LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A
NIP. 196306181988031002
Pembimbing II
Dr. . Yudy Hendrayana, M.Kes NIP. 1962071819880310004
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A
PENGARUH LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN TERHADAP EFEKTIFITAS
SERTIFIKASI GURU PENJAS MTs di
KABUPATEN GARUT
Oleh Nurkholis majid
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Prodi Olah raga
© Nurkholis Majid 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP
EFEKTIFITAS SERTIFIKASI GURU PENJAS MTs DI KABUPATEN GARUT
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
Disusun oleh:
Nurkholis Majid
Nim. 0907995
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
SEKOLAH PASCA SARJANA
ABSTRAK
Nurkholis Majid. NIM:0907995.Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan Sertifikasi Terhadap Efektifitas Sertifikasi Guru Penjas MTs di Kabupaten Garut. Tesis. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.2013.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan terhadap efektifitas sertifikasi guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian ex post facto. Sampel dalam penelitian ini adalah para peserta diklat sertifikasi penjas tingkat MTs yang dilaksanakan di Rayon 136 LPTK Unsil yang berjumlah 29 orang. Sedangkan instrumen penelitian ini adalah soal UKG penjas tahun 2012. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Independent Sample T-Test didapat hasil penelitian yaitu, Ternyata dalam penelitian ini diketahui bahwa latar belakang pendidikan berpengarauh terhadap efektifitas sertifikasi guru. Hasil pengolahan data tersebut telah membuktikan kebenaran hipotesis, bahwasertifikasi hanya efektif untuk guru yang berlatar belakang pendidikan yang linier.. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa latar belakang pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kompetensi guru. Untuk itu, guna meningkatkan kompetensinya diharapkan para guru untuk lebih banyak mengikuti pendidikan dan latihan. Dari kesimpulan diatas penulis merekomendasikan,1). Hendaknya guru lebih meningkatkan kompetensi dengan banyak mengikuti pendidikan dan pelatihan. 2) pemerintah sebaiknya banyak menyelenggarakan pendidikan dan latihan guru agar kompetensi guru lebih baik lagi.
ABSTRACT
Nurkholis Majid. NIM: 0907995. Influence Education and Certification Against Physical Education Teacher Competency of islamic secondary school in Garut regency. Thesis. Bandung: Graduate School of Education University Indonesia.2013.
The purpose of this study was to determine the effect of the educational background of the effectiveness of teacher certification. The method used in this study is a research method ex
post facto. While sampling in this research is attented by teacher training and education participant on period 2012 presented in Rayon 136 LPTK UNSIL as many 29 person. The instrument of this research use UKG askingon period 2012.Based on the results of data processing Independent Sample T-Test the result of research that,. It turns out in this research note that the educational background berpengarauh the effectiveness of teacher certification. The data processing results have proved the truth of the hypothesis, bahwasertifikasi only effective for teacher education background in linear. Conclution of this
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
LAMPIRAN ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Masalah Penelitian ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Kegunaan penelitian ... 10
F. Hipotesis ... 11
B A B I I K A J I A N P U S T A K A A. Pendidikan jasmani ... 14
B. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 27
C. Faktor- Faktor Pendukung Pendidikan Jasmani ... 32
D. Kompetensi Guru ... 35
E. Pendidikan Dan Latihan Sertifikasi Guru ... 38
F. Penelitian Terkait ... 88
G. Kerangka Pikir ... 91
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N
A. Pendekatan Penelitian ... 95
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 99
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 101
D. Variabel dan Definisi Operasional ... 101
E. Alat Pengumpul Data ... 106
B A B I V H A S I L P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N A. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 127
B. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 128
C. Hasil Statistik Deskripsi ... 129
D. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 131
E. Hasil Uji Paired Sample Test ... 136
F. Hasil Uji Independen Sampel Test Pre test ... 138
G. Hasil Uji Independent Sampel Test Post test ... 140
H. Pembahasan Hasil penelitian ... 143
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150
B. Saran ... 151
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
1. Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 159
2. Surat Pengantar Penelitian ... 160
3. Surat Keterangan Penelitian ... 161
4. Kisi-kisi Uji Kompetensi Guru ... 162
5. Jadwal Kegiatan PLPG ... 177
6. Data Sampel Penelitian ... 184
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Ruang lingkup penjas di SMP/MTs. ... 30
2.2. Faktor- Faktor yang mempengaruhi penjas ... 34
3.1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 107
4.1. Hasil Pretes Uji Kompetensi Guru... 128
4.2. Uji Normalitas Data Pretest, Postest dan Gain Hasil Uji Kompetensi Guru ... 131
4.3. Uji Normalitas Data Uji Kompetensi Guru ... 132
4.4. Uji Homogenitas Varians Pretest Uji Kompetensi Guru ... 134
4.5. Uji Homogenitas Varians Posttes Uji Kompetensi Guru ... 134
4.6. Hasil Uji homogenitas Gain ... 134
4.7. Hasil Penghitungan Paired Test Penjas ... 136
4.8. Hasil Penghitungan Paired Test Non Penjas ... 137
4.9. Hasil Pengujian Perbedaan Pre test Uji Kompetensi Antara Guru Yang Berlatar Pendidikan Penjas Dengan Non Penjas ... 138
4.10. Hasil Pengujian Perbedaan Post Test Uji Kompetensi Guru yang Berlatar Belakang Penjas Dengan Non Penjas ... 140
4.11. Hasil Pengujian Perbedaan Peningkatan Kompetensi Setelah Post test
..
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Pembelajaran Pendidkan Jasmani ... 22
2.2. Struktur Materi Pendidikan Jasmani ... 28
2.3. Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 87
3.1. Desain Penelitian ... 97
3.2. Skema Penelitian ... 98
4.1. Skor Rata- Rata Uji Kompetensi Guru yang berlatar pendidikan Penjas Dan Non Penjas Pada Saat Pretest ... 129
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Ditampilkan melalui unjuk kerja.
Kepmendiknas No. 045/U/2002 yang dikutip oleh Farida (2008: 17) menyebutkan
bahwa: “Kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.” Jadi
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran (Farida: 2008). Dalam
Undang-undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan peraturan pemerintah No. 19/2005
dinyatakan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
pedagogik, profesional dan sosial.”
Pendidikan jasmani yang dirumuskan dalam dokumen yang diterbitkan
Kantor Menpora (1997: 28) adalah sebagai berikut “Pendidikan jasmani adalah
suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui
berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan
keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan dan pertumbuhan watak.”
Lebih lanjut Lutan (2000:11) menjelaskan: “Pendidikan jasmani adalah bagian
meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan
emosional.”
Berdasarkan KTSP Materi mata pelajaran Penjas SMP/MTs meliputi 7
ruang lingkup yaitu: pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan
dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/senam; aktivitas ritmik; akuatik
(aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk membantu
siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan
gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapun implementasinya perlu
dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya
siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan
menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang.
Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif.
Salah satu tanggung jawab penting dari guru dalam mengajar adalah
menemukan cara-cara mengajar yang dapat memberi sumbangan terhadap
pencapaian tujuan dan program sekolah secara menyeluruh. Oleh karena itu tujuan
program pendidikan jasmani harus seuai dengan tujuan keseluruhan program
sekolah, misalnya membantu siswa agar belajar, mempunyai sifat positif terhadap
dirinya sendiri, sekolah, dan bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai
tujuan. Suherman (2009:18) menjelaskan sebagai berikut: “Pengajaran
pendidikan jasmani dapat dikatakan berhasil manakala programnya sesuai dengan
keseluruhan program sekolah.”
Untuk mengimplementasikan hal di atas tentu dibutuhkan guru yang
memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional
dan kompetensi sosial. Berdasarkan isi Pasal 10 kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan atau keterampilan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi
kepribadian adalah guru memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial adalah
kemampuan guru untuk komunikasi dan interaksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam.
Merujuk pada paparan di atas, terdapat empat dimensi kompetensi yang juga
harus dimiliki oleh guru pendidikan jasmani yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Uraian
selanjutnya mengenai kompetensi guru pendidikan jasmani hanya akan
difokuskan pada kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik (UU No. 14/ 2005 Pasal 10 Ayat 1).
Dalam Standar Kompetensi Guru Pemula bidang studi Pendidikan Jasmani (2005:
14-15) kompetensi pedagogik memiliki beberapa faktor (sub-kompetensi) yaitu:
(1)Memahami peserta didik, (2)Merancang pembelajaran, (3)Melaksanakan
pembelajaran, (4)Melaksanakan evaluasi hasil belajar, (5)Mengembangkan
kecelakaan dan pencegahan cedera. Dengan demikian kompetensi pedagogik guru
pendidikan jasmani diartikan sebagai kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, evaluasi hasil belajar pendidikan
jasmani, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Keempat kompetensi tersebut di atas (pedagogi, profesional, sosial dan
personal) dalam prakteknya merupakan satu kesatuan yang utuh (holistik) yang
dapat diperoleh melalui pendidikan akademik sarjana atau diploma empat ,
pendidikan profesi ataupun melalui pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam jabatan dapat dimanfaatkan
baik untuk pengembangan kompetensi maupun untuk pengembangan karir guru.
Guru merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang memiliki
peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No 14
tahun 2005 yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Tugas utama guru cukup
kompleks dan berat, oleh sebab itu untuk menjamin tingkat keberhasilan guru
dalam menjalankan tugas utamanya guru harus berkualitas atau mempunyai
kompetensi yang memadai.
Menurut Hasibuan (2005:70) ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan
Produktivitas kerja. Melalui pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja
pegawai akan meningkatkan, kualitas produksi semakin baik, karena technical
skill dan managerial skill pegawai yang semakin baik. 2) Efisiensi. Pendidikan
dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu, bahan
baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin. 3) Pelayanan. Pendidikan dan
pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari pegawai
kepada perusahaan atau instansi, karena pemberian pelayanan yang baik
merupakan daya tarik yang sangat penting. 4) Moral. Melalui pendidikan dan
pelatiahan maka moral para pegawai akan lebih baik karena keahlian dan
ketrampilan sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk
menjalankan tugasnya dengan baik. 5) Karir. Dengan pendidikan dan pelatihan,
kesempatan untuk meningkatkan karir pegawai akan semakin besar, karena
keahlian, ketrampilan dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya di
dasarkan kepada keahlain dan prestasi kerja seseorang. 6) Konseptual. Dengan
pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan cepat dalam
mengambil keputusan yang lebih baik. 7) Kepemimpinan. Dengan pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan seseorang akan lebih baik, hubungan antar teman sekerja
akan menjadi luas, motivasinya akan lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama
vertikal dan horizontal semakin harmonis. 8) Balas jasa. Dengan pendidikan dan
pelatihan, maka balas jasa (gaji, upah, insentif) pegawai akan meningkat karena
prestasi kerja mereka semakin baik.
Dari penjelasan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru
kerja. Melalui pendidikan dan pelatihan maka produktivitas kerja pegawai akan
meningkatkan, kualitas produksi semakin baik, karena technical skil dan
managerial skill pegawai yang semakin baik. b) Pelayanan. Pendidikan dan
pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari guru
kepada peserta didik atau instansi, c) Moral. Melalui pendidikan dan pelatiahan
maka moral para guru akan lebih baik karena keahlian dan ketrampilan sesuai
dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menjalankan tugasnya
dengan baik. d) Karir. Dengan pendidikan dan pelatihan, kesempatan untuk
meningkatkan karir pegawai akan semakin besar, karena keahlian, ketrampilan
dan prestasi kerjanya. e) Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan
akan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik. f)
Konseptual. Dengan pendidikan dan pelatihan pimpinan akan semakin cakap dan
cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik. g) Kepemimpinan. Dengan
pendidikan dan pelatihan kepemimpinan seseorang akan lebih baik, hubungan
anatar teman sekerja akan menjadi lues, motivasinya akan lebih terarah sehingga
pembinaan kerja sama vertikal dan horizontal semakin harmonis.
B. Masalah Penelitian
Adapun yang menjadi permasalahan adalah ketika sekolah/ madrasah yang
tidak mempunyai guru yang berkualifikasi tidak sesuai dengan pelajaran yang
diampu, mengajar tidak sesuai dengan keahliannya maka, pembelajaran yang
berlangsung hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang
sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru dalam hal ini tidak menjadi
kurang terperhatikan bahkan terabaikan. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah
siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.
Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan,
keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan,
keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka hanya dengan
seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan
menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru
akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak
terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidakpuasan siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian
bahan ajar secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari
pembelajaran. Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan
kemauan, melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi
seorang guru. Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat
kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal
metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh tidak
hanya terhadap hasil pembelajaran, melainkan juga terhadap pendidikan nasional
secara umum, sebagaiman disebut dalam Undang - undang no 14 tahun 2005
Tentang guru dan Dosen:. “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional”. Untuk menjadi guru yang profesional
sudah barang tentu seorang guru harus mempunyai kompetensi. Dalam Undang
Undang no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa
Kompetensi adalah: “ seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Apakah efektifitas sertifikasi guru pendidikan jasmani dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan?
2. Apakah sertfikasi guru penjas hanya efektif meningkatkan kompetensi guru
yang berlatar belakang pendidikan yang linier?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah efektifitas sertifikasi dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan.
2. Untuk mengetahui apakah sertifikasi guru penjas hanya efektif meningkatkan
E. Kegunaan Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk
penelitian lebih lanjut mengenai latar belakang pendidikan guru sebagai suatu hal
yang perlu diperhatikan dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk dapat :
1. Membantu dalam pencapaian tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
2. Sebagai bahan informasi untuk di bentuknya Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) pendidikan jasmani
3. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang
lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai guru.
b. Bagi Instansi Terkait:
1. Mengetahui gambaran secara kasar latar belakang pendidikan guru
2. Mengetahui perbedaan kompetensi antara guru penjas yang berlatar belakang
pendidikan penjas dengan guru penjas yang berlatar belakang bukan
pendidikan jasmani
3. Sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan penataran/ diklat guru
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi Peneliti
Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu aspek
yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini yaitu
latar belakang pendidikan guru harus sesuai dengan pendidikan yang diampunya.
F. Batasan Penelitian
Untuk menghindari timbulnya bias, maka penulis membatasi penelitian ini
untuk mengkaji :
1. Mengkaji pengaruh latar belakang pendidikan guru penjas terhadap
efektifitas sertifikasi guru penjas.
2. Mengkaji sejauh mana latar belakang pendidikan guru penjas berpengaruh
terhadap efektifitas sertifikasi guru penjas.
3. Mengkaji apakah sertifikasi guru penjas hanya efektif untuk meningkatkan
kompetensi guru yang berlatar belakang pendidikan yang linier.
Populasi penelitian adalah semua guru penjas yang mengikuti program
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan LPTK rayon
136 Universitas Siliwangi tahun 2012 dari tanggal 30 Oktober sampai dengan 28
bertempat di Hotel Pajajaran Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian sebanyak 29
orang dengan perincian sebagai berikut:
a. 14 orang guru penjas yang berlatar belakang pendidikan penjas.
b. 15 orang guru penjas yang berlatar belakang pendidikan bukan penjas.
4. Penelitian ini bersifat ex post facto
5. Lokasi penelitian adalah di Rayon LPTK 136 Universitas Siliwangi sebagai
panitia penyelenggara Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) tahun
2012.
G. Anggapan Dasar
Tujuan utama diterapkannya program sertifikasi guru, termasuk terhadap
guru pendidikan jasmani adalah meningkatkan kualitas guru sehingga kualitas
pendidikan semakin meningkat. Faktor guru diyakini memegang peran yang
sangat strategis dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas
pembelajaran (Suherman, 2007; Rink, 2002) dan pada gilirannya mempengaruhi
prestasi anak didik (Siedentop & Tannehill, 2000). Keberadaan guru yang bermutu
merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang
berkualitas. Salah satu kebijakan yang dikembangkan adalah intervensi langsung
menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru
yang memadai dengan melaksanakan sertifikasi guru.
Sebagaimana rencana pemerintah melalui Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas), program sertifikasi diberlakukan untuk semua guru, baik
non-pegawai negeri sipil (swasta). Sampai saat ini, ada sekitar 2,3 juta guru di
Indonesia (www.pmptk.net). Terhadap jumlah guru tersebut, pemerintah melalui
Depdiknas secara bertahap akan melakukan sertifikasi guru, dimulai tahun 2007
sebanyak 190.450 guru, terdiri atas 20.000 guru SD dan SMP yang sudah didaftar
pada tahun 2006 dan 170.450 guru SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang didaftar
pada tahun 2007. Program tersebut diharapkan rampung pada tahun 2015
(www.sertifikasiguru.org). Sasaran program sertifikasi guru ini adalah semua guru
yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 9, dan PP Nomor 19 tahun 2005 Pasal 28
ayat (2) yaitu minimal sarjana atau diploma empat (S1/D-IV) yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan. Artinya, guru dengan
kualifikasi di bawah sarjana atau D4 tidak dapat disertifikasi.
Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan komitmen pemerintah, dalam hal
ini Depdiknas, untuk mengimplementasikan amanat Undang-undang Nomor 14
tahun 2005, yakni mewujudkan guru yang berkualitas dan profesional.
Pertanyaannya, sampai sejauh mana program sertifikasi mampu menjadi
instrumen untuk meningkatkan kompetensi guru? Adakah jaminan bahwa ketika
guru lolos sertifikasi dengan sendirinya adalah guru yang berkualitas? Tidak
mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengingat banyak variabel yang
mempengaruhinya, mulai dari sistem dan mekanisme sertifikasi, asesor, hingga
gurunya sendiri sebagai pihak yang akan dinilai.
Untuk mengetahui kualitas seorang guru, Windham (1990:24)
The characteristic of teachers that from the basis for the most commonly uses indicators of teacher quality are: formal educational attainment, teacher training attainment, age experience, attrition/turnover, specialization, ethnic/nationality, subject mastery, verbal ability, attitudes teacher available measures.
Dari apa yang disampaikan oleh Windham (1990:24) diketahui bahwa
pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh guru sangat berpengaruh terhadap
kualitas guru tersebut. Selain pendidikan formal, kualitas guru juga dipengaruhi
oleh usia, pengalaman, kemampuan verbal, kepribadian dan beberapa faktor yang
lain. Oleh sebab itu, guru harus berusaha meningkatkan potensi dirinya dengan
terus belajar, baik secara formal maupun informal.
H.Hipotesis
Dari anggapan dasar di atas, maka penulis mengajukan hipotesis:
1. Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap efektifitas program
sertifikasi guru.
2. Sertifikasi hanya efektif untuk guru yang mempunyai latar belakang
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini
menggunakan metode penelitian ex post facto. Metode penelitian ex post facto
disebut juga dengan metode causal comparative atau metode yang mengamati
suatu masalah secara mendalam dengan cara membandingkan dua situasi
kelompok yang berbeda. Sukhia, Metrota & Metrota (1966) yang di kutip
Mulyasa (2010) menjelaskan bahwa:
“This method is based on mill’s canon of agreement and disagreement which states that causes and given observed effects may be ascertained by nothing elements which are invariable present when the result is present and which is invariably absent when the resulut is absent.”
Kesimpulan dari pernyataan di atas bahwa metode causal comparative
berdasarkan pada aturan dari suatu perjanjian dan perbedaan paham dalam suatu
keadaan yang menyebabkan efek yang diamati diberikan mungkin melalui
penambahan dengan cara mencatat unsur-unsur yang diperoleh ketika hasilnya
tidak berubah-ubah serta tanpa alternatif walau hasil yang diperoleh kosong atau
tidak nampak.
Ciri utama penelitian ex post facto adalah tidak adanya perlakuan yang
diberikan oleh peneliti atau dengan kata lain perlakuannya sudah dilakukan tanpa
ada control dari peneliti. Hal ini dijelsakan oleh Nasir (1999:73) bahwa: “sifat
penelitian ex post facto yaitu tidak ada control terhadap variabel. Variabel dilihat
suatu fenomena dan menguji hubungan seab akibat dari data – data setelah semua
kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Penelitian ex post facto secara metodis merupakan penelitian eksperimen
yang juga menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu
karena sesuatu sebab kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan
manipulasi. Biasanya karena alasan etika manusiawi, atau gejala/peristiwa
tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri faktor-faktor penyebabnya atau hal-hal
yang mempengaruhinya.
Kerlinger (1993) mendefinisikan penelitian ex post facto adalah penemuan
empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol
terhadap variable-variabel bebas karena manifestasinya sudah terjadi atau
variable-variabel tersebut secara inheren tidak dapat dimanipulasi
Dengan membandingkan antara guru yang berlatar belakang pendidikan
non penjas dengan guru yang berlatar belakang pendidikan penjas,sebelum dan
sesudah melaksanakan program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).
Selanjutnya kedua kelompok dievaluasi untuk melihat perubahan/ peningkatan
yang terjadi terhadap hasil Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dilihat dari hasil
pre test dan post test kedua kelompok.
Desian dari penelitian ini adalah:
Gambar 3.1
Desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design
�� � ∶ � � �
Keterangan:
� = pre test kelompok 1(guru penjas)
� = post test kelompok 1(guru penjas)
� = Treatment (diklat sertivikasi)
� = pre test kelompok 2 (guru non penjas)
� = post test kelompok 2 (guru non penjas)
Langkah langkah penelitian dapat di gambarkan dalam skema seabagai
berikut:
Gambar 3.2. Alur penelitian
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sujana (2006:6) Populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif
dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan Riduan (2004:55) mengungkapkan populasi
sampel
Guru penjas Guru non penjas
Pre test
Diklat sertivikasi
Post test
Pengolahan/analisis data
bahwa,”Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi merupakan suatu hal yang sangat penting keberadaanya sebagai
subjek atau sumber data. Populasi merupakan keseluruhan dari sekumpulan objek
yang memiliki cirri-ciri tersendiri yang ingin dipelajari. Populasi dalam penelitian
ini adalah guru penjasorkes MTs di kabupaten Garut yang mengikuti program
Pendidkikan dan Latihan Profesi Guru yang berjumlah 29 orang.
Setelah menetapkan populasi, maka selanjutnya adalah mementukan
sampel penelitian. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk
dapat mewakili dari keseluruhan populasi. Mengenai jumlah sampel yang akan
digunakan, penulis mengutip pernyataan Arikunto (2005:17) bahwa,”Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan mengenai jumlah
sampel sebagai perwakilan dari populasi, penulis mengutip pernyataan yang
dikemukakan Arikunto (2005:20) bahwa:
“Untuk sekedar ancer-ancer maka, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil kira-kira 10-20% atau 20-50%, atau lebih besar tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana. Sempit dan luasnya penelitian (wilayah penelitian), besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan purposive sampling. Adapun
subjek yang menjadi sampel dalam penilitian ini adalah guru penjasorkes MTs di
Kabupaten Garut yang berjumlah 29 orang yang terdiri dari 14 orang guru penjas
yang berlatar belakang pendidikan jasmani dan 15 orang guru penjas yang berlatar
C. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian adalah di Rayon 136 LPTK Universitas Siliwangi
sebagai penyelenggara program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru tahun 2012
yang dilaksanakan dari tanggal dari tanggal 30 Oktober sampai dengan 28
Desember yang terbagi ke dalam 3 gelombang yang berjumlah 29 orang, yang
bertempat di Hotel Pajajaran Kota Tasikmalaya. Sedangkan waktu penelitian yaitu
pada tanggal 7 februari 2012 dengan cara meminta data hasil sertivikasi langsung
kepada panitia pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, dalam hal ini
ketua rayon LPTK 136 Universitas Siliwangi yaitu Prof. Dr. H. Yus Darusman,
M.Si.
D. Variabel dan Definisi Oprasional Penelitian 1. Variabel-variabel penelitian
Variabel-variabel penelitian dalam penulisan tesis ini adalah:
a. Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu: latar belakang pendidikan guru
penjas
b. Variael terikat (Dependent Variabel) yaitu: efektifitas program sertifikasi guru
penjas
2. Definisi Oprasional Penelitian
Definisi oprasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang
sedang diteliti. Masri.S (2008:46-47)memberikan pengertian tentang definisi
oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu
pelaksanaan caranya mengukur suatu varibel. Berikut ini definisi oprasional
variabel penelitian;
1. Latar belakang pendidikan
Ketentuan tentang guru yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor
14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Selanjutnya bahwa kualifikasi akademik yang dimaksud diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualifikasi guru
tersebut sebagaimana yang diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 14
tahun 2005 yang berbunyi:
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
(2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan profesional dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat.
Tugas yang dimiliki guru sangat banyak apabila dianalisis dari berbagai segi
termasuk menyesuaikan pangkat dan golongan yang berbeda, yang akan sangat
dipengaruhi latar belakang pendidikan. .John Dewey, 1978 (Moesa, 1982: 39)
Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar sangat dipengaruhi oleh peran guru sebagai berikut; pertama, guru harus memiliki pengetahuan yang luas agar mampu menjadi pemimpin intelektual di kelas yang diajarnya; kedua, guru harus memiliki pengetahuan akademik yang lebih luas dari buku-buku pelajaran yang dipelajari oleh siswanya; ketiga, guru harus memiliki pengetahuan profesional yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas utama guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih.
Webster’s (1982: 1222) menjelaskan bahwa: “Qualification the act of
qualifying, or the state of being qualified; that which qualifies or fits a person or
thing for any use or purpose, as for a place, an office, or employment;
modification, restriction or limitation.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
kualifikasi adalah penetapan untuk memenuhi suatu persyaratan, atau suatu
pernyataan ijazah yang memenuhi suatu persyaratan yang cocok untuk suatu
pekerjaan.
2. Program sertifikasi guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan
sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat pendidik adalah sebuah
sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi
sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru
sebagai tenaga profesional. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebut
sertifikat pendidik. Pendidik yang dimaksud di sini adalah guru dan dosen. Proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru disebut sertifikasi guru, dan untuk dosen
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan
sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen tersebut mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sertifikasi guru sebagai upaya
peningkatan mutu guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan
mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
E.Instrumen Penelitian
Pengumpulan data merupakan upaya peneliti mencari informasi yang di
perlukan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian. Pengumpulan data dalam
pelaksanaan penelitian deskriptif menurut Sugiyono (1997:43) dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu, (a) sumber dokumen;(b) studi dokumentasi; (c)
angket; dan (d) wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur.
Sebagaimana layaknya penelitian, diperlukan data-data sebagai penunjang
terhadap masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
dapat diperoleh informasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu ingin mengetahui tingkat kompetensi guru penjas MTs di
kabupaten garut dilihat dari latar belakang pendidikan, baik sebelum maupun
sesudah sertifikasi.
Dalam penelitian ini, untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner
yang berupa soal Uji Kompetensi Guru (UKG) . Penggunaan kuesioner dalam
penelitian ini ialah karena memiliki beberapa keuntungan Arikunto (1998:141)
menjelaskan bahwa:
(1)Tidak memerlukan hadirnya peneliti,(2) dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden, (3) dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden, (4)dapat di buat anonym sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab, dan (5) dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pernyataan yang benar-benar sama.
Kisi-kisi dalam membuat angket sangat diperlukan untuk menjadi
pedoman dalam menentukan perntaan atau pertanyaan butir tes. Dalam penelitian
ini, variabel penelitiannya yaitu kompetensi guru penjas yang terbagi dalam dua
komponen kompetensi yaitu; (1) kompetensi pedagogi, (2) kompetensi
profesional. Agar lebih jelas mengenai kedua komponen kompetensi guru penjas
tersebut dapat dilihat pada lampiran 4.
F. Prosedur Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari hasil pengetesan dan pengukuran,
kemudian diolah secermat mungkin dengan menggunakan statistik yang sesuai,
Analisis data dilakukan untuk mengetahui makna dari data yang telah
dikumpulkan.. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan ini
adalah :
= Jumlah skor yang didapat
n = Banyak sampel
S = Standar deviasi yang dicari
= Jumlah dari
Xi = Nilai skor sampel
X = Nilai rata-rata
N = Banyak sampel
3. Uji normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari basil pengukuran tersebut
normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji normalitas Liliefors. Rumus
yang digunakan sebagai berikut :
dengan rumus :
b. Untuk setiap bilangan menggunakan data distribusi normal baku, kemudian
hitung peluang.
F(Zi)=P=(Z=Zi)
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2……., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan lah S (Zi), maka :
d. Hitung selisih F (Zi) F (Si) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambilah harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga terbesar ini Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari tabel
taraf nyata yang dipilih.
1. Hipotesis ditolak apabila Lo < L tabel
Kesimpulan adalah populasi berdistribusi tidak normal.
2. Hipotesis diterima apabila Lo < L tabel
4. Uji homogenitas
Bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga variabel tersebut mempunyai
kemampuan awal dan akhir yang sama atau tidak. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Menurut Sugiyono (2010;140), hasil perhitungan dibandingkan dengan
nilai pada taraf signifikansi 5%. Kedua varian homogen jika dk pembilang dan dk
penyebut . Uji homogenitas varian dalam penelitian ini menggunakan software
SPSS 17.
5. Uji t sample berpasangan diterapkan untuk membandingkan rerata dua sample
yang saling terkait. Uji ini cocok untuk disain penelitian one group pre test – post
test design. adanya hipotesis
H 0: μ1= μ2H 1: μ1≠μ 2
dengan
μ1= rata-rata sebelum perlakuan
μ2= rata-rata sesudah perlakuan
μ1= μ2 ,berarti bahwa tidak ada perbedaan dari objek penelitian dengan
perlakukan yang kita berikan dengan, atau dengan kata lain perlakuan penelitian
tidak menunjukkan perubahan respon dari objek peneltiian. Sedangkan untuk
Uji T dilakukan saat data berdistribusi normal, sehingga uji normalitas
data terlebih dahulu itu perlu dilakukan misalnya dengan uji
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai
berikut :
1. Latar belakang pendidkan sangat berpengaruh terhadap efektifitas Program
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru/sertifiaksi guru.
2. Program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru lebih efektif untuk
meningkatkan kompetensi guru yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang linier dari pada kompetensi guru yang berlatar
pendidikan yang tidak linier.
B. Saran
Mengacu pada hasil analisis data dan kesimpulan penelitian, maka
penulis memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi sekolah
Berdasarkan temuan di lapangan bahwa guru yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang sesuai dengan pelajaran yang diampunya, dalam
hal ini guru pendidikan jasmani, ternyata mempunyai kompetensi yang lebih
baik dari pada guru yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang
sesuai. Oleh karena itu agar proses belajar berlangsung dengan baik maka
hendaknya pihak sekolah tidak sembarangan menunjuk guru untuk
2. Bagi Guru
Untuk guru yang sudah terlanjur sedang mengampu pelajaran
khususnya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, apalagi yang latar
belakng pendidikannya tidak sesuai dengan pelajaran yang diampu sekarang,
hendaknya senantiasa belajar menambah ilmu untuk meningkatkan
kompetensinya, agar dapat mempersembahkan karya nyata di bidang
pendidikan, khususnya pendidikan jasmani
3. Bagi pemerintah.
a. Hendaknya meninjau kembali kebijakan pesrta seritifikasi guru,
karena sesuai hasil penelitian, guru yang berlatar belakang pendidikan
yang linier lah yang paling meningkat kompetensinya setelah
mengikuti sertifikasi guru. Ini menunjukan bahwa sertifikasi lebih
efektif untuk meningkatkan kometensi guru yang berlatar belakang
pendidikan yang linier.
b. Peraihan sertivikasi guru hendaknya dilakukan dengan PLPG, bukan
dengan Portofolio, karena dari hasil penelitian, sertifikasi guru yang
berlatar belakang pendidikan tidak linier hanya sedikit
peningkatannya dari hasil PLPG, apalagi kalau melalui portofolio.
c. seyogyanya memperbanyak pendidikan dan latihan bagi guru yang
belum ataupun sudah terlanjur mengikuti sertifikasi guna menambah
pengalaman dan pengetahuan yang senantiasa baru untuk
4. Bagi peneliti selanjutnya
Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini,
khususnya terkait dengan metode penelitian yang digunakan, kemudian
variabel-variabel penelitian yang ada, semoga penelitin selanjutnya bisa
DAFTAR PUSTAKA
Andrian. S. 2008. Empat Pilar Kompetensi Guru dalam KTSP. Bandung: widya Karya.
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang, 25-26 Juli 2001
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Penyusunan KTSP Kabupaten/Kota; Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Bedhowi. (2006). Kompetensi Guru. Jakarta. Rieneka Cipta .
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Grafindo
Depdiknas (2007). Meningkatkan kompetensi guru. [Online]. Tersedia dalam http://www.pmptk.net/ [12 Desember 2010]
Depdiknas (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/[12 Desember 2010]
Depdiknas (2007). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/[12 Desember 2010]
Depdiknas (2007). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/[12 Desember 2010]
Depdiknas, 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta, Direktorat Tenaga Kependidikan
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi: Panduan KTSP. [Online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/publikasi/ [27 April 2010]
Direktorat Jenderal PMPTK. (2008). Penilaian Kinerja Guru. DEPDIKNAS
Dunkin, M, dan Biddle, B. (1974). The Study of Teaching. New York: Holt, Rinehart & Winston.
Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc.
Husdarta, H.J.S. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung : Alafabeta
Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamidi, A (2009). Perbedaan Kompetensi Guru Penjas yang Sudah dan Belum Mengikuti Program Sertifikasi di Kota Cimahi. Tesis. Upi Bandung tidak diterbitkan.
Harsono (1968). Konsep Penjas. Modul Perkuliahan. Bandung: STO. Jakarta: Depdiknas.
Jalal, F (2007). Sertifikasi Guru Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang Bermutu?. Makalah: di sampaikan pada seminar pendidikan yang diselenggrakan oleh program Pasca Sarjan UNAIR, tanggal 28 april 2007 di Surabaya. Tersedia dalam http//pmptk.net. diakses pada tanggal 20 maret 2011
Jalal, F. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Perspektif Pendidikan Sepanjang Hayat. Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan seumur Hidup diYogyakarta tangga128 Agustus 2003
KEMENDIKNAS. (2009). Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Simpo PDF Merge and Split Unregistered Version - http://www.simpopdf.com
KEMENDIKNAS. (2012). Prosedur Oprasional Baku (POB) Pelaksanaan PLPG. Pusat Pengembangan Pendidik.
KEMENDIKNAS. (2012). Rambu- rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2012. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi.
Komnas Penjasor. (2007). Kompetensi dan Sertifikasi Guru Pendidikan Jasmani: penelitian di tiga kota Besar. Jakarta. Kantor Kementrian Pemuda dan Olahraga
Lutan, R & Sumardianto. (2000). Filsafat Olahraga. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Lutan, R. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani: Pendekatan Pendidikan Gerak
di Sekolah Dasar. Jakarta. Depdiknas. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Lutan, R., Hartoto,J.,Tomoliyus.(2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani : Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Maksum, A (2007). Kualitas Guru Pendidikan Jasmani di Sekolah: antara Harapan dan Kenyataan. Surabaya: FIK UNESA
Metzler, M. W. (2000). Instructional Models for Physical Education. Bosto: Allyn & Bacon
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2004). Kompetensi Guru. Jakarta. Rieneke Cipta
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mutohir, C. (2002). Gagasan Tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Rosda Karya.
Nasution. S.(1982). Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars
Nitisemito, T, Hani (1996). Manajemen personalia Manajemen sumber daya Manusia. Kudus. Ghalia Indonesia.
Notoatmojo, Soekijo (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurdin, S. 2005. Guru Profesional dan tersertifikasi dalam Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching.
Oemar, H.2002. pendidikan guru berdasarkan kompetensi. Jakarta: Bumi Akasara
Osman. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementas. Bandug: PT Remaja Rosdakarya
Pemerintah Republik Indonesia. (1996). Sk Mendikbud RI nomor 025/0/1995 tentang petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan jabatan guru dan angka kreditnya. Jakarta: Depdikbud.
Ruseffendi, H. (1998). Dasar-dasar Peneliltian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press
Samani, M., Mukhadis,A. Wardhani, Kumaidi, Djoko Kustono, Endang Ariadi 2006. Instrumen Penilaian Kinerja Guru. Ditjen DIKTI, DEPDIKNAS.
Sanubari, Ari (2010). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes. Tesis. Upi Bandung tidak diterbitkan
Sanusi, M (1991). Sertifikasi Guru Sebagai Bagian penignkatan kualitas pendidikan. Makalah di sampaikan pada seminar Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan. Program Pascasarjana UNY, 22 maret di Yogyakarta. (online. Tersedia: http://www.yahoo.com. Diakses pada tanggal 23 Maret 2010
Saputra, Y. (2008). Pengaruh Layanan Supervisi, Fasilitas Pembelajaran dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru penjas di Kota Cimahi. Bandung: Lembaga Penelitian UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Siagian, Sondang P, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Siedentop, D. (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport. California: Mayfield Publishing Company. Bacon.
Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang RI no. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung. Fokus Media
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudaraman (2007) Persepsi Guru Sekolah Dasar terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupatenm Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Tesis UNM (online). Tersedia:www.geocites.com. diakses pada tanggal 10 maret 2010
Sudjana, N, 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: sinar baru.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, A. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Suherman, A. 2001. Assesmen Belajar dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional.
Suherman, A. 2009. Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan jasmani. Bandung : CV. Bintang Warli Artika.
Surya, M (2007). Organisasi Ptofesi, Kode Etik, dan Dewan Kehormatan Guru. Bandung: PGRI
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan dosen
Wijaya, Y (2007). Kontribusi kompettensi dan Motivasi kerja terhadap kinerja Guru SMPN di Kabupaten Cianjur. Upi Bnadung. Tesis tidak diterbitkan.
______ (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
______ (2003). Standar Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Pertama. Jakarta: Depdiknas.
______ (2005). Peraturan Pemerintah RI No19Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
_______(2005). Undang Undang RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.