• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KINERJA GURU :Studi tentang Pengaruh Pelatihan Guru serta Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Menengah Pertama di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KINERJA GURU :Studi tentang Pengaruh Pelatihan Guru serta Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Menengah Pertama di Bandung."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT KETERANGAN PENGHALUSAN JUDUL

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah………... 11

C. Tujuan Penelitian... 13

D. Metode penelitian... 14

E. Manfaat Penelitian... 16

Struktur Organisasi Tesis... 19

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 21

(2)

b. Standard Kinerja………..……….. 29

i. Contoh Standar dan indikator Kinerja Guru……….……. 31

ii. Determinan Utama Kinerja………..……..…… a. Kinerja sebagaimana ditentukan oleh faktor-faktor individu………... 31 31 b. Kinerja sebagaimana ditentukan oleh faktor sistem ……….... 34

2. Konsepsi Pelatihan Guru………...……... 35

a. Definisi Pelatihan Guru ……….…… 37

b. Landasan Berpikir untuk Pelatihan Guru ………... 39

c. Pelatihan Dalam-jabatan ( in-service training)……….. 46

i. Model Instruksi untuk Pelatihan Karyawan………... 47

ii. Komponen program pelatihan dalam-jabatan yang efektif……….. iii. Pertimbangan legal bagi pelatihan guru………….….….... e. Teori Pembelajaran Karyawan bagi Pelatihan………….……….. i. Andragogi /Teori Pembelajaran Dewasa ……….….... 48 51 53 54 ii. Pendekatan Penelitian Tindakan Kritis………...… 55

iii. Teori Fasilitasi………... 57

3. Konsepsi Hubungan Manusiawi………... 59

a. Hubungan Manusiawi dalam Organisasi………... 61

b. Hubungan Manusaiwi dan Kinerja……… 63

i. Teori Y………... 67

ii. Kualitas Kehidupan Pekerjaan... 77

B. Kerangka Pemikiran... 104

(3)

BAB III METODOGI PENELITIAN... 111

A. Lokasi Penelitian... 111

1. Gambaran Umum Lokasi Penenelitian………. 111

2. Populasi Penelitian.………... 116

3. Sampel Penelitian... 117

B. Desain Penelitian... 120

C. Metode Penelitian………...…….. 122

D. Definisi Operasional... 123

E. Instrumen Penelitian... 128

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian... 134

1. Pengujian Validitas……….………….. 2. Pengujian Reliabilitas……….…….. 136 143 G. Teknik Pengumpulan Data... 148

H. Analisis Data... 150

1. Seleksi dan Klasifikasi Data………...….. 152

2. Analisis Deskriptif……….... 154

3. Uji prasyaratan... 156

4. Analisis Data untuk Pengujian Hipotesis Penelitian………... 164

BAB IV A.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Hasil penelitian...

166 166 1. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian……… 2. Pengujian Hipotesis Penelitian……….…

(4)

SMP 12 Negeri Bandung)……….…... 2. Variabel X2 (Hubungan Manusiawi di SMP I PBK Penabur, SMP 2

dan SMP 12 Negeri Bandung ……….… 3. Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru di SMP I PBK Penabur, SMP

2 dan SMP 12 Negeri Bandung………..…………... 4. Pengaruh Pelatihan Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP I

PBK Penabur, SMP 2 dan SMP 12 Negeri Bandung………. 5. Pengaruh Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru di

SMPI PBK Penabur, SMP 2 dan SMP 12 Negeri Bandung ……….. 6. Pengaruh Pelatihan Guru dan Hubungan Manusiawi secara bersama

(5)
(6)

No. Judul Halaman

2.1 Tingkat Absensi (2002-2003) 24

3.1 Profil Sekolah Menengah Pertama 1 BPK Penabur 112

3.2 Keadaan Guru BPK Penabur 1 113

3.3 Profil Sekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bandung 113 3.4 Keadaan Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bandung 114 3.5 Profil Sekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung 115 3.6 Keadaan Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung 116 3.7 Jumlah Populasi Masing-masing sekolah penelitian 117 3.8 Jumlah Populasi dan Sampel penelitian 120

3.9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 130

3.10 Jumlah Pernyataan tiap variable 134

3.11 3.12

Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi (r) Hasil Uji Validitas Variabel X1

138 139

3.13 Hasil Uji Validitas variable X2 141

3.14 Hasil Uji Validitas variabel Y 142

3.15 Hasil Uji Reliabilitas 147

3.16 Rekapitulasi Jumlah Angket 153

3.17 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS 155

3.18 Data Responden Antar Variabel X1X2,Y 156

3.19 Hasil Uji Normalitas 161

3.20 Uji Linieritas antara Variabel X1 dengan Y 162 3.21 Uji Linieritas antara Variabel X2 dengan Y 163

(7)

4.3 Perhitungan Weighted Means Scored (WMS) variabel (X1) 176

4.4 Konsultasi Hasil Perhitungan Skor Rata-rata Variabel X1 177

4.5 Kesimpulan Hasil Perhitungan Skor Rata-rata Variabel X1 178

4.6 4.7

Penyebaran Frekuensi Variabel X2

Distribusi Skor Mentah Variabel X2

184 184

4.8 Perhitungan Weighted Means Scored (WMS) Variabel X2 191

4.9 Konsultasi Hasil Perhitungan Skor Rata-rata Variabel X2 192

4.10 Kesimpulan Hasil Perhitungan Skor Rata-rata Variabel X2 192

4.11 Distribusi Skor Mentah variabel Y 198

4.12 Penyebaran Frekuensi variabel Y 199

4.13 Perhitungan Weighted Means Scored Variabel 203 4.14 Konsultasi Hasil Perhitungan Skor Rata-rata Variabel Y 204 4.15 Kesimpulan Hasil Perhitungan Skor Rata-rata Variabel Y 204

4.16 Korelasi X1-Y 210

4.17 Koefesien determinasi X1 – Y 211

4.18 Pengaruh Pelatihan Guru (X1) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) 213

4.19 Koefesien determinasi X2 – Y 214

4.20 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Antara Hubugan Manusiawi (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y)

214

4.21 Korelasi X1 dan X2 terhadap Y 215

4.22 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Antara Pelatihan Guru (X1) dan Hubungan Manusawi ( X2) Terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y)

216

(8)

No. Judul Halaman

2.1 Three-tired System for Performance Standards 26

2.2 Model for an Instructional System 47

2.3 Taksonomi Penelitian teoretis dalam Hubungan Manusiawi. 62

2.4 Perbedaan dalam Asumsi Managemen 69

2.5 The Managerial Grid 87

2.6. Kerangka Pemikirian Penelitian 107

2.7 Hubungan antar Variabel Penelitian 109

3.1 Diagram Distribusi Data Variabel X1 159

3.2 Diagram Distribusi Data Variabel X2 160

3.3 4.1 4.2

Diagram Distribusi Data Variabel Y Distribusi Skor Rata-rata Variabel X1

Distribusi skor rata-rata dimensi variabel X2

160 179 193

4.3 Distribusi skor rata-rata dimensi Kinerja Mengajar Guru 205 4.4 Pengaruh Pelatihan Guru (X1) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) 212

4.5 Hubungan Manusiawi (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y 215

4.6 Pengaruh Pelatihan Guru (X1) dan Hubungan Manusiawi (X2) 215

4.7 Pengaruh Pelatihan Guru (X1) dan Hubungan Manusiawi (X2) 219

4.8 Pengaruh Pelatihan Guru (X1) dan Hubungan Manusiawi (X2)

secara bersama-sama terhadap Kinerja Mengajar Guru serta faktor selain X1 dan X2 terhadap Y

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persuratan……… 266

Lampiran 2 Instrumen Penelitian………..………. 305

Lampiran 3 Pengolahan Data………. 319

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Abad ke-21 menuntut kesesuaian antara keahlian yang dimiliki dengan

makin rumitnya jenis pekerjaan yang ada. Pendidikan itu sendiri telah mencapai

suatu titik di mana pendidikan tidak dapat lagi dibahas pada basis institusi

individual, melainkan pada basis global, karena kualitas pendidikan telah berubah

dari yang tadinya perhatian nasional sekarang menjadi perhatian global atau

seluruh dunia. Dalam hal ini, pendidikan tidak dapat lagi dilihat pada penghasil

lulusan akademik yang tepat (white color job graduates), karena pendidikan

memiliki pengaruh yang sama besarnya dengan bidang politik, ekonomi, dan

sosial. Dalam suatu laporan yang berjudul Financing Higher Education in Nepal

by a study team, yang diserahkan ke South Asia Network of Economic Institute

(SEANEI) Pakistan (2008:7) dinyatakan bahwa: ’Pendidikan pada saat ini telah

diterima sebagai salah satu determinan utama untuk seluruh tahapan

pembangunan.’ Kualitas pendidikan harus ditingkatkan agar menghasilkan warga

yang cakap, produktif, disiplin, dan memiliki tanggung jawab sosial, dan juga

guna menciptakan angkatan kerja yang cukup cakap untuk menghadapi tantangan

abad ke-21. Pendidikan bermutu harus dapat diakses oleh seluruh warga negara.

Pengajaran dan pembelajaran berkualitas akan membantu suatu bangsa untuk

(11)

Pengembangan guru sebagai sumber daya manusia merupakan fokus utama

dalam penelitian ini, aktivitas ini sangat krusial bagi pencapaian kualitas

pendidikan. Dalam ruang lingkup Administrasi Pendidikan terdapat bidang kajian

yang mempelajari manajemen sumber daya manusia. Untuk itu peneliti

melakukan penelitian di bidang tersebut. Dalam penelitian ini akan difokuskan

pada pengembangan para guru sesuai dengan pembangunan individu di dalam

bidang pengembangan sumber daya manusia.

Peneliti mencoba mengkaji pengaruh pelatihan guru sebagai sebuah

aktivitas Personnel and Human Resource Management dan Hubungan Manusiawi

dalam lingkungan kerja terhadap kinerja mereka di sebuah lingkungan Sekolah

Standar Nasional (SSN), Sekolah Non-SSN dan Rintasan Sekolah Bertaraf

International (RSBI) di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

pengetahuan serta pemahaman tentang perspektif-perspektif teoretis serta

menyarankan penerapan praktis dari teori-teori tersebut di Uganda.

Kinerja Mengajar Guru dalam pendidikan merupakan inti dari

permasalahaan para guru, meskipun tentu saja semua sistem pendidikan bertujuan

ke arah produktivitas yang dipusatkan pada kinerja para guru. Peneliti yakin

bahwa tingkat pendidikan di negara-negara berkembang sangat ditentukan oleh

tingkat standar para guru sebagai faktor yang paling mendasar. Menurut World

Bank dalam Glewe & Kremer (2005:2), dinyatakan bahwa: Eight out of 10 of the

world's children live in developing countries. Pernyataan tersebut berarti bahwa:

(12)

berkembang. Negara-negara berkembang memiliki populasi anak tertinggi, oleh

sebab itu tingkat kebutuhan pendidikannya pun menjadi yang terbesar.

Jika masalah peningkatan Kinerja Mengajar Guru dibiarkan begitu saja

maka akan terdapat berbagai dampak yang negatif terhadap proses pembelajaran

langsung maupun secara tidak langsung. Ketika seorang guru mempunyai kinerja

yang buruk maka proses mengajar tidak akan berjalan lancar. Contoh kasus

seorang guru yang kurang mendapatkan penghargaan dalam bidang keuangan atau

gajinya kecil akan mencari celah untuk mendapatkan penghasilan yag lebih besar.

Terkadang proses untuk mendapatkanya itu mengganggu tugas pokok dia sebagai

pengajar. Untuk itu secara tidak langsung kinerja dia sebagai seorang guru akan

berkurang.

Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah Indonesia misalnya telah

menggulirkan Undang-Undang guru dan Dosen. Dalam Undang-Undang Guru

dan Dosen terdapat beberapa kebijakan yang menjadikan guru sebagai suatu

profesi, yang dinyatakan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2005

Pasal 1 Ayat 1. Dalam Pasal 8 dijelaskan mengenai sertifikasi. Sertifikasi guru

sendiri menjadi jawaban pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru.

Dengan sertifikasi pemerintah memberikan penghargaan yang lebih. Tetapi guru

sendiri diwajibkan bertindak professional. Secara teoritis akan dijelaskan lebih

lanjut pada Bab 2.

Kinerja Mengajar Guru sebagai sebuah variabel yang cukup berpengaruh

dicerminkan dari hasil sistem pendidikan yang ada. Menurut Robert L. Cardy dan

(13)

motivasi dan jika kemampuan atau motivasinya rendah maka kinerjanya pun akan

rendah. Pengenalan terhadap peran yang memungkinkan dari setiap faktor sistem

akan memicu kinerja, yang dapat kita hitung dengan cara sebagai berikut:

Kemampuan x Motivasi x Sistem Kinerja

Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang didasarkan pada

kemampuan serta motivasi individu serta faktor-faktor eksternal seperti struktur

organisasi, kepemimpinan, budaya organisasi, serta interaksi tim.Menurut Stronge

dkk. (2003) tanggung jawab terhadap kinerja yang cukup besar akan dievaluasi

berdasarkan tiga deskripsi yakni wilayah (bidang tanggung jawab),

standar-standar kinerja (tanggung jawab pekerjaan), dan indikator-indikator kinerja

(sampel perilaku).

Evaluasi Kinerja Mengajar Guru versi Stronge (2003:135) diukur

berdasarkan:

1. Guru sebagai seseorang atau individu

2. Proses pengajaran (pengendalian serta komunikasi di dalam kelas)

3. Produk atau hasil pengajaran

Kinerja Mengajar Guru individu dapat dipengaruhi oleh beragam faktor

yang berbeda seperti persepsi, sikap, bakat, kemampuan, motivasi, pengalaman,

serta sifat karakter pribadi. Peningkatan Kinerja Mengajar Guru sebagai suatu

(14)

sebagai suatu organisasi sosial. Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, maka

sejumlah standar kinerja kemudian dikembangkan: disesuaikan dengan kriteria

kinerja, evaluasi kinerja; dan perencanaan untuk meningkatkan kinerja. Stronge

dkk. (2003) menyatakan bahwa bidang atau kategori standar kinerja pekerjaan

guru mencakup bidang-bidang tanggung jawab seperti: 1) pengajaran; 2)

penilaian; 3) lingkungan pembelajaran; 4) hubungan serta komunikasi antar

komunitas; dan 5) profesionalisme. Oleh sebab itu, standar kinerja menjelaskan

tanggung jawab atau kewajiban pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang

guru, sementara indikator kinerja digunakan untuk mendokumentasikan

penyelesaian masalah yang sesungguhnya dilakukan oleh para guru, biasanya

berupa perilaku khas yang dapat diamati atau didokumentasikan untuk

menentukan tingkat standar kinerja yang dicapai oleh seorang pegawai.

Pada tingkatan sekolah atau tingkatan organisasi; Kinerja Mengajar Guru

sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kepemimpinan, iklim organisasi,

struktur organisasi, beban kerja, pengalaman kerja, kapasitas pengajaran, konflik

antar peran, dan kekuatan perspektif global. Menurut McDonald dalam Udai Veer

(2004:110), sejumlah faktor dapat mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru dan hal

ini termasuk penilaian terhadap bakat, sikap, penguasaan subjek serta keahlian

para guru dalam metodologi pengajaran serta karakteristik lingkungan pengajaran.

Faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam sistem pendidikan apapun.

Kinerja Mengajar Guru di negara berkembang terhambat oleh sejumlah

faktor. Menurut temuan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Imran

(15)

Education (2010: 11), ada 11 faktor penghambat utama kinerja guru yakni; 1)

kurangnya pemaparan, tentang pengajaran, 2) beban yang terlalu banyak, 3)

evaluasi yang terbatas, 4) kurangnya pelatihan, 5) materi serta sarana yang tidak

memadai, 6) kurangnya komunikasi yang efektif, 7) persoalan-persoalan tentang

konseling siswa, 8) persoalan-persoalan disiplin di dalam kelas, 9)

kesulitan-kesulitan dalam penilaian hasil kerja siswa, 10) kurangnya pengharapan karir

dalam pengajaran, dan 11) penyimpangan perilaku para siswa.

Kesenjangan tingkat Kinerja Mengajar Guru antara negara berkembang

dengan negara maju cukup besar. Rendahnya Kinerja Mengajar Guru di negara

berkembang memicu rendahnya mutu pendidikan. Mutu pendidikan di

negara-negara berkembang sangat rendah dalam pengertian bahwa anak hanya belajar

sedikit hal di sekolah jika dibandingkan dengan apa yang dinyatakan dalam

kurikulum oleh karena itu, munculah kesenjangan antara Kinerja Mengajar Guru

sesungguhnya dengan Kinerja Mengajar Guru yang diharapkan di negara

berkembang. Hal ini merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi dan perlu

diselesaikan oleh setiap sekolah.

Pelatihan guru sebagai suatu variabel yang mempengaruhi Kinerja Mengajar

Guru diidentifikasi sebagai suatu kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk

memusatkan diri pada pelatihan di lokasi kerja dalam “dunia pendidikan” yang

diistilahkan sebagai: in-service teacher training. Menurut Schuler (1987:392),

pelatihan dan pengembangan adalah setiap upaya untuk meningkatkan kinerja

karyawan saat ini atau di masa mendatang dengan peningkatan melalui

(16)

dilakukan dengan cara meningkatkan keterampilan karyawan. Peneliti

menambahkan bahwa kebutuhan untuk pelatihan dan pengembangan ditentukan

oleh kekurangan kinerja karyawan. Hal ini dirumuskan sebagai berikut:

Standar atau Kinerja Diharapkan - Kinerja Sesunguhnya

= Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan

Kebutuhan atas organisasi pembelajaran baru-baru ini mengingatkan kita

pada fakta bahwa kita telah banyak tertinggal dalam suatu era dimana masyarakat

terus mengalami perubahan dengan cepat dan dimana kemampuan melakukan

suatu peran tertentu menjadi elemen kunci bagi keberlangsungan suatu organisasi.

Menurut Glewwe dan Kremer (2005:10), hubungan antara sekolah, guru, serta

hasil pendidikan di negara berkembang adalah sebagai berikut: Negara

berkembang juga memberikan tanggapan terhadap kekhawatiran yang dirasakan

oleh para guru terlatih dengan membayar mereka lebih tinggi dari para guru yang

tidak terlatih.

Hampir semua guru di negara maju telah terlatih, sedangkan di negara

dengan pendapatan rendah hanya 90% dari para guru sekolah dasar dan 69% dari

para guru sekolah menengah yang sudah terlatih. Dua wilayah dengan persentase

guru terlatih tingkat sekolah dasar terendah (data di tingkat sekolah menengah

kurang dapat dipercaya) adalah wilayah sub sahara serta wilayah Asia Selatan

yang juga merupakan wilayah dengan rasio guru – siswa tertinggi.

Dalam era ilmu pengetahuan, setiap orang harus menghargai fakta bahwa

(17)

suatu persyaratan tidak hanya di rumah atau sekolah tetapi juga di tempat kerja.

Landale (1999; xxxiii) menyatakan bahwa pendidikan tidak lagi dapat dibatasi

hanya di sekolah saja. Setiap institusi pekerja juga dapat berperan sebagai guru.

Pelatihan dan pengembangan akan selalu menjadi suatu kemitraan antar individu,

organisasi, serta penyedia jasa pelatihan. Kemitraan ini memberikan suatu

implikasi bahwa semua organisasi sosial, seperti sekolah misalnya, harus menjadi

suatu organisasi pembelajaran. Kemitaraan ini adalah suatu keadaan dimana para

pegawai tidak hanya menambah nilai pada organisasi dengan pengetahuan yang

telah mereka miliki melainkan juga memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.

Oleh sebab itu, hal ini diperlukan serta direkomendasikan kepada setiap pegawai.

Semakin besar organisasinya, maka semakin besar pula kebutuhan inventasi

dalam pelatihan kepegawaiannya. Investasi dalam bidang sumber daya manusia

bukanlah suatu tugas yang mudah, namun hal ini merupakan hal yang sangat

penting bagi semua negara terutama bagi negara berkembang. Dalam salah satu

laporan UNESCO yang berjudul: Building Human Capacities in Least Developed

Countries to Promote Poverty Eradication and Sustainable Development

(2011:16), dinyatakan bahwa tidak ada satupun negara yang pernah mendaki

tangga perkembangan sumber daya manusia tanpa investasi yang kokoh dan stabil

dalam bidang pendidikan. Pencapaian “employability skills” lewat pendidikan

dan pelatihan kejuruan teknis dapat membantu memberikan kontribusi terhadap

perkembangan pendidikan, termasuk dalam pasar tenaga kerja serta pertumbuhan

ekonomi. Kecenderungan yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa

(18)

pertumbuhan serta perkembangan perusahaan. Pelatihan serta pengembangan

sama pentingnya seperti melakukan investasi dalam bidang pendidikan.

Untuk persoalan yang terjadi di Indonesia, berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Asian Productivity Organization (APO) tahun 1990-1991 di

bawah International Labour Orgainization (ILO), laporan tersebut menunjukkan

bahwa masih ada sejumlah perusahaan yang tidak menganggap pelatihan sebagai

kebutuhan yang paling mendasar atau masih banyak perusahaan yang

menganggap pelatihan sebagai suatu strategi persaingan. Pelatihan di tempat

kerja (On-the-job Training) tidak dilakukan secara luas dimana dalam

pelaksanaannya pelatihan di tempat kerja hanya dilakukan di setiap divisi dan

tidak didasarkan rencana luas perusahaan.

Hubungan Manusiawi (Human Relations) adalah suatu faktor yang cukup

berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Untuk penelitian ini, variabel Hubungan

Manusia adalah kegiatan yang dilakukan di satuan lingkungan sekolah sebagai

organisasi sosial. Variabel ini dianggap sesuai karena melibatkan kajian serta

penelitian terhadap manusia sebagai individu serta manusia sebagai kelompok.

Hubungan Manusiawi sesuai dengan peran interaksi antar manusia di tempat

kerja. Menurut Saltonstall dalam Taher dan Razik & Swanson 1995: Human

relation is the study of people in action. Dengan meningkatnya tingkat

ketidakhadiran dalam sistem pendidikan, para pemimpin sekolah harus melangkah

melampaui kepemimpinan sekolah yang umum dan lazim untuk melakukan

pendekatan-pendekatan yang spesifik seperti retensi dan mencapai kepuasan para

(19)

di tingkat individu dan tingkat kelompok. Bennel (2004:4) menyatakan bahwa,

lingkungan kerja dan kehidupan para guru amatlah buruk, dan cenderung

merendahkan harga diri dan secara umum menurunkan motivasi. Housing

merupakan suatu permasalahan utama hampir bagi semua guru. ‘Guru yang

berjuang’ merupakan suatu pemahaman yang sangat umum bagi semua orang,

terutama di sekolah dasar. Proporsi guru yang belum terlatih masih terbilang besar

di negara dengan pendapatan rendah yang memberi pengaruh kurang baik

terhadap motivasi ‘dapat-melakukan.’ Para guru terlalu sering ‘dibuang ke lubang

yang dalam’ dengan sedikit atau bahkan sama sekali tanpa induksi. Pengajaran

multi-tingkat (multi-grade teaching) merupakan hal yang umum di negara dengan

pendapatan rendah, namun sebagian besar para guru tidak cukup dipersiapkan

untuk menghadapi permintaan khusus akan tipe pengajaran ini.

Perspektif teoretis dari Hubungan Manusiawi didasarkan pada: (1) sifat

dasar manusia; (2) motivasi manusia; (3) moral dalam organisasi; dan (4)

organisasi informal. Penelitian ini akan fokus pada perspektif teoretis sifat dasar

manusia dan moral dalam organisasi. Penelitian ini berdasarkan teori:

1. Sudut pandang Theory Y yang dikemukakan McGregor dimana manusia

dipandang sebagai makhluk yang penuh potensi, dan

2. Moral dalam Organisasi, dimana Mutu Kehidupan Kerja (Quality of

Worklife) menentukan tingkat keefektifan lingkungan kerja.

Tentu saja kajian terhadap Pelatihan Guru dan Hubungan Manusiawi di

(20)

penelitian tersebut dibutuhkan di negara saya. Wilayah Sub Sahara Tengah

berjuang untuk meningkatkan Kinerja Mengajar Guru, khususnya di Uganda.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengidentifikasi berbagai

variabel serta kesenjangan kinerja sebagai sebuah persoalan dalam penelitian.

Variabel-variabel tersebut tidak hanya merupakan sesuatu yang menarik

melainkan juga sebagai sumber dari pengetahuan lebih lanjut dari sejumlah teori

yang dapat dipenerapankan secara praktis di Uganda. Belajar dari tiga sekolah di

Indonesia yaitu SMPK 1 BPK Penabur Sekolah Standar Nasional (SSN), SMP

Negeri 2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan SMP Negeri 12

Sekolah Non SSN sebagai lingkungan studi penelitian, peneliti memiliki

keinginan untuk meningkatkan standar Kinerja Mengajar Guru di dalam negara

yang sedang berkembang. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana

mencapai dan memelihara hal tersebut? Tiga sekolah di atas secara khusus

bertujuan untuk mencapai standar kinerja nasional dan internasional. Oleh sebab

itu, ketiga sekolah tersebut sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian

korelasi antar variabel dalam tiga lingkungan berbeda yaitu: swasta, rintisan

international, dan Negeri. Kesenjangan yang ada antara kinerja mengajar

sesungguhnya dengan Kinerja Mengajar Guru yang diharapkan untuk mencapai

kinerja yang diinginkan, menuntut kita untuk memusatkan diri pada pendekatan

(21)

yang tidak dapat dipisahkan dan apabila diabaikan dapat menimbulkan gangguan

kinerja dan/atau kinerja yang buruk dalam suatu Sistem Pendidikan, yang masih

merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi di Uganda. Fenomena ini sangat

menarik untuk dikaji lebih dalam melalui suatu penelitian yang dipusatkan dalam

judul penelitian: “PENGEMBANGAN KINERJA GURU” (Studi tentang

Pengaruh Pelatihan Guru serta Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar

Guru di Sekolah Menengah Pertama di Bandung).

2. Perumusan Masalah

Penelitian yang berbeda-beda memunculkan faktor yang mempengaruhi

Kinerja Mengajar Guru yang berbeda-beda pula, diantaranya yaitu beragam faktor

seperti pengalaman masa lalu, hubungan manusiawi, beban kerja, motivasi, sikap,

bakat, kepuasan kerja, keamanan kerja, dan pelatihan. Di suatu sekolah, faktor

tersebut dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi Kinerja Mengajar

Guru. Secara operasional, masalah penelitian dibatasi hanya pada Pelatihan Guru

dan Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru. Secara kontekstual,

persoalan atau masalah penelitian dibatasi pada tingkat Sekolah Menengah

Pertama (SMP) yakni SMPK 1 BPK Penabur, SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 12

di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Dengan mengacu pada latar belakang penelitian serta batasan masalah

penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada taraf hubungan

antar tiga variabel dalam persoalan penelitian utama yang dibagi ke dalam

(22)

Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru?” Rumusan masalah penelitian

tersebut dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang Pelatihan Guru di SMPK 1 Penabur, SMP

Negeri 2, dan SMP Negeri 12?

2. Bagaimana gambaran tentang Hubungan Manusiawi di SMPK 1

Penabur, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 12?

3. Bagaimana gambaran tentang Kinerja Mengajar Guru di SMPK 1

Penabur, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 12?

4. Seberapa besar pengaruh Pelatihan Guru dengan Kinerja Mengajar Guru

di SMPK 1 Penabur, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 12?

5. Seberapa besar Hubungan Manusiawi mempengaruhi Kinerja Mengajar

Guru di SMPK 1 Penabur, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 12?

6. Seberapa besar Pelatihan Guru dan Hubungan Manusiawi

mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru di SMPK 1 Penabur, SMP

Negeri 2, dan SMP Negeri 12?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meperoleh

gambaran yang jelas tentang pengaruh Pelatihan guru dan Hubungan Manusiawi

terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni SMPK

1 BPK Penabur , SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 12 di Bandung, Jawa Barat,

(23)

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menguji:

1. Gambaran tentang Pelatihan Guru di SMPK 1 Penabur, SMP NEGERI 2,

dan SMP NEGERI 12.

2. Gambaran tentang Hubungan Manusiawi di SMPK 1 BPK PENABUR,

SMP NEGERI 2, dan SMP NEGERI 12

3. Gambaran tentang Kinerja Mengajar Guru di SMPK 1 BPK Penabur,

SMP NEGERI 2, dan SMP NEGERI 12.

4. Pengaruh Pelatihan Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yakni SMPK 1 Penabur, SMP Negeri 2, dan

SMP Negeri 12 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

5. Pengaruh hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah

Menengah Pertama (SMP) yakni SMPK 1 Penabur, SMP Negeri 2, dan

SMP Negeri 12 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

6. Pengaruh Pelatihan Guru dan Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja

Mengajar Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni SMPK 1

Penabur, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 12 di Bandung, Jawa Barat,

Indonesia.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mempergunakan rancangan kuantitatif serta

(24)

korelasional adalah prosedur dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti

mengukur tingkat asosiasi (atau hubungan) antara dua atau tiga variabel dengan

menggunakan prosedur statistik analisis korelasional. Penelitian ini bertujuan

untuk mengumpulkan informasi tentang fenomena dan membuat generalisasi

tentang fenomena tersebut dalam lingkungan berbeda untuk tujuan yang sama.

Dalam penelitian ini variabel yang dimaksud adalah Pelatihan Guru, Hubungan

Manusiawi, serta Kinerja Mengajar Guru.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Menurut Sugiyono (Ridwan, 2010:54), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah guru di

SMPK 1 BPK PENABUR, SMP NEGERI 2 dan SMP NEGERI 12 di Bandung,

Jawa Barat, Indonesia.

b. Sampel

Statistik mempergunakan sampel kata untuk memberikan gambaran, yang

sebagian dipilih dari populasi (Levin dan Rubin (1991:258). Yang dipilih sebagai

sampel untuk penelitian ini adalah para guru yang sudah pernah mengikuti

pelatihan in-service. Berdasarkan studi dokumentasi, semua guru di SMPK 1 BPK

PENABUR, SMP NEGERI 2 dan SMP NEGERI 12 sudah pernah mengikuti

(25)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya terhadap

pengembangan pengetahuan mendalam, tetapi juga dapat berperan aktif dalam

implementasi tujuan akademis yang dikembangkan berdasarkan bukti. Secara

lebih rinci, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Segi Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk

a. Mengembangan wawasan dan pandangan ilmu administrasi pendidikan,

khususnya di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) terutama

pada hal pendekatan keefektifan pelatihan guru dalam meningkatkan Kinerja

Mengajar Guru. Hal lain yang dapat digali dari penelitian ini adalah

penciptaan pengetahuan yang lebih mendalam yang akan dijadikan acuan

untuk penelitian lebih lanjut terhadap konsep yang sama.

b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu manajemen

sumber daya manusai untuk meningkatkan kinerja sumber daya manusia.

c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujuk penelitian

lebih lanjut bagi pengembangan ilmu manajemen tenaga kependidikan

(26)

2. Segi Kebijakan

a. Temuan penelitian ini akan berguna bagi pembuat kebijakan dalam merancang

program pendidikan yang sesuai pengembangan sumber daya manusia untuk

lembaga-lembaga yang bertanggung jawab dan bangsa pada umumnya.

b. Di samping itu, hasil penelitian ini akan menambah klarifikasi lebih dalam

tentang pentingnya guru dalam layanan pelatihan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pemeliharaan program-program pengembangan guru yang

akan berguna untuk para bembuat kebijakan.

c. Lebih lanjut, hasil penelitian saat ini akan membantu sekolah-sekolah yang

belum mencapai standar nasional (Sekolah Non- SSN) dalam perencanaan

lebih lanjut untuk pengembangan guru terhadap Kinerja Mengajar Guru yang

berkualitas. Ide-ide juga dapat menjadi rekomendasi kepada pemerintah

khususnya di negara-negara berkembang.

d. Untuk pemerintah Uganda, peneliti mengakui bahwa temuan mendalam

penelitian ini akan menjadi penting dalam menyediakan strategi-strategi

perencanaan pengembangan sumber daya manusia, pengembangan dan

manajemen dalam pendidikan untuk peningkatan Kinerja Mengajar Guru.

3. Segi Praktik

a. Bagi lembaga sekolah

1) Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu pengembangan

(27)

khususnya dalam hal implementasi pelatihan guru di SMPK 1

PENABUR, SMP NEGERI 2, dan SMP NEGERI 12.

2) Hasil penelitian ini dapat berupa rekomendasi serta referensi untuk

meningkatkan Kinerja Mengajar Guru. Pendidikan merupakan salah satu

bentuk layanan yang diberikan oleh guru sebagai service providers. Peran

yang dijalankan oleh guru menjadi komponen yang sangat penting dan

bahkan kita dapat mengatakan bahwa guru berperan sebagai pembangun

bangsa (nation builders). Oleh karena itu, pelatihan guru yang efektif

menjadi aspek yang cukup penting untuk meningkatkan Kinerja Mengajar

Guru.

B) Bagi peneliti

1) Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

temuan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang model

peningkatan Kinerja Mengajar Guru pada institusi pendidikan di

Uganda, Afrika Timur.

2) Bagi pengembangan Ilmu

Hasil ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan membuktikan

kebenaran teori mengenai korelasi Pelatihan Guru serta Hubungan

Manusaiwi terhadap Kinerja Mengajar Guru.

3) Bagi penelitian berikutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan sedikit wawasan yang mebuktikan

adanya korelasi Pelatihan Guru serta Hubungan Manusiawi terhadap

(28)

F. Struktur Organisasi Tesis

BAB 1 dengan judul PENDAHULUAN, menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

BAB II dengan judul KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN, akan membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti. Berdasarkan kajian tersebut, peneliti akan menjelaskan disertai alasan-alasannya. Telaah teoritis dimaksudkan untuk menampilkan bagaimana teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai pelatihan guru,hubungan manusiawi dan kinerja mengajar guru di sekolah yang akan diterapkan pada penelitian kali ini. Kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian akan diidentifikasi dalam bab ini.

BAB III dengan judul METODE PENELITIAN, menguraikan dengan lebih rinci mengenai metode penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Bahasan mengenai lokasi dan populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumulan data, pendekatan yang akan digunakan, dan analisis data akan diolah secara mendalam bab ini.

(29)

Pada BAB V dengan judul KESIMPULAN DAN SARAN, peneliti akan

menyajikan penafsiran serta pemaknaan penelitian terhadap analisis hasil temuan mengenai Pengaruh Pelatihan Guru dan Hubungan Manusiawi terhadap Kinerja Mengajar Guru.

Implikasi serta saran yang disajikan dalam penelitian ini, akan diajukan

kepada para pembuat kebijakan yang ada di berbagai instansi yang berkaitan, baik

itu para pengawas di sekolah, kepala sekolah, guru, serta pihak-pihak lainnya,

yang berperan sebagai pengguna dari hasil penelitian ini, dan kepada para peneliti

(30)

METODE PENELITIAN

Bab ini memfokuskan pada pembahasan proses bagaimana masalah sebuah

penelitian dieksplorasi dan dianalisis melalui pembahasan metode sampling,

instrumen pengumpulan data, teknik statistik dalam menguji hipotesis studi

penelitian ini.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi di kota Bandung Jawa Barat:

1. Sekolah Menengah Pertama Kristen 1 BPK PENABUR, Jalan. H.O.S. Tjokroaminoto 157.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Jalan Dr. Setiabudhi No. 195. 3. Sekolah Menengah Pertama 2 Negeri Jalan. Sumatra No. 36.

1. Gambar umum lokasi penelitian

Lokasi yang kami ambil untuk sampel penelitian sesuai dengan tujuan yang

ingin didapatkan yaitu sekolah swasta, sekolah negeri rintisan bertaraf internasional

serta sekolah negeri standar nasional. Untuk sekolah swasta sampel yang diambil

adalah sekolah BPK Penabur, untuk sekolah negeri rintisan standar internasional

diambil SMPN 2 Bandung, sedangkan untuk sekolah negeri standar nasional

(31)

i. SMP 1 BPK Penabur

a. Profil Sekolah

Tabel 3.1

Profil Sekolah BPK Penabur 1

Nama sekolah SMP 1 BPK Penabur 1

Alamat Jalan H.O.S Tjokroaminoto 157

Kecamatan Cicendo

Kota Bandung

Provinsi Jawa Barat

No Telp. (022) 6013181

Tahun Didirikan 1960

Tahun Beroperasi 1960

Status Tanah dan Bangunan

Hak Milik

Luas Tanah dan Bangunan 5.575 M

NSS/NPSN 20.2.02.50.03.022

Jejang Akreditasi A

No Rekening Sekolah -

Visi Sekolah Menjadi masyarakat ilmiah yang

meneladani kristus dan memiliki kualitas hidup

Misi Sekolah Menjadikan sekolah sebagai wadah

(32)

Tabel 3.2

Keadaan Guru BPK Penabur 1

No Tingkat Pendidikan

Profil Sekolah SMP Negeri 2 Bandung

Nama sekolah SMP Negeri 2 Bandung

Alamat Jalan Sumatra No. 36

Kecamatan - Sumur Bandung

Kota Bandung

Provinsi Jawa Barat

No Telp. (022) 4204155

Tahun Didirikan 1948

Tahun Beroperasi 1

(33)

NSS/NPSN 20.102.60.08.096

Jejang Akreditasi A RSBI

No Rekening Sekolah -

Visi Menjadi insan Indonesia yang cerdas dan

kompetitif secara internasional berkarakter pemimpin masa depan.

b. Kedaan Guru

Tabel 3.4

Keadaan Guru SMP Negeri 2 Bandung

No Tingkat Pendidikan

Jumlah dan status Guru

JUMLAH

GT/PNS GTT/

L P L P

1 S3/S2 7 6 0 0 13

2 S1 9 32 3 5 49

3 D3/SARMUD 0 0 0 0

4 Diploma 2 2

5 SMA/SEDERAJAT

(34)

a. Profil Sekolah

Tabel 3.5

Profil Sekolah SMP Negeri 12 Bandung

Nama sekolah SMP Negeri 12 Bandung

Alamat Jalan Dr. Setiabudhi No. 195.

Kelurahan Gegerkalong

Jejang Akreditasi SSN (sekolah standar nasional)

No Rekening Sekolah 0871-01-000583-50-8

Visi Sekolah 1. Menciptakan SMP Negeri 12 Kota

Bandung menjadi sekolah yang idola bagi masyarakat Kota Bandung

2. Menjadikan SMP Negeri 12

Bandung sekolah yang berkualitas dan unggul dalam prestasi

Misi Sekolah 1. Membekali siswa dengan

(35)

melanjutkan pada jenjang pendidikan menengah umum ataupun kejuaran.

b. Kedaan guru

Tabel 3.6

Keadaan Guru SMP Negeri 12 Bandung

No Tingkat Pendidikan PNS NonPNS JUMLAH

1 S3/S2 2 - 2

2 S1 46 - 46

3 D-4 -

4 D3/SARMUD 2 - 2

5 SMA/SEDERAJAT 2 - 2

Jumlah 52 - 52

1. Populasi Penelitian

Menurut Frankael dan Wallen (2006:92) populasi merupakan kelompok

yang menjadi perhatian, kelompok yang diinginkan penelitian untuk

mengeneralisasikan hasil penelitian. Menurut Sugiyono (dalam Ridwan, 2010:54),

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang Jumlah Jenis Kelamin:

(36)

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi semua guru SMPK 1 BPK PENABUR, SMP NEGERI 12 dan SMP

NEGERI 12 PNS dan Non PNS sebanyak 179 sebagai berikut:

Tabel 3.7

Jumlah Populasi SMPK 1 BPK PENABUR, SMP NEGERI 2 dan SMP NEGERI 12

2. Sampel Penelitian

Sampling means selecting of given number of people from a defined population,

as a representative of that population.” Borg and Gall (1979: 197). Pernyataan

tersebut berarti bahwa sampling berarti memilih sejumlah orang dari populasi yang

ditentukan, sebagai perwakilan dari populasi tersebut. Lebih jauh lagi, Deming

(1960:26) menyoroti beberapa keuntungan sampling yaitu:

• Peningkatan program statistik secara keseluruhan melalui klarifikasi maksud dan tujuan.

• Meningkatkan reliabilitas. Sampling memiliki kemungkinan wawancara

(pengujian) yang lebih baik, investigasi yang lebih menyeluruh akan informasi yang hilang, salah, atau yang mencurigakan, supervise yang lebih baik, dan pemrosesan yang lebih baik dengan cakupan yang lengkap.

• Persyaratan yang menyesuaikan, murni dapat dikuasai • Kecepatan (dan karena itu kegunaan data lebih besar)

(37)

Purposif sampling akan digunakan untuk penelitian ini. Menurut Frankael

dan wallen (2006) purposive sampling adalah; Nonrandom sample yang diseleksi

karena pengetahuan sebelumnya menunjukkan sample itu dapat mewakili, atau

karena mereka diseleksi memiliki informasi yang dibutuhkan. Menurut Frankael

(2006:104), untuk studi korelasional, sejumlah minimal 50 partisipan perlu untuk

menetapkan keadaan hubungan. Yang diseleksi untuk penelitian ini sebagai sampel

penelitian adalah para guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan in-service.

Berdasarkan studi dokumentasi, semua guru di SMPK 1 PENABUR, SMP

NEGERI 2 dan SMP NEGERI 12 sudah pernah ikut program pelatihan in-service

tersebut.

b) Ukuran Sampel

Untuk meneliti profil para guru jumlah total guru di SMPK 1 PENABUR, SMP

NEGERI 2 dan SMP NEGERI 12 menspesifikasikan jumlah guru untuk sampel

studi. Menurut statistika, kata “sampel” digunakan untuk menggambarkan bagian

dari populasi yang terpilih, Levin dan Rubin (1991:258). Menurut Sugiyono (dalam

Riduwan, 2010:56), sampel merupakan bagian dari jumlah keseluruhan populasi.

Jika subyek kurang dari 100, maka kita dapat mengambil semuanya sebagai

sampel, sehingga tipe penelitian menjadi penelitian populasi. Kemudian jika

subyeknya besar, kita dapat mengambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih dari

(38)

sebagai berikut.

n = .

Berdasarkan rumus diatas total jumlah sampel dikalkulasi sebagai berikut:

n =

.

=

,

=

,

=

,

= 64,16 64 responden

Dengan demikian peneliti takni dengan tingkat kepercayaan 90% bahwa

sampel purposif berukuran 64,16 64 jadi sampel yang diambil sebesar 64. Oleh

sebab itu, jumlah sampel guru di SMPK 1 PENABUR, SMP NEGERI 2 DAN SMP

NEGERI 12 (Sekolah Menengah Pertama) pegawai baik negeri(PNS) maupun Non

PNS, adalah:

• SMPK 1 BPK PENABUR = 63/179 x 64 = 22,52 ≈ 22 responden

• SMP NEGERI 2 = 64/179 x 64 = 22,88 ≈ 23 responden • SMP NEGERI 12 = 52/179 x 64 = 18,59 ≈ 19 responden

Jumlah populasi dan sampel untuk penelitian ini diilustrasikan dalam tabulasi

berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi = 179

(39)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis,

dan melaporkan penelitian dalam penelitian kuantitaif dan kualitatif. Creswell

(2008:646). Untuk tujuan dalam penelitian ini, peneliti menerapkan desain

penelitian korelasi pada sebuah kelompok tunggal dalam sebuah eksperimen

contohnya Staf pengajar di SMPK 1 PENABUR, SMP NEGERI 2 dan SMP

NEGERI 12 dalam tiga langkah akhir proses penelitian yaitu; (1) pengumpulan

data, (2) analisi data, dan (3) penulisan laporannya.

Untuk tujuan penelitian ini, peneliti menerapkan sebuah studi penelitian

korelasi dengan tujuan sebagai sebuah studi penjelasan untuk mengklarifikasikan

pemahaman fenomena performa guru dengan mengidentifikasikan hubungan antara

pelatihan guru, hubungan manusiawi dan kinerja mengajar guru.

No. School Gender Total

M F Population Sample 1

SMPK 1 BPK PENABUR 22 41 63 22

2 SMP NEGERI 2 21 43 64 23

3 SMP NEGERI 12 16 36 52 19

Total 179 64

Tabel 3.8

(40)

dengan Kinerja Mengajar Guru. Derajat pengaruh hanya dapat ditetapkan melalui

analisis korelasi. Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang penilaian ini, Ketner,

Smith & Parnell, 1997 dalam Creswell (2008:356) menjawab sebuah pertanyaan

“When do You Use Correlational Research?” Penulisi menjelaskan bahwa desain

ini bisa digunakan ketika mencari bagaimana menghubungkan dua atau lebih

variabel untuk melihat jika ada pengaruh satu sama lain. Di samping itu, setelah

menetapkan ukuran sampel, hasilnya juga membenarkan perlu sejumlah sampel

untuk korelasi. Seperti yang diidentifikasikan Frankael dan Wallen (2008) bahwa;

untuk studi korelasi, paling tidak perlu dipertimbangkan sejumlah 50 responden

untuk menetapkan keberadaan suatu hubungan.

Untuk tujuan peneliti, peneliti menemukan definisi berikut yang sesuai untuk

penjelasan lebih lanjut tentang desain studi korelasi. Creswell (2008:60)

mendefinisikan desain studi korelasi sebagai;

(…) prosedur dalam penelitian kuantitatif dimana peneliti mengukur derajat asosiasi (atau hubungan) antara dua atau tiga variabel dengan menggunakan prosedur statistic analisi korelasi. Derajat asosiasi dinyatakan dalam suatu angka, yang mengindikasikan apakah dua variabel tersebut berhubungan satu sama lain atau satu variabel dapat memprediksikan variabel yang lain. Untuk menyelesaikan ini anda mempelajari suatu kelompok tunggal dari sekumpulan individu dari pada dua atau lebih kelompok dalam sebuah eksperimen.

Frankael dan Wallen (21006:335) lebih lanjut menguraikan apa yang

dilakukan studi korelasi. Para penulis itu menyatakan:

(41)

C. Metode Penelitian

Menurut Leedy dan Ormrod (2001:14); metodologi penelitian merupakan

pendekatan umum yang digunakan penelitian untuk melaksanakan sebuah proyek

penelitian. Studi mengungkapkan bahwa suatu metodologi penelitian kuantitatif

muncul sekitar 1250 AD untuk memenuhi kebutuhan data kuantitatif. Metodologi

Penelitian kuantitatif merupakan sebuah pendekatan ketika obyektivitas penting

dalam sebuah cara bahwa data itu secara obyektif menggambarkan realitas. Selain

itu, pendekatan penelitian kuantitatif dimulai dengan pernyataan masalah dan

formulasi hipotesis dan pengumpulan datanumerik dengan menggunakan model

matematika.

Penelitian kuantitatif merupakan tipe penelitian pendidikan dimana peneliti

memutuskan apa yang akan dipelajari, mengajukan pertanyaan spesifik & spesifik;

mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif dari partisipan, menganalisis

angka-angaka tersebut dengan menggunakan statistik dan melakukan penyelidikan dengan

tidak bias dan obyektif. (Creswell 2008:46).

Metode ini dapat dibenarkan untuk penelitian ini terutama karena

karakteristiknya yang sesuai dengan tujuan peneliti- untuk menjelaskan pengaruh

diantara variabel. Karakteristik metodologi kuantitatif diidentifikasikan dalam

Creswell (2008:48) berikut:

• Sebuah penekanan pada pengumpulan data dan menganalisis informasi

(42)

jelas pada individual dan organisasi.

• Sebuah penekanan penekanan pada prosedur yang membandingkan

kelompok atau menghubungkan factor-faktor individu atau kelompok dalam

eksperimen, studi korelasi, dan survey.

D. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu: Dua variabel bebas

(independent variables) dan satu variabel terikat (dependent variable). Variabel

bebas adalah Pelatihan Guru (X1) dan Hubungan Manusiawi (X2). Sedangkan

variabel terikat (dependent variable) sedangkan variabel terikat (dependent

variabel) adalah Kinerja Mengajar Guru (Y).

Definisi operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

Pelatihan Guru (X1). Pelatihan guru dalam penelitian ini akan dipusatkan

kepada teori-teori pembelajaran pelatihan dan pengembangan sangat penting dalam

pelatihan guru terutama teori-teori yang punya implikasi atau pelaksanaan yang

jelas seperti:

1. Adult Learning Theory/Andragogy. Andragogy didefinisikan sebagai seni serta

ilmu yang membantu orang-orang dewasa untuk belajar (Knowles & Holton,

Razik & Swanson 2005 dalam Wang dan Ping (2009:133). Selain itu,

Knowles, 1990 dalam Lawson ( 2006:2-3) juga memaparkan tentang Subjek

Pemahaman bagaimana, dan mengapa seseorang itu belajar: asumsi berikut ini

(43)

pengalaman masa lalu yang dialami oleh orang dewasa bersifat integral, (3)

orang dewasa harus menyadari kebutuhan untuk belajar, (4) orang dewasa

termotivasi oleh penerapan dunia nyata, (5) orang dewasa memerlukan beragam

metode pelatihan.

2. Critical Action Research Approach; yang mencakup klasifikasi serta tanggapan

terhadap nilai-nilai bersama yang mendasari komitmen kelompok pembelajaran

untuk menginformasikan setiap tindakan Carson 1990 dalam Wang dan King

(2009:133). Penelitian tindakan kritis dalam konteks pekerjaan dan

pembelajaran mencakup; (a) penyelidikan kerjasama kritis pribadi dengan

kerjasama kritis oleh (b) para praktisi berfikir mendalam, (c) yang akuntabel

dalam membuat hasil-hasil dari penyelidikan publik yang mereka lakukan, (d)

melakukan evaluasi diri serta terikat dalam, (e) partisipasi pemecahan atau

penyelesaian masalah serta perkembangan professional yang berlanjut.

3. Facilitation Theory; (ibid:134) teori ini mengadvokasi pembelajaran fasilitatif

dimana para peserta pelatihan mampu mengkontemplasi perspektif-perspektif

baru tanpa merasa khawatir serta terancam oleh dorongan-dorongan eksternal.

Teori ini mengidentifikasi sejumlah aspek seperti; seorang pendidik

menciptakan sebuah lingkungan dimana para pelatih dapat mengkontemplasi

perspektif-perspektif baru, para peserta pelatihan merasa nyaman dengan proses

pembelajaran, lingkungan yang kooperatif dan positif, pembagian informasi,

(44)

pemimpin bertindak sebagai pendengar.

Hubungan Manusiawi (X2): Menurut Scott 1962 dalam Razik & Swanson

1995:237) Human Relations adalah: “… a process of effective motivation of

individu in a given situation to achieve a balanced objective that yields greater

satisfaction and helps accomplish orgainization goals.” Pernyataan tersebut berarti

bahwa; sebuah proses motivasi individu yang cukup efektif dalam sebuah keadaan

tertentu untuk mencapai tujuan yang seimbang yang menghasilkan kepuasan yang

lebih besar serta membantu mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dengan dua

konsep-konsep teoretis untuk penelitian ini yaitu:

1. Theory Y: In large part, human relations thinkers have adopted Mc Gregor’s

Theory Y viewpoint where human beings are viewed as full of potential. To

develop human potential organization leaders need to provide workers with: 1)

supportive climate, 2) more feedback, 3) training programs for professional

growth, and 4) challenging opportunities. (Razik & Swanson 1995: 302).

2. Quality of Work Life ( QWL)

Quality of worklife refers to how effective the job environment meets the

personal needs and values of employees. Quality of Work life consists of

seven components; namely (1) Adequate and fair compensation, (2) safe

and healthy working conditions, (3) opportunity for continued growth and

(45)

Walton 1975 dalam Razik & Swanson (1995: 289)

Kinerja Mengajar Guru (Y): dalam penelitian ini kinerja adalah prestasi yang

berdasarkan teacher domain (wilayah guru). Stronge & Tucker (2003:33)

menyatakan bahwa kategori-kategori standar Kinerja Mengajar Guru mencakup

beragam bidang tanggung jawab seperti sebagai Class Teacher Domain yaitu:

1. Instruction; proses yang berlanjut serta reflektif untuk memfasilitasi

pemerolehan kemampuan serta pemahaman terhadap ilmu pengetahuan.

2. Assessment; proses pengumpulan, pelaporan serta penggunaan beragam data

secara sistematis dengan cara yang jelas dan konsisten untuk menilai serta

meningkatkan kinerja siswa.

3. Teaching environment; pengembangan serta penggunaan rutinitas serta

prosedur yang efektif yang mendukung lingkungan kelas yang positif serta

memajukan pembelajaran siswa.

4. Communication and Community Relations; komunikasi guru yang efektif di

dalam kelas serta antara kelas dengan orang lain.

5. Professionalism; memperlihatkan komitmen terhadap etika-etika professional

serta mengikuti setiap kebijakan dan aturan.

Sedangkan, Resource Teacher Domains yang dikategorisasikan dengan: (1)

(46)

memusatkan diri pada satu kategori domain yang yaitu Class teacher Domain.

Oleh sebab itu, standar-standar kinerja menjelaskan sejumlah tanggung jawab

atau kewajiban -kewajiban kerja yang harus dilakukan oleh seorang guru. Berbagai

indikator kinerja dipergunakan untuk dokumentasi pencapaian seorang guru,

indikator-indikator tersebut biasanya berupa perilaku yang dapat diamati atau dapat

didokumentasikan untuk menentukan tingkatan atau taraf yang dapat dicapai oleh

seorang pegawai dalam memenuhi standar kinerja yang diberlakuan.

Oleh sebab itu, berdasarkan definisi-definisi operasional dari

variabel-variabel penelitian di atas, secara operasional Pelatihan Guru mengimplikasikan

penerapan dari Andragogy, Critical Action Research , serta Facilitation sebagai

pendekatan-pendekatan teoretis untuk mencapai proses pelatihan-pembelajaran

guru yang efektif. Kedua, Hubungan Manusiawi, mengimplikasikan secara praktis

dari Theory Y (Human nature) dan Quality of Work Life ( Morale). Yang terakhir,

Kinerja Mengajar Guru, merupakan sebuah petunjuk terutama dari tingkat

(47)

Data yang dihasilkan dari angket yang telah disebarkan, dihitung dengan

mempergunakan teknik pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan

mempergunakan Skala Likert dengan kisaran yang berlanjut mulai dari 1 hingga 5,

dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

Skala Likert merupakan instrumen yang melaporkan dimana seseorang

merespon pada serangakaian pernyataan dengan mengindikasikan besarnya

persetujuan yang dia berikan. Setiap pilihan diberikan dalam nilai numerik, dan

jumlah skor diperkirakan untuk mengindikasikan sikap atau keyakinan dalam

pertanyaan (Frankael dan Wallen 2006). Menurut Akdon (2010:118) Setiap

jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang

diungkapkan dengan deskripsi sebagai berikut:

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1 Setuju 4 Setuju 2 Netral 3 Netral 3 Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

5 = Sangat Tinggi 4 = Tinggi

(48)

variabel yang digunakan, selanjutnya dimensi tersebut diturunkan menjadi

indikator-indikator. Variabel-variabel dan indikatornya adalah sebagai berikut:

Variabel pertama yaitu variabel (X1) : Pelatihan Guru, diwakili oleh 11

dimensi yang merujuk pada teori Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy) dalam

Lawson (2006:2); Critical Action Research Approach dalam Wang & King (2009:4)

dan Facilitation Theory oleh Carl Rogers dalam Wang & King (2009: 134).

Andragogy memiliki dimensi diantaranya adalah (1) Kemandirian untuk

belajar, (2) Kebutuhan untuk belajar yang dapat dikenali, (3) Termotivasi oleh

aplikasi di dunia nyata, dan (5) Cakupan metode pelatihan.

Critical Action Research Approach memiliki dimensi diantaranya adalah (1)

Penyelidikan kolaborasi, (2) Praktek evaluasi mandiri, (3) Partisipasi dalam

pemecahan masalah, (4) Pengembangan profesional berkesinambungan, dan (5)

Akuntabilitas.

Facilitation Theory cukup menjadi dimensi karena jelas kegitan operational

dengan indikator misalnya diantaranya adalah (1) trainees’comfort with the

learning process, (2) cooperative and positive learning environment, (3)

information sharing dan (4) facilitators’ creativity.

Variabel kedua yaitu variabel (X2): Hubungan Manusiawi ( Human Relations)

diwakili oleh 11 dimensi yang merujuk pada teori diantaranya yaitu: Theory Y

dalam Razik & Swanson (1995: 302) dan Quality of Work Life oleh (Greenberge &

(49)

Lebih (2) banyak Masukan, (3) Melakukan investasi dalam program pelatihan demi

pertumbuhan sikap profesional, dan (4) Memberikan tugas yang menantang.

Quality of Work Life dimensi diantaranya adalah (1) sistem kompensasi adil

dan mencukupi, (2) Kondisi pekerjaan, (3) Kesempatan yang tersedia bagi

keamanan dan pertumbuhan yang berkesinambungan, (4) A feeling of belonging,

(5) Hak-Hak Karyawan, (6) Pekerjaan dan Harapan Hidup dan (7) Relevansi sosial

kehidupan kerja.

Variabel ketiga yaitu variabel (Y): Kinerja Mengajar Guru diwakili oleh

wilayah kelas guru dalam Stronge & Tucker 2003:33 sebagai dimensi yaitu: (1)

Pengajaran (2) penilaian (3)Lingkungan Pembelajaran Komunikasi dan Relasi

masyarakat dan (5) Profesionalisme.

Untuk jelasnya mengenai alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan

dalam kegiatan penelitian ini, berikut akan dipaparkan kisi-kisi yang memuat

bagian-bagian yang menjadi dasar dan kemudian dioperasionalkan ke dalam

item-item pernyataan.

Tabel 3.9. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

a. Pelatihan Guru (variabel X1)

Variabel Dimensi Indikator Item

1 2 3 4

(50)

Pembelajaran

• Para peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk mengevaluasi perkembangan mereka sendiri

13-14

3. Partisipasi dalam pemecahan masalah

• Para peserta pelatihan terlibat secara aktif di dalam

menganalisis permasalahan yang ada, mengumpulkan informasi, dan sampai pada solusi yang mungkin dilakukan

• Para peserta pelatihan merasa nyaman dengan proses dan lingkungan Pembelajaran

(51)

Variabel Dimensi Indikator Item

(52)

9. Hak-Hak Karyawan • Kebijakan dan tindakan

c. Kinerja Mengajar Guru (variabel Y)

Variabel Dimensi Indikator Item

1 2 3 4

1. Pengajaran • Merencanakan dan

mengimplementasikan berbagai aktifitas yang konsisten dengan tujuan instruksional

1 – 3

2. Penilaian • Melaksanakan evaluasi

formatif dan memberikan dengan para siswa dan orang tua

10 – 12

5. Profesionalisme • Komitmen terhadap etika

dan pertumbuhan profesional

(53)

Dengan demikian jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner bentuk

(self report) dimana responden memberikan jawaban yang mampu mewakili data

yang diinginkan, jumlah pertanyaan tetap setiap sampel akan disetujui setelah di

hitungan reliabilitas dan validitas. Pola sebagai intrumen penelitian dalam

kuesioner tersebut dikembangkan dalam bentuk Skala Likert yang dimodifikasi

dengan dilengkapi 5 alternatif respon/ jawaban. 5 : Sangat tepat, 4 : Tepat, 3 :

Cukup tepat, 2 : Tidak tepat, dan 1 : Sangat tidak tepat . atau 5: Selalu, 4: Sering, 3:

Kadang-kadang, 2: Jarang, 1: Tidak pernah, atau 5: Sangat setuju, 4: Setuju, 3:

Cukup Setuju, 2: Tidak setuju, 1: Sangat tidak setuju. Untuk lebih jelasnya

kuesioner untuk setiap sampel penelitian terlampir.

Tabel 3.10

Jumlah Pertanyaan tiap variabel

Variabel Jumlah Pertanyaan

Pelatihan Guru ( X1) 29

Hubungan Manusiawi ( X2) 24

Kinerja Mengajar Guru (Y) 15

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Prosedur penelitian diterapkan untuk membantu para peneliti memberikan

hasil maksimal dengan melakukan langkah yang tepat dan menghindari kesalahan

yang mungkin terjadi di samping mencapai validitas dan reliabilitas.

Mula-mula, dilakukan persiapan, yaitu (1) latar belakang penelitian,(2)

(54)

melakukan model inventarisasi dalam membuat kuesioner sementara, kemudian (8)

membenarkan inventarisasi itu dengan bimbingan para pengajar; setelah dinyatakan

tepat, kemudian (9) dieksperimenkan pada tiga sekolah mengenah pertama yaitu:

SMPK 1 PENABUR, SMP NEGERI 2 DAN SMP NEGERI 12 di Bandung.

Setelah itu, data tersebut akan diproses, dianalisis semua item yang ada dengan

isntrumen uji validitas dan reliabilitas dengan Prosedur Split-Half.

Frankael & Wallen (2006) mendefinisiklan prosedur Split-Half sebagai

sebuah metode untuk mengestimasikan reliabilitas konsitensi internal dari sebuah

instrument; ini diperoleh dengan memberikan sebuah instrument satu kali tetapi

memberikan skor dua kali untuk tiap dua “half-test” yang ekivalen. Kemudian

semua skor ini dikorelasikan.

Jika semua butir sudah dianggap valid dan reliabel, maka tidak perlu

dilakukan koreksi, kemudian butir yang sudah dianggap valid dan reliabel tersebut

dihimpun dan diujikan atau disebarkan dalam penelitian yang sebenarnya, yakni di

SMPK 1 BPK PENABUR SMP NEGERI 2) dan SMP NEGERI 12. Hasilnya

kemudian ditabulasi, yang akan menghasilkan data yang berbentuk data interval

(Skala Likert). Selanjutnya data interval langsung diuji dengan mempergunakan

korelasi sederhana atau dimaknai (ditasfirkan sesuai dengan analisis). Akhirnya

data tersebut akan disimpulkan, diimplementasikan dan direkomendasikan. Uji

coba validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden yang memiliki

(55)

lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.12 sampai dengan tabel 3.14.

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah tingkatan dimana setiap instumen pengukur mengukur apa

yang ingin diukur. Carmilles & Zeller (1979:17). Selain itu, Manickam (2001:222)

menyatakan bahwa; Validitas intrinsic memberikan bukti yang obyektif dan

kuantitatif bahwa pengujian itu mengukur apa yang harus diukur. Untuk menguji

validitas dengan instrumen tertentu, peneliti bermaksud menerapkan

langkah-langkah berikut:

Langkah 1

Untuk menguji validitas secara keseluruhan, adalah dengan

mengkorelasikan setiap skor dengan menerapkan Pearson Product Moment.

Koefisien Pearson Product – Moment (Pearson r) adalah sebuah indeks dari

korelasi yang tepat ketika data merepresentasikan skala interval atau rasio; ini

bertanggungjawab untuk tiap skor dan menghasilkan koefisien antara 0,00 dan juga

1,00 (Frankael dan Wallen 2006).

∑ ∑ . ∑

.∑ ∑ . .∑ ∑

Keterangan:

r= koefisien korelasi X1= Total skor item

Y1= Total skor

N = Total responden

(56)

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

Langkah 3

Menetapkan distribusi table t dimana tingkat signifikansi alpha = 0,1 dan

derajat bebas (df atau dk) = (n-2).

• Tingkat signifikansi uji alpha merupakan sebuah nilai ambang untuk menilai apakah sebuah uji statistik adalah secara statstik signifikan. ini dipilih oleh peneliti. Alpha merepresentasikan sebuah probabilitas yang diterima pada kesalahan Tipe I pada uji statistik. Karena alpha berkorespondensi dengan sebuah probabilitas, dapat berkisar dari 0 sampai 1. pada prakteknya, 0,01 0,05 dan 0,1 merupakan nilai alpha yang paling umum digunakan, yang merepresentasikan kesempatan 1%, 5% dan 10% terjadinya kesalahan Tipe I (contoh menolak hipotesis null ketika ini pada kenyataannya benar).

Diambil dari Encyclopedia of Survey Research Methods oleh Lavrakas accessed 12/14/2011 • Jumlah bagian independen informasi yang masuk dalam estimasi sebuah parameter disebut derajat bebas (degree of freedom=df). Umumnya, derajat bebas estimasi untuk sebuah parameter sama dengan jumlah skor independen yang masuk dalam estimasi dikurangi jumlah parameter yang digunakan sebagai langkah intermediate dalam estimasi parameter itu sendiri (yang dalam sampel variance, adalah satu , karena mean sampel hanya langkag internediate). Secara matematis, derajat bebas adalah dimensi dari domain sebuah vector rsndom, atau pada intinya jumlah komponen yang “bebas (free)”: berapa banyak komponen yang diperlukan untuk diketahui sebelum vector tersebut sepenuhnya ditentukan.

Gambar

Tabel Penelitian yang Dikunakanan………………………...
Tabel 3.1  Profil Sekolah BPK Penabur 1
Tabel 3.3 Profil Sekolah SMP Negeri 2 Bandung
Tabel 3.4 Keadaan Guru SMP Negeri 2 Bandung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang membuat penulis ingin mengetahui pengaruh potensi daya tarik Amorphophallus Titanum terhadap keputusan wisatawan untuk berkunjung ke Kebun Raya

Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang I(awasan Jakarta,7. Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,

Oleh karena itu para pengguna komputer dalam suatu lingkungan jaringan komputer dengan tipe peer-to-peer tidak dapat ikut menikmati kegunaan perangkat lunak instant messaging yang

In this paper, the writer tries to translate a text; entitled News and Entertainment Media. This is a story about news and entertainment media which is growing fast

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENELITI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) BIOLOGI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Multimedia yang digunakan adalah Flash 5.0 yang merupakan salah satu software multimedia keluaran Macromedia yang dapat menggabungkan suara, animasi grafik, dan video, sehingga

2.Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten

Hal ini dapat dilihat dari kondisi keuangan yang berupa rasio rasio sebagian besar berada dalam posisi yang baik, selain itu dapat juga dilihat dari hasil skor setiap