• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBINAAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH : Studi Kasus Di SMU KORPRI IMP Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMBINAAN DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH : Studi Kasus Di SMU KORPRI IMP Bandung."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBINAAN

DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH

(Studi Kasus Di SMU KORPRI IMP Bandung)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis PPS IKTP Bandung

Untuk Memcnuhi Sebagian Syarat Pcnyelcsaian Program S2

Bidang Studi Pendidikan Umum

DRS. USMAN RADIAN 9697108 /XXV1II-20.

PROGRAM

PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

( Prof. Dr. H. Diamari) NIP:130097834.

Pembimbing II

( Drri€\\rahu RasvidirT M. Ed. )

(3)

matibaginya sama saja" (Imam Syafi'ie).

Pelajarilah ilmu! Mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan, menuntutnya adalah

ibadah,

mempe.lajarinya

adalah

tasbih,

mengkajinya

adalah

jihad,

dan

mengajarkannya adalah sedekah. Ilmu adalah lenmn yung menghibur dalam

kesendirian, petunjuk dalam suka dan duka, pembantu di sisi sahabat karib, teman di

sisi kawan, dan penerang di jalan surga. Disarikan dari Mutlara Ihya Ulumuddin,

karya Al-Ghazali.

Kudedikasikan tesis ini untuk

Jstriku tercinta Dra. Nani Tursina

dan Ananda tersayang: 1. Rizqin

2. Militatisina

3. Hayyinun Hayati

(4)
(5)

Hidup disiplin dalam kehidupan sehari-hari merupakan dambaan setiap

sekolah, tidak terkecuali juga di SMU KORPRI IKIP Bandung. Karena

bagaimanapun baiknya program suatu sekolah jika tidak dibarengi dengan disiplin

hasilnya mustahil akan baik.

Penelitian ini dipusatkan pada usaha-usaha guru dan kepala sekolah dalam

strategi pembinaan disiplin siswa di sekolah, menggunakan metode deskriptif

anaiitik dengan pendekatan fenomenoiogis. Proses dan hasil penelitian ini

aiuesknpsikan. dnnterpreiasikan dan dianaiisis memlaiui pembahasan untuk

menernukan esensi makna disiplin siswa yang sebenamya.

Pertanyaan penilitian yang diajukan sebagai fckus penilitian ini meliputi:

oJigHiinanaKPh cara guru dan kepala sekolah mengmtcraalisasi tata tcrlib sekolah

dHiH-T! keias ucngan tinerapkannya strategi pembinaan disiplin siswa khus-isnya

aalani Dclajar di keias, apakah pelaksanaan pengawasan dalam strategi pembinaan

aisiphn siswa bersitat meiekat dan dipadukan dengan manajeman keias,dan apakah

guru sena kepala sekolah sudah memberikan contoh tauladan yang bask, kepada

sisvv'anya di sekolah.

Dan hasil

penelitian tersebut diperoleh gambaran mengintemaiisasi

(peresapan) tata tertib sekolah kepada siswanya di SMU KORPRI IKIP Bandung,

pemahaman tata tertib penyikapan dan peningkatan disiplin, mengambil keputusan

disiplin, melakukan koreksi atas kekeliruan bahkan hukuman, adalah merupakan

suatu keperluan yang tidak dapat disangsikan iagi kebanarannya karena akan

berpengaruh terhadap para siswa dalam menghayati dan mengamaikan tata tertib

sekolah.

Upaya guru dan kepala sekolah dalam membina prilaku siswa dalam kelas

dengan diterapkannya strategi pembinaan disiplin siswa khususnya dalam belajar di

kelas sudah terjadi perubahan ke arah yang positif. Hal ini dapat dibuktikan tatkala

memulai dan mengakhiri pelajaran dilakukan pembacaan do'a, sedangkan

sebelumnya pada waktu awal masa orientasi siswa (IvIOS) tidak pemah dilakukan,

dan ketertiban selama proses belajar mengajar, sangat tergantung kepada ketegasan

guru dalam mengajar.

Pelaksanaan pengawasan dalam pembinaan disiplin siswa yang paling

banyak berperan adalah devvan guru, yang terdiri dari: wali kelas, guru bidang studi,

guru bimbingan dan penyuluhan, serta guru piket.

Guru dan kepala sekolah dalam memberikan contoh dan tauladan yang baik

untuk merealisasikan disiplin siswa di sekolah, mengisyaratkan nilai-nilai terpuji

yang hendak ditransformasikan kepada siswa. Nilai tersebut diwujudkan dalam hal

kebersihan dan keindahan, datang dan puiang sekolah, berpakaian, sholat

berjamaah,

kegiatan

selama

proses

belajar

mengajar,

mengoreksi

dan

mengembaiikan hasil pekerjaan siswa, serta membiasakan ucapan salam.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR j

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH iv

ABSTRAK viii

DAFTAR 1S1 lx

DAFTAR TABF.I xii

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB. I. PENDAHUl.UAN

A. Latar Belakang 1

B. Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ,, 9

D. Manfaat Penelitian 1 ]

E. Asumsi Penelitian 15

F. Definisi Operasional 16

BAB. IF I..ANDASAN KONSEPTUAL STRATEGI PEMBINAAN DISIPLIN

SISWA DALAM PENDIDIKAN UMUM

A. Pemahaman Makna Disiplin Siswa dalam Pendidikan Umum 19

1. Makna Disiplin Siswa dalam Pendidikan Umum 19

2. Strategi Disiplin Kerja Guru dalam Pendidikan Umum 26

3. Menyiasati Penanaman Disiplin dalam Perkembangan Diri Siswa . 29

B. Mencermati Proses Pembinaan Disiplin Siswa

33

1. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnva Kualitas Disiplin^5§i0SpiK>

(7)

3. Strategi Disiplin Diri dalam belajar 47

4. Teori dan Pendekatan Pembinaan Disiplin Siswa 59

BAB. III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian 67

B. Subyek Penelitian 70

C. Teknik Pengumpulan Data 71

D. Instrumen Penelitian 74

E. Pengumpulan Data Penelitian 75

F. Analisis Data Penelitian 75

BAB. IV. HAS1L-HAS1L PENELITIAN

A. Gambaran Umum Data Penelitian 77

B. Profil Lokasi Penelitian 79

C. Deskripsi dan Analisis 84

1. Cara Guru dan Kepala Sekolah Menginternaiisasi Tata Tertib Sekolah Kepada Siswanya Di SMU KORPRI IKIP Bandung 84

2. Perilaku Siswa dalam Kelas dengan Diterapkannya Stra

tegi Pembinaan Disiplin Siswa Khususnya dalam Belajar di

Kelas Ill

3. Pelaksanaan Pengawasan dalam Pembinaan Disiplin Siswa Di SMU KORPRI IKIP Bandung Bersifat Melekat dan Dipadukan

Dengan Manajemen Kelas 122

4. Guru dan kepala Sekolah dalam Memberikan Contoh dan Tau

ladan Untuk Merealisasikan Disiplin Siswa 131

(8)

DAFTAR TABEL

II a la man Tabel

1. Keadaan Guru SMU KORPRI IKIP Bandung Tahun Ajaran 1998/1999

80

81

2. Subyek Guru dalam Penelitian

3. Keadaan Siswa SMU KORPRI IKIP Bandung Tahun Ajaran 1998,1999

82

83

4. Subyek Siswa dalam Penelitian

(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin ketatnya persaingan sumber daya manusia dalam menghadapai era

kesejagatan, dibarengi pula dengan semakin gencarnya pemasyarakatan disiplin, baik

oleh pemerintah maupun swasta, maka pembinaan diperlukan disiplin dalam berbagai

bidang kehidupan, karena memang disiplin merupakan alternatif pilihan untuk

memenangkan atau mengimbangi persaingan, sebab sesuatu keberhasilan akan

mustahil, manakala tidak dibarengi dengan disiplin.

Sebagai latar belakang sosial budaya Sumaatmadja (1996: 56)

mengemukakan pendapatnya:

Meskipun kebudayaan telah kita sadari sebagai milik otentik manusia, pembinaan dan penanamannya pada diri tiap warga , khususnya pada generasi muda yang akan menjadi SDM masa yang akan datang, wajib dilakukan secara ajek, bertahan dan berkesinambungan. Oleh karena itu, proses inkulturasi melalui pendidikan pada segala lingkungan, jenjang, dan tingkatnya, wajib membina serta menanamkan budaya yang telah diayakini keluhurannya. Keluarga, masyarakat, dan sekolah sebagai lembaga budaya wajib

melaksanakan proses tersebut. Budaya daerah dengan nilai-nilai luhurnya itu

secara berakar diproses mulai dari keluarga, masyarakat setempat, sampai ke sekolah. Budaya daerah sebagai "muatan lokal" dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, wajib menjadi kepedulian kita semua, terutama kepedulian pendidik di sekolah-sekolah yang bersangkutan.

Menyimak dari pemaparan tersebut di atas betapa pentingnya pembinaan dan

penanaman kebudayaan termasuk di dalamnya budaya disiplin pada diri setiap warga,

terutama pada generasi muda, yang akan menjadi sumber daya manusia yang akan

(10)

mundumya suatu bangsa tergantung kepada generasi mudanya sekarang", maka lidak

beriebihan ungkapan kata "wajib" dalam satu alinea mencapai empat kali. Hal ini

menujukan pembinaan terhadap generasi muda dalam budaya disipilin merupakan

kepedulian kita semua, yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.

Dasar hukum pelaksanaan disiplin siswa di sekolah terdiri dari:

1. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 Pasal 25,

DEPDIKBUD RI (1992: 12) menyebutkan:

(1) Setiap peserta didik berkewajiban untuk:

1. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta

didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku;

2. memaruhi semua peraturan yang berlaku; 3. menghormati tenaga kependidikan;

4. ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 33 tanggal 23 Mei 1995. tentang

Gerakan Disiplin Nasional serta ketentuan pelaksanaannya meliputi:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan

Menengah pasal 18 (1994: 98) menyebutkan:

(1) Setiap siswa berkewajiban untuk:

1. ikut menggung biaya penyelenggaraan pendidikan. kecuali bilamana siswa dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku;

2. memaruhi semua peraturan yang berlaku; 3. menghormati tenaga kependidikan;

4. ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan sekolah menengah yang bersangkutan.

b. Instruksi MENDEKBUD Republik Indonesia nomor: 8/U/1995, tentang Pelaksanaan

(11)

Menengah Umum, pasal 17 (1992: 74) menyebutkan: "Setiap siswa wajib

mematuhi dan melaksanakan semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di

SMU".

d. Instruksi Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat nomor: 9 tahun 1995 tentang

Pelaksanaan Gerakan Disiplin Nasional.

Dari uraian tersebut di atas menunjukkan betapa kuatnya dasar hukum

perlunya seorang siswa melakukan disiplin di sekolah sehingga akan terjalin

keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari antara sesama siswa dan juga dengan

dewan guru dalam proses belajar mengajar.

Sejalan pula dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No:

2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 4 DEPDIKBUD RI

(1992: 4) menyebutkan:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tujuan pendidikan nasional akan terwujud, apabila proses belajar mengajar

dilakukan dengan disiplin, perlu ditanamkan bukan hanya kepada guru tetapi juga

kepada siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) yang merupakan generasi muda,

sedangkan mereka adalah lapisan terbesar dalam masyarakat, maka sudah barang tentu

(12)

Sehubungan dengan arah pendidikan nasional, tergambarlah bahwa manusia

Indonesia khususnya anak, remaja dan pemuda

sebagai penerus estapet

kepemimpinan bangsa, harus diupayakan melakukan disiplin sedini mungkin, dalam

proses pendidikan sehari-hari terutama di sekolah. Sebab keberhasilan pembangunan

suatu bangsa ditentukan oleh kualitas disiplin bangsa itu sendiri. Dalam hubungan ini

perlu dikembangkan potensi yang terdapat dalam diri manusia, khususnya yang

berkaitan dengan budaya tertib, budaya bersih dan budayabelajar.

Dalam hal disiplin Kurtines (1984:485) memaparkan juga sebagai berikut:

Kebanyakan teknik pendisiplinan mengandung komponen penerapan kekuasaan

atau penangguhan kasih sayang, yang diperlukan untuk menghentikan anak dari

apa yang sedang dilakukannya, dan yang lebih penting lagi dalam kaitan dengan

permasalahan ini untuk memintakan perhatian terhadap informasi yang terkandung

dalam komponen induktif.

Komponen induktif itu merujuk kepada konsekwensi yang menimbulkan

kerugian terhadap orang lain dari tindakan anak yang bersangkutan. Sekiranya

dirasakan terlalu sedikit komponen penerapan kekuasaan atau penangguhan kasih

sayang, maka anak-anak yang bersangkutan mungkin menganggap sepi orang tuanya.

Sedangkan penerapan kekuasaan dan penangguhan kasih sayang yang terlalu banyak

akan menimbulkan ketakutan, kecemasan ataupun kekesalan, bahkan kebencian pada

anak itu yang dapat menganggu tercapainya disiplin.

(13)

berdaya guna dan berhasil guna bagi kehidupan bangsa yang sedang membangun

khususnya strategi guru dan kepala sekolah dalam membina disiplin siswanya.

Dalam suatu hasil penelitian Komisi Disiplin Phi Delta Kappa di Amerika

Serikat (Wayson, 1992: 9) membuktikan bahwa betapa pentingnya peranan sekolah

dalam membentuk disiplin siswa. Ditemukan bahwa sekolah yang memiliki disiplin

baik (good dicipline) adalah sekolah yang bercirikan: "Membangun disiplinnya

dengan cara menciptakan sekolah yang kondusif dalam menanamkan disiplin,

terhindar dari praktek-praktek terisolasi yang berkenaan dengan masalah disiplin".

Penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa pembentukan kepribadian

disiplin tidak dapat dilakukan secara parsial atau pragmental yang bersipat kasuistik

melainkan harus dalam kondisi dan situasi yang utuh, berkelanjutan, dan

berkesinambungan. "Konsep disiplin diangkat kepermukaan dari nilai dasar (ND) ke

tataran nilai instrumental operasional (NIO) tidak terjebak dalam tataran konseptual

semata. Disiplin ditegakan melalui pendekatan nilai yang lebih persuasif' (Djahiri,

1995:32).

Hasil penelitian yang lain dikemukakan oleh Reyes (1995: 34) berkenaan

dengan keterkaitan antara pemilikan nilai, moral dan norma para siswa dengan

pertumbuhan prestasi siswa. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa: "Futher,

student achievement growth in high schools is related to two critical elements of

community: shared norms, values and beliefs, as indicated by teachers commitment;

(14)

Dari hasil penelitian tersebut betapa besarnya peran seorang guru dalam

mengembangkan potensi siswanya. Norma, nilai, dan keyakinan termasuk faktor yang

sangat berperan dalam mendukung keberhasilan belajar siswanya, andaikata gurunya

sendiri memiliki komitmen yang kuat melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ungkapan tersebut di atas memberikan makna bahwa proyeksi pendidikan

nilai kedisiplinan di sekolah mempunyai peran yang menentukan yaitu:

Guru dan kepala sekolah, serta pihak-pihak terkait lainnya akan sangat

membantu dalam menumbuh

kembangkan

kesadaran

(conciousness)

dan

pengalaman (experience) berdisiplin para siswa, apabila lingkungan sekitar

mereka menggiring pada situasi dan kondisi yang kondusif bagi pembentukan

manusia yang beriman dan bertaqwa (Daradjat, 1980: 30).

Taqwa artinya melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala

larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an surat Al

Baqarah ayat 2 sampai 5, DEPAG (1995: 8-9) yang artinya:

Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang

bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan

sholat, dan menafkahkan sebahagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

dan mereka beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu

dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan

adanya (kehidupan) akhirat, mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari

Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Namun dalam kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak guru

yang kurang memberikan kontribusinya dalam upaya menciptakan iklim sekolah yang

disiplin. Garapan membentuk pribadi manusia yang berdisiplin seolah-olah hanya

merupakan tanggung jawab Guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarga

Negaraan semata. Selanjutnya seperti yang disinyalir Departemen Pendidikan dan

(15)

masa remaja akhir (late adolesence) yakni ia dituntut untuk menentukan

pilihan-pilihan (nilai, moral, norma) yang tepat untuk kehidupan masa depannya"

(Sullivan, 1975; Kenny & Kenny 1991 Windmiller, 1980; Daradjat, 1980.)

B. Masalah Penelitian

Bertitiktolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan terdahulu,

mengenai pembinaan anak, remaja dan

pemuda yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor: 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, keputusan

Presiden Repulik Indonesia nomor 33 1995 tentang Gerakan Disiplin Nasional serta

ketentuan pelaksanaannya, diperlukan strategi pembinaan disiplin siswa yang mantap

masih terdapat kesenjangan, diantaranya belum memiliki pola yang baku, belum

terencana, terpadu dan berkesinambungan.

Dalam kenyataan terdapat kesenjangan, antara cita-cita dan realitas strategi

pembinaan disiplin siswa, yang dialami pendidikan persekolahan, perlu dicarikan pola

pembinaan yang tepat. Cara menemukan pola pembinaan itu di antaranya dapat

diungkap melalui pengkajian yang mendalam.

Kontradiktif antara harapan dengan kenyataan, remaja sebagai harapan

bangsa, yang akan menjadi sumber daya manusia di masa yang akan datang,

terkesan disiplinya rendah. Hal ini terbukti, banyak ditemukan kasus-kasus

(16)

diperlukan pemecahan yang mendesak, bagaimana sebaiknya strategi pembinaan

disiplin siswa di sekolah?.

Sebagai kendali penelitian, supaya terfokus pada pokok persoalan, di bawah

ini dikemukakan pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara guru dan kepala sekolah menginternaiisasi tata tertib

sekolah kepada siswanya di SMU KORPRI IKIP Bandung9

2. Bagaimanakah perilaku siswa dalam kelas dengan diterapkannya strategi

pembinaan disiplin siswa khususnya dalam belajar di kelas?

3. Apakah pelaksanaan pengawasan dalam pembinaan disiplin siswa di SMU

KORPRI IKIP Bandung bersipat melekat dan dipadukan dengan manajemen

kelas?.

4. Apakah Guru-Guru dan Kepala Sekolah sudah memberikan contoh dan

tauladan yang baik untuk merealisasikan terbinanya disiplin siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai strategi pembinaan disiplin siswa di sekolah ini,

diarahkan pada tujuan penelitian:

Pertama, untuk mendapatkan gambaran mengenai pola strategi pembinaan

disiplin siswa di SMU KORPRI IKIP Bandung. Tujuan ini berkenaan dengan

masalah cara guru dan kepala sekolah menginternaiisasi tata tertib sekolah kepada

(17)

disiplin siswa khususnya di dalam belajar di kelas, bahwa di tingkat Sekolah

Menengah Umum (SMU) strategi ke arah perbaikan sistem penegakan disiplin

sekarang ini sedang digalakan, namun disinyalir dalam praktek sehari-harinya

kualitas disiplin siswa masih sangat rendah terbukti dengan banyak kasus-kasus

kenakalan remaja, yang apabila ditelusuri mereka kebanyakan adalah para siswa

Sekolah Menengah Umum (SMU). Pelaksanaannya secara formal, program

pembinaan disiplin siswa belum dilakukan secara terarah, terpadu, menyeluruh dan

berkesinambungan. Pembinaan kedisiplinan seolah-olah hanya menjadi tugas guru

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan semata. Pedahal

seyogianya semua guru juga tidak terkecuali kepala sekolah ikut berperan dalam

mewarnai pelaksanaan disiplin siswa di sekolah.

Kedua, penelitian ini untuk memperoleh gambaran atas strategi pembinaan

disiplin siswa di sekolah, agar siswa mencapai disipiin yang optimal, dalam hal

komitmen pelaksanaan pengawasan pembinaan disiplin siswa di SMLI KORPRI IKIP

Bandung bersipat melekat dan dipadukan dengan manajemen kelas, dalam mentaati

tata tertib sekolah dan proses belajar mengajar di kelas. Komitmen kedisiplinan siswa

dimaksudkan adalah komitmen menurut standar ukur siswa (SMU) yang dapat diamati

gejala-gejalanya (fenomena) dalam perilaku siswa (tindakan, cara berpakaian ucapan,

dan pikiran) dalam kehidupan sekoiah. Mereka merupakan bagian dari prilaku

pendidikan yang notabenenya di satu pihak banyak bergantung dan terikat oleh sistem

sekolah, serta keberadaan keluarga dan masyarakat, di lain pihak, mereka dituntut

(18)

11

yang akan dijalani dengan penuh persaingan yang sangat ketat. Khususnya dalam

proses belajar mengajar di kelas yang mencakup: a. Memperhatikan penjelasan guru,

b. merespon kepada tugas, c. Mengerjakan pekerjaan rumah, d Tidak menyontek.

D. Manfaat Penelitian

Dalam manfaat penelitian ini penulis akan membagi menjadi dua manfaat,

adalah sebagai berikut ini:

1. Manfaat Teoritis

Mengenai teori yang memuat tentang disiplin sudah banyak, namun demikian

seperangkat teori yang secara khusus menyoroti tentang strategi pembinaan disiplin

siswa di Sekolah Menengah Umum (SMU) yang mengacu pada pendidikan nilai

(value education), masih diperlukan. Oleh karena itu untuk menegakan disiplin siswa

di sekolah, pembinaan menjadi perhatian pokok unsur aparatur sekolah.

Peningkatan pembinaan disiplin siswa di sekolah Roueche (Djahiri 1985: 27)

mengemukakan pendapatnya, seperti berikut ini:

a. Pembinaan diri siswa yang menyadari hakekat dirinya.

b. Pembinaan kesadaran nilai luhur manusiawi yang dimilikinya.

c. Membina dan melatih siswa untuk mampu melakukan pelepasan/release rasa

cinta kasihnya, rasa senang, duka dan sedih.

d. Membina kesiapan hidup sukses melalui pembinaan kerjasama dengan

sesama dan lingkungatmya.

e. Pengembangan intelektual selalu serasi dan selaras serta seimbang dengan

pembinaan aspek emosional/afeksinya.

f. Membiasakan bahwa sekolah bukan satu-satunya tempat belajar melalui pola

(19)

Mengungkap esensi teoritis itu adalah tepat manakala kerangka teori yang

dibentuk mengacu pada nilai agama dan nilai budaya, serta dirangkai dalam kerangka

pendekatan fenomenologis sebagai bentuk dan isi penelitian.

Berdasarkan kerangka pemikiran itu diharapkan dalam melihat persoalan

pembinaan disiplin siswa di lokasi penelitian, dapat mengungkap makna apa yang

tersirat dalam fenomena kehidupan berdisiplin sekolah sehingga mampu memberikan

kotribusi berarti bagi tataran teoritik. Karena dalam upaya membina diduga terdapat

perangkat nilai baik yang didasari ataupun tidak disadari oleh pelakunya guru atau

kepala sekolah sebagai interpretasi dari kerangka acuan teoritik yang bersifat teologis

islami, interpretasi dari suatu teori yang dirujuk memiliki konsekuensi logis. Selain

suatu teori memiliki terminologi atau konsep tertentu, teori dapat mempengaruhi pola

tindakan perujuknya. sebab acapkali suatu teori memiliki misi tersendiri dalam

muatan prakteknya di lapangan.

Pada konsep pendidikan umum (general education) misalnya banyak

diketengahkan istilah misalnya membentuk karakter moral (moral character), manusia

utuh complete man), warga negara yang baik (good citizen) atau keluarga bahagia

(happy familly) (Henry, 1952; Haris 1960) yang bermuatan nilai norma dan moral.

Namun nilai, moral norma yang mana yang harus dirujuk?

Mengenai visi manfaat teoritis inilah peneliti berharap dapat menemukan suatu

kerangka pikir yang dapat bermanfaat bagi teori pendidikan nilai kedisiplinan di

sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Umum (SMU). Oleh sebab itu pengamatan

(20)

13

sekolah, dapat membangun asumsi-asumsi baru untuk keperluan teori atau sebagai

verifikasi atas teori yang sudah ada dan sudah diuji kebenarannya.

Mengenai taraf verifikasi teori misalnya; Ulwan (1992; 174) berpendapat

"Bahwa upaya pendidikan kearah tersebut khususnya dalam disiplin hams mengacu

kepada kaidah-kaidah dasar, yaitu: ikhlas, taqwa, ilmu, santun, pemaaf dan

bertanggung jawab". Yang menjadi persoalan adalah: bagaimana realitas

pelaksanaannya didalam kontek pendidikan formal seperti SMU .yang menurut Ma'arif

(1991: 3) "Kerap kali dipandang daiam diiema dichotomy's pendidikan barat yang

dinasionaiisasikan dengan penambahan beberapa mata pelajaran agama dengan sistern

pendidikan Islam dari zaman klasik tanpa pembaharuan secara mendasar".

"Bagaimana pufa pembinaan disiplin siswa yang menjabarkan makna simbolik,

emfirik, estetik, sinoetik, etik, dan sinoptik" (Phentx, 1964: 6) mengarahkan moralitas

positif melalui interaksi secara efektif efesien dan memuaskan (Lipham (985: 37)

menciptakan organisasi dan administrasi sekolah secara interdisipliner,

interdepartemen, dan lintas sektoraf (Henry, 1952:Lipham, 1985, Brameid, 1965) serta

memadukan antara nilai sekuler dengan nilai ketuhanan ( Djojonegoro,. 1993, Djamari,.

1988, Depdikbud, 1994k Dalam cakupan persoalan ituiah penelitian ini, diharapkan

mampu memiliki manfaat secara teoritis.

2. Manfaat Praktis

Peningkatan kwalitas disiplin siswa, sudah barang tentu memerlukan

penjabaran secara oprasionaf jelas dan tuntas. Sementara tugas guru atau kepala

sekolah dalam pembinaan disiplin siswa masih sangat dipengaruhi olehjtgjs^jaksanaan

\>w ant/

CD

«W > . '&

jmn ™

(21)

pendidikan yang sentralistis, formalitas dan seolah-olah hanya menjadi tanggung

jawab guru bidang studi tertentu saja (Pendidikan Agama serta Pendidikan Pancasila

dan Kewarga Negaraan), sedangkan disiplin, merupakan tanggung jawab bersama

semua aparatur sekolah, yang memerlukan kerja sama dengan orang tua.masyarakat

dan pemerintah. Cara pembinaan disiplin yang bagaimanakah yang dipandang tepat?.

Iklim sekolah yang bagaimana yang dinilai kondusif? Andaikata ada suatu pola

pembinaan yang tepat, secara praktis guru-guru dapat belajar dari pengalaman

rekan-rekannya, atau kepala sekolah, dapat belajar dari pola strategi pembinaan disiplin

siswa yang sudah berhasil, dalam membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan muatan lokal

di sekolah yang dipimpinnya.

Maka dari itu, secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat berikut

ini:

1. Memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait dalam proses pendayagunaan

tenaga kependidikan khususnya dalam strategi pembinaan disiplin siswa yang

dilakukan dalam lingkup sekolah tidak hanya terbatas pada aktivitas yang sudah

jelas tercantum dalam tata tertib sekolah, melainkan juga mencakup seluruh

aktivitas sekolah yang menjadi tanggung jawab semua guru.

2. Sebagai acuan dasar bagi para pengelola Lembaga Tenaga Kependidikan (LPTK)

yang terkait untuk merumuskan strategi alaternatif dalam meningkatkan mutu

dalam menentukan strategi pembinaan disiplin siswa yang hendak dicapai sekolah

baik dari pesan kebijakan formal- struktural, maupun berasal dari konvensi yang

(22)

15

3. Secara lebih luas hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat tidak hanya untuk

praktisi dalam bidang pendidikan, melainkan juga sebagai masukan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan dan terkai dengan pelaku pendidikan di sekolah lain,

dan memberikan gambaran pola kebijaksanaan dan pola bertindak dalam strategi

pembinaan disiplin siswa di sekolah, dengan meningkatkan sisi positif dari

keunggulannya dan belajar dari hambatan yang dihadapi di lapangan.

E. Asumsi Penelitian

Penelitian didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Pribahasa mengatakan guru kencing berdiri murid kencing berlari, oleh karena

itu guru dan kepala sekolah merupakan sosok pribadi yang dijadikan contoh dan

tauladan yang baik oleh para siswanya. Betapa pentingnya pemberian contoh

yang dilakukan oleh guru Somad (1990: 38) mengemukakan sebagai berikut:

Oleh karena itu, sikap dan prilaku guru, baik di dalam maupun di luar kelas selalu menjadi perhatian dan contoh buat anak, siswa atau mahasiswa itu snediri. Mulai dari hal-hal yang sifatnya sederhana sampai yang besar atau

kompleks. Sikap dan kepemimpinan itu juga dapat berpengaruh terhadap

terwujudnya disiplin pada murid-muridnya. Seorang guru yang pembawaannya tertib dan empati setiap peraturan sekolah menimbulkan pada murid rasa respek dan dorongan untuk menirunya. Apalagi kalau ia dapat memberikan pelajaran yang oleh murid dirasakan menarik.

2. SMU KORPRI IKIP Bandung yang berada dalam lingkungan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) diharapkan oleh orang dari luar,

bahwa teori-teori kependidikan yang mutakhir mengenai strategi pembinaan

disiplin siswa sudah diterapkan terlebih dahulu sebelum diterapkan di sekolah

(23)

3. Diharapkan setelah diterapkannya strategi pembinaan disiplin siswa, perilaku

siswa khususnya dalam belajar akan lebih baik, sejalan dengan itu

Suryohadiprojo (1989: 230) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: "Sikap

hidup yang patuh dan tertib, baik yang didasarkan atas kemampuan kendali diri

maupun yang terwujud sebagai kebiasaan, akan tumbuh baik kepada diri

manusia apabila diberikan landasan sejak orang berusia muda" . Oleh karena itu

strategi yang digunakan oleh guru dan kepala sekolah dalam pembinaan disiplin

siswa harus dilakukan lebih awal, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku

siswa.

4. Pengawasan yang baik, membantu mempercepat terwujunya pelaksanaan strategi

pembinaan disiplin siswa, sehingga Democratic Supervision in Secondary

School (1953) (Sahertian 1981: 19) mengemukakan:

Pengawasan adalah usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing

secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam

mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian dapat

menstimulir dan membimbing pertumbuhan setiap murid secara kontinyu, sehingga dengan demikian mereka lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas penelitian ini, supaya terarah kepada masalah utama yang

menjadi fokus penelitian, maka berikut ini dikemukakan definisi operasional sebagai

(24)

17

i. Strategi

Kata strateg! dapat diartikan sebagai suatu cara atau siasat yang dilakukan oleh

para guru dan Kepala Sekolah agar siswa dapat mencapai tingkat kedisiplinan yang

optimal.

2. Pembinaan

Kaia pembinaan disini dimaksudkan adalah upaya (tindakan, ucapan dan pikiran)

yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam rnenata siatuasi sekolah dan

perilaku siswa, seperti menegakan tata tertib sekolah dalam akiivita^

berkaitan dengan kegiaian mtra dan eksira kurikuier agar siswa menyadan dalam

melaksanakan aturan dan tata tertib sekolah yang telah ditetapkan.

acjaiah sua'u korxhs; varm tercm-a i'8n terbent;

ranykaian penlaku yang menumukan nilai-tsilai keiaatan. kenatuhan. kesena;; a a n

Keteraturait aan ketertiDan. calam semua ketentuan sekolah sehinaaa

mencapai kondisi yang lebih baik, da'arn upaya ealisasikan tujuan pendidikan

iuic! n a i SSu: nan) merupaKan nroses dar

(25)

menghayati, dan mengamaikan peraturan tata tertib sekolah dalam kehidupan

sehari-hari.

5. Siswa

Siswa disini dimaksudkan sebagai peserta didik yang terdaftar di sekolah dan

menjadi sumber di lapangan penelitian, yaitu mereka tergolong dalam usia

(26)

BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL STRATEGI PEMBINAAN

(27)

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

fenomenologi. Alasan metode dan teknik penelitian dipilih karena masalah yang

dikaji menyangkut masalah yang sedang berkembang dalam kehidupan, khususnya

di SMU KORPRI IKIP Bandung. Melalui pendekatan fenomenologi, diharapkan

deskripsi atas fenomena yang tampak di lapangan dapat diinterpretasi makna dan

isinya lebih dalam.

Pendekatan fenomenologi merupakan salah satu rumpun yang berada

dalam rumpun penelitian kualitatif. Fenomenologi adalah salah satu ilmu tentang

fenomena atau yang nampak, untuk menggali esensi makna yang terkandung di

dalamnya. Soelaiman (1985: 126). mengemukakan pendapatnya: Pendekatan

fenomenologis mengarah pada dwifokus dari pengamatan, yaitu (1) apa yang

tampil dalam pengalaman, yang berarti bahwa seluruh proses merupakan objek

studi (Noes); (2) apa yang langsung diberikan (Given) dalam pengalaman itu,

secara langsung hadir (Present) bagi yang mengalammya. (noema). Sedangkan

langkah pendekatan fenomenologis menurut Soelaeman (1985: 135) memaparkan

sebagai berikut: Terdiri dari dua langkah. Langkah tersebut adalah: Pertama,

epoche, yaitu menangguhkan atau menahan diri dari segala keputusan positif.

Menahan diri dalam pengertian menangguhkan pengambilan keputusan, penting

artinya agar apa yang ditemukan dapat diungkap makna esensialnya. Hal tersebut,

(28)

68

menurut. Soelaeman, proses reduksi harus dilakukan dengan menaruh dalam dua

tanda "kurung". Artinya, reduksi yang dilakukan adalah sesuai dengan apa yang

nampak dari pengamatan kebetulan atau aksidental tampil dalam pengamatan

penehti sebagai pengamat. .Itulah sebabnya ketajaman, dan kecermatan dalam

mengamati sasaran peneletian menjadi tanggung jawab secara fenomenlogis.

Kedua, ideation, yakni menemukan esensi realitas yang menjadi sasaran

pengamatan reduksi obyek individualnya, item dari obyek pengamatan itu. Oleh

sebab itu Soelaeman (985: 137) menyatakan pendapatnya: Esensi dari langkah ini

meliputi: (a) karakteristik umum yang memiliki semua benda atau hal-hal yang

sejenis, (b) universal, yaitu mencakup sejumlah benda atau hal-hal sejenis, (c)

kondisi yang harus dimiliki benda-benda atau hal-hal tertentu untuk dapat

digolongkan dalam jenis yang sama.

Dalam pendekatan rumpun kualitatif, langklah-langkah fenomenologis

tidak terlepas dari ciri umum yang ditampilkan dalam penelitian kualitatif.

Sebagaimana diketengahkan oleh Bogdan (1975: 5), "penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati". "Data yang dikumpulkan

melalui penelitian kualitatif, lebih berupa kata-kata dari pada angka-angka"

(Hadisubroto, 1988: 2). Karena dalam penelitian ini akan lebih memusatkan

perhatian pada ucapan dan tindakan subjek penelitian serta situasi yang dialami

dan dihayatinya, dengan berpegang pada kekuatan data hasil wawancara secara

(29)

Dengan metode dan pendekatan tersebut, penelitian ini diarahkan pula pada

latar belakang dan individu secara holistik (utuh) maksudnya, tidak mengisolasi

individu atau organisasi ke dalam variabel-variabel atau hipotesis, melainkan

memandang sebagai suatu keutuhan (Moleong, 1994: 3), mendasarkan diri pada latar

alamiah atau konteks dari suatu keutuhan (entity). Karena, keutuhan tidak dapat

dipahami jikadipisahkan dari konteksnya (Lincoln &Guba, 1985: 39).

Melalui pengamatan, penafsiran, dan penyimpulan terhadap suatu konteks

peristiwa secara utuh dilakukan atas dasar asumsi bahwa: (1) tindakan pengamatan

mernpengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil

tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperiuan pemahaman; (2) konteks

sangat menentukan dan menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi

konteks yang lainnya, berarti suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan

pengaruh lapangan; (3) sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif

terhadap apa yang dicari (Moleong, 1994).

Pelaksanaan penelitian ini di lapangan secara garis besarnya terdiri dari tiga

tahap adalah sebagai berikut: tahap orientasi, eksplorasi, dan member check.

(Nasution, 1988: 33) Lincoln & Guba, 1985: 253). Sedangkan ketiga tahap penelitian

kualitatif tersebut Lincoln & Guba (1985: 235) memaparkan berikut ini:

1. Tahap orientasi adalah adalah tahap untuk memperoleh cukup informasi yang

dipandang penting untuk ditindaklanjuti.

2. Tahap eksplorasi adalah tahap untuk memperoleh informasi secara mendalam

mengenai elemen-elemen yang telah ditentukan untuk dicari keabsahannya.

3. Tahap member check adalah tahap untuk mengkonfirmasikan bahwa laporan yang

diperoleh dari subyek penelitian sesuai dengan data yang ditampilkan subyek^

dengan cara mengoreksi, merubah, dan memperluas data tersebut sehingga

(30)

70

subyek, dengan cara mengoreksi, merubah, dan memperluas data tersebut

sehingga menampilkan kasus terpercaya.

B. Subyek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini dimaksudkan adalah pada subyek yang

menjadi sasaran penelitian ini. Namun subjek tersebut ada yang sifatnya

menyeluruh yaitu

semua kegiatana yang berkaitan dengan pembinaan disiplin

siswa SMU KORPRI IKIP Bandung, serta ada beberapa orang guru yang

ditentukan melalui observasi awal untuk diwawancarai. Keutuhan kehidupan

sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah

itu dimaksudkan untuk

mengamati kehidupan sekolah secara umum melalui observasi.

Untuk memperoleh data melalui wawancara, ditentukan subjek penelitian

seperti dipaparkan berikut ini:

1. Para guru Sekolah Menengah Umum (SMU) KORPRI IKIP Bandung yang

diantaranya ditetapkan sepuluh orang guru yang aktif membina disiplin siswa,

terdiri dari lima orang guru pegawai negeri yang diperbantukan dan lima orang

guru yang diangkat oleh Yayasan Kesejahteraan KORPRI IKIP Bandung.

2. Kepala sekolah yang secara struktural hirarkis sekolah menduduki jabatan

pimpinan

sekolah

dengan

tataran

manajemen

menengah

(middle

managament) dan ditambah dengan dua orang wakil kepala sekolah yang

membidangi kurikulum dan wakil kepala sekolah yang membidangi

kesiswaan.

3. Siswa diambil dari kelas satu , dua dan tiga berjumlah sepuluh orang, terdiri

(31)

kegiatan intra maupun ekstra kurikuler.

Dari data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi

dokumentasi di lapangan. Dalam hal ini dibagi menjadi empat alur data dari proses

pembinaan disiplin siswa yaitu: (1) data dari kepala sekolah terhadap siswa, atau

sebaliknya; (2) data dari guru-guru terhadap siswa, atau sebaliknya; (3) data dari

kepala sekolah terhadap guru, atau sebaliknya; dan (4) tentang profil siswa hasil

pembinaan kepala sekolah dan dewan guru SMU KORPRI IKIP Bandung.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui tiga

cara yaitu: teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.

1. Teknik Observasi

Secara intensif teknik observasi ini digunakan untuk memperoleh data

mengenai kegiatan guru dan kepala sekolah dalam membina disiplin siswa di

lokasi penelitian. Observasi ini dilakukan dalam setiap aktivitas baik untuk

program kurikuler maupun ekstra kurikuler. Dalam kedua program tersebut

dicarikan esensi persoalan yang menjadi fokus penelitian. Apabila kegiatan

tersebut sudah bernuansa disiplin, maka observasi lebih menitik beratkan pada

eksplorasi esensi hubungan dan interaksi secara interpersonalnya sedangkan

apabila kegiatan sekolah cenderung bersifat formal-skoler maka observasi

(32)

72

kegiatan tersebut baik dalam konteks hubungan maupun interaksi secara

interpersonal dengan masyarakat sekolah, maupun dalam bentuk ucapan dan

tindakan yang mengandung nilai-nilai disiplin terhadap siswa.

Dalam hal ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi non

sistematis, maksudnya tidak menggunakan pedoman buku, berisi sebuah daftar

yang mungkin dilakukan oleh para guru, kepala sekolah dan siswa, tetapi

pengamatan dilakukan secara spontan, dengan cara mengamati apa adanya pada

saat guru dan kepala sekolah melakukan strategi pembinaan disiplin terhadap

para siswanya, serta mengamati aktivitas-aktivitas siswa dalam mentaati aturan

tata tertib sekolah sebagai akibat dari strategi guru dan kepala sekolah dalam

membina disiplin siswa.

2. Teknik Wawancara

Dengan menggunakan teknik wawancara, data utama yang berupa ucapan,

pikiran perasaan dan tindakan dari guru dan kepala sekolah diharapkan akan

lebih mudah diperoleh. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (1988:

73), "bahwa dalam teknik wawancara terkandung maksud untuk mengetahui apa

yang ada dalam pikiran dan perasaan responden". Itulah sebabnya salah satu cara

jalan yang akan ditempuh peneliti adalah melakukan wawancara secara

mendalam dengan subjek penelitian dengan tetap berpegang pada arah, sasaran

dan fokus penelitian yang direncanakan.

Menghindari bias penelitian, peneliti tetap memiliki pedoman wawancara

tersebut bersifat fleksibel, sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan

(33)

mengacu pada fokus penelitian yaitu mengenai strategi guru dan kepala sekolah

dalam membina disiplin siswa di Sekolah Mengah Umum (SMU) KORPRI IKIP

Bandung.

Dalam pelaksanaan wawancara tersebut dapat dilakukan baik di

lingkungan sekolah di rumah atau dimana saja yang dipandang tepat untuk

menggali data agar sesuai dengan konteksnya. Sewaktu-waktu antara peneliti dan

responden menyepakati waktu untuk melakukan wawancara, atau secara

sepontan peneliti meminta penjelasan mengenai suatu peristiwa yang dipandang

perlu dan erat kaitannya dengan pembinaan disiplin siswa. Serta pada saat

melakukan wawancara, peneliti mencatat data yang dipandang perlu sebagai data

penelitian, dan merekam pembicaraan sumber atas persetujuannya terlebih

dahulu.

3. Teknik Dokumentasi

Pelaksanaan teknik ini ditujukan untuk memperoleh data yang bersifat

dokumenter yang terdapat di lapangan. Data yang bersifat dokumenter itu

misalnya: foto-foto, arsip-arsip sekolah, buku catatan harian guru piket, buku

kasus, peraturan tata tertib sekolah baik untuk guru maupun untuk siswa,

peringatan, piagam dan lain sebagainya. Dari data dokumentasi tersebut, peneliti

menanyakan tentang apa, siapa, kapan dimana, bagaimana dan mengapa

dokumen-dokumen tersebut di buat sehingga dokumen-dokumen tersebut dapat

(34)

74

D. Instrumen Penelitian

Instrumennya dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Adapun

alasannya sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lincoln dan Cuba

(1985: 39) menyatakan pendapatnya tentang kelebihan peneliti sebagai

instrumen: "... that all instruments interact with respondents and objects but that

only the human instruments is capable in grasping and evaluating the meaning of

that differential interaction". Oleh karena itu Moleong, (1994: 129) bependapat

adalah: " Mengenai diri sendiri pada dasarnya merupakan bagian penting dari

persiapan peneliti agar benar-benar siap di lapangan, terutama karena akan

bertindak sebagai instrumen."

Selanjutnya dalam hal ini manusia sebagai instrumen penelitian memiliki

kelebihan menurut Moleong (1994: 121) memamparkan sebagai berikut:

Peneliti sebagai instrumen memiliki kelebihan antara lain: (1) ia akan

bersikap responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan

lingkungan; (2) dapat meyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi lapangan

penelitian terutama jika ada kenyataan ganda; (3) mampu melihat persoalan

dalam suatu keutuhan dalam konteks suasana, keadaan, dan perasaan; (4) mampu

memproses data secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali,

mengubah arah inkuiri, merubah hipotesis sewaktu berada di lapangan, dan

mengetes hipotesis tersebut pada responden.

Demikianlah kiranya menjadi jelas alasan penulis menggunakan peneliti

(35)

E. Pengumpulan Data Penelitian

Penelitian mi dilakukan melalui pengumpulan data, didasarkan atas

petunjuk-petunjuk dalam penelitian kualitatif khususnya untuk format studi kasus.

Teknik tersebut secara berurutan terdiri dan tiga tahapan, sebagai berikut: (1)

orientasi, maksudnya adalah mulai dan penjajakan surat izm penelitian, survei

pendahuluan ke SMU KORPRI IKIP Bandung, dan mencari informasi-informasi

yang bersifat umum untuk menentukan fokus penelitian, (2) eksplorasi, yaitu

menggali data dari lapangan melalui observasi, wawancara dan studi dokumenter;

(3) pengecekan (member check), yaitu suatu tahap uji kritis terhadap data

sementara yang diperoleh di lapangan.

F. Analisis Data Penelitian

Pelaksanaan analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif

sebagaimana dikemukakan oleh Poespoprojo (1989: 17) merupakan suatu

penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/banyak) atas dasar

pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit). Sementara menurut

Moleong (1994: 5) analisis ini digunakan atas dasar pertimbangan: (1) proses

induktif lebih dapat mengemukakan kenyataan-kenyataan ganda yang.terdapat

dalam data; (2) analisis induktif lebih dapat membuat hubungan

peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akontabel; (3) analisis tersebut

(36)

76

keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada masalah yang lain;

dan (4) analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama, menghitung

nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.

Pelaksanaan

penelitian

ini

menggunakan

pendekatan

fenomenologis,

diupayakan pula terjadi proses reduksi, interpretasi, dan analisis data dengan

mengikuti alur pendekatan tersebut. Proses reduksi dilakukan untuk mencari inti atau

pokok persoalan dari data yang diperoleh. Untuk menginterpretasi data dilakukan

kembali hasil reduksi sebagai bahan untuk menganalisis atau menyimpulkan

hasil-hasil temuan. Analisis yang dilakukan guru dan kepala sekolah secara keseluruhan di

(37)

BAB IV

(38)

BAJB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Dalam bab terakhir ini akan disajikan kesimpulan, impiikasi dan

rekomendasi penelitian. Pada bagian kesimpulan akan memaparkan tentang

intisan hasil penelitian secara keseluruhan dan deskripsi, interpretasi dan

pembahasan. Pada bagian impiikasi dimaksudkan untuk menemukan banang

merah antara hasii penelitian dengan teori dan praktek serta penelitian lebih

lanjut kelak dikemudian hari. Sedangkan pada bagian rekomendasi akan

mengetengahkan beberapa saran dan pendapat yang bersifat membangun untuk

perbaikan kepada berbagai pihak yang terkait setelah memperoleh kejelasan dari

hasil penelitian di lapangan.

A. Kesimpulan

Setelah menyimak sejenak dari hasil penelitian mengenai strategi

pembinaan disiplin siswa di sekolah, berikut ini akan disimpulkan:

Pertama, Usaha gum dan kepala sekolah melakukan strategi pembinaan

disiplin siswa di sekolah, berlangsung dalam kurun waktu tertentu, dengan cara

menginternaiisasi tata tertib sekolah kepada siswanya di SMU KORPRI IKIP

Bandung, belum berhasil dengan baik. Hal ini tidak dapat dipisahkan dan usaha

yang

mereka

lakukan,

baik

dalam

konteks

penyerapan,

penolakan,,

meningkatkan atau mengembangkan, koreksi dan klarifikasi.

(39)

Memberikan penyerapan tata tertib sekolah yang dilakukan oleh kepala

sekolah, wakil kepala sekolah maupun dewan guru secara menyeluruh dan jelas

kepada para siswanya, adalah mempakan suatu kehamsan yang tidak dapat

disangsikan lagi kebenarannya, karena akan berpengaruh terhadap para siswa

dalam kehidupan sehari-harinya, supaya mampu menghayati dan mengamaikan

tata tertib sekolah secara murni dan konsekwen.

Agar siswa tidak melakukan penolakan terhadap tata tertib sekolah

sehingga tercipia situasi sekolah yang kondusif bagi perkembangan disiplin

siswa, maka gum perlu meningkatkan atau mengembangkan.dan melakukan

koreksi terhadap pelanggaran tata tertib sekolah, serta mengklarifikasi tata tertib

sekolah kepada siswanya.

Kedua, Upaya membina perilaku siswa dengan diterapkannya strategi

pembinaan disiplin s.swa dalam belajar di kelas, bisa dilihat dan mengawali dan

mengakhiri pelajaran dengan pembacaan do'a dan ketertiban selama proses

belajar mengajar dalam kelas.

Dari hasil pengamatan dan wawancara terungkap bahwa strategi

pembinaan disiplin siswa yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam

membina intemaiisasi tata tertib sekolah dan pengenaian lingkungan kepada

siswa di SMU KORPRI IKIP Bandung, sedikit riemi sedikit c.^.k ^

perubahan prilaku pada diri siswa. Perubahan tersebut antara lain dalam bentuk

penampilan siswa, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, mengerjakan tugas

(40)

144

Perhatian siswa terhadap penjelasan gum, kenyataan membuktikan

berpariasi seperti menurut NSIPAl, ribut atau tidaknya kelas tergantung

gurunya, kalau gumnya tidak tegas biasanya perhatian siswa kurang, sedangkan

kalau gurunya tegas dan berwibawa siswa di kelas tidak ribut sehingga perhatian

siswa terfokus pada guru, pada waktu memberikan penjelasan pelajaran.

Keberhasilan

guru

dalam

merubah perilaku

dan

meningkatkan

pengetahuan siswa, juga dikarenakan guru dan kepala sekolah mampu

meletakan dasar-dasar pembinaan yang tepat bagi siswa. Strategi pembinaan

disiplin siswa mereka lakukan sedemikian rupa agar siswa belajar dengan baik

sehmggs tcrcapai tujuan pendidikan nasional seoptimal mungkin.

Ketsga. Pengawasan dalam pembinaan disiplin siswa di SMU KORPRI

IKIP Bandung bersifat melekat dan dipadukan dengan manajemen kelas, terdiri

dari beberapa unsur pengawasan. Pengawasan dari Kantor Wilayah Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat, pengawasan dari Yayasan

Kesejahteraan KORPRI TKTP Bandung, pengawasan dari unsur pimpinan SMU

KORPRI IKIP Bndung. dan pengawasan dari unsur dewan gum yang terdiri dari

guru bidang studi, wall kelas, guru Bimbingan dan penyuluhan dan guru piket.

Pengawasan

dari

kantor

Wilayah

Departemen

Pendidikan

dan

Kebudayaan Propinsi Jawa Barat, berdasarkan hasil wawancara dengan AKS

sebagai kepala sekolah menyebutkan

bahwa pengawasan dilakukan namun

(41)

tahun ajaran bam dan akhir tahun ajaran yaitu pada waktu pelaksanaan evaluasi

belajar tahap akhir dan evaluasi tahap akhir nasional (EBTA-EBTANAS).

Pengawasan dilakukan oleh pihak Yayasan Kesejahteraan KORPRI IKIP

Bandung dilakukan melalui unsur pimpinan dan dewan guru, bentuk

pengawasannya berupa pembinaan

misalnya memberikan pengarahan pada

rapat dewan guru, dan memanggil guru-guru titipan pegawai negeri yang

suaminya tugas belajar di program Pascasarjana IKIP Bandung.

Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada dewan guru

berupa suvervisi, misalnya masuk ke dalam kelas pada waktu gum-guru sedang

mengajar, duduk dibangku bagian belakang sambil memperhatikan proses

belajar mengajar guru dan siswa, setelah selesai guru dipanggil di ruangan

kiiusus kepala sekolah, lalu dilakukan evaluasi sambil diberikan nasehat-nasehat

agar supaya mengajarnya untuk yang akan datang lebih ditingkatkan lag!

kwahtasnya.

Pengawasan yang dilakukan oleh dewan gum terhadap siswa yang

oanyak berperan adalah wali kelas bekerja sama dengan guru bimbingan dan

penyuluhan, gum piker dengan gum bidang studs. Dalam strategi pembinaan

aisiphn siswa, apabila diiinjau secara rnendetai! ternyata memiliki struktur

dasar (fundamental structure) sebagai makna, isi, atau esensi dari upaya

tersebut. Struktur dasar yang terjadi adalah: a upaya guru dalam membina

mengarahkan pada pencapaian tujuan tertentu, meski cara yang ditempuh

berpanasi; namun tetap mengacu pada norma sekolah, b upaya gum yang

(42)

146

membina siswa agar berdisiplin mereka lakukan sebagai perwujudan atas rs

tanggung jawab, d.walaupun intensifnya upaya guru dalam melakuka

pengawasan disiplm terhadap siswa tidak dapat dilepaskan dan pengaruh

formal sekolah.

Maksud dari makna pencapaian tujuan tertentu yang tersirat dalam upaya

strategi pembinaan disiplin siswa di sekolah, tidak ada lam adalah tujuan untuk

membentuk kepribadian yang utuh pada diri yang bermuara pada manusia

penanaman nilai kedisiplinan baik dalam belajar maupun dalam bergaul dengan

sesama manusia baik di sekolah maupun di masyarakat.

Keempat guru dan kepala sekolah dalam memberikan contoh dan

tauladan yang baik untuk merealisasikan disiplin siswa di sekolah, tersirat

nilai-nilai terpuji yang hendak ditranformasikan kepada siswa. Nilai-nilai-nilai tersebut ada

yang langsung memiliki label dan muatan disiplin, dan ada pula yang secara

subtanstal memiliki keterkaitan dengan aspek-aspek penanaman nilai disiplin

kepada siswa. Nilai yang dikategorikan sebagai nilai yang berlabel dan

bermuatan langsung disiplm adalah nilai ketaatan yang dimamfestasikan sebagai

nilai instrumental operasional (NIO) dan sebagai nilai instrumental esensial

(NIR) yang secara eksplisit merujuk pada sumber Al-Qur'an dan Al-Hadits.

Nilai-nilai tersebut antara lain diwujudkan dalam hal kebersihan, datang dan

puiang sekolah, cara berpakaian, sholat ashar berjamaah, kegiatan safeffffttdalam

rasa

an

,A,\f

proses belajar mengajar, mengoreksi dan mengembalikan ha^^£$jH$S&X

serta membiasakan mengucapkan salam. Sedangkan nilai; vari i&Mj&ut o

(43)

adalah nilai yang dianggap baik menurut agama dan budaya yang berlaku

dimasyarakat. Nilai tersebut adalah nilai penanaman disiplin pada diri siswa

yang dimanifestasikan dalam menjaga kebersihan lingkungan, ketertiban dan

keteraturan lingkungan sekolah, kepatuhan terhadap tata tertib sekolah dan

kesopanan dalam berbicara serta dalam bertindak.

Dalam realitas strategi pembinaan siswa sesungguhnya tidak terjadi

pemilahan seperti itu. Ini semua menjadi keutuhan proses yang ditujukan pada

pembentukan pribadi manusia yang berdisiplin. Oleh karena itu mesti secara

makro strategi pembinaan merupakan proses yang disengaja, direncanakan dan

memiliki tujuan tertentu, bisa saja gura dan kepala sekolah sesekali tidak

menyadari nilai-nilai yang terkandung dalam tindakan ucapan dan pikirannya

yang mereka lakukan secara kasuistik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.

Walaupun aturan formal yang terarah, terencana dan terpadu untuk

strategi pembinaan disiplin siswa sudah diluncurkan oleh pemerintah, khususnya

oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dari upaya guru dan kepala

sekolah tersingkap bahwa mereka memiliki inisiatif yang cukup kuat dalam

merealisasikannya, serta siswa berkewajiban untuk mematuhi semua peraturan

yang berlaku, menghormati tenaga kependidikan dan ikut memelihara sarana

dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan sekolah menengah

yang bersangkutan. Hal tersebut menyiratkan pula bahwa ada faktor-faktor lain

yang menjadi pendorong lahirnya kebijaksanaan strategi pembinaan disiplin

(44)

148

B. Impiikasi Penelitian

Dalam bagian ini akan dipaparkan beberapa impiikasi dari hasil penelitian

di lapangan yang terdiri dari impiikasi teoritis dan impiikasi praktis serta impiikasi

untuk peneleitian lebih lanjut kelak dikemudian hari.

1. Impiikasi Teoritis

Setelah menyimak sejenak dari hasil penelitian yang diintisarikan dalam

kesimpulan tersebut di atas, menunjukan bahwa sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal tingkat menengah yang memiliki makna yang penting bagi

pemupukan kesadaran dan membiasakan hidup berdisiplin. Sekarang ini orang

sering menganggap bahwa siswa sekolah menengah umum (SMU) banyak yang

tidak berdisiplin hal ini terbukti dengan maraknya tawuran antar pelajar, di

kota-kota besar serta penyalahgunaan obat dan narkotika. Namun apabila lembaga

pendidikan tingkat menengah ini ditata sedemikian rapa, terutama dalam strategi

pembinaan disiplin siswa di sekolah, yang meliputi membina internalisasi tata

tertib dan pengenalan lingkungan sekolah kepada siswanya, maka akan melahirkan

situasi atau iklim pendidikan yang kondusif bagi perkembangan pribadi siswa yang

berdisiplin.

Perubahan tingkah laku siswa dalam kelas dengan diterapkannya strategi

pembinaan disiplin siswa khususnya dalam belajar di kelas, yang diarahkan pada

pencapaian tujuan disiplin siswa dalam belajar merupakan satu kesatuan utuh vang

(45)

dan pikiran yang diupayakan atau dilaksanakan oleh para pelaku pendidikan,

dituntut untuk menciptakan situasi yang utuh. Pengelompokan nilai-nilai hanyalah

berlaku pada tataran teoritis saja. Karena pada tataran praksis semuanya menyatu

menjadi pola tindakan yang mencerminkan kekhususan yang membedakan antara

situasi pendidikan yang satu dengan yang lainnya dalam kehidupan sehari-hari

baik di sekolah maupun di masyarakat.

Pelaksanaan pengawasan dalam pembinaan disiplin siswa di sekolah yang

dipandang memiliki arti strategis adalah pengawasan dari pihak-pihak yang

berkompeten. Pengawasan tersebut membawa dampak psikologis yang kuat dalam

membangkitkan semangat disiplin siswa maupun gumdi sekolah.

Impiikasi teoritis dari penelitian ini dapat ditemukan pula pada kajian yang

dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam memberikan contoh dan tauladan

yang baik untuk merealisasikan terbinanya disiplin siswa di sekolah. Pemberian

contoh tauladan yang baik itutentunya dalam setiap situasi pendidikan. Oleh sebab

itu istilah pendidikan sendiri mengandung maksud dan tujuan, paling tidak

bermakna mengajar. Sebagai upaya pendidikan yang mengandung konsekwensi

logis yang cukup penting dalam memperlakukan siswa sebagai siswa, sehingga

sosok peserta didik dipandang sebagai perwujudan dari berbagai aspek yang

dimilikinya selama ia masih hidup.

Pemberian contoh tauladan yang baik merupakan esensi atau isi yang

muncul dari apa yang dapat diamati dari sekumpulan fenomena yang muncul. Maka

dari itu, kerangka teori yang haras dibentuk dan pendekatan yang haras digunakan

apabila ada hasrat penelitian ingin dilakukan secara mendetail yang akan

(46)

150

fenomenologis yang mampu memenuhi hasrat peneliti. Pendekatan ini mampu

mengungkap atau menyingkap, sehingga hal-hal yang tidak dapat terbaca melalui

pengamatan sepintas, untuk menemukan contoh tauladan yang baik.

Budaya yang harus dikembangkan terhadap siswa, ialah budaya malu yang

diartikan

rasa tertahan dirinya dari mengerjakan sesuatu, karena takut cercaan

orang. Malu yang haras dipunyai oleh seorang siswa, yakni malu mengerjakan

sesuatu jika perbuatan itu melanggar norma-norma yang berlaku di sekolah, rumah

dan masyarakat. Ghazaly (Ashshiddiqy: 1951: 40) mengemukakan 'Apabila engkau

dapati anakmu yang masih kecil merasai malu-malu, mulai meninggalkan sesuatu

pekerjaan takut cercaan orang, adalah yang demikian itu tanda telah mulai bersinar

cahaya akalnya dan tanda keimbangan achlaknya dan keheningan rohaninya'.

Sedangkan sabda Nabi Muhammad SAW (Ashshiddiqy: 1951: 40) 'Al hayaa-u

minal imaani = malu itu sebahagian iman. Al hayaa-u nidhaamul imaani = malu

itu penyusun tata tertib iman (tali yang merangkaikan iman). Qillatul hayya-i

kufrun =- kurang malu itu kufur (perangai orang yang mengingkari kebenaran)'.

2. Impiikasi Praktis

Dalam tataran praktis penelitan ini memiliki impiikasi yang cukup luas

dalam kehidupan sehari-hari dalam masalah pendidikan. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa sekolah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang isinya

dapat dibentuk sesuai dengan keinginan pelakunya. Dalam hal ini memiliki maksud

bahwa eksistensi suatu sekolah sangat bergantung pada siapa yang menjadi kepala

sekolahnya, siapa yang menjadi gurunya, siapa yang menjadi siswanya dan siapa

(47)

Berhubungan dengan hasil penelitian ini, terpaparkan bahwa peranan

kepala sekolah sebenarnya tidak hanya terbatas pada pemenuhan aturan-aturan

yang bersifat formal saja, melainkan seorang kepala sekolah dapat tampil

menjadi multi fungsi. Sehingga ia dapat berlaku sebagai seorang pemimpin

yang bertanggung jawab sebagai pemimpin dalam semua kegiatan yang

berlangsung dimana saja tentunya teratama dalam masalah pendidikan, ia pun

dapat tampil sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab dalam ucapan,

tindakan dan pikimnya terhadap profesinya. Selain dari pada itu juga ia dapat

sebagai bapak dari semua siswanya atau patner bagi rekan sekerjanya yang

terdiri dari wakil kepala sekolah, gura bidang studi, wali kelas, gura bimbingan

dan penyuluhan, gura piket, dan karyawan tata usaha sekolah, manakala ia

mampu mengembangkan hubungan interpersonal yang harmonis antara sesama

manusia tentunya sukses akan datang menyertainya.

Untuk menjadi seorang sosok yang berdisiplin, cara membangun

hubungan yang harmonis antara anggota masyarakat sekolah tidak menjadi

persoalan, karena sebagai orang yang berdisiplin, nilai-nilai kepentingan untuk

menjalin hubungan baik, dalam memberikan manfaat dan belajar dari orang lain

mempakan suatu perwujudan dirinya dalam meralisasikan norma-norma

disiplin. Itulah sebabnya, manakala suatu sekolah dipimpin oleh seorang kepala

sekolah atau* dibina oleh gum-guru yang memiliki komitmen disiplin yang

tinggi, walaupun ada beberapa orang siswa dan guru yang terkesan suka

melanggar tata tertib sekolah, mereka akan dapat mernpengaruhi dalam

(48)

152

Strategi pembinaan disiplin siswa di sekolah sebagai tujuan dan nilai

yang hendak dicapai, dapat dikembangkan di sekolah melalui penataan

situasi-situasi yang menanamkan nilai disiplin. Gura atau kepala sekolah harus

melakukan pendekatan yang dipandang tepat dalam konteks ruang dan waktu

yang tepat. Pendekatan yang dapat mereka lakukan antara lain dengan

menginternalisasikan tata tertib dan pengenalan lingkungan sekolah kepada

siswa, adanya pengawasan dari pihak yang berkompeten, dan dengan

memberikan contoh tauladan yang baik kepada siswa.

Selain dari pada itu yang dipandang perlu dalam penataan disiplin siswa

di sekolah, guru dan kepala sekolah haras memiliki inisiatif untuk

mengembangkan suasana atau iklim sekolah yang kondusif bagi pemupukan

semangat berdisiplin siswa.

Para aparatur sekolah tidak usah menunggu teguran atau sangsi dari

pihak yang berkompeten dalam menjalankan strategi pembinaan disiplin siswa

di sekolah, sebab secara konstitusional pelaksanaan disiplin siswa di sekolah

telah memiliki landasan yang kuat, sebagaimana tertuang secara gamlang dalam:

UU No 2 tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional, keputusan Presiden

tahun 1995, surat edaran MENKO POLKAM tahun 1995, intraksi

MENDEKBUD tahun 1995 dan intruksi Gubemur Propinsi Jawa Barat tahun

1995.

Cara lain secara formal yang dapat ditempuh dalam rangka mewujudkan

(49)

kegiatan intra maupun ekstra kurikuler serta menyisipkan nilai kedisiplinan

dalam setiap mata pelajaran.

3. Impiikasi Bagi Penelitian Selanjutnya

Setelah diperolehnya hasil-hasil penelitian, akhirnya timbul

implikasi-implikasi bagi penelitian lebih lanjut kelak di kemudian hari, berikut ini

implikasinya akan dipaparkan adalah:

Pertama, penelitian yang berhubungan dengan strategi pembinaan

disiplin siswa di sekolah merupakan tofik yang menarik dan strategis untuk

dikembangkan. Oleh karena itu alangkah baiknya penelitian ini seyogyanya

diperdalam secara optimal. Untuk melengkapi sumber-sumber yang dianggap

berkompeten untuk memberikan masukan dalam penelitian ini, perlu

diikutsertakan seperti: Guru, unsur pimpinan sekolah, siswa, pegawai tata usaha,

penjaga sekolah, orang tua siswa para alumni, masyarakat sekitar sekolah,

pengawas baik dari pihak KANWIL DEPDIKBUD maupun pihak Yayasan

Kesejahteraan KORPRI OOP Bandung. Selanjutnya dalam meninjau masalah

strategi pembinaan disiplin siswa di sekolah dapat dilengkapi dengan tinjauan

dari berbagai segi, secara terperinci seperti latar belakang kondisi sosial

ekonominya, keluarga dan pendidikan yang dialami siswa, gum dan kepala

sekolah, serta kesejahteraan gura dan karyawan administrasinya.

(50)

154

dalam satu propinsi. sehingga dengan cara demikian, proses yang ditempuh oleh

masing-masing sekolah dalam strategi pembinaan disiplin siswa di sekolah dapat

diungkap lebih mendalam. Dari hasil penemuan itu dapat dijadikan suatu model

untuk diterapkan di jenjang sekolah menengah umum (SMU) di seluruh

Indonesia.

Ketiga, Perlu suatu studi mengenai bagaimana gura menerapkan cara,

metode, atau pendekatan dalam mengaitkan nilai kedisiplinan siswa, dalam

berbagai mata pelajaran dapat diangkat secara khusus dalam suatu penelitian

yang mendetail. Pelaksanaan penelitian ini sangat penting artinya bagi cara,

metode, atau pendekatan yang baik dan tepat untuk menerapkan nilai-nilai

kedisiplinan siswa dalam kehidupan sehari hari baik di sekolah maupun di

masyarakat.

Keempat, dapat juga dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam

tofik serupa, dengan cara tidak hanya sampai pada, bagaimana sebaiknya suatu

strategi pembinaan disiplin siswa di sekolah, melainkan juga sampai pada mana

yang lebih baik, dengan menggunakan standar ukur yang lebih jelas, dan untuk

mengungkap lebih rinci sehingga tuntas aspek-aspek yang melatar belakangi

disiplin siswa, baik ditinjau dari sudut batasan lingkungan, orang, budaya dan

kecerdasan, sehingga dapat menggambarkan secara mendalam, bagaimana siklus

kehidupan dan penyebab munculnya profil kualitas kedisiplin siswa di sekolah.

Kelima, kenyataan membuktikan bahwa guru dan kepala sekolah sangat

memegang peranan penting dalam kepribadian siswa yang berdisiplin. Tentunya

(51)

belum terungkap secara jelas dalam penelitian ini. Oleh karena itu perhatian

yang serins dalam mengungkap persoalan tersebut dapat ditindak Sanjuti secara

semis, mendalam dan cermat, sehingga hasilnya bisabetul-betul akurat.

C. Rekomendasi

Setelah memperhatikan hasil masalah temuan penelitian ini, perlu

diungkapkan beberapa rekomendasi, untuk penyempurnaan lebih lanjut,

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk Kepala Sekolah

a. Perlu Ketauladanan kepala sekolah, sikap konsisten dalam menegakkan

tata tertib sekolah, dan sesuainya perkataan dengan perbuatan mutlak

diperlukan untuk membangun kepercayaan di kalangan warga sekolah.

b. Perlu lebih dikembangkan Teknik-teknik ganjaran sosial (social

rewards) oleh kepala sekolah untuk menguranei perilaku yang tidak

dikehendaki pada warga sekolah. berupa senvuman. puiian sapaan

namun tetap dibarengi dengan ketegasan. Teknik-teknik tersebut

dilakukan bersamaan dengan dibarengi usaha-usaha yang konsisten

dalam menegakan disiplin siswa di sekolah

c. Perlu dibentuk wahana-wahana yang mengarah pada pengembangan

keterampilan pro-sosial (pro-social skills) dan pembinaan keimanan dan

(52)

156

baru dan jenis kegiatan yang disukai oleh kaula muda namun tidak

menyimpang dari norma-norma agama,

d. Kepala sekolah perlu untuk semakin responsif dan proaktif dalam

menanggapi apa yang terjadi di luar sekolah serta menyiapkan cara-cara

penanganan yang sesua

Referensi

Dokumen terkait

kemampuan pelatihan kecakapan pelatihan secara keseluruhan, 3)pengembangan bahan pelatihan, 4)perencanaan strategis, 5)membangun jaringan sumber daya pelatihan,

Pada hari ini, Rabu tanggal Empat bulan Juli tahun Dua Ribu Dua Belas , sesuai dengan jadwal yang termuat pada website LPSE http://lpse.kemendag.go.id, Pokja

Kesimpulan yang dihasilkan pada PKM ini adalah adanya antusiasme, kerjasama serta kerja keras dari tim pengabdian serta kedua UKM mitra dalam meningkatkan hasil

Pengamatan terhadap roti bersubstitusi tepung ampas kopra puti yaitu: kadar protein, karbohidrat, lemak dan kadar serat kasar serta uji organoleptik meliputi tekstur,

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan media video dapat meningkatkan pembelajaran IPS

Seorang yang berkaca mata miopi tak mampu melihat dengan jelas benda yang terletak lebih 50 cm dari matanya, Kacamata yang dibutuhkan untuk melihat jauh harus

Sasaran pokok yang ketiga dari Misi ini berfokus pada akuntabilitas pemerintah daerah dalam hal ini yang perlu dicermati adalah sasaran berkaitan dengan berbagai

Sedangkan syaratnya adalah Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah; kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan; kontrak harus bebas riba; Penjual