PENERAPAN MODUL LATIH PORTABLE ANALOG/DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM MIKROKONTROLER
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Teknik Elektro
Oleh:
ANING SUKMAWAN E. 0451.0800768
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
PENERAPAN MODUL LATIH
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
SISTEM MIKROKONTROLER
Oleh Aning Sukmawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Aning Sukmawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
0800768
PENERAPAN MODUL LATIH PORTABLE
ANALOG/DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
SISTEM MIKROKONTROLER
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Drs. Tjetje Gunawan NIP. 19511122 198101 1 001
Pembimbing II,
Dra. Tuti Suartini, M.Pd. NIP. 19631121 198603 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRACT
This research about the implementation of analog or digital portable training modul as a learning media in microcontroller system , purpose of this research is for developing a learning media which can increase the result of study of the student in microcontroller system competence standart. Purpose of this research also to know the effectivity of digital portable training modul based on the result of study of the student in microcontroller system competence standart. Research model that was used is research and development approach with descriptive and evaluative approach with the stage until limited test. The assessment of learning process can be seen from increasing cognitive, affective, and psychomotoric aspect. The sample that was used in this research consist of 30 students of Teknik Mekatronika in SMKN 2 Cimahi. The collecting data was done by giving the questionnaire, observation, pretest and post test. The result of this research showed that the implementation of analog/digital portable module based on teachers and students opinion, it obtained a response that shows the result with classification in a good stage, it means that this training module is effective to used as learning media of microcontroller system. Based on testing the hypothesis with using left-side proportion test in cognitive, affective, and psychomotoric domain, it will obtain the Zcalculation score is bigger than Ztable. This result shows
that the implementation of analog/digital portable training module as learning media in microcontroller system is effective toward the increasing of learning result of students cognitively, affectively, and psychomotorically.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Hipotesis Penelitian ... 7
1. Hipotesis Ranah Kognitif ... 7
2. Hipotesis Ranah Afektif ... 8
3. Hipotesis Ranah Psikomotorik ... 8
G. Metode Penelitian ... 8
H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 9
I. Struktur Organisasi Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Belajar dan Pembelajaran... 11
1. Pengertian Belajar ... 11
2. Pembelajaran ... 11
B. Konsep Efektifitas Pembelajaran ... 13
1. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 15
2. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 16
3. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ... 17
4. Pengukuran KKM ... 17
D. Media Pembelajaran ... 18
1. Definisi Media Pembelajaran ... 18
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 20
3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 21
4. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran ... 23
5. Media Modul Latih sebagai Media Pembelajaran ... 24
E. Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler ... 25
F. Pengenalan Modul Latih Portable Analog/Digital ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan ... 33
1. Potensi dan Masalah ... 35
2. Pengumpulan Informasi ... 35
3. Desain Produk ... 36
4. Validasi Desain ... 38
5. Perbaikan Desain ... 38
6. Uji Coba Produk (Ujicoba Terbatas) ... 38
B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 39
C. Instrumen Penelitian ... 40
D. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41
1. Uji Validitas Instrumen ... 41
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 42
3. Analisis Tingkat Kesukaran ... 43
4. Daya Pembeda ... 44
E. Teknik Analisis Data ... 45
2. Analisis Data Pretest dan Posttest ... 48
3. Pengukuran Ranah Afektif ... 49
4. Pengukuran Ranah Psikomotorik ... 51
5. Uji Hipotesis ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 56
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 56
2. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 57
3. Daya Pembeda ... 57
B. Hasil Penelitian ... 58
1. Potensi dan Masalah ... 58
2. Pengumpulan Informasi ... 59
3. Desain Produk. ... 59
a. Desain Modul Latih Portable Analog/Digital ... 59
b. Desain Rancangan Modul Pembelajaran ... 61
4. Validasi Desain ... 63
a. Uji Ahli (Expert Judgment) Isi Mata Pelajaran ... 63
b. Uji Ahli (Expert Judgment) Media Modul Latih Portable Analog/Digital ... 65
5. Revisi Produk ... 66
a. Modul Pembelajaran ... 67
b. Modul Latih Portable Analog/Digital ... 67
6. Uji Coba Produk ... 68
a. Data Hasil Belajar Siswa ... 68
b. Tanggapan terhadap Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler ... 72
c. Analisis Data ... 75
C. Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 80
B. Rekomendasi ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang menuntut
proses pembelajaran yang mau tidak mau harus menyesuaikan dengan
perkembangan jaman, khususnya proses pembelajaran di SMK sebagai jenjang
pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-siswanya menjadi siswa yang
unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu dalam proses
pembelajaran di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa agar
kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tercapainya tujuan pendidikan tidak terlepas dari adanya pengembangan
pada proses pembelajaran, media pembelajaran, pengadaan dan pengelolaan
sarana dan prasarana, dan sebagainya (Wahab, 2011: 1). Berkaitan dengan
pengembangan pendidikan tersebut, menurut Sanjaya (2010:164)belajar adalah
proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman disinidapat
berupa pengalaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengalaman
langsung dapat memberikan efektivitas ingatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengalaman secara tidak langsung.
Selain itu, kerucut pengalaman Edgar Dale melukiskan bahwa semakin
konkret siswa mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyaklah pengalaman
yang didapatkan. Tetapi sebaliknya jika semakin abstrak siswa mempelajari bahan
kenyataanya, pengalaman secara langsung sangatlah sulit dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.Hal ini disebabkan karena tidak semua bahan pelajaran dapat
dihadirkan secara langsung dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka media pembelajaran menempati posisi
cukup strategis dalam rangka mewujudkan proses belajar secara optimal. Proses
belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil
belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga
merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas.
Berdasarkan studi pendahuluan yangdilakukandi SMKN 2
CimahiKompetensi Keahlian Mekatronikapadamata pelajaranSistem
Mikrokontroler,adapun permasalahan yang penulis temukan bahwa jumlah trainer
mikrokontroler tidakberbanding ideal dengan jumlah siswa.Selain itu trainer yang
digunakan pada praktek mikrokontroler input outputnya belum sepenuhnya
mendukung materi pelajaran mikrokontroler seperti aplikasi dalam modul
mikrokontroler belum ada sistem digital seperti, displayLCD untuk pemograman
ADC, motor stepper untuk pemograman aktuator, sistem analog seperti amper
meter untuk pemograman motor listrik, function generator untuk praktek
pemograman pulse counterdan power supply yang memadai dalam satu modul,
sehingga siswa kesulitan dalam memahami dan menguasai materi pelajaran
tersebut. Dari data hasil belajar siswa pada Ujian Tengah Semester (UTS), hanya
34% dari 35 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (75). Bahkan untuk kelas
`
Gambar 1.1 Diagram pie persentase nilai (n) hasil belajar siswa
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membantu proses pembelajaran di kelas melalui modul/alat latih
sebagai media untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswapada mata
pelajaran mikrokontroler sehingga hasil belajar siswa diharapkan dapat
meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis membuat suatu penelitian tentang
media pembelajaran menggunakan modul latih portable analog/digital yang akan
menjadi alternatif siswa agar memahami sistem mikrokontroler.Adapun judul
penelitian yang penulis lakukan yaitu“PenerapanModul Latih Portable
Analog/Digitalsebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler”. 5.6%
75% 19.4%
Hasil Belajar Siswa Meka A
0 ≤ n ≤ 49
50 ≤ n ≤ 74 75 ≤ n ≤ 100
3%
63% 34%
Hasil Belajar Siswa Meka B
0 ≤ n ≤ 49
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Modul Latih Portable Analog/Digital dapat diterapkan sebagai
media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Standar
Kompetensi Mikrokontroler?
2. Bagaimanakah efektivitas penerapan modul latih portable
analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah
kognitif siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler?
3. Bagaimanakah efektivitas penerapan modul latih portable
analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah
afektif siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler?
4. Bagaimanakah efektivitas penerapanmodul latih portable
analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah
psikomotorik siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler?
C. Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Penelitian hanya difokuskan pada pengembangan dan pengaruh modul latih
portable analog/digital untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
2. Penelitian hanya dilakukan terhadap materi pembelajaran Input/Output,
ADC, PWM, Interupsi, dan Motor Stepper yang merupakan sebagian materi
pada Standar Kompetensi Sistem Mikrokontroler.
3. Variabel yang akan diteliti adalah media, hasil belajar siswa, dan proses
pembelajaranya.Pada media, variabel yang diteliti adalah pada proses desain
dan pengujian dalam populasi skala kecil atau uji terbatas.
4. Untuk mengetahui kelayakan produk dilakukan dengan uji validasi terhadap
produk yang dikembangkan meliputi uji ahli media dan uji ahli isi materi.
5. Hasil belajar yang diteliti meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
6. Penelitian ini dilaksanakan sampai pada uji coba terbatas saja, sehingga
penelitian ini dibatasi pada satu tingkat saja yaitu kelas XI dan di satu
sekolah yaitu SMKN2Cimahi.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan media pembelajaran yang dapatditerapkandalam
meningkatkan hasil belajar siswapada Standar KompetensiSistem
Mikrokontroler.
2. Mengetahui efektivitas penggunaan modul latih portable analog/digital
sebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah kognitif siswa
3. Mengetahui efektivitas penggunaan modul latih portable analog/digital
sebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah afektif siswa
pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler.
4. Mengetahui efektivitas penggunaan modul latih portable
analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah
psikomotorik siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan
diantaranya:
1. Bagi siswa, penggunaan media pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan untuk memahami materi sistem mikrokontroler.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan guna penyempurnaan dan perbaikan
dalam proses pembelajaran dengan mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif penggunaan
media pembelajaran pada sekolah tersebut.
4. Bagi lembaga yang mempersiapkan guru, khususnya guru SMK, sebagai
bahan masukan guna membekali para lulusannya dengan kemampuan
mengajar dengan menggunakan media pembelajaran.
5. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk
F. Hipotesis Penelitian
Arikunto (2010:110)mengemukakan bahwahipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Lebih lanjut lagi, Sugiyono (2012:
100) menerangkan bahwa hipotesis penelitian terdiri dari tiga bentuk, yaitu
hipotesis deskriptif (berkenaan dengan variabel mandiri), komparatif
(perbandingan) dan asosiatif (hubungan).
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis deskriptif
yaitu dugaan tentang nilai variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau
hubungan (Sugiyono, 2012: 100). Maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Ranah Kognitif
H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap efektif jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa
didalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).
H0 :Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap tidak efektif jika kurangdari 75% dari keseluruhan siswa didalam tes
akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).
H1: π ≥75%
H0: π <75%
2. Hipotesis Ranah Afektif
H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa
masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.
H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran
sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke
dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.
H1: π ≥ 75%
H0: π < 75%
3. Hipotesis Ranah Psikomotorik
H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap efektif meningkatkanpemahaman siswa tentang pembelajaran sistem
mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa
masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotor.
H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap tidak efektif meningkatkanpemahaman siswa tentang pembelajaran
sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke
dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotor.
H1: π ≥ 75%
H0: π < 75%
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan
penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran.Produk dikembangkan melalui uji coba terbatas dan
kemudian diadakan evaluasi, baik hasil maupun proses. Berdasarkan
temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2005).
H. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Keahlian Teknik Mekatronika di SMK
Negeri 2 Cimahi yang beralamat di Jalan Kamarung Km. 1,5 Citeureup Cimahi,
Jawa Barat. Lokasi ini digunakan untuk penelitian efektivitas penggunaanmodul
latih portable analog/digital sebagai media pembelajaran Sistem Mikrokontroler.
I. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berperan sebagai pedoman
penulis agar penulisannya lebih terarah dan sistematis dalam rangka menuju
tujuan akhir yang hendak dicapai. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis
penelitian,metodepenelitian, lokasi dan sampel penelitian, dan struktur organisasi
skripsi.
BAB II berisi kajian pustaka yang berkaitan dengan belajar dan
latih portable analog/digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler,
dan pengenalan modul latih portable analog/digital.
BAB III membahas tentang metode penelitian, langkah-langkah penelitian
dan pengembangan, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, uji coba
instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV menjelaskanhasil uji coba instrumen penelitian, hasil penelitian,
dan pembahasan.
BAB V berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan atau research and development (R&D). Brogg and Gall
(Sugiyono, 2012: 9) menyatakan bahwa, penelitian pengembangan (R&D)
merupakan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan
menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat atau strategi pembelajaran,
digunakan untuk mengatasi di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori.
“penelitian dan pengembangan digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keefektifan produk tersebut” (Sugiyono, 2012: 407).
Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan,
research and development juga bertujuan untuk menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru melalui penelitian dasar dan penelitian terapan yang digunakan
untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian research and
development dimanfaatkan untuk meghasilkan media pembelajaran berupa modul
latih sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran
di sekolah.
Terdapat dua macam metode penelitian yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian pengembangan ini, yaitu: deskriptif dan evaluatif. Metode
kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba
pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba
dan disetiapnya diadakan evaluasi, baik hasil maupun proses. Berdasarkan
temuan-temuan hasil ujicoba tersebut diadakan penyempurnaan (Sukmadinata,
2005: 167).
A. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk
menghasilkan produk tertentu dan untuk menguji keefektifan produk ditunjukkan
pada gambar berikut ini:
Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Research and Development (R&D)
(Sugiyono, 2012: 409)
Adapun dalam penelitian ini langkah-langkah penggunaan R&D dilakukan
sampai Ujicoba Produk atau Ujicoba Terbatas saja. Berikut alur penelitian yang
Tidak
Ya
Gambar 3.2. Alur penelitian
Potensi dan Masalah
Posttest pada kelas 2
sebanyak 30 siswa
Treatment pada Uji tingkat kesukaran Uji daya pembeda
Kesimpulan
Tidak Pengumpulan
1. Potensi dan Masalah
Penelitian ini berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah
segala sesuatu yang didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah terhadap
produk yang diteliti. Pemberdayaan akan berakibat pada peningkatan mutu dan
akan meningkatkan keuntungan dari produk yang diteliti. Potensi dan masalah
yang di kemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik.
Untuk memperoleh data potensi dan masalah maka peneliti melakukan
observasi pada tempat yang akan diteliti. Observasi dilakukan dengan melakukan
wawancara kepada guru mata pelajaran mikrokontroler di SMKN 2 Cimahi.
2. Pengumpulan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi dan studi literatur yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan
dapat mengatasi masalah tersebut.
Melalui studi literatur juga dikaji ruang lingkup suatu produk, keluasan
penggunaan, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau
diimplemetasikan secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasanya. Studi
literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat
dalam pengembangan produk.
Pada tahap ini peneliti melakukan survey ke sekolah dan melakukan
pertemuan dengan dosen yang menggeluti disiplin ilmu mikrokontroler, guru
sekolah, serta teman-teman mahasiswa yang telah mempelajari mikrokontroler.
a. Dalam merancang suatu produk harus dipahami tentang datasheet
komponen dan schematic rangkaian yang akan digunakan dalam
pembuatan alat.
b. Buku yang bersangkutan dengan materi-materi yang membahas aplikasi
mikrokontroler seperti modul pembelajaran mikrokontroler, buku bahasa C
untuk pemograman mikrokontroler.
3. Desain Produk
a. Perancangan Modul Latih Portable Analog/Digital
Perancangan modul latih dalam peneletian ini disesuaikan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipenuhi dalam silabus
pembelajaran sistem mikrokontroler, untuk memenuhi hal tersebut maka
dirancang produk modul latih portable analog/digital dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Mudah dalam penggunaan dan desain yang cukup menarik.
2) Dapat mempelajari sistem mikrokontroler yaitu Input/Output, ADC
(analog digital converter), interupsi, PWM (pulse width modulation), dan
motor stepper.
Adapun alur pembuatan modul latih portable analog/digital adalah sebagai
Gambar 3.3. Alur pembuatan modul latih portable analog/digital
b. Perancangan Modul Pembelajaran
Modul pembelajaran yang dibuat memuat tujuan pembelajaran,
materi/substansi belajar, dan evaluasi. Modul pembelajaran ini dibuat untuk
sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai
dengan kecepatan masing-masing.
Tidak
Ya Bahan dan Materi
Penelitian
Perancangan Sistem
Hardware
Pengerjaan Modul Latih Portable Analog/Digital
Pengujian Hardware
Hasil Pengujian
Analisis Hasil Pengujian
Mengambil Kesimpulan Mulai
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk, dalam hal ini produk yang dibuat secara rasional akan lebih efektif
digunakan atau tidak yang dilihat dari kesesuaian dengan pengguna untuk
menyelesaikan masalah pembelajaran. Validasi di sini masih bersifat penilaian
berdasarkan pemikiran rasional, belum mencapai fakta di lapangan.
Validasi desain produk dapat dilakukan dengan cara memvalidasi produk
kepada beberapa pakar atau tenaga ahli yang kompeten dibidangnya terkait
dengan produk yang di kembangkan untuk menilai produk tersebut. Proses
validasi ini disebut expert judgment.
Pada penelitian ini validisai desain dilakukan oleh ahli isi mata pelajaran
untuk memvalidasi modul pembelajaran dan ahli media untuk memvalidasi modul
latih portable analog/digital.
5. Perbaikan Desain
Peneliti merevisi produk berdasarkan masukan yang didapat dari hasil uji
expert judgment. Perbaikan desain dilakukan untuk mengurangi kelemahan pada
produk.
6. Ujicoba Produk (Ujicoba Terbatas)
Desain produk yang telah dibuat kemudian diujicobakan melalui uji coba
terbatas di SMK dengan menghadirkan 30 orang siswa dan 1 orang guru. Pegujian
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk yang
dengan eksperimen yaitu subyek penelitian diberikan perlakuan berupa
penggunaan modul latih portable analog/digital. Subyek ini diberikan pretest dan
posttest untuk mengetahui seberapa pengaruh perlakuan (treatment) terhadap hasil
pemahaman siswa mengenai sistem mikrokontroler.
Gambar 3.3 Desain experimen (before-after) (Sugiyono, 2012: 415)
Eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil O1 dan O2. O1 adalah nilai
sebelum treatment dan O2 adalah nilai sesudah treatment. Efektivitas penggunaan alat
terhadap pemahaman siswa diukur dengan membandingkan antara nilai O1 dan O2.
Proses pembelajaran pada penelitian ini dilengkapi dengan penggunaan
simulasi Proteus, hal ini dikarenakan modul latih portable analog/digital hanya
ada satu. Dalam proses pembelajaran siswa dibagi menjadi 15 kelompok dengan
satu kelompok terdiri dari dua orang. Setiap kelompok akan bergiliran
mensimulasikan program pada modul latih portable analog/digital. Setiap
kelompok yang tidak menggunakan modul latih maka harus mensimulasikan
program pada PC menggunakan software Proteus.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Subyek penelitian berada di Provinsi Jawa Barat di Kota Cimahi, yaitu di
SMK Negeri 2 Cimahi. Pengambilan tempat di SMK Negeri 2 Cimahi ini dengan
pertimbangan bahwa SMK tersebut menggambarkan kondisi SMK secara umum
di wilayah tersebut.
Penelitian Uji coba terbatas dilakukan di SMK Negeri 2 Cimahi.
Penelitian ini akan dilakuakan dengan sasaran utamanya adalah siswa kelas XI
pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 dengan program keahlian
Mekatronika.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Penyebaran angket, digunakan untuk memperoleh informasi yang
mengarah pada dua aspek:
a. Aspek media, meliputi: kejelasan petunjuk penggunaan modul latih,
kemudahan dalam menggunakan modul, kualitas modul, kemudahan
dalam pemrograman, kemudahan dalam menggunakan aplikasi sitem
input dan output (I/O) serta aplikasi lainnya.
b. Aspek instruksional seperti: standar kompetensi yang akan dicapai,
kemudahan memahami materi, keluasan dan kedalaman materi,
kemudahan menggunakan media, ketepatan urutan penyajian,
kacukupan latihan, interaktifitas, ketepatan evaluasi, kejelasan umpan
balik.
2. Observasi, dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang
pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman yang cepat pada pembelajaran sistem mikrokontroler.
3. Tes, dipergunakan untuk mengumpulkan data kemampuan pemahaman
siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum dan sesudah
D. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Instrumen
Arikunto (2010: 211) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.”
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur, sebuah item (butir soal) dikatakan valid apabila mempunyai
dukungan yang besar terhadap skor total, skor pada item menyebabkan skor total
menjadi tinggi atau rendah.
Uji validitas yang digunakan untuk instrumen yang berupa skor dikotomi
yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai
berikut :
= −
�
(Arikunto, 2011: 79 )
Keterangan :
r
pbi : Koefisien korelasi biserialMp : Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt : Rerata skor total
St : Standar deviasi dari skor total
p : Proporsi siswa yang menjawab benar
( = )
q : Proporsi siswa yang menjawab salah
Uji validitas ini dikenakan pada setiap butir soal. Selanjutnya untuk
menenntukan validitas dari tiap item dilakukan dengan , yaitu:
t =r n−2
1−r2
(Sugiyono, 2008: 230)
Keterangan :
n : Jumlah responden
r : Koefisien korelasi
Kemudian hasil perolehan thitung dibandingkan dengan ttabel pada derajat
kebebasan (dk = n - 2) dan taraf signifikansi 5% (= 0,05). Apabila thitung >
ttabel maka item tes dinyatakan valid. Dan apabila hasil thitung < ttabel maka item tes
tersebut dikatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Arikunto (2011: 86) menyatakan pengertian reliabilitas sebagai berikut :
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah hasil tes atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas
alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat ukur tersebut dalam mengukur apa
yang diukur, artinya alat ukur terebut digunakan untuk memberikan hasil ukur
sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut :
11 = (
�2−
Keterangan :
11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
: Banyaknya butir tes
�2 : Varians total
: Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
: Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
= 1−
Harga varians total (�2) dihitung dengan menggunakan rumus :
�2 = �2−
Kemudian hasil perolehan rhitung dibandingkan dengan rtabel pada derajat
kebebasan (dk = n - 2) dan taraf signifikansi 5%. Adapun penafsiran dari harga
rhitung dan rtabel yaitu jika rhitung > rtabel maka intrumen dinyatakan reliabel, dan jika
rhitung < rtabel maka instrumen tidak reliabel.
3. Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran yaitu suatu parameter untuk menyatakan bahwa item
soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar
: Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik
sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria seperti pada tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Klasifikasi indeks kesukaran
No. Rentang Nilai Tingkat Kesukaran P Klasifikasi
1. 0,71 – 1,00 Mudah
2. 0,31 - 0,70 Sedang
3. 0,00 - 0,30 Sukar
(Arikunto, 2011: 210)
4. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui perbedaan antara jawaban
kelompok atas dan kelompok bawah, sebagai mana dikemukakan oleh Arikunto
(2011: 211) “daya pembeda soal adalah suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah)”. Daya pembeda dapat diketahui dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
B
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas menjawab benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar
PA : Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar
Indeks daya pembeda ideal adalah sebesar mungkin mendekati angka 1.
Sedangkan indeks daya pembeda sekitar 0 menunjukkan bahwa item tersebut
mempunyai daya diskriminasi rendah sedangnkan harga daya pembeda negatif
menunjukkan bahwa item tersebut tidak ada gunanya sama sekali. Berikut
ditunjukkan tabel klasifikasi daya pembeda.
Tabel 3.2 Klasifikasi daya pembeda
(Arikunto, 2011: 218)
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan disesuaikan dengan instrumen yang
digunakan. Data yang diperoleh melalui angket dan observasi akan diuraikan
secara deskriptif naratif. Analisis ini digunakan untuk mengolah data yang
diperoleh dari angket berupa deskriptif persentase.
Rumus yang digunakan untuk persentase sebagai berikut:
= Σ ( )
100 %
No Rentang Nilai D Klasifikasi
1 0,00 - 0,20 Jelek
2 0,20 - 0,40 Cukup
3 0,40 - 0,70 Baik
Keterangan : ∑ : Jumlah
n : Jumlah seluruh item angket
Sebagai ketentuan dalam memberikan makna dan pengambilan keputusan,
maka digunakan ketetapan sebagai berikut.
Tabel 3.3 Konversi tingkat pencapaian dengan skala 4
Tingkat Pencapaian Kualifikasi Keterangan
90% - 100% Sangat Baik Tidak perlu direvisi
75% - 89% Baik Tidak perlu direvisi
65% - 74% Cukup Direvisi
55% - 64% Kurang Direvisi
0 – 54% Sangat Kurang Direvisi
(Sudjana : 2005)
Sedangkan data evaluatif, merupakan hasil dari pemberian instrumen
berupa pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest sesudah diberi perlakuan
media pembelajaran berupa modul latih portable analog/digital.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji itu
berdistribusi normal atau tidak. Teknik pengujian normalitas data dilakukan
dengan menggunakan Chi Kuadrat (χ2). Pengujian normalitas data dengan (χ2) dilakukan dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data
yang terkumpul dengan kurva normal baku/standar.
Menurut Sugiyono (2008: 80), kurva normal baku yang luasnya mendekati
100% dibagi menjadi enam bidang berdasarkan simpangan bakunya, yaitu tiga
bidang di bawah rata-rata dan tiga bidang di atas rata-rata. Luas enam bidang
dalam kurva normal baku adalah 2,7%, 13,53%, 34,13%, 34,13%, 13,53% dan
Gambar 3.4 Kurva normal baku (Sugiyono, 2008: 80)
Adapun langkah-langkah pengujian normalitas data ini adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan Chi
Kuadrat ini, jumlah kelas inteval ditetapkan sebanyak enam kelas sesuai
dengan enam bidang yang ada pada kurva normal baku.
b. Menentukan panjang kelas interval :
� = � − �
6 ( )
c. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk
menghitung harga Chi Kuadrat hitung sesuai dengan format di bawan ini:
Tabel 3.4 Format tabel distribusi frekuensi
No Kelas Interval fo fh fo– fh (fo– fh)
2 (��– ��)�
��
Keterangan : fo = Frekuensi / jumlah data hasil observasi
fh = Jumlah / frekuensi yang diharapkan d. Menghitung fh (frekuensi harapan)
Cara menghitung fh didasarkan pada persentase luas tiap bidang kurva
e. Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh , sekaligus menghitung
harga-harga pada kolom yang lain. Harga ( − )2 yang dihasilkan adalah
merupakan harga Chi Kuadrat (χ2) hitung.
f. Membandingkan χ2 hitung dengan χ2tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Taraf signifikansi 5 %
2) Derajat kebebasan (dk = k – 1)
3) Apabila χ2 hitung < χ2tabel , maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
2. Analisis Data Prestest dan Posttest
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif
sebelum pembelajaran (pretest) dan hasil belajar siswa ramah kognitif setelah
diberikan perlakuan digunakannya modul latih portable analog/digital sebagai
media pembelajaran (posttest). Langkah-langkah yang dilakukan untuk
menganalisis data pretest, posttest adalah:
a. Pemberian skor dan merubahnya dalam bentuk nilai.
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode rights only
yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak
dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah
jawaban yang benar. Skor yang diperoleh tersebut kemudian dirubah menjadi nilai
dengan ketentuan sebagai berikut:
� = � �
3. Pengukuran Ranah Afektif
Tujuan dari pengukuran ranah afektif menurut Arikunto (2011: 178)
adalah:
a. Untuk mendapatkan umpan balik baik (feedback) bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya. b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus atau tidaknya anak didik.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik (Depdikbud, 1983: 2).
Berdasarkan tujuan diatas, maka sasaran penilaian ranah afektif adalah
perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Aspek yang dinilai pada penelitian
ini meliputi aspek kerjasama dalam melakukan percobaan dan sikap dalam
melakukan percobaan pada kegiatan pembelajaran sistem mikrokontroler. Acuan
pengukuran ranah afektif dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.5 Kriteria pengukuran aspek afektif
No. Aspek Nilai Yang Diukur Skor Kriteria
Kerjasama dan serius dalam
melakukan percobaan 86 – 100
No. Aspek Nilai Yang Diukur Skor Kriteria
Mengikuti instruksi guru dan membaca modul tetapi tidak dilaksanakan sepenuhnya
56 – 69 Cukup
Mengikuti instruksi guru dan prosedur pada modul tanpa mendiskusikan dengan rekan yang lain
70 – 85 Baik
Mengikuti instruksi guru dan prosedur pada modul
(data SMK Negeri 2 Cimahi)
Sedangkan instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar ranah afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.6 Instrumen pengukuran aspek afektif
No. Nama Siswa Aspek yang dukur Jumlah
Skor Nilai Kerjasama Sikap
Hasil yang diperoleh oleh setiap siswa setelah pengukuran memiliki
skala 0-100. Untuk menghitung hasil dari pengukuran setiap siswa digunakan
rumus:
N = Jumlah Skor Keseluruhan Jumlah Aspek Yang Dinilai
Setelah pengukuran dilakukan terhadap seluruh siswa, selanjutnya dicari
nilai rata-rata untuk setiap aspek yang dinilai. Untuk menghitung nilai rata-rata
setiap aspek dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N= Jumlah Skor Aspek Jumlah Siswa
4. Pengukuran Ranah Psikomotorik
Menurut Arikunto (2011: 182), pengukuran ranah psikomotorik dilakukan
terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Aspek yang dinilai yaitu
keterampilan dan ketelitian dalam menggunakan modul latih portable
analog/digital dalam pembelajaran sistem mikrokontroler. Acuan dalam
melakukan pengukuran ranah psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut
ini:
Tabel 3.7 Kriteria pengukuran aspek psikomotorik
No. Aspek Kriteria Skor Kriteria dan bekerja tidak sesuai modul, serta percobaan tidak berhasil.
No. Aspek Kriteria Skor Kriteria dan bekerja sesuai modul, serta percobaan tidak bekerja sesuai modul serta percobaan berhasil rapih serta tidak bekerja sesuai modul, dan tidak merapihkan alat bahan praktek.
30 – 39 Gagal
Pengkabelan tertata rapih tetapi tidak bekerja sesuai modul, dan tidak
merapihkan alat bahan praktek.
40 – 55 Kurang
Pengkabelan tidak tertata rapih tetapi bekerja sesuai modul, dan tidak
merapihkan alat bahan praktek.
56 – 69 Cukup
Pengkabelan tertata rapih dan bekerja sesuai modul, tetapi tidak merapihkan alat bahan praktek.
No. Aspek Kriteria Skor Kriteria Pengkabelan tertata rapih
dan bekerja sesuai modul, serta merapihkan alat bahan praktek.
86 – 100 Baik Sekali
(data SMK Negeri 2 Cimahi)
Tabel 3.8 Instrumen pengukuran aspek psikomotorik
No. Nama Siswa Aspek yang diukur Jumlah
Skor Nilai Keterampilan Kerapihan
Hasil yang diperoleh oleh setiap siswa setelah pengukuran memiliki skala
0-100. Untuk menghitung hasil dari pengukuran setiap siswa digunakan rumus:
N = Jumlah Skor Keseluruhan Jumlah Aspek Yang Dinilai
(Arikunto, 2011: 183)
Setelah pengukuran dilakukan terhadap seluruh siswa, selanjutnya dicari
nilai rata-rata untuk setiap aspek yang dinilai. Untuk menghitung nilai rata-rata
setiap aspek dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N= Jumlah Skor Aspek Jumlah Siswa
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan
a. Hipotesis Ranah Kognitif
H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap efektif jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa
didalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).
H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap tidak efektif jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa didalam tes
akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).
H1: π ≥ 75%
H0 : π < 75%
b. Hipotesis Ranah Afektif
H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran sistem
mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa
masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.
H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran
sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke
dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.
H1: π ≥ 75%
H0 : π < 75%
c. Hipotesis Ranah Psikomotorik
mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa
masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik.
H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital
dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran
sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke
dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik.
H1: π ≥ 75%
H0: π < 75%
Rumus yang digunakan untuk menghitung hipotesis di atas menggunakan
uji proporsi pihak kiri. Karena H1 berbunyi “lebih besar atau sama dengan” (≥)
dan H0 berbunyi “lebih kecil” (<), maka uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji pihak kiri.
Z =
−
�
0
�0 1−�0
(Sudjana, 2005:233)
Keterangan :
Z : Nilai Z hitung n : Jumlah sampel
π0 : Nilai yang dihipotesiskan x : Nilai data yang diperoleh
Kriteria pengujian adalah zhitung ≥ −z(0.5−α) dimana z(0.5−α) didapat dari
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian “Penerapan
Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai Media Pembelajaran Sistem
Mikrokontroler”, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Modul Latih Portable Analog/Digital dapat diterapkan sebagai media
pembelajaran sistem mikrokontroler. Media ini belum layak untuk
digunakan secara meluas karena uji yang dilakukan hanya sampai pada uji
terbatas saja, akan tetapi media yang dihasilkan sudah melalui proses uji
ahli isi mata pelajaran dan uji ahli media pembelajaran. Jadi modul ini
sudah layak untuk dijadikan penelitian.
2. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media
pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar
ranah kognitif siswa.
3. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media
pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar
ranah afektif siswa.
4. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media
pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, ada beberapa saran yang
dapat disampaikan peneliti untuk untuk para peneliti selanjutnya, antara lain
sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran penyampaian materi sebaiknya langsung di
contohkan dengan alat peraga, agar pembelajaran gampang untuk diingat
dan siswa akan semakin paham karena fakta dan konsep dijelaskan dan di
peragakan secara bersamaan, dengan dengan demikian hasil belajar dalam
ranah kognitif akan semakin baik.
2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terutama saat praktikum alat,
siswa harus lebih sering didampingi karena selain lebih memotivasi sisa
juga akan mempercepat pemahaman penyelesaian kendala yang dialami
siswa saat praktikum.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang mikrokontroler, siswa
sebaiknya tidak bergantung pada penjelasan guru dalam mempelajari
mikrokontroler, selain penjelasan dari guru siswa diharapkan mencari
sumber-sumber referensi lain tentang pemrograman mikrokontroler yang
mendukung.
4. Untuk memperkuat dasar ilmu pemograman mikrokontroler peserta harus
diajarkan pengetahuan dasar seperti penguasaan teknik sistem digital,
sistem bilangan biner, desimal, dan heksa desimal, algoritma pemograman,
5. Siswa sebaiknya tidak bergantung pada penggunaan media seutuhnya,
selain menggunakan media ini siswa juga harus dapat mencari
sumber-sumber lainnya yang mendukung.
6. Penyediaan PC/laptop yang digunakan untuk pembelajaran agar lebih
diperbanyak. Karena idealnya satu orang siswa menggunakan satu
PC/laptop pada saat pembelajaran berlangsung, begitu pula dengan jumlah
modul latih portable analog/digital perlu untuk diperbanyak sehingga
proses pembelajaran akan lebih baik.
7. Untuk peneliti selanjutnya akan lebih ringkas dan praktis jika saluran I/O
dan downloader terintegrasi dalam satu sistem, tanpa harus melakukan
pengawatan ulang, sehingga waktu praktek pemograman tidak banyak
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Angkasa.
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Bejo, A. (2008). C dan AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam
Mikrokontroler ATMega 8535. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dadi, I. (2011). Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Trainer
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dasar Sistem Mikrokontroler Di SMK 2 Cimahi. Bandung
Hamalik, O.(2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, S. (2006). Analisis Perakitan Trainer Unit Berdasarkan Aplikasi Konsep
Refrigerasi pada Mata Kuliah Sistem Pendingin (Bahan Kuliah).
Bandung: UPI
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.
Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito.
Sudjana, (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metoe Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryani, E. (2006). Pedoman dan Simulasi Media Pembelajaran. Yogyakarta: Alfabeta.
Susilana, Rudi dkk. (2006). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan dan Penilaian. FIP: UPI.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Bandung
Wahab, F. (2011). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Media Interaktif