BUPATI BINTAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BINTAN
,
Menimbang : a. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
merupakan dokumen perencanaan pembangunan
daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun memuat
visi, misi dan arah pembangunan daerah yang
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional ;
b. bahwa untuk menciptakan integrasi, sinkronisasi dan
mensinergikan
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan dalam
kurun waktu 20 (dua puluh) tahun perlu menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
c. bahwa sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah;
d. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Bintan Tahun 2005-2025.
Mengingat : 1.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam
lingkungan
Daerah
Provinsi
Sumatera
Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3896);
2.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4237);
4.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan
Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286);
5.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4355);
6.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
7.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
9.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Penataan Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Tahun 2005-2025;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah
Kabupaten Bintan Tahun 2011-2013 ( Lembaran
Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2012 Nomor 2 ).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BINTAN
dan
BUPATI BINTAN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN
DAERAH
TENTANG
RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN
BINTAN TAHUN 2005–2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bintan.
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bintan.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten
Bintan.
7. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam
aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses
terhadap
pengambilan
kebijakan,
berdaya
saing,
maupun
peningkatan indeks pembangunan manusia.
8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah
Kabupaten Bintan untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
9. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
10. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
BAB II
MATERI MUATAN DAN FUNGSI RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
Pasal 2
(1) Penyusunan RPJPD mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional;
(2) Rincian RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
memuat visi, misi dan program Bupati.
BAB III
SISTEMATIKA
Pasal 3
RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terdiri dari :
a. BAB I
: PENDAHULUAN;
b. BAB II ; GAMBARAN UMUM WILAYAH;
c. BAB III ; ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS;
d. BAB IV ; VISI DAN MISI DAERAH;
e. BAB V ; ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH; dan
f. BAB VI ; KAIDAH PELAKSANAAN.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Bintan.
Ditetapkan di Bandar Seri Bentan
pada tanggal 15 Desember 2015
Pj.BUPATI BINTAN,
DOLI BONIARA
Diundangkan di Bandar Seri Bentan
pada tanggal 15 Desember 2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BINTAN,
LAMIDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015 NOMOR 5
NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU : ( 5/ 2015)
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025
I. UMUM.
Pemerintah Kabupaten Bintan mempunyai tugas dan kewajiban
untuk menetapkan RPJPD yang merupakan dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun memuat
visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Upaya
pengembangan
dan
penerapan
sistem
pertanggungjawaban
yang
tepat,
jelas,
legitimate,
sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung
secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab,
serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, ditetapkan melalui
RPJPD dengan memperhitungkan faktor sumber daya alam dan
lingkungan hidup, kependudukan, pendidikan, kesehatan, Sumber
Daya Manusia (SDM), gender, ekonomi, politik, hukum dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Peraturan perundang-undangan
mengamanatkan RPJPD ditetapkan dengan peraturan daerah.
II. PASAL DEMI PASAL.
Pasal 1
cukup jelas.
Pasal 2
cukup jelas.
Pasal 3
cukup jelas.
Pasal 4
cukup jelas.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Dasar HukumPenyusunan ……….. 5
1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya ……….. 7
1.4. Sistematika Penulisan ……….. 8
1.5. Maksud dan Tujuan ... 9
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi………..10
2.1.1 Aspek Geografi……….……….10
2.1.1.1. Wilayah dan batas administrasi………...11
2.1.1.2. Topografi……….…. 12
2.1.1.3.Geologi……….………...12
2.1.1.4. Jenis Tanah……….………….……13
2.1.1.5. Hidrologi dan Hidrogeologi……….…....13
2.1.1.5.1. Air Bawah Tanah Dangkal………..….14
2.1.1.5.2. Air Bawah Tanah Dalam………..….14
2.1.1.5.3. Mata Air……….…….…….…15 2.1.1.6. Klimatologi……….……….….….15 2.1.1.7. Penggunaan Lahan……….…….….….15 2.1.2 AspekDemografi……….…….….…17 2.1.2.1 JumlahdanKomposisiPenduduk………..…..……17 2.1.2.2. Penduduk 15 TahunkeAtasMenurutLapanganPekerjaan 19 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat………...…..21
2.2.1. FokusKesejahteraandanPemerataanEkonomi………..…….. 21
2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB………...…...……..21
2.2.1.2. LajuInflasiKabupatenBintan………....….23
2.2.1.3. PDRB per Kapita………...…….24
2.2.1.5. IndeksKetimpangan Williamson (indeksketimpangan regional)……….25 2.2.1.6. PersentasePenduduk di AtasGarisKemiskinan……..……..25 2.2.2. FokusKesejahteraanSosial……….…...26 2.2.2.1. Pendidikan………...….26 2.2.2.2. Kesehatan……….…....30 2.2.2.3. Ketenagakerjaan……….…....33 2.2.3. FokusSeniBudayadanOlahraga……….….….35 2.2.3.1. Kebudayaan………....35 2.2.3.2. PemudadanOlahraga……….35
2.3. Aspek Pelayanan Umum...36
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib...36
2.3.1.1. Pendidikan...36 2.3.1.2. Kesehatan...47 2.3.1.3. Pekerjaan Umum...60 2.3.1.4. Perumahan...63 2.3.1.5. Penataan Ruang...66 2.3.1.6. Perhubungan...67 2.3.1.7. Lingkngan Hidup...70 2.3.1.8. Pertanahan...71
2.3.1.9. Kependudukan dan Catatan Sipil...72
2.3.1.10. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak...74
2.3.1.11. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejatera...76
2.3.1.12. Sosial...78
2.3.1.13. Ketenagakerjaan...80
2.3.1.14. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah...84
2.3.1.15. Penanaman Modal...85
2.3.1.16. Kebudayaan...86
2.3.1.17. Kepemudaan dan Olahraga...87
2.3.1.18. Kesatuan Bangsa...89
2.3.1.19. Otonomi Daerah, Pemerintah Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian...90
2.3.1.20. Ketahanan Pangan...91
2.3.1.21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa...92
2.3.1.25. Perpustakaan...94
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan...95
2.3.2.1. Pertanian...95
2.3.2.2. Energi dan Sumber Daya Mineral...97
2.3.2.3. Pariwisata...98
2.3.2.4. Kelautan dan Perikanan...99
2.3.2.5. Perdagangan...100
2.3.2.6. Perindustrian...101
2.4. Aspek Daya Saing Daerah...101
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah...101
2.4.1.1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian………..…..101
2.4.1.2. Penataan Ruang………..……..102
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur………...104
2.4.2.1. Sarana Transportasi...104
2.4.2.2. Sarana Perdangangan Jasa...104
2.4.2.3. Sarana Telekomunikasi...104
2.4.2.4. Sarana Ekonomi...104
2.4.2.5. Sarana Peribadatan...105
2.4.2.6. Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman Umum.106 2.4.2.7. Sarana Seni, Olah Raga, dan Pariwisata...107
2.4.2.8. Prasarana Air Bersih...108
2.4.2.9. Prasarana Persampahan...109
2.4.2.10. Prasarana Drainase...109
2.4.2.11. Prasarana Jalan...110
2.4.2.12. Prasarana Listrik...111
2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi...113
2.4.3.1. Angka Kriminalitas...113
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Permasalahan Pembangunan………..115
3.1.1. AspekKesejahteraanMasyarakat……….………116
3.1.2. AspekPelayananUmum……….118
3.3. IsuStrategiInternasional………128 3.3.1. Isu Strategis Nasional……….129 3.3.1.1. Kebijakan RPJPN 2005-2025………..129 3.3.1.2.PengembanganMasterplanPercepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)……….……132 3.3.2. IsuStrategis Regional……….… 133 3.3.3. IsuStrategisLokal………..…137 BAB IV VISI DAN MISI DAERAH
4.1. Visi………147 4.2. Misi………150
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
5.1. Sasaran pokok dan arah kebijakan………..155 5.1.1. Misi1
:MengembangkandanMengoptimalkanPotensiKelautandanPariwisataSeca raBerkelanjutanSebagaiDayaDukungdanDayaUngkit Pembangunan Daerah……….…156 5.1.2. Misi2 :Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan……….…157 5.1.3. Misi3:MeningkatkanKualitas Infrastruktur Daerah Guna
Menunjang Peningkatan Perekonomian Daerah………..159 5.1.4. Misi4 :Mengembangkan Sistem Manajemen Pemerintahan Yang Peduli Terhadap Kualitas Pelayanan Masyarakat dan Penerapan Prinsip-Prinsip Penatausahaan Pemerintahan Yang Baik (good governance)..161 5.1.5. Misi5 : Mengembangkan dan Melestarikan Budaya Melayu Yang Agung Dengan Hubungan Kekerabatan Yang Harmonis Sehingga Mampu Menciptakan Iklim Kondusif Bagi Peningkatan Kesejahteraan, Kegiatan Sosial dan Ekonomi Masyarakat……….…164 5.1.6. Misi6 :Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup dan Mencegah Kerusakan Lingkungan Secara Komprehensif………..168 5.1.7. Misi7 :Meningkatkan Daya Saing Daerah Dalam Skala Nasional dan Internasional……….……170
5.2. TahapandanPrioritas………..170
5.2.1.Tahapan Lima Tahun Ke-1 (2005–2010)………..172
5.2.2. Tahapan Lima Tahun Ke-2 (2010-2015)………..176
5.2.3. Tahapan Lima Tahun Ke-3 (2015-2020)………..182
5.2.4. Tahapan Lima Tahun Ke-4 (2020-2025)………..189
BAB II
2.1 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bintan, Tahun 2011………..….16
2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2011-2014……….………18
2.3 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 2014………..….18
2.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………...……….…18
2.5 Persentase Penuduk Berumur 15 Tahun keAtas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….21
2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bintan……….….….22
2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bintan………....22
2.8 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Provinsi/Kabupaten/Kota………..23
2.9 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2014………...24
2.10 Proporsi Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten………..….26
2.11 Fokus Kesejahteraan Masyarakat Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2010-2014……….27
2.12 Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Nasional Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….………27
2.13 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 2010-2014………28
2.14 Perbandingan Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2010 -2014………..…28
2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA Tahun 2010-2014……….29
2.16 Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTA Tahun 2010-2014………...29
2.17 Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 2010-2014………..32
2.18 Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2009-2014……….32
2.19 Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..36
2.20 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014….…37 2.21 Rasio Guru/Murid di SetiapJenjangPendidikan di KabupatenBintanTahun 2010-2014………...37
2.22 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang Melek Huruf dan Buta Huruf di Kabupaten Bintan
pada Tahun 2010-2014……….38
2.23 Banyaknya Sekolah Dasar, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status Di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011………..…..40
2.24 Jumlah Rombongan Belajar SD se Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011……….………40
2.25 Jumlah Rombongan Belajar MI se Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011………..………41
2.26 Banyaknya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun 2007-2011……….…42
2.27 Banyaknya Madrasah Tsanawiyah (MTs), Muriddan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun 2008-2011………...42
2.28 Banyaknya Sekolah Menengah Atas (SMA), Muriddan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011………..43
2.29 Banyaknya Madrasah Aliyah (MA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011………..43
2.30. Banyaknya Sekolah Menengah kejuruan (SMK), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011……….44
2.31 Banyaknya Taman Kanak-Kanak, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status diKabupaten Bintan, Tahun 2007-2011………..45
2.32 Banyaknya Raudathul Athfal (RA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status diKabupatenBintan, Tahun 2007-2011………...45
2.33 Angka Kelulusan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..….46
2.34 Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..47
2.35 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2010………..….47
2.36 Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..……57
2.37 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….……60
2.38 Rasio Tempat Ibadah Per 1000 Penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………....61
2.39 Rasio Tempat Pemakaman Umum per 1000 Penduduk Tahun 2012-2014………....62
2.40 Rasio Tempat Pembuangan Sampah Per Satuan Penduduk di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..62
2.41 Panjang Jalan Dilalui Roda 4 di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………63
2.42 Rumah Tangga Pengguna Air bersih Tahun 2014…….………..……64
2.45 Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber-HPL/HGB di Kabupaten Bintan Tahun
2010-2014………..……….67
2.46 Jumlah Penumpang Angkutan Darat dan Laut di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………….…68
2.47 Jumlah Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………...…69
2.48 Persentase Penduduk Berakses Air Minum di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….71
2.49 Persentase Kepemilikan KTP di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….………72
2.50 Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Tahun 2010-2014……….………74
2.51 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (Eksekutif) Tahun 2010-2014……….….74
2.52 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta Tahun 2010-2014………...…..74
2.53 Proporsi Kursi DPRD yang Diduduki Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….….75
2.54 Rasio Perempuan dalam Angkatan Kerja di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..……75
2.55 Rasio KDRT di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….………76
2.56 Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………...76
2.57 Rasio Akseptor KB di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..……..76
2.58 Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..………….77
2.59 Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….…….77
2.60 Jumlah Total Sarana Sosial di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….….78
2.61 Jumlah PMKS yang Mendapat Bantuan Sosial di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……..………79
2.62 Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………80
2.63 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..…………..…80
2.64 Indikator Ketenagakerjaan Tahun 2010-2014……….……….…….81
2.65 Indikator Ketenagakerjaan Tahun 2010-2014……….……..………81
2.66 Indikator Ketenagakerjaan Tahun 2010-2014……….………..82
2.67 Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..….82
2.68 Penyelesaian PHI dan PHK di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….…………83
2.69 Besaran Pekerja/Buruh yang Menjadi Peserta Program Jamsostek diKabupaten Bintan Tahun 2010-2014….………...……….……83
2.70 Besaran Kasus yang Diselesaikan Dengan Perjanjian Bersama (PB) di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………....………..………84
2.72 Perkembangan Indikator Kinerja Penanaman Modal Tahun 2010-2014……….……….86
2.73 Indikator Kinerja Kebudayaan Tahun 2010-2014………..………..87
2.74 Jumlah Situs, Benda danKawasan Cagar Budaya yang Dilindungi dan Dipelihara di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..…..87
2.75 Jumlah Organisasi Pemuda di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..……….…..88
2.76 Jumlah Organisasi Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..…..…88
2.77 Jumlah Kegiatan Kepemudaan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..…….….88
2.78 Jumlah Kegiatan Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….89
2.79 Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormasdan OKP di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……..89
2.80 Kegiatan Pembinaan Politik Daerah di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..…….90
2.81 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk Tahun 2010-2014……….………...90
2.82 Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2010-2014……….91
2.83 Perkembangan Indikator Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……….….92
2.84 Perkembangan Indikator Kinerja Kearsipan Tahun 2010-2014………..…….………..93
2.85 Perkembangan Indikator Kinerja Komunikasi dan Informatika Tahun 2010-2014……….….94
2.86 Perkembangan Jumlah Perpustakaan dan Koleksi Buku Tahun 2010-2014……….………95
2.87 Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..……96
2.88 Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………..………….97
2.89 Perkembangan Produksi Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014………...……….………….97
2.90 Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014.………..98
2.91 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bintan Tahun 2010- 2014…….. …..99
2.92 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan Tahun 2013-2014…………..100
2.93 Rasio Ketaatan terhadap RTRW dan hitungan luas wilayah produktif, Industri, kebanjiran Kekeringan dan perkotaa Tahun 2014……….. 103
2.94 Jumlah orang/barang yang terangkut angutan umum Tahun 2014………... 104
2.95 Jumlah Sarana Peribadatan Kabupaten Bintan Tahun 2013……….……….….106
2.97 Jenis Kelas dan Jumlah Restoran ……….. 108
2.98 Jenis Kelas dan Jumlah Penginapan Hotel……….. 108
2.99 Presentase Rumah tangga (RT ) yang menggunakan Air bersih Tahun 2014……….. 108
2.100Jumlah Daya Tampung dan Daya Angkut Sampah di Kabupaten Bintan Tahun 2011……….. 109
2.101Rasio Panjang Jalan Per Kendaraan Tahun 2014……… 111
2.102 Rekapitulasi Konsumsi listrik Kabupaten Bintan berdasarkan Daftar pelanggan Th. 2010… 111
2.103 Neraca Listrik Kebaupaten Bintan Tahun 2010……….. 111
2.104 Jumlah Listrik Desa yang terpasang Tahun 2006-2010……… 112
2.105 Rasio Ketersediaan Daya Listrik. ………. 113
2.106 Angka kriminalitas di Kabupaten Bintan Tahun 2008-2011 ………. 113
BAB III 3.1 Identifikasi Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Ekonomi Prioritas……….………138
3.2 Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Sosial – Masyarakat Prioritas………..……….142
3.3 Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Lingkungan Prioritas………..……….……143
3.4 Daftar 10 IsuKunci Pembangunan Berkelanjutan Di Kabupaten Bintan………..…………..145
BAB IV 4.1. Visi ……… 148
BAB V 5.1 Sasaran Pokok dan Indikator Kinerja RPJPD Kabupaten Bintan 2005-2025……….…………..….174
5.2 Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bintan 2005-2025……..…..….177
5.3 Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang RPJPD Kabupaten Bintan 2005-2025………183 BAB VI
BAB I
1.1 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan………....……...7
BAB II 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Bintan………11
2.2 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Yang Dilakukan………20
2.3 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan…....20
2.4 Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup, 2010 – 2014………...………..….30
2.5 Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup, 2010 – 2014………..…….31
2.6 Angka Kematian Ibu Per 1.000 Kelahiran Hidup, 2010 – 2014………..………..31
2.7 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Yang Dilakukan.………34
2.8 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan…....34
2.9 Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014……....…………..38
2.10 Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun 2005-2010……...………39
2.11 Rasio Posyandu Per 1.000 Balita Tahun 2010 – 2014………48
2.12 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 – 2014…………49
2.13 Rasio Rumah Sakit Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 – 2014………..………….50
2.14 Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Tahun 2010 – 2014………51
2.15 Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Yang Ditangani Tahun 2010 – 2014……….51
2.16 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Komplikasi Kebidanan Tahun 2010 – 2014...……….52
2.17 PersentaseDesa Yang Mencapai UCI Tahun 2010-2014………53
2.18 Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Tahun 2010 – 2014…………..…..54
2.19 Kasus TB Paru (BTA Positif) yang Ditangani Tahun 2010 – 2014………..………...55
2.20 Persentase Kasus DBD yang Ditangani Tahun 2010 – 2014……….………..56
2.23 Cakupan Pembantu Puskesmas Tahun 2010 – 2014……….59
2.24 Kawasan Produktif di Kabupaten Bintan (Ha)………..……..103
2.25 Jumlah Sarana Ekonomi Kabupaten Bintan Tahun 2011……….………105
2.26 Tingkat Kemantapan Jalan Kabupaten (Km) Tahun 2009-2010………..………110
BAB III 3.1 Bagan Alir Isu Strategis……….…………128
3.2 Telaah Koridor Pengembangan Dalam MP3EI……….….132
3.3 Rencana Sub Wilayah Pengembangan Kab Bintan 2011-2031………. 146
BAB IV BAB V 5.1 Tahapan Rencana pembangunan jangka Panjang Kab.Bintan………..…….173 BAB VI
Lampiran I : Peraturan Daerah Kabupaten Bintan
Nomor : 5 Tahun 2015
Tanggal : 15 Desember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakangKabupaten Bintan sebelumnya merupakan kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga di mancanegara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan Kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Berdasarkan surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/ Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut:
1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan (termasuk kecamatan Bintan Timur,Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang).
2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah kecamatan Karimun, Kundur dan Moro.
3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang.
4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Berdasarkan Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan berpedoman pada Instruksi Gubernur Riau tanggal10Februari 1964No.524/A/1964 dan
Instruksi No. 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.UP/256/5/1965menetapkan bahwa terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah Administratif kewedanaan dalam kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan. Pada tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1983, telah dibentuk kota administratif Tanjungpinang yang membawahi 2 (dua) kecamatan yaitu kecamatan Tanjungpinang Barat dan kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan peraturan pemerintah No. 34 tahun 1983 telah pula dibentuk kotamadya Batam. Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian kabupaten Kepulauan Riau.
Berdasarkan Undang-Undang No. 53 tahun 1999 dan UU No. 13 tahun 2000, kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari : Kabupaten Kepulauan Riau,Kabupaten Karimun Dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 Kecamatan, yaitu: Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan Teluk Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebahagian wilayah Galang dicakup oleh kota Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari 5 desa, yaitu: Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu.
Penerbitan Undang-Undang No. 5 tahun 2001, kota administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang statusnya sama dengan kabupaten Sejalandenganperubahan administrasi wilayah pada akhir tahun 2003, maka dilakukan pemekaran kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan Bintan Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No. 31/2003, maka dengan demikian wilayah Kabupaten Kepulauan Riau meliputi 6 kecamatan yaitu Bintan Utara, Bintan Timur, Teluk Bintan,Gunung Kijang, Teluk Sebong dan Tambelan. Dan berdasarkan PP No. 5 Tahun 2006 tanggal 23 Februari 2006, Kabupaten Kepulauan Riau
2007 dan Perda No.12 Tahun 2007 tentang pembentukan kelurahan/desa dan kecamatan baru maka pada tahun 2007 Kabupaten Bintan mempunyai 10 Kecamatan dan 51 Desa/Kelurahan.
Sejarah pembentukan Kabupaten Bintan menggambarkan keberadaan Kabupaten Bintan yang strategis dan berpotensi menjadi daerah dengan daya saing yang kuat. Letak strategis secara geografis memungkinkan Kabupaten Bintan memiliki pertumbuhan ekonomi dari sektor jasa dan industri. Potensi daerah dengan sumber daya alam yang cukup akan mampu memenuhi kebutuhan dalam daerah dan sebagai sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat.Pelayanan pemerintahan yang baik apabila diwujudkan akan mempercepat proses pembangunan dan kemajuan di kabupaten Bintan. Pembangunan yang diselenggarakan harus mendasar pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kaidah-kaidah manajeman pembangunan yang baik.
Perencanaan pembangunan daerah dalam manajemen pembangunan merupakan fungsi dan langkah pertama yang harus dilakukan. Sebagai fungsi yang pertama berarti memiliki peran fundamental, karena akan menjadi dasar pijakan bagi pelaksanaan fungsi-fungsi berikutnya. Berhasil tidaknya proses pembangunan daerah akan sangat tergantung pada sejauh mana kualitas perencanaan dapat dijadikan sebagai dasar pijakan yang kuat dan berkualitas bagi tahap pelaksanaan. Hal ini bukan berarti bahwa fungsi-fungsi yang lainnya tidak penting, melainkan bahwa perencanaan yang baik akan menjadi fondasi yang kuat, dan akan mempengaruhi kekuatan dan kualitas pilar-pilar manajemen pembangunan lainnya, yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang saling terkait, saling mempengaruhi dan saling mendukung bagi terciptanya pembangunan yang efektif dan efisein (Riyadi dan Bratakusumah, 2004 : 322).
Perencanaan pembangunan daerah dalam perspektif otonomi daerah diharapkan mampu mendorong dan menumbuhkan potensi suatu daerah dalam pembangunan skala nasional. Perencanaan itu perlu memiliki landasan yang kuat dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
masyarakat yang berlaku.
Sebagai salah satu dokumen publik yang secara subtansial memuat kebijakan, program dan indikasi kegiatan adalahRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). RPJPD merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional yaitu sebagai satu kesatuan cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang daerah yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat daerah, oleh karena itu dalam penyusunan dokumen rancangan RPJPD ini, memperhatikan pula arah dan prioritas pembangunan nasional maupun arah dan prioritas pembangunan propinsi. Kabupaten Bintan selama ini telah memiliki rancangan awal RPJPD Kabupaten Bintan tahun 2005-2025 memuat visi, misi dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang, yang disusun dengan mengacu dokumen RPJP Nasional. Sejalan dengan dinamika pembangunan, rancangan tersebut perlu diselaraskan dengan penyusunan Dokumen Rancangan RPJPD Kabupaten Bintan. Dokumen ini selanjutnya akan ditindaklanjuti dan ditetapkan menjadi RPJPD. RPJPD yang ditetapkan akan menjadi acuan bagi penyusunan dokumen RPJM Daerah setiap lima tahun. Visi dan misi dalam dokumen RPJM Daerah setiap lima tahun secara berurutan mengisi dan mewujudkan visi, misi dan arah pembangunan Daerah RPJP Daerah yang berjangka waktu 20 tahun.
Dokumen RPJM Daerah yang disusun mengacu RPJP Daerah itu selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berjangka waktu satu tahun. RKPD inilah yang menjadi acuan bagi penyusunan APBD. RPJP Daerah juga menjadi pedoman bagi masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menjabarkan visi, misi, dan strategi kebijakannya ke dalam dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD). Sehingga penyusunan Renstra SKPD selain mengacu pada dokumen RPJM Daerah, juga memperhatikan dokumen RPJP Daerah.
SKPD) sesuai dengan SOTK (Struktur Organisasi dan Tata Kerja) serta Tugas dan Fungsidari masing-masing SKPD. Dengan demikian penyusunan Renja SKPD selain menjabarkan Renstra-SKPD juga memperhatikan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
1.2. DasarHukumPenyusunan
1. Undang-UndangNomor 12 tahun 1956 tentangPembentukan Daerah Otonomi Kabupaten dalam lingkup Daerah Provinsi Sumatera Tengah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);
2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-UndangNomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5);
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720);
7. Undang-UndangNomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48);
14. PeraturanPemerintahNomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);
16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2);
17. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan RPJPD Kabupaten Bintan 2005-2025.
1.3. HubunganAntarDokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan makro politis berwawasan 20 (dua puluh) tahun dan memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang yang digunakan sebagai pedoman penyusunan RPJMD setiap 5 (lima) tahun sekali. Hubungan dokumen RPJPD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya digambarkan sebagai berikut ;
Gambar 1.1
1.4. SistematikaPenulisan
Sesuaidenganketentuan yang ada, RPJPD KabupatenBintan 2005-2025 terdiriatas 6 Bab sebagaiberikut:
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
1.2. DasarHukumPenyusunan
1.3. HubunganAntarDokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya
1.4. SistematikaPenulisan 1.5. MaksuddanTujuan
BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. AspekGeografidanDemografi 2.2. AspekKesejahteraan Masyarakat 2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
BAB III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah 3.2. IsuStrategis
BAB IV. VISI DAN MISI DAERAH
4.1. Visi 4.2. Misi
BAB V. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
5.1. Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang. 5.2. Tahapan dan Prioritas
BAB VI. KAIDAH PELAKSANAAN 1.5. MaksuddanTujuan
a. Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan tahun 2005-2025.
b. RPJPD disusun dengan maksud untuk memberikan arah dan acuan bagi seluruh komponen pembangunan baik pemerintah kabupaten, masyarakat maupun dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Keberadaan dokumen RPJPD Kabupaten Bintan ini dimaksudkan untuk dapat menjalin seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan yang bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan lainnya (baikditingkat internal kabupaten Bintan maupun di tingkatpropinsi, bahkan di tingkat nasional dan Internasional) dalam mewujudkan visi yang merupakan cita-cita pembangunan jangka penjang dalam hal ini sampai dengan tahun 2025.
2. Tujuan
a. Menyajikan bahan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan sebagai salah satu tahapan dalam menyusun RPJP Daerah.
b. Diharapkan dapat ditindak lanjuti menjadi rancangan akhir dan ditetapkan dalam suatu peraturan daerah yang dapat menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum mengenai perencanaan pembangunan sampai dengan tahun 2025.
Pj.BUPATI BINTAN,
Lampiran II : Peraturan Daerah Kabupaten Bintan
Nomor : 5 Tahun 2015
Tanggal : 15 Desember 2015
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Aspek Geografi Dan Demografi
Potensi di Kabupaten Bintan terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan minat khusus yang tersebar di berbagai kecamatan. Secara keseluruhan obyek wisata di Kabupaten Bintan berjumlah 19 obyek wisata baik yang sudah maupun yang sedang dikembangkan. Sebagian besar potensi wisata di Kabupaten Bintan merupakan wisata alam.
2.1.1. Aspek Geografi
Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 006’17” - 1 34’52” Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat - 108 02’27” Bujur Timur di sebelah Timur.Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.717,84 km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas 86.398,33 km2 (98,50%). Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan pemekaran wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong.
Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Sri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya,
2.1.1.1 Wilayah dan Batas Administrasi
Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni namun sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan merupakan bagian paparan kontingental yang dikenal dengan nama Paparan Sunda. Wilayah dan batas administrasi Kabupaten Bintan sebagai berikut:
Sebelah Utara :Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia. Sebelah Selatan :Kabupaten Lingga.
Sebelah Barat :Kota Batam dan Kota Tanjungpinang. Sebelah Timur :Provinsi Kalimantan Barat.
Gambar 2.1.
Peta Wilayah Kabupaten Bintan
Morfologi Pulau Bintan memiliki perbedaan ketinggian yang tidak ekstrim, yaitu antara 0-350 meter dari permukaan laut. Puncak tertinggi adalah Gunung Bintan 348 meter, dan selanjutnya Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar.
2.1.1.2.Topografi
Kabupaten Bintan pada umumnya memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-3 % hingga di atas 40 % pada wilayah pegunungan. Ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Bintan berkisar antara 0 – 50 meter diatas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar, umumnya didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0% - 15% dengan luas mencapai 55,98 % (untuk wilayah dengan kemiringan 0 – 3% mencapai 37,83 % dan wilayah dengan kemiringan 3 – 15 % mencapai 18,15 %). Sedangkan luas wilayah dengan kemiringan 15 – 40 % mencapai 36,09 % dan wilayah dengan kemiringan > 40% mencapai 7,92%.
2.1.1.3 Geologi
Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama “Paparan Sunda”. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian utara sampai dengan Pulau Bangka dan Belitung di bagian selatan. Proses pembentukan lapisan bumi di Kabupaten berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik pulau-pulau yang ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil.
2.1.1.4.Jenis Tanah
Persebaran jenis tanah di Pulau Bintan didominasi oleh komposisi jenis tanah Hapludox-Kandiudult-Dystropets (46,4% dari luas daratan Pulau Bintan) yang tersebar seluruh bagian Kabupaten Bintan. Dominasi kedua adalah jenis tanah dengan komposisi Hapludox-Kandiudults ( 27,6% luas daratan) dan tersebar di daerah Berakit dan Sungai Kawal. Sedangkan komposisi jenis tanah lainnya adalah Sulfagquents-Hydraquents-Tropaquepts (9,9% dari luas daratan Pulau Bintan) tersebar di pesisir pulau dan terluas di pesisir daerah Teluk Bintan, Hapludox-Dystropets-Tropaquods (9,7%) tersebar di daerah Teluk Bintan, Tropaquets-Fludaquents (3,2%) tersebar di sekitar Sungai Kawal daerah Bintan Timur dan Gunung Kijang, dan komposisi tanah Kandiudults-Dystropets-Tropaquets seluas 2,4% yang tersebar di daerah pegunungan, yaitu Gunung Kijang, Lengkuas dan Gunung Bintan. Sedangkan komposisi jenis tanah yang ada di gugusan Kepulauan Tambelan adalah Dystropets-Tropudults-Paleudults,Tropudults-Dystropets-Tropothods dan Kandiudults - Kandiudox.
2.1.1.5.Hidrologi dan Hidrogeologi
Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8 km² dan DAS Kawal seluas 93,0 km² dan hanya digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal atau mixed tide prevailing semidiurnal (wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air tinggi-nya.
Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi ratarata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi ratarata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm. Secara umum
tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda.
Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari :
2.1.1.5.1. Air Bawah Tanah Dangkal
Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2m-3m. Air bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.
2.1.1.5.2. Air Bawah Tanah Dalam
Air bawah tanah dalam di wilayah Kabupaten Bintan tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kabupaten Bintan tergolong multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut.
2.1.1.5.3. Mata air
Keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum pedesaan.
2.1.1.6. Klimatologi
Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode Tahun 2005-2010 temperatur rata-rata terendah 23,90 C dan tertinggi rata-rata
31,80 C dengan kelembaban udara sekitar 85%.
Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu: Bulan Desember-Pebruari : Angin Utara
Bulan Maret-Mei : Angin Timur Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan Bulan September-November : Angin Barat
Kecepatan angin tertinggi adalah 9 knot dan terjadi pada bulan Desember-Januari, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei.
2.1.1.7.Penggunaan Lahan
Pola pemanfaatan ruang wilayah dalam kawasan perkotaan dan perdesaan terdiri dari Kawasan lindung, Kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
Pemanfaatan kawasan lindung sebagai kawasan hutan lindung sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah secara umum, terutama pada area sekitar gunung yang ada di setiap pulau Kabupaten Bintan dengan luas 4,490.60 Ha, Sedangkan pemanfaatan yang cukup dominan adalah kawasan lindung setempat berupa sempadan sungai, sempadan pantai, mata air dan waduk sebesar 37,223.63 Ha.
Untuk pemanfaatan kawasan budidaya meliputi kawasan perkebunan, dimana pada kawasan ini tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan. Pemanfaatan lain adalah kawasan pariwisata dengan kondisi yang ada di Wilayah Kecamatan Teluk Sebong dengan objek wisata Lagoi mencapai luas sebesar 23.000 Ha, dan Pantai Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, dan Pantai Mapur di Bintan Timur seluas 5.243,74 Ha. Pada kawasan industri pemanfaatannya sebesar 7,285.69 Ha terdapat di Kecamatan Bintan Timur, Gunung Kijang dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Sedangkan kawasan pertambangan tersebar merata di Kabupaten Bintan di antaranya di Kecamatan Bintan Timur, Bintan Utara, Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan Teluk Bintan, dan Kecamatan Gunung Kijang.
Luasan pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Bintan Tahun dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1.
Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bintan, Tahun 2011
NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN Darat LUAS (Ha) Perairan %
A. Kawasan Lindung 34.935,06 15.519,42 33,68
1 Hutan Lindung 4.781,97 3,19
2 Kawasan Perlindungan Setempat 21.026,12 14,04
3 Daerah Perlindungan Laut 333,62 0,22
4 Danau 1.083,38 0,72 5 Waduk/Kolong 607,59 0,41 6 Lamun 2.364,85 1,58 7 Terumbu Karang 12.820,95 8,56 8 Mangrove 7.435,99 4,96 B. Kawasan Budidaya 97.910,14 2.951,55 67,33 1 Hutan Produksi 9.236,41 6,17 2 Pertanian 22.237,63 14,84 3 Perkebunan 9.284,78 6,20 4 Pertambangan 7.029,12 4,69 5 Industri 8.831,67 5,90 6 Pariwisata 22.307,22 14,89 7 Permukiman 12.524,04 8,36
8 Zona Bandar Udara 107,06 0,07
9 Kawasan Bandar Seri Bentan 4.843,21 3,23
10 Zona Pelabuhan 2.951,55 1,97
11 TPA 4,70 0,004
Total 131.340,92 149.811,88 18.470,97 100,00
Untuk pemanfaatan budidaya laut berupa budidaya perikanan laut, yang pada umumnya disepanjang perairan di wilayah Kabupaten Bintan. Kegiatan budidaya laut di beberapa pulau di Kabupaten Bintan ini mempunyai potensi yang cukup besar dengan dilakukan penangkapan ikan dari alam dengan menggunakan alat yang tidak merusak lingkungan.
Pada umumnya ikan yang mempunyai komoditas ekspor seperti ikan kerapu, ikan kakap berdasarkan permintaan terus meningkat baik lokal maupun international, hal ini untuk mendorong harus dilakukannya budidaya ikan terutama jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dari berbagai jenis ikan biota laut yang telah dibudidayakan antara lain seperti ikan kerapu (Ephinephelus spp), kakap (Lutjanus spp), rumput laut dan kerang-kerangan. Sedangkan daerah tangkapan ikan terbagi atas kegiatan perikanan pantai (coastal fisheries) dan perikanan lepas pantai (offshore fisheries) mencapai luasan sebesar 96.268,00 Km2. Penangkapan ikan di areal penangkapan (fishing ground) di kawasan pulau-pulau dengan perairan yang luas di Kabupaten Bintan.
2.1.2 Aspek Demografi
2.1.2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk
Penduduk Kabupaten Bintan berdasarkan data dari BPS pada tahun 2014 (estimasi) berjumlah 151.123 jiwa yang terdiri dari 38.882 rumah tangga. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 77.909 jiwa (51,15 persen) dan penduduk perempuan sebesar 73.214 jiwa (48,44 persen).
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) di Kabupaten Bintan sebesar 105.71. Artinya, setiap 100 perempuan berbanding dengan 105 penduduk laki- laki, jumlah penduduk laki-laki 2.71% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Persentase ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Kecamatan yang terpadat penduduknya masih tercatat kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk tertinggi 41.150 jiwa (27,22%), sedangkan yang terendah adalah di kecamatan Mantang sebanyak 4,168 jiwa (2,75%).
Tabel 2.2.
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2011-2014
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
2011 74.893 70.164 145.057
2012 76.007 71.205 147.212
2013 76.903 72.217 149.120
2014 77.909 73.214 151.123
Sumber : Bintan dalam Angka 2014 BPS Kabupaten Bintan Tahun 2014 dalam LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun 2010-2015
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 2014
Kecamatan Laki-laki Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah 1. Bintan Timur 21.343 19.807 41.150 2. Gunung Kijang 7.159 5.968 13.127 3. Teluk Bintan 4.850 4.301 9.151 4. Toapaya 6.057 5.226 11.283 5. Teluk Sebong 9.331 8.265 17.596 6. Seri Kuala Lobam 8.500 10.257 18.757 7. Bintan Utara 11.236 11.234 22.470 8. Tambelan 2.611 2.470 5.081 9. Mantang 2.267 1.901 4.168 10. Bintan Pesisir 4.555 3.785 8.340 Kabupaten Bintan 77.909 73.214 151.123 Sumber : BPS Kabupaten Bintan Tahun 2014 dalam LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun 2010-2015
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang fluktuatif. LPP rata-rata tahun 2010 - 2014 adalah sebesar 1.63 per tahun.
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
No Kelompok Umur 2010 2011
Tahun
2012 2013 2014 1. 0-4 15.625 15.807 16.003 16.170 16.350 2. 5-9 15.694 15.912 16.146 16.351 16.566 3. 10-14 13.201 13.425 13.658 13.866 14.085 4. 15-19 9.554 9.706 9.867 10.009 10.159 5. 20-24 10.214 10.309 10.413 10.500 10.595 6. 25-29 14.639 14.788 14.950 15.087 15.235 7. 30-34 15.355 15.523 15.702 15.856 16.022 8. 35-39 13.258 13.422 13.599 13.753 13.914 9. 40-44 10.533 10.686 10.847 10.992 11.141 10. 45-49 7.867 8.009 8.159 8.295 8.437 11. 50-54 5.497 5.609 5.729 5.834 5.944 12. 55-59 4.068 4.156 4.247 4.332 4.419 13. 60-64 2.992 3.063 3.134 3.201 3.270 14. 65-69 2.080 2.133 2.186 2.237 2.288 15. 70-75 1.308 1.341 1.375 1.408 1.442Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2014
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang dinamis dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan yang berada diatas 6% pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 disinyalir menimbulkan daya tarik investasi yang pada akhirnya berkontribusi cukup besar pada bertambahnya migrasi penduduk dari daerah lain ke Kabupaten Bintan untuk mencari pekerjaan. Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau perbandingan antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) Kabupaten Bintan menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Dependency Ratio Kabupaten Bintan pada tahun 2010 mencapai 52.19 dan terus menunjukkan peningkatan sampai tahun 2014 yaitu 52,44. Artinya bahwa pada tahun 2014, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan menanggung sekitar 52 penduduk usia belum/tidak produktif.
2.1.2.2. Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan
Lapangan usaha adalah bidang kegiatan atau bidang usaha yang dilakukan perusahaan/usaha/lembaga tempat seseorang bekerja. Seseorang yang mempunyai lebih dari satu pekerjaan selama seminggu yang lalu, maka lapangan pekerjaan utamanya adalah pekerjaan yang memakai waktu terbanyak. Data lapangan usaha dapat dijadikan acuan pemerintah daerah untuk memprioritaskan sektor-sektor tertentu yang menjadi potensi dan mendominasi kegiatan ekonomi di suatu daerah.
Berdasarkan survey tenaga kerja (SAKERNAS) 2011 terdapat 71.517jiwa penduduk angkatan kerja dan sekitar 92,38 persen diantaranya telah bekerja. Dari penduduk yang bekerja, sebagian besar, yaitu sekitar 24,90 persen bekerja di sektor pertanian. Sektor sektor berikutnya yang cukup besar peranannya dalam ketenagakerjaan diantaranya sektor perdagangan (20,53 persen), jasa (19,01 persen) dan industripengolahan (12,79 persen).
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan berdasarkan persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
2010 sampai dengan tahun 2014 masih di dominasi sektor pertanian yang didalamnya termasuk sub sektor perikanan, namun pada beberapa sektor terjadi pergeseran struktur mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan.
Gambar 2.2.
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Yang Dilakukan
Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2012
Gambar 2.3.
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2012
Sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang pada tahun 2010 menempati peringkat kedua mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan 16,71% mengalami pergeseran pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dengan menempati peringkat ketiga mata pencaharian penduduk
20%, 21% 9%, 10% 13%, 14% 19%, 20% 7%, 8% 25%, 27% 32%, 35% Perdagangan,RM,Jasa,Akomoda si Konstruksi Industri
Jasa Kemsy, Sosial dan Perorangan
Lainnya
Pertanian,Perkebunan,Kehutan an,Perburuan dan Perikanan
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
21,07%. Sedangkan sektor industri dan pertambangan yang pada tahun 2010 menempati peringkat ketiga mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan 15,60%, bergeser pada tahun 2011 sampai tahun 2014 menempati peringkat keempat pada angka 12,28%. Sedangkan sektor perdagangan, rumah makan dan hotel menunjukkan perkembangan yang positif, pada tahun 2010 hanya menempati peringkat keempat mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan angka 15,54% terus meningkat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 meningkat menjadi peringkat ketiga, dan pada tahun 2014 kembali menempati peringkat ketiga mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan persentase 19,01%. Hal ini disebabkan karena berkembangnya sektor kepariwisataan di Kabupaten Bintan sehingga terjadi pergeseran mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan khususnya sektor pariwisata.
Tabel 2.5.
Persentase Penuduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2014
N o Mata Pencaharian 2010 2011 2012 2013 2014 1 . Pertanian 31,75 25,62 27,62 32,27 25,32 2 .
Pertambangan dan Penggalian 4,48 7,07 3,02 3,27 1,02 3
.
Industri dan perdagangan 15,60 12,13 11,46 13,42 12,28 4
.
Listrik, Gas dan Air 0,51 0,91 1,45 1,32 1,47 5
.
Bangunan 8,93 8,88 9,71 10,38 8,09
6 .
Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel 15,54 19,47 21,36 17,92 19,01 7
.
Angkutan, Pegudangan dan
Komunikasi 4,51 4,38 4,66 5,60 6,59
8 .
Keuangan, Asuransi dan Usaha
Persewaan 1,98 2,94 3,21 1,68 5,15
9 .
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan 16,71 18,61 17,50 14,14 21,07 1 0 . Lainnya - - - - - Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber :BPS Kabupaten Bintan Tahun 2015 dalam LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun 2010-2015
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB