• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA

PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Dessy Natalia

NIM: 131134063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk semua orang yang telah mendukung dan

mendoakan saya:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang setia mendampingiku.

2. Bapak Vinsensius Harinto dan Mama Clara Hartati.

3. Bapak Herman dan Mama Arce.

4. Bapak tuo Yatino, mbah Towo, Mamak tuo Kamikem dan mbah Tuki.

5. Om Tono dan bulek Yuni (Alm)

6. Adikku Veronika Derintika Paskalia, Grasia Stella Modesta, Cornelius

Stenly Pradana.

7. Semua keluarga besar yang mendukungku.

8. Teman seperjuangan Cantikeeeeers, teman satu payung skripsi dan

teman-teman PGSD 2013.

9. Seluruh sahabatku.

10.Teman luar biasa Vinsensius Verer Magur.

(5)

v MOTTO

Serahkanlah segala kekawatiranmu kepada-Nya,

sebab Ia yang memelihara kamu

(1 Petrus 5 : 7)

Roda itu selalu berputar

Jika hari ini aku menangis, esok Tuhan pasti membuatku

tersenyum

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKn di SD NEGERI DEMANGAN

Maria Dessy Natalia

Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah adanya persepsi siswa yang cukup

yang dilihat dari hasil observasi yaitu sebesar 35%, dan adanya sikap siswa yang

cukup yaitu sebesar 25%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn di SD Negeri

Demangan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survei. Sampel penelitian berjumlah 28 siswa kelas IIA di SD Negeri Demangan.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel bebas,

variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas adalah persepsi, variabel

terikatnya adalah sikap siswa pada mata pelajaran PKn dan variabel moderator

adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata

pelajaran PKn. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis Correlation Pearson Product Moment pada uji hipotesis correlation kelompok siswa persepsi dan sikap dengan sig. (2-tailed) yaitu 0,000 dan Pearson Correlation sebesar 0.034. Hubungan yang positif dari kedua variabel termasuk dalam hubungan yang kuat

karena berada pada rentang nilai 0.20-0.399.

(9)

ix ABSTRACT

THE PERCEPTION AND ATTITUDE LINKAGE OF GRADE II STUDENTS

IN CIVICS LESSON AT DEMANGAN ELEMENTARY SCHOOL Maria Dessy Natalia

Sanata Dharma University

2017

The background of this research is the observation result on students’ perc

eption and attitude which reach medium score, that is 35% on perception, and 25

% on attitude.The main purpose of this research is to describe the linkage between students’ perception and attitude on Civics Lesson in Demangan Elementary Sch ool at 2016/2017 period.

The research was a quantitative research which using survey method and it

took 28 grade II A students of Demangan Elementary School as the sample. The r

esearch consists of three variables, those are independent variable, dependent vari

able, and moderate variable. The independent variable is perception, with the sude nt’s attitude on Civics lessonas the dependent variable, while the Problem Based Learning method placed as the moderator variable.

The analysis comes to result that shows that there is a positive correlation

between grade II students’ perception and attitude on Civics Lesson. The score of

Correlation Pearson Product Moment on perception and attitude correlation hypot

heses test with sig. (2tailed) is 0,000 and the correlation Pearson is 0,034.

There is a strong positive correlation of both variable because it is in range of 0.20

-0.399.

(10)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atau rahmat

dan kemurahannya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Dan Sikap

Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan dapat

diselesaikan. Peneliti menyadari tanpa ada bantuan dari berbagai pihak pada

skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kritik dan saran sangat peneliti

harapkan demi menyempurnakan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku kepala Program Studi.

3. Apri Damai Sagita K, S. S.,M.Pd. selaku wakil Program Studi.

4. Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing satu yang dengan penuh

ikhlas, sabar, dalam membimbing dan memberi petunjuk serta arahan bagi

peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen dua yang telah

membantu dan selalu memberi semangat peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Maria Agustina Amelia S,Si.,M.Pd, selaku dosen penguji.

7. Bapak Vinsensius Harinto dan Mama Clara Hartati selaku orangtua peneliti

yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan semangat bagi peneliti.

8. Keluarga di Lampung dan Manggarai terima kasih atas dukungan yang

diberikan kepada peneliti.

(11)

xi

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….iv

HALAMAN MOTTO………..v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………..vii

ABSTRAK………....viii

ABSTRACT………..………ix

KATA PENGANTAR……….x

DAFTAR ISI………..xii

DAFTAR GAMBAR………...xv

DAFTAR TABEL………....xvii DAFTAR LAMPIRAN………...xviii

BAB 1 PENDAHULUAN………...1

1.1Latar Belakang………...1

1.2Rumusan Masalah………..6

1.3Tujuan Penelitian………...6

1.4Manfaat Penelitian……….6

1.5Definisi Operasional………...7

BAB II LANDASAN TEORI………..9

2.1 Kajian Pustaka………....9

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung……….…….9

2.1.1.1 Persepsi……….….………9

(13)

xiii

2.1.1.1.2 Indikator Persepsi……….10

2.1.1.1.3 Prinsip Dasar Persepsi………..11

2.1.1.1.4 Proses Terjadinya Persepsi………...11

2.1.1.1.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi………...12

2.1.1.2 Sikap………13

2.1.1.2.1 Pengertian Sikap………...13

2.1.1.2.2 Indikator Sikap……….14

2.1.1.2.3 Ciri-ciri Sikap………...15

2.1.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap………...17

2.1.1.3 Problem Based Learning (PBL)……….……….19

2.1.1.3.1 Pengertian Problem Based Learning (P BL)……….19

2.1.1.3.2 Ciri-ciri PBL……….………20

2.1.1.3.3 Tahap-tahap model PBL………...21

2.1.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model PBL………22

2.1.1.3.5 Teknik Penilaian Pembelajaran PBL………23

2.1.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan……….24

2.1.1.4.1 Pengertian PKn……….24

2.1.1.4.2 Tujuan PKn………..25

2.1.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn…………..26

2.1.1.4.4 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong...27

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan………28

2.2 Kerangka Berpikir………..31

2.3 Hipotesis Penelitian………33

BAB III METODE PENELITIAN……….34

3.1 Jenis Penelitian………...34

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………34

3.2.1 Waktu Penelitian………34

(14)

xiv

3.3 Populasi dan Sampel………..35

3.3.1 Populasi………..35

3.3.2 Sampel………35

3.4 Variabel Penelitian……….36

3.5 Teknik Pengumpulan Data………37

3.5.1 Kuesioner………...37

3.5.2 Observasi………37

3.5.3 Dokumentasi………..37

3.6 Intrumen Penelitian………38

3.7 Teknik Pengujian Instrumen………..47

3.7.1 Validitas……….47

3.7.2 Reliabilitas………..54

3.8 Teknik Analisis Data……….56

3.8.1 Uji Asumsi………..57

3.8.1.1 Uji Normalitas Data………57

3.8.1.2 Uji Homogenitas……….58

3.8.1.3 Uji Linearitas………...58

3.8.2 Uji Hipotesis………...59

3.8.2.1 Uji Hipotesis Korelasi: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan………..59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...61

4.1 Hasil Penelitian………...…….61

4.1.1 Uji Asumsi………61

4.1.1.1 Uji Normalitas Persepsi dan Sikap……….61

4.1.1.2 Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap……….62

4.1.1.3 Uji Linearitas………..63

4.1.2 Uji Hipotesis………..65

(15)

xv

4.2 Pembahasan………..66

4.2.1 Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Demangan………66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………68

5.1 Kesimpulan………..68

5.2 Keterbatasan Penelitian………68

5.3 Saran……….69

DAFTAR REFERENSI……….70

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Literatur Map………...31 3.1 Variabel Penelitian……….………..37

(17)

xvii DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tahap-tahap Model PBL………..22

3.2 Kisi-kisi Kuesioner………...………39

3.3 Kisi-kisi Pernyataan Kusioner Persepsi Siswa……….42

3.4 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn…….44

3.5 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Persepsi………...46

3.6 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn….47 3.7 Expert Judgement………...48

3.8 Rentang Skor Expert Judgement………..49

3.9 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa………...50

3.10 Validitas Item Persepsi yang dinyatakan Valid Pada Setiap Indikator.…...52

3.11 Hasil Uji Validitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn………...52

3.12 Validitas Item Sikap yang dinyatakan Valid Pada Setiap Indikator………..53

3.13 Rumus Koefisien Alpha Crobach………...55

3.14 Kriteria Koefisien Reliabilitas………55

3.15 Tabel Reliabilitas Persepsi Siswa………...56

3.16 Tabel Reliabilitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn……….56

4.1 Hasil Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa………...62

4.2 Hasil Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa………...62

4.3 Hasil Uji Linearitas Persepsi dan Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PK…....63

(18)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian………...….……74

Lampiran 2 Surat Telah Melalukan Penelitian………...75

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Persepsi………...76

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Item Validitas dan Reliabilitas Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn………77

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Persepsi dan Sikap Siswa……….78

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Persepsi dan Sikap Siswa…….78

Lampiran 7 Hasil Perhitungan Uji Linearitas………79

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Uji Correlation Pearson Product Moment…...…81

Lampiran 9 Lembar Kuesioner Siswa………82

Lampiran 10 Expert Judgement……….96

Lampiran 11 Silabus Pembelajaran………97

Lampiran 12 Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)………..127

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan pola pikir manusia.

Menurut Syah (dalam Chandra, 2009: 33) dikatakan bahwa pendidikan berasal

dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti memelihara dan memberi latihan.

Kedua hal tersebut memerlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan tentang

kecerdasan pikiran. Peneliti mengatakan bahwa pendidikan adalah proses

pengubahan sikap perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui pangajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat

diperoleh melalui jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan dalam lingkungan keluarga (nonformal) memiliki peranan

yang sangat penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang

pertama berasal dari lingkungan keluarga. Selain dari keluarga pendidikan dapat

diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga formal

lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan formal

ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai

pedoman dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi

pergaulan di masyarakat. Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses

tidaknya adalah lingkungan masyarakat (informal), lingkungan ini menuntut

pengaplikasian pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik dari

(20)

2 Sekolah adalah salah satu lembaga yang berperan penting dalam proses

pendidikan tersebut. Hal ini tidak terlepas dengan adanya kerjasama antara guru

dengan siswa. Guru berperan penting dalam mewujudkan pembelajaran dan

memiliki kebebasan untuk mengelola kelas sehingga anak memiliki motivasi

untuk belajar dan anak merasa senang. Dalam hal ini, model pembelajaran

merupakan salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif agar

tidak terkesan monoton dan membosankan. Salah satu model pembelajaran

tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Pendidikan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada

budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk

perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan

dijelaskan dalam Depdiknas (2006: 49), Pendidikan Kewarganegaraan adalah

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi

warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamankan oleh

Pancasila dan UUD 1945. Namun pencapaian tujuan PKn sangat bergantung pada

sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Sikap yang baik terhadap mata

pelajaran akan membantu perwujudan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari

mata pelajaran tersebut. Demikian sebaliknya, sikap yang buruk akan membawa

kepada hasil yang buruk pula. Sikap adalah gambaran suatu kepribadian seseorang

yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan

(21)

3 Peneliti melakukan observasi berkaitan dengan persepsi siswa terhadap

model pembelajaran dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Observasi

lapangan dilakukan peneliti agar mendapatkan informasi mengenai proses

pembelajaran yang terjadi di kelas IIA SD Negeri Demangan dengan jumlah siswa

28 orang. Fakta yang diperoleh peneliti adalah saat guru memasuki kelas, guru

memberikan salam kepada siswa, tidak lupa setelah itu guru menanyakan kabar,

kondisi siswa, dan menanyakan siswa yang tidak hadir serta meminta siswa

menyiapkan buku serta alat tulis. Guru juga memotivasi siswa sebelum

pembelajaran dan dilanjutkan penyampaian materi dengan model ceramah disertai

tanya jawab. Kegiatan dilanjutkan dengan guru berkeliling memantau siswa saat

mengerjakan latihan soal. Setelah itu kegiatan konfirmasi dilakukan, guru

menyimpulkan pembelajaran dengan melempar pertanyaan kepada siswa dan

sebelum meninggalkan kelas, guru tidak lupa untuk memberikan salam kepada

siswa.

Peneliti selama melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL), juga

mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti

melihat selama pembelajaran berlangsung, ada siswa yang tidak memperhatikan

penjelasan materi dari guru, ada siswa yang asyik menggoda teman sebangkunya,

ada siswa yang mengobrol saat guru menjelaskan materi sehingga membuat

kegaduhan di kelas, ada siswa yang kurang bersemangat mengerjakan latihan soal

di mana siswa yang hanya menunggu jawaban dari temannya, ada siswa yang

enggan untuk bertanya kepada guru maupun teman ketika belum memahami

materi pelajaran, ada siswa yang tidak berani maju ke depan untuk menuliskan

(22)

4 terlihat siswa jarang melakukan diskusi dengan temannya saat proses

pembelajaran berlangsung.

Sikap siswa tersebut tentunya dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap

model pembelajaran yang digunakan guru kelas. Persepsi siswa ketika diajar oleh

guru menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) terlihat pada

ekspresi siswa yang tidak bersemangat, sulit berkonsentrasi dan siswa merasa

bosan ketika proses pembelajaran PKn berlangsung. Persepsi negatif yang

terbentuk dalam diri siswa akan mempengaruhi sikap. Dimana sikap siswa

menjadi kurang baik dalam mencapai tujuan yang ada dalam pembelajaran PKn.

Sikap merupakan salah satu aspek pikir yang akan membentuk pola berpikir

tertentu pada setiap individu. Pola pikir ini akan mempengaruhi sikap kegiatan

yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap akan menentukan

perilaku seseorang mengenai hubungannya dalam memberikan penilaian terhadap

objek-objek tertentu serta memberikan arah pada tindakan selanjutnya. Menurut

Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan (dalam Wawan&Dewi M, 2012)

sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu:

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dilakukan, permasalahan pada

persepsi yang dialami adalah ketika guru menggunakan model pembelajaran

konvensional, di mana guru lebih banyak ceramah sedangkan siswa hanya duduk,

mendengarkan dan asyik dengan teman sebangkunya. Hal ini diperkuat dengan

hasil kuesioner pretest persepsi siswa bahwa persepsi siswa dengan nilai

maksimal cukup terhadap model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas.

(23)

5 didapat oleh siswa adalah 35%. Skor memperlihatkan bahwa siswa mempunyai

persepsi cukup tentang materi, media dan sarana pembelajaran terhadap model

pembelajaran Problem Based Learning (P BL), persepsi cukup tentang langkah-langkah pembelajaran terhadap Problem Based Learning (PBL), dan persepsi cukup tentang interaksi model pembelajaran P roblem Based Learning (PBL). Permasalahan berikutnya adalah sikap siswa dengan nilai maksimal cukup

terhadap mata pelajaran PKn. Hal ini terlihat dari rata-rata skor sikap pada

kognitif, afektif dan konaktif yang di dapat oleh siswa adalah 25%. Skor ini

menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap rendah sebelum mengikuti pelajaran

PKn dan sesudah mengikuti pelajaran PKn.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar

aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga

siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut

dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002;

Stepien, dkk.,1993). Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang

mereka miliki pada dunia nyata. Salah satu pengetahuan yang dapat diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yang dapat dibantu dengan menggunakan model

(24)

6 Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, peneliti

tertarik melakukan penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan persepsi dan

sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Demangan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

1.2.1 Apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran

PKn?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan

penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mendeskripsikan hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada

mata pelajaran PKn.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang penggunaan

(25)

7 1.4.2 Bagi Siswa

Dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari Kompetensi Dasar (KD)

mengenal sikap pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong

menolong yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui

pembelajaran Problem Based Learning (P BL).

1.4.2 Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan inspirasi guru tentang model pembelajaran

PKn yang sesuai dengan karakteristik siswa untuk dijadikan alternatif

pembelajaran yang bisa dikembangkan.

1.4.3 Bagi Sekolah

Dapat menambah bahan bacaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai

inspirasi dalam mengajarkan mata pelajaran PKn dengan menggunakan

model Problem Based Learning (PBL).

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Persepsi adalah suatu proses pemahaman atas informasi yang diperoleh

dari luar maupun dalam individu untuk mengutarakan pendapat tentang

sesuatu yang menjadi pandangan dalam objek pembicaraannya.

1.5.2 Sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan dan pemahaman, yang

diungkapkan melalui tindakan.

(26)

8 1.5.4 PKn adalah suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai

dan moral, dalam hal ini tujuan pendidikan yaitu agar anak mampu

menyelesaikan masalah-masalah untuk dapat mewujudkan nilai-nilai

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori Yang Mendukung

2.1.1.1Persepsi

2.1.1.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi dapat diartikan juga sebagai proses pemahaman ataupun

pemberian maksud atas suatu informasi terhadap stimulus, stimulus di

dapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan antar gejala yang diproses oleh otak. Persepsi menunjukkan

bagaimana melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium

dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebagai

sesuatu yang dialami manusia (Morgan dalam Sumanto, 2014: 51).

Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra

yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,

mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang berasal

dari dalam maupun luar individu (Sunaryo, 2013: 96). Sedangkan menurut

Aditimo (2008: 77) persepsi adalah tindakan menyusun informasi dari

organ-organ sensorik menjadi keseluruhan yang bisa dipahami.

Dari beberapa pengertian persepsi di atas yang telah dikemukakan,

maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemahaman

(28)

10 mengutarakan pendapat tentang sesuatu yang menjadi pandangan dalam

objek pembicaraannya.

2.1.1.1.2 Indikator Persepsi

Menurut Hamka (2002: 101-106), persepsi memiliki

indikator-indikator, yaitu sebagai berikut:

1.) Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui

indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses

analisis, di klasifikasikan dan diorganisir dengan pengalaman-pengalaman

individu yang telah dimiliki sebelumnya. Karena itu penyerapan itu

bersifat individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap

sama.

2.) Mengamati, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses klasifikasi

dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa

pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga

bersifat subjektif, berbeda bagi setiap individu.

Alasan peneliti menggunakan pendapat Hamka (2012) yaitu lebih

lengkap dan memadahi. Selanjutnya indikator-indikator persepsi tersebut

sangat berguna untuk pengembangan intrumen persepsi dan sikap siswa

(29)

11 2.1.1.1.3 Prinsip Dasar Persepsi

Menurut Prawiradilaga & Siregar (2008) ada beberapa prinsip

dasar persepsi yaitu:

1.) Persepsi bersifat relatif, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda

tergantung dari pandangan yang melakukan persepsi.

2.) Persepsi bersifat sangat selektif, persepsi tergantung pada pilihan, minat,

manfaat dan kesesuaian bagi sesorang yang melakukan persepsi.

3.) Persepsi dapat diatur, persepsi perlu diatur serta ditata agar orang lain

mudah mencerna informasi yang dimaksud.

4.) Persepsi bersifat subjektif, persepsi seseorang oleh keinginan dan harapan

dari yang melakukan persepsi.

5.) Persepsi seseorang atau kelompok bervariasi, walau mereka berada dalam

keadaan yang sama. Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi

setiap individu dalam mencerna informasi sehingga memiliki persepsi

yang berbeda-beda.

2.1.1.1.4 Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (2010; 102) proses terjadinya persepsi akan

dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus

mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek

dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu

menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung

(30)

12 Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses fisik.

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke

otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian

terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu

menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.

Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang

disebut sebagai proses psikologis.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari

proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang

dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang

diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terahkir dari

persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari

persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

Dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), diharapkan siswa memiliki persepsi yang positif terhadap masalah-masalah serta cara

penyelesaiannya berkenaan dengan perwujudan nilai-nilai gotong royong.

2.1.1.1.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat

dikemukakan adanya beberapa faktor menurut Walgito (2010: 101) yaitu:

1.) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat

(31)

13 mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian

terbesar stimulus datang dari luar individu.

2.) Alat indera, syaraf, dan pusat sususan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di

samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak

sebagai kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan responden diperlukan

syaraf motoris.

3.) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka

mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi

dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau

sekelompok objek.

2.1.1.2 Sikap

2.1.1.2.1 Pengertian Sikap

Menurut Allport (dalam Maeinarno dan Sarwono, 2009) sikap

merupakan kesiapan mental yang mana berlangsung pada diri seseorang

bersama dengan pengalaman individual masing-masing mengarah dan

menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi. Sikap merupakan

kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu

(32)

14 Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya

perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk

membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya

(Walgito, 2000). Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu atau orang.

Sikap didasarkan pada informasi afektif, behavioral, dan kognitif (Taylor

dkk, 2009)

Berdasarkan definisi sikap di atas penelitian ini mengacu pada

definisi sikap menurut Walgito (2000) sikap merupakan organisasi

pendapat, keyakinan sesorang mengenai objek atau situasi yang relatif

tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada

orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang

tertentu yang dipilihnya. Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu

bentuk reaksi perasaan dan pemahaman, yang diungkapkan melalui

tindakan.

2.1.1.2.2 Indikator Sikap

Kothandapani (dalam Azwar, 2015: 24) sikap mengandung tiga

indikator yaitu:

1.) Kognitif

Indikator kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki

individu mengenai sesuatu (Mann dalam Azwar, 1995). Indikator

kognitif berisi kepercayaan seseorang terhadap apa yang berlaku atau

(33)

15 2.) Afektif

Indikator afektif (Azwar, 1995) merupakan perasaan individu terhadap

objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek inilah yang

biasanya berakar paling dalam sebagai indikator sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin akan mengubah sikap seseorang.

3.) Konatif

Indikator konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang sedang dihadapinya

(Azwar, 1995).

Alasan peneliti menggunakan pendapat Azwar yang membentuk

struktur sikap dengan tiga indikator yaitu: kognitif, afektif, dan konatif.

Terkait dari indikator tersebut terdapat sikap yang positif (favorable) dan sikap yang negatif (unfavorable).

2.1.1.2.3 Ciri-ciri Sikap

Sikap mempunyai ciri-ciri yaitu, sebagai berikut:

1.) Sikap tidak dibawa seseorang sejak lahir, melainkan dibentuk

sepanjang perkembangannya. Karena sikap tidak dibawa sejak

individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu berbentuk dalam

(34)

16 2.) Sikap dapat berubah-ubah, dapat berlangsung lama atau sebentar.

Kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam

kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada

diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan

kalau pun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama.

Sebaliknya, bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri

seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama

dan sikap tersebut akan mudah berubah.

3.) Sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan dengan suatu

objek. Dengan kata lain, sikap dapat berbentuk dan dipelajari dalam

hubungannya dengan objek-objek tertentu yaitu melalui proses

persepsi terhadap objek tersebut.

4.) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju

sekumpulan objek-objek. Misalnya, sikap terhadap mata pelajaran

tertentu merupakan contoh dari sikap yang tertuju pada satu objek.

Sikap yang tertuju pada sekumpulan objek dapat dilihat pada sikap

terhadap sebuah organisasi. Seseorang yang memiliki sikap negatif

terhadap sebuah organisasi akan tertuju pula pada objek-objek yang

berkaitan dengan organisasi tersebut.

5.) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Ini berarti bahwa

sikap terhadap sesuatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan

tertentu yang dapat bersifat positif (menyenangkan), tetapi juga dapat

(35)

17 samping itu, sikap juga mengandung motivasi, yang berarti bahwa

sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara

tertentu terhadap objek yang dihadapinya (Walgito, 1978: 113-115;

Soetarano, 1989: 42; Gerungan, 1988: 151-152).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap

memiliki ciri-ciri yaitu terdapat perasaan yang positif, negatif yang

dapat berubah-ubah dan sikap tidak berdiri sendiri melainkan selalu

berkaitan dengan suatu objek yang terbentuk dalam perkembangan

individu yang bersangkutan.

2.1.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi

khususnya psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkaan sikap

sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jika

dilihat pentingnya sikap dalam tingkah laku dan perbuatan manusia

sehari-hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang

tersebut dalam menanggapi sesuatu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang dapat menentukan perubahan sikap.

Menurut (Azwar, 2005: 30) faktor yang dapat mempengaruhi

pembentukan sikap adalah:

1.) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal

tersebut melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan

(36)

18 2.) Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan

sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

3.) Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen

sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan

bersikap sama seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap

memang pantas untuk dijadikan panutan.

4.) Pengaruh Faktor Emosi

Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap

merupakan pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi

sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Suatu sikap yang didasari emosional adalah

prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap sekelompok orang.

5.) Media Masa

Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu

secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan

sikap, peranan media masa tidak kecil artinya.

6.) Lembaga Pendidikan dan Agama

Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral

(37)

19 menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau

pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam

menentukan sikap individu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap

seseorang akan mempengaruhi tingkat laku dalam menanggapi

sesuatu yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar ataupun dari

dalam orang tersebut.

2.1.1.3 Problem Based Learning (PBL)

2.1.1.3.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), selanjutnya disingkat P BL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL

adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga

siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah

tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah

(Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).

Menurut (Boud, dkk.,1997; Fogarty, 1997) PBL adalah suatu

model pembelajaran yang membuat konfrontasi kepada pembelajar

(38)

20 dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran” (1980: 1). PBL

merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju

paradigma pembelajaran (Barr, dkk., 1995).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, Problem Based Learning(P BL) adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah.

2.1.1.3.2 Ciri-ciri PBL

Mardi (dalam Rusmono, 2012, 61) mengungkapkan ciri-ciri PBL

ada tujuh, yaitu sebagai berikut: (1) pembelajaran dipicu oleh

permasalahan, (2) masalah didasarkan pada situasi yang nyata, maksudnya

masalah yang diambil dalam pembelajaran berdasarkan situasi pada dunia

nyata, bukan rekayasa, (3) informasi yang diperlukan menyelesaikan

masalah tidak diberikan terlebih dahulu, guna untuk memecahkan masalah

dalam PBL, guru tidak memberikan cara penyelesaikan masalah terlebih

dahulu kepada siswa. Siswa dituntun mencari sendiri cara

penyelesaiannya. (4) dilaksanakan dalam kelompok kecil, kelas dibagi

dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang siswa dalam

satu kelompok, (5) berfokus pada kemampuan berpikir, diantaranya adalah

menyelesaikan masalah, analisis, penetapan keputusan, dan berpikir kritis,

(6) memerlukan integrasi pengetahuan, siswa berbagi pengetahuan dengan

temannya satu kelompok saat pembelajaran, dan menghubungkan dengan

pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah, (7) terjadi

(39)

21 sementara, menentukan sumber informasi untuk menyelesaikan masalah

dan cara mencarinya dan setelah itu melakukan pembagian tugas pada

masing-masing anggota. Sedangkan interpendent learning merupakan siswa yang saling berbagi pengetahuan dengan temannya dalam kelompok.

Pengetahuan baru yang siswa dapat akan dihubungkan dengan

pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah.

Ciri-ciri PBL menurut Baron (dalam Rusmono, 2012, 74) disampaikan sebagai berikut, yaitu: (1) menggunakan permasalahan dalam

dunia nyata, (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3)

tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai

fasilitator. Kemudian masalah yang digunakan menurutnya harus relevan

dengan tujuan pembelajaran dan menarik berdasarkan informasi yang luas,

terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan termasuk dalam

dimensi kemanusiaaan.

2.1.1.3.3 Tahap-tahap model PBL

Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL yang

dipaparkan oleh Nur (dalam Rusmono, 2012, 81) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahap-tahap model PBL

Tahap pembelajaran Perilaku Guru Tahap 1

Mengorganisasikan siswa kepada masalah

Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.

Tahap 2

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa menentukan dan

(40)

22 (Nur dalam Rusmono, 2012: 81)

2.1.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Kelebihan model PBL menurut Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 208-219) ada delapan, yaitu: (1) pemecah masalah teknik yang bagus

untuk lebih memahami isi atau materi pelajaran, (2) pemecah masalah

dapat menantang siswa untuk giat belajar terhadap pengetahuan baru yang

didapat, (3) pemecah masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran,

(4) pemecah masalah dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan

untuk mengembangkan pengetahuan baru dan bertanggungjawab terhadap

pembelajaran yang mereka lakukan serta mendorong siswa untuk

melakukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses

pembelajaran, (5) pemecahan masalah lebih menyenangkan dan disukai

siswa, (6) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kritis dan menyesuaikan terhadap pengetahuan baru, (7)

pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata, (8) Tahap 3

Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, yang melaksanakan siswa, mencari penjelasan dan solusi.

Tahap 4

Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil karya serta pameran

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model serta membantu mereka berbagi karya mereka.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(41)

23 pemecahan masalah dapat mengembangkam minat siswa untuk terus

belajar meski telah menyelesaikan pendidikan formal.

Sedangkan kelemahan model PBL menurut Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 219) ada tiga, yaitu (1) sulitnya mencari masalah yang

relevan, (2) persiapan untuk mencapai keberhasilan membutuhkan waktu

lama, (3) jika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan dalam

memecahkan masalah yang dihadapi, maka mereka akan malas mencoba.

2.1.1.3.5 Teknik Penilaian Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Hosnan (2014) menyatakan bahwa penilain PBL sesuai dengan tujuan dari PBL yaitu ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan

masalah atau kemampuan berpikir kritis. Penilaian yang digunakan dapat

berupa penilain kinerja yang dilakukan dalam bentuk checklist dan rating scale. Penilaian juga ditujukan pada pengembangan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui aktivitas diskusi. Keterampilan

tersebut dapat dinilai melalui observasi.

Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah sebagai titik

utama dalam suatu pembelajaran. Masalah yang diangkat dalam

pembelajaran adalah masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari

siswa agar siswa dapat berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam

pemecahan masalah. PBL berpusat pada siswa sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai

fasilitator dan pendukung.Tahap-tahap yang ada di dalam model

(42)

24 pemecahan masalah, melakukan siswa untuk menerapkan strategi,

menyajikan hasil karya, dan mengevaluasi.

2.1.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

2.1.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Menurut Azis Wahab, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

merupakan media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara

sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn

memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara,

serta teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut (Cholisin,

2000:18). Sedangkan menurut Zamroni (dalam Tim ICCE, 2005:7)

pengertian pendidikan kewarganegaraaan adalah: “Pendidikan demokrasi

yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan

bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada

generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat

yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat”.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali

peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan

hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan

bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan

negara (Somantri, 2001: 154). Berbeda dengan pendapat di atas

pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan generasi muda

(siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan,

kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam

(43)

25 Pendidikan Kewarganegaraan dapat diharapkan mempersiapkan

peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat

dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Hakikat NKRI adalah negara kesatuan modern. Negara

kebangsaan adalah negara yang pembentuknya didasarkan pada

pembentukan semangat kebangsaan dan nasionalisme yaitu pada tekad

suatu masyarakt untuk membangun masa depan bersama dibawah satu

negara yang sama. Walaupun warga masyarakat itu berbeda-beda agama,

ras, etnik, atau golongannya

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan

pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang

memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral, dalam hal ini tujuan

pendidikan yaitu agar anak mampu menyelesaikan masalah-masalah untuk

dapat mewujudkan nilai-nilai gotong royong.

2.1.1.4.2 Tujuan PKn

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar

pendidikan memiliki kemampuan menurut (Sahid, 2011: 7) adalah sebagai

berikut:

1.) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2.) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

(44)

26 3.) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

2.1.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn

Muchtar (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam pembelajaran PKn antara lain sebagai berikut:

1) Guru, Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai

kemampuan-kemampuan tertentu. Guru merupakan pribadi yang berkaitan

erat dengan tindakannya di dalam kelas, cara berkomunikasi, berinteraksi

dengan warga sekolah dan masyarakat umumnya.

2) Siswa, dalam mata pelajaran PKn siswa adalah faktor penting demi

tercapainya suatu pembelajaran. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam

memberikan pelajaran PKn kepada siswa sebab siswa kurang menyenangi

pembelajaran PKn.

3) Sarana dan prasarana, Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika

sarana dan prasarananya menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti

perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.

4) Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif,

Pembelajaran aktif ditandai oleh dua faktor yaitu:

a) adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses pembelajaran

terutama antara guru dan siswa.

b) berfungsi secara optimal seluruh siswa yang meliputi indera, emosi,

(45)

27 2.1.1.4.5 Materi Kelas II Membiasakan Hidup Bergotong Royong

1.) Gotong Royong

Purna Made (1996: 53) mendefinisikan gotong royong sebagai

bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dengan asas timbal balik

yang mewujudkan ketentuan sosial dalam masyarakat. Menurut Made

Nasroen, gotong royong merupakan dasar Filsafat Indonesia. Gotong

royong sebagai filsafat berarti dijadikan pedoman dalam menjalani

kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Gotong royong adalah nilai

budaya yang diwariskan para leluhur pada generasi penerus bangsa.

Sebuah bangsa harus memiliki jati diri, agar tetap kokoh sebagai bangsa

yang memiliki ciri khas tersendiri. Dapat disimpulkan bahwa gotong

royong adalah kegiatan bekerjasama antara individu untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan bersama-sama.

2.)Pentingnya Hidup Rukun

Hidup rukun adalah keadaan masyarakat yang hidup bersama

secara selaras, serasi, seimbang sehingga terjalin sikap hidup tolong

menolong antar sesama manusia. Hidup rukun bertujuan untuk

menciptakan ketentraman dan kedamaian dalam bermasyarakat.

3.)Pentingnya Saling Berbagi

Manusia tidak bisa hidup sendirian kita hidup bersama orang lain

karena itu kita harus saling berbagi juga saling bekerja sama. Perbedaan

(46)

28 pekerjaan atau tugas dengan berbagi bersama keluarga teman dan tetangga

hidup akan terasa lebih ringan.

4.) Pentingnya Saling Tolong Menolong

Menolong artinya membantu orang yang mengalami kesulitan.

Tolong menolong artinya saling membantu, orang yang suka menolong

biasanya punya banyak teman. Tolong menolong dapat dilakukan di

rumah juga di sekolah serta di masyarakat. Tolong menolong sangat

penting untuk mewujudkan hidup rukun.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian dari beberapa orang sebelumnya yang relevan dengan masalah yang diteliti:

1. Miftakhuddin (2012) berjudul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kualitas

Dan Pelayanan Perpustakaan Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan Oleh

Siswa Kelas XI dan XII Bidang Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik

SMK N 2 Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

(1) hubungan antara persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan dan

pemanfaatan perpustakaan oleh siswa (2) hubungan antara persepsi siswa

tentang pelayanan perpustakaan dan pemanfaatan oleh siswa (3) hubungan

persepsi siswa tentang kualitas perpustakaan dan pelayanan perpustakaan

dengan pemanfaataan perpustakaan oleh siswa. Hasil dari penelitian tersebut

yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa

tentang kualitas perpustakaan dengan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa,

(47)

29 koefisien determinasi sebesar 0,189 yang menunjukkan persentase sebesar

18,9%.; 2) terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pelayanan

perpustakaan dengan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa, ditunjukkan

dengan persamaan regresi Y = 30,296+ 0,948 X2, dengan koefisien

determinasi sebesar 0,207 yang menunjukkan persentase sebesar 20,7%;

3)terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa

tentang kualitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan dan pemanfaatan

perpustakaan oleh siswa dengan persamaan regresi Y= 18,168 + 0,476 X1+

0,658X2.

2. Prastika (2015) berjudul Hubungan Persepsi Guru Tentang Perencanaan

Pembelajaran Tematik Dengan Kinerja Guru Dalam Perencanaan

Pembelajaran Tematik di SD Se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik dengan kinerja

guru dalam perencanaan pembelajaran tematik di SD se-Kecamatan Mingir,

Kabupaten Sleman. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa

adanya hubungan persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik

(X) dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran (Y) di SD

se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Hasil tersebut ditunjukkan dengan

nilai signifikansi (p) sebesar 0,001, artinya p < 0,05. Nilai koefisien

Correlation antara persepsi guru tentang perencanaan pembelajaran tematik (X) dengan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran tematik (Y)

(48)

30 3. Rianda (2016) berjudul Hubungan Motivasi dan Sikap Belajar Terhadap

Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Belah Ketupat dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Toegether (NTH) pada Siswa Kelas VII B SMP Pangudi Luhur Moyudan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui (1) hubungan antara motivasi

belajar terhadap hasil belajar siswa, (2) hubungan antara sikap belajar

terhadap hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

(1) ada Correlation tetapi tidak signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien Correlation sebesar 0,314 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 9,85%,

(2) ada Correlation tetapi tidak signifikan antara sikap belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien Correlation sebesar 0,296 serta didapat bahwa kontribusi sikap belajar terhadap hasil belajar hanya sebesar 8,76%.

Ketiga hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan tersebut memiliki variabel

persepsi guru, sikap belajar dan persepsi tentang kualitas perpustakaan.

Perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi guru yang dilakukan

oleh Prastika adalah pembelajaran tematik, perbedaan penelitian relevan

pada variabel sikap belajar yang dilakukan oleh Rianda adalah mata

pelajaran yang digunakan oleh peneliti, dan perbedaan penelitian relevan

pada variabel persepsi tentang kualitas perpustakaan adalah persepsi tentang

pelayanan perpustakaan. Peneliti mengembangkan sebuah penelitian baru

yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata

(49)

31 Gambar 2.1 Literatur Map

2.2 Kerangka Berpikir

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang

merupakan satu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi

warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan

bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat sesuai

ketentuan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan PKn untuk mengembangkan

potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki sikap, wawasan

dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk Persepsi Kinerja Guru Dalam

Perencanaan Pembelajaran Tematik di SD Se-Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Miftakhuddin (2012)

berjudul Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kualitas Dan

Pelayanan Perpustakaan Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan Oleh Siswa Kelas XI dan XII Bidang Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 2

Yogyakarta.

Sikap

Rianda (2016) Hubungan Motivasi dan Sikap Belajar

Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan

Belah Ketupat dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Toegtehr (NTH) pada Siswa Kelas VII B

SMP Pangudi Luhur Moyudan.

Penelitian yang dilakukan:

Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri

(50)

32 berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembelajaran di sekolah akan berjalan

dengan baik, apabila guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan model

ceramah, dan terpaku pada satu sumber saja tetapi menerapkan pembelajaran

yang menghadapkan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.

Dari pengalaman siswa, ketika guru mengajar dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional, persepsi siswa yang terlihat tidak baik. Hal

tersebut dikarenakan siswa beranggapan jika mata pelajaran PKn adalah mata

pelajaran yang membosankan. Siswa memiliki persepsi jika mata pelajaran

PKn adalah mata pelajaran yang yang menyulitkan karena banyak materi yang

harus dihafalkan.

Persepsi yang terbentuk di dalam diri siswa akan berpengaruh pada

sikap siswa. Ketika siswa memiliki persepsi yang buruk pada mata pelajaran

PKn, maka siswa tersebut akan memiliki sikap yang buruk pula. Sikap

tersebut dapat terlihat ketika siswa siswa berbincang-bincang dengan teman

sebangkunya, siswa malas mengikuti pembelajaran di kelas, dan siswa tidak

memperhatikan saat proses pembelajaran. Sikap siswa tersebut terbentuk

karena persepsi siswa yang dipengaruhi oleh model pembelajaran

konvensional yang tidak disukai oleh siswa, monoton dan membosankan.

Model pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang sangat cocok

untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki pada dunia nyata

terutama dalam mata pelajaran PKn. Hal ini sesuai dengan standar

kompetensi yang dipilih oleh peneliti yaitu standar kompetensi :

(51)

33 pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong. 1.2

Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan

di sekolah. Apabila model pembelajaran PBL ini diterapkan di SDN

Demangan maka akan mempengaruhi sikap siswa khususnya dalam mata

pelajaran PKn.

Dalam prosesnya, peserta didik diberikan permasalahan terlebih

dahulu, sehingga mereka dapat menemukan hipotesis yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecapakan memecahkan

masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja kelompok, kecakapan

interpersonal dan komunikasi, serta pencarian dan pengolahan informasi.

2.3 Hipotesis Penelitian

(52)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Survei. Menurut Sugiyono (2014: 80-81) menjelaskan bahwa metode survei adalah

metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang

terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat,

karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk menguji beberapa

hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel yang diambil

dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan

(wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil penelitian

cenderung untuk digeneralisasikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait

hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD

Negeri Demangan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Pada bulan Agustus tahun 2016 sampai Desember 2016.

3.2.2 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu pelaksanaan

Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb

(53)

35 2 Bab 2 dan Bab 3

3 Ambil Data dan Analisis Data

4 Bab IV

5 Bab V

6 Revisi

7 Daftar Ujian dan Pengujian Skripsi

3.2.3 Tempat Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas IIA SD Negeri

Demangan yang terletak di Jln. Munggur No.38, Demangan,

Gondokusuman, Kota Yogyakarta 55221.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Bungin (2013:101), populasi adalah keseluruhan dari jumlah

objek penelitian yang akan diteliti berupa manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, gejala nilai, peristiwa dan sebagainya, sehingga objek-objek ini

dapat menjadi sumber data penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah 28

siswa kelas II SD Negeri Demangan Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada

kelas II karena Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian

merupakan Kompetensi Dasar kelas II.

3.3.2 Sampel

Sugiyono (2010: 118) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari

(54)

36 penelitian ini adalah siswa kelas IIA SD Negeri Demangan. Jumlah kelas II

adalah 28 siswa terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 63) Variabel penelitian adalah segala sesuatu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh suatu

informasi tentang hal tersebut, kemudian akan ditarik kesimpulan. Variabel

yang akan diteliti dalam penelitian ini ada tiga yaitu:

1.) Variabel Indenpendent (Bebas)

Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini

yaitu persepsi siswa.

2.) Variabel Dependent (Terikat)

Menurut Sugiyono (2010:61) Variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap siswa pada mata

pelajaran PKn.

3.) Variabel Moderator (Variabel Yang Mempengaruhi Perlakuan)

Menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang mempengaruhi

(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independent

dengan variabel dependent. Variabel moderator dalam peneliltian ini

(55)

37 Variabel Indenpendent Variabel Dependent

Variabel Moderator

Gambar 3.1 Variabel Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Kuesioner

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

kuesioner. Menurut Sugiyono (2010:199) kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Cara

ini diberikan kepada siswa sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

3.5.2 Observasi

Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2015: 203-204) mengemukakan

bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilakukan

oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan

pembelajaran di kelas.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku,

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono,

Persepsi Siswa Sikap Siswa

Terhadap Mata Pelajaran PKn Problem Based

(56)

38 2008: 340). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto-foto kegiatan

pelaksanaan penelitian di kelas, dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran. Hasil observasi dan pengamatan akan lebih dipercaya

apabila didukung dengan adanya dokumentasi.

3.6 Intrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:148) instrumen penelitian merupakan alat ukur

dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner tentang persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn. Menurut

Sugiyono (2010:199) Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Penelitian ini berdasarkan materi

mata pelajaran PKn yaitu hidup gotong royong dengan KD 1.1 Mengenal

pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong. Penelitian ini

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan untuk

mengukur persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn.

Menurut Sukardi (2003:76) kuesioner atau yang disebut angket terdapat

bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah

penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden

untuk memperoleh informasi di lapangan. Kuesioner persepsi siswa terdapat 3

indikator (no 1 sampai 3) yaitu; persepsi tentang materi, media, dan sarana

pelajaran dalam pembelajaran PKn, persepsi tentang langkah-langkah pelajaran

dalam pembelajaran PKn, persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn,

(57)

39 indikator (no 4 sampai 5) yaitu; sikap sebelum mengikuti pelajaran, sikap saat

mengikuti Pelajaran, sikap setelah mengikuti pelajaran. Indikator tentang

persepsi siswa diperoleh dari Walgito (1990: 54-55), sedangkan indikator

tentang sikap siswa pada mata pelajaran PKn terdapat 3 indikator diambil dari

Azwar (2007). Berikut adalah tabel Persepsi siswa:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner No Kisi-kisi Indikator Pembagian

Indikator

Pernyataan

Favorable Unfarvorable 1 Persepsi Persepsi tentang

materi, media, dan sarana pelajaran dalam

pembelajaran PKn

Menyerap 1,2,3 8,9,10

Mengamati 4,5,6,7 11,12,13,14

2 Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn

Menyerap 15, 16 20, 21

Mengamati 17, 18, 19 22, 23, 24

3 Persepsi tentang interaksi dalam

Dari keseluruhan jumlah indikator tersebut (Persepsi siswa) dan sikap

(58)

40 yang disusun oleh peneliti bersama dengan peneliti yang lain dalam melakukan

penelitian payung yang dibimbing oleh dosen pembimbing. Deskriptor diambil

dari buku-buku PKn kelas II dengan materi Membiasakan Hidup

Bergotong-Royong. Indikator dalam kuesioner ini dijabarkan kedalam 66 deskriptor.

Deskriptor ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable.

Kuesioner ini disusun menggunakan skala Likert. Menurut (Sugiyono, 2014: 134-135) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan Persepsi

seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Dalam menciptakan alat ukur menggunakan pertanyaan-pertanyaan,

dengan menggunakan lima alternatif jawaban atau tanggapan atas

pernyataan-peryataan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima

alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang dikemukakan

oleh Likert adalah, Sangat Setuju, Setuju, Tidak Mempunyai Pendapat, Tidak

Setuju, Sangat Tidak Setuju (Walgito, 2003).

Pernyataan farvorable, dengan pilihan jawaban dan skor: -Sangat Setuju (SS) : Skor 5

-Setuju (S) : Skor 4

-Tidak Mempunyai Pendapat : Skor 3

-Tidak Setuju (TS) : Skor 2

Gambar

Tabel 2.1 Tahap-tahap model PBL
Gambar 2.1 Literatur Map
Gambar 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

internet banking. Belum adanya internet banking di BPR dapat menyulitkan nasabah dalam bertransaksi terutama pada akhir pekan dan ketika nasabah berada jauh dari kantor

[r]

AYAH SELALU DI SISI ayah aku rindu pada mu aku sayang pada mu aku cinta pada mu?. dan aku tak bisa melihat ayah lagi mengapa ayah meninggal

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, efektif, dan efisien. Salah satu satuan pendidikan sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif di Kota Yogyakarta

Sedangkan hasil pengujian bata merah pejal asal Potorono Kabupaten Bantul kuat tekan sebesar 2,13 Mpa, berat volume sebesar 1,83, serapan air sebesar 17,24 %, kuat lekat dengan

PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Prinsip-Prinsip Pembangunan

lr Dsadd,tlc ulcer pada s,oster keclJ.. Eootqr redrFr lrefuler ftuoresc€tr stal&amp;fag.. Eerpee Stdglrr Eluorescea

Utang jangka panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk