• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perburuhan-Februari 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perburuhan-Februari 2008"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI FEBRUARI 2008

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a f t a r I si

Nasib Tenaga Kerja di UTPK Dipertanyakan --- 1

Tinggi, Kecelakaan Kerja di Jabar --- 2

Menakertrans Akui Kualitas Perlindungan TKI Masih Memprihatinkan --- 3

Perlindungan Pekerja Semakin Lemah --- 4

Konflik kepentingan dalam mengurus TKI --- 6

Jumlah Penganggur di AS Bertambah 17.000 Orang --- 8

Harga Kebutuhan Naik, Buruh Desak Revisi UMP --- 9

37 Cabang PJTKI di Batam menyalahgunakan izin --- 10

'Jangan politisasi Jamsostek' --- 12

Ribuan Buruh Rotan Terancam PHK --- 13

Malaysia Bertekad Tetap Lindungi TKI --- 14

Jumlah Penganggur Terdidik Terus Meningkat --- 15

400 Pekerja Indonesia Dapat Saham Gratis --- 17

Lebih dari Seribu Pekerja Asing Mogok Kerja di Bahrain --- 18

TKI Korban Kriminal Tinggi --- 19

Pekerja Indonesia dilatih wirausaha --- 20

Industri Tempe dan Tahu Mulai Mem-PHK Pekerjanya --- 21

ILO bantu tekan pengangguran Jatim --- 22

Kaum Buruh Gugat Hak Konstitusionalnya --- 23

Buruh Tuntut Revisi UMK --- 25

Pengangguran Intelektual --- 27

Honor Panwas Sumut di Bawah UMR --- 29

Perpecahan Serikat Pekerja Ganggu Investasi --- 30

Kasus PHK tahun lalu turun 30% --- 31

Rekan Dipecat Ratusan Buruh Demo --- 33

Banten UMK Tangeranf Ditolak --- 34

Buruh PT DA Berhak Kembali Bekerja --- 35

20 Februari, Hari Pekerja Indonesia --- 36

Buruh Tuntut Hapus Sistem Kerja Kontrak --- 39

Gubernur Banten Tolak Revisi UMK --- 40

Pekerja tak setuju sistem kontrak --- 41

(4)

Ratusan Pekerja Datangi Kantor Disnaker --- 43

315 Ribu Anak di Jabar Jadi Pekerja --- 44

Buruh Tolak Sistem Kerja Kontrak--- 45

Regulasi "Outsourcing" Tak Jelas --- 46

UMP Bengkulu Rp 690.000 Per Bulan --- 47

LEBIH 1000 TKI ASAL LOMBOK MENGALAMI PENIPUAN --- 48

Pemerintah Bentuk Tim Kepulangan TKI --- 49

Pengusaha-pekerja bentuk Forum Bipartit Nasional --- 50

Revisi UMK Diajukan Lagi --- 51

Pemerintah Siapkan Pemulangan TKI --- 52

40 Persen Perusahaan Tak Naikkan Gaji Pekerja --- 53

Demokrat: Pemda Harus Lindungi Pekerja Informal --- 54

Depnakertrans tengahi kisruh penempatan TKI --- 55

Ratusan Eks Buruh Tuntut Hak Normatif --- 57

Tangerang Diminta Revisi UMK --- 58

62 TPI Tak Mampu Gaji Karyawan Sesuai UMK --- 59

Pengiriman TKI 2008 capai 1 juta orang --- 60

Kebutuhan Malaysia atas TKI Tetap Besar --- 61

Buruh Dwipapuri Mogok Lagi --- 62

Jamsostek bidik pekerja informal --- 63

Buruh di Hong Kong Akan Dilindungi --- 64

Depnakertrans bidik pekerja informal --- 65

RPP Pesangon Tunggu Pembentukan Dewan Jaminan Sosial --- 66

(5)

Kompas Jumat, 01 Februari 2008

N a sib Te n a g a Ke r j a d i UTPK D ip e r t a n y a k a n

Jumat, 1 Februari 2008 | 08:52 WIB

Medan, Kompas - Nasib tenaga kerja di Unit Terminal Peti Kemas Belawan dipertanyakan. Dengan beroperasinya operator tunggal, nasib mereka tidak jelas karena tempat mereka bekerja tak lagi menjadi operator di unit tersebut.

”Investasi alat yang sebelumnya mereka tanam tidak terpakai lagi. Alat-alat itu diganti dengan alat milik UTPK Belawan. Selain itu, nasib para pekerja yang selama ini bekerja di sana belum jelas,” kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Indonesian National Shipowner’s Association (INSA) Sumut Capten Korompis, Kamis (31/1) di Medan.

Menurut Korompis, nasib para tenaga kerja sudah dipertanyakan ke UTPK Belawan. Namun, UTKP Belawan belum memberi respons apa pun.

Perubahan dari multi-operator menjadi operator tunggal membuat enam operator yang selama ini mengelola peti kemas tidak lagi bisa melayani bongkar muat. Untuk selanjutnya, pelayanan hanya dilakukan UTPK Belawan. Enam operator itu adalah PT Pelayaran Temas, PT Pelayaran Tanto Intim Line, PT Pelayaran Meratus, PT Baruna Shipping Lines, PT Salam Pasifik Indonesia Lines, dan PT Djakarta Lloyd.

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi) Rizal Muhammad Nisfan mengatakan, dengan berat hati, INSA hengkang dari UTPK Belawan. ”Pekerjaan mereka cukup sampai di kapal saja. Sesampainya di dermaga, pekerjaan itu sudah ditangani oleh pihak UTPK Belawan,” tuturnya.

Rencana kenaikan tarif pelayanan di UTPK Belawan menjadi sorotan pengguna jasa pelabuhan. Sebagian menilai kenaikan itu belum pantas lantaran belum ada perbaikan pelayanan. Namun, UTPK bergeming dan kenaikan tarif tetap akan diberlakukan awal April nanti.

(6)

Pikiran Rakyat Jumat, 01 Februari 2008

Tin g g i, Ke ce la k a a n Ke r j a d i Ja b a r

BANDUNG, (PR).-

Tingkat kecelakaan kerja di Jawa Barat tergolong cukup tinggi. Sepanjang 2007, kecelakaan kerja mencapai 20.017 kasus. Kerugian tidak langsung karena kecelakaan kerja itu mencapai Rp 2,2 triliun. Untuk mengurangi kejadian yang sama, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) gencar memberikan pelatihan bagi calon ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari berbagai perusahaan.

"Disnakertrans Jabar juga merencanakan pelatihan bagi para pengawas ketenagakerjaan di Disnakertrans sendiri," ujar Purnomo, Kasubdin Perlindungan Tenaga Kerja kepada "PR" di Bandung, kemarin. Pelatihan-pelatihan ini terkait dengan peringatan Bulan K3 sejak 12 Januari hingga 12 Februari mendatang.

Menurutnya, saat ini di Jabar terdapat 18.000 perusahaan menengah ke atas. Jika yang kecil-kecil diikutkan, ada lebih dari 27.000 perusahaan. Dari jumlah tersebut, belum ada separuhnya yang menerapkan prosedur K3 secara baik.

Rendahnya partisipasi penerapan K3 di perusahaan dipersulit lagi dengan minimnya tenaga pengawas yang dimiliki Disnakertrans Jabar. "Dari 150 pengawas ketenagakerjaan, hanya terdapat 30 pengawas spesialis K3. Jumlah ini jelas tidak mencukupi," kata Purnomo yang juga merupakan Koordinator Peringatan Bulan K3.

Kesadaran rendah

Sementara itu, Kepala Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jabar Benson Saragih Sitio mengatakan, rendahnya kesadaran K3 dimiliki perusahaan maupun pekerja sendiri. "Banyak perusahaan menaruh perhatian pada keselamatan para pekerja hanya demi memenuhi kriteria yang diberikan pembeli produk mereka. Belum ada kesadaran menjadikan pekerja sebagai aset perusahaan. Masih sekadar formalitas," katanya.

Pekerja sendiri sering melalaikan keselamatan dan kesehatan mereka. Benson mencontohkan pemakaian sumbat telinga yang kerap diabaikan para pekerja di tempat bising. "Mereka sering berkilah tidak terganggu. (CA-165)***

(7)

Tempo I nterakitf Jumat, 01 Februari 2008

M e n a k e r t r a n s Ak u i Ku a lit a s Pe r lin d u n g a n TKI M a sih

M e m p r ih a t in k a n

Jum'at, 01 Pebruari 2008 | 15:09 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengakui kualitas perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) masih memprihatinkan. "Kasus penganiyaan, pemerkosaan dan pembunuhan masih kerap terjadi," kata dia kepada wartawan di ruang kerjanya, Jum'at.

Meski secara angka terjadi penurunan, dari 18 persen dan 16 persen pada 2004 dan 2005 menjadi 11 dan 4,7 persen pada 2006 dan 2007.

Erman mengatakan Indonesia akan terus memperjuangkan perlindungan TKI di Indonesia. "Kita terus melakukan dialog dengan negara penempatan," katanya.

Erman menyebutkan antara 11 negara pengirim dan 9 negara penempatan sudah terjadai kesepahaman dalam dialog di Abu Dhabi, Qatar dua pekan lalu. "Bahwa ini kemitraan, saling membutuhkan, bukan yang satu mengemis minta kerjaan."

Dialog di Abu Dhabi tersebut, ungkap Erman merupakan rangkaian dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, seperti di Colombo dan di Bali. Dalam berbagai pertemuan-pertemuan tersebut, selain adanya kemitraan, juga ditegaskan agar tidak terjadai diskriminasi terhadap TKI. Iqbal

(8)

Suara Pemabruan Sabtu, 02 Februari 2008

Pe r lin d u n g a n Pe k e r j a Se m a k in Le m a h

[DENPASAR]Perlindungan mendasar bagi pekerja semakin lemah akibat buruknya implementasi peraturan perundangan yang berlaku dan kelemahan perundangan itu sendiri. Otonomi daerah menjadi bagian dari kemunduran perlindungan itu.

Demikian dikemukakan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Serikat Pekerja Nasional (SPN), Bambang Wirahyoso seusai pelantikan pengurus Dewan Perwakilan Cabang SPN Bali di Sanur, Bali , Jumat (1/2). Dikatakan, para pejabat pemerintah yang semestinya menegakkan peraturan seringkali justru terkooptasi oleh pengusaha, dan tindakannya merugikan pekerja.

"Banyak pekerja terpaksa harus kehilangan pekerjaannya gara-gara menuntut hak-hak dasar dan normatif," ujarnya.

Dikatakan, pekerja yang menuntut hak, misalnya, kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) cenderung tidak disukai pengusaha, dan tidak sedikit diantaranya justru terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Tindakan mem-PHK aktivis serikat pekerja itu sebenarnya melanggar Undang-Undang Kebebasan Berserikat bagi pekerja, tetapi pekerja tak kuasa menghadapinya. Sementara, pejabat dinas tenaga kerja setempat seringkali acuh tak acuh melihat persoalan itu karena petugas pengawas tenaga kerja juga takut ditindak kepala daerah setempat.

Ada beberapa kasus pekerja di-PHK, dan petugas pengawas ketenagakerjaan yang punya keberanian menyidik pelanggaran yang dilakukan pengusaha justru dipindahkan ke dinas lain oleh bupatinya. "Era otonomi daerah memperburuk perlindungan bagi pekerja dari pada masa pemerintahan terpusat yang juga tidak berjalan baik," ujarnya.

Tingkat Pusat

Lebih lanjut Bambang mengemukakan, ketidakpedulian pemerintah kepada pekerja tidak hanya terjadi pada pemerintah tingkat daerah, melainkan juga terjadi pada tingkat pusat.

Sebagai bukti, dia mencontohkan pengaduan SPN mengenai pelanggaran UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, yang dilakukan perusahaan besar yang bergerak di bisnis sandang, juga dimiliki oleh orang terkenal, kepada pemerintah daerah hingga pemerintah pusat, tetapi tidak pernah mendapat tanggapan dan tindak lanjut sebagaimana mestinya.

Perusahaan itu tidak mendaftarkan ribuan pekerjanya sebagai peserta Jamsostek sebagaimana diwajibkan UU 3/1992. "Kami sudah laporkan pelanggaran itu dari kepala daerah hingga Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Komisi IX DPR yang membidangi ketenagakerjaan, tetapi tidak ada hasilnya," ujarnya.

"Kami juga heran, komisi IX DPR yang mendatangi perusahaan itu juga batal masuk ke pabrik karena pimpinan perusahaan sedang tidak berada di tempat," katanya.

(9)

Suara Pembaruan Sabtu, 02 Februari 2008

(10)

Bisis I ndonesia Senin, 04 Februari 2008

Kon flik k e p e n t in g a n d a la m m e n g u r u s TKI

Penanganan masalah calon tenaga kerja Indonesia (CTKI) dan tenaga kerja Indonesia (TKI) mutlak menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Terlebih dalam kondisi terakhir, di mana masalah TKI menjadi permasalahan besar menyita banyak perhatian publik.

Secara khusus pembagian tanggung jawab di bidang penempatan dan perlindungan TKI, termasuk penanganannya mulai dari proses perekrutan hingga pemulangan TKI kembali ke daerah asalnya, mestinya kewenangan itu sepenuhnya berada di BNP2TKI sebagai lembaga yang khusus dibentuk berdasarkan UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI yang kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Perpres No. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Dengan mendasarkan keberadaan dan kewenangan BNP2TKI seperti yang diatur dalam UU dan Perpres di atas, mestinya tidak perlu ada kerancuan yang terjadi dalam masalah kewenangan itu.

Kewenangan yang seharusnya memang dilimpahkan kepada BNP2TKI seharusnya dilimpahkan saja, tanpa perlu dipermasalahkan lagi seperti yang terkesan selama ini, di mana Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) terus saja berupaya untuk memperlemah posisi BNP2TKI dan mengganjal kewenangannya dalam menjalankan reformasi di bidang penempatan dan perlindungan CTKI/TKI.

Bukan rahasia umum lagi, konflik yang didasari adanya kepentingan terselubung antarkedua lembaga pemerintah itu memang sudah lama terjadi, yaitu sejak terbentuknya BNP2TKI.

Dalam perjalanannya menjadi bertambah memanas pada saat BNP2TKI menggelontorkan kebijakan pembentukan Bursa Kerja Luar Negeri (BKLN) dan membentuk Komite Korea Selatan yang diperkuat dengan adanya perjanjian goverment to goverment (G-to-G) antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan yang disinyalir kebijakan ini akan mengakhiri praktik pungutan liar terhadap CTKI/TKI.

Begitulah persoalan sesungguhnya yang terjadi, paling tidak menurut informasi yang beredar di kalangan orang dalam, baik di BNP2TKI, maupun di Depnakertrans sendiri. Di samping itu, informasi seperti ini juga sudah lama menjadi pembicaraan di kalangan PJTKI atau yang kini disebut PPTKIS.

Dari perspektif PPTKIS sendiri, sejak awal terbentuknya BNP2TKI menunjukkan adanya sikap antipati atau ketidaksetujuannya, karena dianggap akan menyaingi dan mengintervensi wilayah pekerjaan yang selama ini menjadi sumber penghasilannya.

Bahkan bukan tidak mungkin dalam perjalanannya dikhawatirkan lebih dari itu, bahwa badan ini nantinya akan mengambil alih banyak 'lahan basah' mereka yang selama ini diperolehnya dengan mulus tanpa hambatan dari para CTKI/TKI dengan berkolaborasi bersama-sama oknum pejabat tertentu di lingkungan Depnakertrans.

(11)

Bisis I ndonesia Senin, 04 Februari 2008

Oleh sebab itu, tidak mengherankan kemudian terjadi perlawanan mereka secara bersama-sama menghadapi BNP2TKI. Kalaupun tidak melakukan perlawanan dengan terang-terangan, secara terselubung kelompok mereka itu selalu berupaya menggagalkan terobosan-terobosan yang diprogramkan dan dijalankan oleh BNP2TKI, dalam usahanya memperjuangkan dan melindungi CTKI/TKI.

Dari kondisi seperti itu, secara objektif sebenarnya, CTKI/TKI-lah yang paling dirugikan. Sebab, merekalah yang harus membayar mahal dan terpaksa harus menerima ketidakjelasan, siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab atas nama pemerintah untuk melindungi mereka dari pungli, pemerasan, dan sebagainya.

Kendati dalam aturannya sudah sangat jelas bahwa BNP2TKI yang mestinya berkewenangan mengurus penempatan dan perlindungan CTKI/TKI, termasuk melindungi CTKI/TKI dari pungli dan pemerasan pihak yang tak bertanggung jawab tersebut.

Akan tetapi dalam kenyataannya, hingga saat ini kewenangan yang sangat strategis itu masih belum sepenuhnya ada dan dapat diimplementasikan di badan itu. Atau dengan kata lain, kewenangan BNP2TKI masih tersandera oleh Depnakertrans yang 'mengaku' sebagai bapak kandungnya, dan PPTKIS sebagai saudara tirinya.

Perlu keberpihakan

Konflik antara dua lembaga pemerintah ini sebenarnya tidak perlu terjadi, jika ada pengertian dan kebijaksanaan, khususnya dari Depnakertrans yang menyebabkan berlarut-larutnya permasalahan ini.

Sebagai pemerintah yang bertanggung jawab melindungi CTKI/TKI yang kewenangannya itu telah dilimpahkan kepada BNP2TKI, mestinya Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menunjukkan sikap dukungannya secara penuh kepada BNP2TKI, tanpa ada kesan 'tidak ikhlas' atau ikhlas yang hanya setengah hati yang bermotifkan sesuatu kepentingan terselubung seperti yang dikesankan selama ini.

Depnakertrans dan BNP2TKI yang sama-sama lembaga pemerintah seharusnya saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam pembenahan yang menyeluruh terhadap masalah penanganan CTKI/TKI ini, tanpa saling melemahkan dan menyalahkan, sehingga jaminan dan perlindungan terhadap CTKI/TKI ke depan menjadi semakin mantap dan semakin kondusif.

Kebijaksanaan, terutama dari Depnakertrans untuk memercayakan dan mendukung penuh BNP2TKI dalam menjalankan misi penempatan dan perlindungan TKI, akan dipandang sebagai suatu bukti nyata keberpihakan departemen ini kepada para TKI yang sangat berjasa dalam meningkatkan devisa negara dan menjadi solusi strategis dalam meng-atasi dan mengurangi permasalahan kemiskinan dan pengangguran di dalam negeri.

Demi perbaikan sistem rekrutmen TKI itu, mari kita dukung sekaligus kita awasi bersama program Bursa Kerja yang kini sedang disosialisasikan oleh BNP2TKI ke berbagai daerah yang potensial besar dalam pengiriman TKI ke luar negeri.

Dengan pembentukan Bursa Kerja yang diprogramkan ini, tentu harapannya tidak sekadar hanya untuk memberantas calo-calo CTKI/TKI, tapi juga bertujuan strategis untuk pembenahan secara keseluruhan sistem rekrutmen CTKI/TKI, agar lebih melindungi dan memberdayakannya.

Oleh Fathullah

(12)

Kompas Senin, 04 Februari 2008

Ju m la h Pe n g a n g g u r d i AS Be r t a m b a h 1 7 .0 0 0 Or a n g

Senin, 4 Februari 2008 | 02:08 WIB

Washington, Jumat - Jumlah penganggur di Amerika Serikat meningkat 17.000 orang pada Januari 2008. Hal ini merupakan penurunan pertumbuhan pasar tenaga kerja yang pertama sejak tahun 2003.

Demikian diumumkan Pemerintah AS, Jumat akhir pekan lalu. Bertambahnya jumlah penganggur membuat kekhawatiran akan adanya resesi semakin kuat. Sebelumnya diharapkan, walaupun terjadi krisis kredit perumahan, angkatan kerja di AS tetap tumbuh.

Para ekonom memperkirakan ekonomi negara adidaya itu akan dapat menghasilkan 70.000 pekerjaan baru pada Januari lalu. Akan tetapi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan telah terjadi penurunan jumlah angkatan kerja pertama sejak Agustus 2003.

”Tampaknya kita akan mendengar lebih banyak lagi berita buruk pada pasar tenaga kerja setidaknya hingga pertengahan tahun ini sebelum ada stimulus fiskal dan moneter yang membalikkan keadaan,” kata Nigel Gault, ekonom di Global Insight.

Pemerintah AS merevisi pertumbuhan tenaga kerja pada Desember secara signifikan, dari 18.0000 menjadi 82.000. Angka tingkat pengangguran nasional yang berdasarkan survei lain turun menjadi 4,9 persen dari 5 persen pada Desember.

Ekonom lain mengatakan, hal ini terjadi antara lain karena lebih sedikit orang yang mencari kerja. ”Intinya, The Fed harus terus menurunkan tingkat suku bunganya,” ujar Ian Morris, kepala ekonom di HSBC Amerika Utara.

Sebelumnya, pemerintah melaporkan, perekonomian AS akan melambat secara dramatis menjadi 0,6 persen pada kuartal keempat 2007, dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya.

The Federal Reserve telah memangkas tingkat suku bunganya secara agresif agar AS tidak terjerumus dalam resesi.

Sementara itu, Kongres sedang berdebat tentang rencana stimulus sebesar 150 miliar dollar AS. Indikator lain, yaitu pelemahan yang terjadi pada sektor perumahan, juga membuat menciutnya lapangan pekerjaan. Ada 27.000 pekerja yang kehilangan pekerjaan pada sektor industri konstruksi pada Januari lalu.

Hal ini terjadi karena sebagian besar developer perumahan memangkas proyek-proyek mereka. Sektor manufaktur memangkas 28.000 pekerjaan, sedangkan perusahaan jasa dan keuangan merumahkan 11.000 pekerja ”kerah putih” mereka.

Namun, masih ada sektor yang mempekerjakan pekerja baru, seperti sektor pendidikan dan kesehatan, yang membuka posisi baru bagi 47.000 pekerja serta sektor industri ritel yang menyerap 11.000 pekerja baru.

(13)

Seputar I ndonesia Selasa, 05 Februari 2008

H a r g a Ke b u t u h a n N a ik , Bu r u h D e sa k Re v isi UM P

MEDAN (SINDO) – Ratusan buruh berdemonstrasi ke Gedung DPRD Sumut dan kantor Gubsu, kemarin. Mereka menuntut agar Gubsu merevisi besaran upah minimum provinsi (UMP),upah minimum sektoral provinsi (UMSP), upah minimum kota (UMK), dan upah minimum sektoral kota (UMSK) yang dinilai terlalu rendah.

Gindo Nadapdap mewakili ratusan buruh yang tergabung dalam Gerakan Buruh Bersatu Lawan Perbudakan (Gebrak) dalam orasinya mengatakan, kenaikan UMP Sumut sebesar 8,2% dari tahun lalu tidak sesuai dengan kenaikan harga bahan-bahan pokok yang terjadi saat ini.

”Kenaikan UMP 8,2% itu sama sekali tidak bisa disebut kenaikan. Dibandingkan dengan harga kebutuhan pokok saat ini yang terus naik,UMP sebesar Rp822.000 itu hanya penyesuaian,”ujarnya.

Buruh juga menuntut agar Pemprovsu melakukan kontrol dan pengawasan terhadap penerapan buruh outsourcing dan buruh harian lepas yang saat ini banyak diterapkan perusahaan di Sumut hingga ke pekerjaan pokok.

Padahal,pada UU No13/- 2003 dan Kepmenakertrans No100/2004, buruh ousourcing hanya boleh pada pekerjaan bersifat sementara,musiman, dan bukan di bagian pekerjaan pokok. Pemprovsu lewat Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) juga diminta untuk menindak para pengusaha yang melakukan praktik pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada buruh, hanya karena menjadi pengurus serikat buruh.

”Jelas ini adalah kriminalisasi pada buruh dan menghalanghalangi kebebasan berserikat. Aparat Disnaker seharusnya tidak membiarkan pengusaha menghalangi buruh untuk berserikat,” ucapnya. Koordinator Wilayah Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Sumut Tohonan Tampubolon dalam pernyataan sikapnya, juga mengkritik kinerja Peradilan Hubungan Industrial (PHI) PN Medan yang dinilai lamban menangani kasus buruh.

(14)

Bisnis I ndonesia Rabu, 06 Februari 2008

3 7 Ca b a n g PJTKI d i Ba t a m m e n y a la h g u n a k a n iz in

BATAM: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Kepulauan Riau mengungkapkan 37 cabang dari empat perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang ada di Batam menyalahgunakan izin.

"Yang boleh mengirimkan TKI hanya pusat PJTKI, bukan cabangnya," kata kata Koordinator BNP2TKI Kepri Johny G. Worotikan, kemarin.

Cabang PJTKI di Batam turut mengirimkan TKI ke luar negeri, padahal berdasarkan ketentuan cabang PJTKI hanya boleh mengadakan pembinaan. Di Batam, terdapat empat PJTKI, selebihnya hanya cabang dari perusahaan tersebut.

Batam dikenal sebagai daerah perantara bagi TKI yang hendak ke Malaysia dan Singapura dari berbagai kota di Indonesia, sedangkan pekerja asal Batam yang turut bekerja di kedua negara tersebut, berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, relatif sangat kecil.

Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam Muhammad Nardi mengatakan kondisi Batam sebagai daerah transit tidak menguntungkan.

Keberadaan 37 cabang PJTKI di Batam juga tidak memberikan kontribusi kepada kota. "Karena mereka menyalahgunakan izin, lebih baik ditutup. Kecuali cabang PJTKI itu memberikan kontribusi kepada warga kota."

Dia menjelaskan cabang PJTKI akan lebih maksimal jika turut menyalurkan tenaga kerja asal Batam ke luar negeri.

"Kami maunya begitu, karena di Batam banyak pengangguran," katanya.

Nardi menjelaskan meskipun cabang PJTKI menyalahgunakan izin, tetapi masih dapat ditoleransi jika ranting perusahaan tersebut mengirim tenaga kerja asal Batam ke luar negeri. "Kalau tidak begitu, lebih baik ditutup."

Balai latihan

Selain soal penyalahgunaan izin pengiriman TKI, belum lama ini BNP2TKI melarang 86 balai latihan kerja luar negeri (BLKLN) melatih TKI karena tidak memenuhi syarat.

Ketua BNP2TKI Jumhur Hidayat mengatakan pihaknya sudah mengevaluasi 260 BLKLN, 258 di antaranya menyelenggarakan pelatihan untuk TKI informal dan dua berkedudukan di Bali yang menyelenggarakan pelatihan bagi TKI formal.

Dari 260 BLKLN itu terdapat 79 yang tidak bisa disurvei karena alamat tidak jelas, pindah alamat, dan dialihfungsikan pada kegiatan lain.

BLKLN milik perusahaan pengerah TKI swasta (PPTKIS) dan lembaga pelatihan itu dilakukan evaluasi atas sarana dan prasarana, SDM pengelola, sistem pelatihan, dan sarana pendukung.

(15)

Bisnis I ndonesia Rabu, 06 Februari 2008

Menurut Jumhur, pemerintah lebih memilih jumlah penempatan TKI berkurang dan tidak sekadar mengejar target penempatan daripada memberikan kesempatan pengiriman TKI yang tak bermutu.

Jika itu dilakukan, sambungnya, berarti mendukung praktik perdagangan manusia. Hal ini, karena banyak sekali temuan kasus penempatan TKI buta huruf di lapangan oleh BNP2TKI.

Sementara itu, Ade Adam Noch, Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI menjelaskan pemeringkatan BLK-LN itu berdasarkan 289 item sesuai dengan Kepmenakertrans No. Kep-43/Men/II/ 2005 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Tata Laksana Rumah Tangga.

(16)

Bisnis I ndonesia Jumat, 08 Februari 2008

' Ja n g a n p olit isa si Ja m sost e k '

JAKARTA: Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu (FSPBB) meminta kalangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak lagi menjadikan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sebagai santapan politis, karena kinerja penyimpan dana sosial para pekerja itu dinilai telah menunjukkan perbaikan.

FSPBB menyebutkan penilaian kalangan politisi dan serikat pekerja terhadap Jamsostek selama ini cenderung tidak bersifat membangun.

Dia meminta politisi di DPR dan beberapa pimpinan serikat pekerja jangan memperkeruh upaya peningkatan kinerja Jamsostek yang sedang dijalani saat ini.

(17)

Pikiran Rakyat Jumat, 08 Februari 2008

Rib u a n Bu r u h Rot a n Te r a n ca m PH K

Ak ib a t Tu r u n n y a Volu m e Ek sp or

SUMBER, (PR).-

Ribuan buruh rotan di sentra kerajinan rotan nasional di Kab. Cirebon terancam kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Ancaman itu muncul akibat semakin turunnya volume ekspor rotan serta adanya kenaikan harga sembako akhir-akhir ini.

Berdasarkan data di Asosiasi Mebeler Indonesia (Asmindo) Cirebon, ekspor rotan turun hingga lebih dari 70%. Kemerosotan volume ekspor terjadi selama tiga tahun terakhir dan terparah sepanjang tahun 2007 baru lalu.

"Dari rata-rata per bulan di atas 2.000 kontainer, sekarang maksimal hanya 300 kontainer. Tiga tahun ini memang malapetaka bagi industri rotan, terjadi sejak pemerintah membuka kran ekspor rotan bahan baku," tutur Sekretaris Asmindo setempat, H. Solihin, Kamis (7/2).

Sedangkan menurut salah seorang pengusaha rotan. H. Sobur Koswara turunnya volume ekspor membuat sedikitnya 170 perusahaan perajin rotan kelimpungan. Belakangan hal itu semakin diperparah oleh kenaikan harga sembako yang memicu hampir seluruh barang sehingga ongkos produksi membengkak.

"Perusahaan dalam posisi terjepit. Di satu sisi ekspor turun, order sepi, tetapi ongkos produksi bertambah. Belum lagi beban rutin seperti gaji karyawan. Kenaikan sembako memicu seluruh harga barang," tuturnya.

Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadisnakertrans) Kab. Cirebon Drs. H. Dudung Mulyana. situasi serbasulit itu memaksa perusahaan melakukan rasionalisasi. Faktor tenaga kerja, kini menjadi objek rasionalisasi perusahaan. "Kita banyak terima keluhan dari buruh rotan. Rasionalisasi perusahaan rata-rata dimulai dari pengurangan jumlah buruh," katanya.

50.000 buruh

Dudung menuturkan, berdasarkan data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Asmindo Cirebon, sedikitnya 50.000 buruh rotan terancam PHK. Mereka kini bekerja dalam ketidakpastian. Bahkan jam kerjanya sudah tidak jelas. "Itu belum jumlah buruh yang statusnya sudah setengah pengangguran. Kalau dijumlahkan bisa mencapai ratusan ribu orang," tutur dia.

Dikatakannya, kerajinan rotan yang dikerjakan secara home industri bahkan sudah lumpuh sejak dua tahun lalu. Akibatnya, terjadi ledakan pengangguran di kecamatan sentra rotan di wilayah barat Cirebon, seperti Plumbon, Sumber, Tengahtani, Plered, sampai Palimanan.

"Dulu mencari pembantu dari kecamatan di wilayah barat sangat susah, semua milih terjun di rotan. Sekarang tenaga pembantu sangat banyak. PHK massal sejak tiga tahun terakhir terjadi tiap saat," tutur Dudung yang didampingi stafnya H. Moh. Zaenudin, Mj. dan Samadi.

Ditambahkan Zaenudin, kenaikan harga sembako belakangan ini memperbesar ancaman PHK pada perusahaan rotan yang masih bisa bertahan. Ribuan buruh rotan yang masih bisa bekerja sudah mulai resah, sebab isu PHK mulai santer terdengar di tiap-tiap perusahaan.

(18)

Suara Pembaruan Sabtu, 09 Februari 2008

M a la y sia Be r t e k a d Te t a p Lin d u n g i TKI

[JAKARTA] Pemerintah Malaysia bertekad tetap melindungi TKI yang bekerja di Malaysia. Untuk itu, sejak 7 bulan lalu, pemerintah Malaysia menempatkan Atase Tenaga Kerja di Kedutaan Besarnya di Jakarta. Bahkan Malaysia bekerja sama dengan Depnakertrans Indonesia dan PPTKIS (Perusahaan Pengerah TKI Swasta) akan melakukan program orientasi kepada calon TKI yang akan bekerja di Malaysia.

"Calon TKI yang telah mengikuti orientasi ini diuji pengetahuannya tentang segala aspek kehidupan dan persyaratan kerja di Malaysia dan yang lulus diberikan sertifikat. Ini merupakan syarat untuk mendapatkan visa kerja di Malaysia," kata Zaini Bin Yaacob, Atase Tenaga Kerja Malaysia, di Jakarta, baru-baru ini dalam pertemuan dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro Effendi Jusuf.

Sementara itu, Effendi Jusuf minta kekuatan politik siapapun yang akan memenangkan pemilu di Malaysia pada tahun ini diharapkan tetap melindungi TKI. Malaysia membutuhkan TKI dalam jumlah besar . Semua masalah yang menimpa TKI bisa diselesaikan melalui sistem yang dibangun kedua negara tanpa harus mengorbankan kepentingan kedua negara.

Zaini Bin Yaacob mengatakan, pemerintah Malaysia menunjuk perusahaan Infomaya Grup untuk membangun sistem informasi TKI (ISC-Integrated Servics Center). Sistem ini sudah dirintis 4 tahun lalu dan nantinya seorang TKI memperoleh sebuah kartu yang berisi semua data TKI (paspor, daerah asal, tempat bekerja, ahli waris, asuransi). Kartu ini bisa digunakan untuk mengirimkan uang ke Indonesia yang nantinya akan bekerja sama dengan PT Pos Indonesia.

Pemegang kartu ini akan mendapatkan asuransi bila terjadi kecelakaan, kematian, luka-luka akibat kecelakaan, biaya perawatan di rumah sakit pemrintah di Malaysia. Bahkan bila terjadi kasus, denga melaporkan ke telepon tertentu, seluruh jajaran yanhg berkaitan dengan TKI saat itu juga bisa mengetahui untuk ditindaklanjuti.

Bahkan pemerintah Malaysia akan membangun pusat klinik (clinic center) bagi TKI yang akan kembali ke tanah air. Pusat klinik ini untuk meneliti, apakah selama bekerja di Malaysia masih terdapat masalah yang belum diselesaikan.

(19)

Kompas Senin, 11 Februari 2008

Ju m la h Pe n g a n g g u r Te r d id ik Te r u s M e n in g k a t

Senin, 11 Februari 2008 | 03:10 WIB

Mengurangi angka pengangguran selalu menjadi prioritas program pemerintah. Namun, setiap tahun angka tersebut rasanya enggan berkurang. Jika pun berkurang, jumlahnya sangat kecil. Dari jumlah penganggur yang terdata, penganggur dari kalangan terdidik menunjukkan kecenderungan meningkat.

Kecenderungan meningkatnya penganggur di kalangan kaum terdidik bisa jadi disebabkan kebijakan pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran kurang sejalan dengan preferensi pencari kerja.

Setiap tahun, lebih dari 300.000 lulusan perguruan tinggi dari jenjang diploma hingga sarjana atau strata satu (S-1) siap memasuki pasar tenaga kerja. Tahun ajaran 2005/2006, misalnya, Departemen Pendidikan Nasional mencatat jumlah mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi negeri dan swasta sebanyak 323.902 orang. Namun, tidak semua yang lulus ini terserap oleh pasar.

Dengan kenaikan 1 persen pertumbuhan ekonomi yang hanya mampu menciptakan 265.000 lapangan kerja baru, praktis lulusan tersebut bersaing dengan sesama mereka. Juga, bersaing dengan pencari kerja lainnya yang telah berpengalaman dan tengah mencari peluang kerja baru. Lulusan yang kalah bersaing ini jelas akan menambah angka pengangguran.

Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2007 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, angka pengangguran terbuka berkurang menjadi 9,75 persen dibandingkan dengan periode Agustus 2006 yang besarnya 10,28 persen.

Meskipun menurun, jumlah penganggur dari kalangan perguruan tinggi justru meningkat. Jika pada Agustus 2006 penganggur dari kalangan terdidik ini sebanyak 673.628 orang atau 6,16 persen, setengah tahun kemudian jumlah ini naik menjadi 740.206 atau 7,02 persen.

Tren kenaikan ini sudah terlihat sejak tahun 2003. Padahal, tahun-tahun sebelumnya penganggur terdidik sempat berkurang setelah pada 1999 mencapai angka tertinggi, yaitu 9,2 persen.

Setengah penganggur

Selain dari indikator pengangguran terbuka, nasib lulusan perguruan tinggi yang kurang beruntung juga bisa dilihat dari kategori setengah penganggur. Termasuk dalam kategori ini adalah lulusan perguruan tinggi yang bekerja di bawah jam kerja normal, yaitu kurang dari 35 jam per minggu, baik karena terpaksa ataupun sukarela.

Pengertian setengah penganggur terpaksa di sini adalah mereka yang masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain. Sedangkan setengah penganggur sukarela adalah mereka yang tidak lagi mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain. Pekerja paruh waktu termasuk dalam kelompok setengah penganggur sukarela.

(20)

Kompas Senin, 11 Februari 2008

Preferensi pekerjaan

Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran adalah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya. Namun, kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi.

Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan biaya yang telah mereka keluarkan selama menempuh pendidikan dan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) yang sebanding.

Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji rutin. Hasil Sakernas semester pertama 2007 menunjukkan tiga dari empat lulusan perguruan tinggi memilih status tersebut.

Hanya sedikit (5 persen) yang memiliki jiwa kewirausahaan, yaitu yang membuka usaha dengan mempekerjakan buruh atau karyawan yang dibayar tetap. Yang berusaha seorang diri ataupun dibantu buruh yang dibayar tidak tetap atau tidak dibayar sebanyak 13 persen. Adapun yang berstatus sebagai pekerja bebas, baik pada bidang pertanian maupun nonpertanian dengan sistem pembayaran harian ataupun borongan, sangat sedikit, kurang dari 1 persen.

Dengan status pekerjaan sebagai buruh atau karyawan, lapangan pekerjaan yang diminati lulusan perguruan tinggi secara berturut-turut adalah bidang jasa (52 persen), perdagangan, hotel, restoran (14 persen), dan pertanian (10 persen). Bidang industri pengolahan hanya diminati oleh 8 persen lulusan.

Dilihat dari rata-rata upah yang diterima pekerja tahun 2006, sebenarnya upah di tiga lapangan kerja yang diminati di atas tidak begitu tinggi, yakni berada di bawah Rp 1 juta per bulan. Pekerja di pertanian bahkan menerima upah paling rendah, rata-rata Rp 336.500 per bulan.

Rata-rata upah per bulan di bidang keuangan adalah yang paling tinggi (Rp 1,4 juta), menyusul bidang kelistrikan, gas, dan air bersih (Rp 1,2 juta), serta pertambangan (Rp 1,1 juta). Sayangnya, bidang yang menjanjikan upah lebih tinggi biasanya cenderung lebih sempit memberi peluang kerja.

Bidang yang tidak memerlukan teknologi tinggi cenderung lebih diminati. Bidang jasa dan perdagangan, misalnya, banyak menjadi incaran disebabkan tingkat kesulitan pekerjaan yang relatif rendah karena tidak memerlukan keterampilan teknologi tinggi.

Dengan preferensi pekerjaan seperti ini, solusi untuk mengurangi angka pengangguran tidak bisa hanya mengandalkan proyek-proyek padat karya.

(21)

Pikiran Rakyat Senin, 11 Februari 2008

4 0 0 Pe k e r j a I n d on e sia D a p a t Sa h a m Gr a t is

JAKARTA, (PR).-

Sebanyak 400 pekerja dari Indonesia mendapat saham gratis senilai Rp 12 miliar dari tempat kerja mereka, yakni perusahaan asuransi kelas dunia, AXA yang berkantor pusat di Paris, Prancis. Pemberian saham gratis itu juga dilakukan di tujuh negara Asia Pasifik lainnya yaitu Hong Kong, Cina, India, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.

"Program pemberian saham gratis ini merupakan penghargaan unik, tanpa dibatasi senioritas, tingkatan, maupun posisi karyawan, tetapi atas dasar total performance perusahaan," ungkap Chief Executive Officer (CEO) AXA Country Head Indonesia Randy Lianggara, di Jakarta, pekan lalu.

Dalam program ini setiap karyawan diberi 50 saham dan nantinya di tahun 2009 akan diberikan lagi 50 saham. Karyawan yang bersangkutan dapat menjual sahamnya setelah 4 tahun dari pembagian ini, dengan persyaratan mereka masih terdaftar sebagai karyawan di perusahaan tersebut.

Dijelaskan Randy, program itu diharapkan dapat menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) karyawan. Hubungan perusahaan dengan karyawan harus terus ditingkatkan. "Jadi, ini merupakan program yang menguntungkan dua belah pihak, karyawan dan perusahaan. Khususnya untuk mencapai target di tahun 2012," katanya.

(22)

Republika Senin, 11 Februari 2008

Le b ih d a r i Se r ib u Pe k e r j a Asin g M og ok Ke r j a d i

Ba h r a in

Manama-RoL-- Sekitar 1.300 pekerja migran yang bekerja di suatu proyek properti mewah tepi pantai di Bahrain mogok kerja untuk menuntut kenaikan upah, kata seorang pejabat perusahaan itu, Ahad.

Para buruh itu dipekerjakan oleh kontraktor GP Zachariades untuk mengerjakan pembangunan Durrat al-Bahrain di wilayah selatan kepulauan Teluk yang kaya tersebut. "Sekitar 1.300 pekerja proyek Durrat al-Bahrain sejak Sabtu mogok kerja untuk menuntut kenaikan upah," kata kepala bagian kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan itu, Abdul Wahed al-Umran, kepada AFP.

Buruh-buruh tersebut tidak diperkenankan keluar dari asrama mereka oleh polisi, sementara itu para petinggi kementerian tenaga kerja berusaha membujuk mereka untuk berhenti mogok, kata Umran.

Data resmi menyebutkan Bahrain memiliki sekitar 270 ribu tenaga asing yang kebanyakan berasal dari sub-benua Asia dan bekerja sebagai tenaga kerja kasar.

Umran mengatakan para buruh tersebut mogok setelah mendengar bahwa sekitar 750 buruh Almoayyed Contracting Group pekan lalu memaksa perusahaan untuk menaikkan upah setelah melakukan pemogokan selama dua hari.

Para pekerja yang mogok di proyek Durrat al-Bahrain mendapat upah antara 120 sampai 180 Dinar Bahrain (Rp2,5 juta hingga Rp4,5 juta) sebulan, kata Umran.

Durrat al-Bahrain, yang artinya "Permata Bahrain", adalah proyek senilai miliaran dolar berupa perumahan dan bangunan komersil di 15 pulau buatan yang membentuk seuntai kalung.

Karyawan yang bukan bekerja di sektor penting diizinkan untuk mogok kerja di Bahrain, berbeda dengan negara-negara Teluk Arab lainnya yang kaya minyak, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE).

Kelompok-kelompok HAM internasional telah mengecam negara-negara Teluk atas perlakuan terhadap pekerja migran.

Pada Maret 2006, sekitar 2.500 buruh terlibat kerusuhan di proyek pencakar langit tertinggi, Burj Dubai, UAE.

(23)

Seputar I ndonesia Selasa, 12 Februari 2008

TKI Kor b a n Kr im in a l Tin g g i

BLITAR (SINDO) – Kasus kriminal yang menimpa tenaga kerja Indonesia (TKI) masih cukup tinggi. Selama periode Januari 2008 hingga sekarang, tercatat 16 kasus penganiayaan dan penipuan yang menimpa TKI asal Kabupaten Blitar.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Muljanto menjelaskan, tindak penganiayaan dan penipuan ini menempati posisi tertinggi dalam deretan persoalan yang menimpa TKI. Bahkan sejak awal 2008 hingga sekarang, terdapat 14 TKI asal Kabupaten Blitar yang dipulangkan paksa dari negara tempat mereka bekerja.

”Kasus pemulangan TKI cukup tinggi.Harus ada perubahan regulasi untuk lebih menjamin proses pengiriman tenaga kerja ini,” ujar Muljanto. Dari sekian kasus TKI yang melatarbelakangi pemulangan paksa tersebut, belasan di antaranya akibat dianiaya majikannya.

Bahkan sejak awal 2008 ini, terdapat 10 kasus penganiayaan yang menimpa TKI asal Kabupaten Blitar, dengan dua di antaranya meninggal dunia.Kedua TKI malang tersebut,meninggal saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi dan Hong Kong.

Sementara empat kasus lainnya terjadi di Taiwan,dan satu lagi terjadi di Singapura. Dari beberapa daftar negara yang menjadi tujuan utama para TKI,Hong Kong tercatat menjadi tujuan terbesar para pencari devisa ini. Karena itu, tak heran jika kasus TKI lebih banyak terjadi di negara tersebut.

”Meski banyak kasus yang menimpa TKI di Hongkong, namun peminatnya masih banyak. Maklum, gaji di sana lebih tinggi dibanding negara lainnya,”tambah Muljanto. Ironisnya, meski jumlah kasus yang menimpa TKI asal Kabupaten Blitar cukup tinggi, namun Pemkab mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi TKI.

Alasannya, kewenangan memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia di luar negeri ada pada KBRI tempat mereka bekerja. Karena itu, satu-satunya langkah yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk meminimalkan kasus TKI, dengan melakukan antisipasi sebelum pemberangkatan dengan mematuhi prosedur pemberangkatan tenaga kerja serta memberikan sosialisasi kepada calon TKI agar menggunakan jalur resmi.

Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah dengan jumlah TKI yang cukup besar. Setiap tahun, sekitar 6.000 TKI di tempat itu diberangkatkan ke luar negeri dengan perlindungan yang minim.

(24)

Bisnis I ndonesia Rabu, 13 Februari 2008

Pe k e r j a I n d on e sia d ila t ih w ir a u sa h a

TOKYO: Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo kembali menggelar pelatihan wirausaha dan edukasi perbankan bagi pekerja Indonesia di seantero Jepang, menyusul Komitmen Tokyo untuk menciptakan pengusaha baru sepulang mereka ke Indonesia.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tokyo Ishak mengemukakan telah membentuk tim yang akan memberikan pelatihan wirausaha dan edukasi perbankan secara aktif kepada para pekerja Indonesia.

"Pelatihan serupa baru saja berlangsung hari Minggu kemarin di Kanazawa, dan akan dilaksanakan lagi di beberapa tempat lainnya sepanjang 2008," kata Ishak, kemarin.

(25)

Kompas Rabu, 13 Februari 2008

I n d u st r i Te m p e d a n Ta h u M u la i M e m - PH K

Pe k e r j a n y a

Rabu, 13 Februari 2008 | 02:04 WIB

Jakarta, Kompas - Kenaikan harga kedelai mulai berdampak serius pada nasib pekerja industri kecil dan menengah tempe dan tahu. Sebagian perajin telah memberhentikan sebagian pekerjanya karena tidak sanggup lagi membayar upah.

”Saya sebelumnya punya tujuh karyawan, tetapi sekarang tinggal lima orang. Dua orang sudah saya berhentikan,” kata Sularno (49), perajin tempe di Cilendek Timur, Bogor, Selasa (12/2).

Hal yang sama diungkapkan Yusuf (57), perajin tahu. Sebelum harga kedelai naik pekerjanya 25 orang, tetapi sekarang tinggal 15 orang.

Tarman (43), perajin tempe di Tangerang, mengatakan, sebelumnya dia mencoba mempertahankan karyawannya, tetapi kini tidak sanggup lagi.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) terus berlangsung sejak harga kedelai melonjak. ”Enggak tahu bisa bertahan sampai kapan. Orang yang beli berkurang,” kata Wardi, perajin tahu.

Menurut Sularno, sebelum harga kedelai naik, setiap bulan ia mengeluarkan Rp 4,2 juta untuk upah tujuh pekerjanya. Selain upah Rp 600.000 per bulan, setiap pekerja juga mendapat makan dan tempat tinggal.

Setelah dua pekerjanya di- PHK, kini setiap bulan Sularno menghemat biaya produksi Rp 1,2 juta. Sejak harga kedelai naik hingga Rp 7.000 per kilogram, penjualan tempenya turun. Produksi tempenya berkurang dari 960.000 kg menjadi 480.000 kg.

Para perajin tempe-tahu di Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, Jatim, Jateng, dan Jabar mengalami hal yang sama.

Tahun 2007 jumlah unit usaha tempe di Indonesia 56.455 unit dan tahu 28.454 unit. Dengan rata-rata pekerja 10 orang, maka tenaga kerja yang terserap sebanyak 850.000 orang. Sebelumnya tingkat utilisasi usaha tempe tahu 80-95 persen. Namun, setelah harga kedelai naik, utilisasi turun menjadi 60-65 persen.

Produksi bisa dicapai

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Achmad Suryana menyatakan, guna menahan laju kenaikan harga kedelai di masa datang, pemerintah berkomitmen menaikkan produksi kedelai nasional hingga 1 juta ton.

Menurut dia, dukungan teknologi pertanian, seperti benih kedelai varietas unggul bermutu hingga sistem penanaman yang tepat, sudah tersedia dan tinggal diaplikasikan.

”Produktivitas rata-rata kedelai bisa ditingkatkan menjadi 1,7 ton/ha. Peningkatan produksi bisa dilakukan dengan memanfaatkan benih unggul varietas bromo, burangrang, dan

(26)

Bisis I ndonesia Jumat, 15 Februari 2008

I LO b a n t u t e k a n p e n g a n g g u r a n Ja t im

SURABAYA: International Labour Organization (ILO) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur meluncurkan program Job Opportunities for Youth (JOY) yang berjangka waktu hingga 2010, program itu bertujuan menekan angka pengangguran dan memberikan peluang kesempatan kerja bagi kalangan muda.

Beberapa daerah di Jatim yang dilibatkan di antaranya Kabupaten Bangkalan, Kab. Pamekasan, Kab. Blitar, Kab. Bojonegoro, Kab. Jombang, Kab. Lamongan, Kab. Lumajang, Kab. Malang, Kab. Mojokerto, Kab. Pasuruan, Kab. Ngawi, Kab. Tuban dan Kab. Sidoarjo.

(27)

Jurnal Nasional Jumat, 15 Februari 2008

Yu d ik a t if

Ka u m Bu r u h Gu g a t H a k Kon st it u sion a ln y a

Jakarta | Jum'at, 15 Feb 2008

Kata berjuang bagi kaum buruh dapat diterjemahkan dalam banyak makna, mulai dari berdemonstrasi dijalan hingga membatalkan undang-undang yang dianggap tidak berpihak. Nah, menurut kacamata Federasi Ikatan Serikat Buruh Indonesia (FISBI), menggugat Undang-undang Kepailitan adalah salah satu bentuk perjuangan juga.

Mereka beranggapan, peraturan tersebut tidak layak dan dianggap merugikan kepentingan buruh, bahkan menganaktirikan mereka.

Betapa tidak, bila sebuah perusahaan dinyatakan pailit, buruh yang merupakan ujung tombak sebuah perusahaan kerap kali diabaikan haknya untuk mendapatkan upah dan pesangon. Semua didasarkan pada keberadaan Undang-undang Kepailitan yang seolah "merestuinya" dengan mencantumkan ketentuan untuk mendahulukan hak kreditor separatis.

Sadar hak konstitusionalnya dirugikan, FISBI pun mengajukan uji materi Undang-undang (UU) Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ke Mahkamah Konstitusi.

Di hadapan majelis hakim konstitusi, Sekertaris Umum Dewan Pimpinan Pusat FISBI Muhammad Hafidz menjelaskan, dalam permohonan ini ada ada empat pasal yang dipermasalahkan. "Keempat pasal tersebut merugikan hak konstitusional buruh," kata Hafidz dimuka persidangan.

Pasal pertama yang ingin dibatalkan Pasal 29 UU Kepailitan. Ketentuan pasal itu menyebutkan, selama berlangsungnya kepailitan maka tuntutan untuk memperoleh pemenuhan piutang dari harta pailit dan perkaranya akan dinyatakan gugur. "Itu akan menghapuskan kemungkinan penyelesaian perselisihan melalui jalur pengadilan hubungan industrial," ujar Hafidz.

Hakim konstitusi I Dewa Gede Palguna tidak sepakat dengan pendapat Hafidz. Menurut Pria asal bali ini, penerapan pasal tersebut malah memberikan kepastian hukum, untuk menghindari terjadinya putusan yang bertentangan dari dua pengadilan yang berbeda.

Selanjutnya, Hafidz juga mengajukan Pasal 55 ayat (1) UU a quo. Ia menjelaskan, pasal tersebut dianggap tidak memberikan jaminan pada kaum buruh dan hanya memberikan hak pada kreditor, pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atau hak kebendaan lainnya untuk mengeksekusi haknya seolah tidak terjadi kepailitan.

Ketentuan pasal tersebut "diamini" oleh Pasal 59 ayat (1) yang hanya mengharuskan kreditor pemegang hak tanpa kaum buruh melaksanakan haknya paling lambat dua bulan setelah keadaan insolvensi.

Tidak hanya sampai disitu, pengkebirian hak-hak buruh makin terasa dengan diterapkannya ketentuan Pasal 138 yang hanya memungkinkan kreditor pemegang hak dan tidak memungkinkan kaum buruh untuk meminta hak-haknya atas bagian piutang tersebut.

(28)

Jurnal Nasional Jumat, 15 Februari 2008

Dia memaparkan, meskipun dalam kepailitan terdapat prinsip umum paritas creditorium, namun praktek dilapangan kerapkali tak seindah teori diatas kertas. "Prinsip paritas creditorium tak selalu menempatkan seluruh kreditor berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah" ujar Hafidz.

Sebagai contoh kasus, Hafidz menunjuk pada nasib ribuan karyawan PT Great River International Tbk yang tak bisa terpenuhi haknya, lantaran pada saat bersamaan perusahaan itu ternyata terbelit ‘utang' ke Bank Mega. Gugatan pekerja anak perusahaan pun kandas di tengah jalan.

Hal sama terjadi pada karyawan Sindoll Pratama. Berdasarkan kalkulasi, sisa boedel Sindoll Pratama ketika dinyatakan pailit bernilai Rp45,24 miliar. Diperoleh informasi bahwa perusahaan punya pinjaman di Bank Negara Indonesia (BNI) sejumlah Rp38,36 miliar. Itu berarti setara dengan 84 % dari total harta pailit.

Celakanya, BNI telah bertindak lebih dahulu mengeksekusi hak-haknya. Dipenghujung persidangan Palguna mengingatkan, apabila permohonan ini, dikabulkan maka kosekuensinya akan mebatalkan pasal-pasal lain yang tidak dimohonkan, seperti Pasal 56 dan 57 UU a quo.

Jalan buruh untuk memperjuangkan tampaknya masih amat panjang, kesempatan masih terbuka luas sebelum sembilan hakim konstitusi mengetuk palu.

(29)

Kompas Jumat, 15 Februari 2008

Bu r u h Tu n t u t Re v isi UM K

Jumat, 15 Februari 2008 | 03:05 WIB

Serang, Kompas - Ratusan buruh dari 156 perusahaan di Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (14/2), berunjuk rasa di depan Pendapa Gubernur Banten. Mereka menuntut agar upah minimum kabupaten atau UMK Tangerang tahun 2008 yang sudah disahkan gubernur untuk direvisi.

UMK yang sudah disahkan gubernur itu tidak sesuai dengan nilai kebutuhan hidup layak (KHL) di Tangerang. ”Sebagai gubernur mesti tahu kebutuhan hidup di Kabupaten Tangerang itu tinggi,” kata seorang buruh.

Sekitar 600 buruh tiba di depan Pendapa Gubernur Banten sekitar pukul 11.00. Mereka berkonvoi dari Tangerang dengan menumpang bus, mobil, dan sepeda motor.

Para buruh datang ke pendapa untuk memprotes kebijakan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang dinilai diskriminatif. Pada November lalu, Gubernur Banten menetapkan upah minimum Kabupaten Tangerang tahun 2008 sebesar Rp 953.850.

Bersamaan dengan itu, Gubernur juga menetapkan besaran yang sama untuk upah minimum Kota Tangerang. ”UMK Kota Tangerang disamakan dengan UMK kabupaten meski rekomendasinya hanya Rp 953.822,” kata Ahmad Supriadi, koordinator unjuk rasa.

Namun, karena terus diprotes, akhirnya Gubernur merevisi upah minimum Kota Tangerang menjadi Rp 958.672. Kebijakan itulah yang memicu protes dari kalangan buruh di Kabupaten Tangerang.

Mereka juga meminta agar upah minimum Kabupaten Tangerang direvisi karena belum memenuhi standar KHL. Para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) itu mengusulkan agar UMK dinaikkan menjadi Rp 958.600.

Usulan revisi UMK sudah diajukan Bupati Tangerang Ismet Iskandar pada 28 Desember 2007. Melalui surat bernomor 561/025-Disnaker, Bupati Tangerang mengusulkan agar UMK direvisi dan disesuaikan dengan nilai KHL sebesar Rp 958.600. Namun, hingga saat ini Gubernur Banten belum mengabulkan tuntutan revisi UMK tersebut.

Bahkan, saat menemui perwakilan buruh, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten Eutik Suharta mengatakan, UMK Tangerang sudah tidak bisa direvisi. Pasalnya, penetapan UMK Rp 953.850 itu sudah sesuai dengan mekanisme perundang- undangan.

Pernyataan tersebut membuat para buruh kecewa dan menolak berdialog. Selain itu, mereka juga mengancam akan mogok kerja secara serentak. Para pengunjuk rasa membubarkan diri sekitar pukul 13.00 dan kembali berkonvoi pulang ke Tangerang.

Menginap di pabrik

Sementara itu, pada hari yang sama, ratusan buruh sebuah pabrik gula rafinasi di kawasan industri Ciwandan, Cilegon, juga berunjuk rasa menuntut kenaikan gaji. Bahkan, mereka sudah menginap semalam di sekitar lokasi pabrik gula PT Sentra Usahatama Jaya (SUJ).

(30)

Kompas Jumat, 15 Februari 2008

(31)

Kompas Jumat, 15 Februari 2008

Pe n g a n g g u r a n I n t e le k t u a l

Oleh: Doni Koesoema A

Pengangguran intelektual akan tetap menjadi keniscayaan jika kebijakan politik pendidikan tuli terhadap kritikan dan buta terhadap realitas kehidupan.

Mengangkat kembali wacana kewirausahaan dan menggemakan lagi wacana link and match hanya akan merupakan kebijakan tambal sulam jika pemerintah tidak segera menyadari bahwa kebijakan pendidikan di tingkat dasar dan menengah, yang menjadi fondasi kualitas pendidikan tinggi, lebih banyak mematikan kreativitas dan memandulkan daya cipta guru maupun siswa.

”Kita hidup dalam sebuah ekonomi pengetahuan (knowledge economy) dan sebuah masyarakat berpengetahuan (knowledge society). Ekonomi pengetahuan bertumbuh karena adanya kreativitas dan kemampuan mencipta yang memungkinkan pemecahan masalah secara cerdas (ingenuity). Sekolah dalam masyarakat berpengetahuan harus menciptakan kualitas ini; kalau tidak, masyarakat dan bangsa akan ditinggalkan.” (Andy Hargreaves, 2003)

Hargreaves tepat membidik dua hal yang sering dilupakan dalam pembaruan pendidikan.

Pertama, ekonomi pengetahuan pertama-tama melayani kebaikan individu.

Kedua, masyarakat berpengetahuan mengarahkan dirinya demi kebaikan umum. Sekolah semestinya mempersiapkan anak didik untuk keduanya.

Namun, sebagaimana perilaku di balik logika kapitalis, ekonomi pengetahuan memelihara daya kreatif yang merusak. Ia merangsang pertumbuhan dan kemakmuran, tetapi serentak gelojoh dalam memburu keuntungan dan kepentingan pribadi, serta menghancurkan keteraturan sosial. Maka, sebagai lembaga publik, sekolah harus mampu menumbuhkan solidaritas dan empati pada komunitas yang mampu meredam perilaku tamak kapitalisme.

Sayang, alih-alih mengembangkan kreativitas dan menumbuhkan daya cipta, sistem pendidikan kita tanpa disadari lebih suka memaksakan kurikulum manajemen mikro secara seragam. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang seharusnya membuka ruang dan kebebasan bagi terciptanya kreativitas, menumbuhkan kemampuan memecahkan persoalan dan menanggapi masalah baru secara cerdas, tetap terpasung dalam rubrik Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) yang sifatnya sentralistis.

Alih-alih mengembangkan misi solidaritas dan empati terhadap komunitas, kebijakan pendidikan kita memosisikan guru dan siswa sekadar terampil menjawab soal pilihan ganda. Usaha meraih mutu tinggi bagi pendidikan berubah menjadi obsesi kompulsif akan standardisasi.

Pembelajaran otentik

(32)

Kompas Jumat, 15 Februari 2008

Situasi ini diperparah banyaknya sekolah publik yang masih megap-megap, sekadar untuk mencukupi biaya operasional, diisi guru bergaji rendah, sekadar mengikuti SKL dan SI yang sifatnya sentralistis, dan hanya mengajar siswa agar dapat lolos UN. Hampir tidak ada ruang bagi kebebasan dan pertumbuhan. Juga tidak lahir motivasi internal mengajar dan belajar yang dibutuhkan bagi berkembangnya kreativitas dan inovasi.

Kita bisa mengembangkan investasi tinggi dalam pendidikan dengan menciptakan sistem pendidikan yang memiliki visi jauh ke depan dan peka akan dinamika masyarakat. Guru semestinya diberi ruang kebebasan agar dapat meningkatkan keterampilan yang mendukung proses pembelajaran otentik yang menumbuhkan kreativitas dan daya cipta.

Mengusung kembali wacana kewirausahaan dan matching dunia pendidikan dengan dunia kerja—tanpa disertai perubahan radikal dalam kebijakan pendidikan—hanya akan memiskinkan kemanusiaan. Dua wacana itu kian mengukuhkan, siswa hanya sekrup dari mesin uang kapitalisme. Pendidikan tidak dipahami sebagai sarana pemanusiaan dan pembudayaan, tetapi sistem prosedur untuk menyortir orang berdasar keahlian.

Jika selama menjalani masa pendidikan siswa tidak pernah mengalami apa artinya menjadi kreatif, mengalami semangat belajar tinggi karena tumbuhnya motivasi internal belajar, jangan pernah kita berharap semangat kewirausahaan akan tumbuh. Jangan pernah berharap kreativitas dan inovasi akan hadir dalam diri generasi muda intelektual kita.

Cermin bagi pemerintah

Pengangguran intelektual harus menjadi cermin bagi pemerintah untuk berkaca dan berani memperbaiki kebijakan pendidikan yang secara sistemik mematikan kreativitas dan inovasi.

Pendidikan akan mampu menciptakan lulusan yang kreatif, penuh daya cipta, bukan hanya mampu memecahkan persoalan, tetapi kompeten dalam menjawab tantangan zaman dengan lebih kreatif dan adaptif jika mereka dibekali pengalaman untuk itu. Pengalaman seperti ini sulit tercapai jika kurikulum tetap diikat dari pusat dan siswa tidak pernah mengalami pembelajaran kontekstual sejak dini. Asumsi dasar di balik UN adalah dekontekstualisasi pengetahuan.

Kreativitas dan inovasi hanya dapat tumbuh dari jiwa merdeka yang memiliki motivasi internal dalam belajar. Kreativitas dan inovasi tidak pernah terjadi dalam ruang hampa, sebagaimana soal-soal UN. Kemampuan ini bertumbuh seiring dialog dan perjumpaan individu dalam membumikan pengetahuan yang diajarkan. Pengetahuan kontekstual akan menjadi modal pertumbuhan kemanusiaan.

Pengangguran intelektual akan tetap menjadi sebuah keniscayaan jika kebijakan politik pendidikan tuli terhadap kritikan dan buta terhadap realitas masyarakat. Kebijakan UN yang berlaku sejak tingkat SD sampai SLTA hanya akan menyiapkan para mahasiswa yang mampu menjawab soal-soal, tetapi tidak mampu memecahkan persoalan kehidupan. Tidak mengherankan jika banyak dari mereka yang menjadi penganggur.

(33)

Republika Jumat, 15 Februari 2008

H on or Pa n w a s Su m u t d i Ba w a h UM R

MEDAN -- Panitia Pengawas (Panwas) Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut), mengeluhkan terlalu kecilnya honor yang akan mereka terima. Selain bisa berpengaruh kepada tugas-tugas pengawasan, kecilnya honor berpotensi mengebiri peran Panwas.

Jumlah honor Panwas Sumut akan ditetapkan lewat peraturan gubernur (pergub) yang rencananya terbit 16 April mendatang. Dalam draf pergub, honor petugas panwas kecamatan hanya Rp 400 ribu per bulan.

Jumlah tersebut, jauh di bawah upah minimum regional (UMR) Sumut yang sebesar Rp 850 ribu per bulan. ''Kalau ini benar-benar ditetapkan, benar-benar tidak manusiawi,'' ujar David Sutanto, ketua Panwas Sumut, kepada Republika, Kamis (14/2).

Padahal, kata David, Panwas Sumut mengusulkan honor untuk petugas tingkat kecamatan sebesar Rp 1 juta per bulan. Sedangkan kabupaten/kota dan provinsi Rp 8 juta per bulan, disamakan dengan honor petugas KPU sebagaimana diatur APBN dan APBD.

`'Itu jumlah yang wajar, mengingat tugas-tugas pengawasan sangat berat dalam menentukan sukses atau tidaknya pilkada,'' kata David. Ia menduga, pengurangan homor itu sengaja dilakukan oleh pihak yang gagal menjadi cagub, agar Pilkada Sumut tidak berjalan sukses.

Lebih jauh David mengatakan, rendahnya honor petugas panwas sangat berbahaya, karena akan bisa menjadi pemicu terjadinya berbagai pelanggaran oleh masing-masing cagub/cawagub. Ini kemudian berpotensi terjadinya konflik antarpendukung dan berbuntut kepada konflik horisontal.

(34)

Suara Pembaruan Sabtu, 16 Februari 2008

Pe r p e ca h a n Se r ik a t Pe k e r j a Ga n g g u I n v e st a si

[JAKARTA] Perpecahan di lingkungan serikat pekerja (SP) dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia, seperti perpecahan di Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI).

Sejak Agustus lalu, terdapat dua kepengurusan KSPSI, yakni yang dipimpin Jacob Nuwa Wea dan Syukur Sarto. Kubu Syukur Sarto mengadakan kongres Agustus lalu, padahal sebelumnya telah disepakati kongres diadakan 18-20 Februari ini di Bogor.

Perpecahan SP ini sebetulnya sudah terjadi sejak reformasi tahun 1998, yang sampai saat ini tercatat 86 SP. Sebelumnya, hanya ada satu SP, yakni KSPSI, yang merupakan perkembangan dari Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).

Ketua MPO (Majelis Pertimbangan Organisasi) KSPSI, Hanafi Rustandi kepada pers Jumat (15/2) di Jakarta menyayangkan perpecahan di lingkungan KSPSI Kedua kubu tersebut harus segera mengadakan rekonsiliasi.

"Jacob Nuwa Wea, sebagai sesepuh dan mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, harus mampu menyatukan kembali KSPSI yang beranggotakan lima juta pekerja tersebut," katanya.

FBSI lahir 20 Februari 1973, yang merupakan fusi dari 21 serikat buruh sebelumnya, yang merupakan afiliasi dari partai politik. Seperti diketahui, pada 1971, dari banyaknya partai politik sepakat melakukan fusi sehingga hanya ada tiga partai politik, yakni Golkar, PDI, dan PPP.

Akibat reformasi 1998, muncul kembali beberapa SP. Ada yang berafiliasi pada partai politik, ada pula yang netral, ada pula yang berdasarkan jenis pekerjaan.

"Kepengurusan KSPSI nantinya harus banyak menampilkan peran dari tingkat perusahaan, seperti pengurus unit kerja (PUK), yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya, menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, produktif," kata Hanafi.

(35)

Bisnis I ndonesia Sabtu, 16 Februari 2008

Ka su s PH K t a h u n la lu t u r u n 3 0 %

JAKARTA: Jumlah pekerja yang terkena kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang tahun lalu tercatat sebanyak 25.800 pekerja, turun 30% dibandingkan dengan 37.000 pekerja pada 2006.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno mengatakan tren penurunan kasus PHK tersebut mulai terjadi sejak 2005, menyusul peningkatan kualitas hubungan industrial antara pekerja dan pemberi kerja.

Kasus PHK pada 2004 tercatat menimpa lebih dari 120.000 pekerja, turun menjadi 190.000 pekerja pada 2005, dan turun tajam menjadi 37.000 pekerja di 2006.

"Tren PHK massal semakin menurun beberapa tahun belakangan ini. Untuk itu, saya akan terus mendorong strategi bipartit [hubungan pekerja dan pemberi kerja]. Biarlah antara pekerja dan pengusaha itu yang berembuk langsung. Kami hanya sebagai mediasi," jelas Menakertrans saat mengunjungi redaksi Bisnis pekan lalu.

Keberadaan serikat pekerja (SP) dalam suatu perusahaan, menurutnya, tidak akan serta-merta membuat kasus PHK sebagian kecil pekerja, berubah menjadi kasus massal yang menimpa seluruh pekerja yang tergabung dalam SP tersebut.

"Filosofi hubungan industrial memang ada SP dan perusahaan. Tapi secara kasus, itu tidak institusional. Satu orang yang tidak disiplin, tidak akan mengorbankan semuanya," tambah Menakertrans.

Penyelesaian hubungan industrial secara bipartit merupakan suatu cara menyelesaikan persoalan di dunia kerja dengan jalan kompromi antara dua pihak, yakni pekerja dan pengusaha. Dalam hal ini, pemerintah hanya bersifat sebagai mediator yang tidak terlibat secara langsung.

Dalam Undang-Undang Nomor 2/2004 tentang Penyelesaian Persoalan Hubungan Industrial, pemerintah mewajibkan setiap perusahaan untuk mengutamakan upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat.

Kondisi ekonomi

Menakertrans tidak menyangkal bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya tingkat PHK di dunia usaha.

Namun, dia juga mengingatkan peran penyelesaian masalah ketenagakerjaan melalui bipartit, juga tidak dapat disepelekan.

"Pertumbuhan ekonomi kita sejak 2004 hingga sekarang memang bagus. Itu pasti berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja. Namun apabila tidak ada penyelesaian secara bipartit dalam perusahaan, akan ada penyerapan tenaga kerja di satu sisi dan PHK di sisi lain," ujar Erman.

Dia mencontohkan kasus ketenagakerjaan yang terjadi pada PT Panasonic Electronic Device Indonesia (PEDI) tahun lalu. Perusahaan tersebut terpaksa mengurangi tenaga kerjanya akibat perubahan teknologi yang merupakan tuntutan dari perkembangan pasar.

(36)

Bisnis I ndonesia Senin, 18 Februari 2008

"Dengan pendekatan hubungan industrial yang dilakukan secara bipartit, tenaga kerja yang profesional ditampung dulu, tidak langsung kena PHK. Dengan kesepakatan-kesepakatan tertentu, misalnya gaji yang dibayar hanya gaji pokok," ujar Erman. (02) (yeni.simanjuntak@bisnis.co.id)

(37)

Republika Selasa, 19 Februari 2008

Re k a n D ip e ca t Ra t u sa n Bu r u h D e m o

BANDUNG -- Ratusan buruh PT DWI Papuri Asri Bandung berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Bandung, Senin (18/2). Mereka menuntut pembelaan DPRD terkait pemecatan terhadap empat rekan mereka yang dilakukan secara sepihak.

Keempat orang yang dipecat, itu diantaranya Edi Kusnaedi, Adang Sukandar dan Dwijo Pratomo. Mereka dipecat karena dinilai perusahaan yang bergerak di bidang mebel ini sebagai provokator yang meresahkan di lingkungan kerja. Keempat orang ini pun menolak untuk dimutasi.

''Mereka di-PHK sejak 12 Februari 2008,'' ujar Koordinator Aksi, Hilman Hadi Permana, Senin (18/2). Aksi tersebut berlangsung sekitar pukul 09.30 WIB. Dalam aksinya, mereka membawa sejumlah poster kertas yang bertuliskan kata-kata 'stop PHK semena-mena' dan 'berserikat yes, PHK no'. Mereka pun membawa sejumlah bendera Serikat Pekerja Nasional (SPN).

Hilman menganggap bahwa perusahaan sudah berlaku semena-mena, karena pemecatan secara sepihak memang tidak diperbolehkan. Terlebih, kata dia, alasan yang digunakan terkesan mengada-ada. ''Kami meminta bukti otentik dari perusahaan mengenai tunduhannya,'' ujar dia.

Hingga kini, sambung Hilman, buruh belum berhasil bertemu dengan perusahaan. Bahkan mereka menilai perusahaan tidak mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan persoalan ini. Ia berharap anggota DPRD bisa membantu mempertemukan kedua belah pihak.

Dari catatan Republika terlihat bahwa isu buruh menjadi salah satu hal krusial di Kota Bandung. Kasus yang paling alot adalah kasus pemecatan empat pimpinan serikat pekerja Farkes RS Kebon Jati. Hingga kini kasus mereka masih menggantung.

Melihat kondisi perburuhan di Kota Bandung, anggota Komisi D DPRD Kota Bandung, Arif Ramdani, mengatakan, PHK bisa dilakukan jika sudah sesuai dengan UU Ketenagakerjaan. Jika di perusahaan tersebut terdapat serikat pekerja, maka keputusan untuk memecat karyawan atau buruh harus didiskusikan dengan SP. Namun dari pengakuan buruh, hal itu tidak terjadi di perusahaan mereka.

''Bahkan empat orang SP Farkes yang dipecat adalah para pimpinan SP,'' ungkap Arif. Mengenai permintaan buruh, ia mengatakan akan menyampaikan aspirasi tersebut. Jika diperlukan pihaknya segera mempertemukan kedua belah pihak.

(38)

Jurnal Nasional Rabu, 20 Februari 2008

Ba n t e n UM K Ta n g e r a n f D it ola k

Serang | Rabu, 20 Feb 2008

Banten Tolak Revisi UKM Kabupaten Tangerang

TUNTUTAN buruh yang tergabung dalam Serikat pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang mendesak agar pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten merevisi Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tangerang dari Rp953.850 menjadi Rp958.600 tampaknya akan kandas.

Pasalnya, Pemprov Banten mengisyaratkan tidak akan melakukan revisi UMK Tangerang. "SK Gubernur tentang UMK Kabupaten Tangerang telah mengacu mekanisme yang benar dan prosedur hukum yang jelas. Jadi tidak akan dirubah lagi," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten, Eutik Suharta, di Serang, Selasa (19/2).

Ia mengatakan, ketetapan UMK Kabupaten Tangerang yang diputuskan pada tanggal 16 November 2007 sesuai dengan rekomendasi Bupati Tangerang. SK itu, lanjut Euti, dikeluarkan berdasarkan rekomendasi dari dewan pengupahan kabupaten (Depeka) setempat yang merekomendasikan UMK sebesar Rp983.850.

Dalam SK Gubernur iitu, itu ditetapkan besarnya UMK Kabupaten Tangerang sebasar 953.850. "Ketetapan UMK itu telah memenuhi unsur yuridis yang sesuai mekanisme," kata Eutik.

Terkait desakan dari buruh, Entik mengatakan, desakan untuk revisi tidak mendasar karena ketetapan UMK telah dilaksanakan sesuai aturan, bahkan kini telah dilaksanakan.

Masih menurut Eutik, adanya permohonan revisi itu juga mendapat tanggapan dari Asosiasi Pengusaha Seluruh Indonesia (Apindo) Kabupaten Tangerang dan Apindo Provinsi Banten. Kedua lembaga ini, kata Eutik, meminta agar Pemprov Banten tidak melakukan revisi terhadap ketetapan UMK.

Sebelumnya, buruh Kabupaten Tangerang yang tergabung dalam SPSI mendesak Pemerintah Provinsi Banten melakukan revisi terhadap ketetapan UMK Kabupaten Tangerang, dari Rp983.850 menjadi Rp958.600.

(39)

Pikiran Rakyat Rabu, 20 Februari 2008

Bu r u h PT D A Be r h a k Ke m b a li Be k e r j a

BANDUNG, (PR).-

Pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan PT Dwipapuri Asri (PT DA) dinyatakan tidak sah secara hukum. Dengan demikian, empat karyawan yang di-PHK sepihak dapat kembali bekerja dan memperoleh segala hak mereka. Hal itu diputuskan dalam rapat audiensi antara Komisi D DPRD Kota Bandung, perwakilan Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT Dwipapuri Asri, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung, dan manajemen PT Dwipapuri Asri, Selasa (19/2).

Keempat karyawan tersebut yaitu Edi Gunaedi, Adang, Suhendi, dan Dwijo. Menurut Marsana, Kasi Penyelesaian dan Perselisihan Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung, proses PHK keempat pengurus SPN PT Dwipapuri Asri tak sesuai dengan mekanisme. "PHK tidak bisa dilakukan secara sepihak, tapi melalui penetapan pengadilan," katanya.

Pada pengujung audiensi, Arif Ramdani, anggota Komisi D DPRD, mengingatkan perusahaan agar tidak melakukan intimidasi terhadap karyawan dalam bentuk apa pun. Selain kembali dipekerjakan dan mendapat hak mereka, karyawan PT Dwipapura Asri juga mendapat upah penuh atas jumlah hari yang mereka gunakan untuk berdemonstrasi.

Sejak Senin (18/2), sekitar 150 buruh PT Dwipapuri Asri berunjuk rasa ke Komisi D DPRD Kota Bandung untuk menuntut pembatalan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak yang menimpa empat rekan kerja mereka.

Ke kejaksaan

Sementara itu, dalam rapat pemanggilan pengusaha tempat hiburan H dan E di Ruang Paripurna DPRD Kota Bandung, Selasa (19/2), Kanit I Satreskrim Polwiltabes Bandung, AKP Deden Nugraha mengatakan, Polwiltabes Bandung telah menyerahkan berkas kasus tari telanjang (striptis) untuk diproses di Kejaksaan Negeri Bandung. Berkas dengan nomor B/36/II/2008 dengan empat tersangka, Rd, EN, Ag, dan Yo, diserahkan pada 14 Februari. Polwiltabes masih memburu para penari telanjang yang terekam. Diduga, para penari tersebut berasal dari Jakarta. Menurut Deden, dari keterangan Yo, para penari tersebut didatangkan dari Jakarta. "Untuk para penarinya kami dapat hambatan. Yo cari penari itu via telefon. Tapi kami masih kesulitan mencari para penarinya itu," ujar Deden di dalam rapat.

Perwakilan manajemen H, Rully Panggabean pada kesempatan itu mengatakan, tari telanjang itu terjadi di klub H bukan di E, seperti yang selama ini diberitakan. Rully memohon maaf kepada semua anggota rapat dan warga Kota Bandung atas kejadian itu.

Pada kesempatan itu, perwakilan manajemen E, Leo O.S. tak berkomentar apa-apa.

"Betul malam itu ada kegiatan itu. Awalnya sekadar merayakan malam tahun baru. Maklum, pengusaha ini kebanyakan anak-anak muda. Kegiatan itu memang di tempat kami, tapi diselenggarakan EO dan mereka bilangnya, ‘itu spontanitas’," ujar Rully yang ditemani Agus dari perwakilan manajemen H.

(40)

Suara Pembaruan Rabu, 20 Februari 2008

2 0 Fe b r u a r i, H a r i Pe k e r j a I n d on e sia

Roso Setyono

Hari Pekerja Indonesia diperingati setiap tanggal 20 Februari, bukan 1 Mei. Tanggal 1 Mei adalah peringatan Hari Buruh Internasional (May Day). Sangat sulit mencari kepustakaan sejarah tentang Hari Buruh Internasional tersebut. Ada yang mengatakan, berasal dari Amerika Serikat sekitar 1890 karena waktu itu para buruh berhasil memperjuangkan kesejahteraan dan 8 jam kerja setiap hari. Ini muncul dari Chicago, AS. Anehnya, AS sendiri memiliki hari buruh yang jatuh setiap Senin minggu pertama September.

Ada yang berpendapat penetapan Hari Buruh Internasional tidak terlepas dari sejarah revolusi industri di Inggris pada abad XVIII - XIX yang memunculkan pemikiran buruh merupakan alat produksi yang tidak bisa disamakan dengan alat produksi lainnya, seperti, tanah, modal, dan teknologi. Oleh karena itu, harus ada norma-norma/aturan-aturan bagi manusia dalam proses produksi.

Di sinilah kemudian muncul serikat buruh, aturan main hubungan antara pemilik modal/pengusaha dengan buruh, pengaturan jam kerja, pengupahan dan kesejahteraan buruh lainnya, norma-norma kerja, dan persyaratan kerja. Buruh harus diperlakukan secara manus

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini untuk pembuatan gambir galamai, gambir yang digunakan adalah gambir dengan pengeringan cool drying karena memiliki kadar katekin yang

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Penggunaan kredit KUD Karya Mina berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha perikanan tangkap nelayan tradisional, (2)

Pada setiap spesimen dilakukan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui Kekerasan, kekuatan tarik dan dilakukan juga pengamatan struktur mikro atau morfologi dari baja

Kemudian dalam perkembangannya$ pada Perusahaan Negara (PN I sampai dengan 7III. Kemudian dalam perkembangannya$ pada tahun )261 aspek operasional Pelabuhan dikoordinasikan oleh

Kemudian keesokan harinya sekira pukul 08.00 WIB, Terdakwa menunggu dibelakang tembok Lembaga Pemasyarakatan yang telah dijanjikan oleh ABDUL MUIS alias UCOK

Pengambilan sampel air dilakukan dengan cara mengambil 1,5 liter air dan dimasukan ke dalam botol kaca steril, adapun pengambilan sampel air minum isi ulang sumber air pasca

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Banyaknya kasus mengenai merek khususnya berkaitan dengan kriteria kata telah milik umum dalam Pasal 5 huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek, membuat