PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN KONSENTRAT DENGAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN KAPANG Neurospora crassa
TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM ARAB
SKRIPSI
Oleh : RIO DARMAN
0910612089
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS
PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN KONSENTRAT DENGAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIFERMENTASI DENGAN KAPANG Neurospora crassa TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM ARAB
Rio Darman, dibawah bimbingan
Dr.Ir. Maria Endo Mahata.MS. dan Prof. Dr. Ir. Yose Rizal. Msc Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang 2014
ABSTRAK
Telah dilakukan suatu Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil inti sawit fermentasi (BISF) dengan kapang Neurospora crassa dalam ransum terhadap performa produksi ayam Arab. Penelitian ini menggunakan 300 ekor ayam Arab (Gallus turcicus) yang berumur 72 minggu dengan persentase produksi telur 49,44%. Metode penelitian adalah metode eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan yaitu A (0% BISF dalam ransum), B (7,25% BISF dalam ransum), C (10,15% BISF dalam ransum), dan D (13,05% BISF dalam ransum) masing-masing perlakuan di ulang 5 kali. Peubah yang diamati adalah: konsumsi ransum (g/ekor/hari), produksi telur harian (%), berat telur (g/butir), massa telur (g/ekor/hari) dan konversi ransum. Hasil analisis keragaman menunjukkan penggunaan bungkil inti sawit fermentasi (BISF) sampai level 13,05% dalam ransum ayam Arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, produksi telur harian, berat telur, massa telur, dan konversi ransum. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit fermentasi (BISF) dengan Neurospora crassa sampai level 13,05% dalam ransum ayam Arab dapat mengurangi penggunaan kosentrat sebanyak 45%. Pada kondisi ini diperoleh konsumsi ransum 86,76 g/ekor/hari; produksi telur harian 46,33%; berat telur 45,92 g/butir; massa telur 21,24 g/ekor/hari dan konversi ransum 4,10.
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu limbah industri kelapa sawit
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bungkil inti sawit adalah hasil
ikutan dari esktraksi minyak dan inti sawit yang diperoleh melalui proses kimia
dan mekanik (Choct, 2001). Bungkil inti sawit cukup potensial digunakan sebagai
pakan unggas. Pada saat ini Indonesia menyandang posisi sebagai produsen
utama kelapa sawit terbesar di dunia, yang pada tahun 2011 produksi kelapa sawit
Indonesia 24,1 juta ton dan pada tahun 2012 melalui target produksi 25,9 juta ton
(Dewan Minyak Sawit Indonesia, 2011).
Indonesia, Malaysia, dan Nigeria merupakan 3 negara di dunia yang
memproduksi sekitar 84% minyak kelapa sawit dunia. Luas area perkebunan
kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2008 diperkirakan 7 juta hektar dengan total
produksi minyak mencapai 18,1 juta ton ( Dirjen Perkebunan 2008 ), dijelaskan
juga bungkil inti sawit diperkirakan tersedia sekitar 1,3 juta ton per tahun.
Produksi BIS Indonesia setiap tahun sekitar 2,1 juta ton, (Dirjen Perkebunan 2008
) sebagian diekspor dengan harga yang sangat rendah. Sebagian kecil limbah ini
dimanfaatkan pihak swasta dan pabrik pakan, dan sisanya terbuang percuma.
Dari hasil pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit diperoleh tiga
jenis hasil ikutan yaitu: bungkil inti sawit (palm kernel cake/PKC atau palm
kernel meal/PKM), lumpur sawit (palm oil sludge/POS) dan serat sawit (palm
press fiber/PPF). Bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pada ekstraksi minyak
inti sawit yang diperoleh dengan proses kimia dan mekanik (Choct, 2001).
sebanyak 45-46%. Limbah ini mempunyai peluang yang cukup besar untuk
dijadikan pakan ternak unggas, yaitu sebagai sumber protein nabati.
Hasil analisis kandungan gizi bungkil inti sawit sebelum difermentasi
menurut Mirnawati dkk, (2008) adalah: bahan kering 87,30%, protein kasar
16,07%, serat kasar 21,30%, lemak kasar 28,23%, Ca 0,27%, P 0,94%. Tingginya
kandungan serat kasar BIS merupakan suatu kendala dalam memanfaatan BIS
sebagai pakan ternak. Menurut Rizal (2000) BIS dapat dipakai sampai 10% atau
menggantikan 40% bungkil kedelai dalam ransum ayam broiler.
Untuk meningkatkan kandungan gizi bungkil inti sawit agar
pemanfaatannya dalam ransum ternak unggas dapat maksimal, diperlukan upaya
untuk mengurangi kandungan serat kasar, meningkatkan protein kasar dan
memperkayanya β–karoten untuk menurunkan kolesterol telur ayam. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan metode fermentasi menggunakan kapang
Neurospora crassa, kapang ini merupakan kapang penghasil β–karoten tertinggi
dibandingkan kapang karotenogenik lainnya yang telah diisolasi dari tongkol
jagung (Nuraini, 2006). Kapang Neurospora crassa dapat menghasilkan enzim
amilase (Ningrum, 2004), enzim selulase (Adriadi, 2005) dan protease (Rusman,
2004).
Hasil analisa kandungan gizi bungkil inti sawit 80% dan dedak 20% setelah
difermentasi dengan Neurospora crassa adalah: Protein kasar 24,49%, lemak
kasar 2,78%, serat kasar 14,78%, Ca 0,38%, P 0,20%, met 0,23%, lys 0,69%, ME
2368 kkal/kg (Rizal dkk, 2013).
Wahyuni, (2007) melaporkan bahwa kandungan zat makanan produk
3
Neurospora crassa dengan dosis 9% dan lama inkubasi 7 hari menghasilkan
protein kasar 20,44%, serat kasar 11,96%, BETN 49,34% dan kandungan β–
karotennya adalah 295,16%.
Ayam arab merupakan tipe ayam buras yang menghasilkan produksi telur
yang cukup tinggi yaitu bisa mencapai 80-90% pertahun dan ayam Arab memiliki
ciri-ciri umum yaitu: postur tubuhnya ramping, warna bulu kepala putih
mengkilap, bulu badan hitam bertotol putih, garis mata hitam, agak liar, tidak
mengeram dan produktivitas telurnya tinggi (Triharyanto, 2001).
Ditinjau dari kandungan zat-zat makanan BIS setelah difermentasi dengan
Neurospora crassa terjadi penurunan serat kasar, peningkatan protein kasar, dan
β–karoten, sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaannya dalam
ransum ternak unggas untuk menggantikan konsentrat. Selain itu BIS produk
fermentasi ini diharapkan dapat menurunkan kolesterol dalam telur ayam Arab.
Bagaimanakah pengaruh penggunaan BIS setelah difermentasi dengan
kapang Neurospora crassa dalam ransum ayam Arab belum diketahui. Oleh sebab
itu telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaannya dalam
ransum ayam Arab.
1.2. Identifikasi Masalah
Bagaimanakah pengaruh penggantian sebagian bahan konsentrat dengan
BIS yang difermentasi dengan kapang Neurospora crassa dalam ransum terhadap
konsumsi ransum, produksi telur harian, berat telur, massa telur, dan konversi
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kemampuan BIS yang difermentasi dengan kapang
Neurospora crassa dalam ransum terhadap konsumsi ransum, produksi telur
harian, berat telur, massa telur, dan konversi ransum.
1.4. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi pada masyarakat bahwa BIS yang di fermentasi
dengan kapang Neurospora crassa dapat dipakai sebagai pengganti sebagian
bahan konsentrat dalam ransum ayam Arab.
1.5. Hipotesis Penelitian
Bungkil inti sawit yang di fermentasi dengan kapang Neurospora crassa
dapat menggantikan sebagian dari bahan konsentrat dalam ransum tanpa