• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Adiksi Internet Pada Mahasiswa Di Universitas "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Adiksi Internet Pada Mahasiswa Di Universitas "X" Kota Bandung."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini berdasarkan pada teori adiksi internet dari Young (1996). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai adiksi internet dan gambaran lebih jauh kriteria-kriteria adiksi internet pada mahasiswa di Universitas “X”. Pemilihan sampel menggunakan metode Proportionate Stratified Random Sampling. Sampel penelitian berjumlah 364 orang. Seluruh responden memiliki kriteria mahasiswa aktif Universitas “X” dari berbagai jurusan dan fakultas. Seluruh responden merupakan angkatan 2012 sampai angkatan 2015.

Penelitian ini menggunakan kuesioner adiksi internet yang disusun oleh peneliti. Berdasarkan uji validitas yang bersifat construct validity dengan menggunakan metode uji korelasi Spearman dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach, diperoleh 47 item valid dan hasil reliabilitas sebesar 0,929. Data hasil penelitian ini diolah menggunakan deskriptif analitis. Berdasarkan hasil pengolahan data, mayoritas mahasiswa di Universitas “X” memiliki tingkat adiksi ringan.

(2)

Abstract

This research was based on internet addiction theory by Young (1996). The purpose of this study was to obtain a clearer picture of internet addiction and describe internet addiction further based on its criteria in “X” University undergraduates. Sample was selected using Proportionate Stratified Random Sampling method. The number of total participants was 364 people. All participants were active undergraduates from various departments and faculties in “X” University, whose enrollment dates range from 2012 to 2015.

This research utilized internet addiction questionnaire constructed by researcher. Based on validity test using Spearman Correlation Coefficient method and reliability test using Alpha Cronbach method, 47 items were considered valid, and reliability score was 0,929. Research data is processed using analytical description method. Based on the data analysis, the majority of “X” University undergraduates had mild internet addiction.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.5 Kerangka Pikir ... 10

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adiksi Internet ... 20

2.1.1 Pengertian Adiksi ... 20

2.1.2 Pengertian Adiksi Internet ... 20

2.2 Kriteria Adiksi Internet ... 22

2.3 Faktor yang Beresiko Terhadap Adiksi Internet ... 24

2.4 Dampak Adiksi Internet ... 27

2.5 Faktor yang Berkontribusi Terhadap Adiksi Internet Pada Mahasiswa ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 33

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 33

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34

3.3.1 Variabel Penelitian ... 34

3.3.2 Definisi Konseptual ... 34

3.3.3 Definisi Operasional ... 34

3.4 Alat Ukur ... 36

3.4.1 Kuesioner ... 36

3.4.2 Prosedur Pengisian Item ... 38

3.4.3 Sistem Penilaian ... 39

3.4.4 Data Pribadi ... 39

3.4.5 Data Penunjang ... 40

3.4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 40

(5)

3.4.6.2 Reliabilitas Alat Ukur Adiksi ... 44

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 44

3.5.1 Populasi Sasaran ... 44

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 45

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.6 Teknik Analisa Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 60

4.2.1 Hasil Pengukuran Adiksi Internet ... 60

4.3 Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 83

5.2 Saran ... 84

5.2.1 Saran Teoritis ... 84

5.2.2 Saran Praktis ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Keterangan Alat Ukur ... 37

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 39

Tabel 3.3 Populasi Sasaran ... 39

Tabel 3.4 Keterangan Alat Ukur Setelah Validitas ... 42

Tabel 3.5 Populasi Sasaran ... 45

Tabel 3.6 Jumlah Sampel ... 48

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Angkatan ... 51

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Program Studi ... 52

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan IPK ... 53

Tabel 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Menggunakan Internet Setiap Hari ... 54

Tabel 4.7 Gambaran Responden Berdasarkan Tujuan Responden Menggunakan Internet ... 54

Tabel 4.8 Gambaran Responden Berdasarkan Self-Control ... 55

Tabel 4.9 Gambaran Responden Berdasarkan Rasa Kesepian ... 56

Tabel 4.10 Gambaran Responden Berdasarkan Keterampilan Sosial ... 56

(8)
(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Persentase Skor Adiksi Tiap Kriteria ... L-1 Lampiran B Tabulasi Silang Skor Tiap Item Dengan Skor Adiksi Internet

Secara Keseluruhan ... L-4 Lampiran C Tabulasi Silang Faktor Diri yang Mempengaruhi Adiksi

Internet Dengan Tingkat Adiksi Internet ... L-7 Lampiran D Tabulasi Silang Data Demografis Dengan Tingkat Adiksi

Internet ... L-11 Lampiran E Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Tujuan Menggunakan

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak awal abad ke-21, istilah “internet” sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial. Di Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama dengan Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI) melakukan survey mengenai Profil Pengguna Internet Indonesia yang dipublikasikan pada bulan Maret tahun 2015. Survey tersebut menyatakan pengguna internet di Indonesia tahun 2014 meningkat menjadi 34,9 persen dari 24,23 persen di tahun 2012. Sampai dengan 28 Februari 2015, di Indonesia terdapat 88,1 juta pengguna. Berdasarkan survey yang sama, pengguna internet di Indonesia kebanyakan menggunakan jaringan internet untuk : sarana komunikasi (71,7%), sumber informasi harian (65,3%), mengikuti perkembangan jaman (51,2%), bersenang-senang (32,6%), dan sarana pendidikan (29,3%) (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia, 2014).

(11)

2

Peningkatan jumlah pengguna internet yang demikian pesat, khususnya dalam kalangan usia mahasiswa, memiliki dampak positif maupun negatif, khususnya dalam dunia pendidikan. Buku Internet in Education mengungkapkan manfaat internet dalam dunia pendidikan antara lain : sebagai sumber yang sangat besar untuk materi dan data yang diperlukan untuk berbagai aktivitas pendidikan; mendukung metode belajar mandiri dan memberikan kemungkinan adanya proses belajar tanpa temu muka; diskusi grup dan kegiatan belajar mengajar secara online; serta memungkinkan aktivitas pendidikan yang kolaboratif, misalnya menggunakan audio dan video.

Penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin (2009) mengenai penggunaan akses internet di perpustakaan salah satu universitas di Indonesia juga mengungkapkan dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan. Hasil dari penelitian itu adalah, mahasiswa menggunakan internet untuk sarana pengembangan professional meningkatkan pengetahuan dan berbagi serta berpartisipasi dalam forum lokal maupun internasional; sebagai sumber belajar dan menunjang pelaksanaan pendidikan seperti materi dan skripsi; sarana belajar sendiri dengan cepat, mudah, dan murah; menambah wawasan kebutuhan pendidikan dan hiburan; dan juga untuk menunjang perkuliahan. Namun, di balik manfaat-manfaat tersebut, peningkatan yang pesat dan besar dalam penggunaan internet dapat menghasilkan dampak yang negatif, antara lain penggunaan internet yang bermasalah bahkan mungkin terjadi adiksi pada beberapa individu (Ömer

Şenormancı dkk, 2012).

(12)

3

menyatakan bahwa adiksi internet mungkin adalah bentuk gangguan dimana seseorang kehilangan kontrol dalam penggunaan internetnya. Hilangnya kontrol dalam penggunaan internet dapat memunculkan distress, atau gangguan fungsional lainnya (Waldo, 2014). Adiksi internet juga didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internetnya sehingga lama kelamaan akan mengakibatkan permasalahan psikologis, sosial, serta kesulitan akademis atau pekerjaan dalam kehidupan seseorang (Davis, 2001 dalam Young, 1998; Young dan Rogers, 1998).

Sebesar 58% pelajar menderita kebiasaan belajar yang buruk, gelar yang rendah, atau gagal dalam pendidikannya karena penggunaan internet yang berlebihan (Young, 1998). Konselor di University of Texas mulai menemukan kasus mahasiswa-mahasiswa yang masalah utamanya adalah gagal mengontrol penggunaan internetnya, dan penelitian mengenai adiksi internet dalam kampus tersebut memperoleh hasil bahwa 14% dari keseluruhan mahasiswanya memenuhi kriteria adiksi internet. Berbagai penelitian lainnya mengenai adiksi internet sudah dilakukan. Penelitian mengenai adiksi internet pada mahasiswa di berbagai negara seperti Amerika Selatan (Scherer, 1997), Taiwan (Chou dan Hsiao, 2000), Amerika Serikat (Anderson, 2001), Australia (Wang, 2001), China (Mingyi, 2002), Jepang (Sato, 2004), dan Inggris (Niemz et al., 2005) menemukan 5,9-18,3% dari keseluruhan sampelnya menderita adiksi internet (dalam Sato, 2006).

(13)

4

universitas. Kedua, waktu kuliah mahasiswa rata-rata 12-16 jam setiap minggunya dan sisanya adalah waktu luang yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai macam hal, salah satunya adalah mengakses internet. Faktor yang ketiga adalah berkurangnya kontrol dari orangtua. Sebelum menjadi mahasiswa ada pengawasan yang besar terhadap aktivitas mahasiswa, salah satunya aktivitas akses internet mahasiswa, namun setelah menjadi mahasiswa pengawasan tersebut berkurang atau menjadi tidak ada.

Keempat, tidak ada pihak eksternal yang mengontrol, menyensor, atau melarang yang mereka lakukan dan katakan secara online. Tidak ada pihak eksternal yang mengawasi apa saja yang dilakukan dan diakses mahasiswa saat menggunakan internet. Faktor kelima adalah dukungan dari fakultas dan administrator, yakni bentuk perkuliahan yang mendukung penggunaan internet misalnya pemberian materi secara online. Bentuk perkuliahan yang mendukung penggunaan internet memberikan

mahasiswa kesempatan menggunakan internet untuk kepentingan selain untuk pendidikan. Terakhir, keenam, adanya kemungkinan adanya intimidasi sosial dan pengasingan yang diakibatkan jumlah mahasiswa yang terlampau banyak dalam satu kampus sehingga sulit menjalin relasi sosial secara nyata. Akibatnya, mahasiswa mungkin akan melarikan diri ke dunia internet.

(14)

5

responden menyatakan menggunakan internet dalam waktu luangnya untuk berkomunikasi, browsing berita, streaming, dan bermain game. Berkenaan dengan faktor ketiga, yaitu kontrol dari orangtua, seluruh (100%) responden menyatakan tidak lagi dikontrol orangtuanya mengenai jam atau durasi penggunaan internetnya. Hasil dari faktor keempat, yaitu kontrol dari pihak lain mengenai apa yang dilakukan atau dikatakan secara online, sebanyak 13 orang (86,7%) responden menyatakan tidak ada kontrol, sedangkan 2 orang (13,3%) sisanya menyatakan ada pihak lain yang mengontrol, yakni teman atau pihak web yang diakses. 1 orang (6,7%) dari 2 responden tersebut menyatakan kontrol itu tidak menghalangi kegiatannya di internet. Berkenaan dengan faktor kelima, yaitu perkuliahan dan tugas kuliah yang mendukung penggunaan internet, seluruh (100%) responden menyatakan bentuk perkuliahan dan tugas di jurusan masing-masing mendukung penggunaan internet untuk mencari data dalam menyusun tugas, untuk menyusun proposal skripsi, mencari referensi, mengirim email, dan berkomunikasi atau berdikusi dengan teman sekelompok. Hasil survey dari faktor keenam, 100% responden menyatakan tidak mengalami kesulitan menjalin relasi sosial secara nyata di Universitas “X”, dan sebesar 100% responden menyatakan penggunaan internet tidak mengganggu relasi sosialnya di dunia nyata.

Berdasarkan survey awal mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap adiksi internet mahasiswa di Universitas “X”, peneliti menemukan bahwa lebih dari setengah sampai dengan seluruh responden memenuhi 5 faktor berikut : jaringan

(15)

6

perkuliahan. Sedangkan, seluruh responden tidak memenuhi faktor keenam. Seluruh responden tidak merasa kesulitan menjalin relasi di Universitas “X”, dan penggunaan internet tidak mengganggu relasi sosialnya.

Peneliti juga melakukan wawancara lebih lanjut dan menemukan bahwa 5 orang (33,3%) responden menggunakan internet selama 6 jam atau lebih setiap harinya, sementara 3 orang (20%) responden menggunakan internet dengan durasi yang tidak tetap, berkisar antara hitungan menit sampai sepanjang hari. Sisanya, 7 responden (46,7%) menggunakan internet dalam kisaran waktu antara 2-5 jam setiap harinya. Penggunaan internet yang dimaksud disini adalah penggunaan internet diluar keperluan tugas atau pekerjaan. Menurut Young (1998), mereka yang mengalami adiksi internet umumnya memiliki jam penggunaan internet yang tinggi, berkisar antara 40 sampai 80 jam tiap minggunya, atau kurang lebih 6 sampai 11 jam tiap harinya. Hasil dari survey awal menggambarkan sebanyak 5 orang (33,3%) responden memiliki jam penggunaan internet yang tinggi, sama seperti mereka yang umumnya mengalami adiksi internet.

(16)

7

Berdasarkan hasil wawancara, dalam menjalani perkuliahan, 12 orang (80%) responden menyatakan menggunakan internet di kelas untuk chatting, browsing, game, menonton, dan membuka media sosial saat kuliah karena merasa bosan dan jenuh dengan perkuliahan, serta merasa dosen yang mengajar tidak menarik. 1 orang (6,7%) responden menyatakan menggunakan internet di kelas untuk berkomunikasi dengan organisasi yang diikutinya, hanya jika ada hal yang mendesak, dan 2 orang (13,3%) responden sisanya menyatakan tidak menggunakan internet di kelas selain untuk keperluan perkuliahan. Sebanyak 14 orang (93,3%) responden menyatakan saat membuat tugas mereka melakukan hal lain dengan koneksi internetnya, antara lain : chatting, browsing, dan streaming. Seluruh responden dari 93,3% tersebut menyatakan

mengakses internet untuk hal lain karena merasa bosan, jenuh, atau kesulitan mengerjakan tugasnya. Sisanya, 1 responden (6,7%), menyatakan saat mengerjakan tugas hanya menggunakan internet untuk tugas. Hasil tersebut sejalan dengan salah satu kriteria adiksi internet, yakni adanya mood modification dari penggunaan internet. Responden menggunakan internet untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuh di kelas ataupun saat mengerjakan tugas, dan juga sebagai cara melarikan diri dari kesulitan mengerjakan tugas.

(17)

8

Sebanyak 9 orang (60%) responden menyatakan merasa harus selalu terhubung ke internet. Seluruhnya menyatakan merasakan perasaan-perasaan negatif saat tidak bisa mengakses internet, seperti perasaan kesal, bosan, gelisah, tidak nyaman, dan merasakan seperti ada hal yang kurang. Sebanyak 6 orang (40%) sisanya menyatakan hanya terhubung ke internet bila menginginkannya, dan merasa biasa saja saat tidak dapat mengaksesnya. Sebanyak 3 orang (20%) memperoleh keluhan dari lingkungan sosialnya, yaitu keluarga atau teman, karena penggunaan internetnya yang dinilai terlalu lama.

(18)

9

pengerjaannya menjadi terhambat. Sedangkan, saat tidak dapat mengakses internet responden kedua merasa kesal karena merasa ada yang kurang dalam hidupnya.

Peneliti juga menemukan hal yang menarik pada responden lainnya. Ada responden yang menampakkan kecenderungan adiksi seperti merasa harus selalu terhubung ke internet, merasa kesal tidak dapat mengakses, dan menggunakan internet di kelas maupun saat mengerjakan tugas untuk hal yang tidak berkaitan. Namun, responden tersebut menyatakan dapat mengendalikan durasi pemakaiannya. Pada saat tertentu responden menggunakan internet sepanjang hari selain saat tidur, tetapi pada saat lain responden dapat menghentikan penggunaan internetnya serta mampu membatasi penggunaan internet hanya selama beberapa menit dalam sehari. Responden juga menyatakan sama sekali melupakan internet saat membaca buku.

Maka, berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh gambaran mengenai adiksi internet pada mahasiswa di

Universitas “X”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui gambaran adiksi internet pada mahasiswa di

Universitas “X”.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai adiksi internet pada mahasiswa di

Universitas “X”.

(19)

10

Untuk memperoleh gambaran adiksi internet lebih lanjut melalui kriteria-kriterianya pada mahasiswa di Universitas “X”.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi mengenai gambaran adiksi internet pada mahasiswa ke dalam bidang ilmu Psikologi Sosial.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai adiksi internet pada mahasiswa.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada institusi pendidikan Universitas “X” faktor-faktor yang memiki resiko adiksi internet pada mahasiswa. Informasi ini dapat digunakan institusi untuk menjadi bahan evaluasi dan upaya preventif pada mahasiswa lainnya.

2. Memberikan informasi kepada institusi pendidikan Universitas “X” profil adiksi pada mahasiswanya. Informasi ini dapat digunakan institusi untuk menjadi bahan evaluasi dan acuan upaya kuratif pada mahasiswa yang mengalami adiksi.

1.5 Kerangka Pikir

(20)

11

menawarkan banyak kemudahan, seperti mudah diakses setiap saat dan di berbagai tempat, memiliki informasi yang banyak, memungkinkan mahasiswa memperoleh ilmu dari belahan dunia lain, dan berbagai keunggulan lainnya. Namun, di balik keunggulan-keunggulan tersebut terdapat kekhawatiran baru yang muncul, yakni adiksi internet.

Kata ‘adiksi internet’ pertama kali diperkenalkan tahun 1996 dalam pertemuan tahunan American Psychological Association (Young, 1996). Adiksi internet didefinisikan sebagai perilaku kompulsi berhubungan dengan online yang mengganggu kehidupan normal dan menyebabkan stres yang berat pada keluarga, teman, pasangan, dan lingkungan kerja seseorang. Jika mahasiswa Universitas “X” terus-menerus menggunakan internet, atau terlibat terlalu jauh dalam dunia online, relasi mahasiswa dengan lingkungan sosial di Universitas “X” maupun di luar universitas dapat terganggu, begitu juga dengan kinerja mahasiswa dalam pendidikan di Universitas “X”.

Young (1999) menyusun 8 kriteria adiksi yang dapat menggambarkan seberapa tinggi atau rendah adiksi internet yang dimiliki seseorang. Pada mahasiswa Universitas

“X”, 8 kriteria adiksi internet berinteraksi dengan faktor-faktor pada diri mahasiswa

yang beresiko terhadap adiksi internet seperti : self-control, rasa kesepian, keterampilan sosial, persepsi mengenai prestasi akademik, tingkat pendidikan orangtua, serta hubungan dengan orangtua. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan, atau menurunkan kriteria adiksi pada mahasiswa Universitas “X”.

(21)

self-12

control yang rendah atau tidak ada akan kesulitan mengontrol keinginan dan tingkah

lakunya, sehingga lebih mungkin menggunakan internet secara terus-menerus. Keterpakuan dengan internet juga dapat meningkat jika mahasiswa Universitas

“X” memiliki persepsi yang buruk mengenai prestasi. Dengan persepsi akan prestasi

yang buruk, mahasiswa Universitas “X” akan lebih mudah merasa stres dan kehilangan ketertarikan dalam dunia akademis, serta akan melarikan diri dalam dunia online untuk menghilangkan perasaan tersebut. Akan tetapi, jika mahasiswa Universitas “X” memiliki persepsi akademis yang baik, mahasiswa akan mengutamakan pendidikannya sehingga pikiran mahasiswa tidak terpaku pada penggunaan internet melainkan pada perkuliahan dan tugas-tugasnya di Universitas “X”. Keterpakuan dengan internet dapat didukung dengan adanya waktu luang yang banyak, juga oleh tidak adanya kontrol orangtua.

(22)

self-13

control. Tanpa adanya self-control, atau jika mahasiswa Universitas “X” memiliki

self-control yang rendah, mahasiswa akan kesulitan mengatasi dorongannya untuk online

lebih lama dari hari sebelumnya.

Ketiga, mahasiswa Universitas “X” mengalami kegagalan yang berulang untuk mengurangi penggunaan internet. Sekalipun mahasiswa Universitas “X” menyadari penggunaan internetnya berlebihan, namun mahasiswa tidak mampu untuk menghentikan, bahkan mengurangi durasi penggunaan internetnya. Selain berkaitan juga dengan self-control yang dimiliki mahasiswa, hal ini dapat disebabkan oleh adanya perasaan kesepian pada diri mahasiswa. Kesepian diartikan sebagai perasaan depresi yang tidak nyaman yang muncul karena ketidakmampuan kualitatif maupun kuantitatif untuk berelasi secara sosial (Peplau&Perlman dalam Oguz&Cakir, 2014). Jika mahasiswa merasakan kesepian, mahasiswa mungkin akan melarikan diri ke dunia internet karena merasa lebih mampu mengekspresikan diri secara online dibandingkan dengan secara nyata.

Kegagalan yang berulang untuk mengurangi penggunaan internet juga mungkin muncul jika mahasiswa tidak memiliki keterampilan sosial. Mahasiswa dengan keterampilan sosial yang rendah cenderung lebih memilih berinteraksi di dunia online ketimbang di dunia nyata, dan hal tersebut dapat mengarah pada perilaku adiksi

(23)

14

mengenai aktivitas penggunaan internet mahasiswa Universitas “X”, dan mahasiswa

Universitas “X” yang tidak dekat dengan orangtuanya akan lebih sulit untuk dibimbing

dan dikontrol oleh orangtuanya.

Keempat, adalah adanya withdrawal saat mahasiswa Universitas “X” mengurangi penggunaan internet. Withdrawal yang dimaksud disini adalah perasaan tidak menyenangkan yang terjadi ketika aktivitas penggunaan internet dihentikan atau dikurangi secara tiba-tiba (Griffths, 1996). Mahasiswa Universitas “X” mungkin merasakan perasaan-perasaan negatif seperti cemas, murung, dan sebagainya saat tidak dapat menggunakan internet, misalnya saat berada dalam kelas. Perasaan withdrawal dapat menghilang saat menggunakan internet.

Kriteria kelima adalah masalah dalam time-management. Mahasiswa

Universitas “X” mengalami masalah dalam pembagian waktu misalnya : merasakan

waktu untuk belajar atau mengerjakan tugas perkuliahan tidak pernah cukup, tugas yang dibuat tidak maksimal karena keterbatasan waktu, banyak aktivitas yang tidak dapat dilakukan karena kehabisan waktu, yang dikarenakan mahasiswa Universitas

“X” mengakses internet lebih lama dari yang direncanakannya. Mahasiswa

Universitas “X” sulit untuk berhenti mengaskses internet. Hal ini berkaitan dengan

self-control pada diri mahasiswa Universitas “X”. Jika mahasiswa tidak memiliki self-control atau self-self-control-nya lemah, mahasiswa akan kesulitan mengatur keinginannya

untuk menggunakan internet sehingga mahasiswa akan mengalami masalah dalam pembagian waktu untuk mengerjakan tugas akademis.

(24)

15

mengutamakan penggunaan internet daripada pendidikannya. Sementara, mahasiswa

Universitas “X” yang memiliki persepsi yang positif terhadap prestasi akademis akan

mengutamakan pendidikannya, dan memilih melakukan tugas akademik

perkuliahannya di Universitas “X” ketimbang mengakses internet. Dengan demikian,

mahasiswa dapat terhindar dari masalah time-managemet.

Kriteria keenam adalah adanya distress di lingkungan mahasiswa Universitas

“X”, misalnya distress keluarga, sekolah, pekerjaan, dan teman. Internet, jika

digunakan terlalu lama, dapat menghasilkan distress pada lingkungan mahasiswa

Universitas “X”, khususnya lingkungan sosial. Mahasiswa Universitas “X” dapat

memiliki relasi sosial yang terbatas dengan keluarga dan teman-temannya karena terlalu banyak menggunakan internet. Relasi yang terbatas akan mengganggu hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya. Kriteria ini juga berkaitan dengan self-control. Jika mahasiswa Universitas “X” memiliki self-control, mahasiswa akan mampu mengendalikan penggunaan internetnya, dan dengan demikian terhindar dari munculnya distress pada lingkungan mahasiswa Universitas “X” yang dikarenakan penggunaan internet yang terlalu lama.

Selain itu, hubungan mahasiswa Universitas “X” dengan orangtua juga dapat

mendorong mahasiswa mengutamakan relasi keluarga dibandingkan mengakses internet, sehingga distress pada lingkungan keluarga tidak terjadi. Mahasiswa

Universitas “X” dengan persepsi yang baik akan akademis juga akan terhindar dari

distress, khususnya distress akademis. Mahasiswa Universitas “X” akan mengutamakan pendidikannya dibandingkan penggunaan internet, sehingga dapat terhindar dari distress.

(25)

16

Universitas “X” tidak memberitahu durasi penggunaan internet yang sebenarnya, dan

menyebutkan waktu penggunaan yang lebih sedikit. Hal ini memiliki kaitan dengan hubungan orangtua dengan anak, pada hal ini adalah mahasiswa Universitas “X”. Jika relasi dengan orangtua baik, orangtua akan mengetahui dengan detil aktivitas anak sehari-hari, sehingga, meskipun anak berbohong, orangtua dapat mengetahui durasi penggunaan sebenarnya. Dengan demikian, orangtua dari mahasiswa Universitas “X” dapat melakukan kontrol jika durasi tersebut sudah berlebihan. Namun, orangtua yang tidak dekat dengan anaknya akan kurang tahu-menahu mengenai aktivitas anaknya dan lebih mengalami kesulitan mengontrol apa yang dilakukan anaknya. Hal tersebut beresiko terhadap adiksi internet.

Kriteria kedelapan dan terakhir adalah adanya mood modification melalui penggunaan internet. Mood modification adalah perasaan subjektif yang dirasakan individu sebagai konsekuensi dari keterlibatan individu dalam penggunaan internet. Misalnya, perasaan tidak stres dan tenang (Griffths, 1996). Mahasiswa mungkin menggunakan internet untuk melarikan diri dari masalahnya, seperti tugas yang sulit, kewajiban untuk belajar atau mengerjakan tugas, dan sebagainya. Mahasiswa juga mungkin menggunakan internet untuk meredakan perasaan cemasnya saat menghadapi tugas belajar atau stres yang timbul karena permasalahan tertentu. Adanya masalah yang dialami mahasiswa, misalnya rasa kesepian, memiliki kontribusi terhadap adiksi internet pada mahasiswa. Mahasiswa yang merasa kesepian mungkin melarikan diri ke dunia online untuk menghilangkan perasaan tersebut.

Berdasarkan skor total dari 8 kriteria adiksi tersebut, mahasiswa Universitas

“X” dapat dibagi menjadi 4 kategori : normal (tidak ada adiksi), adiksi ringan, adiksi

(26)

17

disebut pengguna internet biasa. Terkadang mereka mengakses internet terlalu lama, namun mereka masih mampu mengontrol penggunaannya. Mahasiswa dengan tingkat adiksi sedang akan mengalami permasalahan karena internet. Permasalahan tersebut dapat berkaitan dengan pekerjaan, relasi sosial, akademis, dan sebagainya. Sedangkan, mahasiswa dengan tingkat adiksi yang berat mengalami permasalahan yang serupa, namun lebih berat dan signifikan dalam hidup mereka karena penggunaan internet (Young, 1998 dalam Sato, 2006).

(27)

18

2. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk online 3. Kegagalan yang berulang untuk mengurangi

penggunaan internet

4. Adanya withdrawal saat mengurangi penggunaan internet

5. Masalah dalam time-management

6. Distress lingkungan (keluarga, sekolah, pekerjaan, teman)

7. Berbohong mengenai keterlibatan dengan internet 8. Mood modification melalui penggunaan internet

(28)

19

1.6 Asumsi Penelitian

1. Mahasiswa Universitas “X” dapat memiliki adiksi internet yang normal (tidak ada adiksi), ringan, sedang, atau berat.

2. Seberapa tinggi adiksi internet pada mahasiswa Universitas “X” dapat dilihat dari skor pada kriteria-kriterianya, yakni terpaku dengan internet; memerlukan waktu yang lebih lama untuk online; kegagalan yang berulang untuk mengurangi penggunaan internet; adanya withdrawal saat mengurangi penggunaan internet; masalah dalam time-management; distress lingkungan (keluarga, sekolah, pekerjaan, teman); berbohong mengenai keterlibatan dengan internet; dan mood modification melalui penggunaan internet.

3. Semakin tinggi skor adiksi internet yang terpenuhi oleh mahasiswa Universitas

“X”, maka adiksi mahasiswa Universitas “X” semakin tinggi.

4. Faktor-faktor berikut dapat meningkatkan atau menurunkan risiko mahasiswa

Universitas “X” mengalami adiksi internet, yakni : Self-Control, kesepian,

(29)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data tingkat adiksi internet pada mahasiswa Universitas “X” serta pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mayoritas mahasiswa Universitas “X” yang menjadi responden penelitian memiliki tingkat adiksi internet yang ringan pada kedelapan kriteria.

2. Terdapat 4 kriteria : terpaku dengan internet, gagal secara berulang menghentikan penggunaan internet, adanya withdrawal saat menghentikan penggunaan internet, dan masalah dalam time-management karena penggunaan internet yang memperlihatkan kecenderungan keterkaitan dengan tingkat adiksi internet secara keseluruhan.

3. Terdapat 4 faktor diri responden yang memperlihatkan kecenderungan keterkaitan dengan tingkat adiksi internet mahasiswa Universitas “X”, antara lain : self-control, kesepian, keterampilan sosial, dan kedekatan dengan orangtua.

(30)

83

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, peneliti mengajukan beberapa saran teoritis sebagai berikut:

1. Pilihan pernyataan pada alat ukur sebaiknya diganti menjadi tidak pernah, jarang, sering, dan sangat sering, mengingat adiksi internet berbicara mengenai perilaku yang berulang.

2. Pertanyaan dalam survey awal perlu dipertajam dan mencakup berapa lama durasi responden menggunakan internet, berapa lama durasi terus-menerus menggunakan internet, serta apa dampak negatif penggunaan internet yang dirasakan.

3. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk mengkonstruk ulang alat tes yang mengukur faktor diri yang mempengaruhi adiksi internet, tidak 1 item tiap faktor. 4. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti korelasi atau keterkaitan antara faktor-faktor diri yang mempengaruhi tingkat adiksi internet dengan tingkat adiksi internet.

5. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti korelasi atau keterkaitan antara data demografis dengan tingkat adiksi internet.

6. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti adiksi internet yang lebih spesifik, seperti adiksi smartphone, media sosial, atau game.

(31)

84

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, peneliti mengajukan beberapa saran praktis sebagai berikut kepada lembaga pendidikan Universitas “X”:

1. Disarankan bagi lembaga pendidikan Universitas “X” untuk membuat acuan

upaya preventif terhadap adiksi internet melalui faktor-faktor berikut : self-control, kesepian, keterampilan sosial, dan kedekatan dengan orangtua melalui

seminar.

(32)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ADIKSI INTERNET

PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS “X”

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

GRACE SIANTI SUTRISNA

1130042

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(33)

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Grace Sianti Sutrisna

NRP : 1130042

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Mei 2016

(34)
(35)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan pada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat hikmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian akhir di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Penelitian ini bangkit dari kepedulian peneliti terhadap bidang Psikologi Sosial. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap bidang Psikologi Sosial, khususnya mengenai adiksi internet pada mahasiswa.

Peneliti menyadari begitu banyak bantuan dan dukungan yang diterima dari berbagai pihak dalam penulisan ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih pada:

1. Dra. Irene P. Edwina, M. Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Fundianto, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing utama dan Iman Setiadi Arif, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing pendamping yang selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi, serta memberikan saran dan dukungan bagi peneliti.

3. Badan Akademik dan Administrasi dan seluruh staff Tata Usaha fakultas-fakultas

Universitas “X” yang membantu dalam seluruh proses penelitian.

4. Seluruh mahasiswa Universitas “X” yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

5. Keluarga peneliti; Dede Sutrisna, Titi Mintarsih, dan Andreas Gilbert Sutrisna, S.E. yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi peneliti selama penulisan ini. Terima kasih untuk waktu dan kasih sayangnya selama ini.

(36)

Marco, S.T., Brian Ardiansah, S.E. Terima kasih untuk doa, semangat, dan dukungannya yang tidak pernah habis bagi peneliti.

7. Magdalena Christine., S. Psi., Catur Octowibowo, S.Psi., Raissa Hadiman, S. Psi., Selyna Siaw, S.Psi., Ceni Harliman, S. Psi., Kennaldy, S. Psi., dan para calon sarjana Lydia Putri, Lusiana Kristianti, Anzellya Gustianna, Sherli Honelista, Nathania Putri, Dewi Sartama, Klara Melina, Galuh Riesti Sari, serta Maria Gayatri. Terima kasih untuk dukungan, doa, dan semua diskusinya.

8. Dinda Lydiana, Talita Margaret, Dikky, David ‘Mamat’, Jan Sebastian serta seluruh kakak kelas serta adik-adik kelas peneliti yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih sudah memberikan semangat dan dukungan bagi peneliti. 9. Teman-teman MCUC. Mari kita senantiasa saling mendukung dan bersama-sama

berjuang untuk meraih cita-cita kita di depan!

10. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Akhir kata, peneliti menyadari masih ada kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang dapat disampaikan melalui email berikut : grace.sianti@gmail.com.

Bandung, Agustus 2016

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abung, Merliana P. (2012). Hubungan antara Kesepian dan Keterampilan Sosial dengan Kecanduan Internet pada Remaja Pengunjung Warnet di Surabaya Selatan (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan : Jakarta.

Akhter, Noreen. (2013). Internet Addiction and Academic Performance among University Undergraduates. Pakistan : NUST HQ Campus Islamabad.

Akin, A., Arslan, S., Arslan, N., Usyal, R. & Sahranç, Ü. (2015). Self-control Management and Internet Addiction. International Online Journal of Educational Sciences , 7 (3), 95-100.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi II). Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia. (2014). Profil Pengguna Internet Indonesia 2014 (ISBN 978-602-19596-1-9). Jakarta : Puskakom UI.

Batıgün, A. D. & Hasta, D. (2010). Internet Addiction : An Evaluation in Terms of

Loneliness and Interpersonal Relationship Styles. Anadolu Psikiyatri Dergisi, 11, 213-219.

Chou, C., Condron, L. & Belland, J. C.. (2005). A Review of the Research on Internet Addiction. Educational Psychology Reviews, 17 (4).

Gencer, S. L., & Koc, M. (2012). Internet Abuse among Teenagers and Its Relations to Internet Usage Patterns and Demographics. Educational Technology & Society, 15 (2), 25–36.

Griffiths, Mark. (2005). The Biopsychosocial of Addiction. Psyke & Logos, 26, 9-26. Heo, J., Oh, J., Subramanian, S. V., Kim, Y. & Kawachi, I. (2014). Addictive Internet Use among Korean Adolescents: A National Survey. PLoS ONE, 9 (2). Diunduh dari : http://nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:11879787

Kim, D. H., Jeong, E. J., & Zhong, H.. (2010) Preventive Role of Parents in Adolescent Problematic Internet Game Use in Korea. Korean Journal of Sociology, 44 (6), 111-133.

KOC, Mustafa. (2011). Internet Addiction and Psychopathology. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, 10 (1), 143-148.

Kuss, D. J., Rooij, A. J. V., Shorter, G. W., Griffiths, M. D., Mheen, V. (2013). Internet Addiction in Adolescents: Prevalence and Risk Factors. Computers in Human Behavior, 29 (5), 1987-1996.

(38)

86

McMurran, M. (1994). The Psychology of Addiction. London : Taylor & Francis. Oguz, E. & Cakir, O. (2014). Relationship Between Level of Loneliness and Internet

Addiction. Anthropologist, 18 (1), 183-189.

Prasetiya, Eka C. (2014). Fenomena Internet Addiction pada Mahasiswa (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Humanoira Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga : Yogyakarta.

Sato, Takeshi. (2006). Internet Addiction among Students: Prevalence and Psychological Problems in Japan. JMAJ, 49 (7), 279-283.

Şenormancı, Ö, Konkan R. & Sungur M. Z. (2012). Internet Addiction and Its

Cognitive Behavioral Therapy, Standard and Innovative Strategies in Cognitive Behavior Therapy, Dr. Irismar Reis De Oliveira (Ed.). InTech : ISBN: 978-953-51-0312-7. Diunduh dari : http://www.intechopen.com/books/standardand- innovative-strategies-in-cognitive-behavior-therapy/internet-addiction-and-its-cognitive-behavioral-therapy.

Singarimbun, M. & Effendi, S. (1989). Metodologi Penelitian – Analisa Data. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo.

Sugiyono. (2004). Statistika Untuk Penelitian (Cetakan keenam). Bandung : ALFABETA.

Suprihatin. (2009). Studi Tentang Pemanfaatan Internet pada Pengguna Perpustakaan Universitas Brawijaya Malang. (Skripsi). Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga : Yogyakarta.

Yao, M. Z. & Zhong, Z. J. (2014). Loneliness, Social Contacts, and Internet Addiction : A Cross-lagged Panel Study. Computers in Human Behavior, 30, 164-170. Young, K. S. (1996). Internet Addiction : A New Emergence of a New Clinical

Disorder. CyberPsychology and Behavior, 1 (3), 237-244.

Young, K. S. (1998). Caught in the Net : How to Recognize the Signs of Internet Addiction and a Winning Strategy for Recovery. New York, NY: John Wiley & Sons, Inc.

Young, K. S. (1999). Internet Addiction : Symtomps, Evaluation, and Treatment. Clinical Practice, 17.

Young, K. S. (2004). Internet Addiction : A New Clinical Phenomenon and Its Consequences. American Behavioral Scientist, 45 (4), 402-415.

(39)

DAFTAR RUJUKAN

Branford Regional Medical Center. (tanpa tahun). Kimberly Young Sheet. US :

Branford Regional Medical Center. Diunduh dari

https://www.brmc.com/programs-services/06-2013-Kimberly-Young-SHEET.pdf.

Fakultas Psikologi. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi Juli 2015. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Lestari, Ayu. (2013). Uji Validitas dan Reliabilitas. Diunduh dari : http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/05/Uji-Validitas-dan-Reliabilitas.-Ayu-Lestari.pdf.

UNESCO Institute for Information Technologies in Education (IITE). (2003). Internet in Education : Support Materials for Educator. (ISBN 5-902116-08-2). Diunduh dari : http://iite.unesco.org/pics/publications../en/files/3214612.pdf.

Vondrackova, P. & Smahel, D. (2012). Internet Addiction. IGI Global, DOI: 10.4018/978-1-4666-0315-8.ch063.

Gambar

Gambar 3.2
Tabel 4.15
Gambar 1.5  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi imbangan air dilokasi studi (desa Sumber Mulya dan Rawa Keramati), untuk mengetahui kemampuan suplai Rawa

nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah. (Mahadewa &

Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan pada siswa SMP se Kecamatan Mesuji Induk, melalui tes kebugaran jasmani anak Indonesia kategori umur (13-15 th ), maka dapat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) profesional adalah sesuatu yang bersangkutan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus dalam menjalankannya, artinya ibu yang

penelitian dengan judul: “ ANALISIS PENGARUH DER, ROA, DAN PBV TERHADAP RETURN SAHAM (studi kasus perusahaan yang terdaftar pada indeks lq 45 di Bursa Efek

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) gambaran Praktik Kerja Industri, pengetahuan K3, dan kesiapan kerja

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan, “tingkat kesukakaran, daya beda dan fungsi distraktor soal ujian semester kelas VII SMP Fatih

Eksperimen kayu dalam hal ini sebagai kombinasi material untuk mendukung bahan utama yaitu Kantong Semen, pemilihan bahan kayu didasarkan pada hasil diskusi dengan pemilik