menurut H. M. Madhari teman beliau ketika di pondok Sidogiri

Kiai Fadlol mendapat isyarah dalam sebuah ayat yaitu “Padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka. Behkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Laut Mahfuzh” (QS. Al-Buruj [85]: 20-22).34

34

Aschal dan Fawwaz, Sang Pengembara di Samudra Ilmu, 76.

(46)

37

Setelah mendapatkan isyarah dari seorang sufi beliau tambah semakin mantap akan pilihannya. Kemudian Bindere Abduallah meminta restu dari sang ummi yakni ibu nyai Romlah, karena tanpa restu dari seorang ibu tidak mungkin beliau melaksanakan sunnah Nabi tersebut. Hingga pada suatu ketika Bindere Abduallah sowan dengan salah seorang santri matur kepada ibu nyai Romlah. Kemudian beliau menunjukkan sebuah foto Sumtin kepada Ibu nyai Romlah kemudain matur “Ummi, saya ingin menikah dengan orang ini kalau Ummi merestui saya janji akan morok di Demangan.” Morok dalam bahasa Madura adalah mengajar.35

Tanpa menyentuh sedikitpun foto itu Ibu nyai Romlah berkata “Dul kalau kamu ingin morok siapa yang akan mengaji?” Bindere Dulla masih diam menyimak “Orang morok itu harus kiai besar. Terserah kamu mau meniakah ya, tidak nikah ya,” lanjut ibu nyai Romlah sambil masuk ke dalem.

Suatu hari Kiai Rozi sebagai kakak tertua sowan kepada nyai Romlah, awalnya sang Ummi tidak mau karena pada awalnya Bindere Abdullah akan dijodohkan dengan sepupunya yang dari Sampang. Namun setelah Sumtin di bawa sowan kepada Ibu Nyai Romlah oleh bibinya yang kebetulan seorang Syarifah, beliau akhirnya merestui bahkan sangat memuji kecantikan calon menantunya.

Setelah mendengar keponakannya akan di lamar oleh Bindere Abdullah Ust. Tajus Subki tidak serta menerima karena banyak putra-putra

35

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

(47)

38

dari beberapa ulama yang ada di Bangkalan yang tadinya juga ingin melamar keponakannya itu, oleh karenanya Ust. Tajus Subki ingin mengetahui kualaitas keilmuan calon suami keponakannya itu.

Kemudian Ust. Tajus Subki mengadakan acara Sabellasen yakni suatu tradisi slametan yang di lakukan oleh sebagian orang Madura setiap tanggal sebelas36 dengan mengundang ulama se kota Bangkalan. Setelah acara di buka dengan bacaan Surat Al-Fatihah Ust. Tajus meminta seluruh ulama membaca manaqib Syeikh Abdul Qadir al-Jailani secara bergiliran seperti tadarus Al-Qur’an di bulan Ramdhan. Satu demi satu semua membaca secara bergilir, hingga pada akhirnya sampailah di giliran Bindere Abdullah yang membaca. Anamun Ust. Tajus meminta Bindere Abdullah untuk menterjemahkan dengan alasan masyarakat awam yang hadir tidak mengerti kalau tidak diterjemah.

Bindere Abdullah yang memang sangat alim dengan tanpa ragu dan grogi sedikitpun membaca dengan lancar Manaqib tersebut di baca dengan terjemahnya yang pas dan jelas. Hingga akhirnya semua ulama yang hadir berdecak kagum, termasuk Ust. Tajus Subki yang memang sengaja ingin mengujinya. Tak lama kemudian pernikahan berlangsung. Kurang lebih 70 mobil yang ikut mengntarkan mempelai putra sampai di Ngoro Jombang.37 Akad nikah dilakaukan di Mesjid Ngoro yang tidak jauh dari kediaman mempelia wanita.

36

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan, 17 November 2015.

37

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, bangkalan 17 November 2015.

(48)

39

Setelah menikah seminggu kemudian Bindere Abdullah membawa istrinya kembali ke Demngan. Kehidupan mereka memang benar-benar berangkat dari nol dalam menjalni kehidupan rumah tangga, kemudian Ust. Tajus Subki meminta Kiai Abdullah untuk menjadi dosen memberikan SP IAIN Al-Djami’ah Sunan Ampel Bangkalan. Saat itu Ust. Tajus Subki menjabat sebagai Kepala Pengadilan Agama Bangkalan, menjabat sebagai Dewan Kuratornya. Namun, karena Kiai Abdullah bukan sarjana penuh maka oleh Uts. Tajus Subki diusulkan kepada Direktur Perguruan Tinggi Departemen Agama pusat yang waktu itu menjabat yang waktu itu dijabat oleh KH. Miftah Zaini asal Sumenep. Beliau adalah teman dekat Ust. Tajus Subki sewaktu di pondok tebuireng Jombang. KH. Miftah Zanil melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren salafiyah Sukorejo Situbondo yang diasuh oleh KH. As’ad Syamsul Arifin, Ust. Tajus bersama Kiai Abduallah dan Moh. Ismail datang mengajukan permohonan.38

Surat pengajuan permohonan diserahkan langsung oleh Kiai As’ad kepada KH. Miftah Zaini sambil berkata “Saya titip keponakan saya, tolong cepat diberiakan SK.” Istri Kiai As’ad merupakan sepupu dari KH. Zahrowi ayahnda dari Kiai Abdullah, yang berarti Kiai As’ad adalah paman dari Kiai Abdullah. Dalam waktu satu bulan, SK turun kemudian Kiai Abdullah secara resmi ditugaskan sebagai dosen di SP IAIN Bangkalan dengan gaji pokok Rp. 1.520.

38

Moh. Ismail Yahya, Wawancara, Bangkalan 17 November 2015.

(49)

40

SP IAIN Bangkalan diresmikan oleh menteri Agma KH. Saifuddin Zuhri pada tanggal 23 Jumadil Akhir 1384 H/30 Oktober 1964 M (sekarang, piagam ini berada di Kantor Takmir Masjid Agung Bangkalan). Namun SP ini hanya bertahan sampai kursi Mentri Agama dijabat oleh KH. Dahlan. Setelah beliau digantikan oleh Mukti Ali, pada tahun 1979, SP IAIN Bangkalan di hapus oleh Departemen Agama.

Setelah menikah Kiai Abduallah mulai morok di Demangan. Walau santri saat itu sangat sedikit, tetapi beliau tetap mengajar dengan istiqamah. Di samping itu beliau juga mengisi pengajian-pengajian rutin bersama yang biasnya diikuti oleh para santri dan alumni. Mengetahui Kiai Abdullah sudah morok di Demangan, masyarakat umum terutama alumni gembira luar biasa karena kini pengganti Syaikhona Kholil telah datang. Dengan serta merta mereka mengantarkan putra putrinya untuk mondok di Demangan. Lambat laun banyak santri yang berdatangan untuk mondok dan kemudian berkembang pesat seperti dahulu kala ketika di pimpin oleh Syakhona Kholil.

E. Wafatnya KH. Abdullah Schal

KH. Abdullah Schal wafat pada malam selasa, 2 Ramadhan 1430 H/ 3 Oktober 2008 M Pukul 01.30 WIB dini hari. Pada hari itu semua umat Muslim sedang sibuk untuk mempersiapkan saur karena pada saat itu bulan Ramdhan. KH. Abdullah Schal wafat di rumah sakit Husada Utama Surabaya.39

39

Aschal dan Fawwaz, Sang Pengembara di Samudra Ilmu, 1.

(50)

41

Kehilangan tersebut dirasakan oleh banyak masyarakat Bangkalan. Mereka telah kehilangan sang imam panutan, masayrakat bangkalan merasa kehilangan sang tokoh pemersatu umat. Mereka kehilangan seorang kiai yang amat sangat dekat dengan segala lapisan masyarakat. Konstribusi beliau dalam perkembangan masayrakat Bangkalan sangat seklai dirasakan. Beliau adalah sosok yang tak tergantikan.

Menurut teman-temannya Ra Dulla merupakan tipikal yang sangat sederhana dalam segala hal. Dalam berpakaian sehari-hari beliau selalu berpakaian seadanya yang penting bersih, suci, dan sopan. Beliau tidak pernah menonjolkan bahwa dirinya adalah keturunan seorang ulama besar. Makanan sehari-harinya juga sangat sederhana begitulah kehidupan Ra Dulla di Sidogiri.

Sejaka Syaikhona Moh. Kholil wafat pada tahun 1925 M, beliau wafat pada tanggal 29 Ramadhan 1343 H dengan usia 90 tahun.40 Tidak banyak ulama yang melanjutkan perjuangan beliau mengembangkan Islam sampai ke pelosok desa di Kabupaten Bangkalan. Pada saaat itu pemerintah kolonial Belanda sedang gencar-gencarnya membatasi bahkan melarang gerakan-gerakan pemberdayaan umat.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisis lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun hanya terbatas pada

40

Rifai, KH. M. Kholil Bangkalan Biografi Singkat 1820-1923, 53.

(51)

42

madzhab Syafi’i. Sedangkan pada kaum muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. 41

41

Ilahi, Pengantar Sejarah Dakwah, 181.

(52)

BAB III

SEJARAH DAKWAH KH. ABDULLAH SCHAL DALAM

MENGEMBANGKAN ISLAM DI BANGKALAN

A. Keadaan Geografis Wilayah Bangkalan

Kabupaten Bangkalan dengan luas wilayah 1.260,14 Km yang berada di bagian barat pulau Madura yang terletak diantara koordinat 112 40’06”-113 08’04” bujur timur serta 6 51’ 39” Lintang Selatan.

Adapun batas-batas wilayang Kabupaten Bangkalan adalah sebagai berikut: - Bagian utara berbatasan dengan laut Jawa

- Disebelah timur berbatsan dengan Kabupaten Sampang - Di Bagian Selatan dan Barat berbatsan dengan Selat Madura

Dilihat dari topografi, maka daerah Kabupaten Bangkalan berada pada ketnggian 2-100 m diatas permukaan air laut. Wilayah yang terlatak di pesisir pantai seperti Sepuluh, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang, dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian diantara 2-10 m diatasa permukaan air laut. Sedangkan wilayah yang terketak di bagian tengah mempunyai ketinggian antar 19-100 m di atas permukaan air laut, tertinggi di kecamatan geger dengan ketinggian 100 di atas permukaan air laut.

(53)

Ha. Apabila dilihat dari tekstur tanah maka sebagain besar bertekstur sedang yaitu seluas 116. 267 Ha. Atau sekitar 93, 10% sedangkan dari kedalam spektip tanahnya maka prosentase terbesar adlah tanah yang kedalamannya 90 cm yaitu sekitar 64. 131 Ha 51, 31%.1

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bangkalan 2007 sebesar 5. 35 mm, jauh lebih besar di banding tahun 2006 yang mencapai 2.281 mm atau naik sebesar 57.36 persen. Pada periode yang sama rata-rata jumlah hari hujan pertahun juga mengalami kenaikan yakni dari 127 hari pada tahun 2006 mejadi 183 hari pada tahun 2007. Dengan demikian meningkatnya curah hujan tersebut seiring dengan meningkatnya jumlah hari hujan.2

B.Lembaga pendidikan di Bangkalan (Formal dan non Formal)

Dari hasil penelitian penulis mendapat data Statistik di Bangkalan terutama dalam kelembagaan pendidikan baik yang formal maupun non formal. Dari data tersebut pastinya mengalami kenaikan dan penurunan baik dari yang Negeri maupun yang swasta. Data yang diperoleh yakni data statistik pada tahun 2007.

Perkembangan sarana pendidikan di Kabupaten Bangkalan, untuk pendidikan sekolah dasar negeri maupun swasta semakin meningkat. Dari hasil penelitian bahwa jumlah sekolah SD yang Negeri pada tahun 2007 mencapai 661 dan yang swasta hanya terdapat 3 sekolahan. Ditahun 2007 ini, jumlah murid SDN Naik sebesar 1,39 persen, semenara jumlah guru

1

Hasil dari Data Badan Statistik Kabupaten Bangkalan tahun 2008.

2

(54)

mengalami kenaikan dari tahun 2006, 17,59 persen. Pada periode yang sama raso murid terhadap guru menurun, yakni dari 33,61 murid/guru pada tahun 2006 menjadi 29,32 murid/guru pada tahun 2007.3

Jumalah SMP pada tahun 2007 ada sebanyak 98 sekolah yang terdiri dari 33 SMP dan 65 SMP swasta. Untuk pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) maka tingkat perkembangan murid pada tahun 2007 baik jumlah murid SMP Negeri maupun swasta mengalami kenaikan. Sebesar 9,65 persen untuk SMP Negeri dan sebesar 35,33 persen untuk SMP Swasta. Mengenai perkembangan jumlah guru untuk SMP Negeri mengalami kenaikan sebesar 13,31 persen, sedangkan jumlah guru SMP Swasta mengalami kenaikan sebesar 9,44 persen. Dilihat rasio murid terhadap guru, maka SMP Negeri memiliki rasio 15,03 murid/guru sedangkan SMP Swasta yang hanya memiliki rasio 8,03 murid per guru.4

Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2007 ada sebanyak 35 sekolah yang terdiri dari 12 SMA Negeri dan 33 SMA swasta. Sementara pula jumlah murid SMA swasta meningkat 33 persen dibanding tahun sebeumnya. Sedangkan rasio murid terhadap guru untuk SMA Negeri sebesar 12,81 murid/guru, lebih besar dari SMA Swasta yang dimiliki rasio 6,03 murid per guru.

Diwilayah Kabupaten Bangkalan juga terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) baik negeri

3

Hasil dari Data Badan Statistik Kabupaten Bangkalan tahun 2008.

4

(55)

maupun swasta. Apabila diikuti perkembangannya dalam lima tahun terakhir, dari sisi perkembangan sarana fisik pendidikan, maka untuk sekolah yang berstatus negeri tidak mengalami perubahan, sedangkan yang berstatus swasta jumlahnya terus mengalami kenaikan hingga tahun 2003, namun memasuki tahun 2004 sedikit menagalami penurunan, kemudian pada tahun 2007 mengalami peningkatan kembali.5

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di tanah air. Lazimnya dalam pesantren, seorang ulam dikelilingi beberapa santri yang mempelajari agama Islam sekaligus menjadi penerus perjuangan Islam serta dilatih untuk menjadi pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, disamping pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam, lembaga perjuangan Islam juga lembaga pelayanan masyarakat.6

Jika kita masuk ke dalam asrama lembaga pendidikan pondok pesantren, disana kita tidak akan mendapatkan seorang santripun yang tidak memiliki buku yang biasa disebut dengan kitab kuning, yaitu suatu jenis buku berbahasa Arab dengan gaya susunan dan tulisan model klasik dalam berbagai macam bidang pembahasan ilmu-ilmu agam Islam. Karena buku-buku jenis itulah yang digunakan sebagai pegangan para santri pondok pesantren dalam mempelajari dan memperdalam ilmu-ilmu agama.

Sejak abad VIII M agama Islam mulai berkembang dengan pesatnya. Kitab-kitab ilmu agama dengan model yang kini diistilah dengan kitab kuning,

5

Hasil dari Data Badan Statistik Kabupaten Bangkalan tahun 2008.

6Ibnu Syayuti Arrifa’

(56)

mulai banyak bermunculan dari buah pikiran dari para cerdik cendikiawan muslim terutama di Jazirah Arab dan sekitarnya. Kita mengenal kitab-kitab,

Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghozali dari Thus yang kini termasuk

wilayah Ira. Fathul Wahhab hasil tulisan karya Imam Zakariya Al-Anshari dari Mesir Syarah dan lain-lainnya.

Namun setelah agama Islam meluas sampai kewilayah timur hingga ujung daratan Timur Asia, maka mulailah kitab-kitab jenis muncul pula dari hasil buah pena ulama-ulama di wilayah Islam baru itu terutama dari kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia.7

Dari hasil peneliian penulis mendapatkan bahwa jumlah keseluruhan pondok pesantren yang ada di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2008 mencapai 327 pondok pesantren ataupun bisa lebih dari itu yang ada di Kabupaten Bangkalan. Menurut apa yang diketahu oleh penulis dari asil penelitian kalau pondok pesantren yang ada di Bangkalan itu tidak disebutkan atau ditulis oleh bagian data statistik karena itu sudah menjadi hak pondok sendiri dalam memngembangkan pesantrennya, serta tidak mencantumkan nama-nama pondok pesantren.

Menurut hasil penelitian tentang pendidikan non formal di keseluruhan Kabupaten Bangakalan itu lebih banyak meminatkan diri daripada khursus dan pelatihan. Adapun dalam kursus itu meliputi kursus bahasa Inggris karena dalam bidang ini sangat dibutuhkan di zaman sekarang

7

(57)

atau zaman modern ini. Setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sedangkan pada pelatihan meliputi pelatihan menjahit, dan setiap tahunnya mengalami peningkatan walaupun tidak seperti kursus peningkatannya.

C. Islam di Bangkalan Sebelum Kedatangan KH. Abdullah Schal

Islam mulai berkembang sudah sejak zaman Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan. Beliau adalah salah satu tokoh ulama yang mampu mengembangkan agama Islam yang ada di Bangkalan. Islam mulai menyebar luas melalui sarana-sarana yang di bangun oleh para ulama pada saat itu. Banyak pembangunan masjid, musalla, dan madrasah-madrasah yang sudah mulai bertebaran di berbagai pedesaan. Sejak jamannya Syikhona Moh. Kholil Islam mulai berkembang ke berbagai daerah yang ada di Bangkalan. Beliau hidup di zaman penjajahan, yang menjadikan Syikhona Moh. Kholil tidak terlepas dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Cara utama yang dilakukan adalah memulai bidang pendidikan. Melalui jalur ini Syaikhona Moh. Kholil mempersiapkan pemimpin yang berilmu, punya wawasan, tangguh dan banyak intergritas, baik kepada agama maupun bangsa.8

Syaikhona Moh. Kholil kemudian mendirikan pesantren di desa Jangkibuan Kabupaten Bangkalan. Kealimannya segera menyebar keseluruh Madura. Santri-santri mulai berdatangan untuk mengaji di pesantren itu. semakin hari pesantren Syaikhona Moh. Kholil semakin ramai. Para santri yang datang tidak hanya dari Bangkalan akan tetapi mencakup seluruh

8

(58)

Madura. Pesantren tersebut kemudian di lanjutkan oleh sang menantu dari Syaikhona Moh. Kholil yakni yang bernama Doro Muntaha, seseorang yang berdarah Ningrat. Doro Muntaha selain berdarah bangsawan, juga dikenal sangat alim dalam ilmu keagamaan.

Setelah menyerahkan Pesantren yang dirintisnya itu Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan mendirikan pesantren baru yang tak jauh dari pesantren lama, yang terletak di pusat Kota Bangkalan yakni di daerah Demangan sekitar 200 m dari alun-alun Kota Bangkalan. Seperti sebelumnya Syaikhiona Moh. Kholil dengan cepat mendapatkan santri.

Pesantren di Indonesia telah menjadi pusat pembelajaran dan dakwah. Ia telah memainkan peran penting karena merupakan sistem pembelajaran dan pendidikan tertua di indonesia. Sebelum sistem pendidikan modern diperkenalakan oleh Belanda, pesantren adalah satu-satunya sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Bahkan sampai sekarang, pesantren di Indonesia masih memainkan perannya sebagai sebuah pusat pembelajaran, meski harus bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan sekular.9

Dengan mendirikan peantren Syaikhona Moh. Kholil disibukkan dalam mengelolaan dan mengajar santrinya. Namun, hal itu tidaklah membuat Kiai Kholil melepas dirinya dari kehidupan bermasyrakat dan lingkungannya. Ia mengetahui tidak semua masyarakat bisa dikelola, dididik, dan diajarkan ajaran Islam melalui pesantren ataupun melalui alumni santrinya yang menjadi da’i atau penghulu. Selain Karena para santri berasal dari masyarakat

9

(59)

kebanyakan anak-anak, kaum muda, atau beberapa darinya ada beberapa kaum tuanya, yang jumlahnya sedikit, juga tidak semua masyarakat tertarik untuk belajar pada pesantren. Untuk itulah Syaikhona Moh. Kholil terjun ke masyarakat, bukan sekedar persoalan seorang muslim harus bermasyarakat, tapi juga menghadirkan dirinya bahwa dirinya juga berguna bagi masyarakat, menolong kesusahan, dan membantu golongan masya

Gambar

Gambar di atas menunjukkan silsilah KH. Abdullah Schal dari Jalur Ayah.9 Silsilah di atas bersambung kepada baginda Rasulullah SAW
Gambar di atas adalah skema silsilah KH. Abdullah Schal yang bersambung

Referensi

Dokumen terkait

(3) untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter Abdullah bin Abu Kuhafah melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kurnia Maha (cucu Raja Koser Maha), 33 pemerintahan Raja Koser Maha tetap mendapat pengawasan yang ketat dari pemerintah

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran Syeikh Daud Bin Abdullah al-Fatani dalam memajukan intelektual Islam di wilayah Patani.. Menerangkan setiap pemikiran yang

Dalam skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) sub masalah yakni 1) Bagaimana peranan Muhammadiyah dalam pengembangan Islam di Makassar periode K. Abdullah 1931-1938? 2)

KH. Abdullah Abbas adalah seorang kiai khos yang menjadi rujukan umat Islam di Indonesia. Ia juga mempunyai banyak jasa. Selain pernah menjadi Kepala Staf Batalyon

Sejarah Kebudayaan Islam, 2016. Abdullah Abbas adalah seorang kiai khos yang menjadi rujukan umat Islam di Indonesia. Ia juga mempunyai banyak jasa. Selain pernah menjadi

Aktivitas Dakwah Islamiyah dapat dilakukan dengan metode dan media apapun, termasuk juga dengan berdakwah melalui radio. Radio SQ 104.3 FM merupakan radio dakwah yang ada di wilayah

Maksum Ali dalam perkembangan ilmu falak yang dimaksud dalam tulisan ini adalah didasarkan pada metode hisab beliau pada kitab Badî’at al-Mitsâl dan