• Tidak ada hasil yang ditemukan

Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta Resensi Or Terkini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta Resensi Or Terkini"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Resensi Buku

Judul Buku : PERKEMBANGAN OLAHRAGA TERKINI (Kajian Para Pakar) Penulis : Prof. Dr. H. Harsuki, MA., dan

Dra. Soewatini Elias, M.Si. (Editor) Tebal halaman: 449 (+ xi)

Ukuran buku : 15,5 x 24 cm.

Tahun terbit : Cetakan I, Juni 2003. Penerbit : PT Rajagrafindo Persada

Kota : Jakarta

ISBN : 979-421-969-X Peresensi : Margono

Dosen FIK-UNY.

Buku ini merupakan bacaan berharga bagi yang memiliki perhatian terhadap perkembangan olahraga tanah air, terlebih bagi yang ingin memberikan kontribusi demi kemajuan olahraga nasional. Kumpulan tulisan berisi 20 judul, karya 19 penulis yang merupakan pakar di bidangnya, dengan tema langka ini isinya sangat beragam.

Keberagaman isi nampak dengan dikelompokkannya menjadi 10 bidang, yaitu: filsafat olahraga, kurikulum, manajemen olahraga, kesehatan olahraga, wanita dan olahraga, sport for all, kepelatihan, sarana dan prasarana olahraga, teknologi olahraga, serta perpustakaan dan informasi olahraga. Ditambah lagi dengan beragamnya gaya penulisan dan gaya bahasa masing-masing penulis, serta sejumlah ilustrasi dan tabel, menjadikan buku ini semakin menarik disimak. Di samping kemenarikan tersebut, yang lebih penting tentunya, pembaca akan semakin memahami bahwa dunia olahraga (apalagi olahraga prestasi) merupakan dunia yang kompleks; yang tidak pas kalau diamati dengan menggunakan “kacamata kuda”.

Sekilas Isi Buku

(2)

peranan itu dilaksanakan. Tentang pendidikan jasmani (terjemahan dariphysical education,dikenal juga dengan istilahlichamelijke opvoeding)dan tujuan pendidikan jasmani, serba sedikit penulis menampilkan pendapat beberapa pakar seperti Charles Bucher, Rijsdorp, Annarino, Cowell, Hazelton, Gabbard, LeeBlanc, Lowy, Wuest, juga yang tercantum dalam kurikulum. Pendidikan jasmani adalah pendidikan, dengan menggunakan jasmani sebagai wahana; sedangkan tujuannya paling tidak meliputi domainphysic, psychomotor, affectivedancognitive.

Dilanjutkan tulisan Dr. Noerbai, M.Pd.: “Menyelamatkan Aktivitas Olahraga dari Korban Apapun”. Penulis mengingatkan lagi bahwa olahraga harus dilakukan dengan menjunjung tinggifair play,sebagai konsep moral yang harus diawali tunduk 100% pada peraturan serta penghargaan terhadap lawan dan harga diri. Pertandingan/ perlombinaan olahraga tanpa semangatfair play,dapat dikatakan bukan lagi olahraga, karenafair play is very essence of sport.Pembahasan diawali dengan ilustrasi tentang Olympiade (kuno), yang sementara diyakini dilaksanakan mulai tahun 776 sM, dan dilaksanakan sebagai penghormatan kepada dewa Zeus. Juga diingatkan cita-cita yang Olympiade (modern), yang “dihidupkan” lagi oleh Bapak Olympiade, Baron Pierre de Coubertin, yaitu: mendidik atlet dalam sportivitas dan menjalin persahabatan antar bangsa. Dampak iptek (termasuk didalamnyadoping) dalam olahraga dikaji singkat, juga filosofi pembinaan yang berkembang di beberapa negara kuat.

(3)

mulanya diselenggarakan/diprakarsai oleh mahasiswa diambil alih oleh lembaga sebagai salah satu program perguruan tinggi, yang dinamakanintramuraldanextramural, sebagai bagian dari program pendidikan jasmani.

Tulisan kedua bagian dua, Prof. Dr. Abdulkadir Ateng: “Olahraga di Sekolah”. Mengawali dengan diskusi pengertian olahraga, yang merupakan kata majemuk olah dan raga; Olah artinya upaya mengubah/mematangkan atau upaya untuk menyempurna-kan; atauulahdanraga(bhs. Jawa),ulahartinya perbuatan, tindakan atau tingkah laku. Bisa pula dengan menggunakan katasportuntuk padanannya, yang menurut sejarah berasal dari katadisportare (bhs. Inggris kuno) artinya bersenang-senang, pengisi waktu luang. Di Indonesia, istilah olahraga muncul tahun 60-an, saat istilah pendidikan jas-mani yang sudah ada lebih dulu dihapus. Dalam perkembangannya kedua istilah ini tetap muncul. Usaha penyeragaman oleh Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan dari Ditjen Dikti belum membuahkan hasil menggembirakan. Hanya perlu dicermati, organisasi internasional pun masih banyak yang tetap membedakan (artinya menggunakan keduanya) antaraphysical educationdansport,misalnya: ICSPE, ICHPERSD. Dalam penyusunan program penjas, perlu diperhatikan empat komponen utama, yaitu: (1) rangsang pertumbuhan dan perkembangan organik, (2) keterampilan neuromuskuler motorik, (3) perkembangan intelektual, dan (4) perkembangan emosional.

Prof. Drs. H. Sukarna, M.A. menulis “Kegembiraan dan Kesegaran Jasmani Melalui Pendidikan Olahraga di Sekolah Dasar”. Diawali dengan berbagai pengertian yang menyangkut kemampuan secara fisikal, yaitu:endurance, strength, body control, coordination, relaxation, flexibility, sport skills,danrecreatioal skills. Karakteristik pertumbuhan anak SD disajikan dari kelas 1-6, berisi:characteristics, objectives, developmental activities,menarik untuk dicermati. Pendidikan jasmani di sekolah harus terdiri atas:warming up/pemanasan,latihan/inti, dan cooling down/penenangan.

(4)

dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keterampilan olahraga serta keterampilan hidup lainnya (life skill). “Lima komponen penentu mutu proses belajar di SD: (1) profesional-isme guru, (2) manejemen pendidikan yang efektif dan efisien, (3) buku dan sarana belajar yang memadai dan selalu dalam kondisi siap pakai, (4) fisik dan penampilan sekolah, dan (5) partisipasi aktif masyarakat”. Dalam pembahasan kebijaksanaan penjas di SD, guru besar UNNES ini mengutip berbagai surat, ketetapan, dan UU, seperti: UU no. 2 tahun 1989 tentang SPN, Tap MPR no. IV/1999 tentang GBHN, edaran Dirdikdas no. 029/02/u/93, keputusan Dirdikdasmen no. 079/c/kep/1/93, edaran Ditdikdas no. 1073/c2/ u/94, edaran Ditdikdas no 0766/C2/or.98, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan SD, Kepmendikbud no.0181/u/1996, Puskur Balitbang 2001.

“Beberapa usulan strategi pemecahan masalah, sesuai isu yang muncul, yaitu: (1) nama mata pelajaran penjas dan olahraga, (2) status yang jelas pelajaran ekstra kurikuler, (3) guru pengajar penjas dengan kualifikasi tertentu, (4) per-syaratan minimal guru kelas pengajar penjas, (5) standar fasilitas minimal, (6) peningkatan mutu guru penjas melaluiin service training,(7) pengawasan pelaksanaan pengajaran penjas, (8) indikator keberhasilan pembelajaran penjas, (9) pengadaan, pengangkatan dan pembinaan guru penjas”.

Prof. Dr. Harsuki, M.A., menulis tiga: “Manajemen Olahraga” dan “Pemasaran Olahraga”, pada bagian tiga; serta “Sport for Alldi Berbagai Negara”, bagian enam.

(5)

Administrasi Management Leadership Human Relation

Penjelasannya, manajemen merupakan inti dari administrasi,leadershipmerupakan inti dari manajemen,human relationmerupakan intileadership.

Pada “Pemasaran Olahraga”, yang merupakan terjemahan langsung darisport marketing,penulis mengungkap bahwa pemasaran tidak sama dengan penjualan; pen-jualan bukan satu-satunya aspek dari pemasaran, dan bukan pula yang terpenting dari pemasaran. Menurut Kotter and Andreasen (1987), penekanan pendekatan pemasaran adalah pada penentuan apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan, kemudian memenuhinya. Mullin (1985) memerinci, bahwa pemasaran olahraga berkembang dua arah, yaitu: (1) pemasaran produk danserviceolahraga kepada pelanggan olahraga, (2) pemasaran yang menggunakan olahraga sebagai wahana promosi untuk pelanggan, serviceserta produk industri.Sport marketingbarangkali merupakan bagian manajemen olahraga paling dinamis dan mengesankan karena meliputi lingkup promosi, pengiklan-an, penjualan dan humas. Di samping itu yang membuat semakin menarik dan menan-tang, karena olahraga merupakan sesuatu yang tidak konsisten, tidak dapat diramalkan, karena banyak kemungkinan yang terjadi. Misalnya atlet cidera, emosi pemain, cuaca berubah, penonton emosional, listrik mati, panitia penyelenggara tidak profesional.

Pada “Sport for Alldi Berbagai Negara”, penulis mengingatkan pelaksanaan sport for allperlu kerja sama antar negara dalam bidang: (-) kampanye lewat mass media, (-) merancang metode, (-) merancang program, dan (-) merancang fasilitas. Beberapa negara ditampilkan untuk memberikan gambaran pelak-sanaan programSport for All,di Jerman, Canada, Jepang, Australia, serta Indonesia. Arah pembangunan keolahragaan pernah dibuat dalam pola dasar pembangunan olah-raga dirancang sesuai dengan titik berat tujuan Repeliti, yaitu: (-) akhir Pelita IV, terwujud keluarga

(6)

dilaksanakan untuk tujuan meningkatkanfitnessdan kesehatan bangsa serta prestasi olahraga untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.

Tulisan kedua bagian manajemen olahraga, Dr. Husein Argasasmita, M.A.dan Emanuel Soni, K.: “Menjadi Manajer Organisasi Olahraga”. Diawali dengan kalimat dari Lord Byron, “Ketika kita berpikir bahwa kita memimpin, sebenarnya kita lebih banyak dipimpin”. Mengapa dibuka dengan kalimat tersebut? Karena para manajer olahraga (di Indonesia, khusus-nya), adalah seseorang yang seharusnya memimpin organisasi olahraga, akan tetapi banyak diantara mereka yang dipimpin atau terbentur dengan masalah kebijakan politik, ekonomi, dan faktor lain. Tugas manajemen diorien-tasikan padaplanning, organizing, coordinating,dan controlling.Sedang konsep tra-disional manajemen diklasifikasikan menurut caraapproach, seperticlassical, behavior, science, systemdancontingency.Kualitas terpenting harus dimiliki seorang manajer adalah mengetahui cara memotivasi, melakukan koordinasi, meningkatkan produktivitas karyawan dan hubungan interpersonal serta membuat strategi.

Bagian kesehatan olahraga diawali tulisan Dr. drg. Soetanto Hartono, M.Sc.: “Sebuah Reviu Mengenai Masalah Wanita dan Olahraga”. Selama 20 tahun terakhir, lebih banyak wanita mengikuti olahraga. Fenomena semacam ini merangsang para peneliti untuk meneliti pengaruh aktivitas fisik yang berat terhadap siklus menstruasi dan reproduksi. Penelitian Erdely (1962), Malina (1978), Prokop (1976), menunjukkan adanyamenarche(menstruasi pertama kali) yang terlambat diikuti disfungsi mestruasi pada remaja yang berlatih keras sebelummenarche. Menurut Malina,menarche diper-oleh paling lambat pada atlet Olympic, dan paling dini pada mereka yang bukan atlet. The American College of Sport Medicine (ACSM) melaporkan bahwa sekitar 1/3 pelari jarak jauh wanita usia12-45 tahun mengalami masaamenorrhea(tidak mengalami menstruasi) atauoligomenorrhea(jarang mengalami menstruasi). Riset Zaharieva, 1/3 sampel peserta Olympic 1960 merasa bahwa menstruasi mempengaruhi kinerja mereka secara negatif. Dalamphysical fitness, riset Doolittle & Engebretsen (1972), menunjuk-kan tidak ada perbedaan dalam tes lari 600 yard.

(7)

tingkat sel (degeneratif). Radikal Bebas adalah semua species kimia yang mengandung elektron tanpa pasangan; elektron tanpa pasangan menambah sifat reaktif atom atau molekul. Sumber Radikal Bebas adalah: proses biokimia dalam tubuh, pernapasan aerob, radiasi elektromagnetik, asap rokok, polutan di udara. Dalam tubuh terjadi per-ubahan struktural yang merupakan proses degeneratif; misalnya: sel mengecil/menciut, jumlah sel berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat baru menggantikan sel-sel yang menghilang akibat timbulnya kemunduran fungsi organ tubuh. Konsumsi sayur dan buah setiap hari untuk mendapatkan vitamin C dan E (Antioksidan) sangat baik memperlambat proses penuaan yang disebabkan Radikal Bebas. Dr. Bortz (1983) dalam Journal of American Medical Association menuliskan: “Tidak ada obat yang sekarag atau masa depan akan dipakai, yang menjanjikan dengan pasti akan memberikan dan mempertahankan kesehatan lebih baik daripada kebiasaan hidup yang senantiasa berolahraga”. Pertanyaannya, jenis olahraga apa yang cocok untuk lansia? Semua jenis olahraga pada prinsipnya dapat dilakukan lansia, asalkan sudah dikerjakannya secara teratur sejak muda. Namun untuk amannya, disarankan olahraga aerobik yang dinamis (misalnya jalan kaki, renang) lebih sesuai dibanding olahraga isometrik yang mengangka beban berat. Ambang batas yang aman ialah bila berada padatarget zone, yaitu 70-85% dari maksimal denyut nadi.

BagianSport for Alldiawali tulisan Drs. H. Amrum Bustaman: “Pembinaan Kesegaran Jasmani untuk Lanjut Usia”. Lansia yang melakukan olahraga menurut proporsi sebenarnya dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani, karena otot dapat berkembang baik ukuran, tenaga maupun daya tahan otot; demikian pula halnya dengan otot jantung, sebagaimana otot ekstremitas lainnya.

Rumus FITT untuk Fitness

Frekuensi Intensitas Tempo/waktu Tipe Latihan

(F) (I) (T) (T)

+ + +

3-5 kali/minggu 60-85% denyut 20-30 menit berlanjut, ritmik jantung maksimal

(8)

Pada topik Wanita dan Olahraga hanya satu tulisan dari Nina Sutresna, M.Pd.: “Wanita dan Olahraga (Fenomena Sosial)”. Rujukan berbagai sumber mengisyaratkan, bagaimanapun kaum wanita dianggap sebagai kaum lemah yang keberadaanya tidak pernah bisa melampaui laki-laki. Sosiolog Michael Smith (1970), tingkat keterlibatan wanita dalam olahraga terus meningkat; Perambahan pada cabang-cabang olahraga ‘keras’ sebagaimana yang kerap dilakukan kaum pria, bukan lagi meupakan sesuatu yang tabu. Peningkatan partisipasi, karena: kesempatan baru, kebijakan pemerintah, aktivitas wanita, kesehatan dan kebugaran jasmani, serta pemberian penghargaan dan publisitas terhadap atlet wanita. Tetapi pendapat Bob Kneppers, pelatih basket USA (1988), membuat telinga kaum hawa panas, “Satu hal yang saya yakini, bahwa Tuhan tidak menciptakan tubuh wanita untuk melakukan pekerjaan yang penuh kekerasan. Tubuh mereka hanya dipersiapkan untuk menjalani segala sesuatu yang berbaufeminis. Juga pendapat Dorothy Harris (1987), “Olahraga identik dengan kaum laki-laki. Standar ganda yang beerlaku di kalangan masyarakat mensyaratkan bahwa wanita hanya sebagai objek bukan subjek”. Menurut Utami Munandar, beberapa perbedaan pria dan wanita, yaitu: (1) perbedaan jenis kelamin: perbedaan biologis, perbedaan sosial budaya, per-bedaan dalam kemampuan, kemampuan matematika; (2) perper-bedaan harapan, orientasi prestasi dan aspirasi: harapan keluarga, harapan teman sebaya, harapan sekolah, harapan diri. Ada empat faktor penting berkaitan dengan harapan diri dan aspirasi yang lebih rendah pada wanita, yaitu: rasa kompetensi yang lebih rendah, kecenderungan melihat sebab kegagalan pada diri sendiri dan keberhasilan pada faktor ekternal, motivasi prestasi yang lebih rendah, sindroma ‘takut akan sukses’.

(9)

padainstictataufeelingsaja, maka hasilnya juga hanya kebetulan saja. Masalah paling kompleks dalam metodologi latihan ialah bagaimana mencapaipeak performance puncak pada tanggal dan waktu yang direncanakan.

“Faktor yang memungkinkan ter-capainyapeak performance,yaitu: (-) volume latihan, (-) manipulasi volume dan intensitas latihan, (-) kemampuan atlet untuk dapatrecoverydengan cepat usai latihan/pertandingan, (-) kondisi neuro-muscular yang sempurna atau hampir sempurna, (-) overkompensasi, (-) motivasi,arousal,relaksasi psikologis”.

Tulisan kedua bagian kepelatihan, Mochamad Moeslim, M.Si. menulis suatu yang wajib diketahui pelatih, “Pengukuran dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pelatihan Cabang Olahraga”. Rangkaian tes semula disiapkan untuk Pelatnas SEA Games XIX/ 1997 di Jakarta, kemudian dikembangkan, dievaluasi dan direvisi untuk keperluan berikutnya, Persiapan Pelatnas Asian Games XIII Bangkok, Pelatnas Olympic Games XXVII/2000 Sydney, Pelatnas SEA Games XXI/2001 Kuala Lumpur, Pelatnas Asian Games XIX/ 2002 Busan. Kriteria pemilihan tes, yaitu memenuhi syarat validitas, reliabiltas, objektivitas, ekonomis, kesederhanaan, tuntutan pelaksanaan baku. Semua item tes (untuk 31 cabang olahraga yang dibuat rangkaian tes fisik) dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan, norma penilaian/penskoran.

Prof. Drs. HM. Tahir Djide, yang lebih terkenal sebagai pelatih, menulis “Peran Pelatih dan Prestasi Olahraga”. Profesi pelatih merupakan profesi yang menuntut kerja keras, sistematis, berkesinambungan, dan tidak boleh dianggap sebagai pekerjaan sam-bilan. MacAuley dari Bolton Celtic, mengatakan:“When you are not practicing, remember, someone somewhere is practicing, and when you meet him he will win”.

“Peran dan tugas pelatih adalah: (1) cermat menentukan sasaran atau tujuan latihan; (2) menetapkan tujuan latihan yang bersifat realistik; (3) memilih metode, model latihan yang cocok; (4) memotivasi atlet untuk berlatih keras; (5) mencermati latihan pemanasan dan pencegahan cidera; (6) istirahat dan minum yang cukup (7) memanfaatkan aspek pembinaan psikologis; (8) cermat dan terampil melakkan komunikasi“

Seberat apapun tuntutan, tetapi falsafah melatih harus tetap dikedepankan, yaitu: “Utamakan atlet, kemenangan menjadi faktor kedua”.

(10)

olahraga harus dikaitkan dengan kegiatan olahraga yang mempunyai sifat:(-) hirozontal, dalam arti bersifat menyebar sesuai dengan konsepsport for all; (-) vertikal, dalam arti bersifat mengarah ke atas dengan tujuan mencapai prestasi tertinggi. Ada tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu kualitas, kuantitas, dan dana. Beberapa skema kota/ kompleks olahraga disajikan seperti: Seoul Sport Complex di Chamsil, Olympic Park di Seoul, Mont Juic di Barcelona, yang semuanya dirancang dalam rangka Olympic games. Penulis menanyakan, bagaimana dengan Indonesia?

MF. Siregar dengan “Olahraga Indonesia Bangkit dan Tatap Masa Depan”, merupakan tulisan bagian ke-9. Sejak berpartisipasi di gelanggang SEA Games tahun 1977, baru 1999 di Brunei tim Indonesia berada di urutan ke-3, sebelumnya sebagian besar peringkat I, beberapa kali peringkat II. Penurunan prestasi terjadi di Asian Games, ASEAN games, bahkan cabang bulutangkis yang sejak lama Indonesia menjadijawara. Sejak mengikuti Olympic Games 1952 di Helsinki, baru di Barcelona 1992 Indonesia berhasil memperoleh medali emas.

“Penulis menyarankan perlunya program bangkit kembali agar Indonesia dapat mengejar ketinggalannya, diantaranya dengan upaya: (-) optimalisasi pember-dayaan kelembagaan keolahragaan, (-) pemantapan sistem pembinaan olahraga nasional, (-) pemantapan iptek olahrga dengan tujuan peningkatan prestasi olahraga”.

(11)

Sebuah Harapan

Sajian secara umum berkaitan dengan urutannya, seperti yang tertuang dalam daftar isi, akan lebih baik bila dengan memperhatikan pengelompokkan ilmu-ilmu pendukung ilmu keolahragaan. Sebagai contoh pengelompokkan yang dihasilkan dari pertemuan “Olympic Scientific Congress” di Quebec City, Canada, yaitu: (1) Ilmu-ilmu Biologi: fisiologi olahraga, biomekanika olahraga, kesehatan olahraga; (2) Ilmu-ilmu Tingkah laku Manusia (Behavioral Science): pendidikan olahraga, psikologi olahraga, sosiologi olahraga; (3) Humaniora (Humanities): filsafat olahraga, sejarah olahraga, teologi olahraga; (4) Varia: manajemen olahraga, infra struktur olahraga jurnalistik olahraga, hukum olahraga.

Buku baik ini akan semakin baik, apabila beberapa ‘kekurangan’ yang sedikit mengganggu dihilangkan, tentunya pada edisi berikutnya. Beberapa contoh. Appendix salah satu tulisan (halaman 84-96), ilustrasi terlalu kecil, cetak tidak jelas, arah panah kurang jelass. Ada tabel dan skema belum lengkap atau sajian yang sebaiknya ditabelkan (hal. 237, 289, 293, 313, 330, 331-345), belum ada judul (hal. 148, 159, 160, 278, 351). Gambar 1-15 (hal. 387-403), maket dan foto akan lebih komunikatif kalau dicetakfull colour.Ada isi yang tidak sama, misalnyatraining zonedengan persentase yang berbeda pada kajian tentang olahraga lansia. Tambahanindexdanglosarry, kiranya bermanfaat untuk buku setebal 449 halaman ini.

Pada bagian filsafat, pembaca perlu diperkenalkan atau sekedar diingatkan lagi dengan motto (secara lengkap) yang sangat terkenal:“Orandum est ut sit: Mens sana in corpore sano”,dari Seneca, filsuf Greek masyhur yang lahir kira-kira 2000 tahun lalu. Yang diartikan oleh Peter V. Karpovich (1963) dengan:“It is to be prayed that there would be a sound mind a sound body”. Mengapa perlu diingatkan lagi? Karena di masyarakat motto ini sering diambil sebagian,“Mens sana in corpore sano”,yang tentu saja maknanya menjadi salah atau paling tidak kurang tepat.

(12)

only an important clue for schooling in general, but it is relevant to each subject that is taught in schools. So also PE (Physical Education) should follow this clue”.

Mengakhiri tulisan ini, semangat menjunjung tinggifair playyang merupakan essence of sport, kiranya perlu menjadi semangat seluruh masyarakat Indonesia. Jika demikian, maka ke depan, tidak mustahil lagu Indonesia Raya akan sering berkumandang di berbagai event regional maupun internasional.

________________

Jogjakarta, April 2005 BIODATA PENULIS

Margono,lahir di Solo-Jawa Tengah, 30 Agustus 1961. S-1 (UNS, 1985), S-2 (UNNES, 2001). Lektor Kepala, IV-a. Karya ilmiah: (-) Sebagai penyaji pendamping dalam

International Conference on “Sport and Sustainable Development”, di JEC-Jogjakarta, 2003, dengan judul: “Comic as An Effective Media for Teaching among Children”; Sebagai penyaji pendamping dalam The 3rdInternational Conference of “Asian Society for Physical Education and Sport (ASPES), di Bandung, dengan judul: “Snake-Ladder Game and Physical Education”. (-) Resensi buku: “Teori Pendidikan Jasmani (Filosofi, Pembelajaran dan masa Depan)”, di jurnalPenjasFIK UNY, 2005; (-) Resensi buku: “Taekwondo, Poomse Tae Geuk”, di jurnalOlahragaFIK UNY, 2004; (-) Resensi buku: “Foundation of Physical Education and Sport”, di jurnalCakrawala PendidikanUNY,; (-) Komik Jepang: Sebuah Media untuk Mengembangkan Fair Play, di jurnalOlahraga FIK UNY, 2003; (-) Fair Play: Guru Penjas SD sebagai Ujung Tombak, di jurnal

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kacangan Mucuna bracteata hanya mengeluarkanbunga dan menghasilkan biji jikaditanamdidataran tinggi >1000 m dpl.Hasil

Bahasa Inggris dasar memerlukan penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan mempermudah dalam memahami materi

M eteorologi mengenal sistem skala dalam melakukan sebuah analisis. Skala global merupakan skala meteorologi yang paling luas. Skala global dapat mempengaruhi fenomena meteorologi

Mengacu pada pemikiran tersebut, Konsorsium Kursus Penyiaran (Broadcasting) pada Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini

Metode aktif yaitu metode geolistrik dimana sumber arus listrik yang digunakan dialirkan ke dalam tanah atau batuan di bawah permukaan bumi, kemudian efek

Judi Pat#l#gis ditandai dengan judi maladaptif yang erulang dan menetap dan menimulkan masalah ek#n#mi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi  priadi,

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,

Naskah drama Modus Spionase dalam proses penciptaannya melalui tahapan mengumpulkan data, bersumber pada peristiwa perilaku buruk seorang sipir kemudian dikembangkan