• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN SERTIFIKASI TERHADAP EFEKTIFITAS SERTIFIKASI GURU PENJAS MTS DI KABUPATEN GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN SERTIFIKASI TERHADAP EFEKTIFITAS SERTIFIKASI GURU PENJAS MTS DI KABUPATEN GARUT."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A

NIP. 196306181988031002

Pembimbing II

Dr. . Yudy Hendrayana, M.Kes NIP. 1962071819880310004

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A

(2)

PENGARUH LATAR BELAKANG

PENDIDIKAN TERHADAP EFEKTIFITAS

SERTIFIKASI GURU PENJAS MTs di

KABUPATEN GARUT

Oleh Nurkholis majid

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Prodi Olah raga

© Nurkholis Majid 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP

EFEKTIFITAS SERTIFIKASI GURU PENJAS MTs DI KABUPATEN GARUT

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Disusun oleh:

Nurkholis Majid

Nim. 0907995

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SEKOLAH PASCA SARJANA

(4)

ABSTRAK

Nurkholis Majid. NIM:0907995.Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan Sertifikasi Terhadap Efektifitas Sertifikasi Guru Penjas MTs di Kabupaten Garut. Tesis. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.2013.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan terhadap efektifitas sertifikasi guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian ex post facto. Sampel dalam penelitian ini adalah para peserta diklat sertifikasi penjas tingkat MTs yang dilaksanakan di Rayon 136 LPTK Unsil yang berjumlah 29 orang. Sedangkan instrumen penelitian ini adalah soal UKG penjas tahun 2012. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Independent Sample T-Test didapat hasil penelitian yaitu, Ternyata dalam penelitian ini diketahui bahwa latar belakang pendidikan berpengarauh terhadap efektifitas sertifikasi guru. Hasil pengolahan data tersebut telah membuktikan kebenaran hipotesis, bahwasertifikasi hanya efektif untuk guru yang berlatar belakang pendidikan yang linier.. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa latar belakang pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kompetensi guru. Untuk itu, guna meningkatkan kompetensinya diharapkan para guru untuk lebih banyak mengikuti pendidikan dan latihan. Dari kesimpulan diatas penulis merekomendasikan,1). Hendaknya guru lebih meningkatkan kompetensi dengan banyak mengikuti pendidikan dan pelatihan. 2) pemerintah sebaiknya banyak menyelenggarakan pendidikan dan latihan guru agar kompetensi guru lebih baik lagi.

(5)

ABSTRACT

Nurkholis Majid. NIM: 0907995. Influence Education and Certification Against Physical Education Teacher Competency of islamic secondary school in Garut regency. Thesis. Bandung: Graduate School of Education University Indonesia.2013.

The purpose of this study was to determine the effect of the educational background of the effectiveness of teacher certification. The method used in this study is a research method ex

post facto. While sampling in this research is attented by teacher training and education participant on period 2012 presented in Rayon 136 LPTK UNSIL as many 29 person. The instrument of this research use UKG askingon period 2012.Based on the results of data processing Independent Sample T-Test the result of research that,. It turns out in this research note that the educational background berpengarauh the effectiveness of teacher certification. The data processing results have proved the truth of the hypothesis, bahwasertifikasi only effective for teacher education background in linear. Conclution of this

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Kegunaan penelitian ... 10

F. Hipotesis ... 11

B A B I I K A J I A N P U S T A K A A. Pendidikan jasmani ... 14

B. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 27

C. Faktor- Faktor Pendukung Pendidikan Jasmani ... 32

D. Kompetensi Guru ... 35

E. Pendidikan Dan Latihan Sertifikasi Guru ... 38

F. Penelitian Terkait ... 88

G. Kerangka Pikir ... 91

(7)

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N

A. Pendekatan Penelitian ... 95

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 99

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 101

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 101

E. Alat Pengumpul Data ... 106

B A B I V H A S I L P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N A. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 127

B. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 128

C. Hasil Statistik Deskripsi ... 129

D. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 131

E. Hasil Uji Paired Sample Test ... 136

F. Hasil Uji Independen Sampel Test Pre test ... 138

G. Hasil Uji Independent Sampel Test Post test ... 140

H. Pembahasan Hasil penelitian ... 143

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 151

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 159

2. Surat Pengantar Penelitian ... 160

3. Surat Keterangan Penelitian ... 161

4. Kisi-kisi Uji Kompetensi Guru ... 162

5. Jadwal Kegiatan PLPG ... 177

6. Data Sampel Penelitian ... 184

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Ruang lingkup penjas di SMP/MTs. ... 30

2.2. Faktor- Faktor yang mempengaruhi penjas ... 34

3.1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 107

4.1. Hasil Pretes Uji Kompetensi Guru... 128

4.2. Uji Normalitas Data Pretest, Postest dan Gain Hasil Uji Kompetensi Guru ... 131

4.3. Uji Normalitas Data Uji Kompetensi Guru ... 132

4.4. Uji Homogenitas Varians Pretest Uji Kompetensi Guru ... 134

4.5. Uji Homogenitas Varians Posttes Uji Kompetensi Guru ... 134

4.6. Hasil Uji homogenitas Gain ... 134

4.7. Hasil Penghitungan Paired Test Penjas ... 136

4.8. Hasil Penghitungan Paired Test Non Penjas ... 137

4.9. Hasil Pengujian Perbedaan Pre test Uji Kompetensi Antara Guru Yang Berlatar Pendidikan Penjas Dengan Non Penjas ... 138

4.10. Hasil Pengujian Perbedaan Post Test Uji Kompetensi Guru yang Berlatar Belakang Penjas Dengan Non Penjas ... 140

4.11. Hasil Pengujian Perbedaan Peningkatan Kompetensi Setelah Post test

..

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Pembelajaran Pendidkan Jasmani ... 22

2.2. Struktur Materi Pendidikan Jasmani ... 28

2.3. Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 87

3.1. Desain Penelitian ... 97

3.2. Skema Penelitian ... 98

4.1. Skor Rata- Rata Uji Kompetensi Guru yang berlatar pendidikan Penjas Dan Non Penjas Pada Saat Pretest ... 129

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya. Ditampilkan melalui unjuk kerja.

Kepmendiknas No. 045/U/2002 yang dikutip oleh Farida (2008: 17) menyebutkan

bahwa: “Kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.” Jadi

kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran (Farida: 2008). Dalam

Undang-undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan peraturan pemerintah No. 19/2005

dinyatakan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,

pedagogik, profesional dan sosial.”

Pendidikan jasmani yang dirumuskan dalam dokumen yang diterbitkan

Kantor Menpora (1997: 28) adalah sebagai berikut “Pendidikan jasmani adalah

suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui

berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan

keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan dan pertumbuhan watak.”

Lebih lanjut Lutan (2000:11) menjelaskan: “Pendidikan jasmani adalah bagian

(12)

meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan

emosional.”

Berdasarkan KTSP Materi mata pelajaran Penjas SMP/MTs meliputi 7

ruang lingkup yaitu: pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan

dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/senam; aktivitas ritmik; akuatik

(aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk membantu

siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan

gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapun implementasinya perlu

dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya

siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan

menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang.

Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif.

Salah satu tanggung jawab penting dari guru dalam mengajar adalah

menemukan cara-cara mengajar yang dapat memberi sumbangan terhadap

pencapaian tujuan dan program sekolah secara menyeluruh. Oleh karena itu tujuan

program pendidikan jasmani harus seuai dengan tujuan keseluruhan program

sekolah, misalnya membantu siswa agar belajar, mempunyai sifat positif terhadap

dirinya sendiri, sekolah, dan bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai

tujuan. Suherman (2009:18) menjelaskan sebagai berikut: “Pengajaran

pendidikan jasmani dapat dikatakan berhasil manakala programnya sesuai dengan

keseluruhan program sekolah.”

Untuk mengimplementasikan hal di atas tentu dibutuhkan guru yang

(13)

memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional

dan kompetensi sosial. Berdasarkan isi Pasal 10 kompetensi yang harus dimiliki

seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah

kemampuan atau keterampilan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi

kepribadian adalah guru memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif

dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial adalah

kemampuan guru untuk komunikasi dan interaksi secara efektif dan efisien

dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran

secara luas dan mendalam.

Merujuk pada paparan di atas, terdapat empat dimensi kompetensi yang juga

harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Uraian

selanjutnya mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani hanya akan

difokuskan pada kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan

permasalahan yang diteliti. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran peserta didik (UU No. 14/ 2005 Pasal 10 Ayat 1).

Dalam Standar Kompetensi Guru Pemula bidang studi Pendidikan Jasmani (2005:

14-15) kompetensi pedagogik memiliki beberapa faktor (sub-kompetensi) yaitu:

(1)Memahami peserta didik, (2)Merancang pembelajaran, (3)Melaksanakan

pembelajaran, (4)Melaksanakan evaluasi hasil belajar, (5)Mengembangkan

(14)

kecelakaan dan pencegahan cedera. Dengan demikian kompetensi pedagogik guru

pendidikan jasmani diartikan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, evaluasi hasil belajar pendidikan

jasmani, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.

Keempat kompetensi tersebut di atas (pedagogi, profesional, sosial dan

personal) dalam prakteknya merupakan satu kesatuan yang utuh (holistik) yang

dapat diperoleh melalui pendidikan akademik sarjana atau diploma empat ,

pendidikan profesi ataupun melalui pembinaan dan pengembangan profesi guru.

Pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam jabatan dapat dimanfaatkan

baik untuk pengembangan kompetensi maupun untuk pengembangan karir guru.

Guru merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang memiliki

peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No 14

tahun 2005 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Tugas utama guru cukup

kompleks dan berat, oleh sebab itu untuk menjamin tingkat keberhasilan guru

dalam menjalankan tugas utamanya guru harus berkualitas atau mempunyai

kompetensi yang memadai.

Menurut Hasibuan (2005:70) ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan

(15)

Produktivitas kerja. Melalui pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja

pegawai akan meningkatkan, kualitas produksi semakin baik, karena technical

skill dan managerial skill pegawai yang semakin baik. 2) Efisiensi. Pendidikan

dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu, bahan

baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin. 3) Pelayanan. Pendidikan dan

pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari pegawai

kepada perusahaan atau instansi, karena pemberian pelayanan yang baik

merupakan daya tarik yang sangat penting. 4) Moral. Melalui pendidikan dan

pelatiahan maka moral para pegawai akan lebih baik karena keahlian dan

ketrampilan sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk

menjalankan tugasnya dengan baik. 5) Karir. Dengan pendidikan dan pelatihan,

kesempatan untuk meningkatkan karir pegawai akan semakin besar, karena

keahlian, ketrampilan dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya di

dasarkan kepada keahlain dan prestasi kerja seseorang. 6) Konseptual. Dengan

pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan cepat dalam

mengambil keputusan yang lebih baik. 7) Kepemimpinan. Dengan pendidikan dan

pelatihan kepemimpinan seseorang akan lebih baik, hubungan antar teman sekerja

akan menjadi luas, motivasinya akan lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama

vertikal dan horizontal semakin harmonis. 8) Balas jasa. Dengan pendidikan dan

pelatihan, maka balas jasa (gaji, upah, insentif) pegawai akan meningkat karena

prestasi kerja mereka semakin baik.

Dari penjelasan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru

(16)

kerja. Melalui pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja pegawai akan

meningkatkan, kualitas produksi semakin baik, karena technical skil dan

managerial skill pegawai yang semakin baik. b) Pelayanan. Pendidikan dan

pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari guru

kepada peserta didik atau instansi, c) Moral. Melalui pendidikan dan pelatiahan

maka moral para guru akan lebih baik karena keahlian dan ketrampilan sesuai

dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menjalankan tugasnya

dengan baik. d) Karir. Dengan pendidikan dan pelatihan, kesempatan untuk

meningkatkan karir pegawai akan semakin besar, karena keahlian, ketrampilan

dan prestasi kerjanya. e) Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan

akan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik. f)

Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan

cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik. g) Kepemimpinan. Dengan

pendidikan dan pelatihan kepemimpinan seseorang akan lebih baik, hubungan

anatar teman sekerja akan menjadi lues, motivasinya akan lebih terarah sehingga

pembinaan kerja sama vertikal dan horizontal semakin harmonis.

B. Masalah Penelitian

Adapun yang menjadi permasalahan adalah ketika sekolah/ madrasah yang

tidak mempunyai guru yang berkualifikasi tidak sesuai dengan pelajaran yang

diampu, mengajar tidak sesuai dengan keahliannya maka, pembelajaran yang

berlangsung hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang

sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru dalam hal ini tidak menjadi

(17)

kurang terperhatikan bahkan terabaikan. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah

siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.

Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan,

keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan,

keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka hanya dengan

seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan

menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru

akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak

terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidakpuasan siswa dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian

bahan ajar secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari

pembelajaran. Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan

kemauan, melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi

seorang guru. Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat

kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal

metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh tidak

hanya terhadap hasil pembelajaran, melainkan juga terhadap pendidikan nasional

secara umum, sebagaiman disebut dalam Undang - undang no 14 tahun 2005

Tentang guru dan Dosen:. “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional

(18)

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional”. Untuk menjadi guru yang profesional

sudah barang tentu seorang guru harus mempunyai kompetensi. Dalam Undang

Undang no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa

Kompetensi adalah: “ seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut :

1. Apakah efektifitas sertifikasi guru pendidikan jasmani dipengaruhi oleh latar

belakang pendidikan?

2. Apakah sertfikasi guru penjas hanya efektif meningkatkan kompetensi guru

yang berlatar belakang pendidikan yang linier?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah efektifitas sertifikasi dipengaruhi oleh latar

belakang pendidikan.

2. Untuk mengetahui apakah sertifikasi guru penjas hanya efektif meningkatkan

(19)

E. Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk

penelitian lebih lanjut mengenai latar belakang pendidikan guru sebagai suatu hal

yang perlu diperhatikan dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar

yang sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran

pendidikan jasmani di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk dapat :

1. Membantu dalam pencapaian tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).

2. Sebagai bahan informasi untuk di bentuknya Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) pendidikan jasmani

3. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang

lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai guru.

b. Bagi Instansi Terkait:

1. Mengetahui gambaran secara kasar latar belakang pendidikan guru

(20)

2. Mengetahui perbedaan kompetensi antara guru penjas yang berlatar belakang

pendidikan penjas dengan guru penjas yang berlatar belakang bukan

pendidikan jasmani

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan penataran/ diklat guru

untuk meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Bagi Peneliti

Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu aspek

yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini yaitu

latar belakang pendidikan guru harus sesuai dengan pendidikan yang diampunya.

F. Batasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya bias, maka penulis membatasi penelitian ini

untuk mengkaji :

1. Mengkaji pengaruh latar belakang pendidikan guru penjas terhadap

efektifitas sertifikasi guru penjas.

2. Mengkaji sejauh mana latar belakang pendidikan guru penjas berpengaruh

terhadap efektifitas sertifikasi guru penjas.

3. Mengkaji apakah sertifikasi guru penjas hanya efektif untuk meningkatkan

kompetensi guru yang berlatar belakang pendidikan yang linier.

Populasi penelitian adalah semua guru penjas yang mengikuti program

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan LPTK rayon

136 Universitas Siliwangi tahun 2012 dari tanggal 30 Oktober sampai dengan 28

(21)

bertempat di Hotel Pajajaran Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian sebanyak 29

orang dengan perincian sebagai berikut:

a. 14 orang guru penjas yang berlatar belakang pendidikan penjas.

b. 15 orang guru penjas yang berlatar belakang pendidikan bukan penjas.

4. Penelitian ini bersifat ex post facto

5. Lokasi penelitian adalah di Rayon LPTK 136 Universitas Siliwangi sebagai

panitia penyelenggara Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) tahun

2012.

G. Anggapan Dasar

Tujuan utama diterapkannya program sertifikasi guru, termasuk terhadap

guru pendidikan jasmani adalah meningkatkan kualitas guru sehingga kualitas

pendidikan semakin meningkat. Faktor guru diyakini memegang peran yang

sangat strategis dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas

pembelajaran (Suherman, 2007; Rink, 2002) dan pada gilirannya mempengaruhi

prestasi anak didik (Siedentop & Tannehill, 2000). Keberadaan guru yang bermutu

merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang

berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan adalah intervensi langsung

menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru

yang memadai dengan melaksanakan sertifikasi guru.

Sebagaimana rencana pemerintah melalui Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas), program sertifikasi diberlakukan untuk semua guru, baik

(22)

non-pegawai negeri sipil (swasta). Sampai saat ini, ada sekitar 2,3 juta guru di

Indonesia (www.pmptk.net). Terhadap jumlah guru tersebut, pemerintah melalui

Depdiknas secara bertahap akan melakukan sertifikasi guru, dimulai tahun 2007

sebanyak 190.450 guru, terdiri atas 20.000 guru SD dan SMP yang sudah didaftar

pada tahun 2006 dan 170.450 guru SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang didaftar

pada tahun 2007. Program tersebut diharapkan rampung pada tahun 2015

(www.sertifikasiguru.org). Sasaran program sertifikasi guru ini adalah semua guru

yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 9, dan PP Nomor 19 tahun 2005 Pasal 28

ayat (2) yaitu minimal sarjana atau diploma empat (S1/D-IV) yang dibuktikan

dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan. Artinya, guru dengan

kualifikasi di bawah sarjana atau D4 tidak dapat disertifikasi.

Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan komitmen pemerintah, dalam hal

ini Depdiknas, untuk mengimplementasikan amanat Undang-undang Nomor 14

tahun 2005, yakni mewujudkan guru yang berkualitas dan profesional.

Pertanyaannya, sampai sejauh mana program sertifikasi mampu menjadi

instrumen untuk meningkatkan kompetensi guru? Adakah jaminan bahwa ketika

guru lolos sertifikasi dengan sendirinya adalah guru yang berkualitas? Tidak

mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengingat banyak variabel yang

mempengaruhinya, mulai dari sistem dan mekanisme sertifikasi, asesor, hingga

gurunya sendiri sebagai pihak yang akan dinilai.

Untuk mengetahui kualitas seorang guru, Windham (1990:24)

(23)

The characteristic of teachers that from the basis for the most commonly uses indicators of teacher quality are: formal educational attainment, teacher training attainment, age experience, attrition/turnover, specialization, ethnic/nationality, subject mastery, verbal ability, attitudes teacher available measures.

Dari apa yang disampaikan oleh Windham (1990:24) diketahui bahwa

pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh guru sangat berpengaruh terhadap

kualitas guru tersebut. Selain pendidikan formal, kualitas guru juga dipengaruhi

oleh usia, pengalaman, kemampuan verbal, kepribadian dan beberapa faktor yang

lain. Oleh sebab itu, guru harus berusaha meningkatkan potensi dirinya dengan

terus belajar, baik secara formal maupun informal.

H.Hipotesis

Dari anggapan dasar di atas, maka penulis mengajukan hipotesis:

1. Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap efektifitas program

sertifikasi guru.

2. Sertifikasi hanya efektif untuk guru yang mempunyai latar belakang

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini

menggunakan metode penelitian ex post facto. Metode penelitian ex post facto

disebut juga dengan metode causal comparative atau metode yang mengamati

suatu masalah secara mendalam dengan cara membandingkan dua situasi

kelompok yang berbeda. Sukhia, Metrota & Metrota (1966) yang di kutip

Mulyasa (2010) menjelaskan bahwa:

“This method is based on mill’s canon of agreement and disagreement which states that causes and given observed effects may be ascertained by nothing elements which are invariable present when the result is present and which is invariably absent when the resulut is absent.”

Kesimpulan dari pernyataan di atas bahwa metode causal comparative

berdasarkan pada aturan dari suatu perjanjian dan perbedaan paham dalam suatu

keadaan yang menyebabkan efek yang diamati diberikan mungkin melalui

penambahan dengan cara mencatat unsur-unsur yang diperoleh ketika hasilnya

tidak berubah-ubah serta tanpa alternatif walau hasil yang diperoleh kosong atau

tidak nampak.

Ciri utama penelitian ex post facto adalah tidak adanya perlakuan yang

diberikan oleh peneliti atau dengan kata lain perlakuannya sudah dilakukan tanpa

ada control dari peneliti. Hal ini dijelsakan oleh Nasir (1999:73) bahwa: “sifat

penelitian ex post facto yaitu tidak ada control terhadap variabel. Variabel dilihat

(25)

suatu fenomena dan menguji hubungan seab akibat dari data – data setelah semua

kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.

Penelitian ex post facto secara metodis merupakan penelitian eksperimen

yang juga menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu

karena sesuatu sebab kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan

manipulasi. Biasanya karena alasan etika manusiawi, atau gejala/peristiwa

tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri faktor-faktor penyebabnya atau hal-hal

yang mempengaruhinya.

Kerlinger (1993) mendefinisikan penelitian ex post facto adalah penemuan

empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol

terhadap variable-variabel bebas karena manifestasinya sudah terjadi atau

variable-variabel tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi

Dengan membandingkan antara guru yang berlatar belakang pendidikan

non penjas dengan guru yang berlatar belakang pendidikan penjas,sebelum dan

sesudah melaksanakan program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Selanjutnya kedua kelompok dievaluasi untuk melihat perubahan/ peningkatan

yang terjadi terhadap hasil Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dilihat dari hasil

pre test dan post test kedua kelompok.

Desian dari penelitian ini adalah:

Gambar 3.1

Desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design

�� � ∶ � � �

(26)

Keterangan:

� = pre test kelompok 1(guru penjas)

� = post test kelompok 1(guru penjas)

� = Treatment (diklat sertivikasi)

� = pre test kelompok 2 (guru non penjas)

� = post test kelompok 2 (guru non penjas)

Langkah langkah penelitian dapat di gambarkan dalam skema seabagai

berikut:

Gambar 3.2. Alur penelitian

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sujana (2006:6) Populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif

dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas

yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan Riduan (2004:55) mengungkapkan populasi

sampel

Guru penjas Guru non penjas

Pre test

Diklat sertivikasi

Post test

Pengolahan/analisis data

(27)

bahwa,”Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah

dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi merupakan suatu hal yang sangat penting keberadaanya sebagai

subjek atau sumber data. Populasi merupakan keseluruhan dari sekumpulan objek

yang memiliki cirri-ciri tersendiri yang ingin dipelajari. Populasi dalam penelitian

ini adalah guru penjasorkes MTs di kabupaten Garut yang mengikuti program

Pendidkikan dan Latihan Profesi Guru yang berjumlah 29 orang.

Setelah menetapkan populasi, maka selanjutnya adalah mementukan

sampel penelitian. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk

dapat mewakili dari keseluruhan populasi. Mengenai jumlah sampel yang akan

digunakan, penulis mengutip pernyataan Arikunto (2005:17) bahwa,”Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan mengenai jumlah

sampel sebagai perwakilan dari populasi, penulis mengutip pernyataan yang

dikemukakan Arikunto (2005:20) bahwa:

“Untuk sekedar ancer-ancer maka, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil kira-kira 10-20% atau 20-50%, atau lebih besar tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana. Sempit dan luasnya penelitian (wilayah penelitian), besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.”

Dalam penelitian ini penulis menggunakan purposive sampling. Adapun

subjek yang menjadi sampel dalam penilitian ini adalah guru penjasorkes MTs di

Kabupaten Garut yang berjumlah 29 orang yang terdiri dari 14 orang guru penjas

yang berlatar belakang pendidikan jasmani dan 15 orang guru penjas yang berlatar

(28)

C. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian adalah di Rayon 136 LPTK Universitas Siliwangi

sebagai penyelenggara program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru tahun 2012

yang dilaksanakan dari tanggal dari tanggal 30 Oktober sampai dengan 28

Desember yang terbagi ke dalam 3 gelombang yang berjumlah 29 orang, yang

bertempat di Hotel Pajajaran Kota Tasikmalaya. Sedangkan waktu penelitian yaitu

pada tanggal 7 februari 2012 dengan cara meminta data hasil sertivikasi langsung

kepada panitia pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, dalam hal ini

ketua rayon LPTK 136 Universitas Siliwangi yaitu Prof. Dr. H. Yus Darusman,

M.Si.

D. Variabel dan Definisi Oprasional Penelitian 1. Variabel-variabel penelitian

Variabel-variabel penelitian dalam penulisan tesis ini adalah:

a. Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu: latar belakang pendidikan guru

penjas

b. Variael terikat (Dependent Variabel) yaitu: efektifitas program sertifikasi guru

penjas

2. Definisi Oprasional Penelitian

Definisi oprasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang

sedang diteliti. Masri.S (2008:46-47)memberikan pengertian tentang definisi

oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu

(29)

pelaksanaan caranya mengukur suatu varibel. Berikut ini definisi oprasional

variabel penelitian;

1. Latar belakang pendidikan

Ketentuan tentang guru yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor

14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Selanjutnya bahwa kualifikasi akademik yang dimaksud diperoleh melalui

pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualifikasi guru

tersebut sebagaimana yang diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 14

tahun 2005 yang berbunyi:

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.

(2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

(3) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan profesional dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat.

Tugas yang dimiliki guru sangat banyak apabila dianalisis dari berbagai segi

termasuk menyesuaikan pangkat dan golongan yang berbeda, yang akan sangat

dipengaruhi latar belakang pendidikan. .John Dewey, 1978 (Moesa, 1982: 39)

(30)

Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar sangat dipengaruhi oleh peran guru sebagai berikut; pertama, guru harus memiliki pengetahuan yang luas agar mampu menjadi pemimpin intelektual di kelas yang diajarnya; kedua, guru harus memiliki pengetahuan akademik yang lebih luas dari buku-buku pelajaran yang dipelajari oleh siswanya; ketiga, guru harus memiliki pengetahuan profesional yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas utama guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.

Webster’s (1982: 1222) menjelaskan bahwa: Qualification the act of

qualifying, or the state of being qualified; that which qualifies or fits a person or

thing for any use or purpose, as for a place, an office, or employment;

modification, restriction or limitation.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

kualifikasi adalah penetapan untuk memenuhi suatu persyaratan, atau suatu

pernyataan ijazah yang memenuhi suatu persyaratan yang cocok untuk suatu

pekerjaan.

2. Program sertifikasi guru

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru

Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar

profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan

sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat pendidik adalah sebuah

sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi

sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru

sebagai tenaga profesional. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebut

sertifikat pendidik. Pendidik yang dimaksud di sini adalah guru dan dosen. Proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru disebut sertifikasi guru, dan untuk dosen

(31)

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan

sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen tersebut mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat berfungsi untuk

meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sertifikasi guru sebagai upaya

peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan

mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.

E.Instrumen Penelitian

Pengumpulan data merupakan upaya peneliti mencari informasi yang di

perlukan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian. Pengumpulan data dalam

pelaksanaan penelitian deskriptif menurut Sugiyono (1997:43) dapat dilakukan

melalui beberapa cara yaitu, (a) sumber dokumen;(b) studi dokumentasi; (c)

angket; dan (d) wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur.

Sebagaimana layaknya penelitian, diperlukan data-data sebagai penunjang

terhadap masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

(32)

dapat diperoleh informasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini yaitu ingin mengetahui tingkat kompetensi guru penjas MTs di

kabupaten garut dilihat dari latar belakang pendidikan, baik sebelum maupun

sesudah sertifikasi.

Dalam penelitian ini, untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner

yang berupa soal Uji Kompetensi Guru (UKG) . Penggunaan kuesioner dalam

penelitian ini ialah karena memiliki beberapa keuntungan Arikunto (1998:141)

menjelaskan bahwa:

(1)Tidak memerlukan hadirnya peneliti,(2) dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden, (3) dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden, (4)dapat di buat anonym sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab, dan (5) dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pernyataan yang benar-benar sama.

Kisi-kisi dalam membuat angket sangat diperlukan untuk menjadi

pedoman dalam menentukan perntaan atau pertanyaan butir tes. Dalam penelitian

ini, variabel penelitiannya yaitu kompetensi guru penjas yang terbagi dalam dua

komponen kompetensi yaitu; (1) kompetensi pedagogi, (2) kompetensi

profesional. Agar lebih jelas mengenai kedua komponen kompetensi guru penjas

tersebut dapat dilihat pada lampiran 4.

F. Prosedur Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari hasil pengetesan dan pengukuran,

kemudian diolah secermat mungkin dengan menggunakan statistik yang sesuai,

(33)

Analisis data dilakukan untuk mengetahui makna dari data yang telah

dikumpulkan.. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan ini

adalah :

 = Jumlah skor yang didapat

n = Banyak sampel

S = Standar deviasi yang dicari

 = Jumlah dari

Xi = Nilai skor sampel

X = Nilai rata-rata

N = Banyak sampel

3. Uji normalitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari basil pengukuran tersebut

normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji normalitas Liliefors. Rumus

yang digunakan sebagai berikut :

(34)

dengan rumus :

b. Untuk setiap bilangan menggunakan data distribusi normal baku, kemudian

hitung peluang.

F(Zi)=P=(Z=Zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2……., Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan lah S (Zi), maka :

 

d. Hitung selisih F (Zi) F (Si) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambilah harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari tabel

taraf nyata yang dipilih.

1. Hipotesis ditolak apabila Lo < L tabel

Kesimpulan adalah populasi berdistribusi tidak normal.

2. Hipotesis diterima apabila Lo < L tabel

(35)

4. Uji homogenitas

Bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga variabel tersebut mempunyai

kemampuan awal dan akhir yang sama atau tidak. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Menurut Sugiyono (2010;140), hasil perhitungan dibandingkan dengan

nilai pada taraf signifikansi 5%. Kedua varian homogen jika dk pembilang dan dk

penyebut . Uji homogenitas varian dalam penelitian ini menggunakan software

SPSS 17.

5. Uji t sample berpasangan diterapkan untuk membandingkan rerata dua sample

yang saling terkait. Uji ini cocok untuk disain penelitian one group pre test – post

test design. adanya hipotesis

H 0: μ1= μ2H 1: μ1≠μ 2

dengan

μ1= rata-rata sebelum perlakuan

μ2= rata-rata sesudah perlakuan

μ1= μ2 ,berarti bahwa tidak ada perbedaan dari objek penelitian dengan

perlakukan yang kita berikan dengan, atau dengan kata lain perlakuan penelitian

tidak menunjukkan perubahan respon dari objek peneltiian. Sedangkan untuk

(36)

Uji T dilakukan saat data berdistribusi normal, sehingga uji normalitas

data terlebih dahulu itu perlu dilakukan misalnya dengan uji

(37)
(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dijelaskan pada

bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai

berikut :

1. Latar belakang pendidkan sangat berpengaruh terhadap efektifitas Program

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru/sertifiaksi guru.

2. Program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru lebih efektif untuk

meningkatkan kompetensi guru yang mempunyai latar belakang

pendidikan yang linier dari pada kompetensi guru yang berlatar

pendidikan yang tidak linier.

B. Saran

Mengacu pada hasil analisis data dan kesimpulan penelitian, maka

penulis memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi sekolah

Berdasarkan temuan di lapangan bahwa guru yang mempunyai latar

belakang pendidikan yang sesuai dengan pelajaran yang diampunya, dalam

hal ini guru pendidikan jasmani, ternyata mempunyai kompetensi yang lebih

baik dari pada guru yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang

sesuai. Oleh karena itu agar proses belajar berlangsung dengan baik maka

hendaknya pihak sekolah tidak sembarangan menunjuk guru untuk

(39)

2. Bagi Guru

Untuk guru yang sudah terlanjur sedang mengampu pelajaran

khususnya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, apalagi yang latar

belakng pendidikannya tidak sesuai dengan pelajaran yang diampu sekarang,

hendaknya senantiasa belajar menambah ilmu untuk meningkatkan

kompetensinya, agar dapat mempersembahkan karya nyata di bidang

pendidikan, khususnya pendidikan jasmani

3. Bagi pemerintah.

a. Hendaknya meninjau kembali kebijakan pesrta seritifikasi guru,

karena sesuai hasil penelitian, guru yang berlatar belakang pendidikan

yang linier lah yang paling meningkat kompetensinya setelah

mengikuti sertifikasi guru. Ini menunjukan bahwa sertifikasi lebih

efektif untuk meningkatkan kometensi guru yang berlatar belakang

pendidikan yang linier.

b. Peraihan sertivikasi guru hendaknya dilakukan dengan PLPG, bukan

dengan Portofolio, karena dari hasil penelitian, sertifikasi guru yang

berlatar belakang pendidikan tidak linier hanya sedikit

peningkatannya dari hasil PLPG, apalagi kalau melalui portofolio.

c. seyogyanya memperbanyak pendidikan dan latihan bagi guru yang

belum ataupun sudah terlanjur mengikuti sertifikasi guna menambah

pengalaman dan pengetahuan yang senantiasa baru untuk

(40)

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini,

khususnya terkait dengan metode penelitian yang digunakan, kemudian

variabel-variabel penelitian yang ada, semoga penelitin selanjutnya bisa

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Andrian. S. 2008. Empat Pilar Kompetensi Guru dalam KTSP. Bandung: widya Karya.

Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota; Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Bedhowi. (2006). Kompetensi Guru. Jakarta. Rieneka Cipta .

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Grafindo

Depdiknas (2007). Meningkatkan kompetensi guru. [Online]. Tersedia dalam http://www.pmptk.net/ [12 Desember 2010]

Depdiknas (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/[12 Desember 2010]

Depdiknas (2007). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/[12 Desember 2010]

Depdiknas (2007). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/[12 Desember 2010]

Depdiknas, 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta, Direktorat Tenaga Kependidikan

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi: Panduan KTSP. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/publikasi/ [27 April 2010]

Direktorat Jenderal PMPTK. (2008). Penilaian Kinerja Guru. DEPDIKNAS

(42)

Dunkin, M, dan Biddle, B. (1974). The Study of Teaching. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc.

Husdarta, H.J.S. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung : Alafabeta

Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamidi, A (2009). Perbedaan Kompetensi Guru Penjas yang Sudah dan Belum Mengikuti Program Sertifikasi di Kota Cimahi. Tesis. Upi Bandung tidak diterbitkan.

Harsono (1968). Konsep Penjas. Modul Perkuliahan. Bandung: STO. Jakarta: Depdiknas.

Jalal, F (2007). Sertifikasi Guru Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang Bermutu?. Makalah: di sampaikan pada seminar pendidikan yang diselenggrakan oleh program Pasca Sarjan UNAIR, tanggal 28 april 2007 di Surabaya. Tersedia dalam http//pmptk.net. diakses pada tanggal 20 maret 2011

Jalal, F. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Perspektif Pendidikan Sepanjang Hayat. Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan seumur Hidup diYogyakarta tangga128 Agustus 2003

KEMENDIKNAS. (2009). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Simpo PDF Merge and Split Unregistered Version - http://www.simpopdf.com

KEMENDIKNAS. (2012). Prosedur Oprasional Baku (POB) Pelaksanaan PLPG. Pusat Pengembangan Pendidik.

KEMENDIKNAS. (2012). Rambu- rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2012. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi.

Komnas Penjasor. (2007). Kompetensi dan Sertifikasi Guru Pendidikan Jasmani: penelitian di tiga kota Besar. Jakarta. Kantor Kementrian Pemuda dan Olahraga

(43)

Lutan, R & Sumardianto. (2000). Filsafat Olahraga. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Lutan, R. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani: Pendekatan Pendidikan Gerak

di Sekolah Dasar. Jakarta. Depdiknas. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Lutan, R., Hartoto,J.,Tomoliyus.(2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani : Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Maksum, A (2007). Kualitas Guru Pendidikan Jasmani di Sekolah: antara Harapan dan Kenyataan. Surabaya: FIK UNESA

Metzler, M. W. (2000). Instructional Models for Physical Education. Bosto: Allyn & Bacon

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. (2004). Kompetensi Guru. Jakarta. Rieneke Cipta

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mutohir, C. (2002). Gagasan Tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Rosda Karya.

Nasution. S.(1982). Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars

Nitisemito, T, Hani (1996). Manajemen personalia Manajemen sumber daya Manusia. Kudus. Ghalia Indonesia.

Notoatmojo, Soekijo (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurdin, S. 2005. Guru Profesional dan tersertifikasi dalam Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching.

Oemar, H.2002. pendidikan guru berdasarkan kompetensi. Jakarta: Bumi Akasara

Osman. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementas. Bandug: PT Remaja Rosdakarya

(44)

Pemerintah Republik Indonesia. (1996). Sk Mendikbud RI nomor 025/0/1995 tentang petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan jabatan guru dan angka kreditnya. Jakarta: Depdikbud.

Ruseffendi, H. (1998). Dasar-dasar Peneliltian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press

Samani, M., Mukhadis,A. Wardhani, Kumaidi, Djoko Kustono, Endang Ariadi 2006. Instrumen Penilaian Kinerja Guru. Ditjen DIKTI, DEPDIKNAS.

Sanubari, Ari (2010). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes. Tesis. Upi Bandung tidak diterbitkan

Sanusi, M (1991). Sertifikasi Guru Sebagai Bagian penignkatan kualitas pendidikan. Makalah di sampaikan pada seminar Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan. Program Pascasarjana UNY, 22 maret di Yogyakarta. (online. Tersedia: http://www.yahoo.com. Diakses pada tanggal 23 Maret 2010

Saputra, Y. (2008). Pengaruh Layanan Supervisi, Fasilitas Pembelajaran dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru penjas di Kota Cimahi. Bandung: Lembaga Penelitian UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Siagian, Sondang P, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Siedentop, D. (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport. California: Mayfield Publishing Company. Bacon.

Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang RI no. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung. Fokus Media

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaraman (2007) Persepsi Guru Sekolah Dasar terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupatenm Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Tesis UNM (online). Tersedia:www.geocites.com. diakses pada tanggal 10 maret 2010

Sudjana, N, 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: sinar baru.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(45)

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, A. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.

Suherman, A. 2001. Assesmen Belajar dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional.

Suherman, A. 2009. Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan jasmani. Bandung : CV. Bintang Warli Artika.

Surya, M (2007). Organisasi Ptofesi, Kode Etik, dan Dewan Kehormatan Guru. Bandung: PGRI

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan dosen

Wijaya, Y (2007). Kontribusi kompettensi dan Motivasi kerja terhadap kinerja Guru SMPN di Kabupaten Cianjur. Upi Bnadung. Tesis tidak diterbitkan.

______ (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

______ (2003). Standar Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Pertama. Jakarta: Depdiknas.

______ (2005). Peraturan Pemerintah RI No19Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

_______(2005). Undang Undang RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1  Pretest-Posttest Control Group Design
Gambar 3.2. Alur penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam penelitian ini menggunakan bahan baku karet alam yaitu kompo (kompo 4), pelunak dari minyak biji ketapang dan bahan pengisi pasir kuarsa, sehingga menghasilkan

Sementara ikan yang diberi pakan dengan jenis karbohidrat sukrosa, dekstrin, dan pati mengalami kenaikan puncak kadar glukosa plasma darah yang lebih rendah dan

Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil analisis linier berganda menunjukkan bahwa variabel Komitmen Organisasional merupakan salah satu faktor yang memiliki

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mekanisme pelaksanaan Perjanjian Kerja antara Serikat Pekerja dengan PTPN IV, bagaimana tanggung jawab

Didalam UU No 22 Tahun 2009 ini perbuatan pidana atau sering disebut tindak pidana ( strafbaar feit ) dibedakan atas dua bentuk yaitu dalam bentuk pelanggaran dan dalam

berarti plasenta belum lepas. Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua tangan

JAPANESE1 ∼Veek1: 7〆2千(F) 7,'25(S) Week2: 7/27(》1〉 7/28(T) 7/29(W) ()rientation Orientationforre.gistrat呈 ・n Classreg三stration Introduct1on 7β0(Th) 7β1(F) Week3: