• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan interaksi penyuluh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "peningkatan interaksi penyuluh"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENI NGKA

DAN EFEK

PENYULU

DENGA

K

BADAN PENELI

BALAI PENGKAJ

LAPORAN AKHI R TAHUN

KATAN KUANTI TAS, KUA

EKTI VI TAS I NTERAKSI AN

LUH/ PENELI TI BPTP BENG

GAN PEMANGKU KEBI JAK

DI DAERAH

I r. SI SWANI DWI DALI ANI

KEMENTERI AN PERTANI AN

ELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PER

KAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN

2014

26/ 1801.018

ALI TAS,

ANTARA

NGKULU

KAN

PERTANI AN

AN BENGKULU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya Laporan Tengah Tahun Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP Bengkulu dengan Pemangku kebijakan di Daerah dapat diselesaikan. Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh, SPP, SPMA dan Perguruan Tinggi; (2) Meningkatkan dan mempercepat hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian. Laporan akhir Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP Bengkulu dengan Pemangku kebijakan di Daerah memuat hasil pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhir tahun.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan kegiatan ini serta pihak-pihak yang turut membantu mulai dari pelaksanaan hingga tersusunnya laporan ini dengan baik. Semoga laporan akhir tahun ini dapat bermanfaat bagi stakeholders, pengambil kebijakan, dan pengguna.

Bengkulu, November 2014 Penanggung Jawab Kegiatan

I r.Siswani Dwi Daliani

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP/ RDHP/ RKTM : Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP Bengkulu dengan Pemangku kebijakan di daerah

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian Km 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2014 5. Status Penelitian (L/ B) : Baru

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : I r. Siswani Dwi Daliani b. Pangkat / Golongan : Penata Tk. I / I I I d c. Jabatan : Penyuluh Muda 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : Lahan Kering

9. Tahun Mulai : 2014

10. Tahun Selesai : 2015

11. Output Tahunan : 1. Peningkatan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh, SPP, SPMA dan Perguruan Tinggi.

2. Peningkatan dan percepatan hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian.

Rp. 75.000.000 (Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah)

Rp. 62.000.000 (Enam Puluh Dua Juta Rupiah)

Koordinator Program, Penanggung Jawab RPTP/ RDHP/ RKTM

Dr. Wahyu Wibawa, MP NI P. 19690427 199803 1 001

I r. Siswani Dwi Daliani NI P. 19600730 198903 2 001

Mengetahui:

Kepala BB Pengkajian Kepala BPTP Bengkulu

(4)

DAFTAR I SI

DAFTAR LAMPI RAN ... vii

RI NGKASAN ... viii

SUMMARY ... x

I . PENDAHULUAN ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Dasar Pertimbangan ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Keluaran yang Diharapkan ... 4

I I . TI NJAUAN PUSTAKA ... ... 5

2.1. Kerangka Teoritis ... 5

2.2. Penelitian Terdahulu ... 8

I I I . PROSEDUR ... ... 10

3.1. Pendekatan ... 10

3.2. Ruang Lingkup ... 10

3.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 10

3.4. Analisis Data ... 11

3.5. Bahan dan Alat ... 12

3.6. Parameter yang Diukur ... 12

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... ... 13

4.1. Kegiatan Luar Provinsi ... 13

4.2. Koordinasi dengan Stakeholders... 15

4.3. Temu Teknis ... 17

4.4. Temu Tugas ... . 29

4.5. Pelatihan/ Narasumber di BPP ... 33

V. KESI MPULAN DAN SARAN ... ... 34

5.1. Kesimpulan ... 34

5.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... ... 35

ANALI SI S RESI KO ... ... 36

JADWAL KERJA ... ... 38

PEMBI AYAAN ... ... 39

PERSONALI A ... ... 41

(5)

Halaman

1. Penyebaran Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang ... 20

2. Jenis Teknologi yang Dibutuhkan dalam Mendukung Pengembangan

Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015 ... 22

3. Media dan Metode Penyuluhan yang Dibutuhkan Mendukung Pengembangan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang

Tahun 2015 ... 23

4. Lokasi Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara

Tahun 2015 ... 26

5. Jenis Teknologi yang Dibutuhkan dalam Mendukung

Pengembangan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang

Tahun 2015 ... 28

6. Media dan Metode Penyuluhan yang Dibutuhkan Mendukung Pengembangan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang

Tahun 2015 ... 29

7. Daftar Resiko dalam Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP

dengan StakeholdersTahun 2014 ... 36

8. Alternatif Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(7)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman 1. Foto Pelaksanaan Kegiatan Temu Teknis Pengembangan Kawasan

Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang ... 44

2. Foto Pelaksanaan Kegiatan Temu Teknis Pengembangan Kawasan

Padi di Kabupaten Bengkulu Utara ... 46

3. Foto Pelaksanaan Kegiatan Temu Tugas Penyusunan Programa

Penyuluhan Pertanian ... 49

4. Kuesioner Menjaring Umpan Balik Teknologi dan Media yang Dibutuhkan Mendukung Pengambangan Kawasan Pertanian di

(8)

RI NGKASAN

1. Judul : Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP Bengkulu dengan Pemangku kebijakan di daerah

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Tujuan : 1. Meningkatkan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh, dan Perguruan tinggi.

2. Meningkatkan dan mempercepat hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian.

4. Keluaran/ Output

: 1. Peningkatan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh dan Perguruan tinggi.

2. Peningkatan dan percepatan hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu.

5. Prosedur : 1. Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP dengan Stakeholders tahun 2014 di Provinsi Bengkulu dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2014. 2. Lingkup kegiatan pendampingan meliputi :

• Temu teknis/ sosialisasi (pertemuan penyuluh/ peneliti BPTP dengan Bakorluh, Bapeluh, Dinas Lingkup Pertanian Provinsi) sebanyak 2 kali.

• Workshop, temu tugas (pertemuan peneliti, penyuluh dan petani pelaksana) mendukung kegiatan Kawasan Ternak kambing dan kawasan tanaman padi sebanyak 1 kali.

• Pelatihan/ narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah).

(9)

a) Persiapan (koordinasi dengan instansi terkait, menyusun juklak temu tugas). b) Pelaksanaan di BPTP Bengkulu, menghimpun data dan informasi adopsi komponen teknologi kawasan kambing dan kawasan padi. c) Workshop Adopsi Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Bengkulu (menyusun juklak, kuesioner untuk Bapeluh/ Dinas). 4) Pelatihan/ narasumber di BPP (koordinasi jadwal dengan Bapeluh, menyiapkan materi sesuai dengan kebutuhan stakeholder); menyiapkan kuesioner evaluasi narasumber, dan evaluasi peserta (tingkat pengetahuan). 5) Menyusun bahan informasi (CD, leaflet, brosur).

6 Capaian : Tersedianya bahan ajar bagi widyaiswara dan materi penyuluhan bagi penyuluh lapangan berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi.

7 Manfaat : Kerjasama kegiatan pelatihan, temu teknis dan temu tugas inovasi pertanian bagi petani, penyuluh dengan Dinas Teknis provinsi dan kelembagaan penyuluhan dan atau dinas teknis tingkat kabupaten

8 Dampak : 1. Teknologi penyuluhan yang diintroduksikan dapat diadopsi secara luas oleh para penyuluh dan

stakeholders untuk pencapaian penyebaran inovasi teknologi.

2. Peningkatan produktivitas komoditas pertanian melalui penyuluhan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial ekonomi setempat.

9 Jangka waktu : 2 Tahun

(10)

SUMMARY

1. Title : The I mprovement of Quantity, Quality, and Effectiveness of I nteraction between The Researcher/ Extensionist of AI AT Bengkulu and Stakeholders in the Region

2. Unit of Work : AI AT Bengkulu

3. Purposes : 1. To improve the synergy of AI AT’s program with the agricultural department, the extensionist coordinating agency, the extension implementation agency, and university.

2. To improve and accelerate research and assessment result that adopted by users in supporting agricultural development.

4. Output : 1. The improvement of the synergy of AI AT’s program with the agricultural department, the extensionist coordinating agency, the extension implementation agency, and university.

2. The improvement and acceleration research and assessment result that adopted by users in supporting agricultural development.

5. Prosedur : 1. The activity of The I mprovement of Quantity, Quality, and Effectiveness of I nteraction between The Researcher/ Extensionist of AI AT Bengkulu and Stakeholders in the Region at 2014 in Bengkulu Province was conducted from January – December 2014.

2. The dissemination scopes were:

• Technical meeting/ socialization (extensionist/ researcher meeting with the agricultural department, the extensionist coordinating agency, the extension implementation agency) as many as two times.

• Workshop, working meeting (the researcher, axtensionist, and farmers meeting) to support goats region and rice region activity as many as one time.

• Training/ key note in agricultural extension center (preparing the sheet preparation counsel, synopsis, and paper).

(11)

1) To identify specific location research and assessment result that qualify to be disseminated. 2) Technical meeting: a. Preparation (coordination to the agencies, the arrangement of technical meeting’s implementation guidelines). b. I mplementation (twice) in Kepahiang Regency and North Bengkulu Regency to collect the feedback of specific location technology and media that needed. 3) Working meeting: a) Preparation (coordination to the agencies, the arrangement of working meeting’s implementation guidelines). b) I mplementation in AI AT Bengkulu to collect the data and information about the adoption of technology components of goats and rice region. c) Workshop of The adoption of specific location technology in AI AT Bengkulu (to arrange implementation guidelines, questionnaire). 4) Training/ key note in agricultural extension center (coordinate the schedule to the extension implementation

agency, prepare the matery based on stakeholders needed); prepare the evaluation questionnaire for the key note, and participant evaluation (knowledge level). 5) The arrangement of information material (CD, leaflet and brochure).

6 Output : The availability of teaching materials for the extensionist and lecturers based on specific locationagricultural innovation.

7 Benefit : The collaboration of training, technical meeting and working meeting of agricultural innovation for farmers, extensionist, and extension institutions.

8 Dampak : 1. The extension technology that introduced can be adopted widely by the extensionist and stakeholders

for the achievement of innovation technology dissemination.

2. The increasing of agricultural commodity productivity through the suitable extension of technology with agroecosystem and social economy.

9 Period : 2 years

(12)

I . PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Salah satu tugas yang diemban oleh Badan Litbang Pertanian bukan hanya pada proses penelitian hingga menghasilkan teknologi yang dapat dengan mudah dapat diterapkan oleh petani tetapi juga pada mekanisme penyampaian inovasi teknologi tersebut sehingga bisa diadopsi secara sempurna oleh petani dan pelaku agribisnis lainnya (Badan Litbang Pertanian, 2003). Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian (litkaji) pertanian ditentukan oleh tingkat pemanfaatan hasilnya oleh pengguna/ sasaran. Penerapan teknologi hasil litkaji tersebut diharapkan dapat mendorong pembangunan pertanian di daerah, sehingga sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian nasional.

Output kegiatan litkaji yang layak akan ditindaklanjuti dengan kegiatan desiminasi. Output litkaji disebut “layak” apabila hasil litkaji merupakan output yang berpotensi untuk memberikan outcome, benefit dan dampak kepada pengguna. Selain output tersebut, kinerja perluasan dan percepatan suatu inovasi pertanian juga sangat dipengaruhi oleh (i) ketepatan (efektif dan efisien) strategi pemasyarakatan inovasi pertanian, (ii) sinergi hubungan antar pelaku inovasi pertanian (peneliti, penyuluh, petani, penentu kebijakan, swasta) dan (iii) sinergi hubungan kelembagaan antar institusi yang terkait dengan pembangunan pertanian.

Kinerja Sistem alih teknologi akan berhasil dan berdaya guna apabila mendapat dukungan dari tiga kelembagan yang saling terkait yaitu (i) kelembagaan penelitian dan pengembangan, (ii) kelembagaan penyuluhan, dan (iii) kelembagaan petani. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu rangkaian yang saling mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak dapat bekerja sendiri-sendiri.

(13)

litkaji oleh pengguna (pelaku utama dan pelaku usaha sektor pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan inovasi/ teknologi hasil-hasil litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkan. Kegiatan diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga sebagai upaya scalling up

hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan efektif.

Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani-peternak adalah melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penyuluhan Pertanian merupakan suatu pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani-peternak dan keluarganya untuk meningkatkan pengetahuannya di sektor pertanian. Keberhasilan penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh materi pendukung, seperti media penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan kebutuhan. Media penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan sasaran yang ingin dituju, mutlak diperlukan karena tingkat kemampuan maupun tingkat pendidikan petani-peternak berbeda. Pernyataan ini didukung oleh Mardikanto (1993), bahwa keberhasilan pembangunan pertanian tergantung ataupun dipengaruhi oleh ketersediaan materi penyuluhan pertanian yang merupakan materi pendukung. Penyebarluasan informasi dalam penyuluhan pertanian mencakup penyebaran informasi yang berlangsung antar penentu kebijakan, antar peneliti, antar penyuluh, antar petani maupun antar pihak-pihak yang berkedudukan setingkat dalam proses pembangunan pertanian sehingga peningkatan produksi, pertambahan pendapatan/ keuntungan.

(14)

dengan stakeholders; 3) Peningkatan kuantitas, kualitas, dan efektivitas interaksi antara BPTP dengan: (a) kelembagaan penyuluhan pertanian, (b) kelembagaan tani, (c) pengambil kebijakan, pelaku utama dan pelaku usaha.

1.2. Dasar Pertimbangan

Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani-peternak adalah melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan suatu pendidikan non-formal yang ditujukan kepada petani-peternak dan keluarganya untuk meningkatkan pengetahuannya di sektor pertanian. Keberhasilan penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh materi pendukung, seperti media penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan kebutuhan. Media penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan sasaran yang ingin dituju, mutlak diperlukan karena tingkat kemampuan maupun tingkat pendidikan petani-peternak berbeda. Penyebarluasan informasi dalam penyuluhan pertanian mencakup penyebaran informasi yang berlangsung antar penentu kebijakan, antar peneliti, antar penyuluh, antar petani maupun antar pihak-pihak yang berkedudukan setingkat dalam proses pembangunan pertanian sehingga peningkatan produksi, pertambahan pendapatan/ keuntungan.

Dari evaluasi pelaksanaan diseminasi dipandang perlu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan diseminasi sehingga lebih berdaya guna dan memenuhi pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani sesuai dengan perkembangan pembangunan. Mengingat masih banyaknya hasil litkaji yang belum diadopsi oleh petani karena kurangnya informasi teknologi yang diterima, maka diperlukan kegiatan percepatan adopsi inovasi oleh BPTP Bengkulu.

1.3. Tujuan

1. Meningkatkan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh dan Perguruan tinggi.

(15)

1.4. Keluaran yang Diharapkan

1. Peningkatan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh dan Perguruan tinggi.

(16)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Dalam konteks transfer teknologi, Badan Litbang Pertanian telah menggunakan berbagai media sebagai wahana promosi teknologi yang dihasilkan baik itu diseminasi hasil-hasil litkaji kepada petani-peternak, pihak swasta dan pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan secara berkelanjutan. Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan teknologi pertanian, tetapi petani diharapkan mampu mengadopsi dan menerapkan hasil litkaji tersebut dalam usaha pertanian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Fauzia (2002), ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan BPTP akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan (khalayak pengguna). Untuk itu, BPTP memerlukan suatu sistem informasi dan komunikasi serta diseminasi yang efektif dan efisien agar khalayak penggunanya dapat memperoleh inf ormasi teknologi yang dibutuhkannya dengan mudah dan relatif cepat.

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment). Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.

(17)

1. Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.

2. Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi pengaruh baik.

3. Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya melakukan tindakan pengendalian.

Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1999) mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian :

1. Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif j ika selalu mengacukepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.

2. Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.

3. Keraguan budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.

4. Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya.

5. Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.

6. Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalumemberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif.

7. Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harusdiupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar daripengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.

8. Penggunaan metode yang sesuai; artinya penyuluhan harus dilakukandengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya.

(18)

10. Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh

11. Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.

Model diseminasi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian adalah melalui berbagai channel (Gambar.1)

Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Sumber: Badan Litbang Pertanian (2011)

Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/ aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing

(19)

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2008) berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi; 2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).

Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang Berbagai Metode Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani membutuhkan media informasi berupa film pertanian, klinik tani (TVRI ), siaran pedesaan, pertemuan kelompok, dan koran. Sedangkan petugas/ penyuluh lapangan membutuhkan media berupa buku saku, berita TV, berita radio, kursus/ pelatihan, anjangsana, demonstrasi, pertemuan kelompok, temu lapang/ temu teknis, dan gelar teknologi. Persepsi petani terhadap pengembangan jeruk menunjukkan 64,29% petani memiliki persepsi yang baik, dan 35,71% petani memiliki persepsi yang kurang baik. Media cetak lebih efektif digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan dengan media audiovisual.

(20)

Hasil pengkajian Wijianto, A (2008) tentang Hubungan Antara Peran Penyuluh dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa Ada hubungan yang signifikan antara peranan penyuluh dengan partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani. Hal ini berarti setiap kenaikan nilai pada variabel peranan penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota. Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel peranan penyuluh akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani.

Risna, dkk (2012) dalam pengkajiannya tentang Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyimpulkan bahwa permasalahan dalam peran penyuluhan pertanian yaitu belum melaksanakan peran sebagai supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap pengendalian hama terpadu pada kelompok tani.

(21)

I I I . PROSEDUR

3.1. Pendekatan

Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP dengan Stakeholders dilaksanakan dengan metode pertemuan langsung dan tidak langsung berupa kegiatan temu teknis, temu tugas, pelatihan di BPP, koordinasi dengan stakeholders, dan penyebarluasan bahan informasi yaitu leaflet, brosur, dan buku. Stakeholdersyang terlibat adalah Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Bakorluh, Bapeluh, BP3K, dan petani. Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP dengan Stakeholders ini dilaksanakan di Provinsi Bengkulu pada bulan Januari – Desember 2014.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

1. Temu teknis/ sosialisasi (pertemuan penyuluh/ peneliti BPTP dengan Bakorluh, Bapeluh, SPP, SPMA, Dinas Lingkup Pertanian Provinsi) sebanyak 2 kali mendukung kegiatan pengembangan kawasan pertanian tanaman padi di Kabupaten Bengkulu Utara dan pengembangan kawasan pertanian ternak kambing di Kabupaten Kepahiang.

2. Workshop/ temu tugas (pertemuan peneliti, penyuluh dan petani pelaksana) sebanyak 1 kali tentang penyusunan programa penyuluh pertanian.

3. Pelatihan/ narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah).

3.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

1. Mengidentifikasi hasil-hasil litkaji spesifik lokasi yang memenuhi syarat untuk didiseminasikan.

2. Temu teknis :

(22)

• Pelaksanaan (2 kali) di Kabupaten Kepahiang dan Bengkulu Utara, menghimpun umpan balik teknologi spesifik lokasi dan media yang dibutuhkan.

3. Temu tugas:

• Persiapan (koordinasi dengan instansi terkait, menyusun juklak temu tugas).

• Pelaksanaan di BPTP Bengkulu dan kabupaten, menghimpun data dan informasi adopsi komponen teknologi PTT dan PSDSK.

• Workshop Adopsi Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Bengkulu (menyusun juklak, kuesioner untuk Bapeluh/ Dinas).

4. Pelatihan/ narasumber di BPP (koordinasi jadwal dengan Bapeluh, menyiapkan materi sesuai dengan kebutuhan stakeholders); menyiapkan kuesioner evaluasi narasumber, dan evaluasi peserta (tingkat pengetahuan).

5. Menyusun bahan informasi (CD 2 judul, leaflet, brosur 2 judul).

3.4. Analisis Data

Untuk mencapai tujuan meningkatkan sinergi program BPTP dan mempercepat hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dianalisis secara deskriptif serta menggunakan interval kelas, dengan rumus sebagai berikut:

NR = NST – NSR dan PI = NR : JI K

Dimana :

(23)

Untuk melihat tingkat pengetahuan digunakan Uji Statistik Paired Simple T Test dengan rumus:

T

=

D

Dimana : t : nilai t hitung

D : rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2

SD : standar deviasi pengukuran 1 dan 2

N : jumlah sampel

3.5. Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan dalam kegiatan diseminasi antara lain :

1) Alat tulis kantor dan komputer suplies (kertas, tinta, pena, stepler, USB, kertas koran, dll).

2) Bahan pendukung kegiatan diseminasi (bahan cetakan, VCD, dll) .

3.6. Parameter yang Diukur

1. Jumlah inovasi teknologi hasil litkaji yang digunakan oleh

stakeholders.

2. Tingkat pengetahuan SDM penyuluh.

3. Jumlah dan jenis bahan informasi yang disebarluaskan sebagai bahan penyuluhan.

(24)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Kegiatan Luar Provinsi

Workshop Pengembangan Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Sumberdaya Lokal di Lor I n Sentul Hotel, Bogor. Fokus kegiatan workshop adalah Peningkatan Motivasi Kerja bagi para Penyuluh harus tetap ditingkat kan agar dapat memperoleh output yang akan di hasilkan. Pembukaan Workshop tanggal 15 Mei 2014, dibuka oleh Kepala Badan Litbang Kemtan ( Dr. Haryono) Kegiatan-kegiatan yang masih tersendat harus terselesaikan pada tahun 2014. Badan Litbang harus terus berkarya,kegiatan tahun 2015 kedepan perencanaan harus lebih matang, meningkatkan Value. Pertanian Bio I ndustri harus dijadikan sebagai acuan kegiatan Badan Litbang Kementrian dimasa yang akan datang. Seluruh kegiatan Badan Litbang Kementrian Pertanian harus mempunyai mainset

management coorporated. LI TKAJI BANGLUHRAP, merupaka patern atau induk dari seluruh kegiatan pengkajian/ penyuluhan dan penerapan . Management coorporated harus dilakukan untuk setiap produk-produk litkaji yang dihasilkan oleh badan Litbang Kemtan, contohnya produk-produk pasca panen, produk UPBS, semua kegiatan harus tercatat dengan baik (RECORD). Kesimpulan dari Pengarahan Bapak Kepala Badan yang sangat penting adalah.

• Mulai tahun 2015-2019 Badan Litbang Kemtan mempunyai 1 Renstra. Berdaya saing Badan Litbang secara Nasional

• Model Pertanian Bio industry Konsepsial Modelnya tertulis secara Format yang sesuai.

Pengarahan dari Kapus SDM. Dr . Fatthan.

• Penyuluh yang berada di BPTP harus membenahi kelompok tani, melatih THL yang tidak pernah dilatih untuk meningkatkan keterampilannya. Terutama kawan-kawan yang berada di BPP. Masing- masing penyuluh BPTP mempunyai kawasan binaan .

• Penjabaran UU no 16, bahwa 1 orang penyuluh di desa membimbing 8 kelompok, 1 kelompok terdiri 25 ha sebulan 2 kali kunjungan.

(25)

• Para Penyuluh harus merubah mainset, agar model Pertanian Bio industry sebagai dasar Agribisnis. Pemanfaatan lahan sub Optimal harus berisikan konsepsion operasional.

• Untuk 1 BPP diberikan dana 460 juta dengan system Pelatihan yaitu system LAKUSUSI …. Latihan Kunjungan dan Supervisi.

Tujuan workshop adalah untuk menyamakan persepsi dan menyamakan persepsi dan memantapkan konsep pengembangan Sistem Pertanian Bio-I ndustri Berbasis Sumber daya local, dilaksanakan oleh BPTP pada tahun 2015, dan penajaman berbagai aspek dan perencanaan kegiatan penyuluhan di BPTP. Makalah Utama yang dibahas meliputi 1) Konsep pengembangan Pertanian bio-industri 2) Pengembangan Pertanian Bio I ndustri berbasis pewilayahan komoditas 3) Pembelajaran pengembangan pertanian bio- industry di KP Manoko, 4) langkah operasional pengembangan bio-industri berbasis sumber daya local.

Salah satu I mplementasi dari strategi I nduk Pembangunan Pertanian (SI I P) 2013-2045 sebagai bahan acuan dalam penyusunan rencana pembangunan pertanian di I ndonesia adalah Pengembangan system pertanian bio-industri berbasis sumber daya local . Sistem bio industri merupakan keterpaduan berjenjang system pertanian terpadu pada tingkat mikro, sistim rantai nilai terpadu pada industry komoditas.

Penyusunan petunjuk pelaksanaan kegiatan temu teknis kawasan ternak kambing yang akan di laksanakan pada kabupaten Kepahiang dan penyusunan petunjuk pelaksanaan temu teknis kawasan tanaman padi yang akan dilakukan pada kabupaten Bengkulu Utara. Penyusunan juklak kedua kegiatan ini di maksudkan untuk mendukung percepatan penyebaran informasi inovasi teknologi pada dua kabupaten, kegiatan di rencanakan akan dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2014, dengan maksud untuk mempercepat pencapaian tujuan kegiatan Peningkatan kuantitas, kualitas, dan efektivitas interaksi antara penyuluh/ peneliti BPTP dengan stakeholders.

(26)

4.2. Koordinasi dengan Stakeholders

4.2.1. Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi di Kabupaten Rejang Lebong

Koordinasi dilaksanakan pada Dinas Pertanian, Dinas Perternakan dan Perikanan serta BP4K kabupaten Rejang Lebong. Kepala seksi Tanaman Hortikultura (I bu Lince Maliani, SP) menjelaskan bahwa petani masih sangat membutuhkan teknologi MKRPL tanaman hortikultura, tim BPTP menjelaskan teknologi budidaya komoditi tanaman sayuran tomat, cabai, kol, kangkung, terong. koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Perternakan dan Perikanan, kepala dinas (Bapak I r. Amrul Ebi, MM.) dan Kepala Bidang Agribisnis (I bu I r. Fitra Yetti). kelanjutan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BPTP Bengkulu, secara umum petani/ peternak telah menerapkan teknologi yang didesiminasikan melalui kegiatan pendampingan PSDSK, untuk peternak sapi perah melalui teknologi pakan lokal dengan pemanfaatan sampah kulit kopi, maka hasil produksi susu meningkat cukup signifikan, pihak dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong berharap dapat memberikan informasi teknologi perternakan berbentuk lifleat, brosur atau buku-buku petunjuk untuk menambah wawasan teknologi peternak di Kabupaten Rejang Lebong.

(27)

4.2.2. Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi di Kabupaten Kepahiang

Pelaksanaan Koordinasi dengan Dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang membahas rencana pelaksanaan temu teknis kawasan ternak kambing dan kegiatan temu teknis kawasan kambing akan di laksanakan melalui kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi Antara Penyuluh/ Peneliti BPTP Bengkulu dengan Pemangku Kebijakan di Daerah. Dinas Perternakan dan Perikanan kabupaten Kepahiang melalui Sekretaris Dinas (Bapak

Slamet, S.PKP) dan Kabid Perternakan dan Kesehatan Hewan (Bapak

Hernawan,S.Pt), kegiatan temu teknis kawasan ternak kambing, oleh Sekretaris dan Kabid perternakan dan Kesehatan hewan diarahkan ke Desa Sumber Sari

kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang, yaitu di Kelompok Tani Andalan

yang telah tergabung dalam Gapoktan Prasetia Tani, yang ketuanya adalah bernama Bapak Sumino.

Hasil Koordinasi dengan kepala BP4K (Bapak Aidil Fitri Syarifudin,SH) dan Kepala Jabatan Fungsional (KJF) BP4K (Bapak Kaharudin,SP), ucapan berterimakasih kepada BPTP Bengkulu atas rencana temu teknis kawasan Kambing, kerena kegiatan tersebut diharapkan akan membantu para penyuluh lapangan (PPL) untuk menyampaikan inovasi teknologi, diharapkan kegiatan tersebut sekaligus menjadi pembelajaran bagi semua penyuluh di kabupaten Kepahiang. Hasil kunjungan lapangan kecalon lokasi kegiatan temu teknis di Gapoktan Prasetia tani ternyata gapoktan tersebut telah melakukan budidaya ternak kambing berjumlah 250 ekor milik kelompok tani yang tergabung dengan Gapoktan yaitu Kambing Peranakan Etawa terdiri dari 44 ekor kambing jantan dan 206 kambing betina.

4.2.3. Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi di Kabupaten Seluma

(28)

materi diskusi antara Dinas dengan tim BPTP adalah tentang teknologi penanaman tanaman padi dan perkembangan program pendampingan PSDS/ K kepada peternak, yang secara umum telah menerapkan teknologi yang didesiminasikan melalui tim PSDSK BPTP dengan teknologi pakan berbasis limbah pengolahan buah sawit menjadi pakan ternak sapi potong.

Berkaitan dengan materi yang akan di sampaikan pada saat kegiatan temu teknis, perlu disampaikan materi tentang paket teknologi PTT untuk meningkatkan produktifitas tanaman padi. Dengan demikian penyebaran teknologi dengan menyebarkan leaflet, brosur melalui Dinas Pertanian Perternakan dan Perkebunan kabupaten Seluma dengan para petani.

Koordinasi tim BPTP ke BP4K Kabupaten Seluma, menurut Bapak I r.Wahidin (Kepala BP4K seluma), bahwa peningkatan secara efektif koordinasi antara BP4K dan BPTP perlu di tingkatkan untuk meningkatkan efektifitas interaksi antara penyuluh lapangan dengan BPTP, dengan demikian penyuluh dilapangan kaya dengan informasi-informasi teknologi yang kopentebel, BPTP melalui kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, Dan Efektivitas I nteraksi Antara Penyuluh/ Peneliti BPTP Bengkulu Dengan Pemangku Kebijakan Didaerah. Akan siap membantu mendesiminasikan teknologi kepada penyuluh dan petani.

4.3. Temu Teknis

4.3.1. Temu Teknis Pendampingan Pengembangan Kaw asan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang

Pelaksanaan kegiatan Temu Teknis Pendampingan Pengembangan Kawasan Ternak Kambing dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang. Kegiatan diawali dengan pendaftaran peserta berjumlah 45 orang, terdiri dari kelompok tani, petugas PPL, Petugas I nseminator, Petugas Kesehatan Hewan Kabupaten Kepahiang, Peneliti dan Penyuluh BPTP Bengkulu, Bapak Camat Kecamatan Kabawetan, Kepala Bappeda Kabupaten Kepahiang, Kepala BP4K kabupaten Kepahiang, Kepala Dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang. Kegiatan dibuka Kepala Bappeda Kabupaten Kepahiang (Bapak R.A. Denni, SH.MM). Pada kegiatan temu teknis ini juga disebarkan bahan informasi ke

(29)

A. Penyampaian Materi Kebijakan Pembangunan Pertanian di Kabupaten Kepahiang

Penyampaian materi dilaksanakan secara penel. Materi pertama disampaikan oleh Kepala Bappeda, tentang visi dan misi Kabupaten Kepahiang adalah Berbasis Pertanian : “Pertanian Dalam Arti Luas (Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan), Perlu peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi guna mencukupi kebutuhan pangan Masyarakat dan bahan baku industri . I KUTT SELUNA ( I kan Kebun, Tanaman Pangan Hotikultura dan Ternak Serta Pengembangan Sengon, Kopi Luwak dan Buah Naga ) , kabupaten Kapahiang akan melaksanakan revitalisasi pertanian dengan Ketahanan Pangan serta Pengembangan Perkebunan dan Kehutanan yang difokuskan Pada Pelaksanaan I KUTT_SI LUNA, strategi untuk mencapai visi dan misi yaitu dengan, pengembangan industry pengolahan hasil pertanian dan industry pendukungnya, melaksanakan pembangunan dan peningkatan irigas, manajemen dan kelembagaan pengelolanya, program peningkatan ketahanan pangan kabupaten kepahiang tahun 2014 adalah :

1. Kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil ertanian 2. Kegiatan pengembangan desa mandiri pangan

3. Kegiatan pengembangan pangan pada lahan kering

4. Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi budidaya

5. Kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan pertanian

6. Kegiatan infrastruktur pertanian

B. Penyampaian Materi Kebijakan pembangunan peternakan di Kab. Kepahiang

(30)

sejahtera, maka strategi implementasi program I KUT (I kan, Kebun, Tanaman Pangan Hortikultura dan Ternak) untuk pengembangan ternak di kabupaten kepahiang kabupaten kepahiang mengembangakan kawasan perternakan sapi potong, perbibitan ternak sapi bali, perbibitan kambing PE, budidaya sapi perah, integrasi ternak tanaman kopi dan upaya penyelamatan ternak betina produktif, pemberantasan penyakit menular program asuh, I B.

Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati No: 452 tahun 2010 tentang Penetapan lokasi Pengembangan Kawasan Produksi Perternakan Kabupaten Kepahiang yang telah Menetapkan Menetapkan wilayaah kecamatan sebagai lokasi pengembangan kawasaan produksi peternakan adalah sebagaai berikut Kecamatan Kabawetan adalah sebagai lokasi pengembangan kawasan produksi peternakan. Kecamataan Kepahiang, Kecamaatan Taba Karai, Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Merigi adalah sebagai daerah-daerah pendukung Pengusahaan ternak potong (sapi potong, kerbau, dan kambing) di Kabupaten Kepahiang dilakukan oleh petani peternak tradisional dan belum ada perusahaan penggemukan (feedloter), sehingga masih kita jumpai kinerja produksi dan

produktifitas yang masih perlu terus didorong. Sasaran yang ingin dicapai yaitu untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan Penguatan Modal Usaha Kelompok. Tujuan menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok peternak dalam menerapkan prinsip-prinsip pembibitan, Meningkatkan produktivitas sapi potong, Menumbuhkan wilayah sumber bibit sapi potong.

Keluaran yang ingin di capai adalah terbentuknya kelompok pembibit sapi potong, meningkatnya produktivitas dan mutu genetik sapi potong serta tumbuhnya wilayah sumber bibit sapi potong.

(31)

C. Pengembangan Perternakan Kaw asan Kambing

Untuk saat ini Dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang masih dalam tahap pembinaan untuk Pembibitan kambing/ domba masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.

Tujuan menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok peternak dalam menerapkan prinsip-prinsip pembibit Meningkatkan produktivitas kambing/ domba Menumbuhkan wilayah sumber bibit kambing/ domba keluaran yang di harapakan adalah terbentuknya kelompok pembibit kambing/ domba, meningkatnya produktivitas dan mutu genetik kambing/ domba serta tumbuhnya wilayah sumber bibit kambing/ domba.

Tabel 1. Penyebaran Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang

Kecamatan Desa Kelompok Tani Jumlah

Kabawetan Kampung Bogor Panghegar I I 87 ekor Tangsi Duren Bina Karya 44 ekor Migrasi Permu

Mekar sari Sumber Sari Bukit Sari

Prima

Sido Mulyokarya Sumber Andalan Putra karya

25 ekor 25 ekor 55 ekor 55 ekor

Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis menetapkan I ndikator Kinerja Utama yaitu :

1. Kemampuan mempertahankan status daerah bebas PMK dan BSE dan peningkatan status wilayah bebas

2. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah Puskeswan

3. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah laboratorium veteriner

(32)

D. I novasi Teknologi Perternakan Mendukung Peningkatan Produktivitas Ternak Sapi di Kabupaten Kepahiang

Penyampaian materi I novasi Teknologi Perternakan Mendukung Peningkatan Produktivitas Ternak di Kabupaten Kepahiang disampaikan olen Bapak I r. Ruswendi. MP. untuk mendukung perternakan di kabupaten kepahiang perlu di perhatikan program daerah Kabupten Kepahiang sebagai salah satu daerah pengembangan ternak sapi di Provinsi Bengkulu perlu didukung inovasi teknologi sesuai kondisi wilayah.

I novasi dan teknologi untuk perternakan dalam mengembangkan usaha perternakan adalah mutlak harus di kuasai oleh peternak untuk mewujudkan kesuksesan usaha peternakan, untuk itu pemerintah harus dapat memahami kondisi petrernak dan kebutuhan teknologi yang di butuhkan oleh petani/ peternak.

Badan Litbang Pertanian melalui BPTP berupaya melakukan dukungan melalui berbagai Pengembangan inovasi bidang peternakan di Kabupaten Kepahiang, antara lain Kegiatan Pendampingan, Diseminasi, Pengkajian inovasi dan Penyebaran hasil kajian melalui media informasi. Untuk melihat capaian hasil dan umpan balik permasalahan dan kebutuhan inovasi bidang peternakan maka dilakukan kegiatan Apresiasi I novasi terkait. Sasaran apresiasi yang ingin di capai Tersedianya teknologi spesifik lokasi bidang peternakan, Penyebarluasan (diseminasi) teknologi bidang peternakan, Sinergi program daerah dan pengkajian pengembangan inovasi bidang peternakan dan Peningkatan perekonomian masyarakat dan peternak di Kab. Kepahiang.

E. Jenis Teknologi yang Dibutuhkan dalam Pengembangan Kaw asan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang

(33)

Tabel 2. Jenis Teknologi yang Dibutuhkan dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

No. Teknologi yang

2. I ntegrasi Tanaman Perkebunan dan

Sumber: data primer terolah

F. Media dan Metode Penyuluhan yang Dibutuhkan Mendukung Pengembangan Kaw asan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

(34)

didasarkan pada persepsi petani dan stakeholders terhadap tingkat kesesuaiannya. Media dan metode penyuluhan yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Media dan Metode Penyuluhan yang Dibutuhkan Mendukung Pengembangan Kawasan Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang Tahun 2015

Media Penyuluhan Metode Penyuluhan

1. Buku 2. Brosur 3. Poster 4. Video

5. Komputer (presentasi) 6. Televisi

1. Sekolah Lapang 2. Magang

3. Temu Karya 4. Temu Lapang 5. Kursus Tani

6. Kunjungan (anjangsana) 7. Temu usaha

8. Siaran perdesaan radio/ TV

4.3.2. Temu Teknis Pendampingan Pengembangan Kaw asan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara

Pelaksanaan kegiatan Temu Teknis Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara. Kegiatan diawali dengan pendaftaran peserta temu teknis berjumlah 40 orang yaitu dari Dinas Pertanian dan Peternakan, BP4K, Badan Pusat Statistik (BPS), Bappeda, Dinas Koperasi, Korluh, Penyuluh, PT. Pertani, KTNA, dan Petani lokasi pengembangan kawasan padi di Kabupaten Bengkulu Utara. Kegiatan temu teknis dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara dan dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala BPTP Bengkulu yang diwakili oleh Dr. Wahyu Wibawa, MP. Pada kegiatan temu teknis ini juga disebarkan bahan informasi ke

(35)

A. Program Pengembangan Kaw asan Padi Kabupaten Bengkulu Utara

Program Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara. Hal-hal yang disampaikan secara umum mengenai tantangan pemenuhan kebutuhan serta program dan kegiatan tanaman pangan (sasaran produksi, program dan kegiatan, strategi peningkatan produksi tanaman pangan, dan konsep kawasan tanaman pangan). Disampaikan bahwa skala usaha tanaman pangan didominasi oleh usaha tidak layak (tidak efisiensi dan tidak efektif). Beberapa tantangan kebutuhan pangan, pakan, energi, dan industry lain diantaranya adalah kelaparan dan kemiskinan, pertambahan penduduk dunia yang meningkat signifikan, perubahan iklim yang semakin tidak pasti, penguasaan teknologi dan rekayasa industri yang bernilai tambah dan berdaya saing (produktivitas, mutu, kontinuitas, dan harga), liberalisasi perdagangan dan globalisasi, serta sumberdaya lahan dan sumberdaya fosil yang semakin terbatas. Program dan kegiatan tanaman pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara adalah sasaran produksi padi tahun 2015 – 2019. Sasaran peningkatan produksi padi 5% / tahun dan diasumsikan akan tercapai dengan dukungan kegiatan bidang lain/ instansi terkait lainnya. Program peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu hasil tanaman pangan yaitu Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia, Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan, Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI , Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan, serta Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman.

(36)

pengembangan kawasan dilakukan dengan prinsip integrasi dan bertahap, (3) pengelolaan kawasan tidak hanya setahun (tergantung permasalahan).

Model kawasan tanaman pangan yaitu (1) pelatihan/ pendampingan/ pengawalan, (2) pupuk organik, (3) penagkar benih, (4) irigasi/ pompanisasi embung, (5) penerapan PHT, (6) penerapan penanganan DPI (bajir/ kekeringan), (7) PASPA/ TP, dan (8) PASPA/ PHP. Kawasan tanaman pangan didukung oleh beberapa institusi, yaitu BPTP, Bidang PSP dan PLA, dan BKPPP. Dukungan dari BPTP berupa varietas baru, perbanyakan benih sumber, dan pendampingan replikasi teknologi. Bidang PSP dan PLA memberikan dukungan dalam bentuk traktor, pompa/ pipanisasi, embung/ reservoir air, fasilitasi RPPO, penyediaan pupuk organik, pengembangan jaringan irigasi pertanian, dan jalan usahatani. BKPP memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan (GAP, GHP), penyuluhan, dan pengawalan.

Cakupan dari kegiatan Good Agriculture Practices (GAP) adalah penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan dan peningkatan kesejahteraan pekerja, pencegahan penularan OPT dan menetapkan prinsip treacibility (suatu produk dapat dapat ditelusuri asal usulnya, dari pasar sampai kebun). Tujuan GAP adalah: (1) Meningkatkan mutu hasil tanaman pangan termasuk keamanan konsumsi tanaman pangan; (2) Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing t anaman pangan; (3) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam; (4) Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan; (5) Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan, kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan; (6) Meningkatkan peluag dan daya saing penerimaan oleh pasar internasional maupun domestic; (7) Memberikan jaminan keamanan kepada konsumen.

(37)

dan/ atau mengembangkan; (9) Usaha pasca panen hasil pertanian asal tanaman yang berkelanjutan.

Rencana pengembangan kawasan padi di Kabupaten Bengkulu Utara adalah seluas 16.309 Ha, terbagi di tiga kawasan utama (Tabel 4).

Tabel 4. Lokasi Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015

No. Kaw asan Kecamatan Luas Areal ( Ha)

1. I 1. Tanjung Agung

2. Kerkap

B. Pemupukan Berimbang Padi Saw ah

(38)

yang dibutuhkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman.

Disampaikan juga mengenai waktu pemupukan tanaman padi, yaitu pemupukan pertama pada saat umur 7-14 HST, kedua pada saat umur 21-28 HST, dan ketiga pada saat 35-45 HST. Selain itu, disampaikan juga mengenai sifat pupuk, status hara dan dosis pupuk anjuran, kandungan hara beberapa jenis pupuk, cara konversi pupuk tungga ke NPK Phonska, konversi dari pupuk tunggal ke pupuk majemuk NPK Pelangi 20: 10: 10

C. Jenis Teknologi yang Dibutuhkan dalam Pengembangan Kaw asan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara

(39)

Tabel 5. Jenis Teknologi yang Dibutuhkan dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015

No. Teknologi yang Dibutuhkan

Alasan Pemilihan Teknologi Permasalahan

1. PTT padi sawah dan PTT padi rawa (VUB,

6) SDM petani masih sulit menerima inovasi baru 7) I rigasi yang tidak

mendukung

D. Media dan Metode Penyuluhan yang Dibutuhkan Mendukung Pengembangan Kaw asan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015

(40)

terhadap tingkat kesesuaiannya. Media dan metode penyuluhan yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Media dan Metode Penyuluhan yang Dibutuhkan Mendukung Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015

Media Penyuluhan Metode Penyuluhan

1. Brosur 2. Leaflet 3. Buku 4. Televisi 5. Radio 6. Video

1) Sekolah lapang

2) Siaran Perdesaan (Radio/ TV) 3) Demonstrasi (praktek) 4) Kursus Tani

5) Magang 6) Temu Lapang 7) Temu Wicara 8) Bahan Bacaan

4.4. Temu Tugas Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian

A. Mekanisme Penyusunan Programa Penyuluhan ( Oleh Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Bengkulu)

Materi mengenai Mekanisme Penyusunan Programa Penyuluhan disampaikan oleh Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Bengkulu, I r. Bismalinda, M.Si. Beliau menyampaikan bahwa mekanisme penyusunan Programa Penyuluhan didasarkan pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 25/ Permentan/ OT.140/ 5/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluh Pertanian yang merupakan penjabaran dari UU No. 16/ 2006. Dasar-dasar hukum tersebut mengatur Menteri Pertanian, Gubernur/ Bupati/ Walikota mengalokasikan anggaran pembiayaan penyuluhan pertanian berdasarkan tugas dan kewenangan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan sepanjang sesuai dengan programa penyuluhan pertanian.

(41)

Nasional telah disusun setiap tahun yang memuat rencana kegiatan penyuluhan tahun berikutnya. Namun demikian permasalahan yang paling mendasar penyusunan programa penyuluhan tersebut belum sesuai dengan siklus penyusunan anggaran di setiap tingkatan wilayah.

Keterkaitan dan keterpaduan penyusunan programa penyuluhan pertanian dengan proses perencanaan pembangunan adalah sebagai berikut: 1. Penyuluhan terintegrasi dengan sub sistem program pembangunan pertanian.

Proses penyusunan programa penyuluhan dilakukan secara sinergis dan terpadu dengan proses perencanaan pembangunan pertanian.

2. Penyusunan programa penyuluhan dilakukan secara partisipatif untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha. dengan jumlah dan alokasi pembiayaan kegiatan-2 penyuluhan tercantum pada programa penyuluhan di pusat, provinsi, kab/ kota, kec, dan desa menjadi dasar dalam penyusunan APBD dan APBN.

3. Kelembagaan penyuluhan di masing-masing tingkatan memfasilitasi proses penyusunan programa penyuluhan agar programa penyuluhan nasional, provinsi, kab/ kota, kec dan desa/ kel dapat berlangsung seiring sejalan, serta materi kegiatan penyuluhannya saling menunjang dan saling mendukung.

Proses penyusunan programa penyuluhan pertanian antara lain:

1. I dentifikasi program-program pembangunan (khusus untuk tingkat desa, identifikasi digali secara langsung dari pelaku utama dan pelaku usaha di desa melalui metoda/ teknik PRA dan atau teknik lainnya).

2. Sintesa kegiatan penyuluhan pertanian dalam program Pembangunan pertanian menjadi prioritas.

3. Penetapan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan.

4. Pengesahan programa penyuluhan dilakukan oleh Ka. BP3K, Ka. BP4K, Ka. BAKORLUH (khusus untuk tingkat desa/ kelurahan tidak perlu disahkan, cukup diketahui kepala desa/ kelurahan).

5. Pembubuhan tanda tangan pimpinan pemerintahan di masing tingkatan pada lembar pengesahan programa penyuluhan agar programa penyuluhan jadi bagian dari perencanaan pembangunan.

(42)

7. Dapat dilakukan revisi programa penyuluhan dan RKT penyuluh setelah keluarnya APBD dan APBN.

B. Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian ( Oleh Penyuluh Pertanian Madya BPTP Bengkulu)

Materi mengenai Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian disampaikan oleh Penyuluh Madya BPTP Bengkulu, Dr. Umi Pudji Astuti, MP. Beliau menyampaikan bahwa programa penyuluhan pertanian merupakan rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.

Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RPTP) adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh penyuluh berdasarkan programa penyuluhan setempat yang dilengkapi dengan hal-hal yang dianggap perlu untuk berinteraksi dengan pelaku utama dan pelaku usaha.

Unsur programa penyuluhan antara lain:

1. Keadaan: menggambarkan fakta-fakta berupa data dan informasi mengenai potensi usaha, produktivitas usaha, dan lingkungan usaha pertanian, perilaku/ tingkat kemampuan petani dan kebutuhan pelaku utama dalam usahanya di wilayah.

2. Tujuan: memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai dengan cara menggali dan mengembangkan potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga dan lingkungannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon peluang.

3. Permasalahan: terkait dengan faktor-faktor yang dinilai dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan, atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara kondisi saat ini (faktual) dengan kondisi yang ingin dicapai. 4. Rencana Kegiatan: menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai

tujuan, bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan, berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.

(43)

programa penyuluhan pertanian adalah pendahuluan, keadaan umum, tujuan, masalah, rencana kegiatan penyuluhan dan penutup. Disampaikan juga beberapa form yang tertuang dalam programa penyuluhan pertanian.

C. Diskusi

Hasil yang diperoleh dari diskusi yang telah dilaksanakan, antara lain adalah:

1. Perlu adanya sinkronisasi penyusunan programa pada setiap tingkatnya, dimulai dari Desa - Kecamatan - Kabupaten/ Kota - Provinsi – Nasional sesuai dengan Permentan Nomor : 25/ Permentan/ OT.140/ 5/ 2009.

2. Penyusunan programa di setiap tingkatan wilayah masih terjadi keterlambatan, bila dikaitkan dengan pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran pembangunan.

3. Secara umum petugas/ aparat dan penyuluh pertanian di daerah belum memahami pentingnya programa penyuluhan pertanian sebagai dasar usulan pembiayaan kegiatan penyuluhan yang akan mendukung pembangunan pertanian.

4. Diperlukan sosialisasi terhadap pelaksanaan penyusunan programa penyuluhan pertanian dan dasar-dasar hukum yang mendukungnya.

5. Penyusunan programa penyuluhan pertanian belum terpadu dengan programa penyuluhan pertanian setingkat di bawahnya dan belum sinergis dengan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran pembiayan penyuluhan di masing-masing wilayah (keterlambatan waktu pengiriman programa penyuluhan ke forum Musrenbang).

6. Penyusunan programa penyuluhan pertanian di semua tingkatan secara umum belum mengikutsertakan pelaku usaha pertanian.

7. Belum semua petugas/ aparat pertanian dan penyuluh pertanian di tingkat provinsi, kabupaten/ kota melaksanakan dan mempedomani sepenuhnya Permentan No. 25 Tahun 2009.

8. Draft programa penyuluhan pertanian perlu mendapat pengawalan khusus untuk dapat akses ke dalam sistem Penyusunan Program dan Anggaran Pembangunan Pertanian melalui Musrenbangtan.

(44)

25 tahun 2009 dan belum mencerminkan aspirasi dari bawah. Demikian juga bentuk programa penyuluhan yang dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan desa belum sesuai dengan permentan No. 25 tahun 2009.

10. Penyusunan programa penyuluhan di tingkat provinsi tidak diikuti oleh jajaran penyuluhan di tingkat kabupaten/ kota, kecamatan dan desa. Keadaan ini disebabkan masih belum terbentuknya kelembagaan penyuluhan di tingkat kabupaten/ kota, kecamatan dan desa sesuai amanat UU No. 16 tahun 2006. 11. UU No. 16 tahun 2006, peraturan pemerintah No. 41 tahun 2008 dan

permentan No. 25 tahun 2009, belum tersosialisasikan dengan baik dari tingkat provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan desa.

12. Pelaksanaan programa di daerah belum maksimal, karena masih belum dipahaminya pentingnya programa dalam kegiatan penyuluhan pertanian terkait dengan terbitnya UU No. 16 yang dipergunakan sebagai dasar usulan pembiayaan kegiatan penyuluhan dalam mendukung pembangunan pertanian.

4.5. Pelatihan/ Narasumber di BPP

4.4.1. Pelatihan/ Narasumber di BP3K Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah

Pelatihan/ narasumber di BP3K Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah diselenggarakan oleh BP3K Karang Tinggi dalam rangka pertemuan mingguan penyuluh pertanian. Materi yang disampaikan adalah Pemupukan Spesifik Lokasi Melalui Penggunaan PUTS. Pertemuan dihadiri oleh 8 orang penyuluh di BP3K Desa Ujung Karang, Kabupaten Bengkulu Tengah.

(45)

permukaan syringe, dorong keluar dan potong contoh tanah setebal sekitar 0,5 cm dengan sendok spatula tahan karat (stainless) lalu masukkan ke dalam tabung reaksi.

(46)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Peningkatan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian,

stakeholders, Bakorluh, Bapeluh, dan petani telah dilakukan melalui kegiatan temu teknis dan temu tugas. Program BPTP yang disinergikan adalah pendampingan kawasan ternak kambing dan pendampingan kawasan padi untuk mendukung pengembangan kawasan pertanian nasional tahun 2015.

2. Peningkatan dan percepatan hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian sudah dilakukan melalui penyebaran bahan informasi (berupa buku, leaflet dan brosur mengenai Teknologi Budidaya Kambing, PTT Padi Sawah, dan Teknis Budidaya Tanaman Sayuran) serta pelatihan/ narasumber di BPP.

5.2. Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian serta Program I nformasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Departemen Pertanian, 2009. Modul Diklat Dasar Khusus Penyuluh Pertanian: Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Bogor.

(48)

ANALI SI S RESI KO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/ pendampingan. Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif.

Tabel 7. Daftar Resiko dalam Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP dengan StakeholdersTahun 2014

NO. RESI KO PENYEBAB DAMPAK

1. I novasi teknologi yang didiseminasikan tidak diadopsi oleh

stakeholders.

I novasi teknologi tidak disebarkan oleh stakeholders sehingga tidak sampai ke petani.

Hasil litkaji dan diseminasi tidak dimanfaatkan petani sehingga tidak dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bertani yang akan berdampak pada penurunan hasil pertanian dan pendapatan petani.

2. Keterlambatan pencetakan

Keterlambatan bahan yang akan dipublikasi oleh para peneliti/ penyuluh

Bahan diseminasi tidak sampai ke pengguna tepat waktu.

(49)

Tabel 8. Alternatif Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Efektivitas I nteraksi antara Penyuluh/ Peneliti BPTP dengan StakeholdersTahun 2014

NO. RESI KO PENYEBAB PENANGANAN

1. I novasi teknologi yang didiseminasikan tidak diadopsi oleh

stakeholders.

I novasi teknologi tidak disebarkan oleh stakeholders sehingga tidak sampai di petani

Selain disebarkan melalui stakeholders di daerah juga langsung ke petani.

2. Keterlambatan pencetakan

Keterlambatan bahan yang akan dipublikasi oleh para

peneliti/ penyuluh

(50)

JADWAL KERJA

No Uraiankegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan RODHP

2 Seminar/ pembahasan perbaikan RODHP

3 Mengidentifikasi hasil-hasil litkaji spesifik lokasi

4 Menyusun juklak temu teknis/ temu tugas

5 Koordinasi dengan instansi terkait

6 Melaksanakan temu teknis/ sosialisasi

7 Melaksanakan temu tugas/ workshop

8 Menyusun materi dan bahan informasi

9 Menyusun kuesioner 10 Laporan tengah tahun 11 Analisis data

(51)

PEMBI AYAAN

A. RENCANA ANGGARAN BELANJA ( RAB)

No. Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan

Jumlah Biaya ( Rp. 000) ( Rp.000)

1 Belanja Bahan 16.000

- Bahan informasi (modul, brosur, leaflet, CD, buku)

- ATK, Komputer Suplies

- Konsumsi dalam rangka pertemuan 1

3 Belanja Perjalanan Biasa 20.000

- Perjalanandalamrangkapelaksanaan kegiatan (berkisarantara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)

4 OP 5.000 20.000

4 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota

- Akomodasi dalam rangka sosialiasi, temu teknis, dan pelatihan

(52)

B. REALI SASI ANGGARAN

- Bahan informasi (modul, brosur, leaflet, CD, buku)

- ATK, Komputer Suplies

- Konsumsi dalam rangka pertemuan

4.839.500

Honor Nara sumber, fasilitator, evaluator 4.000.000 100,00 100,00 Jumlah 4.000.000 100,00 100,00 3. Belanja Perjalanan Biasa

Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp.365.000 – 5.000.000)

19.373.300 96,87 100,00

Jumlah 19.373.300 96,87 100,00 4. Belanja Perjalanan Dinas Paket

Meeting Dalam Kota

Akomodasi, transportasi, dalam rangka temu tugas/ pelatihan

4.345.000 98,75 100,00

Jumlah 4.345.000 98,75 100,00 5. Belanja Perjalanan Dinas Paket

Meeting Luar Kota

- Akomodasi dalam rangka sosialiasi, temu teknis, dan pelatihan

(53)

PERSONALI A 5. Melakukan koordinasi tim

dan pihak terkait

6. Tabulasi, pengolahan dan análisis dat

(54)

No. Nama Pendidikan/ Jabatan Fungsional

Disiplin I lmu

Tugas Alokasi Waktu

( % ) 4. Bunaiyah

Honorita, SP

S1/ Penyuluh Pertanian Pertama

Sosial Ekonomi

1. Membantu tugas penanggung jawab 2. Membantu persiapan dan

pelaksanaan kegiatan 3. Membantu analisis data

dan pelaporan

20

5. I na Hartati SLTA Administrasi 1. Menyiapkan administrasi keuangan (RPD, Rencana pengajuan bahan dan memproses ke PUMK) 2. Membantu kegiatan tim di

lapangan

(55)

Gambar

Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).
Tabel 1.  Penyebaran Ternak Kambing di Kabupaten Kepahiang
Tabel 3.Tabel 3.
Tabel 4.  Lokasi Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Bengkulu UtaraTahun 2015
+5

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun pada penentuan kapasitas adsorpsi menggunakan biru metilena, dan penetapan kapasitas adsorpsi zeolit dan kompositnya tidak dilakukan terhadap DPPH, tetapi

Matriks yang banyaknya baris kurang dari banyaknya kolom.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis komputer untuk materi struktur dan tata nama senyawa karbon sangat

32/2004, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah pengganti UU (Perpu) Sebagai operasionalisasi dari UU No.32/2004 dan Perpu, pemerintah menerbitkan Peraturan

Menyatakan bahwa hukum di Indonesia tidak akan mengakui pembayaran Utang yang dilakukan oleh AAL kepada Pengadilan Tingkat Pertama Hong Kong atau pihak-pihak

Pencarian letak plat nomor dilakukan dengan mengubah citra menjadi citra biner (hitam putih) dan menghapus intensitas citra putih yang luasnya lebih besar dari nilai

Buku Belajar dari Covid-19 ini akan memaparkan tentang pengalaman-pengalaman yang dialami oleh tutor Universitas Terbuka di UPBJJ-UT Majene dalam memberikan

seba gai suatu gerakan intelektual yang mengolah kembali mo dern isme Is lam yang kemudian dipadu dengan apresiasi aktual terhadap kekayaan tradisi klasik. Gerakan ini