• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No. 56/10/16/Th.XIX, 2 Oktober 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)

Provinsi Sumatera Selatan 2016

IDI Provinsi Sumsel

tahun 2016

sebesar 80,95,

meningkat

sebesar 1,14 poin

dari tahun 2015

yang sebesar

79,81

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-Lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

• Secara umum, nilai Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Sumsel 2016 sebesar 80,95 dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 1,14 poin dibandingkan dengan IDI Sumsel 2015 sebesar 79,81. Nilai indeks demokrasi Provinsi Sumsel mengalami kenaikan dan tingkat demokrasi di Provinsi Sumsel pada kategori baik . Tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga katergori yakni baik (indeks >80), sedang (indeks 60 80), dan buruk (indeks < 60).

• Perubahan angka Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sumsel dari 2015-2016 dipengaruhi oleh tiga aspek demokrasi yakni (1) Kebebasan Sipil yang turun 4,89 poin (dari 96,06 menjadi 91,17), (2) Hak-Hak Politik yang naik 3,15 poin (dari 78,79 menjadi 81,94), dan (3) Lembaga-lembaga Demokrasi yang naik 5,53 poin (dari 61,00 menjadi 66,53).

Metodologi penghitungan IDI menggunakan 4 sumber

(2)

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Prov. Sumsel 2016

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sumsel 2016 sebesar80,95dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 1,14 poin dibandingkan dengan IDI Sumsel 2015 sebesar 79,81. Dengan kenaikan ini, tingkat demokrasi di Provinsi Sumsel meningkat pada kategori “baik” dimana pada tahun 2015 masih berada pada kategori “sedang”.

Perkembangan IDI Sumsel dari 2009 hingga 2016 mengalami fluktuasi yaitu sebesar 72,52 di tahun 2009, sebesar 73,65 di tahun 2010, sebesar 67,92 di tahun 2011, sebesar 73,17 di tahun 2012, sebesar 67,12 di tahun 2013, sebesar 74,82 di tahun 2014, sebesar 79,81 di tahun 2015 dan sebesar 80,95 di tahun 2016. Dari Tahun 2009-2015 tingkat demokrasi Provinsi Sumsel berada pada kategori “sedang” sedangkan pada tahun 2016 ini IDI Sumsel menjadi kategori “baik”.

Fluktuasi angka IDI adalah cermin dinamika demokrasi Indonesia. IDI sebagai sebuah alat untuk mengukur perkembangan demokrasi yang khas Indonesia, memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya kondisi demokrasi. Karena IDI disusun berdasarkan evidence based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan IDI merupakan refleksi realitas yang terjadi.

Grafik 1. Perkembangan IDI Sumsel, 2009-2016

Sumber: BPS Prov. Sumatera Selatan

72.52 73.65

67.92 73.17 67.12 74.82

79.81 80.95

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

100

80

60

Baik

sedang

(3)

2. Perkembangan Indeks Aspek IDI

Angka IDI Sumsel 2016 sebesar 80,95 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan rata-rata 91,17, aspek Hak-Hak Politik sebesar 81,94, dan aspek Lembaga Demokrasi sebesar 66,53.

Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Nasional, 2009-2016

Sumber: BPS Prov. Sumatera Selatan

Apabila dimaknai secara kategori “baik”, “sedang”, dan “buruk”, mulai tahun 2014-2016 tidak ada lagi indeks aspek yang berkategori “buruk”. Bahkan untuk indeks Aspek Kebebasan Sipil, dari tahun 2009-2016 selalu berada pada kategori “baik”, walaupun di tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 4,89 poin. Untuk dua indeks aspek lainnya yaitu Aspek Hak-hak Politik dan Aspek Lembaga Demokrasi menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 3,15 dan 5,53 poin. Khusus Aspek Hak-hak Politik pada tahun 2016 meningkat menjadi kategori “baik” dibandingkan pada tahun 2015 yang masih berada pada kategori “sedang”.

Nilai aspek Kebebasan Sipil selalu berada pada posisi di atas dua aspek lainnya dan dalam perkembangannya (2015-2016) nilai aspek Hak-Hak Politik berada di atas nilai aspek Lembaga Demokrasi. Hal tersebut disebabkan oleh semakin berkurangnya penyampaian aspirasi dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan (merusak, memblokir, membakar, dan melakukan penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah) dan jumlah pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan tidak mengalami sumbatan.

95,42 100

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Kebebasan Sipil Hak-hak Politik Lembaga Demokrasi

Buruk Sedang

(4)

20

3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Prov. Sumsel

Menurut nilai indeks variabel IDI 2016 terdapat tiga variabel yang mengalami peningkatan indeks dan enam variabel mengalami penurunan. Dari tiga variabel yang mengalami kenaikan, satu diantaranya meningkat cukup bermakna. Kenaikan terbesar terjadi pada indeks variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah. Pada Grafik 3 terlihat lebarnya jarak plot tahun 2015 dengan plot tahun 2016, memperlihatkan variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah meningkat paling besar, dari kategori “buruk” meningkat menjadi “sedang”, yakni meningkat dari 27,66 pada 2015 menjadi 79,84 pada 2016.

Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Prov. Sumatera Selatan, 2015-2016

Sumber: BPS Prov. Sumatera Selatan

Sedangkan variabel yang mengalami penurunan relatif tinggi adalah variabel Peran Partai Politik yang menurun sebesar 38,58 poin yakni dari 74,04 di tahun 2015 menjadi 35,46 di tahun 2016 (kategori “buruk”).

4. Perkembangan Skor Indikator IDI

Indikator pada IDI 2016 Provinsi Sumsel terdapat 16 indikator mencapai kinerja kategori “baik” (skor di atas 80), meliputi:

a. Indikator 1, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Aparat Pemerintah yang Menghambat Kebebasan Berkumpul dan Berserikat

b. Indikator 2, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Masyarakat yang Menghambat Kebebasan Berkumpul dan Berserikat

c. Indikator 3, Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat

d. Indikator 5, Aturan Tertulis yang Membatasi Kebebasan Menjalankan Ibadah Agama, e. Indikator 6, Tindakan/Pernyataan Pejabat yang Membatasi Kebebasan Menjalankan Ibadah

(5)

f. Indikator 7, Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain terkait dengan ajaran agama

g. Indikator 9, Tindakan/Pernyataan Pejabat yang Diskriminatif dalam Hal Gender, Etnis, dan Kelompok,

h. Indikator 10, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Masyarakat Karena Alasan Gender, Etnis, dan Kelompok,

i. Indikator 11, Hak Memilih atau Dipilih Terhambat,

j. Indikator 17, Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan k. Indikator 18, Keberpihakan KPUD dalam Penyelenggaraan Pemilu,

l. Indikator 19, Kecurangan dalam Penghitungan Suara, m. Indikator 24, Persentase Perempuan Pengurus Partai Politik,

n. Indikator 26, Upaya Penyediaan Informasi APBD oleh Pemerintah Daerah. o. Indikator 27, Keputusan Hakim yang Kontroversial, dan

p. Indikator 28, Penghentian Penyidikan yang Kontroversial oleh Jaksa atau Polisi.

Meskipun demikian, masih terdapat juga kinerja indikator demokrasi yang berkategori “buruk” (skor di bawah 60) di tahun 2016. Indikator-indikator yang termasuk dalam kategori tersebut adalah:

a. Indikator 4, Ancaman/Penggunaan Kekerasan oleh Masyarakat yang Menghambat Kebebasan Berpendapat,

b. Indikator 8, Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya

c. Indikator 15, Persentase Perempuan Terpilih terhadap Total Anggota DPRD Provinsi, d. Indikator 20, Besaran alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan

e. Indikator 21, Perda yang Merupakan Inisiatif DPRD, f. Indikator 22, Rekomendasi DPRD Kepada Eksekutif,

g. Indikator 23, Kegiatan Kaderisasi yang Dilakukan Peserta Pemilu, dan

Indikator-indikator tersebut di atas memerlukan perhatian khusus dari semua pihak agar nilainya dapat membaik.

5. Perkembangan IDI Provinsi di Indonesia

Terdapat empat provinsi yang berkategori “baik”. Posisi pertama ditempati oleh DI Yogyakarta yang naik dari 83,19 pada 2015 menjadi 85,58 pada 2016. Tiga provinsi lainnya adalah Kepulauan Bangka-Belitung naik dari 72,31 pada 2015 menjadi 83,00 pada 2016, Nusa Tenggara Timur naik dari 78,47 pada 2015 menjadi 82,49 pada 2016, dan Sumatera Selatan yang naik dari 79,81 pada 2015 menjadi 80,95 pada 2016 (lihat Tabel 3). Sedangkan sebanyak 29 provinsi lainnya berada dalam kategori “sedang”. Hal ini mengindikasikan kinerja demokrasi yang cukup merata di hampir seluruh wilayah Indonesia.

(6)

6. Penjelasan Teknis

Pembangunan demokrasi dan politik merupakan hal yang penting dan terus diupayakan oleh pemerintah. Namun, untuk mengukur pencapaiannya baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat bukan sesuatu hal yang mudah. Pembangunan demokrasi memerlukan data empirik untuk dapat dijadikan landasan pengambilan kebijakan dan perumusan strategi yang spesifik dan akurat. Untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan demokrasi politik di Indonesia maka sejak tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama stakeholder lain seperti Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (KEMENKOPOLHUKAM), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI), dan Tim Ahli yaitu Prof. Maswadi Rauf (UI), Prof. Musdah Mulia (UIN Syarif Hidayatullah), Dr. Syarif Hidayat (LIPI), dan Dr. Abdul Malik Gismar (Universitas Paramadina) merumuskan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia (IDI).

IDI adalah indikator komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan demokrasi di Indonesia. Tingkat capaiannya diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan tiga aspek demokrasi, yaitu Kebebasan Sipil (Civil Liberty), Hak-Hak Politik (Political Rights), dan Lembaga-Lembaga Demokrasi (Institution of Democracy).

IDI bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat perkembangan demokrasi. Dari indeks tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi sesuai dengan ketiga aspek yang diukur. Di samping level nasional, IDI juga dapat memberikan gambaran perkembangan demokrasi di provinsi-provinsi seluruh Indonesia. IDI tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Namun juga melihat perkembangan demokrasi dari aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. Oleh karena itu, perkembangan IDI merupakan tanggung jawab bersama semua stakeholder, tidak hanya pemerintah saja.

Komponen Penghitungan IDI 2009 – 2016

Aspek Variabel Indikator *)

1. Kebebasan Sipil 1. Kebebasan Berkumpul dan Berserikat 2 indikator

2. Kebebasan Berpendapat 2 indikator

3. Kebebasan Berkeyakinan 3 indikator

4. Kebebasan dari Diskriminasi 3 indikator

2. Hak-Hak Politik 5. Hak Memilih dan Dipilih 5 indikator 6. Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan

Pengawasan Pemerintahan 2 indikator

3. Lembaga Demokrasi 7. Pemilu yang Bebas dan Adil 2 indikator

8.Peran DPRD 3 indikator

9. Peran Partai Politik 2 indikator

10. Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 2 indikator

11. Peradilan yang Independen 2 indikator

(7)

Pengumpulan data IDI mengkombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sebagai tahapan yang saling melengkapi. Pada tahap pertama data kuantitatif dikumpulkan dari koding surat kabar dan dokumen tertulis seperti Perda atau peraturan dan surat keputusan kepala daerah, yang sesuai dengan indikator-indikator IDI. Temuan-temuan tersebut kemudian diverifikasi dan dielaborasi melalui Focus Group Discussion (FGD) sebagai tahap pengumpulan data kedua, sekaligus menggali kasus-kasus yang tidak tertangkap di koding surat kabar/dokumen. Pada tahap ketiga data-data yang telah terkumpul tersebut diverifikasi melalui wawancara mendalam dengan nara sumber yang kompeten memberikan informasi tentang indikator IDI. Semua tahapan pengumpulan data dilakukan oleh BPS Provinsi, diolah di BPS RI, dan diverifikasi oleh Dewan Ahli beserta mitra kerja lain pada semua tahapannya

Penghitungan IDI melalui tiga tahapan proses yakni pertama, menghitung skor akhir untuk setiap indikator;kedua, menghitung indeks provinsi; dan ketiga, menghitung indeks keseluruhan atau IDI Nasional. Ketiga tahapan ini secara hierarkis terkait satu dengan yang lain. Skor masing-masing indikator IDI (28 indikator) di setiap provinsi memberikan kontribusi dalam penghitungan indeks 11 variabel IDI, selanjutnya indeks 11 variabel memberikan kontribusi terhadap penghitungan indeks tiga aspek IDI. Komposit indeks ketiga aspek IDI inilah yang merefleksikan indeks demokrasi di masing-masing provinsi. Dan pada akhirnya komposit indeks provinsi menentukan IDI Nasional.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala normatif di mana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara teoretik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60).

7. Tabel -Tabel

Tabel 1: Perkembangan Indeks Aspek, Variabel dan Skor Indikator IDI 2015-2016 Provinsi Sumsel

o ASPEK / VARIABEL / INDIKATOR 2015 2016

INDEKS DEMOKRASI PROVINSI SUMATERA SELATAN 79.81 80.95

A. ASPEK KEBEBASAN SIPIL (CIVIL LIBERTIES) 96.06 91.17

I. Variabel Kebebasan berkumpul dan berserikat 100.00 100.00

1 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat 100.00 100.00 2 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berkumpul dan berserikat 100.00 100.00

II. Variabel Kebebasan berpendapat 100.00 91.65

3 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang

menghambat kebebasan berpendapat 100.00 100.00 4 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat

kebebasan berpendapat 100.00 50.00

(8)

menjalankan agamanya

6 Tindakan atau pernyataan pejabat Pemerintah yang membatasi kebebasan atau

mengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaran agamanya 90.63 100.00 7 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadap

kelompok masyarakat lain terkait dengan ajaran agama 100.00 85.00

IV. Variabel Kebebasan dari diskriminasi 93.38 80.40

8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau terhadap kelompok rentan

lainnya 83.33 50.00 9 Tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah daerah yang diskriminatif dalam hal

gender, etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya 100.00 100.00 10 Ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender,

etnis atau terhadap kelompok rentan lainnya 100.00 100.00

B. ASPEK HAK-HAK POLITIK(POLITICAL RIGHTS) 78.79 81.94

V. Variabel Hak memilih dan dipilih 77.15 76.93

11 Hak memilih atau dipilih masyarakat terhambat 97.44 97.44 12 Kejadian yang menunjukkan ketiadaan/kekurangan fasilitas sehingga kelompok dengan

keterbatasan akses tidak dapat menggunakan hak memilih 60.00 60.00 13 Kualitas daftar pemilih tetap (DPT) 76.40 76.40 14 Penduduk yang menggunakan hak pilih dibandingkan dengan yang memiliki hak untuk

memilih dalam pemilu(voters turnout) 76.98 76.98

15 Perempuan terpilih di DPRD provinsi dan Kabupaten/kota 57.02 55.56

VI. Variabel Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan 80.43 86.96 16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 60.87 73.91 17 Pengaduan masyarakat mengenai penyelenggaraan pemerintahan 100.00 100.00

C. ASPEK LEMBAGA-LEMBAGA DEMOKRASI(DEMOCRATIC INSTITUTIONS) 61.00 66.53

VII. Variabel Pemilu yang bebas dan adil 97.73 97.73

18 Kejadian yang menunjukkan keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan Pemilu 95.45 95.45 19 Kejadian atau pelaporan tentang kecurangan dalam penghitungan suara 100.00 100.00

VIII. Variabel Peran DPRD 23.89 19.63

20 Besaran alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan

35.25 16.33 41.15 21 Perda yang berasal dari hak inisiatif DPRD 0.00 0.00 22 Rekomendasi DPRD kepada eksekutif 3.57 3.57

IX. Variabel Peran Partai politik 74.04 35.46

23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan parpol peserta pemilu 71.43 28.57 24 Perempuan dalam kepengurusan parpol tingkat provinsi 97.55 97.47

Sumber: BPS Prov. Sumatera Selatan

ASPEK / VARIABEL / INDIKATOR 2015 2016

X. Variabel Peran Birokrasi Pemerintah Daerah 27.66 79.84

25 Kebijakan pejabat pemerintah daerah yang dinyatakan bersalah oleh keputusan PTUN 60.53 65.79 26 Upaya penyediaan informasi APBD oleh pemerintah daerah 0.00 91.66

XI. Variabel Peran Peradilan yang independen 90.63 100.00

(9)

Tabel 2. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Berdasarkan Aspek dan Provinsi, 2015-2016

Aceh 67,78 74,81 63,98 64,97 72,48 92,92 63,94 60,33

Sumatera Utara 69,01 82,02 62,17 63,52 67,37 82,71 62,29 56,13

Sumatera Barat 67,46 52,99 69,77 82,01 54,41 51,01 54,33 58,82

Riau 65,83 66,46 66,61 63,80 71,89 71,78 77,98 62,34

Jambi 70,68 75,89 62,12 77,72 68,89 84,39 65,63 54,58

Sumatera Selatan 79,81 96,06 78,79 61,00 80,95 91,17 81,94 66,53

Bengkulu 73,60 78,50 68,45 75,61 74,23 85,14 63,84 77,01

Lampung 65,95 71,99 63,19 62,74 61,00 60,49 59,32 64,31

Kep. Bangka Belitung 72,31 81,25 66,95 69,60 83,00 87,65 81,09 80,20

Kepulauan Riau 70,26 80,16 65,01 66,13 72,84 85,43 71,28 59,48

DKI Jakarta 85,32 89,64 83,19 83,26 70,85 81,11 67,54 63,19

Jawa Barat 73,04 79,10 81,89 51,37 66,82 73,37 72,34 49,79

Jawa Tengah 69,75 79,44 67,28 61,48 66,71 66,06 67,24 66,69

D.I.Yogyakarta 83,19 90,41 77,98 82,38 85,58 90,00 81,59 86,37

Jawa Timur 76,90 85,26 67,44 81,39 72,24 73,73 76,49 63,63

Banten 68,46 74,28 63,72 68,66 71,36 83,47 68,30 60,99

Bali 79,83 94,42 77,42 65,31 78,95 96,94 69,60 71,18

Nusa Tenggara Barat 65,08 51,59 61,11 88,36 65,41 65,06 62,08 71,13

Nusa Tenggara Timur 78,47 93,19 71,69 70,73 82,49 96,25 81,68 66,46

Kalimantan Barat 76,40 96,81 65,57 67,95 75,28 83,29 75,70 64,54

Kalimantan Tengah 73,46 85,07 68,31 67,05 74,77 84,98 70,66 68,43

Kalimantan Selatan 74,76 54,15 85,77 83,17 73,43 61,04 83,58 72,89

Kalimantan Timur 81,24 93,07 82,74 63,99 73,64 78,25 78,35 60,36

Kalimantan Utara 80,16 98,10 83,65 52,05 76,98 100,00 66,64 64,48

Sulawesi Utara 79,40 86,71 77,92 72,53 76,34 96,31 70,42 60,62

Sulawesi Tengah 76,67 94,60 68,85 66,53 72,20 80,39 67,89 68,76

Sulawesi Selatan 67,90 69,38 64,25 71,84 68,53 75,54 61,51 70,86

Sulawesi Tenggara 69,44 91,14 56,95 61,99 71,13 88,07 55,51 74,66

Gorontalo 76,77 81,35 69,97 81,81 77,48 82,35 75,54 74,42

Sulawesi Barat 68,25 81,88 61,16 62,37 72,37 82,89 69,02 64,47

Maluku 65,90 76,04 63,20 57,43 78,20 87,17 76,18 70,13

Maluku Utara 61,52 73,53 61,00 47,25 73,27 92,27 61,79 67,59

Papua Barat 59,97 92,33 39,48 51,81 60,35 93,67 38,05 53,85

Papua 57,55 82,72 41,81 50,87 61,02 92,15 41,13 53,45

INDONESIA 72,82 80,30 70,63 66,87 70,09 76,45 70,11 62,05

(10)

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan

Jl. Kapten Anwar Sastro No. 1694/1131 Palembang 30129

Drs. Timbul P Silitonga, M.Si Surel:tpsilitonga@bps.go.id

Gambar

Grafik 1. Perkembangan IDI Sumsel, 2009-2016
Grafik 2. Perkembangan Indeks Aspek IDI Nasional, 2009-2016
Grafik 3. Perkembangan Indeks Variabel IDI Prov. Sumatera Selatan, 2015-2016
Tabel 1: Perkembangan Indeks Aspek, Variabel dan Skor Indikator IDI 2015-2016 Provinsi Sumsel
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 78,5; aspek Hak-hak Politik sebesar 68,45; dan

Angka IDI Kalimantan Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil sebesar 100,00; aspek Hak-hak Politik

Angka IDI 2014 di Provinsi Riau merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan skor sebesar 74,35; aspek Hak-hak

Angka IDI merupakan indeks komposit yang dihitung dengan rata-rata tertimbang dari indeks tiga aspek yakni aspek kebebasan sipil, aspek hak-hak politik, dan aspek lembaga

Angka IDI 2015 merupakan indeks komposit yang disusun dari nilai tiga aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan indeks 80,16; aspek Hak-hak Politik sebesar 65,01; dan aspek

Angka IDI 2013 Kalimantan Barat merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil sebesar 97,54; aspek hak-hak politik sebesar

Angka IDI Provinsi Riau Tahun 2013 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek kebebasan sipil dengan rata-rata 77,71; aspek hak-hak

Angka IDI Sumatera Utara 2016 merupakan indeks komposit yang disusun dari skor beberapa aspek yakni aspek Kebebasan Sipil dengan rata-rata 82,71; aspek Hak-Hak Politik sebesar