• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI KESUKSESAN DANPROKRASTINASI AKADEMIK SISWA Perilaku Mencontek Ditinjau Dari Ekspektansi Kesuksesan Dan Prokrastinasi Akademik Siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI KESUKSESAN DANPROKRASTINASI AKADEMIK SISWA Perilaku Mencontek Ditinjau Dari Ekspektansi Kesuksesan Dan Prokrastinasi Akademik Siswa."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI KESUKSESAN DAN

PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Sains Psikologi

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi

Oleh : FAEDAH UTAMI NIM : S 300 110 004

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

PERILAKU MENCONTEK DITINJAU DARI EKSPEKTANSI KESUKSESAN DAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa. Sampel penelitian adalah sebagian dari siswa pada SMA swasta di Surakarta yang berjumlah 93 siswa. Alat ukur yang digunakan adalah angket. Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada hubungan yang signifikan antara ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik secara bersama-sama dengan perilaku mencontek siswa. 2) ada hubungan positif yang signifikan antara ekspektansi kesuksesan dengan perilaku mencontek siswa. 3) ada hubungan positif yang signifikan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa. Hal ini berarti variabel ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik dapat digunakan sebagai prediktor untuk mengukur perilaku mencontek. Sumbangan efektif variabel ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik terhadap perilaku mencontek sebesar 45,6%. Sisanya sebesar 54,4 % merupakan pengaruh variabel lain di luar penelitian ini. Variabel prokrastinasi akademik berperan lebih besar dalam perilaku mencontek dibandingkan variabel ekspektansi kesuksesan.

Kata kunci : ekspektansi kesuksesan, prokrastinasi akademik, perilaku mencontek.

This study aims to determine the relationship between expectancy for success and academic procrastination with student cheating behavior. The samples were mostly of private high school’s students, amounting to 93 students. Measuring instrument used was a questionnaire. Methods of data analysis using multiple regression analysis with SPSS version 16.0 . The results showed : 1) there is a significant relationship between expectancy for success and academic procrastination together with student cheating behavior. 2) there is a significant positive relationship between expectancy for success with student cheating behavior. 3) there is a significant positive relationship between academic procrastination with student cheating behavior. This means that expectancy for success and academic procrastination can be used as a predictor for measuring the behavior of cheating . Effective contribution expectancy for success variable and academic procrastination against cheating behavior of 45.6 %. The remaining 54.4% is the influence of other variables outside this study. Academic procrastination variables play a greater role in cheating behaviors than expectancy for success .

(3)
(4)

Pendahuluan

Setiap proses pendidikan membutuhkan adanya tindakan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan yaitu pencapaian tujuan. Evaluasi atau disebut juga dengan ujian sekolah di Indonesia mengalami pergerakan baik sistem, standar dan mutunya. Di antara kebaikan-baikan dari kebijakan tentang ujian yang bergulir, terselip sebuah gejala yang akan membahayakan kehidupan pendidikan jika dijadikan budaya, yakni degradasi pemahaman akan esensi pendidikan dengan adanya mencontek. Ujian hanya dipahami untuk mendapatkan nilai yang baik agar dapat diterima di sekolah lanjutan yang lebih tinggi, sehingga perilaku mencontek atau disebut cheating dimaafkan dan dianggap sebagai hal biasa (Hartanto, 2011).

Mencontek bukan fenomena yang baru dalam dunia pendidikan. Strom dan Strom (2007) mengutip survei Josephson Institute of Ethics di Amerika dengan responden 36.000 siswa Sekolah Menegah

Pertama menemukan bahwa 60% siswa menerima dan mengakui pernah mencontek pada saat ujian dan pengerjaan tugas; sedangkan penelitian Vinski dan Tryon (2009) pada 109 siswa SMA Riverhead, New York melaporkan bahwa mayoritas siswa (88%) berperilaku mencontek pada saat ujian. Penelitian Lin dan Wen di Taiwan (2006) pada 2.068 mahasiswa menyebutkan bahwa perilaku ketidakjujuran di kalangan mahasiswa adalah 61,72%.

Hal ini juga terjadi di sebuah SMA swasta di Surakarta. Berdasarkan data hasil survei di sekolah tersebut tahun 2012/2013 bahwa rata-rata sebanyak 36% dari 749 siswa melakukan praktik mencontek pada ujian tengah semester 1. Pada ujian semester 1 perilaku mencontek terulang lagi dengan 36,07% dari 749 siswa dengan 64% siswa pria dan 36% siswa wanita.

(5)

merupakan fenomena yang multifaced atau beraneka ragam sebab dan bentuknya. Salah satunya, seseorang mencontek disebabkan adanya dorongan harapan dan keyakinan untuk sukses dalam akademik atau disebut expectancy for academic succes.

Penelitian Sieman (2009) menyebutkan bahwa tujuan dan harapan siswa untuk berprestasi merupakan prediktor yang signifikan dalam perilaku mencontek siswa pada saat ujian. Siswa yang mempunyai harapan berprestasi tinggi tetapi mencontek, hal ini karena orientasi siswa tersebut adalah pada hasil yaitu nilai yang tinggi agar dapat lulus, bukan berorientasi pada proses belajar atau penguasaan materi pelajaran.

Selanjutnya dalam penelitian Roig dan DeTommaso (Roig dan Caso, 2005) dinyatakan bahwa mencontek juga dapat disebabkan oleh siswa yang mengalami masalah prokrastinasi akademik. Penelitian Clariana, dkk (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

antara prokrastinasi dan perilaku mencontek. Akibatnya siswa yang suka menunda-nunda pekerjaan (prokrastinastik) tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi tugas dan ujian yang diberikan oleh guru.

Prokrastinasi yang dilakukan oleh siswa dalam penelitian ini adalah penundaan dalam belajar untuk ujian. Penundaan ini lebih sering disebabkan waktu mereka lebih banyak untuk kegiatan di luar belajar. Perilaku mencontek yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah praktek menyontek dalam ujian atau testing yang merupakan alat evaluasi pendidikan. Selain itu alasan peneliti mengambil tempat di SMA hal ini dikarenakan praktek mencontek lebih banyak terjadi di lingkungan SMA (Anderman dan Murdock, 2007).

(6)

Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan apakah ada hubungan antara ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa, dan apakah ada hubungan antara ekspektansi kesuksesan dengan perilaku mencontek siswa, juga apakah ada hubungan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa.

Perilaku Mencontek

Mencontek dalam penelitian Lambert, dkk (2003) disebut sebagai kecurangan akademik atauacademic cheating, sedangkan beberapa peneliti yang lain menyebutnya dengan academic dishonesty. Menurut Bower (Alhadza, 2004) mencontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.

Baird (Bjorklund, 2000) menyebutkan terdapat dua faktor dalam perilaku mencontek yaitu: a)

Personal faktor berupa kemalasan, kesadaran untuk mencapai prestasi, berkemampuan rendah, pengalaman kegagalan sebelumnya, dan harapan sukses pada prestasi tertentu; b) Eksternal faktor, termasuk urutan tempat duduk pada saat ujian, penting tidaknya mata uji, tingkat kesulitan mata uji, pengujian yang tidak adil, pengaturan jadwal, dan faktor pengawasan.

Ekspektansi Kesuksesan

Ekspektansi kesuksesan (expectancy for succes) adalah keyakinan bahwa seseorang dapat meraih tujuan yang diinginkan, memecahkan masalah, dan berkomitmen untuk tujuan karir jangka panjang. Hal ini mencerminkan prediksi optimis tentang masa depan mereka sendiri (Yong, 2010).

(7)

harapan orang lain (perception of others’ expectations), Locus of control, nilai tugas (task value), jenis kelamin dan nilai-nilai pribadi (sex role identity and personal values), keberhasilan atau kegagalan (Cost of succes or failure), pengalaman afektif (Affective experiences).

Prokrastinasi Akademik

Schraw, dkk. (2007) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah sengaja menunda pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dengan alasan manajemen waktu yang buruk, kesulitan untuk berkonsentrasi, rasa takut, kecemasan, keyakinan negatif, masalah pribadi, kebosanan, ekspektasi yang tidak realistis dan ketakutan akan kegagalan. Prokrastinasi mempunyai banyak bentuk, diantaranya yaitu: mengabaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan pergi, meremehkan kerja yang terlibat dalam tugas atau menaksir terlalu tinggi kemampuan dan sumber-sumber seseorang, dan menghabiskan waktu berjam-jam

permainan computer dan menjelajahi internet (Sirin, 2011).

Hubungan antara Perilaku

Mencontek, Ekspektansi

Kesuksesan dan Prokrastinasi Akademik

Perilaku mencontek yang terjadi sebenarnya merupakan masalah yang kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor, tidak terdapat penjelasan tunggal mengapa seseorang melakukan perilaku mencontek.

(8)

mereka sebagai orang yang lebih fokus pada nilai atau rangking di kelas; sehingga siswa yang hanya fokus pada nilai-nilai angka atau rangking di kelas akan lebih banyak melakukan kecurangan (mencontek).

Selain itu, perilaku mencontek juga dipengaruhi oleh perilaku prokrastinasi akademik (Roig dan Caso, 2005). Penelitian Clariana, dkk (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara prokrastinasi dengan perilaku mencontek. Hal ini dapat dipahami sebab prokrastinasi akademik menjadikan siswa tidak siap dalam menghadapi tes atau ujian, meningkatnya kecemasan dalam menghadapi tes, kegagalan untuk memenuhi tenggat waktu menyelesaikan tugas, dan nilai yang lebih rendah (Ferrari, dkk dalam de Bruin dan Rudnick, 2007). Akibat prokrastinasi tersebut, siswa mengambil jalan pintas untuk mencapai prestasi akademiknya. Menguasai materi pelajaran (mastery goals) bukan menjadi

tujuan utama siswa yang berperilaku prokrastinasi, namun lebih pada tujuan untuk menghindari kegagalan saja.

Ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi merupakan bagian dari faktor personal dalam perilaku mencontek siswa (Baird dalam Bjorklund, 2000). Siswa yang memiliki ekspektansi kesuksesan yang tinggi dengan diiringi perilaku suka menunda-nunda untuk belajar (prokrastinasi) akan lebih mengarah pada bentuk kecurangan akademik (mencontek).

Metode

(9)

Yong (2010) yaitu 1) berorientasi pada pencapaian tujuan, 2) tidak cepat puas pada hasil 3) penentu keberhasilan secara akademik dan peran sosial adalah diri sendiri, 4) menunjukkan aspirasi dan harapan yang tinggi untuk sukses. Sedangkan variabel bebas prokrastinasi akademik diungkap dengan menggunakan skala prokrastinasi akademik berdasarkan ciri-ciri prokrastinasi yang dikemukakan oleh Surijah dan Tjundjing (2007), meliputi 1) kegagalan menepati deadline (perceived time), 2) perfecsionis, 3) adanya perasaan kurang nyaman, 4) ketidakyakinan terhadap kemampuan diri (perceived ability).

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 93 siswa, dengan metode sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS for Windows 16.0.

Hasil

a) Ada hubungan positif yang signifikan antara variabel

ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik secara bersama-sama terhadap terhadap perilaku mencontek siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji r = 0,675, Fregresi= 37.694; p = 0,000 (p < 0,05). Nilai koefisien determinasi sebesar 0.456 mengindikasikan bahwa peran kedua variabel tersebut terhadap perilaku mencontek siswa adalah sebesar 45.6%. Sisanya sebesar 54.4% ditentukan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

b) Ada hubungan antara ekspektansi kesuksesan dengan perilaku mencontek siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji rx1y = 0,504 yang signifikan pada  = 0.00.

c) Ada hubungan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa. Hasil uji rx2y sebesar 0.653 yang signifikan pada= 0.00.

(10)

perilaku mencontek siswa dari pada ekspektansi kesuksesan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang dihasilkan variabel ini lebih besar dibandingkan dengan koefisien regresi yang dihasilkan oleh variabel ekspektansi kesuksesan, yaitu 0.425 > 0.196.

Bahasan

Hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,675, Fregresi= 37.694; p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa “Ada hubungan positif antara ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa” terbukti kebenarannya.

Sesuai pendapat Baird (Bjorklund, 2000) bahwa faktor personal dari mencontek adalah diantaranya laziness atau kemalasan yang berkorelasi positif dengan prokrastinasi (Schouwenbourg & Lay, dalam Clariana, 2012) dan

harapan tertentu tentang kesuksesan. Ekspektansi kesuksesan dan prokrastinasi akademik memiliki hubungan dengan perilaku mencontek penelitian Sieman (2009) yang menyebutkan bahwa tujuan dan harapan siswa untuk berprestasi merupakan prediktor yang signifikan dalam perilaku mencontek siswa pada saat ujian, dan penelitian Clariana, dkk (2012) bahwa terdapat hubungan positif antara prokrastinasi dan perilaku mencontek. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi harapan kesuksesan serta tujuannya untuk mendapatkan nilai tinggi, dan prokrastinasi juga tinggi maka akan tinggi pula perilaku mencontek siswa. Sebaliknya, semakin rendah harapan kesuksesan siswa serta tujuannya untuk menguasai materi, dan didukung prokrastinasi yang rendah maka akan rendah pula perilaku mencontek siswa.

(11)

berfikir secara kompleks dan tidak tahu bagaimana cara menggunakan strategi belajar yang efektif, sehingga siswa yang memiliki ekspektansi kesuksesan yang tinggi dengan diiringi perilaku suka menunda-nunda untuk belajar (prokrastinasi) akan lebih mengarah pada bentuk kecurangan akademik (mencontek). Penelitian Brown dan Choong (2003) menyebutkan bahwa alasan siswa mencontek diantaranya keinginan mendapatkan nilai yang tinggi dan tidak memiliki persiapan yang cukup, serta terburu-buru. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi mendapatkan nilai yang tinggi serta perilaku prokrastinasi merupakan faktor siswa berperilaku mencontek.

Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara ekspektansi kesuksesan dengan perilaku mencontek siswa terbukti kebenarannya. Hasil uji rx1y = 0,504 yang signifikan pada  = 0.00, menunjukkan bahwa perilaku mencontek salah satunya disebabkan oleh ekspektansi kesuksesan. Hal ini sejalan dengan

(12)

Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku mencontek siswa terbukti kebenarannya. Hasil uji rx2y sebesar 0.653 yang signifikan pada

menunjukkan bahwa perilaku mencontek juga disebabkan oleh prokrastinasi akademik. Hal tersebut tidak berbeda dengan penelitian Clariana, dkk (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara prokrastinasi dengan perilaku mencontek. Semakin tinggi prokrastinasi akademik siswa maka akan semakin tinggi atau sering perilaku mencontek dilakukan. Sebaliknya, jika prokrastinasi akademik rendah maka akan rendah pula perilaku mencontek siswa. Siswa yang bersungguh-sungguh dalam belajarnya, tidak suka menunda-nunda belajar, disiplin dan tekun, akan semakin rendah perilaku menconteknya. Seperti diungkapkan dalam penelitian de Bruin dan Rudnick (2007) bahwa ketekunan memiliki hubungan yang negatif

dengan perilaku mencontek. Prokrastinasi merupakan pertanda bahwa ketekunan siswa rendah, sehingga siswa dengan prokrastinasi cenderung berperilaku mencontek untuk mendapatkan prestasi akademik.

(13)

Peran variabel ekspektansi kesuksesan terhadap perilaku mencontek adalah sebesar 10,2%, sedangkan peran variabel prokrasitinasi akademik terhadap perilaku mencontek adalah sebesar 34,8%. Walau berperan kecil dalam perilaku mencontek, ekspektansi kesuksesan adalah hal penting dalam pencapaian sebuah prestasi. Ekspektansi akan mendorong usaha-usaha siswa, seperti yang dikemukakan oleh Giglioti dan Sacrest (dalam Nainggolan, 2008) bahwa ekspektansi kesuksesan adalah faktor penting dalam prestasi siswa, serta dapat mempengaruhi jenis kegiatan siswa, tingkat usaha siswa (misalnya waktu belajar) dan ketekunan setelah kegagalan (Lenney dalam Nainggolan, 2008).

Hal ini mendukung pendapat Surijah dan Tjundjing (2007) yang menyebutkan bahwa prokrastinasi merupakan celah antara harapan dan kenyataan; sehingga dapat dikatakan bahwa prokrastinasi menentukan wujud dari harapan (ekspektansi). Berhasil tidaknya

harapan itu menjadi kenyataan, adalah dengan melihat ada atau tidaknya prokrastinasi siswa. Pada penelitian ini prokrastinasi yang tinggi mendorong siswa untuk mencontek. Seperti dinyatakan oleh Vroom (Redmond, 2012) bahwa harapan (ekspektansi) merupakan keyakinan tentang kerja keras, maka akan menghasilkan prestasi yang lebih baik. Hal ini berarti bahwa ekspektansi kesuksesan tanpa kerja keras tidak akan menghasilkan prestasi yang lebih baik; terlebih dengan adanya perilaku suka menunda-nunda (prokrastinasi)

(14)

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Perilaku mencontek terjadi karena kurangnya pemahaman atau kesadaran siswa tentang perilaku mencontek dan cenderung menganggap sebagai hal biasa. Hal ini terindikasi dari jawaban responden yang menganggap bahwa melihat, berbagi jawaban, dan bekerjasama dalam mengerjakan ujian yang seharusnya dikerjakan sendiri-sendiri adalah hal yang biasa.

2) Sumbangan efektif variabel ekspektansi kesuksesan terhadap perilaku mencontek adalah sebesar 10.2%, sedangkan sumbangan variabel prokrasitinasi akademik terhadap perilaku mencontek adalah sebesar 34.8%. Kecilnya peran ekspektansi kesuksesan terhadap perilaku mencontek menunjukkan bahwa perilaku mencontek yang dilakukan bukan

semata-mata karena harapan kesuksesan yang tinggi. Akan tetapi justru perilaku suka menunda-nunda yang lebih berperan dalam perilaku mencontek siswa pada saat ujian, tidak bersungguh-sungguh, tidak mempersiapkan materi ujian. Terlebih lagi apabila tujuan kesuksesan itu hanya untuk meraih nilai yang tinggi, bukan untuk menguasai materi pelajaran. Namun walau berperan kecil dalam perilaku mencontek, ekspektansi kesuksesan adalah hal penting dalam pencapaian sebuah prestasi.

(15)

secara mendalam pada setiap individu saat ujian tidak dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif.

4) Penelitian yang baik didukung alat ukur yang baik. Penelitian ini menggunakan alat ukur yang diujicobakan sebanyak dua kali karena pada uji coba pertama belum didapatkan reliabiltas alat ukur yang baik sehingga perlu diujicobakan lagi guna mendapatkan alat ukur yang benar-benar reliabel. Kurangnya uji coba merupakan kelemahan pada penelitian ini, meskipun demikian hasil menggunakan program SPSS, nilai validitas dan reliabilitas alat ukur untuk penelitian menunjukkan bahwa alat ukur penelitian ini tidaklah buruk.

5) Kepada pihak sekolah, dengan melihat bahwa dalam dunia pendidikan sekarang ini tidak terlepas dari mencontek maka diharapkan pihak sekolah menggunakan alat evaluasi yang benar-benar dapat membedakan

(16)

semata-mata meraih nilai yang lebih tinggi atau agar cepat lulus namun juga untuk menguasai ilmu atau materi pelajaran di sekolah; oleh sebab itu perlu ditekankan sikap kerja keras, disiplin dan jujur dalam mewujudkan harapan tersebut, hal ini dengan melihat ekspektansi kesuksesan siswa yang termasuk dalam kategori tinggi.

6) Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian yang sama, berdasarkan hasil analisis penelitian ini agar: a) memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku mencontek seperti: usia, konsep diri, percaya diri, harapan orang tua, faktor guru/pengawas, dan faktor sistem evaluasi yang tidak diteliti dalam penelitian ini. b) menjadikan faktor-faktor yang tidak diteliti tersebut sebagai variabel bebas agar penelitian tentang perilaku mencontek lebih kaya dan lebih lengkap dalam memberi gambaran pada

masyarakat luas, dan c) menghindari kemungkinan keseragaman respon dari subyek penelitian akibat situasi saat pengumpulan data.

DAFTAR PUSTAKA

Alhadza, A. (2004). Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan. Artikel. http://www.asmi.ac.id/berita(ar tikel). Diakses pada 23 November 2012.

Anderman, E. M., Murdock, T.B.(2007). Psychology of Academic Cheating. USA: Academic Press Inc.

Bjorklund, M. (2000). Academic Cheating: Frequency, Methods, and Causes. Artikel. http://www.leeds.ac.uk/educol/ documents/00001364.htm. Diakses pada 11 Maret 2013.

(17)

Clariana, M., Gotzens, C., Badia, del M., Cladellas, R. (2012). Procrastination and Cheating from Secondary School to University. Electronic Journal of Research in Educational Psychology10. (2). 737-754.

de Bruin, G. P., Rudnick, H. (2007). Examining the Cheat: the Role of Conscientiousness and Excitement Seeking in Academic Dishonesty. South African Journal of Psychology, 37 (1), 153-164.

Eccles, J. 2002.Expectancies, Values, and Academic Behaviors. San Francisco: W.H. Freeman and Company.

Hartanto, D. (2011). Penggunaan REBT Untuk Mereduksi Perilaku Mencontek Pada Siswa Sekolah Menengah. Jurnal E-Book. http:// ebookbrowse.com/06-dody- rebt-untuk-academic-cheating-pdf-d237723875. Diakses pada 16 November 2012.

Lambert, E. G., N. L. Hogan, and S. M. Barton. (2003). Collegiate Academic Dishonesty Revisited: What Have They Done, How Often Have They Done It, Who Does It, and Why They Do It? Electronic Journal of Sociology 74. http://www.sociology.org/co ntent/vol7.4/lambert_etal.

html. Diakses pada 23 Februari 2013.

Lin, C. H. S; Wen, L. Y. M. (2007). Academic Dishonesty in higher Education-a Nationwide Study in Taiwan. Original Paper. High Educ 54 (1).85-97.

Nainggolan, K. (2008). Self Confidence dan Ekspektasi Sukses-Siswa Akuntansi, Studi menurut Gender.Jurnal Mandiri. 3, (1) 118-131.

Redmond, B. F. (2012). Expectancy Theory Overview. Last edited Hite, Z. A. http:// wikispaces.psu.edu/display/P SYCH484/4+Expectancy+The ory. Diakses pada 23 Februari 2013.

Roig, M., Caso, M. (2005). Lying and Cheating: Fraudulent Excuse Making, Cheating, and Plagiarism. The Journal of Psychology, 139,(6). 485.

Schraw, G., Wadkins, T., Olafson, L. (2007). Doing the Things We Do: A Grounded Theory of Academic Procrastination. Journal of Educational Psychology,99, (1), 12-25.

(18)

Carolina: Higher Education Administration.

Sirin, E. F. (2011). Academic Procrastination Among Undergraduates Attending School of Physical Education and Sports: Role of General Procrastination, Academic Motivation and Academic Self-Efficacy. Educational Research and Reviews, 6 (5), 447-455.

Strom, P.S., Strom, R.D. (2007). Cheating in Middle School and High School. Essay. The Educational Forum. 71 (2), 104-116..

Surijah, E. A., Tjundjing, S. (2007). Siswa Versus Tugas: Prokrastinasi Akademik dan Conscientiousness. Anima,

Indonesian Psychological Journal. 22, (4), 352-374.

Vinski, E. J., Tryon, G. S. (2009). Study of a Cognitive Dissonance Intervention to Address High School Students’ Cheating Attitudes and Behaviour. Journal. Ethics & Behaviour, 19 (3), 218-226.

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan penelitian/evaluasi secara seksama terhadap surat penawaran sebanyak 3 (tiga) penyedia yang dinyatakan lulus pada tahap evaluasi administrasi dan evaluasi

Jasa Konsultan Prakualifikasi satu sampul untuk pekerjaan Pengelolaan Infrastruktur.. Sistem Informasi BAPPEBTI melalui website http://lpse.kemendag.go.id sebanyak

Panitia Lelang Pengadaan Barang dan Jasa SUPM Negeri Tegal Tahun Anggaran 2016, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan

Bagi unit atau satuan kerja organisasi yang berfungsi memberikan layanan langsung kepada masyarakat luas, antara lain, rumah sakit, puskesmas, telekomunikasi, listrik, air

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0.. Pityriasis Versicolor Dan Diagnosa Bandingnya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Program Pelatihan Berbasis Kompetensi yang menggunakan modul pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri (PBKMI) bagi guru sekolah dasar (SD)

function waktu_CreateFcn(hObject, eventdata, handles) if ispc &amp;&amp; isequal(get(hObject,'BackgroundColor'),

Sistem Tempat Tinggal Yang Sudah Terpisah Dalam Keluarha Inti Juga Telah Mengkonstruksi Pikiran Masyarakat Minangkabau Bahwa Rumah Bukan Lagi Wilayah Umum Milik