• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PENETASAN TELUR DI KELAS XI SMK/SPP-SNAKMA CIKOLE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PENETASAN TELUR DI KELAS XI SMK/SPP-SNAKMA CIKOLE."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ……… 8

B. Kerangka Pemikiran……… 28

C. Hipotesis ………. 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ………. 30

B. Desain Lokasi dan Sampel Penelitian……… ……. 30

C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel ………. 31

D. Instrumen Penelitian ………. 32

E. Pengembangan Instrumen ………... 34

F. TeknikPengumpulan Data ……….. 35

G. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian ……….. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 39

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……… …… 49

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………... 53

B. Rekomendasi ……… 53

(2)
(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kejuruan dirancang untuk membekali peserta didik supaya memiliki keahlian, yaitu menguasai kemampuan standar yang dinamakan kompetensi, konsep kompetensi difokuskan pada apa yang

diharapkan dari seorang pekerja di tempat kerja dan bukan di tempat belajar (Bachtiar Hasan, 2006:150). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

(UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya.

Sistem pendidikan yang sedang berjalan saat ini belum sepenuhnya memenuhi harapan dari lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya setelah lulus, dan belum seutuhnya memenuhi persyaratan dari industri untuk melakukan suatu pekerjaan. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dalam pembelajaran.

(4)

2

Implementasi KTSP merujuk pada misi yang telah ditetapkan, yaitu menjadikan peserta didik kelak sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan berwatak, kompeten secara memadai serta mampu mewujudkan keberlangsungan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. KTSP merupakan suatu model pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. Oleh sebab itu inti dari pelaksanaanya harus bertolak dari visi misi yang telah ditetapkan.

Upaya mewujudkan misi tersebut, mempersyaratkan perlunya dilakukan inovasi terhadap pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah/kelas, yaitu pembelajaran yang semula berorientasi pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berorientasi pada optimalisasi kompetensi siswa (student centered) serta proses pencapaiannya. Perubahan tersebut perlu dilakukan karena pembelajaran yang berorientasi pada guru, keterlaksanaannya lebih bersifat indoktrinatif dengan menekankan pencapaian target kurikulum pada ranah pengetahuannya saja. Pembelajaran hanya untuk kepentingan jangka pendek. Kebutuhan siswa pada ranah sikap dan psikomotorik kurang mendapat perhatian secara memadai. Pengembangan kemampuan psikomotorik dan afektif sangat diperlukan untuk kepentingan kehidupan jangka panjang. Pembekalan-pembekalan terhadap kemampuan tersebut belum terwujud secara optimal. Kenyataan ini berkontribusi terhadap rendahnya kualitas lulusan dan menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh bangsa saat ini.

(5)

3

mata pelajaran yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan unggas serta pemasarannya. Salah satu kompetensi yang perlu dipahami dan dilaksanakan pada mata pelajaran produktif UTPTU di kelas XI selama satu semester yaitu kompetensi Penetasan Telur. Selama ini pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran klasikal (kompetitif dan individual), sehingga kurangnya motivasi dan prestasi siswa

dalam melaksanakan kegiatan penetasan tersebut. Hal ini terlihat dari keterampilan sosial siswa dan guru kurang berkembang atau kurang

bersinergi sehingga komunikasi dan interaksinya kurang hidup. Siswa kurang berkolaborasi , tidak peduli pada yang lain, rendahnya motivasi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu hasil tes formatif siswa yang menunjukkan hanya 47% siswa yang mendapat skor minimal 70, sedangkan sisanya harus mendapatkan remedial. Sedangkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bahwa jika seluruh siswa dapat mencapai skor minimal 70 maka proses pembelajaran telah berhasil atau dikatakan tuntas. Dengan hasil tersebut maka upaya peneliti untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada kompetensi penetasan telur dengan pembelajaran kooperatif.

B. Analisis Masalah

(6)

4

kurang berinteraksi, kurang menciptakan norma-norma proakademik dikalangan siswa.

Sedangkan norma-norma proakademik memiliki pengaruh kuat terhadap motivasi dan prestasi belajar.

Pembelajaran akan efektif apabila siswa mempunyai karakteristik yang identik dengan pendekatan pembelajaran, karakteristik mata pelajaran cocok dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan kepada jawaban pertanyaan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran kompetensi penetasan telur dikhususkan pada sub kompetensi persiapan mesin tetas, seleksi telur tetas, dan pelaksanaan kegiatan penetasan telur.

2. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: semangat/antusiasme, tekun, rajin dan disiplin siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

(7)

5 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis berkeyakinan bahwa pembelajaran kooperatif akan dapat mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Seberapa besar pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada kompetensi penetasan telur di kelas XI SMK/SPP-SNAKMA Cikole ?”

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian Sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap motivasi belajar siswa?

2. Seberapa besar pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar siswa?

3. Seberapa besar pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap motivasi dan prestasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran klasikal?

4. Seberapa besar tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran kooperatif pada kompetensi penetasan telur?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini adalah:

(8)

6

2. Mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar siswa pada kompetensi penetasan telur

3. Mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada kompetensi penetasan telur dibandingkan dengan pembelajaran klasikal

4. Mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran kooperatif pada kompetensi pembelajaran telur.

F. Asumsi

Berdasarkan pemikiran teoritis, maka asumsi penelitian ini:

1. Jika pendekatan pembelajaran koperatif (coopetrative learning) diterapkan motivasi belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran klasikal.

2. Jika pendekatan pembelajaran koperatif (coopetrative learning) diterapkan prestasi belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran klasikal

3. Jika pendekatan pembelajaran koperatif (coopetrative learning) diterapkan motivasi dan prestasi belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran klasikal

4. Jika pembelajaran kooperatif diterapkan, terdapat tanggapan positif dari guru dan siswa.

G. Kegunaan Penelitian

Kegunaan/manfaat hasil penelitian ini adalah:

(9)

7

2. Memberikan informasi kepada guru-guru bahwa pembelajaran dengan menganut prinsip learning to live together meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik.

(10)
(11)

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah (Sugiyono, 2008:6).

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif korelasional karena penelitian ini berusaha menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap motivasi dan prestasi belajar.

B. Desain Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMK/SPP-SNAKMA(Sekolah Peternakan Menengah Atas) Cikole yang beralamat di Jalan Tangkuban Parahu Km. 22 Cikole Lembang.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ya ng ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2008:117). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI Ruminansia A, B dan C.

(12)

Control Group Design” menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelompok (kelas) yang telah dipilih secara acak kelas yaitu kelas Kontrol (A), proses pembelajaran menggunakan pembelajaran klasikal (X1) dan kelas eksperimen (B), proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif (X2). Untuk mengukur perlakuan digunakan tes, berupa pretes (O1) dan postes (O2).

Penentuan Kelompok Pretes Perlakuan Postes Acak

A O1 X1 O2 R B O1 X2 O2

Waktu

C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2008:60)

Definisi Operasional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

(13)

kelompok yang terstruktur, yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab

individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok (Lie, 2002:17).

3. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual (Sardiman, 2004 :75). Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat.

4. Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport Poerwanto (1986:28). Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, soal test, lembar observasi,wawancara dan kuesioner.

(14)

Lembar kerja disusun sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep dan dapat melakukan kegiatan penetasan telur dengan benar. c. Soal tes

Soal tes berupa pretes dan postes. Pretes dilakukan pada awal pembelajaran, tepatnya sebelum pembelajaran dimulai, digunakan untuk mengukur sejauh mana materi yang akan dibicarakan telah dikuasai siswa dan mendapatkan informasi apakah bahan yang mendasari materi yang akan dibicarakan telah dikuasai peserta didik. Postes dilakukan pada bagian terakhir dari suatu penggalan materi atau penggalan waktu belajar, digunakan untuk mengetahui sejauh manakah materi yang telah dibicarakan telah dikuasai oleh masing-masing siswa.

d. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari sumber data (siswa) sebagai sumber data penelitian selama pelaksanaan pembelajaran model cooperative learning.

e. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman dalam pengumpulan data pada studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam.

f. Kuesioner

(15)

Untuk menganalisis data penelitian digunakan statistik deskriptif berupa perhitungan data rata-rata (mean) dan simpangan baku tiap ubahan penelitian. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008). Dari data awal yang dianalisis ini akan diperoleh data ubahan-ubahan dan pengkategorian kemampuan siswa dalam pengelompokan kemampuan sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah.

Untuk mengetahui tingkat signifikan perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan uji beda dua rerata. Uji beda dua rerata data penelitian yang terdiri dari data pretes dan data postes.

Supaya data yang didapat reliabilitas dan validitas, maka terlebih dahulu kepada data-data dilakukan pengujian, uji normalitas, uji homogenitas

1) Uji normalitas data penelitian

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Chi Kwadrat (X2)(Sudjana, 2002:273)

Perhitungan dengan rumus dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan.

2) Uji Homogenitas data penelitian

(16)

2

bahwa data tersebut bervariansi homogen apab

baku skor ubahan pertama baku skor ubahan kedua

nguji hipotesis data tersebut digunakan uji beda ua data skor berdistribusi normal dan juga h yang tepat digunakan adalah Sudjana (1996:23

kelas eksperimen

ngumpulan data dilakukan melalui kegiatan o tes awal (pretes), observasi saat proses bela ostes), angketkepada siswa.Data yang diperoleh pengumpulan data seperti tercantum pada tabel

(17)

N

Produksi Ternak Unggas Kurikulum Deptan

•Referensi mengenai model pembelajaran klasikal & koperatif

Siswa dan guru Sekolah Tanggapan

terhadap pelaksanaan pemb.koperatif

G. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian

Waktu penelitian ini dirancang seefektif mungkin sehingga penelitian ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal seperti berikut:

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian

NO

4. Penyusunan laporan akhir

Penelitian

(18)

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Bagan di atas menunjukkan prosedur atau alur kegiatan penelitian yang menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan mulai dari latar belakang masalah, pelaksanaan penelitian, pengumpulan dan pengolahan data

Studi literatur

Telaah kurikulum dan sylabus mata pelajaran

Usaha Teknologi Produksi Ternak Unggas

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

(19)

pelaksanaannya dapat diuraikan dalam 5 (lima ) tahap sebagai berikut:

a. Tahap pertama, pemberian kuisoner dan tes awal (pre-tes) kepada kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif dan kelas kontrol dengan pembelajaran klasikal, untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar siswa sebelum pembelajaran kompetensi penetasan telur.

b. Tahap kedua, pemberian perlakuan (eksperimen) dengan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran kompetensi penetasan telur dengan alokasi waktu 3 kali pertemuan @ 3 jam (1 jam pelajaran=45 menit) untuk kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol digunakan pembelajaran klasikal. c. Tahap ketiga, pemberian kuesioner dan tes akhir (pos-tes) kepada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar siswa setelah pembelajaran kompetensi penetasan telur.

d. Tahap keempat, membandingkan motivasi dan nilai prestasi belajar siswa melalui hasil kuesioner dan tes awal (pre-tes) dengan hasil kuesioner dan tes akhir (pos-tes) pada kelompok eksperimen terhadap penerapan pembelajaran kooperatif dalam kompetensi penetasan telur.

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembelajaran kooperatif pada kompetensi penetasan telur berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

2. Pembelajaran kooperatif pada kompetensi penetasan telur berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa

3. Siswa memberi tanggapan positif terhadap pembelajaran kooperatif. Siswa merasakan dengan pembelajaran kooperatif ini termotivasi untuk turut serta berperan aktif dalam pembelajaran, baik dalam diskusi kelompok, diskusi kelas dan kegiatan praktik penetasan telur.

4. Tanggapan guru terhadap pembelajaran kooperatif sangat positif. Mereka merasa dengan pembelajaran kooperatif ini siswa dapat dipacu dan termotivasi berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun kegiatan praktik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka direkomendasikan kepada : 1. Kepala Sekolah ; Pembelajaran kooperatif dapat menjadi alternatif

(21)

2. Wakasek Kurikulum ; Pembelajaran dengan menganut prinsip learning to live together meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif dapat diterapkan pada mata pelajaran produktif, khususnya kompetensi penetasan telur.

3. Guru ; Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif, siswa dapat dipacu dan termotivasi berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Tegasnya pembelajaran kooperatif dapat menjadi alat unggul untuk mencapai tujuan, membangun kerjasama, memperdalam pemahaman, memperkaya pengalaman, bahan dan sumber belajar apalagi siswanya berasal dari latar belakang pendidikan dan etnis yang berbeda.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2007). Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo

Abdul Kadir. (2000). Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STA dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Anas Sudijono. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Bachtiar Hasan.(2006). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Bandung : Pustaka Ramadhan

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Pengembangan dan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: tidak diterbitkan.

Elida Prayitno. (1989). Motivasi dalam Belajar. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kedudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Heru Supriyadi. (2008). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik Arus Searah untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Berfikir Rasional Siswa. Tesis SPs UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York :Glencoe, Macmillan/McGraw-Hill.

Martinis Yamin. (2009).Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta :Gaung Persada

Nasution, Noehi. (2004). Tes, Pengukuran dan Penilaian. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.

Nur, Mohamad. (1996). “Pembelajaran kooperatif dalam kelas IPA” dalam Nur, dkk. 1996. Pengembangan Model PBM IPA berorientasi PKP untuk Meningkatakan Daya Nalar Siswa dalam Rangka Menyongsong Masyarakat IPTEK pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi II/4, Suplemen D-2 Pembelajaran Koperatif

Pannen, Paulina. (2005). Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Depatemen Pendidikan Nasional

(23)

Sardiman.(2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada.

Slavin Robert, E. (1994). Educational Psychology. Theory and Practice. Massachusetts: Allyn and Baco Publishers

……….(1995). Cooperative Learning. Second Edition. Boston: Allyn and Bacom Publishers

Sondang P Siagian. (1989).Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Susilo, Herawati. (2005). Kapita Selekta Pembelajaran Biologi. Jakarta:Penerbit Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.

(24)

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo

Departemen Pendidikan Nasional,2008. Pengembangan dan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi . Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Tidak diterbitkan.

Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning in the Science Classroom. New York:Glencoe, Macmillan/McGraw-Hill.

Nasution, Noehi. 2004. Tes, Pengukuran dan Penilaian. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.

Nur, Mohamad. 1996. “Pembelajaran kooperatif dalam kelas IPA” dalam NUr, dkk. 1996. Pengembangan Model PBM IPA berorientasi PKP untuk Meningkatakan Daya Nalar Siswa dalam Rangka Menyongsong Masyarakat IPTEK pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi II/4, Suplemen D-2 Pembelajaran Koperatif

Pannen, Paulina. 2005. Belajar dan Pembelajaran 1. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Depatemen Pendidikan Nasional

Reksoatmodjo, Tedjo. N, 2006. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Reflika Aditama

Sardiman.2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Slavin Robert E. 1994. Educational Psychology. Theory and Practice. Massachusetts: Allyn and Baco Publishers

Slavin Robert E. 1995. Cooperative Learning. Second Edition. Boston: Allyn and Bacom Publishers

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: alfabeta

(25)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PENETASAN TELUR DI KELAS XI

SMK/SPP-SNAKMA CIKOLE

T E S I S

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Oleh;

(26)

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

Gambar

Tabel 3.2  Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kalimat pengandaian tipe III menunjuk pada peristiwa yang akan terjadi di waktu lampau, digunakan untuk menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan pada waktu

PAKET PEKERJAAN : PEMBANGUNAN JARINGAN LISTRIK PEDESAAN DESA TANJUNG RAYA KECAMATAN SANGA DESA. LOKASI : KECAMATAN

Berdasarkan permasalahan di atas dan mengingat membaca merupakan sesuatu yang sangat penting , maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Meningkatkan

Indikator ini menjadi prospek negara Indonesia kedepannya dalam hal penyediaan energi terbarukan (renewable energy). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya dasar pengelolaan

KEMENTERIAN KEUANGAN

Analisis tingkat pertumbuhan lalu lintas dengan meninjau data LHR yang lalu, yaitu dari tahun 2002 sampai tahun 2007 lebih jelas tentang pertumbuhan lalu lintas pada ruas

[r]

Hasil penelitian dari 49 sampel data yang diperoleh untuk variabel pekerjaan sampingan menunjukkan bahwa sebagian besar petani sayur Dusun Jubelan Kabupaten Semarang