• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PEMAHAMAN KONSEP NEGARA HUKUM INDONESIA MELALUI MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :Kajian Deskripsi Analisis Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PEMAHAMAN KONSEP NEGARA HUKUM INDONESIA MELALUI MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :Kajian Deskripsi Analisis Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Bandung."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULIS, ... i

KATA PENGANTAR, ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH, ... v

ABSTRAK, ... x

ABSTRACT, ... xi

DAFTAR ISI. ... xii

DAFTAR TABEL, ... xvii

DAFTAR GAMBAR, ... xviii

DAFTAR BAGAN, ... xix

BAB I PENDAHULUAN, ... 1

A. Latar Belakang Masalah, ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah, ... 8

C. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian, ... 9

D. Maksud dan Tujuan, ... 10

1. Maksud, ... 10

2. Tujuan Penelitian, ... 10

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian, ... 11

1. Signifikansi Penelitian, ... 11

2. Manfaat Penelitian, ... 12

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional, ... 13

(2)

G. Ruang Lingkup Penelitian, ... 17

H. Paradigma Penelitian, ... 19

I. Metodelogi Penelitian, ... 20

BAB II LANDASAN TEORITIS, ... 23

A. Memahami Konsep Negara Hukum Indonesia, ... 23

1. Kedudukan Hukum dalam Negara, ... 23

2. Arti Negara, ... 28

3. Makna Konsep Negara Hukum, ... 36

4. Konsep Negara Hukum Indonesia, ... 47

5. Pancasila Sebagai Dasar Konsep Negara Hukum Indonesia, 55

6. Kesadaran dan Kepatuhan Hukum, ... 60

B. Tinjauan Konseptual Pendidikan, ... 68

1. Pendidikan sebagai Usaha Transformasi Pengetahuan, ... 68

2. Pendidikan sebagai Bagian dari Suatu Kebijakan Negara, ... 71

C. Konsep Pendidikan dalam Perguruan Tinggi, ... 78

1. Mahasiswa sebagai Bagian dari Pendidikan Tinggi, ... 78

2. Jati Diri Pengajaran Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi, 81 D. Tinjauan Konseptual Pendidikan Kewarganegaraan di PerguruanTinggi, ... 93

1. Makna Konsep Pendidikan Kewarganegaraan, ... 93

2. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Politik, ... 100

3. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Hukum, . 107

(3)

5. Pendidikan Demokrasi sebagai arah Kompetensi Pendidikan

Kewarganegaraan, ... 116

6. Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, ... 118

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN, ... 124

A. Metode Penelitian, ... 124

B. Penentuan Subyek Penelitian, ... 130

C. Sumber Data, ... 132

D. Teknik Pengumpulan Data, ... 133

E. Analisis Data, ... 139

F. Verifikasi Data, ... 143

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, ... 151

A. Hasil Penelitian, ... 152

1. Gambaran Kondisi Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, ... 152

2. Gambaran Kondisi Pembelajaran Konsep Negara Hukum dalam Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi, ... 211

3. Kendala dan Persoalan dalam Proses Pembelajaran Konsep Negara Hukum pada Mahasiswa melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, ... 239

4. Perspektif Mahasiswa, Dosen, Manajemen Pendidikan Tinggi Dan Pakar dalam Pengembangan Pemahaman Konsep Negara Hukum melalui Mata Kuliah PKn, ... 244

B. Pembahasan, ... 263

(4)

2. Analisis Kondisi Pengembangan Pemahaman Konsep Negara Hukum Melalui Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan di

Perguruan Tinggi Negeri, ... 273

3. Analisis Kendala-kendala dan Permasalahan Dalam Proses Pembelajaran Konsep Negara Hukum pada Mahasiswa melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, ... 307

4. Analisis Perspektif Mahasiswa, Dosen, Manajemen Pendidikan Tinggi, Dan Pakar dalam Pengembangan Pemahaman Konsep Negara Hukum melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, ... 314

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI, ... 376

A. Simpulan, ... 376

B. Implikasi, ... 386

C. Rekomendasi, ... 388

DAFTAR PUSTAKA, ... 393

LAMPIRAN-LAMPIRAN, ... 403

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam catatan perjalanan sejarah ketatanegaraan Jimly Asshidiqqie (2007:74-141) mencatat, sejak kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sampai saat ini yaitu masa Reformasi, Indonesia telah mengalami 5 (lima) masa republik. Selama masa-masa tersebut hukum belum dirasakan berwibawa dan berfungsi sebagai rambu pengendali terkuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, padahal konsepsi negara Indonesia sejak pendiriannya adalah Negara Hukum bukan negara kekuasaan, seperti diatur dalam sebagian besar ketentuan konstitusinya. bahkan sampai setelah perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945, konsepsi Negara Hukum dirumuskan dengan tegas dan jelas dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Indonesia adalah negara hukum”. masih juga belum dirasakan seperti apa yang diharapkan yakni menjadi pengendali terkuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Konsepsi Negara Hukum ini menggariskan harus adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi, di mana pengakuan normatif adalah pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi, sedangkan pengakuan empirik adalah pengakuan yang tercermin dalam perilaku sebagian besar masyarakatnya bahwa hukum itu supreme artinya yang tertinggi untuk dipatuhi dan ditaati (Asshidiqie, 2004: 168).

(6)

Sebelumnya kita mengetahui di masa Orde Lama yaitu kurun waktu tahun 1959-1966 hukum tidak dijadikan sebagai suatu hal tertinggi, bahkan hukum menjadi suatu sub ordinasi dari kekuasaan seperti apa yang digambarkan kondisinya dalam sebuah simposium yang diadakan tanggal 6 sampai dengan 9 Mei 1966 oleh Universitas Indonesia, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) (Pranaka, 1985:198-199).

Akibatnya di masa Orde Lama kita melihat begitu banyak penyimpangan arah haluan negara yang dicita-citakan sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, sehingga Indonesia menuju ambang kehancuran, di mana kesejahteraan dan keadilan jauh dari pencapaian.

Sementara itu kita telah mengetahui bahwa Rezim Orde Baru (kurun waktu 1966-1999) telah merekayasa undang-undang susunan dan kedudukan Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR), sehingga eksekutif mendominasi kekuasaan Legislatif dan Yudikatif, dan cabang-cabang kekuasaan lainnya hanya dianggap sebagai pengikut kebijakan eksekutif, yang pada akhirnya tidak terjadi check and balances antar lembaga penyelenggara negara, sehingga lembaga-lembaga negara mudah direkayasa oleh eksekutif demi kekuasaan, yang akhirnya menimbulkan korupsi, kolusi, dan Nepotisme diberbagai cabang kekuasaan seperti apa yang dicatat Maruarar Siahaan (2004:43) dalam catatan berbahasa Inggris di diskusi Masyarakat Transparancy Indonesia (MTI) tanggal 31 Agustus 1998.

(7)

kemudian mengakibatkan merajalelanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sebagaimana yang ditunjukkan hasil penelitian Survey Barometer Corruption Global tahun 2006 yang dilakukan oleh Transparency International melalui Gallup International di 63 negara salah satunya adalah Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai dengan 10 Agustus 2006 yang menempatkan Indonesia sebagai negara korup kelima.

Selain permasalahan pengelolaan negara yang diwarnai kasus-kasus korupsi kita juga melihat dalam hal Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) yang merupakan salah satu ciri dari negara hukum masih memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya kasus pelanggaran HAM yang terjadi dan tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab. Beberapa catatan pelanggaran HAM yang terjadi, seperti pelanggaran HAM Tanjung Priok, pelanggaran HAM Timor-Timur, Tragedi Trisakti dan Semanggi, Lumpur Lapindo dan lain-lain.

Di tengah masyarakat kita pun banyak menemukan catatan penyimpangan dan pelanggaran hukum yang disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum misalnya; kurangnya kesadaran membayar Pajak, kurangnya kesadaran mentaati aturan berlalu lintas, maraknya kasus illegal loging, kasus penyerangan terhadap kaum Ahmadiyah, tawuran antar suku atau desa, dan lain-lain.

(8)

(Soekanto; 1980:13-24, Ali, 2006:62). Dan kesadaran hukum itu akan ada kalau ada pengetahuan dan pemahaman hukum (Soekanto, 1980:211, Ali, 2006:67).

Sementara itu dapat dikatakan masyarakat Indonesia tingkat pengetahuan hukumnya sangat terbatas terutama menyangkut hak-hak hukum dasar, proses hukum formal dan isu hukum perempuan. Seperti apa yang ditunjukkan hasil penelitian Baseline Survey; Pilot Program Revitalization of Legal Aid in Indonesia (RLA) Justice for the Poor Program yang dilaksanakan oleh Bank Dunia (World Bank) dan AC-Nielsen (http://www.justiceforthepoor.or.id/), yang dilaksanakan selama 16 bulan sejak september 2005 sampai Desember 2006 di Propinsi Lampung, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat.

Tentunya apabila tingkat pengetahuan dan pemahaman hukum kita cukup rendah maka perlu kita pertanyakan seberapa besar komitmen kita akan langkah-langkah yang bersifat edukasi atau pendidikan baik secara formal maupun non formal patut yang mampu memberikan kepada masyarakat mengenai hukum atau konsep negara hukum tersebut?.

(9)

konstitusional. Pemahaman tentang pentingnya hak-hak individu harus dibarengi dengan pengecekkan tanggung jawab pribadi dan kewarganegaraan.

Berkaitan dengan pengajaran kewarganegaraan kita tidak dapat mengenyampingkan keberadaan Perguruan Tinggi yang mempunyai misi sebagai pelaksana pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, seperti apa yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi yaitu apa yang disebut dengan “Tri Dharma Perguruan Tinggi” (Riyanto, 2003:7). Pendidikan/Pengajaran biasanya lebih menonjol, karena sebagian besar Perguruan Tinggi berkenaan dengan kegiatan pengajaran, walaupun demikian bukan berarti misi lain yang tidak lagi penting.

Sehingga Perguruan Tinggi di Indonesia mempunyai kedudukan khas di tengah masyarakat dalam misinya untuk pengabdian pada masyarakat, yang tidak hanya sekedar mempelajari ilmu, melainkan sebagai agen perubahan yang dapat membagikan keahliannya kepada masyarakat. Dalam bahasa lama Perguruan Tinggi bukan merupakan menara gading (ivory tower) melainkan ibarat lentera yang dapat menerangi lentera diri dan lingkungan sekitarnya (Supriadi, 1997:34).

(10)

tuanya atau masyarakatnya, di dalam lingkungan universitas yang harus bertanggungjawab atas kesejahteraan moral dan intelektualnya; ketiga peranan mahasiswa sebagai client terhadap universitasnya yang terlibat dalam hubungan profesional, di mana mahasiswa mendapat pelayanan pengajaran dari dosennya; keempat peranannya sebagai langganan (customer) yang mempunyai kebutuhan tertentu, yang akan dapat diperolehnya di universitas dengan cara membeli; kelima peranan mahasiswa sebagai anggota warga (member) dari universitas, yang mempunyai hak dan kewajiban dalam kedudukan sebagai “warga”.

Dari semua peranan mahasiswa yang harus kita perhatikan disini adalah bagaimana peranan mahasiswa sebagai seorang warga negara yang memiliki tingkat intelektual tinggi dapat menyokong keberlangsungan negara di kemudian hari, bagaimana kelak seorang mahasiswa sebagai warga negara dapat menjalankan kehidupan kenegaraannya dengan baik?, dan bagaimana negara ini dikelola dengan benar dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh warganya?.

Misi Perguruan Tinggi sudah barang tentu secara aplikatif dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajarnya melalui mata kuliah yang memberikan Pendidikan Kewarganegaraan pada mahasiswanya seperti Manipol dan USDEK, Pancasila dan UUD 1945 (1960), Filsafat Pancasila (1970-sekarang), Pendidikan Kewiraan (1989-1990), dan Pendidikan Kewarganegaraan (2000-sekarang) (Rosyada dkk, 2005:4).

(11)

berakhir ricuh, perusakan fasilitas kampus dan peristiwa lainnya yang menunjukkan tidak adanya bentuk kesadaran mahasiswa terhadap konsepsi negara hukum sebagai suatu bagian dari kesadaran berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian perlu ada koreksi dan pembaharuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Pendidikan Tinggi yang dimulai dari restrukturisasi eksistensi keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perguruan Tinggi melalui Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, di mana Pendidikan kewarganegaraan telah ditetapkan sebagai Mata Kuliah yang wajib diberikan di semua jenjang termasuk Pendidikan Tinggi sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 37 ayat (2) Undang-undang tersebut, di mana kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat a) pendidikan agama; b) pendidikan kewarganegaraan; dan c) bahasa. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 43 Tahun 2006 menetapkan Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembang Kepribadian.

(12)

Atas dasar uraian-uraian tersebut di atas Penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisa bagaimana pengembangan pemahaman konsep Negara Hukum Indonesia melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Bertolak dari uraian latar belakang masalah dapat ditemukan permasalahan yang terkait dengan Pemahaman Konsep Negara Hukum Indonesia dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Upaya sosialisasi melalui Pendidikan Kewarganegaraan ternyata belum memberikan dampak yang cukup berarti bagi peningkatan Pengetahuan dan Pemahaman Konsep negara hukum dalam rangka pembentukan warga negara yang baik dan cerdas (good and Smart Citizenship), tidak terkecuali dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi sebagai suatu program pendidikan yang fokus utamanya adalah pembentukan civic culture pada mahasiswa sebagai warga negara yang memiliki tingkat intelektual cukup tinggi.

(13)

Kuliah dalam pengembangan pemahaman konsep Negara Hukum pada Mahasiswa, dan 4) Bagaimana proses yang sebaiknya dilakukan dalam pengembangan pemahaman konsep Negara Hukum Indonesia pada Mahasiswa melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata kuliah di Perguruan Tinggi.

C. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah di atas, maka yang fokus masalah penelitian ini: “Bagaimana pengembangan pemahaman konsep Negara Hukum Indonesia di Perguruan Tinggi melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan”.

Berdasarkan Fokus Masalah di atas, maka pernyataan penelitiannya sebagai sandaran dan arah penelitian, adapun rumusannya sebagai berikut;

1. Bagaimana Kondisi Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi?

2. Bagaimana Kondisi Pengajaran Konsep Negara Hukum Indonesia kepada mahasiswa dalam perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi?

3. Kendala dan Permasalahan apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran Konsep Negara Hukum pada Mahasiswa melalui mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan?

(14)

dalam mengembangkan pemahaman konsep Negara Hukum melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan?

D. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Maksud

Maksud Penelitian ini adalah ingin memberi kejelasan mengenai Pengembangan Pemahaman mengenai konsep Negara Hukum Indonesia pada mahasiswa di Perguruan Tinggi melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, selanjutnya dapat diambil suatu rekomendasi dalam bentuk model pembelajaran, naskah akademik, naskah buku, dan sebagainya mengenai langkah-langkah apa yang harus dilaksanakan sebagai perbaikan. Dengan diketahuinya kondisi, kelemahan, kekurangan, kendala, persoalan dan dampak pembelajaran mengenai kegiatan belajar mengajar Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

2. Tujuan Penelitian

Adapun mengenai tujuan penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kondisi pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dalam memberikan pemahaman mengenai konsep Negara Hukum.

(15)

3. Untuk mengidentifikasikan kendala dan permasalahan pembelajaran mengenai konsep negara hukum melalui Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan 4. Dapat mengembangkan Pemahaman Konsep Negara Hukum pada Mahasiswa

melalui pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan membuat suatu bentuk, model pembelajaran, silabus, naskah akademik, naskah buku, dan sebagainya.

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

1. Signifikansi Penelitian

Pesatnya perkembangan dinamika kehidupan kenegaraan yang berpengaruh pada kebijakan Pendidikan memaksa kita untuk setiap kali mengevaluasi apa yang telah dan hendak kita lakukan dalam pengambilan kebijakan pendidikan apakah ini telah sesuai, atau malah keluar dari garis yang hendak dicapai.

Oleh karena itu hasil-hasil penelitian penting sekali untuk dijadikan alat ukur dalam mengevaluasi setiap kebijakan yang kita ambil dalam Pendidikan khususnya pada Pendidikan Kewarganegaraan. Maka berdasarkan hal tersebut Penelitian ini penting untuk dilakukan karena;

1. Perubahan Ketatanegaraan Indonesia yang begitu cepat yang mengubah seluruh sendi-sendi bangunan negara termasuk dalam struktur pendidikan dan kependidikan yang mau tidak mau memaksa kita untuk menanggapi semua perubahan dengan tepat.

(16)

dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan perlu segera dievaluasi agar dapat menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan-perkembangan yang terjadi.

3. Perlu adanya suatu kajian ilmiah yang dapat mengevaluasi setiap kebijakan-kebijakan dalam bidang Pendidikan sebagai barometer bagaimana pelaksanaan Pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Manfaat Penelitian

Maka dengan dilaksanakan penelitian yang termaksud dalam tesis ini diharapkan dapat;

1. Dapat menjadi bahan informasi mengenai kondisi Pendidikan secara umum dan Pendidikan Tinggi secara khusus.

2. Dapat menjadi sumber kajian pustaka yang bersifat ilmiah dalam dunia Pendidikan di Indonesia.

3. Sebagai data evaluasi mengenai keadaan Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan di Indonesia dalam Pendidikan Tinggi.

4. Sebagai bahan petunjuk dan pertimbangan dalam setiap pengambilan kebijakan para Stake Houlder di bidang Pendidikan, terutama bagi Pendidikan Tinggi.

(17)

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Di dalam penulisan judul di atas dapat kita temukan beberapa konsep yakni; Pengembangan Pemahaman, Konsep Negara Hukum, Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dan Perguruan Tinggi, di mana pada di bawah ini akan dikemukakan Definisi akan konsep-konsep tersebut sebagai suatu cara memudahkan komunikasi akademis dalam penyusunan Tesis ini.

1. Pengembangan Pemahaman

(18)

Sasaran Utama dalam Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi itu adalah Mahasiswa, kalau dilihat dari segi umur kelompok mahasiswa itu terdiri atas pemuda pemudi berumur sekitar 18-30 tahun dengan mayoritas kelompok 18 -25 tahun (Riyanto, 2003:29) pada kategori umur inilah mahasiswa yang dimaksud dalam Definisi Penelitian ini.

Sedangkan Mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peserta didik pada Pendidikan Tinggi untuk jenjang Strata 1 (S-1) dan Diploma, dan yang dimaksud Peserta Didik sebagaimana yang dimaksud Pasal 1 huruf d yakni Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dalam hal ini yaitu Pendidikan tinggi. Maka makna pengembangan pemahaman yang dimaksud adalah Suatu cara, perbuatan, proses untuk menambah sempurna pemahaman yang dimiliki Peserta Pendidikan Tinggi untuk jenjang Strata 1 (S-1) dan Diploma yakni; Mahasiswa sebagai mana tersebut di atas.

Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pemahaman yang meliputi: pemahaman peserta didik secara integratif secara kognitif, afektif, dan psikomotorik mengenai suatu konsep.

2. Konsep Negara Hukum

(19)

penafsiran para ahli hukum Tata Negara diantaranya Jimly Asshiddiqie dan Moch Mahfud M.D.

Jimly Asshidiqie (2006:151) menjabarkan ide negara hukum terkait dengan konsep Rechtstaat dan Rule Of Law juga terkait dengan Konsep Nomokrasi yang artinya Nomos berarti Norma, sedangkan Cratos adalah kekuasaan maka yang menjadi faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum.

Selanjutnya Moch Mahfudz M.D. (2007:7-8) menjelaskan Indonesia menganut Negara Hukum Pancasila yang berbeda dari konsep negara hukum Rechtstaat, dan konsep Rule Of Law, akan tetapi konsep negara hukum Indonesia merupakan suatu ikatan prismatik dan integratif, yang menganut prinsip kepastian hukum dan keadilan subtansial artinya konsep negara hukum Indonesia mengambil hal-hal yang terbaik diantara keduanya.

Dengan demikian definisi Pemahaman Konsep Negara Hukum dalam penelitian ini adalah Suatu konsep yang menerangkan bahwa faktor penente kekuasaan negara dan kehidupan bernegara adalah norma atau hukum dalam hal Negara Republik Indonesia yakni norma atau hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

(20)

Program Diploma dan Strata 1 (S1) sebagaimana diwajibkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 37 ayat (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat : a). Pendidikan agama; b) pendidikan kewarganegaraan; dan c) bahasa. Yang secara aplikatif diatur berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan No. 43 Tahun 2006. 4. Perguruan Tinggi Negeri

Perguruan Tinggi Negeri yang dimaksud dalam Tesis ini adalah lembaga atau institusi Pendidikan Tinggi yang pengelolaannya mengatasnamakan Negara. Dalam menyelenggarakan satuan jenjang Pendidikan Tinggi sebagai termaksud Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

(21)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan tesis ini pertama-tama akan dimulai landasan teoritis dengan membahas Konsep Negara sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, oleh karena itu negara harus dapat menciptakan tertib sosial dengan menegakkan hukum dan menciptakan konsep negara hukum sebagai tujuan utamanya.

Hukum dibentuk dari nilai-nilai sosial yang bersumber dari Cita hukum (Recht Idee), dalam hal ini untuk Indonesia adalah Pancasila, maka akan dikemukakan bagaimana teori-teori yang menggambarkan bagaimana hubungan hukum dengan negara, hubungan hukum dengan Recht Idee, dan bagaimana nilai-nilai sosial membentuk hukum.

(22)

Bagan 1.1.

Ruang lingkup Landasan Teoritis

Cita Hukum Recht Idee Nilai – nilai Sosial

Hukum Negara Hukum Rule Of Pendidikan Tinggi Budaya Politik (Civic Culture) Negara Mahasiswa Rechtstaats Kesejahteraan Warga Negara Pendidikan Sebagai Usaha Transformasi Pengetahuan Pendidikan Sebagai Bagian Kebijakan

(23)

H. Paradigma Penelitian.

Adapun yang menjadi alur pemikiran atau Paradigma penelitian ini secara paradigmatik akan dijelaskan melalui alur skema di bawah ini adalah:

PENGEMBANGAN PEMAHAMAN KONSEP NEGARA HUKUM INDONESIA MELALUI MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENELITIAN

PENDEKATAN METODE PENGUMPULAN DATA

TEMUAN PENELITIAN

KESIMPULAN IMPLIKASI

MODEL PENGAJARAN REDUKSI, ANALISIS.

PENYAJIAN DATA

REKOMENDASI Perspektif Pemikiran

Pakar

PEMBELAJARAN MATA KULIAH PKN DI PERGURUAN TINGGI SEBAGAI MKDU/MKP

Manajemen Pendidikan Dosen Materi Gambaran Manajemen Pengelolaan Pengajaran PKn Profil Mata Kuliah PKn

Paradigma Struktur Keilmuan Struktur Taksonomi Strategi Belajar Mengajar PKn Pengelolaan Pengajaran Mahasiswa Aspek Kognitif Aspek Afektif Aspek Psikomotorik Petunjuk Langkah-langkah pengembangan pemahaman konsep Negara Hukum melalui Mata Kuliah PKn di PT

Gambaran dan Analisa Pengajaran Konsep negara hukum Indonesia

kepada mahasiswa dalam perkuliahan Mata

Kuliah PKn di PT Gambaran dan Analisa

kondisi pembelajaran mata kuliah PKn di PT

Indentifikasi Kendala dan Permasalahan

dalam proses pembelajaran konsep

negara hukum pada Mahasiswa melalui mata

(24)

I. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Istilah Penelitian Kualitatif menurut Strauss dan Corbin (2007:4) menunjukkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya, dan Cresswell (1998:15) memberikan definisi;

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The Researches build a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Hal ini didasarkan pada rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui hubungan yang intensif dengan sumber data.

Adapun penentuan subyek penelitian ini dengan maksud memperoleh sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan konteks keilmuan dan subtansi PKn dalam pengembangan pemahaman konsep negara hukum pada diri mahasiswa sebagai seorang warga negara, dengan mencoba mencari sintesa dari berbagai informasi dalam bentuk naskah, dokumen, dan transkrip wawancara yang didapat dari subyek tersebut.

(25)

mengajar di kampus, wawancara di rumah, di kantor, wawancara formal dan informal, berkomunikasi resmi dan tidak resmi.

Sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Sumber bahan data lapangan, meliputi catatan observasi kelas, pembelajaran dan sebagainya; 2) Sumber bahan cetak (kepustakaan) meliputi buku teks, dokumen, makalah, kliping tentang PKn, Kajian ilmiah di Perguruan Tinggi mengenai Pengembangan Pemahaman Konsep Negara Hukum yang diperoleh dari surat kabar, majalah ilmiah, jurnal, situs internet dan lain-lain; dan 3) Sumber Responden (human resources) yang meliputi; Pakar Pendidikan Kewarganegaraan, Pakar Hukum Tata Negara, Pakar Pembelajaran Pendidikan Tinggi, Pejabat Perguruan Tinggi di bidang Kurikulum, Birokrat di bidang Pendidikan Tinggi, Dosen dan Mahasiswa.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik-tehnik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi: Studi Dokumentasi, wawancara, dan observasi.

(26)

kemudian disintesakan, dicari polanya, menentukan mana yang penting, mana yang tidak, dan diputuskan untuk dilaporkan.

(27)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

Bab ini menguraikan bagaimana gambaran metodelogi yang digunakan dalam penelitian sebagai suatu proses penelaahan kajian yang dilakukan secara sistematis dan bertahap guna membangun sebuah kesimpulan. Adapun Bab ini menguraikan hal-hal sebagai berikut: A) Metode Penelitian; B) Penentuan Subyek Penelitian; C) Sumber Data; D) Teknik Pengumpulan Data; E) Analisis Data; dan F) Verifikasi Data. pada bagian akhir akan disajikan bagan proses penelitian. A. Metode Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara mendalam mengenai bagaimana gambaran pengembangan pemahaman konsep Negara Hukum pada Mahasiswa jenjang Sarjana dan Diploma semester satu Tahun ajaran 2007/2008 Melalui Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Kota Bandung.

Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai kondisi kegiatan belajar mengajar dalam Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Dasar Umum atau Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, Konsep Negara Hukum Indonesia dalam Materi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Kelemahan dan kekurangan Pembelajaran Konsep Negara Hukum melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Kendala dan Permasalahan dalam Pembelajaran Konsep Negara Hukum Melalui Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dan Dampak Pengembangan Konsep

(28)

Negara Hukum melalui pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada Mahasiswa.

Setelah diketahui gambaran kondisi riil di lapangan mengenai bagaimana Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Negeri, kemudian dikonfirmasikan kepada para pakar di bidang Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Tinggi untuk dimintai analisa dan pandangannya dari sudut teori keilmuan, hasilnya akan dibuat suatu bentuk rekomendasi dalam pengembangan Pemahaman Konsep Negara Hukum Indonesia di Perguruan Tinggi.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Istilah Penelitian Kualitatif menurut Strauss dan Corbin (2007:4) menunjukkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya, dan Cresswell (1998:15) memberikan definisi;

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The Researches build a complex, holistic picture, analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Kemudian Mc. Millan dan Schumacher (2001:35) mengklasifikasikannya dalam dalam 2 (dua) pendekatan sebagai mana berikut:

(29)

Di atas dijelaskan bahwa Penelitian Kualitatif didekati dalam dua pendekatan yakni; interaktif dan non interaktif. Kemudian dijelaskan oleh Mc. Millan dan Schumacher (2001:35) untuk penelitian kualitatif yang pendekatan secara interaktif ;

Interactive qualitative inquiry is an in-depth study using face-to-face techniques to collect data from people in their natural setting. The researcher interprets phenomena in terms of the meanings people bring to them. Qualitative researchers build a complex, holistic picture with detailed description of informants prespectives. Interactive researchers describe the context of the study, illustrate different perspectives of the phenomena, and contually revise questions from their experience in the field.

Penelitian kualitatif secara interaktif adalah penelitian dengan sangat mendalam menggunakan teknik langsung menggunakan data dari orang secara faktual di lapangan. Periset menginterpretasikan fenomena menggunakan interpretasi hasil data prespektif pendapat orang. Peneliti Kualitatif hendak mengembangkan gambaran secara detail berdasarkan informasi perspektif orang.. Secara intraktif peneliti menggambarkan obyek yang dipelajarinya, mengilustrasikan perbedaan cara pandang dari suatu fenomena dan menjawab semua pertanyaan penelitian berdasarkan apa yang didapat dilapangan Sedangkan non interaktif dijelaskan oleh Mc Millan dan Schumacher (2001:38) sebagai berikut;

(30)

Pendekatan Non interaktif dengan mengunakan suatu analisa dan investigasi terhadap konsep perjalanan sejarah melalui suatu analisis dokumen. Peneliti mengidentifikasi, mempelajari dan mensintesakan berbagai data yang diperoleh dari pengamatan. Mengindentifikasikan seluruh data dokumen otentik. Peneliti menginterpretasikan fakta yang memberikan penjelasan dan klarifikasi mengenai definisi atau peristiwa sebenarnya terjadi dan atau hanya isu saja.

Untuk penelitian kualitatif secara interaktif ini menurut Cresswell (1994:11-12) dalam penelitian ilmu sosial terdapat 4 (empat) tradisi penelitian yakni;

Etnographies, in which the researches studies an intact cultural group in a natural setting during a prolonged period of time by collecting, primally, observational data (Wallen & Fraenkel, 1991). The research process is flexible and typically evolves contextually in response to the lived realities encountered in the field setting (Grant & Fine, 1992, Spradley, 1979). Examples in this book are drawn also from critical etnography, a style of discourse and analysis embedded within conventional ethnography. In this approach the researcher chooses between conceptual alternatives and value-laden judgements to challenge research, policy, and other forms of human activity (Thomas, 1993). Critical Etnographers attempt to aid emancipatory goals, negate, repressive influence, raise consciosness, and invoke a call to action that potentially will lead to social change.

Grounded theory in which the researcher attempts to derive a theory by using multiple stages of data collection and the refinement and interrelationship of categories of information (Strauss & Corbin, 1990). Two Primarry Character of design. Two primary characteristics of this design are the constant comparison of data with emerging categories, and theoretical sampling of different groups to maximize the similarities and the differences of information.

Case studies, in which the researcher explores a single entity or phenomen (“the case”) bounded by time and activity (a program, event, process, institution, or social group) and collects detailed information by using a variety of data collection procedures during a sustained period of time (Merriam, 1988, Yin, 1989).

(31)

(Nieswiadomy, 1993), as uch as it is a method of research. As a method the procedure involves studying a small number of subjects through extensive and prolonged engagement to develop patterns and relationships of meaning (Dukes, 1984, Oiler, 1986). Through this process the researcher “brackets” his or her own experiences in order to understand those of the information (Nieswiadomy, 1993).

Selain dari keempat tradisi penelitian kualitatif yang tersebut di atas kemudian Cresswell (1998:47) ditambahkan juga sebuah pendekatan yang dinamakan A Biography Study yang penjelasannya sebagai berikut:

A biography study is the study of an individual and her or his his experience as told to researcher or found in documents and archival material.

Dari kelima tradisi pendekatan tersebut kemudian mengutip pendapatnya Marshall dan Rossman, Mc Millan dan Schumacher (2001:37) menambahkan Critical Studies (Studi kritis) dalam tradisi pendekatan kualitatif, dengan penjelasan;

Critical studies begin with a commitment to expose social manipulation and oppression and to change oppressive social structures. They often have explicit emancipatory goals either through sustained critique or through direct advocacy and anction taken by researcher or the participants. A researcher may identify his or her gender, race, age, ethnicity, social status, and political positions to inform the reader that interpretations are not value-free (Carspecken, 1996; Rossman & Rallis, 1998).

(32)

politik di mana ini menunjukkan dia tidak bebas nilai atau pada posisinya yang tidak netral.

Dari semua pendekatan tersebut Penelitian ini mengambil pendekatan kualitatif dengan tradisi Studi Kasus (Case Study) dengan maksud hendak memberikan gambaran bagaimana Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Negeri pada suatu tempat di suatu waktu yakni dalam hal ini bertempat di Kota Bandung pada tahun ajaran 2007-2008. Dalam rangka memberikan sekelumit deskripsi mengenai Pembelajaran Konsep Negara Hukum melalui Mata Kuliah PKn di Perguruan Tinggi sebagai bagian pengembangan karakter kewarganegaraan (civics culture) yang smart and good citizenship.

Pendekatan kualitatif dalam kesempatan ini di maksudkan untuk mengungkapkan apa yang terjadi dalam Pengembangan Pemahaman Konsep Negara Hukum pada Mahasiswa di Perguruan Tinggi melalui kegiatan Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau nama Mata Kuliah Lain yang dianggap mewakili Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berkedudukan sebagai Mata kuliah wajib.

(33)

Selain dengan Prespektif emik penelitian menggunakan juga Prespektif etik dengan mengemukakan interpretasi pihak ketiga, dalam hal ini para pakar di bidang Pendidikan Kewarganegaraan, Hukum Tata Negara, Pakar Pembelajaran Pendidikan Tinggi.

B. Penentuan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, Peneliti menetapkan kriteria subjek penelitian sebagai teknik penentuan apa-apa yang dapat dijadikan subyek penelitian ini, dengan maksud agar peneliti dapat sebanyak mungkin mendapatkan informasi dengan segala kompleksitas yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan subyek penelitian, yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process) (Miles dan Huberman, 1984:56, Al-Wasilah, 2003:145-146, Sapriya, 2007:144). Kriteria pertama adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni: di dalam kegiatan belajar dan mengajar di kampus, wawancara di rumah, di kantor, wawancara formal dan informal, berkomunikasi resmi dan tidak resmi.

(34)

Univesitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Institut Teknologi Bandung (ITB), Politeknik Kesehatan Bandung, (Poltekkes Bandung), Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN) Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP Bandung), Sekolah Tinggi Ilmu Seni (STIS) Bandung, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STT Tekstil) Bandung, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial Bandung.

Dengan demikian di Kota Bandung terdapat 12 (dua belas) intitusi Perguruan Tinggi Negeri (PTN), oleh karena itu berdasarkan jumlah tersebut peneliti berpandangan cukup signifikan apabila dijadikan sebagai suatu bentuk penggambaran atau deskripsi mengenai bagaimana pembelajaran PKn di Perguruan Tinggi saat ini.

Kriteria kedua, Pelaku, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri yang berkaitan dengan kebijakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Dosen Mata Kuliah Umum (MKU) Pendidikan Kewarganegaraan, Mahasiswa jenjang Diploma dan Sarjana angkatan 2007/2008 yang sedang mengambil mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, pakar yang berkaitan keilmuan terkait dengan dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, dan kependidikan tinggi.

(35)

Kriteria keempat adalah proses, yang dimaksud observasi dan wawancara antara peneliti dengan subyek penelitian berkenaan dengan situasi, kondisi, pendapat, dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian ini.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Sumber bahan data lapangan, meliputi catatan observasi kelas, pembelajaran

dan sebagainya.

2. Sumber bahan cetak (kepustakaan) meliputi buku teks, dokumen, makalah, kliping tentang Pendidikan Kewarganegaraan, Pembelajaran di Perguruan Tinggi dan Pengembangan Pemahaman Konsep Negara Hukum yang diperoleh dari surat kabar, majalah ilmiah, jurnal, situs internet dan lain-lain. 3. Sumber Responden (human resources)

1). Pakar Pendidikan Kewarganegaraan. 2). Pakar Hukum Tata Negara

3). Pakar Pembelajaran Pendidikan Tinggi

4). Pejabat Perguruan Tinggi di bidang Kurikulum 5). Dosen

6). Mahasiswa

(36)
[image:36.595.108.523.153.624.2]

Tabel 3.1.

Jumlah dan Distribusi Sumber Data

No Sumber Data Jumlah Keterangan

1. Sumber Data Lapangan

(1) Catatan Observasi Kelas (2) Catatan Observasi Harian (3) Transkrip Wawancara (4) Catatan Khusus

5 1 10

1

2. Sumber Data Bahan Cetak

(1) Buku Teks

(2) Dokumen Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan

5 12

3. Sumber Responden

(1) Pakar Pendidikan Kewarganegaraan (2) Pakar Hukum Tata Negara

(3) Pakar Pembelajaran Pendidikan Tinggi (4) Pejabat Perguruan Tinggi di bidang kurikulum (5) Dosen (6) Mahasiswa 1 1 1 2 10 50

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik-tehnik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi: Studi Dokumentasi, wawancara, dan observasi.

1. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah langkah pertama yang dilakukan peneliti dengan memanfaatkan sumber-sumber kepustakaan yang berupa buku teks, makalah jurnal, dokumen kurikulum, hasil penelitian terdahulu, dokumen negara sebagai penunjang dalam melaksanakan analisa.

(37)

bentuk pertanggungjawaban, maka dalam rangka penelitan peneliti mengumpulkan catatan dan dokumen yang dipandang perlu untuk membantu. Dalam Studi Dokumentasi ini peneliti akan menggunakan sumber kepustakaan berupa buku teks, makalah, jurnal, dokumen, kurikulum, hasil penelitian, dokumen negara seperti Keputusan Dirjen Dikti Nomor: 267/Dikti/Kep/2000 tentang Penyempurnaan Kurikulm Inti Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi Di Indonesia, Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi dan Peraturan Menteri Nomor 22/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kajian dokumen difokuskan pada aspek materi atau substansi yang ada kaitannya dengan Pendidikan Kewarganegaraan secara Konseptual dalam rangka mengembangkan pemahaman kepada Mahasiswa sebagai Warga Negara akan Konsep Negara Hukum.

2. Wawancara

(38)

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2003: 180), seperti apa yang dijelaskan Mc. Millan dan Schumacher (2001: 42) sebagai berikut; An in-depth interviews is often characterized as a conversations with a goal.

Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab secara tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh obyek yang diwawancarai (Gulo, 2007:119). Wawancara secara garis besar dibagi dua yakni: wawancara tak struktur dan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (opended interview), wawancara etnografis, sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku (standarized interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan sebelumnya (Mulyana, 2003: 180).

(39)

Mengenai langkah-langkah atau prosedur melakukan wawancara Cresswell (1997:123-125) memberikan petunjuk sebagai berikut;

1) Indentify interviewers based on one of the purposeful sampling procedurs mentioned in preceeding (Miles & Huberman, 1994).

2) Determine what type of interview is pratical and will net the most useful information answer research questions.

3) Whether conducting one-on-one or focus group interviews, I recomended the use of adequate recording procedures, such as a lapel mike for both the interviewer and interviewer or an adequate mike sensitive to the acoustics of the room.

4) Design the interview protocol, a form about four of five pages in length, wtih approximately five open-ended questions and sample space between the question to write responses to the interviewee’s comments.

5) Determine the place for conducting the interview.

6) After arriving at the interview site, obtain consent from the interviewer to participate in the study.

7) During the interview, stick to the questions, complete within the time specified (if possible), be respectful and courteous, and often few questions and advice.

Maka berdasarkan apa yang dikemukakan Cresswell di atas langkah-langkah wawancara dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi responden yang akan diwawancarai sesuai dengan tujuan pengambilan data.

2. Memilah informasi apa yang diperlukan dan yang tidak diperlukan dengan membuat suatu indikator data.

3. Menyiapkan alat media pengambilan data wawancara seperti; Alat perekam, kamera, buku catatan dan sebagainya.

4. Menyusun pedoman wawancara sebagai pedoman praktis dalam melakukan wawancara.

(40)

6. Menyusun hasil wawancara, dan membuat salinan secepatnya setelah mendapat data hasil wancara.

7. Hasil Wawancara yang berbentuk data-data rekaman atau tulisan disusun dalam bentuk transkrip tertulis hasil wawancara .

8. Mengevaluasi dan menganalisa hasil wawancara. 3. Observasi.

Mengutip pendapat Hammersly dan Atkinson (Creswell, 1997:125) yang menjelaskan kegiatan observasi dalam penelitian kualitatif sebagai berikut:

Observing in a setting is a special skill that requires management of issues such as the potential deception of the people being interviewed, impression management, and the potential marginality of the researcher in a strange setting.

Dalam uraian tersebut dikatakan kegiatan observasi adalah sesuatu kemampuan khusus dari peneliti dalam menangkap isu yang dikemukakan oleh responden, seperti pesan dan kesan menipu, dan sesuatu yang terlewatkan peneliti dari lapangan seperti apa yang dikemukan oleh responden.

Hal itu dilakukan dengan melakukan pencatatan informasi yang disaksikan peneliti selama penelitian, Pencatatam terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatata soyektif mungkin.

Mc. Millan dan Schumacer (2001: 41-42) menjelaskan ada 2 (dua) macam bentuk observasi dalam penelitian kualitatif itu yakni;

1) Observasi partisipan/partisipan penuh (Parcipant Observation) adalah

(41)

“partisipasi” dari si peneliti terhadap apa yang terjadi dalam obyek penelitiannya. Jadi dalam hal ini peneliti menyamakan dirinya sebagai orang yang diteliti.

2) Observasi lapangan (Field Observation) adalah suatu teknik observasi yang seringkali dilakukan oleh penelitian kualitatif. Di mana peneliti bertindak sebagai saksi mata dalam mencatat secara detail apa saja yang terjadi dalam obyek pengamatan, di sini ia membatasi diri dalam berpartisipasi hanya sebagai pengamat dan tidak berperan ikut serta sebagai bagian dari obyek penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, tehnik observasi yang digunakan penelitian ini adalah menggunakan tehnik observasi lapangan belaka, di mana peneliti berusaha bertindak sebagai pengamat dalam berbagai kegiatan belajar dan mengajar Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata kuliah umum Perguruan Tinggi Negeri di Kota Bandung.

Mengenai langkah-langkah Observasi, Cresswell (1997:125-126) memberikan petunjuk sebagai berikut:

1) Select a site to be observed.

2) At the site, identify who or what to observe, when, and for how long.

3) Determine, initially, a role as an observer.

4) Design an observational protocol as method for recording notes in the field.

5) Record aspects such as portraits of the informant, the physical setting, particullar events and activities, and your own reactions (Bogdan & Bikken, 1983).

(42)

7) After observing, slowly withdraw from site, thinking the participants and informing them of the use of the data and their acessibility to the study.

Adapun langkah-langkah observasi yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1) Menentukan tempat observasi.

2) Mengidentifikasi apa, siapa, kapan dan berapa lama observasi dilaksanakan.

3) Menentukan indikator-indikator Observasi

4) Membuat dan menyusun pedoman observasi sebagai metode pengambilan data lapangan.

5) Merekam semua data dari berbagai aspek yang diperlukan dalam penelitian.

6) Mengubah semua bentuk data lapangan mulai dari catatan, rekaman audio, rekaman video, dan sebagainya dalam bentuk transkrip tertulis.

7) Menyusun laporan hasil observasi secara tertulis. 8) Mengevaluasi dan menganalisa hasil observasi.

Berkaitan dengan observasi dalam penelitian ini observasi dilakukan pada dua hal yakni; 1) Dalam pembelajaran di kelas; dan 2) kebijakan yang diambil Perguruan Tinggi Negeri yang bersangkutan.

E. Analisis Data.

(43)

bahan-bahan lain yang telah anda himpun untuk menambah pemahaman anda sendiri mengenai bahan-bahan itu semua untuk memungkinkan anda melaporkan apa yang telah anda temukan kepada pihak lain.

Analisa data meliputi kegiatan menyusun data, dengan membagi-baginya menjadi satuan-satuan kecil yang kemudian disintesakan, dicari polanya, menentukan mana yang penting, mana yang tidak, dan diputuskan untuk dilaporkan.

Nasution (2003:126) menjelaskan analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, thema atau kategori. Tanpa kategorisasi atau klasifikasi data akan terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Kebenaran hasil penelitian masih harus dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain.

Analisa data dalam penelitian kualitatif umumnya bersifat induktif, di mana kita berangkat dari kasus-kasus atau data-data yang bersifat khusus untuk kita rumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip, proporsisi, atau definisi yang bersifat umum. Induksi adalah proses dengan mana data dikumpulkan untuk mengembangkan suatu teori (Mulyana, 2003:156).

(44)

Fase 4

Fase 3

Fase 2

Fase 1

Inductive analysis means that categories and pattern emerge from data rather than being imposed on data prior to data collection. Inductive process generate more abstract descriptive synthesis of the data....

Analisis Induktif adalah suatu bentuk pengkategorian dan mempola dari suatu data yang telah dikumpulkan, selain itu proses induktif merupakan suatu proses mensintesa data. Pelaksanaan analisanya terdiri atas fase yang saling berulang. Secara umum proses terdiri dari 4 (empat) fase yang berkesinambungan, di mana apabila kita gambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1.

Skema fase analisis induktif dalam Penelitian Kualitatif

Jujun Suriasumantri (2005:48) menjelaskan Berpikir Induksi atau Induktif merupakan cara berpikir, di mana ditarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas

Hasil Pengamatan Visual (Visual Representation) Struktur Narasi

(Narrative Structure)

Pola Tema /Konsep

Kategori (Emik, dan Etik)

Topik

Data

[image:44.595.117.518.250.620.2]
(45)

dan terbatas menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

Dalam Penelitian ini, analisa data meliputi semua pelaksanaan kegiatan analisis atau analisa yang berkaitan dengan data konseptual dan data lapangan yang berkaitan dengan pengembangan Konsep Negara Hukum pada Mahasiswa melalui pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Seperti apa yang telah diketahui dalam uraian sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan tradisi penelitian kualitatif Ethnography atau Naturalistic, maka analisa yang digunakan adalah prosedur yang digunakan oleh penelitian ini Naturalistic.

Secara bertahap dapat diuraikan mengenai analisis kualitatif dalam penelitian ini :

1. Analisis Data hasil Observasi Lapangan mengenai kegiatan belajar mengajar Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi mengenai: Perspektif Pengajaran, Fasilitas Pengajaran, Manajemen pengelolaan pengajaran, situasi kondisi kegiatan pembelajaran di kelas, dan dampak pengajaran terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotorik Mahasiswa setelah Pengajaran.

(46)

3. Pedoman Wawancara alat ini digunakan untuk mempertegas atau memperjelas serta melengkapi data kualitatif dengan melakukan wawancara kepada Manajemen Pengajaran, Dosen, dan Mahasiswa.

F. Verifikasi Penelitian Kualitatif

Dalam rangka memverifikasi keabsahan hasil dalam penelitian dalam studi ini Penulis melaksanakan proses pengujian kepercayaan validitas penelitian yang ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu; derajat keprcayaan “kredibilitas” (Validitas internal)”, Keteralihan Transferabilitas (validitas eksternal), ketergantungan Depentabiitas (realibilitas) dan kepastian komfirmabilitas (objektivitas) (Nasution 1988: 144-120).

Kredibilitas atau tingkat kepercayaan dipergunakan untuk mengetahui kebenaran hasil penelitian dapat mengungkapkan realitas yang sesungguhnya. Tranferabilitas (transbility) merupakan kriteria keabsahan hasil penelitian yang menjamin bahwa hasil penelitian yang diperoleh dapat diterapkan dalam konteks lain. Realibilitas suatu penelitian adalah tehnik yang dipergunakan berulangkali terhadap obyak yang sama, sehingga menghasilkan data yang sama pula. Sementara itu Konfirmabilitas adalah suatu kriteria yang berkaitan dengan masalah kesepakatan antara obyek yang terkait dalam penelitian.

Menurut Cresswell (1998, 201-203) terdapat delapan prosedur Verifikasi Kualitatif yakni:

(47)

dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Di lapangan si peneliti membuat keputusan-keputusan apa yang penting/menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian dan perhatian untuk difokuskan.

Menurut Fetterman, “kerja dengan orang-orang hari demi hari, untuk waktu yang panjang, memberikan penelitian etnografis validitas dan vitalitasnya. 2. Trianggulasi (triangulation) menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber

yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence).

3. Reviu sejawat (peer review) atau debriefing menyiapkan suatu cek eksternal dari proses penelitian; teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari peneliti.

4. Analisis Kasus negatif (negative case analysis). Si Peneliti memperbaiki lagi hipotesis-hipotesis kerjanya selagi penelitian berlangsung berdasarkan atas bukti/evidensi yang negatif atau tidak pasti (disconfirming evidence).

5. Klarifikasi bias peneliti (clarifying researcher bias) sejak awal dari penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan setiap bias atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dalam klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman sebelumnya, bias-bias, prasangka-prasangka, dan orientasi-orientasi yang mungkin membentuk interpretasi-interpretasi dan pendekatan pada kajian.

(48)

adalah “tehnik yang paling kritis untuk menegakkan kredibilitas. Pendekatan ini sangat umum dalam kajian kualitatif, termasuk pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan yang kembali kepada partisipan sehingga mereka dapat mempertimbangkan akurasi dan kredibilitas dari cerita/ narasi.

7. Deskripsi yang kaya dan tebal (rich, thick description) memungkinkan pembaca membuat keputusan-keputusan mengenai kemampuannya untuk ditransfer (transferability) karena penulis menggambarkan dengan rinci para partisipan atau keadaan/lingkungan (setting) yang sedang dikaji. Dengan deskrispsi yang rinci semacam itu, peneliti membuat mungkin para pembaca mentransfer informasi ke keadaan (setting) yang lain dan menetapkan apakah temuan-temuan itu dapat ditransfer “karena mempunyai karakteristik-karakteristik yang sama”

8. Audit luar (external audits) memperkenankan konsultan luar, auditor, memeriksa proses dan produks hasil dari laporan (account), mengakses akurasinya. Auditor iniaharus tidak mempunyai hubungan dengan kajian. Dalam mengakses, Auditor memeriksa apakah temuan-temuan, interpretasi-interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan didukung oleh data. Lincoln dan Guba membandingkan ini, secara metafora, dengan seorang Audit fiskal dan prosedur ini menyediakan rasa (sense) realiabilitas dari kajian.

(49)

1. Kredibilitas (Credibility)

Untuk menjamin kredibilitas hasil penelitian dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu;

1) Ketekunan Pengamatan.

Melalui pengamatan yang tekun peneliti dapat memusatkan perhatinnya pada masalah utama dan menentukan data yang rinci, selain itu peneliti berusaha melakukan pengamatan secara terus menerus untuk waktu relatif lama, dalam hal ini selama 2 (dua) semester berjalan pada satu tahun ajaran.

2) Triangulasi

Seperti apa yang telah dijelaskan di atas salah satu cara dalam melakukan verifikasi data dalam penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan metode triangulasi yaitu: dengan mempergunakan data pembanding dari dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence).

(50)

Selain itu Peneliti mencoba membandingkan pula apa yang dilihat, dirasa, dan di dengar oleh peneliti selama ini dengan hasil observasi di lapangan atau di kelas dan wawancara kepada Mahasiswa, Dosen dan Manajemen Pendidikan Tinggi dengan hasil wawancara Perspektif Para Pakar Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Tinggi, dan Hukum Tata Negara

3) Pengecekkan anggota (Member check)

Dalam hal ini peneliti meminta pandangan responden tentang hasil penelitian, dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyetujui, menambah, memperkuat, memperbaiki, atau membuat kesimpulan menurut persepsinya sendiri terhadap data yang terkumpul. Selain cara yang dilakukan di atas, dalam hal ini peneliti melakukan pula kegiatan seperti: a. Mengecek kebenaran data dengan membandingkan dengan sumber lain, seperti dosen pembimbing, dosen pengajar yang berkompeten, dan sumber lainnya; b. Membicarakan dengan kolega guna memperoleh penajaman analisis dan penafsiran data; dan c. Menggunakan bahan kepustakaan sebagai informasi untuk memahami konteks pengajaran PKn di Perguruan Tinggi.

2. Tranferabilitas (transferability)

(51)

Validitas data ini menyatakan bahwa generalisasi suatu temuan berlaku pada semua kondisi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh dari sampel yang representatif. Untuk memahami hal tersebut, peneliti mengacu pada pendapat Nasution (1988:119) sebagai berikut:

“Bagi peneliti naturalistik (Kualitatif), transferability bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitia itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri dapat menjamin validitas eksternal ini. Ia hanya melihat transferability sebagai suatu kemungkinan. Ia telah memberikan deskripsi yang terinci penelitian itu dapat diterapkan, diserahkan kepada para pembaca atau pemakai. Bila pemakai melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang dihadapi, maka disitu tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing”

Dari penjelasan di atas fokus utama transferabilitas adalah untuk mengetahui bahwa hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain, dengan cara berupaya mendeskripsikan dengan rinci serta memberikan rekomendasi mengenai kemungkinan penerapan hasil penelitian.

3. Dependabilitas (dependability) dan Konfirmabilitas.

Untuk mengukur dependabilitas penelitian, peneliti melakukan: (1) menentukan langkah-langkah penelitian secara sistematis; (2) melakukan upaya konsistensi instrumen.

Upaya ini dilakukan dengan cara membuat catatan lapangan, hasil observasi, wawancara dan analisa dokumen. Hal ini dilakukan untuk menjaga obyektifitas dokumen. Langkah yang dilakukan peneliti adalah:

(52)

2) Membuat laporan sementara hasil penelitian, disertai dengan interfensi dan analisis secara bertahap sesuai dengan permasalahan untuk merumuskan hasil penelitian.

Dalam upaya memperoleh konfirmabilitas peneliti mengadakan check and recheck yaitu upaya mengontrol, mengevaluasi, dan mengkonfirmasi kepastian hasil penelitian dengan responden maupun dengan subyek terkait. Konfirmabilitas dilakukan denagn cara; (1) mencatat selengkap mungkin hasil wawancara, observasi, maupun studi dokumenter sebagai data mentah untuk kepentingan analisa selanjutnya; (2) menyusun hasil analisa dengan cara menyeleksi data mentah di atas, kemudian dirangkum dan disusun kembali dalam bentuk deskripsi yang sistematis; (3) membuat penafsiran atau kesimpulan sebagai sintesa data; (4) menyusun laporan yang menggambarkan seluruh proses penelitian, sejak pra survey, penyusunan desain penelitian, sampai pengolahan dan penafsiran data.

Akhirnya langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah dengan pengambil langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pra Penelitian b. Perencanaan c. Pengumpulan data

d. Analisis dan Pengolahan data e. Verifikasi Hasil Penelitian f. Penyimpulan dan Rekomendasi

(53)

Bagan 3.1. Langkah Penelitian.

Pra Penelitian 1. melakukan kajian skala kecil

2. menentukan focus penelitian 3. studi yang relevan

Perencanaan 1. Identifikasi aktivitas pembelajaran Pkn di PT

2. Identifikasi Permasalahan

3. Perumusan masalah

4. Penyiapan metode dan instrumen

Pengumpulan Data • Studi dokumen

• Observasi • wawancara

Analisis Data Pengolahan data

I. Mengelola Data (Data Managing)

Mengorganisasikan data kedalam bentuk file atau foder II. Mencandra dan merekam. (reading, memorizing)

Mencandra melalui data tertulis dengan menggunakan catatan berkode.

III. Mengklasifikasi (Classifying) 1) Menyusun kategori Sandi,

2) Melaksanakan pengkodean berbuka (open coding), IV. Meninterpretasikan (interpreting)

1) Melaksanakan Pengkodean selektif (selective

coding) dan mengembangkan narasi.

2) Membuat matriks kondisional.

V. Mempresentasikan dan memvisualisasikan (Representing

and visualizing)

1) Mempresentasikan melalui model visual dan teori. 2) Mempersentasikan dalil atau teori.

Penyimpulan dan Rekomendasi Verifikasi Penelitian

1. Kredibilitas (Credibility) 1) Ketekunan Pengamatan. 2) Triangulasi

3) Member Check

2. Transbilitas (Transbility)

3. Dependendabilitas dan Konfirmabilitas

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menyajikan sejumlah simpulan, implikasi, dan Rekomendasi hasil penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab IV di atas.

A. Kesimpulan

Mendasarkan pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah di uraikan pada Bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran Kondisi Perkuliahan di Perguruan Tinggi Negeri di Kota Bandung dapat kita gambarkan dalam bagaimana perkuliahan PKn ini dijalankan, di mana berikut ini gambarannya;

a. Terdapat penamaan Mata Kuliah PKn yang berbeda-beda tergantung kebijakan Perguruan Tinggi Negeri yang bersangkutan, walaupun secara tegas dalam SK Dikti No. 43 tahun 2006 tidak terdapat penamaan mata kuliah yang berbeda.

b. Terdapat pemberian bobot mata kuliah yang berbeda-beda dan cenderung bobotnya dikurangi dari ketentuan yang ada yakni; SK Dikti No. 43 tahun 2006, dengan sebab tidak terlalu jelas.

c. Adapun mengenai visi dan misi Pendidikan Kewarganegaraan dapat dikatakan bahwa tidak terlepas dari bagaimana isi visi dan misi dari perguruan tinggi negeri yang bersangkutan itu sendiri.

(55)

d. Pengembangan Tujuan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan bergantung kepada orientasi misi keilmuan di tiap Perguruan Tinggi Negeri di Kota Bandung.

e. Mengenai hal-hal yang berkaitan garis kebijakan mengenai pengelolaan PKn pada setiap Perguruan Tinggi Negeri, ditentukan oleh Struktur Organisasi, yang juga berkaitan dengan status badan hukum institusi yang bersangkutan. Oleh karena terdapat perbedaan pengelolaan mata kuliah di setiap Perguruan Tinggi Negeri,

f. Dalam perkembangan sejarah Pendidikan Tinggi di Indonesia Pendidikan Kewarganegaraan berasal dari 2 (dua) jalur catatan sejarah yang berbeda satu sama lain yang kemudian mempengaruhi bahan materi kajian apa yang diajarkan kepada Mahasiswa dalam perkuliahan PKn.

g. Secara umum menurut hasil temuan penulis pengaturan mengenai subtansi materi kajian materi PKn di Perguruan Tinggi seperti apa yang diatur dalam Surat Keputusan No 43 tahun 2006 diimplementasikan dalam berbagai literature dan buku teks yang menjadi acuan pembahasan perkuliahan. namun hal ini masih terbatas pada literature dan buku teks terbitan sebelum 2006

(56)

i. Peneliti menemukan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar para dosen dan staf pengajar PKn cenderung menggunakan prinsip motivasi dan Prinsip apersepsi dalam setiap pengajaran PKn. namun Sering ditemui, beberapa kesukaran yang dialami seorang Dosen untuk memotivasi peserta didiknya dalam Perkuliahan PKn.

j. Sistem atau pendekatan Strategi belajar mengajar yang Sering dipergunakan Dosen dalam Perkuliahan PKn di Perguruan Tinggi Negeri di Kota Bandung adalah: Ekspository Learning, dan Enquiry-Discovery Learning

k. Metode-metode yang sering dipergunakan meliputi: Metode ceramah, Metode diskusi, Metode tanya jawab;

l. Media yang dipergunakan Dosen secara umum hanya media cetakan saja akan tetapi ditemukan pula dosen di beberap perguruan tinggi negeri menggunakan media audio motion visual.

m. Evaluasi Pembelajaran PKn bisa dilakukan dalam dua aspek yang saling terkait, yakni Evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi terhadap hasil belajar.

n. Evaluasi proses pembelajaran, namun secara umum lazimnya hal ini dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Pengelola Perkuliahan PKn dari Institusi Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

(57)

biasan

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah dan Distribusi Sumber Data
Gambar 3.1. Skema fase analisis induktif dalam Penelitian Kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alhamdulillah , segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan taufik dan hidayah-Nya kita masih diberi kekuatan untuk menorehkan amal

[r]

PENERAPAN DIAGRAM VEE DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN METAKOGNISI PADA MATERI SISTEM RESPIRASI.. Universitas Pendidikan

[r]

Yang dimaksud dengan kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan

Keywords: Water hyacinth, Bioethanol, On0site enzyme, Pretreatment, Duration, Magnesium sulfate.. Water hyacinth has long been associated with negative socioeconomic

Segala bentuk berbuatan itu tergantung apa yang dituju, dan segala bentuk perbuatan yang mubah bisa bernilai ibadah bila ada tujuan atau diniati dan dalam batasan sesuatu apa yang