• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI SUMATERA BARAT

No. 49/8/ 13/Th. XVIII, 13 Agustus 2015

I

NDEKS

D

EMOKRASI

I

NDONESIA

(IDI)

2014

INDEKSDEMOKRASIINDONESIA(IDI)SUMATERABARAT2014SEBESAR63.99DARI SKALA0SAMPAI100,ANGKAININAIK9.88POINDIBANDINGKANDENGANIDI2013 SEBESAR54.11.

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Sumatera Barat 2014

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sumatera Barat 2014 sebesar 63.99 dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 9.88 poin dibandingkan dengan IDI Sumatera Barat 2013 sebesar 54.11. Dengan kenaikan ini, maka tingkat demokrasi di Sumatera Barat pada tahun 2014 berada pada tingkat yang “sedang”.

Perkembangan IDI dari 2009 hingga 2014 mengalami fluktuasi (2009 sebesar 60.29; 2010 sebesar 63.04, 2011 sebesar 65.02, 2012 sebesar 60.82, 2013 sebesar 54.11 dan 2014 sebesar 63.99). Meskipun demikian, tingkat demokrasi Indonesia berdasarkan penghitungan Indeks yang tahun 2009 hingga 2012 yang masih berada pada kategori “sedang”, pada tahun 2013 jatuh ketingkat yang “buruk”, dan tahun 2014 naik menjadi “sedang” kembali. Hal ini menunjukkan IDI sebagai sebuah alat

 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sumatera Barat 2014 sebesar 63.99 dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 9.88 poin dibandingkan dengan IDI Sumatera Barat 2013 sebesar 54.11. Dengan naiknya Indeks ini, maka tingkat demokrasi di Sumatera Barat menjadi “sedang”, dari sebelumnya kategori “buruk”. Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

 Kenaikan angka yang merupakan indeks komposit tersebut dipengaruhi perubahan tiga aspek demokrasi yang diukur yakni Kebebasan Sipil (Civil Liberty) yang turun 7.67 poin dari 54,88 pada 2013 menjadi 47.21 pada 2014, Hak-Hak Politik (Political Rights) naik 22.85 poin dari tahun 2013 sebesar 38.97 menjadi 61.82 pada tahun 2014, dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy) juga naik 11.38 poin dari 77.17 pada 2013 menjadi 88.56 pada 2014.

(2)

Grafik 1. Perkembangan IDI Sumatera Barat, 2009-2014 aspek kebebasan sipil dengan rata-rata Sumatera Barat 47.21; aspek hak-hak politik sebesar 61.82; dan aspek lembaga demokrasi sebesar 88.56.

Secara lebih rinci, pada 2014 distribusi indeks dalam ketiga aspek demokrasi yang diukur terlihat aspek kebebasan sipil, mengalami penurunan 7.67 poin, sedangkan aspek hak-hak politik dan lembaga demokrasi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 22.85 dan 11.38 poin. Dengan terjadinya penurunan indeks, pola sebaran nilai di atas masih sama dengan tahun pengukuran sebelumnya, yaitu kebebasan sipil secara umum terkategori “buruk”, dan lembaga demokrasi “sedang”, sementara aspek hak-hak Politik “baik”. Dari data IDI 2014 diperoleh informasi pada aspek kebebasan sipil masih banyaknya jumlah tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah yang membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat menjalankan ajaran agamanya.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Sumatera Barat, 2009-2014

(3)

Dari sisi variabel, pada IDI 2014 terdapat delapan variabel yang mengalami peningkatan skor yakni kebebasan berpendapat (naik 1.67 poin dari 89.98 pada 2013 menjadi 91.65 pada 2014), hak memilih dan dipilih (naik 22.87 poin dari 50.76 pada tahun 2013 menjadi 73.63 tahun 2014), partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan (naik 22.83 poin dari 22.17 tahun 2013 menjadi 50.00 tahun 2014), pemilu yang bebas dan aktif (naik 2.53 poin dari 97.47 tahun 2013 menjadi 100.00 tahun 2014) peran DPRD (naik 2.37 poin dari 39.55 pada tahun 2013 menjadi 41.92 pada tahun 2014), peran partai politik (naik 38.57 poin dari 61.43 tahun 2013 menjadi 100.00 pada tahun 2014) dan peran birokrasi pemerintahan (naik 12,92 poin dari 87,08 pada 2013 menjadi 100,00 pada 2014). Sementara itu, terdapat tiga variabel yang mengalami penurunan skor diantaranya kebebasan berkumpul dan berserikat yang turun 8.75 poin dari 98.75 pada tahun 2013 menjadi 90.00 tahun 2014,kebebasan berkeyakinan yang turun 3.14 poin dari 27.20 pada 2013 menjadi 24.06 pada 2014, kebebasan dari diskriminasi turun 22.00 poin dari 93.47 pada tahun 2013 menjadi 71.17 pada tahun 2014 Kemudian sisanya tidak mengalami perubahan atau relatif sama.

Tabel 1. Perkembangan Skor Variabel IDI Sumatera Barat, 2013-2014

No Nama Variabel 2013 2014 Selisih

1 Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 98,75 90.00 - 8.75

2 Kebebasan Berpendapat 89,98 91.65 1.67

3 Kebebasan Berkeyakinan 27,20 24.06 - 3.14

4 Kebebasan dari Diskriminasi 93,47 71.47 - 22.00

5 Hak Memilih dan Dipilih 50,76 73.63 22.87

6 Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan

27,17 50.00 22.83

7 Pemilu yang Bebas dan Adil 97,47 100.00 2.53

8 Peran DPRD 39,55 41.92 2.37

9 Peran Partai Politik 61,43 100.00 38.57

10 Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 87,08 100.00 12.92

11 Peran Peradilan yang Independen 100,00 100,00 0.0

Dari sisi indikator, pada IDI 2014 terdapat 14 indikator yang mengalami kinerja baik (merupakan indikator yang memiliki skor di atas 80) diantaranya yaitu indikator 1, 2, 3, 7, 9, 11, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27 dan 28 (lihat tabel 2 perkembangan skor indikator 2013 dan 2014). Kendati demikian, masih terdapat masalah kronis yang ditunjukkan melalui indikator 5, 6, 10, 15, 17, 21, dan 22 (merupakan indikator yang memiliki skor di bawah 50), diantaranya adalah aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama, Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama, % Perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Propinsi, demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan, perda yang merupakan inisiatif DPRD dan rekomendasi DPRD kepada eksekutif. Oleh karena itu, indikator tersebut memerlukan perhatian khusus agar nilainya dapat membaik.

(4)

Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator 2013 dan 2014

Nomor Indikator 2013 2014

1

Kebebasan Sipil

Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat

100,00

90,00 2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berkumpul dan berserikat 90,00 90,00

3 Ancaman /penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat

kebebasan berpendapat 100,00 100,00

4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berpendapat 40,00 50,00

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 17,39 8.70 6 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama 52,50 0.00 7 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama 50,00 100,00 8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok 83,33 83,33 9 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminatif dalam hal gender dst 100,00 100,00 10 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender 100,00 33.33

Hak-Hak Politik

11 Hak memilih atau dipilih terhambat 96,79 100.00

12 Kurang fasilitas sehingga penyandang cacat tidak dapat menggunakan hak pilih 50.00 60.00

13 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 30.00 76.31

14 Voters turnout 70,46 68.43

15 % Perempuan terpilih terhadap total anggota DPRD Propinsi 42,42 30.77

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 26,09 68.26

17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 28,26 31.74 Lembaga Demokrasi

18 Keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan pemilu 100,00 100,00

19 Kecurangan dalam penghitungan suara 94,94 100.00

20 Alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 57,92 57.55

21 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 0,00 8.33

22 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 7,14 14.29

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan partai peserta pemilu 57,14 100.00

24 % perempuan pengurus partai politik 100,00 100,00

25 Penggunaan fasilitas pemerintah untuk kepentingan parpol 78,71 100.00 26 Keterlibatan PNS dalam kegiatan parpol peserta pemilu 95,45 100.00

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100,00 100,00

(5)
(6)

2. Catatan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun pusat bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia itulah maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), United Nations Development Programme (UNDP) dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf, Prof Musdah Mulia, Dr. Syarif Hidayat, dan Dr. Abdul Malik Gismar merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan sejumlah aspek demokrasi, diantaranya adalah Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

Pada dasarnya IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia.

(7)

Komponen Penghitungan IDI 2009 - 2014

Dari sisi penghitungan Indeks, IDI harus melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung indeks akhir untuk setiap indikator; kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkhis terkait satu dengan yang lain. Indeks masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 varibel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Gambar

Grafik 1. Perkembangan IDI Sumatera Barat, 2009-2014
Tabel 1. Perkembangan Skor Variabel IDI Sumatera Barat, 2013-2014
Tabel 2. Perkembangan Skor Indikator 2013 dan 2014
Tabel 3. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2013-2014

Referensi

Dokumen terkait

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil, aspek Hak-hak Politik dan aspek Lembaga

Angka IDI 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 93,28; aspek Hak-hak Politik sebesar 70,42; dan

Angka IDI merupakan indeks komposit yang dihitung dengan rata-rata tertimbang dari indeks tiga aspek yakni aspek kebebasan sipil, aspek hak-hak politik, dan aspek lembaga

Secara lebih rinci, pada 2013 distribusi indeks dalam ketiga aspek demokrasi yang diukur terlihat aspek kebebasan sipil dan lembaga demokrasi mengalami

Dalam tiga aspek demokrasi yang diukur pada tahun 2016, indeks aspek Kebebasan Sipil dan Hak-Hak Politik masing-masing mengalami penurunan 14,21 poin dan 0,96 poin dibandingkan tahun

Secara lebih rinci, pada 2015 distribusi indeks dalam ketiga aspek demokrasi yang diukur mengalami penurunan dan peningkatan dari tahun 2014.. Aspek kebebasan sipil mengalami

Dalam tiga aspek demokrasi yang diukur pada tahun 2016, indeks aspek Kebebasan Sipil mengalami peningkatan 6,64 poin dibandingkan tahun 2015.. Aspek Lembaga Demokrasi

Angka IDI Sulawesi Tenggara 2014 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek “Kebebasan Sipil” dengan indeks sebesar 90,89; aspek