Anisa Dara Oktaviani, 2013
ANALISIS KONTRASTIF IDIOM BAHASA JERMAN DAN
BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN
KATA INDERA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman
Disusun oleh:
Anisa Dara Oktaviani 0900682
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Anisa Dara Oktaviani, 2013
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS KONTRASTIF
IDIOM BAHASA JERMAN DAN BAHASA INDONESIA YANG
MENGGUNAKAN KATA INDERA sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada
bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Oktober 2013
Yang membuat pernyataan ini
Anisa Dara Oktaviani, 2013
ANALISIS KONTRASTIF IDIOM BAHASA JERMAN DAN
BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA
INDERA
Oleh:
Anisa Dara Oktaviani 0900682
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I,
Dra. Lersianna H. Saragih, M.Pd NIP. 195212091982032001
PEMBIMBING II
Dr. Lucky Herliawan Y. A., M.Pd NIP. 196401041989031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI
Drs. Amir, M.Pd
i
Anisa Dara Oktaviani, 2013
Analisis Kontrastif Idiom Bahasa Jerman Dan Bahsa Indonesia Yang Menggunakan Kata Indera Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Oktaviani, Anisa Dara. Analisis Kontrastif Idiom Bahasa Jerman dan Bahasa Indonesia yang Menggunakan Kata Indera. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Pendidikan Bahasa Indonesia. 2013.
Bahasa berkaitan erat dengan kehidupan sosial budaya suatu bangsa. Pengetahuan idiom tidak kalah penting dengan pelajaran suatu bahasa. Hal ini dikarenakan mempelajari bahasa asing (dalam hal ini bahasa Jerman) bukan sekedar dapat menyimak, berbicara, membaca dan menulis tetapi juga mampu memahami budaya kebahasaan yang diwakili oleh ungkapan-ungkapan khas (idiomatis) yang berlaku dalam bahasa tersebut. Ungkapan idiomatik merupakan salah satu keunikan suatu bahasa yang terkadang menjadi kendala bagi pembelajar bahasa Jerman, karena tidak semua idiom bahasa Jerman memiliki makna yang sama dengan idiom bahasa Indonesia. Idiom bahasa Jerman tidak bisa diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia, melainkan harus dicari padanannya terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mencari padanan idiom dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia; 2) mencari idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan tetapi mempunyai makna semantik yang sama dengan idiom bahasa Indonesia; 3) mencari idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia; 4) mencari idiom bahasa Jerman yang mirip dan mempunyai kesamaan makna semantik dengan idiom bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tertium
Comparationis, yakni suatu metode untuk mencari padanan kemiripan konsep
semantik. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh empat kategori idiom. Kategori pertama adalah idiom bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dengan idiom bahasa Indonesia, kategori kedua adalah idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia, kategori ketiga adalah idiom bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan semantik dengan bahasa Indonesia dan kategori keempat adalah idiom yang memiliki kemiripan dan kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia.
ii
Anisa Dara Oktaviani, 2013
Analisis Kontrastif Idiom Bahasa Jerman Dan Bahsa Indonesia Yang Menggunakan Kata Indera Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAKT
Oktaviani, Anisa Dara. Kontrastive Analyse der deutschen und indonesischen Idiome mit dem Wort Sinnen. Eine Abschlussarbeit an der Deutschabteilung der Fakultät für Sprachen und Kunst. Universitas Pendidikan Indonesia. 2013.
Die Sprache steht mit dem sozialen- und kulturellen Gesellschaftsleben eines Landes im Zusammenhang. Das Wissen über idiomatische Redewendung ist wichtig sowie das Fremdsprachenlernen selbst (hier wird Deutsch gemeint). Beim Fremdsprachenlernen ist nicht nur Hör-, Sprech-, Lese- und Schreibfertigkeit zu beherrschen, sondern auch die sprachliche Kultur, die von idiomatischer Redewendung der Sprache repräsentiert wird, zu verstehen. Idiomatische Redewendung ist eine Einzigartigkeit einer Sprache, die manchmal für die Deutschlernenden schwierig ist, weil nicht alle deutsche Idiome die gleiche Bedeutung mit den indonesischen Idiomen haben. Deutsche Idiome kann man nicht direkt ins Indonesische übersetzen, sondern man muss die passende Bedeutung herausfinden. Die Ziele dieser Untersuchung sind: 1) die entsprechenden Idiome im Deutschen und Indonesischen, zu suchen; 2) die deutschen Idiome, die kein entsprechendes Idiom im Indonesischen haben, zu beschreiben; 3) die deutschen Idiome, die kein entsprechendes Idiom und kein gleiches Semantikkonzept haben, darzustellen; 4) die deutschen Idiome, die Ähnlichkeit und gleiches Semantikkonzept haben, zu schildern. Die verwendete Methode in dieser Untersuchung ist Tertium Comparationis, eine Methode um ähnliches entsprechendes Semantikkonzept herauszufinden. Diese Untersuchung ergab vier Kategorien. Die erste Kategorie ist das deutsche Idiom, das ein entsprechendes Idiom im Indonesischen hat. Die zweite Kategorie ist das deutsche Idiom, das kein entsprechendes indonesisches Idiom aber gleiche Semantikbedeutung hat. Die dritte Kategorie ist das deutsche Idiom, das kein entsprechendes Idiom und keine gleiche Semantikbedeutung im Indonesischen hat. Die letzte Kategorie ist das Idiom, das ähnliche und gleiche Semantikbedeutung im Indonesischen hat.
vii
Anisa Dara Oktaviani, 2013
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak ... i
Abstrakt ... ii
Kata Pengantar ... iii
Ucapan Terimakasih... iv
Daftar Isi... vii
Daftar Lampiran ... viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C.Pembatasan Masalah ... 4
D.Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Idiom ... 8
1. Pengertian Idiom ... 8
2. Jenis-jenis Idiom ... 10
B. Analisis Kontrastif ... 14
viii
Anisa Dara Oktaviani, 2013
2. Tujuan Analisis Kontrastif ... 16
3. Contoh Tabel Analisis Kontrastif ... 17
C.Semantik ... 19
1. Pengertian Semantik ... 19
2. Implikasi Semantik ... 20
3. Manfaat Semantik ... 22
4. Jenis-jenis Semantik ... 24
D.Prosedur Penelitian ... 30
E. Kerangka Berpikir ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 33
B. Langkah-langkah Penelitian ... 34
C.Objek Penelitian... 35
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A.Pengolahan Data ... 36
B. Analisis Data ... 37
1. Analisis idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer, suβ, bitter, groβ dan klein) dalam bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dalam bahasa Indonesia ……... 37
ix
Anisa Dara Oktaviani, 2013
2. Analisis idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer,
suβ, bitter, groβ dan klein) dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki
padanan langsung tetapi memiliki kesamaan makna semantik dengan
bahasa Indonesia ... 40
3. Analisis idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer, suβ, bitter, groβ dan klein) dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan tidak memiliki kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia ... 42
4. Analisis idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer, suβ, bitter, groβ dan klein) dalam bahasa Jerman yang memiliki kemiripan dan kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia……….. 45
C.Analisis Idiom Secara Umum ... 46
D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 57
x
Anisa Dara Oktaviani, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
- Idiom bahasa Jerman yang Menggunakan Kata Indera (heiβ, kalt, warm, sauer,
süβ, bitter, groβ, klein)……… 55
- Idiom bahasa Jerman yang Menggunakan Kata Indera (panas, dingin, hangat,
asam, manis, pahit, besar, kecil) ………. 63
- Tabel 1
Idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer, suβ, bitter, groβ
dan klein) dalam bahasa Jerman yang memiliki padanan langsung dalam bahasa
Indonesia ………. 67
- Tabel 2
Idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer, suβ, bitter, groβ
dan klein) dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung tetapi
memiliki kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia ………. 67
- Tabel 3
Idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer, suβ, bitter, groβ
dan klein) dalam bahasa Jerman yang tidak memiliki padanan langsung dan
tidak memiliki kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia
………. 68
- Tabel 4
Idiom yang menggunakan kata indera (kalt, heiβ, warm, sauer, suβ, bitter, groβ
xi
Anisa Dara Oktaviani, 2013
tidak memiliki kesamaan makna semantik dengan bahasa Indonesia
1
Anisa Dara Oktaviani, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh bahasa tidak akan lepas dalam kegiatan manusia setiap harinya.
Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa adanya bahasa. Salah
satu kegunaan bahasa adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
masyarakat yang terdiri dariberbagai kelompok. Bahasa telah memudahkan
manusia dalam berbagai kegiatan, seperti pendidikan, keagamaan, politik,
perdagangan dan lain sebagainya. Peranan bahasa dalam kehidupan manusia
begitu besar karena bahasa mampu menyampaikan keinginan, gagasan, kehendak
serta emosi seseorang.
Dalam kegiatan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, setiap ungkapan
bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang muncul sejalan dengan ide atau
maksud yang akan disampaikan. Yang terpenting dari rangkaian tersebut adalah
maksud yang tersirat dibalik kata tersebut. Makna ujaran yang disampaikan oleh
komunikan merupakan aspek yang penting dalam berkomunikasi agar terjadi
komunikasi dua arah yang baik. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi harus berusaha supaya orang lain dapat memahaminya dan ia
pun dapat memahami apa yang dikatakan orang lain.
Namun sebagai alat komunikasi, penyampai ide, konsep serta gagasan,
bahasa masih mempunyai persoalan dan hambatan. Salah satunya adalah
2
Anisa Dara Oktaviani, 2013
karena tidak semua masyarakat menggunakan bahasa yang sama. Penggunaan
bahasa yang digunakan masyarakat tergantung pada faktor geografis (dialek) atau
faktor sosial (sosialek). Merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dapat
disimpulkan bahwa penyebab adanya hambatan tersebut antara lain adalah
perbedaan bahasa dan budaya. Bahasa sangat berhubungan erat dengan budaya
karena bahasa merupakan produk sekaligus wadah penyampai kebudayaan
masyarakat.
Bahasa Jerman dan bahasa Indonesia bukan bahasa yang serumpun karena
keduanya memiliki aturan-aturan tersendiri. Meskipun demikian tidak tertutup
kemungkinan terdapat kemiripan dan kesamaan dalam kedua bahasa yang berbeda
tersebut.
Sehubungan dengan pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa
Jerman, mahasiswa tidak hanya dituntut menguasai empat kemampuan berbahasa,
yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis tetapi juga mampu memahami
budaya kebahasaan yang diwakili oleh ungkapan-ungkapan khas (idiomatis) yang
berlaku dalam bahasa tersebut.
Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai macam idiom yang salah satu
unsur pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh panca indera.
Contohnya: “dia memanaskan hati saya karena terlambat hampir dua jam“
Ungkapan idiomatik ‚memanaskan hati„ memiliki makna ‚membangkitkan
amarah„. Ungkapan tersebut memiliki kesamaan dengan idiom dalam bahasa
Jerman, yaitu „jemandem die Hölle heiβ machen‟ yang memiliki makna wüttend
3
Anisa Dara Oktaviani, 2013
Seseorang dapat mengungkapkan perihal atau keadaan dengan idiom
dalam bahasa ibunya dengan baik, tetapi tidak begitu dengan bahasa asing.
Seseorang tidak dapat menerjemahkannya secara langsung ke dalam bahasa
ibunya karena ungkapan dalam bahasa asing dapat berbeda makna sehingga
menimbulkan salah pengertian.
Contohnya dapat dilihat dalam kalimat berikut:
Orang yang dingin hati akan dapat mengerjakan sesuatu dengan baik.
Ungkapan dingin hati di atas memiliki makna berpikiran tenang, tetapi
ungkapan dingin hati tersebut tidak dapat diterjemahkan secara langsung ke
dalam bahasa Jerman menjadi kaltes Herz karena kata tersebut tidak terdapat
dalam idiom bahasa Jerman.
Adapun idiom bahasa Indonesia yang memiliki padanan langsung dengan
idiom bahasa Jerman, salah satu contohnya yaitu:
Nina adalah salah satu bunga desa di kampungnya karena memiliki wajah
yang sangat manis.
Ungkapan berwajah manis di atas memiliki makna sangat cantik. Dalam
bahasa Jerman juga terdapat idiom süβes Gesicht yang jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia memiliki makna harfiah wajah manis serta makna
idiomnya pun sama.
Salah satu cara untuk menghindari kesulitan itu adalah dengan cara
melakukan analisis perbandingan. Permasalahan mengenai idiom yang salah satu
unsur pembentuknya menggunakan kata indera seperti di atas adalah
4
Anisa Dara Oktaviani, 2013
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS
KONTRASTIF IDIOM BAHASA JERMAN DAN BAHASA INDONESIA
YANG MENGGUNAKAN KATA INDERA”.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk idiom bahasa Jerman dan bahasa Indonesia
yang unsur pembentuknya menggunakan kata indera?
2. Bagaimanakah pengklasifikasian idiom-idiom bahasa Jerman dan bahasa
Indonesia yang unsur pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan
oleh panca indera?
3. Idiom-idiom bahasa Jerman yang unsur pembentuknya menggunakan
kata-kata yang dirasakan oleh panca indera yang manakah yang memiliki padanan
langsung dalam bahasa Indonesia?
4. Idiom-idiom bahasa Jerman yang unsur pembentuknya menggunakan
kata-kata yang dirasakan oleh panca indera yang manakah yang tidak memiliki
padanan langsung dalam bahasa Indonesia?
5. Padanan manakah yang cocok bagi idiom bahasa Jerman yang unsur
pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh panca inderayang
memiliki kemiripan konsep semantik dalam bahasa Indonesia?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas pembahasannya, serta
5
Anisa Dara Oktaviani, 2013
difokuskan pada idiom bahasa Jerman yang unsur pembentuknya menggunakan
kata-kata yang dirasakan oleh panca indera, yaitu:
1. Kulit : kalt (dingin), heiβ (panas), warm (hangat)
2. Lidah : sauer (asam), süβ(manis), bitter (pahit)
3. Mata : groβ (besar), klein (kecil)
Alasan penulis membatasi penelitian dengan hanya tiga panca indera
karena idiom yang menggunakan kata indera yang dirasakan oleh panca indera
lain, seperti hidung dan telinga hanya ada sedikit, baik idiom dalam bahasa
Jerman maupun bahasa Indonesia. Selain itu, agar bimbingan lebih terarah,
penulis hanya memfokuskan pada tiga kata indera, yaitu kulit, lidah dan mata.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk idiom bahasa Jerman dan bahasa Indonesia
Indonesia yang unsur pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan
oleh kulit, lidah dan mata?
2. Apakah terdapat persamaan dari segi semantik antara idiom bahasa Jerman
dan bahasa Indonesia yang unsur pembentuknya menggunakan kata-kata yang
dirasakan oleh kulit, lidah dan mata?
3. Apakah terdapat perbedaan dari segi semantik antara idiom bahasa Jerman dan
bahasa Indonesia yang unsur pembentuknya menggunakan kata-kata yang
6
Anisa Dara Oktaviani, 2013
4. Padanan manakah yang cocok untuk idiom bahasa Jerman yang unsur
pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh panca indera yang
memiliki kemiripan konsep dalam bahasa Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk idiom bahasa Jerman dan bahasa Indonesia
Indonesia yang unsur pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan
oleh kulit, lidah dan mata.
2. Memberikan gambaran mengenai persamaan dari konsep semantik idiom
bahasa Jerman dan bahasa Indonesia Indonesia yang unsur pembentuknya
menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh kulit, lidah dan mata.
3. Memberikan gambaran mengenai perbedaan dari konsep semantik idiom
bahasa Jerman dan bahasa Indonesia Indonesia yang unsur pembentuknya
menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh kulit, lidah dan mata.
4. Mengetahui padanan yang cocok bagi idiom bahasa Jerman dan bahasa
Indonesia yang unsur pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan
oleh kulit, lidah dan matayang memiliki kemiripan konsep dalam bahasa
Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
7
Anisa Dara Oktaviani, 2013
1. Memberikan pengetahuan bagi pembelajar bahasa Jerman tentang ungkapan
idiomatis dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia serta persamaan dan
perbedaan idiom dalam kedua bahasa tersebut, khususnya idiom yang unsur
pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh kulit, lidah dan
mata.
2. Menjadi masukan untuk pengajar bahasa asing, khususnya bahasa Jerman
supaya lebih mengenalkan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jerman.
3. Membantu pembelajar bahasa Jerman dalam memahami sebuah teks, novel,
roman atau cerita pendek yang didalamnya sering terdapat
33
Anisa Dara Oktaviani, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sebagian besar prosedur penelitian mengenai perbandingan antara dua
bahasa yang berbeda menggunakan metode analisis kontrastif. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan prosedur Tertium Comparationis karena Tertium
Comparationis merupakan prosedur untuk membandingkan dua bahasa atau lebih
dengan cara mengetahui gambaran dari bahasa yang dibandingkan secara detail,
dengan merujuk pada makna semantik.
Kedua prosedur ini bisa dikatakan memiliki kesamaan, yaitu dari segi
membandingkan. Selain itu keduanya bukan termasuk penelitian kuantitatif
karena tidak menggunakan rumus atau statistik dan hasilnya tidak berupa angka
atau hitungan. Perbedaannya, Tertium Comparationis adalah prosedur khusus
untuk membandingkan ungkapan antara dua bahasa yang berbeda karena ada
aspek yang dititikberatkan, yakni konsep semantik. Sedangkan Analisis Kontrastif
mencakup wilayah perbandingan yang lebih luas lagi karena dapat digunakan
untuk membandingkan tata bahasa, struktur bahasa atau kebudayaan yang berbeda
dan tidak dikhususkan hanya untuk membandingkan istilah atau ungkapan saja.
Dengan metode Tertium Comparationis dapat dicari padanan idiom bahasa
Jerman yang sesuai dengan idiom bahasa Indonesia, dilihat dari makna atau
34
Anisa Dara Oktaviani, 2013
B. Langkah-langkah Penelitian
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan idiom yang unsur
pembentuknya menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh kulit, lidah dan mata
dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.
Tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya:
1. Pengumpulan Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah idiom-idiom dalam bahasa Jerman dan
bahasa Indonesia, serta teori-teori pendukung mengenai perbandingan idiom dan
prosedur perbandingannya. Data diperoleh dari kamus-kamus idiomatik, internet
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sedangkan data mengenai teori idiom,
analisis kontrastif dan semantik diperoleh dari buku-buku tentang bahasa.
Data-data idiom dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia kemudian
diklasifikasikan lagi menjadi idiom yang dirasakan oleh lidah, kulit dan mata,
yakni dingin, panas, hangat, asam, manis, pahit, besar dan kecil sebagai tema
dalam penelitian ini.
2. Teknik Pengolahan Data
Idiom-idiom bahasa Jerman yang sudah dikumpulkan dan diklasifikasikan
kemudian dianalisis dan dikelompokkan secara umum menurut kriteria tertentu,
yaitu yang dapat diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia (memiliki
analogi) dan yang tidak. Idiom bahasa Jerman yang tidak dapat diterjemahkan
langsung, dibagi lagi menjadi dua kelompok, yakni yang mempunyai kesamaan
35
Anisa Dara Oktaviani, 2013
Setelah dianalisis dan dikelompokan, kemudian idiom-idiom tersebut
dicari pembandingnya dalam bahasa Indonesia.
3. Kesimpulan
Hasil dari pengolahan data disimpulkan.
C. Objek Penelitian
Idiom bahasa Jerman dan bahasa Indonesia yang unsur pembentuknya
menggunakan kata-kata yang dirasakan oleh lidah, kulit dan mata, yakni dingin,
panas, hangat, asam, manis, pahit, besar dan kecil merupakan objek dalam
penelitian ini. Sumber data idiom-idiom bahasa Jerman diambil dari buku
Redewendungen, Wörterbuchder deutschen Idiomatik Duden (2008)dan Der
groβe Duden Stilwörterbuch (1971) karya Drosdowski yang diterbitkan oleh
Bibiliograpische Institut AG Manheim, serta PONS, Wörterbücher der deutschen
Umgangssprache karya Küpper (1987). Selain dari buku, data idiom bahasa
Jerman juga diambil dari internet.
Selain itu, idiom dalam bahasa Indonesia diperoleh dari “Kamus
Ungkapan Bahasa Indonesia” karya Badudu (2008), “Kamus Ungkapan Bahasa
51
Anisa Dara Oktaviani, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian mengenai perbandingan idiom
bahasa Jerman dan bahasa Indonesia yang menggunakan kata indera (dingin,
panas, hangat, asam, manis, pahit, besar dan kecil) dapat disimpulkan bahwa
terdapat persamaan dan perbedaan antara idiom bahasa Jerman dan bahasa
Indonesia.
1. Persamaan: terdapat beberapa idiom bahasa Jerman yang menggunakan kata
indera (kalt, heiβ, warm, sauer, süβ, bitter, groβ dan klein) yang sama dengan
idiom bahasa Indonesia (dingin, panas, hangat, asam, manis, pahit, besar dan
kecil).
2. Perbedaan: perbedaan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah terdapat
beberapa idiom yang tidak sepadan namun memiliki makna semantik yang
sama. Kata indera yang digunakan berbeda tetapi memiliki makna semantik
yang sama.
3. Setelah diteliti lebih jauh, ditemukan beberapa keunikan dalam
menerjemahkan dan mencari padanan dalam idiom itu sendiri. Terdapat
beberapa idiom bahasa Jerman dan idiom bahasa Indonesia yang
ungkapannya berbeda tetapi memiliki makna semantik yang sama.
4. Selain terdapat kesamaan antara idiom bahasa Jerman dengan idiom bahasa
52
Anisa Dara Oktaviani, 2013
Indonesia, bahkan idiom bahasa Jerman tersebut tidak memiliki padanan
idiom dalam bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setiap bangsa
memiliki ciri khas masing-masing yang direpresentasikan oleh bahasa yang
dimiliki oleh bangsa tersebut.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, berikut ini penulis
mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut:
1) Pembelajar disarankan membaca buku-buku ungkapan bahasa Jerman dan
bahasa Indonesia serta lebih memupuk rasa ingin tahu sehingga akan lebih
termotivasi dalam belajar mengenai idiom dan memudahkan pembelajar
dalam memahami teks-teks bahasa Jerman.
2) Pembelajar disarankan pula untuk lebih sering menggunakan ungkapan
bahasa Jerman dan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari supaya
idiom tersebut tidak lagi menjadi hal yang asing bagi mereka.
3) Untuk memudahkan pembelajar dan pengajar dalam mempelajari
ungkapan-ungkapan idiomatis, diharapkan pihak pengelola perpustakaan, khususnya
Jurusan PendidikanBahasa Jerman UPI Bandung menambah koleksi buku
yang berhubungan dengan idiom bahasa Jerman maupun bahasa Indonesia.
4) Bagi pembelajar bahasa yang ingin mendalami idiom, disarankan untuk
mencari sumber yang lebih luas lagi, tidak hanya dari buku dan kamus
ungkapan saja tetapi juga dari media tulis seperti majalah, korandan media
53
53
Anisa Dara Oktaviani, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. (2008). Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas.
Brandt, Patrick., Dietrich, R.A., Schön,Georg. (2006). Sprachwissenschaft. Köln. Böhlau Verlag GmbH & Cie.
Chaer, A. (2002). Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, A. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Drosdowski, Günther. (1971). Der Grosse Duden Stilwörterbuch. Mannheim: Bibliographische Institut AG.
Drosdowski, Günther. (2008). Redewendungen, Wörterbuch der Deutschen
Idiomatik (Band 11). Mannheim: Bibliographische Institut AG.
Erzse, Kinga D. (2012) “Hand und Fuβ im interkulturellen Vergleich” dalam Einekontrastive Untersuchung von Redewendungen im Deutschen undRumänischen. 179-248.
Friedrich, Wolf. (1966). Moderne Deutsche Idiomatik. München: Hueber Verlag.
Harden, Theo.(2006). Angewandte Linguistik und Fremdsprachendidaktik. Tübingen: Narr Francke Attempo Verlag GmbH + Co. KG.
Hufesein, Britta dan Neuner, Gerhard. (2007). Angewandte Linguistik für
denfremdsprachlichen Deutschunterricht Bd. 16 – Fernstudienangebot: Germanistik – Deutsch als Fremdsprache. München: Langenscheidt.
Küpper, Heinz. (1987). PONS: Wörterbuch der deutschen Umgangssprache. Stuttgart: Emst Klett Verlage GmbH u. Co. KG.
Meibauer, Jörg.et al.(2007). Einführung in die germanistische Linguistik.Stuttgart:
J. B. Metzler’sche Verlagsbuchhandlung und Carl Ernst Poeschel Verlag
54
Anisa Dara Oktaviani, 2013
Moritz, Olaf. (2009). Ðie Kontrastive Analyse: Zusammenfassung grundlegen der
Ideen und historischer Bedeutung”. Makalah pada Seminar: Sprachler- und
Lernforschung, Kairo.
Muhammad. (2011). Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sudaryat, Yayat. (2009). Makna dalam Wacana. Bandung: CV. Yrama Widya.
Sugono, Dendy. et al. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Trifani. (2011). Analisis Kontratsif Idiom yang Menggunakan Bagian
Tumbuh-tumbuhan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jerman. Skripsi. FPBS
UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Ulrich, Winfried. (2002). Wörterbuch: Linguistiche Grundbegriffe. Stuttgart: Gebrüder Borntraeger Verlag.
http://www.bimbie.com/ambiguitas-makna.htm [20 Agustus 2013]