• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA MATERI KERAGAMAN BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA MATERI KERAGAMAN BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

FENI NOVILIYANI 0903233

PROGRAM SI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. H. Ali Sudin, M.Pd

NIP. 195703021980031006

Pembimbing II

Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd

NIP. 195606021981111001

Mengetahui

Ketua Program Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas UPI KampusSumedang

Riana Irawati, M.Si

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Materi Keragaman Budaya di

Provinsi Jawa Barat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten

Cirebon)” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, Juni 2013 Yang Membuat Pernyataan

(4)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 8

1. Rumusan Masalah ... 8

2. Pemecahan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Batasan Istilah ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Hakikat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 14

1. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 14

2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 15

3. Ruang Lingkup Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 17

B. Teori Belajar ... 17

1. Teori Belajar Jean Piaget ... 17

2. Teori Belajar Bruner ... 19

3. Teori Belajar Vygotsky ... 20

C. Hasil Belajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21

D. Model Cooperative Learning ... 22

1. Pengertian Cooperative Learning ... 22

2. Macam-macam Model Cooperative Learning ... 25

3. Model Cooperative Learning Tipe Make A Match ... 26

E. Keragaman Budaya ... 27

1. Pengertian Kebudayaan ... 27

2. Pengertian Keragaman Budaya ... 29

3. Kurikulum yang Terdapat pada Materi Keragaman Budaya ... 30

F. Temuan yang Relevan ... 31

(5)

2. Waktu Penelitian ... 34

B. Subjek Penelitian ... 35

C. Metode dan Desain Penelitian ... 35

1. Metode Penelitian ... 35

2. Desain Penelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 40

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 40

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 40

3. Tahap Observasi ... 41

4. Tahap Refleksi ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

1. Lembar Observasi ... 43

2. Pedoman Wawancara ... 43

3. Tes Hasil Belajar ... 44

4. Catatan Lapangan ... 44

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44

1. Teknik Pengolahan Data ... 44

2. Analisis Data ... 47

G. Validasi Data ... 49

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Paparan Data Awal ... 51

B. Paparan Data Tindakan ... 54

1. Paparan Data Siklus I ... 54

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 55

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ... 56

c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I ... 64

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 68

2. Paparan Data Siklus II ... 73

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 74

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II ... 75

c. Paparan Data Hasil Siklus II ... 83

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 87

3. Paparan Data Siklus III ... 91

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ... 91

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus III ... 92

c. Paparan Data Hasil Siklus III ... 101

d. Analisis dan Refleksi Siklus III ... 103

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 106

1. Paparan Pendapat Siswa ... 107

2. Paparan Pendapat Guru ... 107

(6)
(7)

1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa ... 6

2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Semester 1 ... 31

3.1 Daftar Tenaga Kerja SDN 2 Pamengkang ... 34

3.2 Jumlah Siswa SDN 2 Pamengkang ... 34

3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 35

4.1 Data Awal Hasil Tes Belajar Siswa ... 53

4.2 Data Hasil Perencanan Persiapan Mengajar Siklus I ... 55

4.3 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 60

4.4 Klasifikasi Interpretasi ... 61

4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 63

4.6 Klasifikasi Interpretasi ... 64

4.7 Data Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ... 66

4.8 Rangkuman Analisis Siklus I ... 68

4.9 Data Hasil Perencanan Persiapan Mengajar Siklus II ... 74

410 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 79

4.11 Klasifikasi Interpretasi ... 79

4.12 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 82

4.13 Klasifikasi Interpretasi ... 83

4.14 Data Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ... 85

4.15 Rangkuman Analisis Siklus II ... 87

4.16 Data Hasil Perencanan Persiapan Mengajar Siklus III ... 91

4.17 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 96

4.18 Klasifikasi Interpretasi ... 97

4.19 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 99

4.20 Klasifikasi Interpretasi ... 100

4.21 Data Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III ... 101

[image:7.595.121.505.180.601.2]
(8)

3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart ... 38

4.1 Diagram Batang Perencanaan Persiapan Mengajar Siklus I ... 56

4.2 Diagram Batang Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 62

4.3 Diagram Batang Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 65

4.4 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 67

4.5 Diagram Batang Perbandingan Persiapan Mengajar Siklus II ... 75

4.6 Diagram Batang Peningkatan Hasil Kinerja Guru Siklus II ... 81

4.7 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 84

4.8 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 87

4.9 Diagram Batang Peningkatan Persiapan Mengajar Siklus III ... 92

4.10 Diagram Batang Peningkatan Hasil Kinerja Guru Siklus III ... 98

4.11 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus III ... 101

4.12 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 103

4.13 Diagram Batang Peningkatan Perencanaan Persiapan Mengajar Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 110

4.14 Diagram Batang Peningkatan Hasil Kinerja Guru Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ... 113

[image:8.595.114.505.185.625.2]
(9)

Lampiran A

Instrumen Penelitian

A.1 Soal Tes Hasil Belajar

A.1.1 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ... 125

A.1.2 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II ... 126

A.1.3 Soal Tes Hasil Belajar Siklus III ... 128

A.2 Format Pengolahan Tes Hasil Belajar ... 129

A.3 Lembar Kerja Siswa A.3.1 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 134

A.3.2 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 139

A.3.3 Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 143

A.4 Lembar Observasi Perencanaan Persiapan Mengajar ... 147

A.5 Lembar Observasi Kinerja Guru ... 150

A.6 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 155

A.7 Pedoman Wawancara Untuk Observer ... 158

A.8 Pedoman Wawancara Untuk Siswa ... 159

A.9 Catatan Lapangan ... 160

Lampiran B Data Awal B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Data Awal ... 161

B.2 Hasil Tes Belajar Siswa Data Awal ... 166

Lampiran C Data Siklus I C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 168

C.2 Hasil Observasi Perencanaan Persiapan Mengajar Siklus I ... 173

C.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 175

C.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 180

C.5 Hasil Pengisian LKS ... 183

C.6 Hasil Belajar Siswa... 186

C.7 Catatan Lapangan Siklus I ... 188

Lampiran D Data Siklus II D.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 190

D.2 Hasil Observasi Perencanaan Persiapan Mengajar Siklus II ... 195

D.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 197

D.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 202

D.5 Hasil Pengisian LKS ... 205

(10)

E.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 212

E.2 Hasil Observasi Perencanaan Persiapan Mengajar Siklus III ... 217

E.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 219

E.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 224

E.5 Hasil Pengisian LKS ... 227

E.6 Hasil Belajar Siswa ... 230

E.7 Hasil Wawancara dengan Observer ... 232

E.8 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 233

E.9 Catatan Lapangan Siklus III ... 234

Lampiran F Surat-surat F.1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ... 236

F.2 Surat Permohonan Ijin Melaksanakan Penelitian ... 237

F.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 238

F.4 Lembar Monitoring Bimbingan Skripsi ... 239

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mengubah pola pikir manusia. Disadari atau tidak, sejak kecil bahkan sebelum lahir hingga tumbuh dewasa manusia tidak pernah lepas dari proses pendidikan. Karena pentingnya kegiatan ini, pendidikan dilakukan oleh semua manusia dari berbagai kalangan. Pendidikan sebagai sesuatu yang sangat penting memang tidak lepas dari berbagai pendapat para ahli mengenai arti dan definisi pendidikan yang sebenarnya.

Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menurut Sagala (2003: 3) mendefinisikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan menurut Mudyahardjo (Sagala, 2003: 3)

Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri tanpa bantuan orang lain dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tempat individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, tetapi lebih mengacu pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga menjadi manusia yang dewasa.

(12)

merupakan tujuan dari pembangunan manusia Indonesia yang kemudian diwujudkan ke dalam tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal dapat ditempuh melalui sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan sekolah dasar merupakan pendidikan dasar yang dicanangkan oleh pemerintah. Pada tahap pendidikan ini guru dituntut untuk menanamkan konsep dasar yang kuat pada setiap mata pelajaran kepada peserta didik, salah satunya pada mata pelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk itu guru sebagai pendidik harus memberikan pengajaran yang terbaik bagi anak didik, agar materi yang disampaikan dapat membekas pada anak didik dan akan bermanfaat pada kehidupannya kelak ketika mereka tumbuh menjadi manusia yang dewasa.

Ahmadi (2009: 3) menyatakan bahwa, “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran

sosial”.

Definisi pendidikan IPS menurut Somantri (Sapriya, 2009: 11) yaitu, Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu bidang studi di tingkat sekolah dasar mengembangkan dan melatih kepekaan perilaku terhadap lingkungan sosial serta berfikir kritis dan objektif. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dipandang sebagai suatu proses aktif yang dipengaruhi oleh rasa ingin tahu dan proses pembelajaran oleh anak. Dari pandangan hasil belajar bukan semata-mata tergantung pada apa yang disajikan pengajar, melainkan adanya pengaruh dan hasil interaksi dengan lingkungan serta adanya informasi yang mempengaruhi anak dan anak akan mengolah informasi berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.

(13)

untuk pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik.

Agar tercipta keberhasilan dalam proses pembelajaran, maka tujuan pendidikan dalam pembelajaran harus tercapai. Adapun penjabaran tentang tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006: 101) yang menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakatnya dengan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Sedangkan tujuan pendidikan IPS menurut Sapriya (2009: 8) adalah sebagai berikut.

Tujuan pendidikan IPS ialah memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang memungkinkan mereka dapat menjadi warga negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis.

Berdasarkan dua pernyataan di atas mengenai tujuan pendidikan IPS dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PIPS harus dapat membentuk pengetahuan awal siswa agar pembelajaran lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran PIPS pun harus dapat mengembangkan kemampuan bersosialisasi, berpikir, bekerjasama, dan berkomunikasi agar dapat tercipta pribadi siswa yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur.

(14)

holistik. Selaras dengan pendidikan IPS yang memiliki tujuan membekali siswa mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan moral.

Idealnya pendidikan IPS harus dapat memperhatikan aspek-aspek dalam proses pembelajarannya agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebagai ujung tombak dalam ketercapaian tujuan PIPS, guru harus dapat menyajikan pembelajaran secara menarik dan menyenangkan. Dalam hal ini tugas guru sebagai motivator dan fasilitator harus mampu menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.

Namun pada kenyataan di lapangan, pembelajaran PIPS belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran PIPS dinilai sangat menjemukan karena penyajiannya yang bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dalam pembelajaran yang mengakibatkan suasana pembelajaran menjadi kurang menarik. Selain itu, kurangnya media pembelajaran dan banyaknya materi yang bersifat hafalan menyebabkan pengetahuan dan informasi yang diterima siswa hanya sebatas produk hafalan.

Hal tersebut pun mengakibatkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran PIPS. Timbulnya permasalahan-permasalahan tersebut dikarenakan guru belum mampu menjalankan fungsinya dalam melaksanakan kegiatan pengajaran dan pengelolaan kelas serta kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Untuk itu diperlukan suatu pemecahan masalah agar dapat memberdayakan siswa dalam proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan sebuah model pembelajaran yang akan membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar terutama pada pembelajaran pendidikan IPS.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada hari Senin, 17 September 2012 pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon diperoleh data sebagai berikut.

1. Kinerja guru

(15)

b. Guru menyampaikan pembelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

c. Guru melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan media

pembelajaran.

d. Guru kurang menguasai materi dan terpaku pada satu buku sumber.

e. Guru kurang tegas dalam membuat aturan mengenai tata cara menjawab dan mengajukan pertanyaan, sehingga menyebabkan kegaduhan di dalam kelas.

f. Guru tidak memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran. 2. Aktivitas siswa

a. Siswa kurang siap untuk menerima pembelajaran PIPS.

b. Banyak terdapat siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru dengan mengobrol dan bergurau dengan temannya selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Pada saat guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa pasif dan tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

d. Siswa merasa bosan sehingga kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

e. Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi.

(16)
[image:16.595.126.489.209.757.2]

Berdasarkan permasalahan di atas, diperoleh hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Pamengkang pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Belajar Siswa

No Nama Nilai Tafsiran

Tuntas Belum Tuntas

1 Dinda 65 √

2 Irwan 60 √

3 Maulana Sidik 0 √

4 Ahmad Miftah 40 √

5 Amah Wati 60 √

6 Anjeli 65 √

7 Bagas Pratama 70 √

8 Denda 65 √

9 Dendi 65 √

10 Dhea Andini 60 √

11 Devi Siska Yanti 60 √

12 Dewi Saiyah 60 √

13 Eko Setiawan 67 √

14 Indah Rosliana 70 √

15 Indra Lesmana 70 √

16 Isdayanti Rohmah 75 √

17 Juju Juniati 65 √

18 Koriyah 60 √

19 Muh. Rahmah 60 √

20 M. Ismail 40 √

21 M. Rendi Ramdani 50 √

22 Neni Triyana 40 √

23 Ogi 75 √

24 Puji Yanti 60 √

25 Risma Melati 60 √

26 Rizki Ramdani 55 √

27 Rosiana Atasela 60 √

28 Riyawati 60 √

29 Ramdani Pajar M. 60 √

30 Sri Mulyati 70 √

31 Siti Rohmah 50 √

32 Suningsih 60 √

33 Silvina 40 √

34 Surya Amanda 45 √

(17)

36 Setia Nugi Nugraha 40 √

37 Saidah 40 √

38 Vega Selvina 60 √

39 Wildani 0 √

40 Yati Sumiati 55 √

41 Falah Bahari 45 √

42 Nursiti Aisyah 75 √

43 Irena Rahmawati 75 √

44 Savira K. K 40 √

Jumlah 13 31

Persentase 29,5% 70,5%

Keterangan: Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 63

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat masih rendah dan masih banyak siswa yang nilainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari keseluruhan siswa kelas V yang berjumlah 44 orang, 31 siswa dengan persentase 70,5% tidak tuntas dan hanya 13 siswa dengan persentase 29,5 % yang dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran PIPS, khususnya dalam materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan hasil analisis observasi, wawancara, dan test memperlihatkan bahwa permasalahan tersebut harus segera diatasi dengan tujuan pembelajaran agar lebih baik dan efisien serta dapat memenuhi standar nilai yang telah ditentukan baik oleh guru maupun dinas pendidikan. Untuk mengatasi permasalahan ini penulis mengajukan penerapan model cooperative learning tipe

make a match. Model ini dipilih dengan pertimbangan agar siswa dapat lebih aktif

dalam proses pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran dan tercipta suasana belajar yang aktif, kondusif, dan menyenangkan.

(18)

didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik yang menyenangkan.

Untuk mengatasi masalah yang terjadi di lapangan yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti merencanakan suatu penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang diberi judul “Penerapan Model

Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Materi Keragaman Budaya di

Provinsi Jawa Barat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon)”.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas, adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon?

b. Bagaimana pelaksanaan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan dengan menerapkan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon?

2. Pemecahan Masalah

(19)

berada di bawah KKM. Adapun yang menjadi penyebab munculnya masalah ini diantaranya karena metode yang digunakan oleh guru hanya ceramah dan sesekali diselingi tanya jawab saja tanpa melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif dan suasana belajar yang kurang menyenangkan dan cenderung membosankan.

Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka diperlukan suatu desain pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat. Adapun alternatif desain pembelajaran yang dipilih yaitu penerapan model cooperative learning tipe

make a match.

Arifar (2011) menyatakan bahwa, “Model pembelajaran adalah bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas”.

Model pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 239) adalah

“Rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok -kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”.

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang cenderung selalu bergantung pada orang lain. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dilatih untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tanggung jawab, serta tugasnya dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, serta menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain.

Pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match) dapat menjadi salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan anak didiknya. Cooperative learning tipe make a

match adalah konsep belajar yang memungkinkan guru menghadirkan dunia nyata

ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

(20)

permainan antara mencari pasangan yang sesuai dengan topik atau bahan yang sedang dipelajarinya, atau mencari pasangan antara pertanyaan dengan jawaban‟.

Terdapat beberapa pendapat mengenai langkah-langkah dalam model

cooperatif learning tipe make a match. Langkah-langkah tersebut menurut Uno

dan Mohamad (2011: 84) diantaranya sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

g. Demikian seterusnya.

Langkah-langkah lain dalam model pembelajaran make a match menurut Suprijono (Mayasa, 2012) adalah sebagai berikut.

a. Guru membagi komunitas menjadi 3 kelompok secara heterogen.

b. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan.

c. Kelompok ke dua adalah kelompok pembawa kartu-kartu pembawa jawaban-jawaban.

d. Kelompok ke tiga adalah kelompok penilai.

e. Atur posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. f. Upayakan kelompok 1 dan 2 berjajar saling berhadapan.

g. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok ke dua saling bergerak mencari pasangan yang sesuai.

h. Guru memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk berdiskusi mencocokan antara pertanyaan dan jawaban.

i. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban tersebut cocok.

(21)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik mengenai keragaman budaya dalam dus yang satu bagian terdiri dari kartu soal dan dus lainnya kartu jawaban.

b. Siswa mendengarkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh setiap kelompok.

c. Setiap siswa dalam kelompok berbaris dua banjar mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu (soal jawaban) kemudian menempelkannya pada karton.

d. Setiap kelompok yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi bendera penghargaan.

e. Masing-masing perwakilan kelompok maju ke depan untuk membawa hasil kerja kelompoknya.

Adapun target proses dan hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas yaitu sebagai berikut.

1) Target Proses Penelitian

Target proses penelitian ini dikatakan berhasil jika adanya peningkatan perencanaan persiapan mengajar sebanyak 100%, kinerja guru mencapai 87% dan aktivitas siswa mencapai 85% pada setiap siklus dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe make a

match.

2) Target Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini ditargetkan berhasil apabila mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 63 dan sekitar 80% dari jumlah siswa mampu mencapai batas minimal tersebut.

C. Tujuan Penelitian

(22)

maka tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui perencanaan dalam penerapan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.

c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan penerapan model

cooperative learning tipe make a match pada materi keragaman budaya di

Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi guru, siswa dan sekolah yang berkepentingan pada umumnya. Manfaat tersebut yang diharapkan antara lain sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a. Memperbaiki pengelolaan proses pengajaran PIPS.

b. Memperluas wawasan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran PIPS.

c. Meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran PIPS.

2. Bagi Siswa

a. Menambah pengalaman belajar siswa dalam kegiatan belajar PIPS.

b. Meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam pembelajaran PIPS pada materi keragaman budaya.

c. Mampu membuat siswa lebih aktif bersosialisasi dalam proses pembelajaran PIPS.

(23)

a. Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, khususnya dalam pembelajaran PIPS.

b. Iklim pendidikan di sekolah menjadi lebih kondusif.

c. Bila pembelajaran dilaksanakan dengan baik, maka akan mendukung visi dan misi yang ada di sekolah.

E. Batasan Istilah

a. Model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompoknya akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar. Michaels (Solihatin dan Raharjo, 2007: 6)

b. Cooperative learning tipe make a match adalah konsep belajar dimana

guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Suprijono (Mayasa, 2012)

c. Keragaman adalah perihal berjenis-jenis atau beragam-ragam. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 1154)

d. Budaya adalah pikiran; akal budi. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 226)

(24)

33 A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti yaitu Sekolah Dasar Negeri 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Sekolah ini beralamat di Jalan Lapang Bola Desa Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Adanya permasalahan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dilihat dari perolehan nilai siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

b. Secara geografis letak sekolah berada dekat dengan lingkungan rumah peneliti, sehingga peneliti cukup mengetahui keadaan anak didik di sekolah ini. Selain itu peneliti dapat lebih efisien dalam melakukan penelitian.

c. Sekolah merupakan tempat peneliti bertugas sehingga mempermudah dalam proses perijinan dan pengolahan data.

Adapun karakteristik dari SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon yaitu sebagai berikut.

a. Keadaan Guru

(25)

Tabel 3.1

Daftar Tenaga Kerja SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon

No. Nama L/P Gol. Ruang Jabatan

1. Drs. M. Abdullah L IV/A Kepala Sekolah

2. Euis Nurhayati, S. Pd. SD P IV/A Guru Kelas

3. Juju Mulyati, S. Pd. SD P IV/A Guru Kelas

4. Supartinah, S. Pd. SD P IV/A Guru Kelas

5. Ida Suharyati P IV/A Guru Kelas

6. R. Moh. Darmaji R, S. Pd. SD L IV/A Guru Kelas

7. Saonah, S. Pd. I P II/B Guru PAI

8. Sri Hartati, S. Pd. I P Guru Kelas

9. Agus Soleh, S. Pd. L Guru Kelas

10. Syihabus Sabih L Guru PJOK

11. Dewi Jubaedah P Guru Kelas

12. Enjo Johari L Penjaga Sekolah

b. Keadaan Siswa

[image:25.595.100.532.176.640.2]

Jumlah siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Pamengkang tahun pelajaran 2012/2013 secara keseluruhan adalah 290 orang siswa yang terdiri dari 146 siswa laki-laki dan 144 siswa perempuan. Adapun rinciannya tercantum dalam tabel berikut di bawah ini.

Tabel 3.2

Jumlah Siswa SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon

Kelas Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan Jumlah

I 27 29 56

II 23 26 49

III 23 26 49

IV 25 22 47

V 19 26 45

VI 29 15 44

2. Waktu Penelitian

(26)
[image:26.595.27.572.159.506.2]

Tabel 3.3

Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Uraian Kegiatan

TAHUN 2012/2013

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan

Proposal  

2. Seminar Proposal 

3. Revisi dan

Bimbingan             

4. Perencanaan  

5. Pelaksanaan      

Siklus I  

Siklus II  

Siklus III  

6. Pengolahan dan

Analisis Data      

7. Penyusunan dan

Revisi Skripsi             

8. Sidang Skripsi  

Catatan: Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu pihak-pihak yang menjadi bahan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek yaitu siswa kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon tahun ajaran 20011/2012 yang berjumlah 44 orang, terdiri dari 26 orang siswa perempuan dan 18 orang siswa laki-laki.

Adapun alasan peneliti memilih subjek penelitian tersebut karena adanya permasalahan yang timbul pada kelas V yaitu kurangnya pemahaman siswa pada materi keragaman budaya. Sehingga subjek yang diteliti yaitu siswa kelas V.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

(27)

Kabupaten Cirebon. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan upaya perbaikan pembelajaran di kelas agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan siswa dapat memenuhi target ketuntasan belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas serta memperbaiki praktik pembelajaran yaitu dengan metode penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Kemmis (Sumadayo, 2013: 19) yaitu,

“Penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari

situasi”.

Selanjutnya Kasbolah dan Sukarnyana (2006: 4) mengungkapkan bahwa,

“Dengan melakukan penelitian tindakan kelas guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.

Sejalan dengan pendapat sebelumnya menurut Asrori (2011: 6)

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaannya. Menurut Wiriaatmadja (Sumadayo, 2013: 27) prosedur langkah-langkah pelaksanaannya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Perencanaan (plan)

b. Pelaksanaan tindakan (action) c. Pengamatan (observation) d. Refleksi (reflection)

Sedangkan langkah-langkah PTK menurut Arifin (2012: 111) yaitu,

“penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan perbaikan, observasi

(28)

a. Hasil PTK kolaboratif dapat dijadikan feedback bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih substansial dan kritis

b. Mendorong guru untuk berbagi masalah pembelajaran terhadap pihak-pihak yang terkait

c. Dapat memberdayakan potensi guru

d. Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam PTK

e. Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis, dan logis melalui interaksi terbuka yang bersifat reflektif-evaluatif dalam PTK

f. Adanya upaya saling mendorong untuk berubah dalam kerja sama g. Meningkatnya kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan

dialogis

h. Timbulnya semangat dan motivasi kerja melalui dinamika kelompok.

Selain memiliki berbagai kelebihan, metode penelitian tindakan kelas pun memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan PTK menurut Shumsky (Sumadayo, 2013: 37) adalah sebagai berikut.

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis

b. Rendahnya efisiensi waktu karena anda harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara anda masih harus melakukan tugas rutin

c. Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimpin demikian.

Meskipun demikian, metode penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Metode PTK ini banyak digunakan oleh guru untuk menyelesaikan masalah pada kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan serta memperbaiki proses belajar mengajar di kelas agar mutu pembelajaran menjadi lebih baik.

2. Desain Penelitian

(29)

yang dilakukan searah, berulang-ulang dan berkelanjutan dan diharapkan dalam tiap siklusnya akan dapat meningkatkan perubahan atau pencapaian hasil yang

semakin meningkat‟.

Model penelitian tindakan ini terdiri dari empat komponen yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun alasan mengambil model ini karena model ini sederhana dan lebih mudah untuk diimplementasikan. Rancangan desain dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Wiriaatmadja, 2009: 66)

Berdasarkan gambar 3.1 di atas, prosedur dari Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Perencanaan Tindakan (Plan)

Menurut Wiriaatmadja (2009: 66) pada kegiatan perencanaan tindakan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Melakukan pengamatan (observasi) awal.

[image:29.595.120.495.256.606.2]
(30)

3) Merancang strategi untuk mengatasi masalah tersebut. b. Pelaksanaan Tindakan (Act)

Pada tahap ini, peneliti melakukan tindakan-tindakan berupa penekanan terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari-hari. Dalam konteks penelitian ini aktivitas dirancang untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses dan hasil pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi kelas.

Pada kegiatan pelaksanaan tindakan ini menurut Wiriaatmadja (2009),

“Peneliti melakukan kegiatan yang di mulai dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati”.

c. Observasi (Observe)

Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan tersebut yang dilaksanakan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Menurut

Wiriaatmadja (2009), “Pada kegiatan observasi ini peneliti mencatat pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa atau merekamnya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pada kegiatan ini juga peneliti membuat catatan dalam buku

hariannya”.

d. Refleksi (Reflect)

Refleksi merupakan kegiatan mengulas secara kritis data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Berdasarkan hasil refleksi, guru bersama timnya menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tingkat keberhasilan sesuai dengan indikator dan tujuan yang telah ditentukan atau belum. Refleksi tidak hanya dilakukan di akhir pelaksanaan tindakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiriaatmadja (2009: 67) yang menyatakan bahwa “Apabila kontrol kelas yang dilakukan terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki”.

(31)

menandakan bahwa penelitian dapat dilakukan lebih dari dua siklus tergantung ketercapaian dari target penelitian.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran Keragaman Budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut.

a. Pemilihan materi pelajaran

b. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match. RPP dibuat untuk satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.

c. Membuat lembar kerja siswa (LKS).

d. Membuat media pembelajaran berupa gambar dan kartu bergambar.

e. Membuat instrumen pengumpul data, diantaranya yaitu lembar observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan tes hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan yang telah dibuat pada tahap perencanaan kemudian dilaksanakan dalam bentuk langkah-langkah sesuai dengan tindakan yang dipilih yaitu penerapan model cooperative learning tipe make a

match. Adapun langkah-langkah kegiatan yang dimaksud meliputi hal sebagai

berikut.

a. Kegiatan Awal (10 menit)

1) Guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti KBM. 2) Guru mengajak semua siswa berdoa bersama.

3) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab tentang keragaman budaya yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

4) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan penilaian yang akan dilaksanakan.

(32)

1) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai keragaman budaya dengan menggunakan media gambar.

2) Siswa dibagi kelompok secara heterogen.

3) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik mengenai keragaman budaya dalam amplop yang satu bagian terdiri dari kartu soal dan amplop lainnya kartu jawaban.

4) Siswa mendengarkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh setiap kelompok.

5) Setiap siswa dalam kelompok mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu (soal/jawaban) kemudian menempelkannya pada LKS kemudian mendiskusikannya.

6) Setiap kelompok yang dapat menyelesaikan LKS sebelum batas waktu diberi bendera penghargaan.

7) Masing-masing perwakilan kelompok maju ke depan untuk membawa hasil kerja kelompoknya.

8) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum diketahui.

9) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai kesalahpemahaman dan memberi penguatan.

10) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. c. Kegiatan Akhir (10 menit)

1) Siswa dibimbing oleh guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Guru menutup KBM.

3. Tahap Observasi

Observasi merupakan upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Pada tahap observasi ini dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pelaksanaan tindakan melalui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran serta mengumpulkan data yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung.

Tahap observasi dalam penggunaan model cooperative learning tipe make a

match ini terdiri dari beberapa langkah yang dilakukan peneliti diantaranya yaitu

(33)

a. Mempersiapkan lembar observasi yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran.

b. Melakukan pengamatan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

c. Merekam hasil atau kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran baik dari kinerja guru maupun dari aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Refleksi yaitu mengingat dan mengkaji kembali suatu tindakan. Melalui tahap refleksi ini dilakukan suatu proses pengkajian kembali secara mendalam pada beberapa data yang telah diperoleh pada tahap observasi dengan cara melakukan analisis ulang terhadap apa yang telah direncanakan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut.

a. Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa setelah guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match.

b. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa mengenai temuan yang didapat dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match.

c. Melakukan pengolahan data terhadap hasil belajar siswa.

(34)

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka diperlukan adanya instrumen penelitian. Instrumen penelitan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, pedoman wawancara, tes hasil belajar, dan catatan lapangan.

1. Lembar Observasi

Menurut pendapat yang diungkapkan Hermawan, dkk. (2010: 169),

Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya.

Dengan demikian observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung untuk memperoleh data dalam rangka menyelesaikan suatu masalah. Observasi bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini aspek yang diamati yaitu difokuskan pada kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada aspek kinerja guru, hal yang diamati mencakup semua kinerja guru mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang meliputi langkah-langkah pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan aspek aktifitas siswa difokuskan pada kemampuan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang meliputi aspek perhatian, partisipasi, dan kerjasama.

2. Pedoman Wawancara

Hopkins (Wiriaatmadja, 2009: 117) menyatakan bahwa, „Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari

sudut pandang yang lain‟.

Selanjutnya, Stainback (Sugiyono, 2005: 72) mengemukakan bahwa

„engan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi‟.

(35)

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat.

3. Tes Hasil Belajar

Menurut Hermawan, dkk. (2010: 170), “Tes adalah pengumpul data yang bersifat mengukur, karena berisi pernyataan atau pertanyaan yang alternatif

jawabannya memiliki standar tertentu”.

Tes yang digunakan berupa tes tertulis. Di dalamnya terdapat petunjuk yang mengharuskan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada perangkat soal yang disediakan. Tes ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran dan digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketuntasan hasil belajar siswa. Sehingga nantinya dari hasil tes tersebut peneliti dapat menentukan tindakan berikutnya.

4. Catatan Lapangan

Wiriaatmadja (2009: 125) menyatakan bahwa, “Catatan lapangan adalah data yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansa-nuansa lainnya”.

Catatan lapangan berguna untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi pada semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dimuat dengan menggunakan catatan lapangan yaitu mencakup segala sesuatu dari berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dan siswa, interaksi siswa dan siswa yang terjadi dari awal hingga akhir dalam proses pembelajaran.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

(36)

Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian dari awal hingga akhir.

Pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini diperoleh beberapa data berupa data pelaksanaan tindakan dan data hasil belajar siswa. Data pelaksanaan tindakan diperlukan untuk mengetahui gambaran bagaimana proses penerapan model cooperative learning tipe make a match dalam proses pembelajaran. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan. Sedangkan data hasil belajar siswa diperlukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada materi tentang Keragaman Budaya di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat yang diperoleh melalui tes hasil belajar.

Adapun proses pengumpulan datanya adalah sebagai berikut.

a. Observasi, dilakukan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match yang ditujukan pada kinerja guru dan aktivitas siswa.

b. Wawancara, dilakukan setelah proses pembelajaran selesai kepada guru dan siswa, dengan tujuan untuk memperoleh data tentang kesulitan yang didapat dan pengalaman siswa ataupun guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match. c. Catatan lapangan, dibuat untuk mengetahui berbagai aspek pembelajaran

di kelas.

d. Tes hasil belajar, diberikan kepada siswa dan dikerjakan secara individu setelah proses pembelajaran telah selesai dilaksanakan.

Teknik pengolahan data dalam pelaksanaan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Data hasil wawancara, catatan lapangan, diolah dengan dianalisis dan dideskripsikan berupa penjelasan atau pembahasan.

a. Teknik Pengolahan Data Kinerja Guru

(37)

melaksanakan pembelajaran sehingga tingkat keberhasilan guru diperoleh melalui rumus sebagai berikut.

% = jumlah skor yang diperoleh x 100

skor ideal

Kriteria sebagai interpretasi data kinerja guru adalah sebagai berikut. 1) Sangat Baik (SB) : 81% - 100%

2) Baik (B) : 61% - 80%

3) Cukup (C) : 41% - 60%

4) Kurang (K) : 21% - 40%

5) Sangat Kurang (SK) : 0% - 20%

b. Teknik Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Teknik pengolahan data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran dilakukan yaitu dengan cara menentukan perolehan skor dari tiga aspek aktivitas siswa yang diamati yakni perhatian, partisipasi, dan kerjasama. Kemudian jumlah skor yang diperoleh siswa diolah dengan mengggunakan rumus berikut.

Nilai aktivitas siswa = jumlah skor yang diperoleh x 100 skor ideal

Keterangan:

Diisi dengan menggunakan tanda ceklis (√) bila:

Skor ideal = jumlah seluruh deskriptor aktivitas siswa x skor tertinggi = 3 x 3 = 9

Kriteria sebagai interprestasi data aktivitas siswa adalah sebagai berikut. 1. Baik (B) : Jika memperoleh skor 7-9

2. Cukup (C) : Jika memperoleh skor 4-6 3. Kurang (K) : Jika memperoleh skor 0-3

c. Teknik Pengolahan Data Tes Hasil Belajar

(38)

dikatakan lulus bila telah mencapai nilai KKM yaitu 63, sedangkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.

Teknik pengolahan data hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1) Menentukan skor dari setiap nomor soal.

2) Menghitung jumlah skor yang diperoleh tiap siswa. 3) Memberi nilai angka dengan cara seperti berikut ini. Nilai Akhir = skor yang diperoleh × 100

jumlah skor maksimum

2. Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2005: 89) bahwa

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pendapat diatas, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain dengan cara mengkoordinasikan data ke dalam kategori dan memilih mana data yang penting untuk dipelajari kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Teknik analisis data yang peneliti laksanakan yaitu mengacu pada teknik analisis model Miles and Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2005: 91)

mengemukakan bahwa, “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh”.Aktivitas dalam analisis data tersebut yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification.

(39)

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. b. Data Display (Penyajian Data)

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif”. Dengan mendisplay data

maka akan mudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/ Verification

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Berdasarkan teori di atas, maka dalam menganalisis data peneliti menggunakan tiga langkah sebagai berikut.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Hal yang menjadi fokus kajian dalam mereduksi data pada penelitian ini adalah merangkum data kinerja guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match pada kelas V SDN 2 Pamengkang serta menelaah sejauh mana penelitian tindakan ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi ke dalam fokus kajian tertentu, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data melalui analisis yang mendalam agar terlihat adanya hubungan interaktif yang saling mempengaruhi, sehingga dapat terlihat data-data yang berkesinambungan antara kinerja guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa melalui penggunaan model cooperative

learning tipe make a match di kelas V SDN 2 Pamengkang pada materi

keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat. c. Conclusion Drawing/Verification

(40)

akan mengetahui sejauh mana aktivitas siswa, kinerja guru, dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa melalui penggunaan model cooperative learning tipe make a match tempel di kelas V SDN 2 Pamengkang pada materi materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat.

G. Validasi Data

Validasi data pada penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (Wiriaatmaja, 2009: 168-171), yaitu ‟Member Check, Triangulasi, Saturasi, Eksplanasi Saingan, Audit Trail, Expert Opinion, dan, Key Respondents Review’. Adapun validasi data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Member Check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi yang diperoleh selama melakukan proses penelitian pada pembelajaran IPS tentang keragaman Budaya Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan model cooperative learning tipe

make a match yang berlangsung dengan cara mengkonfirmasikan dengan

guru dan siswa melalui diskusi pada akhir tindakan dengan tujuan agar informasi yang diperoleh dapat dipastikan keabsahannya. Contohnya pada saat pembelajaran peneliti menemukan siswa yang cenderung pasif dan hasil belajarnya kurang memuaskan, kemudian peneliti melakukan member check kepada guru mengenai siswa tersebut dengan bertanya seperti apa dalam kesehariaannya. Jika hasilnya sama maka data tersebut dapat dipastikan keabsahannya.

2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti

(41)

guru belum mampu dalam menguasai kelas. Selain itu, peneliti bertanya kepada siswa mengenai kesulitan yang mereka alami saat melakukan pembelajaran dan hasilnya yaitu mereka kesulitan pada tahap diskusi dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match. Jadi, disini terlihat bahwa tahapan pembelajaran perlu mengalami perbaikan pada siklus berikutnya.

3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan

data dengan cara mendiskusikannya dengan rekan sejawat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mendiskusikan mengenai pembelajaran dari mulai data awal, data hasil tindakan, serta analisis dan refleksi dari setiap siklus. Setelah melakukan tindakan di siklus I kemudian peneliti meminta pendapat dari rekan sejawat kemudian mendiskusikan kekurangan yang terjadi di siklus I untuk diperbaiki pada siklus berikutnya.

4. Expert Opinion, menurut Wiriaatmadja (2009: 171), Expert opinion

(42)

117 A. KESIMPULAN

Penerapan model cooperative learning tipe make a match pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman melalui hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dalam pelaksanaan tindakan dengan penerapan model cooperative learning tipe make a

match pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2

Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan penerapan model cooperative learning tipe make

a match pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2

Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, langkah-langkah yang dilakukan yaitu peneliti melakukan pemilihan materi pelajaran; mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model

cooperative learning tipe make a match yang dibuat untuk satu kali pertemuan

(43)

media dibuat dengan ukuran yang lebih besar sehingga media dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa. Pada siklus III tahap perencanaan ini tetap stabil dengan persentase 100%.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan penerapan model

cooperative learning tipe make a match ini terdiri dari tiga siklus. Siklus II dan

siklus III merupakan tindakan refleksi dari analisis siklus sebelumnya yang belum mencapai target ketuntasan yang telah ditentukan. Adapun tahap pelaksanaannya terdiri dari kinerja guru dan aktivitas siswa sebagai berikut.

a. Kinerja Guru

Pada pelaksanaan kinerja guru, tahapan dalam kegiatan awalnya yaitu guru mengkondisikan kelas, melakukan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Adapun kegiatan inti yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ini merupakan langkah-langkah pembelajaran dari penerapan model cooperative

learning tipe make a match yaitu guru menjelaskan materi pembelajaran dengan

(44)

menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh setiap kelompok dengan jelas. Pada kegiatan akhir, guru membimbing dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. Kemudian guru pun menutup pembelajaran dengan memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.

b. Aktivitas Siswa

Adapun pada aktivitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Aspek yang dinilai pada pelaksanaan aktivitas siswa ini yaitu aspek perhatian, partisipasi, dan kerjasama. Peningkatan ini terjadi karena adanya tindakan perbaikan berupa menunjuk siswa tertentu agar mau aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan memberikan penguatan positif berupa reward, tepuk tangan maupun pujian. Pada aktivitas siswa di siklus I hanya sekitar 70% atau 31 orang siswa yang mencapai kriteria baik, pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 82% atau 36 orang siswa mencapai kriteria baik, dan di siklus III naik lagi hingga mencapai 89% atau 39 orang siswa mencapai kriteria baik. Hal ini tentu telah memenuhi target bahkan melebihi target yang telah ditentukan yaitu 85% siswa mencapai kriteria baik.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada penerapan model cooperative learning tipe make

a match pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat di kelas V SDN 2

(45)

sebanyak 77% atau 34 siswa yang tuntas sedangkan 33% atau 10 siswa belum tuntas. Pada siklus III mengalami peningkatan lagi mencapai 86% atau sebanyak 38 siswa tuntas dan sisanya yaitu 14% atau 6 siswa belum tuntas. Target penelitian yang ditentukan adalah 80% siswa tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa telah memenuhi target.

Dengan peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa selama tiga siklus maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe make

a match pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat terbukti dapat

meningkatkan pemahaman siswa di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan model cooperative

learning tipe make a match pada materi keragaman budaya di Provinsi Jawa Barat

terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa di kelas V SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a. Sebaiknya dapat menerapkan model cooperative learning tipe make a match pada mata pelajaran lain agar lebih meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

b. Sebaiknya meningkatkan kinerja guru selama kegiatan pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang kondusif.

c. Hendaknya menggunakan media pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar dan menanamkan konsep dasar yang konkret pada siswa. d. Menerapkan beberapa metode dan model pembelajaran lain yang lebih

inovatif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Bagi Siswa

(46)

b. Sebaiknya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran agar dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan sehingga memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

3. Bagi Sekolah

a. Hendaknya menyediakan media pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran.

b. Hendaknya dapat meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana sekolah yang lebih menunjang untuk menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas dan bermakna.

4. Bagi Peneliti Lain

a. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi untuk melakukan penelitian mengenai permasalahan lain.

(47)

122

Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anggrianti, Indri. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Teknik Mencari Pasangan dengan Media Kartu Konsep Materi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Koperasi di Kelas IV SDN Pakemitan Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang. Skripsi. Sumedang: Tidak diterbitkan.

Arifar. 2011. Model-model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://arifar.blogdetik.com/model-model-pembelajaran [26 Oktober 2012].

Arifin, Zaenal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Asrori, Mohammad. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.

Ayuningrum, 2011. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Sumber Daya Alam (PTK di Kelas IV SD Negeri Ciasih Kecamatan Nuseherang). Skripsi. Sumedang: Tidak diterbitkan.

BSNP. 2006. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hanifah, Nurdinah. 2009. “Model Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”, dalam

Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: Universitas Pendidikan

Indonesia Kampus Sumedang.

Hermawan, Ruswandi. dkk. 2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas SD. Bandung: UPI PRESS.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Kasbolah, Kasihani dan Sukarnyana, I Wayan. 2006. Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Surabaya: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.

Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu

(48)

Maulana. 2009. Memahami Variabel dan Instrument Penelitian Dengan Benar. Bandung: Learn2Live’n Live2Learn.

Mayasa. 2012. Make Match. [Online]. Tersedia:

http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/04/make-match.html [2 November 2012].

Mulyati, Sri. 2010. Penerapan Model Kooperatif Teknik Mencari Pasangan dengan Menggunakan Media Kartu Kalimat Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas IV SDN Sukajadi III Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Skripsi. Sumedang: Tidak diterbitkan.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Prasetijo, Adi. 2009. Keragaman Budaya Indonesia. [Online]. Tersedia: http://etnobudaya.net/2009/07/24/keragaman-budaya-indonesia/ [20 Maret 2013].

Prasetya, Joko Tri, dkk. 2011. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rostika, Winda. 2011. Penggunaan Media Cetak Pada Materi Teknologi Transportasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SDN 3 Klangenan Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon. Skripsi. Sumedang: Tidak diterbitkan.

Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2009. Penelitian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sudjana, Nana, dan Rivai, Ahmad. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

(49)

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhandri. 2002. Budaya Sunda. Bandung: UPI PRESS.

Sumaatmadja, Nursid, dkk. 1997. Materi Pokok Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa
Tabel 3.2 Jumlah Siswa SDN 2 Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon
+3

Referensi

Dokumen terkait

The concrete must be poured in the slabs formworks in vertical and not in horizontal layers since, in case concreting has to be stopped for a long period of time, when it is

Telah banyak perturan undang- undang yang dapat mencegah terjadinya kegiatan tersebut dari mulai UUD 1945, KUHP dan undang-undang lain akan tetapi masyarakat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Penggunaan Pendapatan Badan Layanan Umum Pusat

[r]

[r]

Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi misi Gubernur berdasarkan Undang-Undang Nomor

Kompetensi SDM mempengaruhi kepuasan kerja dan kualitas pelayanan, terbukti melalui keahlian, sifat dan motivasi dokter dan perawat yang baik, maka kualitas pelayanan

[r]