• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Kecil-Juli 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usaha Kecil-Juli 2008"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI JULI 2008

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a f t a r I si

10 Provinsi siap lindungi pedagang kecil --- 1

KUR tersalur Rp7,56 triliun --- 3

PTPN XI gandengn 1.012 usaha kecil --- 4

Persyaratan KUR Memberatkan Pengusaha Kecil --- 5

Peritel makin terbebani pungutan daerah --- 6

PT Inti kembangkan inkubator usaha kecil --- 7

HP bidik pasar UKM --- 8

Pengenaan agunan kredit usaha rakyat diklarifikasi --- 9

Peritel makin terbebani pungutan daerah --- 11

Kenaikan Harga Elpiji Pukul UKM --- 12

KUKM Agar Manfaatkan Industri Kreatif --- 13

Kenaikan Suku Bunga Tak Pengaruhi UKM --- 14

Kemenkop & bank bentuk klinik UKM --- 15

Kerajinan bambu Tuban gagal ekspor --- 16

Sistem Resi Gudang Bantu UKM Akses Kredit --- 17

Perajin Bambu Butuh Pendampingan Inovasi --- 18

Cawali Malang janji prioritaskan UMKM --- 19

UU UMKM disosialisasikan --- 20

Evaluasi Pasar Modern --- 21

Minat peritel modern bermitra dengan UMKM minim --- 22

'UKM mengedepankan konflik' --- 23

Pasar Modern Dibatasi --- 24

Kredit UMKM Yogyakarta Capai Rp 7,3 Triliun --- 25

BTPN Garap UMKM – Syariah --- 26

99% Ekonomi Babel dari UMKM --- 27

(4)

Perajin dambakan KUR --- 39

Tukang jahit sepi order --- 40

Dana Bergulir Gairahkan UMKM --- 41

PPh UMKM Dipotong 50%--- 43

Kospin Jasa siap salurkan kredit usaha rakyat --- 44

PON pamerkan produk UKM --- 45

25% Perajin jamu Cilacap setop produksi --- 46

Jam buka pasar modern besar akan diubah --- 48

Prioritaskan Usaha Mikro --- 49

Peritel diminta masukan hemat energi --- 51

UKM Muara Enim Dapat Kredit --- 52

Pelaku UMKM Indonesia Tetap Optimistis --- 53

BI Dorong Penyaluran Kredit Mikro --- 54

Kredit Mikro Rawan Politisasi --- 56

Pemodal besar incar bisnis ritel Indonesia --- 58

Perajin bordir banjir pesanan --- 60

UKM Indonesia optimistis bertumbuh --- 61

Omzet pasar tradisional anjlok 70% --- 62

UMKM butuh dukungan modal --- 63

Baru Tiga Produk UKM Bebas Listing Fee --- 64

Pemulihan UKM Harus Diprioritaskan --- 65

Omzet pengusaha ritel Kalbar turun 15% --- 66

20 Pengusaha di Jawa Timur raih UKM Award --- 67

Batalnya dana bergulir ganggu UMKM --- 68

Pasar tradisional diarahkan jadi wisata --- 70

'Perbankan harus sinkron soal KUR' --- 71

UU UKM dorong kerja sama usaha besar & kecil --- 72

(5)

Bisnis I ndonesia Selasa, 01 Juli 2008

1 0 Pr ov in si sia p lin d u n g i p e d a g a n g k e cil

JAKARTA: Sepuluh pemprov di Indonesia sepakat membuat perda yang mampu melindungi pedagang kecil dari ancaman usaha yang makin terpuruk, menyusul geliat bisnis ritel modern yang terus mengepung pasar tradisional dan warung.

Kesepakatan tersebut muncul dari hasil pertemuan kerja sama antarsepuluh provinsi mitra praja utama (MPO) yang dihadiri kepala biro perekonomian setiap daerah, untuk merumuskan muatan perda perpasaran yang dipatok selesai tahun ini.

Sepuluh kepala biro perekonomian yang rapat minggu lalu, merupakan wakil dari DKI Jakarta, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

"Pasar tradisional harus diselamatkan, karena di dalamnya banyak pedagang dan pengusaha kecil apa mau kita biarkan supaya mereka menjadi pengangguran [akibat tidak mampu bersaing]," kata Asisten Perekonomian Pemprov DKI Jakarta Mara Oloan Siregar, baru-baru ini.

Meskipun setiap pemprov akan membuat perda perpasaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerahnya, tetapi mereka menghendaki adanya persamaan persepsi untuk menindaklanjuti isi Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang terbit 27 Desember 2007.

Menyusul terbitnya perpres itu, pemerintah megamanatkan setiap daerah menyesuaikan dan mengimplementasikannya, dan menerbitkan perda perpasaran pada tahun ini.

Menurut Oloan, dalam rapat MPO tersebut Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) dan APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) juga sepakat untuk menciptakan bisnis ritel yang tidak saling mematikan, sehingga peritel besar, menengah dan kecil bisa sama-sama hidup.

Menyusul kesepakatan untuk menciptakan bisnis yang tidak saling mematikan, ada gagasan agar pusat perbelanjaan modern juga ikut memperbaiki pasar tradisional.

Selain itu, sepuluh pemprov memberi perhatian kepada pengaturan kewajiban penyediaan lahan oleh pengelola mal dan peritel modern bagi pedagang kecil.

"Kalau tidak ada itu [kewajiban pemberian lahan bagi pedagang kecil di mal dan toko modern] apalagi [bentuk kepedulian peritel besar pada pedagang kecil]. Itu makanya kita cari bentuk kemitraan. Buktinya mereka [Aprindo dan APPBI] mau sama-sama hidup," kata Oloan.

Selain itu, ada gagasan untuk membuat pasar tradisional yang mix use, seperti membangun apartemen di atas pasar, Supaya pasar tradisional menjadi ramai pengunjungnya.

(6)

Berkhas 2 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 01 Juli 2008

Ketua Umum APPBI A Stefanus Ridwan secara tegas menyatakan menolak kewajiban memberikan lahan belanja kepada pedagang kecil secara gratis, menolak penetapan jarak mal dan toko modern dari pasar tradisional. (linda.silitonga@bisnis.co.id)

(7)

Bisnis I ndonesia Selasa, 01 Juli 2008

KUR t e r sa lu r Rp 7 ,5 6 t r iliu n

JAKARTA: Hingga pertengahan Juni 2008, realisasi penyaluran dana program pola penjaminan kredit usaha rakyat (KUR) mencapai Rp7,56 triliun dengan jumlah debitor sebanyak 787.952 unit.

Realisasi penyaluran tersebut meningkat sekitar 10,1% dibandingkan dengan posisi akhir Mei lalu, yakni mencapai Rp6,87 triliun dengan jumlah debitor atau penerima sebanyak 672.860 unit.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian (Deperin) Fauzi Aziz mengatakan sekitar 95% dari dana yang disalurkan sudah menyasar pelaku usaha dengan modal Rp5 juta ke bawah.

"Pelaku usaha kecil seperti pedagang kaki lima sudah mulai bisa memanfaatkan KUR. Kami optimistis dana KUR ini akan terserap habis pada tahun ini," katanya seusai mengikuti Rapat Kerja Menteri Perindustrian dengan Komisi VI DPR, kemarin.

(8)

Berkhas 4 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 01 Juli 2008

PTPN XI g a n d e n g n 1 .0 1 2 u sa h a k e cil

JAKARTA: PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI menggandeng 1.012 mitra usaha kecil dan koperasi dengan dana senilai Rp47,31 miliar.

Perusahaan BUMN ini juga membantu sarana ibadah, peningkatan kesehatan, sarana dan prasarana fisik, pendidikan dan bencana alam senilai Rp3,19 miliar.

Adig Suwandi, Sekretaris Perusahaan PTPN XI, mengatakan perusahaan ini memiliki bisnis inti gula melalui pengoperasian 16 pabrik gula di Jatim dengan kapasitas giling 36.000 ton tebu per hari.

Pada 2007 perusahaan menghasilkan gula sebanyak 432.000 ton atau 18% produksi nasional yang mencapai 2,44 juta ton.

(9)

Pikiran Rakyat Selasa, 01 Juli 2008

Pe r sy a r a t a n KUR M e m b e r a t k a n Pe n g u sa h a Ke cil

Selasa, 01 Juli 2008 , 00:01:00

GARUT, (PRLM),- Menyusul bergulirnya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI), salah seorang anggota DPRD asal F-PKB/D, Achmad Bajuri, mengaku sejak dua bulan terakhir ini rumahnya di Kampung Parakan Telu Desa Cibunar Kec. Cibatu, kerap kebanjiran warga yang menyampaikan aspirasi kekecewaannya atas pelayanan pihak BRI.

”Ternyata persyaratan KUR di daerah lebih rumit,” ujar Achmad Bajuri. Senin (30/6).

Padahal, kata Achmad Bajuri, persyaratan pengajuan untuk memperoleh dana KUR tersebut yang nilainya kreditnya hanya Rp 5 juta ke bawah itu cukup berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Surat Nikah (SN), pasfoto, dan Surat Keterangan Usaha (SKU) yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh kepala desa setempat.

”Namun kenyataannya, warga yang ingin berusaha menghadapi persyaratan KUR yang rumit,” ungkapnya.

Menurut Achmad Bajuri, pihak BRI Garut telah menetapkan persyaratan KUR itu diluar kebijakan BRI pusat. ”Selain para calon nasabah harus melengkapi persyaratan yang tadi, juga diminta agunan atau jaminan berupa Akta Jual Beli (AJB) tanah, BPKB kendaraan dan yang lainnya. Tentu saja hal tersebut sangat memberatkan warga,” kata Achmad Bajuri.

Berkaitan hal tersebut, kata Achmad Bajuri, pada saat pertemuan di Jakarta belum lama ini dirinya sempat bertemu dengan Direktur Utama (Dirut) BRI pusat, Sofian Basir. ”Dia secara tegas jika BRI di daerah mempersulit persyaratan pengajuan KUR agar jangan segan-segan melaporkannya ke BRI pusat. KUR tak harus memakai agunan atau jaminan. Program itu sengaja untuk membantu usaha rakyat kecil di daerah,” katanya.

Berdasarkan keterangan yang berhasil dihimpun, sejak program KUR tersebut digulirkan dua bulan lalu, ratusan pedagang usaha kecil berbondong-bondong membuat persyaratan ke pemerintahan desa berupa KTP, KK, SKU, untuk mengajukan dana KUR sesuai persyaratan yang ditetapkan pihak BRI. Namun selang sebulan kemudian pihak BRI ke nasabah baru meminta persyaratan berupa jaminan atau agunan.

Kepala Unit BRI Kec. Cibatu, Sulaeman membantah secara tegas jika pihaknya mengharuskan adanya jaminan, atau agunan berupa AJB, sertifikat tanah, dan BPKB serta yang lainnya dalam pengajuan dana KUR. ”Itu hanya persyaratan tambahan saja. Seandainya calon nasabahnya tak memiliki AJB, sertifikat tanah, BPKB dan yang lainnya tak menjadi masalah,” ujar Sulaeman.

(10)

Berkhas 6 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Rabu, 02 Juli 2008

Pe r it e l m a k in t e r b e b a n i p u n g u t a n d a e r a h

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengeluhkan makin besarnya pengeluaran ritel modern untuk membayar pungutan daerah, menyusul pajak atas semua keterangan yang isinya merupakan informasi bagi konsumen.

Menurut Tutum Rahanta, Ketua Harian Aprindo, pemungutan pajak daerah terkesan berlebihan dalam menginterprestasikan hal-hal yang seharusnya tidak dikenai pajak.

"Masak tulisan bakery [menjelaskan ruang lahan belanja di toko modern yang menjual roti] untuk memberi informasi kepada konsumen juga dipungut pajak, bahkan ada anggota yang melaporkan tulisan keterangan tempat toilet dikenakan pajak juga," kata Tutum, baru-baru ini.

Sikap pemungut pajak yang antem kromong tersebut, jelas dia, dirasakan sejak dua hingga bulan terakhir ini. Peritel merasakan pengenaan pajak secara 'membabi buta' tersebut dirasakan di DKI Jakarta, dan satu kota yang berada di Jawa Timur.

Aprindo khawatir praktik tersebut diikuti oleh pemprov lainnya. Namun, ketika ditanyakan persentase kenaikan pembayaran pajak yang dikeluarkan peritel modern dalam tiga bulan terakhir ini, Tutum tidak bersedia memberikan jawaban.

Tutum hanya menjelaskan pengenaan pajak berbeda tergantung daerah dan luas toko. Pengenaan pajak di ritel modern ada yang sebesar Rp2.000 hingga Rp5.000 per m2 per hari.

Di samping itu, gambar tanpa merek perusahaan, yang tujuannya untuk mempercantik dinding mal, sekarang ini juga dikenakan pajak. Hal itu sebelumnya tidak pernah terjadi.

Kalangan peritel modern pada dasarnya tidak keberatan jika dikenakan pajak untuk pendapatan asli daerah, yang akhirnya digunakan untuk pembangunan suatu daerah.

"Kami minta pemungutan pajak di toko modern dilakukan secara bijak."

(11)

Bisnis I ndonesia Rabu, 02 Juli 2008

PT I n t i k e m b a n g k a n in k u b a t or u sa h a k e cil

BANDUNG: PT Inti menjajaki pendanaan lembaga keuangan nirlaba guna mengembangkan inkubator bisnis miliknya yang bergerak di bidang usaha kecil menengah teknologi informasi.

Di sela-sela RICE Expo, kemarin, Darman Darwis, Kepala Unit Rice PT Inti, wadah inkubator itu, mengungkapkan pengusaha mikro kerap kesulitan memperoleh dana dalam jumlah besar karena bank enggan menyalurkan kredit kepada usaha kecil yang rata-rata tidak memiliki kolateral.

Regional Information Technologi Center of Excelence yang berdiri sejak tiga tahun lalu itu menampung pengusaha TI di seluruh Jawa Barat, dengan dana bersumber dari dana tanggung jawab sosial perusahaan.

Hingga saat ini, belum ada perusahaan asuhan PT Inti yang memiliki skala usaha besar dan kredibel. Hanya dua-tiga perusahaan skala kecil yang bisa mandiri.

Menurut dia, perbankan tidak pernah melihat fakta industri informasi dan telekomunikasi nasional yang kini jadi rebutan pembiayaan sindikasi perbankan, pada awalnya memiliki skala usaha tidak terlalu besar.

Apalagi, pemegang kebijakan di bank plat merah maupun swasta nasional masih memegang prinsip kehati-hatian yang sangat kaku dan tidak memperhatikan karakter usaha TI yang unik.

"Usaha TI itu kan berdasarkan brainware, sisi intelektualitas dari pengusahanya. Ini kan sulit divaluasi nilainya, juga tidak bisa dijadikan pertimbangan dalam penyaluran kredit dengan kacamata konvensional," ujarnya.

(12)

Berkhas 8 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 03 Juli 2008

H P bidik pa sa r UKM

MEDAN: Hewlett-Packard Indonesia membidik pasar usaha kecil menengah untuk meningkatkan penjualan produk perangkat lunak.

Jul Darmawan, Country Business Manager Supplies Business Imaging & Printing Groups Hewlett-Packard, mengatakan pasar usaha kecil menengah berpotensi menyerap teknologi Hewlett-Packard, apalagi selama ini bidang usaha kecil masih banyak yang belum banyak tersentuh teknologi informasi.

''Untuk itu, kami akan mengedukasi UKM agar mereka bisa lebih menguasai teknologi informasi sebagai salah satu sarana penting meningkatkan kinerja,'' ujarnya, Selasa.

(13)

Bisnis I ndonesia Kamis, 03 Juli 2008

Pe n g e n a a n a g u n a n k r e d it u sa h a r a k y a t d ik la r ifik a si

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM akan mengklarifikasi tindakan perbankan yang masih mewajibkan calon debitor menyertakan jaminan hingga 200% dalam menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR).

Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Kementerian Koperasi dan UKM Choirul Djamhari mengatakan dalam waktu dekat pihaknya segera berkoordinasi dengan bank penyalur kredit usaha rakyat terkait dengan jaminan itu.

Konsep program kredit usaha rakyat yang diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada November 2007, memang tidak mewajibkan calon debitor melengkapi persyaratan pinjaman dengan agunan.

Namun, praktiknya masih ada sejumlah bank penyalur mewajibkan calon debitor menyertakan jaminan ketika pelaku usaha mikro, kecil menengah (UMKM) mengakses pinjaman ke bank peserta kredit usaha rakyat, terutama di Jawa Tengah.

"Langkah pertama yang akan kami lakukan adalah mengirim surat kepada bank-bank yang masih mempraktikkan kewajiban agunan terhadap pelaku sektor riil," ujar Choirul Djamhari kemarin.

Setelah itu, ditindaklanjuti dengan upaya konkret. Misalnya mengambil keputusan untuk diimplementasikan. Keputusan akan ditetapkan sidang komite kredit usaha rakyat di bawah koordinasi Menteri Koordinator bidang Perekonomian.

Dengan tujuan itu pada 10 Juli mendatang Kementerian Negara Koperasi dan UKM akan menjadi tuan rumah sidang komite kebijakan kredit usaha rakyat.

"Pertemuan tersebut diharapkan mampu meluruskan persoalan yang masih menghambat akses kredit mikro, kecil, dan menengah," ujar Choirul.

Kebijakan sendiri

Pembahasan terhadap permasalahan tersebut akan melibatkan para pejabat tingkat Eselon I dari instansi terkait, termasuk membahas kesiapan pengusaha kecil memanfaatkan dana kredit usaha rakyat.

Agunan, kata Choirul, sebenarnya mencerminkan tingkat kepercayaan bank kepada calon debitor.

Oleh karena itu bisa dipahami jika enam bank pelaksana program kredit berjaminan pemerintah memiliki kebijakan sendiri dalam menyalurkan kredit.

(14)

Berkhas 10 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 03 Juli 2008

Untuk meluruskan permasalahan ini, Choirul berharap bisa tuntas setelah pertemuan anggota komite kebijakan pada tingkat Eselon I. Kalau misalnya feasibilitas pengusaha kecil terbukti, tapi pihak bank masih minta agunan, akan dicari lagi akar permasalahannya.

(15)

Bisnis I ndonesia Kamis, 03 Juli 2008

Pe r it e l m a k in t e r b e b a n i p u n g u t a n d a e r a h

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengeluhkan makin besarnya pengeluaran ritel modern untuk membayar pungutan daerah, menyusul pajak atas semua keterangan yang isinya merupakan informasi bagi konsumen.

Menurut Tutum Rahanta, Ketua Harian Aprindo, pemungutan pajak daerah terkesan berlebihan dalam menginterprestasikan hal-hal yang seharusnya tidak dikenai pajak.

"Masak tulisan bakery [menjelaskan ruang lahan belanja di toko modern yang menjual roti] untuk memberi informasi kepada konsumen juga dipungut pajak, bahkan ada anggota yang melaporkan tulisan keterangan tempat toilet dikenakan pajak juga," kata Tutum, baru-baru ini.

Sikap pemungut pajak yang antem kromong tersebut, jelas dia, dirasakan sejak dua hingga bulan terakhir ini. Peritel merasakan pengenaan pajak secara 'membabi buta' tersebut dirasakan di DKI Jakarta, dan satu kota yang berada di Jawa Timur.

Aprindo khawatir praktik tersebut diikuti oleh pemprov lainnya. Namun, ketika ditanyakan persentase kenaikan pembayaran pajak yang dikeluarkan peritel modern dalam tiga bulan terakhir ini, Tutum tidak bersedia memberikan jawaban.

Tutum hanya menjelaskan pengenaan pajak berbeda tergantung daerah dan luas toko. Pengenaan pajak di ritel modern ada yang sebesar Rp2.000 hingga Rp5.000 per m2 per hari.

Di samping itu, gambar tanpa merek perusahaan, yang tujuannya untuk mempercantik dinding mal, sekarang ini juga dikenakan pajak. Hal itu sebelumnya tidak pernah terjadi.

Kalangan peritel modern pada dasarnya tidak keberatan jika dikenakan pajak untuk pendapatan asli daerah, yang akhirnya digunakan untuk pembangunan suatu daerah.

"Kami minta pemungutan pajak di toko modern dilakukan secara bijak."

(16)

Berkhas 12 Volume VI Maret 2008

Kompas Kamis, 03 Juli 2008

Ke n a ik a n H a r g a Elp ij i Pu k u l UKM

W a r ga M ula i Be r a lih k e Ga s 3 Kilogr a m

Kamis, 3 Juli 2008 | 00:27 WIB

Jakarta, Kompas - Kenaikan harga elpiji tidak saja memukul segmen rumah tangga, tetapi juga pelaku usaha kecil dan menengah atau UKM. Ini adalah pukulan kedua setelah kenaikan harga bahan bakar minyak sekitar satu bulan lalu. Mereka kebingungan menyiasati agar usahanya tetap bertahan.

”Terus terang, hati saya sedih. Lalu, bagaimana usaha bisa untung,” kata penjual nasi goreng, Neni (35), warga RW 08, Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Rabu (2/7). Kebingungan serupa juga dialami warga Depok, Bekasi, dan berbagai daerah di Provinsi Banten.

Neni semula menggunakan kompor minyak tanah. Ketika pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada akhir Mei, dia beralih ke tabung gas 12 kilogram (kg). Harga nasi gorengnya dinaikkan Rp 1.000 per porsi menjadi Rp 6.000 per porsi.

”Tiba-tiba sekarang harga elpiji 12 kg naik. Biasanya saya beli Rp 55.000 per tabung, tetapi sekarang di pasaran harga jualnya Rp 65.000 sampai Rp 70.000. Saya sangat terpukul,” kata ibu tiga anak itu dengan mata berkaca-kaca.

Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kg diperkirakan terjadi sejak pemerintah memulai program konversi energi dari minyak tanah ke gas tahun 2007. Sesuai dengan hukum ekonomi, ketika permintaan gas meningkat, harga pun naik. Konsumen juga beralih ke gas 3 kg karena perbedaan harganya cukup tinggi.

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Muhammad Nuradib meminta pemerintah agar membuat regulasi baru terkait dengan penggunaan elpiji 3 kg, 12 kg, dan 50 kg. Pengguna gas yang bukan jatahnya akan mendapat sanksi setimpal sehingga diharapkan pasokan elpiji tepat sasaran.

Meningkat

Omzet penjualan elpiji tabung 3 kg di wilayah Kota Depok meningkat sekitar 10 persen. Hal ini disebabkan sebagian warga ada yang beralih menggunakan elpiji 3 kg setelah Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg sejak Selasa 1 Juli lalu.

”Omzet penjualan elpiji saya yang 3 kg naik menjadi 8.000- 9.000 tabung dari hanya sekitar 7.000 tabung per hari,” kata Haji Yahman, bos PT Raja Gas, perusahaan agen elpiji di Kecamatan Sukmajaya, Depok, Rabu kemarin.

(17)

Pikiran Rakyat Kamis, 03 Juli 2008

KUKM Ag a r M a n fa a t k a n I n d u st r i Kr e a t if

Kamis, 03 Juli 2008 , 20:55:00

BANDUNG, (PRLM) - Pelaku koperasi dan usaha kecil menengah (KUKM) di Jawa Barat harus mampu memanfaatkan pengembangan industri kreatif, terutama yang berpeluang besar untuk meningkatkan "value added" (nilai tambah ekonomis) para pelaku usaha. Upaya itu perlu terus didorong, apalagi saat ini sudah ada dukungan "blue print" pengembangan ekonomi kreatif serta disahkannya UU UMKM.

"Era ekonomi nanti arahnya pada industri kreatif, sehingga UKM dan koperasi bisa lebih meningkatkan produksi dan pemasarannya melalui pengembangan industri kreatif ini. Saya kira, "blue print" pengembangan ekonomi kreatif itu dapat menjawab beberapa kendala klasik yang dihadapi pelaku usaha selama ini," ujar Deputi Menteri Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kemenneg KUKM, Ikhwan Asrin, di sela pembukaan "Cooperative Fair", terkait "Peringatan Hari Koperasi tingkat Jabar 2008", di Lapangan Gasibu Bandung, Kamis (3/7).

Ia menjelaskan, besarnya potensi UKM dan koperasi di Jabar untuk mendorong pengembangan industri kreatif ini cukup beralasan. Selain ditopang jumlah pelaku UKM yang besar sekitar 7,2 juta unit usaha, juga memiliki sumber daya manusia yang kreatif di wilayah Jabar ini terutama di kota Bandung sebagai ibu kota Jabar.

(18)

Berkhas 14 Volume VI Maret 2008

Tempo I nteraktif Kamis, 03 Juli 2008

Ke n a ik a n Su k u Bu n g a Ta k Pe n g a r u h i UKM

Kamis, 03 Juli 2008 | 21:02 WIB

TEMPO Interaktif, BANDUNG:Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Adi Sasono memastikan, kenaikan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang diputuskan Bank Indonesia hari ini tak akan berpengaruh besar bagi sektor KUKM. ”Bagi rakyat kecil bunga (bank) tidak nomor satu, yang penting aksesnya tidak dipersulit,” kata Adi Sasono di Bandung, Kamis (3/7).

Seperti diketahui, hari ini Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga bank acuan (BI Rate) sebesar 25 basis point menjadi 8,75 persen. Sebulan sebelumnya, pada 5 Juni lalu, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 8,5 persen.

Adi mencontohkan, sektor Pedagang Kaki Lima (PKL) yang terjerat lintah darat dengan bunga pinjaman mencapai 10 persen per bulannya. Pinjaman itu dikejar karena lebih aksesnya dianggap lebih mudah. Dengan begitu, berapa pun kenaikan bunga yang diberlakukan perbankan, bukan menjadi soal bagi pengusaha kecil.

Menurut Adi, kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) adalah konsekuensi akibat kenaikan harga BBM yang tak bisa diimbangi oleh pergerakan sektor real. ”Untuk memulihkannya, kuncinya ada pada kecepatan pelayanan dan kemudahan akses kredit,” kata Adi.

Mayoritas pelaku usaha dalam sektor real, kata Adi, adalah KUKM. Pergerakan sektor ini diharapkan bisa mempercepat pemulihan di sektor perekonomian Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan keberpihakan pemerintah pada pengusaha kecil. ”Akses jangan dipersulit, jangan dibikin lama, sebab mereka butuh keputusan cepat. Dan itu yang harus diusahakan oleh negara,” kata Adi.

(19)

Bisnis I ndonesia Jumat, 04 Juli 2008

Ke m e n k op & b a n k b e n t u k k lin ik UKM

JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM sedang berkonsolidasi dengan sejumlah perbankan untuk membentuk klinik koperasi dan usaha kecil menengah (KUKM).

"Saat ini kami sedang berkonsolidasi dengan bank-bank sehingga bila dimungkinkan setiap bank mempunyai klinik UKM," kata Deputi Menteri Negara Koperasi dan UKM Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, Chairul Djamhari, baru-baru ini.

Dia mengatakan konsep membuat klinik UKM cocok saat ini di mana pemerintah sedang menggalakkan penyebaran program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Klinik UKMB nantinya akan menjadi unit pendampingan bagi UKM oleh bank-bank penyalur kredit.

"Jadi diharapkan bank-bank bisa mendampingi UKM bukan hanya saat pengajuan kredit tapi saat pemanfaatan dan pembayarannya," katanya.

Selain itu, keberadaan klinik UKM juga sebenarnya amat bermanfaat bagi perbankan itu sendiri. "Sebab kalau KUKM didampingi maka potensi untuk menurunkan NPL (nonperformance loan) atau kredit bermasalahnya semakin besar."

Oleh karena itu, pihaknya mendorong perbankan agar memanfaatkan sumber daya yang telah ada baik tenaga maupun biaya karena pembentukan unit pendampingan berupa klinik UKM tidak akan sia-sia.

Kementerian Negara Koperasi terus membahas kemungkinan pembentukan klinik UKM di setiap perbankan. "Kita sedang mengarah ke sama dan sedang terus dirapatkan," katanya.

Jika pembahasan telah rampung dan matang maka pihaknya bersama dengan perbankan pelaksana akan menyusun standar pelayanan minimum kepada KUKM oleh klinik tersebut. Dengan demikian diharapkan akan jelas tugas pokok dan fungsi klinik UKM tersebut.

Menurut Chairul, bagaimana pun UKM masih tetap memerlukan pendampingan bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga pihak lain seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan perguruan tinggi

Secara terpisah, Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM Untung Tri Basuki memastikan pelaku usaha sektor ril akan menjadi tuan rumah didaerahnya sendiri setelah Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) disahkan 10 Juni 2008.

Pengesahan UU itu diyakini mampu menciptakan situasi kondusif bagi aktivitas sektor riil karena pada pasal 9 ditegaskan pemerintah dan pemerintah provinsi harus mengembangkan sarana dan prasarana UMKM.

(20)

Berkhas 16 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Jumat, 04 Juli 2008

W I RAUSAH A

Ke r a j in a n b a m b u Tu b a n g a g a l e k sp or

TUBAN, Jawa Timur: Produk kerajinan mebel dan cenderamata berbahan baku bambu asal Kab. Tuban, Jatim, gagal diekspor ke Taiwan karena pengawetannya tak memenuhi syarat.

Ketua Asosiasi Perajin Akar Jati dan Mebel Bambu Jatirogo Kab. Tuban Franki E.M. mengatakan kerajinan bambu yang lama digeluti perajin di Jatirogo, Kab. Tuban, sejauh ini masih mengandalkan pasar domestik.

Kerajinan berbentuk perahu, motor vespa, dan ballpoint berpeluang diekspor dengan harga jual Rp20.000 hingga Rp200.000 per unit. Pedagang kerajinan asal Taiwan pernah mendatangi sentra kerajinan bambu itu di Jatirogo, tetapi urung memberikan order karena tak cocok dengan teknis pengawetan bambu.

(21)

Pikiran Rakyat Jumat, 04 Juli 2008

Sist e m Re si Gu d a n g Ba n t u UKM Ak se s Kr e d it

Jum'at, 04 Juli 2008 , 19:41:00

BANDUNG, (PRLM) - Pemerintah siap mendorong sistem resi gudang (SRG) terutama untuk membantu para petani dan pelaku usaha kecil menengah (UKM), dalam mengakses kredit ke perbankan. Resi gudang ini merupakan dokumen atau surat bukti kepemilikan barang yang disimpan di gudang, yang bisa digunakan sebagai agunan atau memenuhi syarat kolateral dalam mengajukan kredit.

"Sistem resi gudang ini tidak saja membantu para petani dan pelaku usaha untuk mengakses kredit, tapi juga bisa menguntungkan perbankan itu sendiri, karena ada kepastian agunan dan kelayakan usaha," ujar Kepala Biro Pasar Fisik dan Jasa-Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Departemen Perdagangan, Sutriono Edi, di sela-sela Temu Bisnis "Cooperative Fair", di Bandung, Jumat (4/7).

Menurut Sutriono, saat ini sudah ada beberapa daerah yang menerapkan SGR terutama untuk membantu akses kredit ke perbankan, yaitu di Jombang (Jatim), Indramayu (Jabar) dan Purwokerto (Jateng). "Ini sudah mulai berjalan sejak Mei 2008 lalu, dan ke depan diarahkan bisa dikembangkan juga di daerah lain. Dengan mempunyai resi gudang, pelaku usaha bisa mempunyai agunan. Adapun kredit yang bisa diterima, sekitar 70% dari nilai resi gudang yang dimiliki," katanya.

Ia menjelaskan, SGR tidak hanya mendukung akses kredit tapi juga bisa memberikan banyak manfaat lain, baik itu bagi petani, pengelola gudang, maupun bank. Bagi petani produsen, antara lain bisa mendapatkan harga lebih baik dengan menunda waktu penjualan. Lalu, ada kepastian kualitas dan kuantitas terhadap barang yang disimpan, mendapat pembiayaan dengan cara tepat dan mudah, serta mendorong pelaku usaha untuk bekerja secara berkelompok sehingga bisa meningkatkan posisi tawar.

(22)

Berkhas 18 Volume VI Maret 2008

Kompas Sabtu, 05 Juli 2008

UKM

Pe r a j in Ba m b u Bu t u h Pe n d a m p in g a n I n ov a si

Sabtu, 5 Juli 2008 | 03:00 WIB

Binjai, Kompas - Puluhan tahun bergerak dalam kerajinan bambu, para perajin bambu di Desa Jati Utomo, Kecamatan Binjai, Kota Binjai, hanya mampu menghasilkan keranjang buah dan dinding bambu. Para perajin butuh pendampingan inovasi agar bisa menghasilkan model kerajinan bambu lainnya yang lebih bernilai ekonomi tinggi dan tahan lama.

”Kami senang sekali kalau ada yang mengajari. Selama ini tidak pernah ada yang mengajari atau mendampingi kami,” tutur Misno (50), perajin bambu di Desa Jati Utomo di tepi jalan raya Binjai-Langkat. Menurut Misno, Pemerintah Kota Binjai pun tidak pernah memberikan perhatian kepada perajin.

Inovasi model kerajinan bambu bisa berbentuk keranjang anyaman bambu dengan warna yang menarik untuk wadah-wadah kebutuhan rumah tangga, misalnya keranjang buah, wadah pakaian kotor, dan tempat bumbu.

Pascakenaikan harga bahan bakar minyak, harga bambu yang berasal dari kawasan Bahorok, Langkat, naik dari Rp 3.300 per batang menjadi Rp 4.000. Namun, harga keranjang dan dinding bambu belum dinaikkan.

Keranjang masih dijual Rp 10.000 per tiga buah dan dinding bambu Rp 25.000 per lembar. Kebanyakan perajin mempekerjakan ibu-ibu desa setempat dengan upah Rp 500 per satu keranjang dan Rp 2.000 per lembar. Upah pekerja juga belum dinaikkan.

(23)

Bisnis I ndonesia Senin, 07 Juli 2008

Ca w a li M a la n g j a n j i p r ior it a sk a n UM KM

MALANG: Pengembangan ekonomi sektor usaha mikro kecil menengah dan pendidikan menjadi perhatian kandidat wali kota-wakil Wali Kota Malang dalam Penyampaian Visi dan Misi Calon Wali Kota-Calon Wakil Wali Kota Malang Periode 2008-2013.

Aries Pudjangkoro, Cawali Malang yang diusung Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional, mengatakan jika dirinya terpilih sebagai Wali Kota Malang bersama wakilnya, Mohan Katelu, akan mengembangkan perekonomian kerakyatan dengan berbasis informasi teknologi. "Iklim dunia investasi juga agar lebih kondusif," katanya kemarin.

Subur Triono, Cawali Malang dari pasangan Fatchul Arifin-Subur Triono, mengatakan upaya pengembangan industri kecil dan rumah tangga perlu menjadi perhatian sehingga terjadi ketahanan ekonomi lokal.

Karena itu, keberadaan mal di Kota Malang perlu dikaji ulang. "Kalau perlu pembangunan mal baru disetop, agar UMKM bisa berkembang."

Hasanuddin Latief, Cawali Malang yang diusung Partai Demokrat berpasangan dengan Cawawali Arief Darmawan, juga mengusung tema pemberdayaan UMKM. Intinya, pihaknya ingin UMKM di Kota Malang bisa bersaing di tingkat regional dan nasional.

Pihaknya berjanji menciptakan lapangan kerja sehingga menyerap 30.000 pengangguran selama lima tahun.

Achmad Subchan, Cawali Malang yang dicalonkan PKS, berjanji menggeliatkan ekonomi mikro dengan memberi insentif pada tingkat RW. Dia berjanji mengalokasikan Rp100 juta per tahun kepada RW, jika terpilih menjadi wali kota.

Dia berjanji mengalokasikan Rp20 miliar per tahun untuk pembinaan UMKM dan koperasi. "Kalau saya tidak merealisasikan janji selama tiga tahun, kami bersedia mundur."

Peni Suparto, Cawali Malang dari PDIP, juga berjanji meningkatkan sektor UMKM. Menurut dia, upaya pengembangan UMKM bukan hanya janji, melainkan telah dilakukan lewat kerja sama dengan Bank Indonesia, Perguruan Tinggi dan UMKM.

Implementasinya, pameran pelayanan terhadap UMKM yang dibuka Gubernur. Hasilnya, penyaluran kredit menjadi lancar lagi sehingga pertumbuhan ekonomi Kota Malang yang tinggi. (k24)

(24)

Berkhas 20 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 08 Juli 2008

W I RAUSAH A

UU UM KM d isosia lisa sik a n

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM bersama Bank Indonesia dan Departemen Keuangan menyosialisasikan UU tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di 11 kota besar.

"Informasi UU UMKM ataupun peraturan perkreditan dan penjaminan harus diketahui masyarakat secara luas," ujar Akhmad Junaidi, Asisten Deputi Urusan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, kemarin.

Khusus sosialisasi peraturan perkreditan, ketiga instansi terkait itu masih mencari input yang tepat untuk mengatur regulasi untuk dituangkan melalui peraturan menteri keuangan.

(25)

Kompas Selasa, 08 Juli 2008

Ev a lua si Pa sa r M ode r n

Pe d a g a n g Pa sa r Tu n t u t Pe r p r e s N om or 1 1 2 / 2 0 0 7 D it in j a u

Ula ng

Selasa, 8 Juli 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Cepatnya pertumbuhan pasar modern membuat Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat Achmad Husein Alaydrus meminta pemerintah mengevaluasi seluruh pasar modern yang ada. Sebagian besar pasar modern itu dinilai melanggar Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 mengenai pasar modern.

”Pasar modern seharusnya berjarak minimal 2,5 kilometer dari pasar tradisional. Namun, banyak pasar modern yang berdiri terlalu dekat, bahkan satu lokasi dengan pasar tradisional. Banyak pedagang tradisional sudah rugi. Ini tidak adil bagi masyarakat,” kata Alaydrus.

Menurut dia, setiap pasar modern yang menyalahi aturan Perda No 12/2002 harus disegel. Pejabat yang memberi izin berdirinya pasar modern itu juga harus mendapat sanksi yang keras. Pelanggaran mereka telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat.

Hal senada diungkapkan Presiden Federasi Organisasi Pedagang Pasar Indonesia (FOPPI) Sujianto, Senin (7/7), saat menutup Kongres FOPPI 2008 di Jakarta.

”Peraturan Presiden Nomor 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern juga harus ditinjau ulang. Terbukti makin banyak penyimpangan terhadap perpres yang merugikan pedagang pasar tradisional di Indonesia,” katanya.

Dalam Kongres FOPPI, para pedagang pasar perwakilan dari Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan juga mengeluarkan maklumat yang ditujukan langsung kepada pemerintah. Selain tuntutan peninjauan Perpres No 112/2007, isi maklumat lainnya adalah segera menerbitkan sertifikat hak milik atas nama pedagang pemilik tempat usaha di pasar-pasar tradisional.

”Penggusuran pasar jangan lagi ada. Serahkan pengelolaan dan pengembangan pasar kepada pedagang. Usut tuntas kasus kebakaran pasar dan meminta Komisi Pemberantasan Korupsi usut indikasi korupsi pada proyek pengelolaan pasar tradisional di seluruh Indonesia,” kata Sujianto yang membacakan isi maklumat.

Pemerintah harus disiplin dalam memberi izin pendirian pasar modern di masa depan karena nasib puluhan ribu pedagang kecil yang bernaung di 13.000 pasar dipertaruhkan.

(26)

Berkhas 22 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Rabu, 09 Juli 2008

M ina t pe r it e l m ode r n be r m it r a de nga n UM KM m inim

SURABAYA: Minat perusahaan ritel untuk bekerja sama dengan usaha mikro kecil menengah dinilai minim. Di Jawa Timur baru satu peritel besar yang bersedia menampung lebih banyak produk pengusaha tersebut.

Penilaian itu disampaikan Kadis Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surabaya M. Taswin.

Menurut dia, dari sekitar 6.000 lebih usaha mikro kecil menengah di Surabaya, baru sekitar 200 usaha yang sudah mendapat akses ke jaringan Carrefour. Perusahaan yang sebagian besar berskala industri rumah tangga ini menghasilkan sekitar 500 produk.

"Sebagian besar dari mereka bergerak di bidang makanan dan grocery," ujar Taswin kepada Bisnis di Surabaya.

Menurut dia, masalah klasik yang sampai saat ini mengganjal perkembangan industri mikro adalah pemasaran. Pasalnya secara umum mereka tidak mampu melakukan promosi karena sebagaimana perusahaan yang sudah mapan.

"Umumnya modal pengusaha kecil ini terbatas sehingga tidak memungkinkan melakukan promosi sendiri karena biayanya pasti akan sangat mahal," paparnya.

Karena itu, lanjutnya, perlu uluran tangan perusahaan ritel sekala besar dengan cara toko modern tersebut bersedia menampung sebanyak-banyaknya produk UMKM. "Kami masih menunggu itikad baik dari pemilik hipermarket lainnya yang mau bekerja sama dengan UMKM," katanya.

Berdasarkan catatan Disperindag Surabaya jumlah ritel besar yang beroperasi di kota ini cukup banyak. Hampir semua peritel besar di Jakarta memiliki gerai di Kota Pahlawan.

Gerai hipermarket tersebut di antaranya Alfa, yang sebagian jaringannya sudah berubah menjadi Carrefour Express, Makro, Hypermart, Tops Supermarket, Carrefour, dan ritel lokal Sinar Supermarket serta Alfamart dan Indomart.

Taswin membenarkan produk UMKM yang bisa ditampung oleh peritel besar adalah yang dapat memenuhi kriteria seperti aman, bersih dan sebagainya. Itu sebabnya perlu ada pembinaan atau program pendampingan baik dari pemerintah maupun dari perusahaan ritel besar bersangkutan.

(27)

Bisnis I ndonesia Rabu, 09 Juli 2008

'UKM m e nge de pa nk a n k on flik '

JAKARTA: Pakar manajemen pemasaran, Rhenald Kasali menilai pemerintah terlalu politis menangani pelaku usaha kecil menengah, sedangkan UKM dinilai terlalu hegelian (mengedepankan konflik).

"Pemerintah terlalu politis, sementara pelaku UKM cenderung mengedepankan konflik," kata Rhenald, kemarin.

Menurut dia, pascakenaikan harga BBM tidak ada perhatian terhadap daya saing UKM termasuk dalam hal cluster dan powerhouse. Pemerintah, katanya, sampai sejauh ini terlalu berbelit-belit menangani UKM.

(28)

Berkhas 24 Volume VI Maret 2008

Kompas Rabu, 09 Juli 2008

Pa sa r M od e r n D ib a t a si

Pa sa r La m a Te t a p Bisa Be r ope r a si

Rabu, 9 Juli 2008 | 01:35 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membatasi izin pendirian pasar modern baru agar tidak mematikan pasar tradisional. Namun, pemerintah tidak dapat menutup pasar modern yang telanjur berdiri dekat dengan pasar tradisional karena sudah mendapat izin resmi.

”Saya tidak akan menoleransi pendirian pasar modern yang jaraknya kurang dari 2,5 kilometer dari pasar tradisional. Saya mengenal semua lokasi di Jakarta sehingga dapat menentukan izin pasar modern yang dapat disetujui atau yang tidak,” kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Selasa (8/7) di Balaikota DKI Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membatasi pendirian pasar modern pada radius 2,5 kilometer dari pasar tradisional melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2002. Namun, pasar modern terus tumbuh pesat di berbagai sudut Jakarta. Dampaknya, omzet para pedagang pasar tradisional turun drastis dan tujuh pasar tradisional tutup.

Namun, kata Fauzi, pihaknya tidak dapat menutup pasar modern yang sudah telanjur berdiri dengan izin dari pemerintahan sebelumnya. Pemerintah juga tak dapat menghalangi perpanjangan izin pasar modern jika semua syarat formal dipenuhi. Pemerintah hanya dapat menolak permintaan izin pasar modern baru yang dekat dengan pasar tradisional.

Untuk menghadapi persaingan dengan pasar modern, kata Fauzi, para pedagang tradisional juga diminta berubah seiring tuntutan konsumen. Fauzi mencontohkan pasar di Bumi Serpong Damai yang rapi, bersih, dan tidak becek sebagai pasar tradisional yang diminati konsumen.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Federasi Organisasi Pedagang Pasar Indonesia (FOPPI) Cahya Suparno mengatakan, para pedagang tetap menuntut Pemerintah DKI Jakarta dan pemerintah pusat menertibkan keberadaan pasar modern sesuai Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.

”Yang kami minta adalah penegakan hukum. Dalam arti, semua pelanggaran lokasi pasar modern, termasuk yang sudah terjadi, harus kena sanksi. Jikalau penegakan hukum tersebut berdampak sosial atau ekonomi, itu adalah buah dari buruknya kinerja pemerintah sendiri. Pemerintah harus bertanggung jawab,” kata Cahya Suparno.

(29)

Pikiran Rakyat Rabu, 09 Juli 2008

Kr e d it UM KM Yog y a k a r t a Ca p a i Rp 7 ,3 Tr iliu n

Rabu, 09 Juli 2008 , 15:43:00

YOGYAKARTA, (PRLM).- Kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mendominasi penyaluran dana perbankan ke pihak ketiga. Bank Indonesia (BI) Cabang Yogyakarta mencatat 86% lebih dana bank tersalur ke pihak UMKM.

Saat presentasi di depan Gubernur DI.Yogyakarta di Kompleks Gubernuran Kepatihan, Rabu (8/7), Kepala BI Cabang Yogyakarta, Tjahyo Oetomo menyatakan, nilai kredit bank sampai triwulan pertama 2008 mencapai Rp 9,6 triliun, dengan tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) mencapai 5,07%.

"Dari total kredit yang disalurkan bank, UMKM memperoleh kredit Rp 7,3 triliun atau sekitar 86%, dengan tingkat NPL 2,24%," kata dia.

Dia merinci kredit UMKM sebesar itu, tersalur kepada 285.202 nasabah/rekening. "Debitor UMKM lebih bagus dibanding (penerima) kredit besar," kata Tjahyo.

Dia menyebutkan aset bank sampai kuartal pertama tahun ini di daerah kerjanya mencapai Rp 19,3 triliun, sedang dana pihak ketiga di bank sebesar Rp 16,7 triliun.

(30)

Berkhas 26 Volume VI Maret 2008

Seputar I ndonesia Rabu, 09 Juli 2008

BTPN Ga r a p UM KM – Sy a r ia h

Wednesday, 09 July 2008

JAKARTA(SINDO) – PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) akan berekspansi ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta layanan perbankan syariah.

Guna mendukung rencana tersebut,BTPN akan membuka minimal 400 kantor cabang baru. Komisaris Utama BTPN Dorodjatun Kuncorojakti mengatakan, selain pulau Jawa, pembukaan kantor cabang juga akan dikonsentrasikan di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur.

”Daya beli masyarakat di luar Jawa sedang naik, seiring kenaikan harga komoditas perkebunan,” ujarnya seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) perseroan di Jakarta kemarin. Hasil lain yang mengemuka dalam RUPSLB kemarin adalah pengangkatan Jerry Ng sebagai Direktur Utama BTPN menggantikan Paulus Wiranata.

Pengangkatan mantan Wakil Presiden Direktur Bank Danamon ini masih menunggu penetapan resmi dari Bank Indonesia. Terkait rencana ekspansi BTPN, Jerry mengatakan, kedua bisnis baru tersebut bagian dari diversifikasi layanan perseroan tetapi tidak akan menjadi bisnis inti.

”Layanan kepada para pensiunan tetap bisnis inti kami,” tegasnya. Dia berharap langkah BTPN mengucurkan kredit untuk UMKM dapat menggenjot jumlah pengusaha kecil dan menengah yang saat ini penetrasinya masih 20%.

Pengusaha UMKM penting ditingkatkan, mengingat keberhasilannya menyelamatkan perekonomian Indonesia ketika krisis moneter periode 1997–1998. BTPN saat ini tengah menyiapkan sejumlah infrastruktur untuk merealisasi rencana pelebaran usaha tersebut. Di samping kantor cabang, BTPN akan merekrut sedikitnya 1.000 sampai 2.000 pegawai baru.

Pihak BTPN belum bersedia mengungkapkan kebutuhan dana untuk membiayai rencana ekspansi ini. Jerry hanya menyebutkan, dana operasional satu kantor berkisar Rp700 juta– 800 juta dalam setahun. Saat ini BTPN memiliki lebih dari 400 kantor cabang. Pada kesempatan tersebut, mantan Direktur Utama BTPN Paulus Wiranata mengatakan, layanan kredit UMKM akan diluncurkan paling cepat September 2008.

Per Juni 2008, BTPN sudah mengucurkan kredit Rp100 miliar kepada pensiunan yang berusaha di sektor UMKM. Jumlah ini tidak sampai 1% dari total kredit yang dikucurkan, yaitu Rp9 triliun. Adapun aset BTPN selama enam bulan terakhir ini mencapai Rp13 triliun, naik dari Rp11,8 triliun per 31 Maret 2008.

Selama kuartal I/2008, bank yang mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Maret 2008 ini membukukan laba sebelum pajak Rp154 miliar dan keuntungan bersih Rp107 miliar. Adapun rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) kotor sebesar 1,2% sementara NPL neto mendekati 0%. Terpisah, analis pasar modal Hendra Bujang menyarankan agar BTPN selektif memilih sektor usaha yang akan diberi kucuran kredit.

Pasalnya, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan melambat sehingga berbahaya bila kredit terlalu dilepas. ”Jangan terlalu jor-joran,” pesannya. Menurut Hendra, BTPN perlu melirik sektor-sektor usaha ritel, konsumsi, dan automotif.

(31)

Bisnis I ndonesia Kamis, 10 Juli 2008

9 9 % Ek on om i Ba b e l d a r i UM KM

PANGKAL PINANG: Perekonomian masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), yang 99% usahanya berasal dari usaha mikro kecil dan menengah (UKM), harus tetap dipertahankan dan dioptimalkan.

(32)

Berkhas 28 Volume VI Maret 2008

Suara Pembaruan Kamis, 10 Juli 2008

Ke n a ik a n BBM Be r p ot e n si Pa n g k a s Ke u n t u n g a n UKM

[JAKARTA] Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berpotensi memangkas keuntungan sektor usaha kecil menengah (UKM). Hal itu semakin membebani para pengusaha. Mengingat naiknya biaya produksi yang dikeluarkan.

"Mereka sudah jelas meningkatkan biaya produksi. Hal itu sudah pasti menyebabkan penurunan keuntungan. Namun, belum bisa dipastikan ada UKM yang mati," kata Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kewirausahaan, Hary Parwanto, kepada SP, pada seminar Universitas Prasetiya Mulya, Rabu (9/7), di Jakarta.

Kementerian Negara Koperasi dan UKM belum mempunyai data terkait dampak kenaikan harga BBM terhadap eksistensi UKM. Sebab, jelas Hary, kementrian masih menunggu data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS).

"Kementerian gak berani mengeluarkan data sendiri karena takut bertabrakan dengan departemen lain," ungkap dia.

Pemadaman listrik pun diakui Hary menimbulkan keluhan dari beberapa pengusaha kecil tersebut. Hal itu merupakan beban tambahan yang harus diatasi pengusaha karena mereka harus melakukan penyesuaian waktu produksinya.

Walau belum ada keluhan yang disampaikan secara langsung, namun sudah ada selentingan kabar mengenai hal itu. Pengaturan jam kerja tersebut mempunyai dampak berla- wanan.

Di satu sisi, katanya, ada sektor usaha yang direpotkan. Namun, ada juga sektor usaha yang diuntungkan.

Sebab, penjadwalan listrik tersebut memaksimalkan daya listrik untuk kegiatan produksi usaha yang tidak terkena pemadaman.

Sementara, program pengembangan koperasi dan UKM terus dijalankan di daerah. Ia mengatakan pelatihan koperasi tetap berlangsung. Sedang jenis koperasi yang relatif maju saat ini adalah simpan pinjam.

Hary menghimbau agar koperasi tetap berjalan, bidang usahanya jangan terlalu banyak, harus terfokus pada bidang usaha tertentu. Kemudian para anggotanya dituntut berkomitmen dan konsekuen menjalankan aturan yang berlaku. Sebab, jelas dia, maju mundurnya ekonomi koperasi bergantung pada partisipasi anggotanya.

Mundurnya sektor koperasi penyebabnya adalah rendahnya komitmen para pengurus dan anggota koperasi. Selain itu, tuturnya, pendidikan dan pembinaan keanggotaan pun masih minim, sehingga tingkat kesadaran anggotanya rendah.

(33)

Bisnis I ndonesia Jumat, 11 Juli 2008

Pe da ga ng k a k i lim a dipe r k ua t

JAKARTA: Kementerian Koperasi dan UKM memberi modal penguatan kepada pedagang kaki lima (PKL) di lima wilayah kabupaten/kota Sumatra Barat kemarin senilai Rp300 juta.

Kelima wilayah kota tersebut adalah Kota Padang Panjang, Bukittinggi, Sawahlunto, Payakumbuh dan Tanah Datar, yang masing-masing diwakili satu koperasi dengan nilai bantuan Rp60 juta.

Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengunjungi daerah tersebut untuk meresmikan lokasi baru pedagang kaki lima di lima kabupaten/kota.

(34)

Berkhas 30 Volume VI Maret 2008

Jurnal Nasional Jumat, 11 Juli 2008

Ekonomi - Keuangan - Bisnis jakarta | Jum'at, 11 Jul 2008

Pe la k u Usa h a M in t a I n se n t if

by : Luther Sembiring

PELAKU usaha meminta insentif terkait rencana pemerintah menerapkan kewajiban industri menggunakan bahan bakar nabati (BBN) 2,5 persen dari bahan bakarnya mulai September tahun ini. Kebijakan ini dinilai akan memberatkan, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil menengah (UMKM).

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sandiaga Uno mengatakan, perlu insentif bagi penggunaan energi nabati. ''Sektor UMKM khususnya perlu adaptif dengan penggunaan energi ini. Kalau ada pemaksaan akan memberatkan,'' katanya di Jakarta, Kamis (10/7).

Dari sisi biaya usaha, penggunaan energi terbarukan akan mahal hingga diperlukan insentif dalam mendorong penambahan pola produksi. Jika tidak ada insentif bagi industri, akan sulit mendorong pelaku usaha menggunakan energi terbarukan ini.

Sandiaga juga mempertanyakan kesiapan kelengkapan infrastruktur menyangkut rencana ini. ''Dengan waktu tiga bulan ini, apa cukup? Perlu waktu yang cukup untuk penggunaan energi terbarukan,'' ucap dia.

Sedangkan, Ketua Asosiasi Perlampuan Indonesia (Aperlindo) mendukung upaya pengalihan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) menjadi BBN. ''Selama ini kami menggunakan gas, cuma saya belum tahu apakah nanti gas yang kami gunakan bisa digantikan (dengan energi nabati),'' ujar dia.

Selama ini, bahan bakar gas (BBG) merupakan bahan bakar utama mengolah pasir kuarsa menjadi bola lampu. Sebelum penggunaan gas, pengolahan lampu menggunakan minyak tanah dan solar.

Menurut dia, penggunaan BBN merupakan generasi keempat dalam memproduksi bola lampu. Teknis pelaksanaan bahan bakar ini, belum mendetail.

Untuk itu, perlu kesiapan kemampuan teknologi terkait alih energi terbarukan ini. ''Kami siap dan akan mendukung karena ini kan upaya yang baik juga bagi kami,” katanya.

(35)

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

D a n a Be r g u lir Ga ir a h k a n UM KM

Sunday, 13 July 2008

MEMASUKI kediaman pengusaha genteng keramik Enjok Nanang, tampak tersusun rapi beragam jenis produksinya yang siap jual.

Terlihat pula kesibukan para pekerja yang mengolah tanah liat untuk dijadikan genteng keramik. Warga Desa Banu Mas,Kecamatan BP Peliung,Kabupaten OKU Timur, ini memang sudah masuk usia pensiun.

Namun, semangat Enjok dalam memenuhi kebutuhan keluarga patut diacungi jempol. Pekerjaan sebagai pembuat genteng keramik yang dilakoninya sejak 1978 hingga sekarang telah banyak memberikan kesejahteraan bagi dia sekeluarga. Enjok menuturkan, usaha genteng ini bermula dari ide setelah bertahun-tahun bekerja sebagai pengisi bahan baku proyek.

Melihat sulitnya mendapatkan genteng setiap ada proyek pembangunan perumahan dan gedung, pada diri Enjok muda terlintas keinginan untuk membuat depot genteng sederhana.Modalnya tak terlalu besar, yakni hanya halaman seluas satu hektare ditambah bantuan uang paspasan dari keluarga. Usahanya pun berjalan lancar. Dia tidak kesulitan mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja.

Dulu, tenaga terampil yang dipekerjakannya hanya sebanyak tujuh orang.Kini sebanyak 49 orang diberdayakan Enjok untuk membantunya membuat genteng keramik. Kesuksesan usaha Enjok tak lepas dari peran serta Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Penanaman Modal Kabupaten OKU Timur.

Pasalnya, instansi ini memberikan promosi serta pelatihan kepada para pekerjanya.Tak mengherankan jika sekarang usaha genteng keramik tradisional milik usaha keluarga ini sudah terkenal hingga pelosok Indonesia, seperti Pulau Jawa, Lampung, Bangka, Palembang,dan Bengkulu.

Di samping pelatihan,Pemerintah Kabupaten (Pemkab) OKU Timur juga membantu Enjok dari sisi modal melalui program perkuatan modal pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Bantuan bergulir itu didapat pada 2006–2007 dengan kisaran modal sebesar Rp15 juta per UMKM. Bunga yang dikenakan sangat bersahabat bagi para pengusaha kecil, yaitu hanya 10%. Inilah yang membuat banyak usaha kecil berkembang, seperti yang dirasakan Enjok.

”Saya rasa tidak hanya saya, tapi semua UMKM yang ada di Kabupaten OKU Timur sangat berterima kasih kepada pemkab yang sudah membantu usaha mereka. Program dana bergulir sangat membantu usahakamisehinggadapatberjalan sampai sekarang.Anakanak juga sudah banyak yang selesai kuliah,”ucapnya.

(36)

Berkhas 32 Volume VI Maret 2008

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

”Program ini akan terus kita lanjutkan sampai semua UMKM yang ada di OKU Timur dapat merasakan dana bergulir tersebut.Di samping dana bergulir, bantuan yang lainnya juga tetap kita berikan, seperti bantuan dari BUMN yang meliputi PTBA, PLN, PUSRI, Taspen, PT Semen Baturaja,dan Telkom,” katanya saat ditemui SINDO di ruang kerjanya kemarin.

(37)

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

M e n im b a n g Ur g e n si Pe n d ir ia n Ba n k UKM

Sunday, 13 July 2008

Jika merunut secara historis wacana pendirian bank khusus yang melayani segmen usaha kecil dan mikro (UKM),tampaknya tekad pemerintah untuk mewujudkannya sudah bulat.

Jika sebelumnya muncul banyak pandangan kritis mengenai permasalahan mendirikan bank baru, kini persoalan itu tampaknya dianggap sudah tidak ada lagi. Benar tidaknya anggapan ini, ada baiknya disoroti rencana besar pemerintah itu dalam membangun sebuah bank khusus,yakni bank UKM.

Tahun lalu,pemerintah yang diwakili sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu bersama dengan Bank Indonesia (BI) sepakat membentuk bank UKM untuk memperluas akses permodalan pelaku UKM hingga daerah-daerah terpencil. Kabarnya Kementerian Negara Koperasi dan UKM sudah mengkaji pembentukan bank UKM didampingi Pusat Pengkajian Kebanksentralan BI.Kini masih terus dibahas soal regulasinya.

Pembentukan bank UKM didasarkan pada pertimbangan untuk memberikan pelayanan yang lebih luas kepada pelaku UKM. BI sendiri mengaku tidak akan menghalangi pembentukan bank UKM, apalagi risiko-risiko perbankan akan sepenuhnya ditanggung pemerintah.

Meski demikian, tetap perlu diperhatikan aspek regulasi, permodalan,dan pengawasannya. Untuk pembentukan bank itu sendiri diperlukan modal awal setor sebesar Rp3 triliun, tetapi tidak harus dibayar langsung.Menteri Negara Koperasi dan UKM berpendapat dari segi modal tidak ada permasalahan karena saat ini Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) yang disiapkan sebagai cikal bakal bank UKM telah memiliki dana tersedia berkisar Rp400 miliar.

Jadi nanti diharapkan ada share (penyertaan) dari departemen lain sehingga angka Rp3 triliun itu akan segera dicapai. Ditargetkan pada tahun pertama Rp1,5 triliun sudah terkumpul. Bank UKM itu nantinya akan memberikan layanan khusus kepada kalangan UKM yang selama ini tidak bisa mengakses perbankan.

Bahkan konon bank ini dalam operasi perkreditannya tidak mensyaratkan agunan dan dengan suku bunga terjangkau. Soal payung hukum, pemerintah berpendapat, kalau memang bank ini bermanfaat bagi masyarakat dalam penciptaan lapangan kerja, peraturan akan dirancang sekondusif mungkin bagi terealisasinya pendirian bank tersebut.

Beberapa menteri KIB menyambut baik gagasan pendirian bank UKM. Di antaranya Menteri Kelautan dan Perikanan,Menteri Pertanian, dan Menteri Perdagangan. Pada umumnya mereka siap menyediakan modal sebagai wujud sharing, tetapi dengan beberapa catatan seperti aspek legal sebagai payung hukum harus dituntaskan dulu melalui pengkajian yang mendalam.

(38)

Berkhas 34 Volume VI Maret 2008

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah meluncurkan program yang dinamakan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E).Namun lebih banyak untuk subsektor tanaman pangan. Padahal, dalam lingkup pertanian masih terdapat petani hortikultura,perikanan maupun peternakan. Untuk itu, diperlukan bank khusus yang benarbenar ditujukan membantu petani mendapatkan modal usaha dengan mudah dan sederhana prosedurnya.

Di kalangan petani, meski ada program-program kredit petani yang disalurkan pemerintah, hal itu belumbisamaksimalterserappetani karena syarat dan aturan untuk sampai ke petani tidak jelas.Suku bunga perbankan umum terlalu besar sehingga perlu skema khusus yang diperuntukkan bagi petani.

Selama ini, petani selalu menghadapi masalah jaminan ketika mengajukan kredit ke perbankan. Dengan adanya bank pertanian, diharapkan aturan bisa diperlonggar sehingga petani bisa mudah mengakses modal. Kalaupun pemerintah saat ini menggulirkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk jenis kredit sampai dengan Rp5 juta dan jenis kredit sampai dengan Rp500 juta, yang menjadi pertanyaan adalah apakah program ini akan terus berlanjut sehingga bisa mengaburkan wacana pendirian bank UKM?

Jika dari aspek permodalan sebesar Rp3 triliun dinilai sudah tidak ada kendala, pertanyaan berikutnya adalah dari mana sumber penghimpunan dana bagi bank UKM ini. Sebagai sebuah bank, tentu mereka akan menghimpun dana dan menyalurkan dalam bentuk kredit.

Kegiatan penyaluran kredit tidak menjadi soal, tetapi kegiatan penghimpunan dana menjadi soal. Sebab, tidak mungkin dana sudah disetor, lalu bank baru ini tidak melakukan aktivitas sebagaimana layaknya sebuah bank. Bahkan mungkin bank ini perlu memperluas wilayah operasional hingga ke daerah-daerah sehingga bisa menjangkau target sasarannya.

Perlu diingat,modal disetor Rp3 triliun baru untuk mendirikan bank saja.Untuk keperluan operasional mulai dari pendirian gedung,keperluan kantor,komputerisasi,logistik, pengurus bank, sumber daya manusia, dan seterusnya masih harus diadakan dulu. Jadi, problem pendirian bank UKM tidak mudah. Harus dipikirkan secara holistis apa saja yang diperlukan bagi berdirinya sebuah bank yang layak.

Mumpung masih ada waktu,ada baiknya masalah-masalah di luar modal awal sebesar Rp3 triliun dipikirkan juga.Jangan emosional sehingga menafikan akal sehat. Mendirikan bank tidak mudah. Mendirikan bank bukan seperti mendirikan warung atau toko. Belum lagi banyak aturan dan sistem yang mengikat yang wajib dipatuhi oleh bank.

Sambil menunggu kajian pendirian bank UKM selesai, ada baiknya bank sentral bersama pemerintah mendorong bank yang ada untuk memperbesar ceruk pasar mereka di segmen UKM. Kalau persyaratan agunan, mestinya tidak perlu dipersoalkan lagi karena sudah ada lembaga penjamin kredit, yaitu Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT Sarana Pengembangan Usaha (SPU) yang telah memperoleh tambahan modal dari pemerintah.

Kedua lembaga penjamin itu cukupmemberikanjaminankepada kalanganUKMyangbelum bankable untuk meminjam dana ke bank yang sudah menjalin kerja sama dengan kedua lembaga penjamin tadi. Jadi, kesimpulannya, rencana pendirian bank UKM perlu dimatangkan dulu konsepnya.Tidak perlu terburu-buru.Sekarang tinggal berdayakan bank-bank yang sudah ada untuk lebih peduli kepada kalangan UKM, maka selesailah persoalan ini.

(39)

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

Beberapa bank yang memiliki jaringan operasional,terutama bank yang kepemilikan mayoritas sahamnya ada di tangan pemerintah, seyogianya didorong untuk meningkatkan alokasi kreditnya ke segmen UMKM.Bahkan,sejatinya,tanpa disuruh pun bank-bank itu sudah memiliki pangsa pasar UMKM sendiri. Ambil contoh BRI yang benar-benar leading dalam pembiayaan UMKM, tentu bank ini bisa dioptimalkan peran aktifnya dalam pemberdayaan UMKM di Tanah Air.(*) (Catatan: Tulisan ini merupakan pandangan pribadi).

(40)

Berkhas 36 Volume VI Maret 2008

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

PPh UM KM D ip ot on g 5 0 %

Sunday, 13 July 2008

JAKARTA(SINDO) – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memperoleh insentif pemotongan tarif pajak penghasilan (PPh) sebesar 50% dari tarif normal wajib pajak (WP) badan.

Namun,UMKM tersebut mesti memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan mempunyai nilai omzet per tahun maksimal Rp50 miliar dan terendah Rp4,8 miliar. Anggota Panitia Kerja (Panja) RUU PPh Dradjad H Wibowo mencontohkan,sebuah UMKM di dalam negeri yang beromzet Rp5 miliar dengan laba bersih 10% (Rp500 juta) dapat menikmati insentif tersebut.

Adapun perhitungannya, terhadap keuntungan Rp480 juta dikenai tarif PPh sebesar 14%.Sementara sisanya menggunakan tarif normal PPh Badan 28%. ”Tanpa fasilitas tarif pajak 50% tersebut, dia harus membayar PPh sebesar Rp140 juta. Dengan fasilitas di atas, PPh yang harus dibayar adalah Rp72,8 juta,”kata Dradjad di Jakarta kemarin.

Menurut dia, insentif tarif pajak hingga 50% ini pada dasarnya dirasakan WP UMKM yang memiliki peredaran usaha kecil.Sebab,bila omzetnya makin besar,proporsi insentif tarif tersebut terhadap tarif PPh yang tidak kena insentif semakin kecil. Fasilitas ini merupakan insentif yang diberikan terhadap UMKM dengan catatan harus berbadan hukum.

Bila tidak berbadan hukum, UMKM tersebut dikenakan tarif PPh WP orang pribadi yang bersifat progresif, bukan tarif tunggal seperti yang dikenakan terhadap WP badan. ”Jadi UMKM diberi dua insentif, tarif pajak setengah dari tarif normal.Jika berbadan hukum, PPh-nya jauh lebih rendah daripada jika dia sebagai WP orang pribadi,” jelasPPh-nya.

Ketua Pansus RUU Perpajakan Melchias Markus Mekeng pekan lalu mengatakan, pembahasan RUU PPh sudah memasuki babak akhir, yaitu tinggal pasal mengenai nilai pendapatan tidak kena pajak (PTKP) dan tarif PPh khusus untuk UMKM. Dradjad mengatakan, pembahasan RUU PPh sudah selesai di tingkat Panja antara wakil fraksi-fraksi DPR dan pemerintah.

Saat ini, tinggal dilanjutkan pembahasan di level Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi yang akan merapikan rumusan bahasa dan sinkronisasi rumusan. Menurut dia, pasal mengenai tarif PPh khusus UMKM adalah salah satu dari lima poin krusial yang sekaligus menandai berakhirnya pembahasan undang-undang yang akan diterapkan tahun depan tersebut.

Adapun kesepakatan mengenai nilai minimal PTKP, tidak berubah seperti telah diputuskan pada rapat sebelumnya, yaitu Rp15,84 juta per tahun. Sementara perbedaan pandangan Fraksi PDI-P dengan sembilan fraksi DPR lain dan pemerintah mengenai nilai tambahan PTPK atas keberadaan anak dan suami sudah menemui titik temu,yaitu ditambah masingmasing Rp1,32 juta untuk istri dan anak.

Sementara itu, tiga poin krusial lain adalah perusahaan terbuka yang memenuhi syarat 40% sahamnya dicatat di bursa dikenai tarif PPh 5% lebih rendah dari tarif pajak normal. Kemudian,zakat dan sumbangan wajib keagamaan pada agama-agama yang diakui di Indonesia, dan diterima lembaga amil zakat atau badan keagamaan lainnya yang dibentuk atau disahkan pemerintah tidak termasuk objek pajak.

(41)

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

Rom a n t ism e Kr e d it M ik r o Er a 1 9 8 0 - a n

Sunday, 13 July 2008

KREDIT Umum Pedesaan (Kupedes) dan Simpanan Pedesaan (Simpedes) yang menjadi produk andalan Bank Rakyat Indonesia (BRI) pernah mengalami masa jaya pada era 1980-an.

Kesuksesan Kupedes ini sangat mungkin terulang pada kredit usaha rakyat (KUR). Sebuah romantisme prestasi masa lalu. Banyak pihak sepakat,BRI-lah satu-satunya bank besar yang konsisten dalam pembiayaan kredit mikro.

BRI ini pula yang mampu mengatasi fobia ”layak bank (bankable)” yang selama ini dialami pengusaha kecil.Jangankan mengerti dan memahami mekanisme pengajuan kredit ke perbankan,untuk datang ke bank saja mereka ”takut”.

Celah inilah yang dipahami BRI pada era 1980-an.Strategi pendekatan informal, konsultatif, tidak birokratis, serta lebih mengedepankan kedekatan emosional dan saling percaya membuat Kupedes menjadi program kredit mikro primadona pada zamannya.

Marguerite Robinson pun memuji kiprah pembiayaan kredit mikro BRI ini.Antropolog yang pada 1990-an menjadi konsultan itu menilai BRI dalam adaptasi pasar kredit mikro itu sukses menjalankan misi.Dia menilai telah terjadi perubahan paradigma dalam pembiayaan mikro,salah satunya dilakukan BRI.

Dengan bunga pinjaman sekitar 20% bagi debitor,BRI mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan produk ini.Para debitor mikro biasanya memang tidak terlalu memedulikan besaran bunga pinjaman.Paling tidak besaran bunga lebih rendah dibandingkan meminjam lintah darat atau tengkulak.

Langkah pendekatan sektor mikro dianggap sebagai salah satu reformasi dunia perbankan di negeri ini pada 1983. Dalam perkembangannya,Simpedes dan Kupedes memang luar biasa.Tercatat pada 1985,jumlah accountpinjaman melalui Kupedes hanya sekitar Rp1 juta dan pada akhir 2003 telah mencapai Rp3,5–4 juta accountdengan baku kredit mencapai Rp14,5 triliun.Tidak berbeda, perkembangan Simpedes pun cukup mengagumkan.

Pada tahun pertama jumlah Simpedes telah mencapai Rp750 miliar dan pada akhir 2003 meningkat menjadi Rp31,3 triliun.Perkembangan Kupedes dan Simpedes ini telah mematahkan teori para ekonom yang menyatakan bahwa masyarakat pedesaan tidak bisa diandalkan untuk menabung atau mengembalikan pinjaman kredit.

Sekretaris Perusahaan BRI Hartono Sukirman menyatakan 82% kredit BRI membidik segmen UMKM.Tidak hanya itu,BRI sebagai lembaga juga membantu memberdayakan UMKM melalui bantuan pemasaran dengan pameran,pelatihan manajemen,dan lainnya.

(42)

Berkhas 38 Volume VI Maret 2008

Seputar I ndonesia Minggu, 13 Juli 2008

BRI,sebagai lembaga profit,justru sebaliknya. BRI unit desa justru sebagai sumber mobilisasi dana dan termasuk pencetak keuntungan terbesar dalam organisasi BRI. ”Kalau mereka menerima banyak hibah dari luar negeri,kami memang dari BRI sendiri.Jadi beda.Saat ini kami tetap fokus pada pengembangan UMKM.Jadi lebih menonjol di sektor UMKM,”tambahnya.

Apa pun platformnya,KUR telah menjadi momentum tepat bagi BRI untuk semakin membidik konsumen kredit mikro.Tercatat hingga pekan awal Juli ini total KUR yang telah disalurkan BRI sebesar Rp5,3 triliun, dengan total debitur 888.952 debitor.Rata-rata peminjaman sekitar Rp4 juta per debitor.

Meski bersaing dengan lima bank penyalur lain,tidak salah jika BRI tetap optimis unggul.Bahkan muncul wacana,apabila Grameen Bank yang menggunakan subsidi saja beroleh penghargaan hadiah Nobel, mengapa BRI yang pembiayaannya sendiri tidak bisa? Untuk yang satu ini,Pengamat Ekonomi Faisal Basri langsung unjuk bicara.

(43)

Bisnis I ndonesia Senin, 14 Juli 2008

Pe r a j in d a m b a k a n KUR

PANGKAL PINANG: Perajin kecil di Kota Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung, membutuhkan dana perbankan melalui program kredit usaha rakyat (KUR) yang tidak memerlukan agunan untuk plafon pinjaman di bawah Rp5 juta.

"Saya sangat ingin usaha kerajinan aluminium ini bisa berkembang dengan program KUR. Saya baca koran, persyaratannya ringan dan tanpa agunan," ujar Tedi, perajin alat aluminium, di Pasar Pembangunan, Pangkal Pinang, kemarin.

(44)

Berkhas 40 Volume VI Maret 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 14 Juli 2008

Tu k a n g j a h it se p i or d e r

PADANG: Memasuki tahun ajaran baru dalam jumlah besar tukang jahit baju di Kota Padang, sepi pesanan karena orang tua murid lebih memilih membeli baju seragam jadi.

Hal itu juga diperparah dengan kebijakan sebagian sekolah yang 'memonopoli' pengadaan seragam siswa barunya. Akibatnya, unit-unit usaha jasa penjahitan pakaian, di antaranya di Pasar Raya Kota Padang, nyaris tak bekerja karena tak ada pesanan.

"Tak banyak yang memesan baju seragam sekolah saat ini," kata Man, penjahit pakaian, kemarin.

(45)

Seputar I ndonesia Senin, 14 Juli 2008

D a n a Be r g u lir Ga ir a h k a n UM KM

Sunday, 13 July 2008

MEMASUKI kediaman pengusaha genteng keramik Enjok Nanang, tampak tersusun rapi beragam jenis produksinya yang siap jual.

Terlihat pula kesibukan para pekerja yang mengolah tanah liat untuk dijadikan genteng keramik. Warga Desa Banu Mas,Kecamatan BP Peliung,Kabupaten OKU Timur, ini memang sudah masuk usia pensiun.

Namun, semangat Enjok dalam memenuhi kebutuhan keluarga patut diacungi jempol. Pekerjaan sebagai pembuat genteng keramik yang dilakoninya sejak 1978 hingga sekarang telah banyak memberikan kesejahteraan bagi dia sekeluarga. Enjok menuturkan, usaha genteng ini bermula dari ide setelah bertahun-tahun bekerja sebagai pengisi bahan baku proyek.

Melihat sulitnya mendapatkan genteng setiap ada proyek pembangunan perumahan dan gedung, pada diri Enjok muda terlintas keinginan untuk membuat depot genteng sederhana.Modalnya tak terlalu besar, yakni hanya halaman seluas satu hektare ditambah bantuan uang paspasan dari keluarga. Usahanya pun berjalan lancar. Dia tidak kesulitan mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja.

Dulu, tenaga terampil yang dipekerjakannya hanya sebanyak tujuh orang.Kini sebanyak 49 orang diberdayakan Enjok untuk membantunya membuat genteng keramik. Kesuksesan usaha Enjok tak lepas dari peran serta Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Penanaman Modal Kabupaten OKU Timur.

Pasalnya, instansi ini memberikan promosi serta pelatihan kepada para pekerjanya.Tak mengherankan jika sekarang usaha genteng keramik tradisional milik usaha keluarga ini sudah terkenal hingga pelosok Indonesia, seperti Pulau Jawa, Lampung, Bangka, Palembang,dan Bengkulu.

Di samping pelatihan,Pemerintah Kabupaten (Pemkab) OKU Timur juga membantu Enjok dari sisi modal melalui program perkuatan modal pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Bantuan bergulir itu didapat pada 2006–2007 dengan kisaran modal sebesar Rp15 juta per UMKM. Bunga yang dikenakan sangat bersahabat bagi para pengusaha kecil, yaitu hanya 10%. Inilah yang membuat banyak usaha kecil berkembang, seperti yang dirasakan Enjok.

”Saya rasa tidak hanya saya, tapi semua UMKM yang ada di Kabupaten OKU Timur sangat berterima kasih kepada pemkab yang sudah membantu usaha mereka. Program dana bergulir sangat membantu usahakamisehinggadapatberjalan sampai sekarang.Anakanak juga sudah banyak yang selesai kuliah,”ucapnya.

(46)

Berkhas 42 Volume VI Maret 2008

Seputar I ndonesia Senin, 14 Juli 2008

”Program ini akan terus kita lanjutkan sampai semua UMKM yang ada di OKU Timur dapat merasakan dana bergulir tersebut.Di samping dana bergulir, bantuan yang lainnya juga tetap kita berikan, seperti bantuan dari BUMN yang meliputi PTBA, PLN, PUSRI, Taspen, PT Semen Baturaja,dan Telkom,” katanya saat ditemui SINDO di ruang kerjanya kemarin.

(47)

Seputar I ndonesia Senin, 14 Juli 2008

PPh UM KM D ip ot on g 5 0 %

Sunday, 13 July 2008

JAKARTA(SINDO) – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memperoleh insentif pemotongan tarif pajak penghasilan (PPh) sebesar 50% dari tarif normal wajib pajak (WP) badan.

Namun,UMKM tersebut mesti memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan mempunyai nilai omzet per tahun maksimal Rp50 miliar dan terendah Rp4,8 miliar. Anggota Panitia Kerja (Panja) RUU PPh Dradjad H Wibowo mencontohkan,sebuah UMKM di dalam negeri yang beromzet Rp5 miliar dengan laba bersih 10% (Rp500 juta) dapat menikmati insentif tersebut.

Adapun perhitungannya, terhadap keuntungan Rp480 juta dikenai tarif PPh sebesar 14%.Sementara sisanya menggunakan tarif normal PPh Badan 28%. ”Tanpa fasilitas tarif pajak 50% tersebut, dia harus membayar PPh sebesar Rp140 juta. Dengan fasilitas di atas, PPh yang harus dibayar adalah Rp72,8 juta,”kata Dradjad di Jakarta kemarin.

Menurut dia, insentif tarif pajak hingga 50% ini pada dasarnya dirasakan WP UMKM yang memiliki peredaran usaha kecil.Sebab,bila omzetnya makin besar,proporsi insentif tarif tersebut terhadap tarif PPh yang tidak kena insentif semakin kecil. Fasilitas ini merupakan insentif yang diberikan terhada

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Di dalam itu juga “TOSBAC-3400” merupakan komputer umum yang mempunyai kaitan yang mendalam dengan KCG kerana Profesor Hiroshi Shinohara yang telah menjadi Ketua Kajian IT di KCG

Penggunaan secara bersama kromium, vitamin C, dan vitamin E dapat lebih mudah dalam melumpuhkan radikal bebas, sehingga pengurangan radikal bebas (efek antioksidatif)

Dengan melihat permasalahan di atas dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dan cara tanam bawang merah yang adaptif pada dataran rendah

dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Makkah ini, 3. demi bapak dan anaknya. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu me nyangka

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah, yang pertama bagaimana pelaksanaan pembiayaan berbasis financial technology (fintech) berdasarkan peraturan otoritas jasa

Rancangan State Transition Diagram (STD) untuk program aplikasi ini digunakan untuk menggambarkan kondisi-kondisi yang dapat berubah sesuai dengan aktifitas dilakukan oleh

Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan uji regresi (statistik parametrik) maka diperoleh hasil seperti berikut ini: Ada kontribusi yang signifikan kekuatan

Atribut-atribut dari variabel dosen yang masuk ke dalam kuadran ini berarti secara rata- rata atribut tersebut dianggap sangat penting oleh mahasiswa dan dosen MBA ITB