• Tidak ada hasil yang ditemukan

BISNIS SEBAGAI APLIKASI IBADAH MAKALAH E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BISNIS SEBAGAI APLIKASI IBADAH MAKALAH E"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BISNIS SEBAGAI APLIKASI IBADAH MAKALAH

ETIKA BISNIS ISLAM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada saya untuk menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bisnis Sebagai Aplikasi Ibadah” dan sholawat serta salam atas junjungan nabi kita Muhammad SAW yang mana beliau telah menuntun kita kejalan yang benar yakni, agama islam.

Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada selaku Dosen Pembimbing dalam penbuatan tugas makalah ini. Dalam Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar dapat mengetahui serta memahami bisnis merupakan salah satu bentuk ibadah secara lebih mendalam.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Ada satu kesalahan pemahaman yang sering kali dilakukan oleh umat manusia di dunia ini, terkait masalah ibadah. Ketika disinggung soal ibadah, maka yang sering kita pikirkan adalah masalah shalat, puasa, haji dan lain-lain

Padahal makna ibadah bisa lebih luas dari pada itu semua. Ibadah tidak hanya mencakup masalah spiritual saja. Ketika satu perbuatan dilakukan dengan niatan yang baik, dimulai dengan menyebut nama Allah, maka itu sudah masuk dalam ranah ibadah.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Sebagai khalifah dan Hamba

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.1

Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, dan menegakkan keadilan. Seperti firman Allah disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 30.

ةفيلخ ضارل ي لعاج ىنل

“sesunguhnya aku hendak menjadikan seseorang menjadi khalifah”

Ayat di atas secara tegas menjelaskan manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi ini, yaitu sebagai wakil Allah yang berkuasa di bumi berdasarkan ketentuan - ketentuan yang telah ditetapkan oleh allah dengan tugas kemakmuran.

Manusia selain dijadikan menjadi khalifah di muka bumi ini juga bertugas sebagai hamba manusia, seperti dalam firman Allah dalam surat al-Tin ayat 4 2

نودبعيل رل سنللو نجلل تقلخ امو

1 Tim Dosen PAI UIN-Malang, Aktualisasi Pendidikan islam (Surabaya: Hilal PUstaka, 2009), 34

(5)

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”

manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.

B. Bentuk Ibadah

Ibadah merupakan perkara taufiqiyah. Artinya tidak ada sesuatu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan al-qur’an dan as-sunah. Dan segala bentuk ibadah yang tidak disyariatkan merupakan bid’ah.3

Ibadah dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan jasmani, rohani dan harta saja. Di dalam Islam, ada juga ibadah yang ditinjau dari sisi bentuk dan sifatnya. Ibadah jenis ini terbagi kepada lima:4

 Ibadah yang hanya bisa dilakukan dengan lisan. Artinya, bentuk dan sifat ibadahnya

hanya menggunakan lisan atau lidah saja. Ia tak bisa diganti dengan yang lain. Contoh ibadah lisan adalah berzikir, berdoa dan membaca al-Qur’an.

 Ibadah yang hanya dijelaskan bentuknya tapi tidak terikat sifatnya. Artinya, ibadah ditinjau dari sisi bentuknya, sedangkan sifatnya tidak. Contohnya adalah membantu.  Ibadah yang bentuk dan sifatnya telah ditentukan dan tidak bisa dirubah-rubah lagi.

misalnya, shalat fardhu, zakat fitrah, puasa Ramadhan, dan Haji.

 Ibadah yang sifatnya mengharuskan menahan diri. Misalnya puasa dan ihram. Orang yang berpuasa menahan diri dari segala yang membatalkan puasanya seperti makan, minum, sex, dan lain-lain. Demikian halnya dengan orang yang sedang ihram, ia juga tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat membatalkan ihramnya.

 Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang bersalah.

3 A. Kadir, Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2010), 88

4

(6)

Jadi, dapat dipahami bahwa ibadah islam adalah ibadah yang memiliki aturan dari Allah Swt dan juga ibadah yang memiliki hubungan pelaksanaan, sifat dan bentuk. Andai tidak dipenuhi syarat masing-masing ibadah dipastikan ibadah tersebut batal. Dan inilah konsep ibadah Islam.

C. Bisnis Sebagai Ibadah

Setiap perbuatan manusia yang bersifat mubah itu bisa bernilai ibadah, seperti makan, minum, tidur dan segala aktifitas sehari-hari bisa bernilai ibadah tergantung niat yang muncul dalam hati yang mengerjakan. Bisnis yang dilakukan oleh orang islam bisa menjadi ibadah dan mendapatkan pahala di sisi Allah apabila untuk mencari keridhaan dari Allah semata, apalagi dapat diwujudkan dengan amal shaleh, hal ini sesuai dengan kaidah fiqh yang berbunyi; 5

اهدصاقمب اومرل

Artinya: “semua urusan atau perkara itu tergantung kepada tujuannya”

Segala bentuk berbuatan itu tergantung apa yang dituju, untuk mengetahui bentuk dituju sesuai dengan dalam hati, jadi bisa diambil kesimpulan segala sesuatu bernilai syah atau tidaknya, bernilai ibadah atau tidak tergantung apa yang diniatinya. Seperti shalat tanpa adanya niat tidak akan syah shalat tersebut. Dalam batasan sesuatu apa yang telah tertulis dalam syariat islam mengenahi larangan tidak boleh dilarang atau dilangar.

Dan ketika meniatkan setiap pekerjaan sebagai satu bentuk ibadah, terdapat efeknya akan lain sekali dan cenderung positif :

 Akan bekerja lebih baik karena ini adalah ibadah.

 Lebih ikhlas dalam menjalani prosesnya karena ini bagian dari perjalanan ibadah.

 Akan jujur dan amanah karena ingin mendapatkan balasan yang terbaik dari-Nya.

Dalam al-qur’an juga menjelaskan tentang perintah berbisnis, 6

مكنم ضلرت نع ةااجت نوكت نل رل لطابلاب مكنيب مكللومأ لولكأت ر لونمل نيذلل اهيأي

(7)

Artinya;” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS.An-Nisa (4):29)

Dalam As-Sunah jga menjelaskan tentang perintah berbisnis7

ٍاوُرْبَم ٍعْيَب ّلُكَو ِهِدَيِب ِلُجّرلل ُلَمَع َلاَق ُبَيْطَأ ِبْسَكْلل ّيَأ ِا َلوُسَا اَي َليِق َلاَق ٍجيِدَخ ِنْب ِعِيلَا ِهّدَج ْنَع

Rasulullah ditanya: “Usaha apa yang paling baik?” Beliau menjawab: “Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang baik.”

D. Manajemen Bisnis Nabi Muhammad SAW

Sebagai Rasul terakhir Allah SWT, Nabi Muhammad SAW tercatat dalam sejarah adalah pembawa kemaslahatan dan kebaikan yang tiada bandingan untuk seluruh umat manusia. Bagaimana tidak karena Rasulullah SAW telah membuka zaman baru dalam pembangunan peradaban dunia. Beliaulah adalah tokoh yang paling sukses dalam bidang agama (sebagai Rasul) sekaligus dalam bidang duniawi. 8

Kesuksesan Rasulullah SAW itu sudah banyak dibahas dan diulas oleh para ahli sejarah Islam maupun Barat. Namun ada salah satu sisi Muhammad SAW ternyata jarang dibahas dan kurang mendapat perhatian oleh para ahli sejarah maupun agama yaitu sisinya sebagai seorang pebisnis ulung. Padahal manajemen bisnis yang dijalankan Rasulullah SAW hingga kini maupun di masa mendatang akan selalu relevan diterapkan dalam bisnis modern. Setelah kakeknya yang merawat Muhammad SAW sejak bayi wafat, seorang pamannya yang bernama Abu Thalib lalu memeliharanya.

Abu Thalib yang sangat menyayangi Muhammad SAW sebagaimana anaknya sendiri adalah seorang pedagang. Sang paman kemudian mengajari Rasulullah SAW cara-cara berdagang (berbisnis) dan bahkan mengajaknya pergi bersama untuk berdagang meninggalkan negerinya (Makkah) ke negeri Syam (yang kini dikenal sebagai Suriah) pada saat Rasulullah SAW baru berusia 12 tahun. Tidak heran jika beliau telah pandai berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan Rasulullah SAW dalam berbisnis tidak terlepas dari kejujuran yang mendarah daging dalam sosoknya.

7 Ilfi Nur Diana, hadis-hadis Ekonomi, (Malang: UIN-Malang Press. 2008.), 2

8

(8)

Kejujuran itulah telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau digelari Al Shiddiq. Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianati kepercayaan itu. Tidak heran jika beliau juga mendapat julukan al-Amin (terpercaya). Menurut sejarah, telah tercatat bahwa Muhammad SAW melakukan lawatan bisnis ke luar negeri sebanyak 6 kali diantaranya ke Syam (Suriah), Bahrain, Yordania dan Yaman. Dalam semua lawatan bisnis, Muhammad selalu mendapatkan kesuksesan besar dan tidak pernah mendapatkan kerugian.

Lima dari semua lawatan bisnis itu dilakukan oleh beliau atas nama seorang wanita pebisnis terkemuka Makkah yang bernama Khadijah binti Khuwailid. Khadijah yang kelak menjadi istri Muhammad SAW, telah lama mendengar reputasi Muhammad sebagai pebisnis ulung yang jujur dan teguh memegang amanah.

Lantaran itulah, Khadijah lalu merekrut Muhammad sebagai manajer bisnisnya. Kurang lebih selama 20 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, Muhammad mengembangkan bisnis Khadijah sehingga sangat maju pesat. Boleh dikatakan bisnis yang dilakukan Muhammad dan Khadijah (yang menikahinya pada saat beliau berusia 25 tahun) hingga pada saat pengangkatan kenabian Muhammad adalah bisnis konglomerat.

Prof. Aflazul Rahman dalam bukunya “Muhammad: A Trader” mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW adalah pebisnis yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis. Dengan kata lain, beliau melaksanakan prinsip manajemen bisnis modern yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence), kemampuan, efisiensi, transparansi (kejujuran), persaingan yang sehat dan kompetitif.

Dalam menjalankan bisnis, Muhammad SAW selalu melaksanakan prinsip kejujuran (transparasi). Ketika sedang berbisnis, beliau selalu jujur dalam menjelaskan keunggulan dan kelemahan produk yang dijualnya. Ternyata prinsip transparasi beliau itu menjadi pemasaran yang efektif untuk menarik para pelanggan. Beliau juga mencintai para pelanggannya seperti mencintai dirinya sehingga selalu melayani mereka dengan sepenuh hatinya (melakukan

service exellence) dan selalu membuat mereka puas atas layanan beliau (melakukan prinsip

(9)

Dalam melakukan bisnisnya, Muhammad SAW tidak pernah mengambil margin keuntungan sangat tinggi seperti yang biasa dilakukan para pebisnis lainnya pada masanya. Beliau hanya mengambil margin keuntungan secukupnya saja dalam menjual produknya.Ternyata kiat mengambil margin keuntungan yang dilakukan beliau sangat efektif, semua barang yang dijualnya selalu laku dibeli Orang-orang lebih suka membeli barang-barang jualan Muhammad daripada pedagang lain karena bisa mendapatkan harga lebih murah dan berkualitas. Dalam hal ini, beliau melakukan prinsip persaingan sehat dan kompetitif yang mendorong bisnis semakin efisien dan efektif.

BAB III

(10)

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi, dengan bertujuan manusia supaya hidup dengan baik berhubungan dengan umat manusia dan berhubungan dengan Allah. Ibadah merupakan perkara taufiqiyah. Artinya tidak ada sesuatu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunah.

Segala bentuk berbuatan itu tergantung apa yang dituju, dan segala bentuk perbuatan yang mubah bisa bernilai ibadah bila ada tujuan atau diniati dan dalam batasan sesuatu apa yang telah tertulis dalam syariat islam mengenahi larangan tidak boleh dilarang atau di langar. Dan berbisnis merupakan ibadah.

Nabi Muhammad SAW tercatat dalam sejarah adalah sebagai pembisnis yang handal dan sukses sehinga mendapatkan al-Amin.

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Diana, Ilfi Nur, hadis-hadis Ekonomi. Malang: UIN-Malang Press. 2008.

Referensi

Dokumen terkait

”Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada

1) Lingkungan Bisnis Adalah faktor-faktor yang berada diluar jangkauan perusahaan yang dapat menimbulkan suatu peluang atau ancaman. Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang

1. Kata “Apa” → menanyakan benda atau sesuatu, keadaan atau perbuatan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan isi atau pokok bahasan. - Jawaban dari pertanyaan yang

Dari batasan yang telah disampaikan oleh para ahli, pengertian media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan

Ibadah itu mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia, baik berupa amal perbuatan, pemikiran ataupun perasaan, yang senantiasa diniatkan semata-mata untuk

Dari hasil pembahasan, maka pada bagian akhir diusulkan supaya dapat dibuat liturgy (Tata Ibadah) yang bersifat kontekstual, yakni dalam bentuk: Liturgi yang bersifat

Zakat merupakan satu bentuk ibadah yaitu bentuk peribadatan yang melibatkan harta benda (maliyah) didalamnya sedangakan pajak adalah murni bernilai ekonomis. Perbedaan yang

Segala sesuatu yang baru akan dijalankan pasti mempunyai suatu hambatan ataupun kendala demikian juga perusahaan yang melakukan penerapan e-commerce mempunyai beberapa