• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan Antara Indikator Pemeriksaan Klinis Dan Biofisik Sebagai Variabel Prediktor Dengan Penentuan Status Anemia Pada Siswi Di Smk Negeri 1 Sukoharjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan Antara Indikator Pemeriksaan Klinis Dan Biofisik Sebagai Variabel Prediktor Dengan Penentuan Status Anemia Pada Siswi Di Smk Negeri 1 Sukoharjo."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang secara global

masih ditemukan di berbagai negara maju maupun sedang berkembang

(Depkes, 2008). Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan oleh

kekurangan zat besi atau disebut anemia gizi besi (Hardinsyah dkk, 2007).

Anemia Gizi Besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya

penyediaan besi untuk eritropoesis karena cadangan besi kosong sehingga

pembentukan hemoglobin berkurang (Sudoyo, 2006). Anemia merupakan

berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah seperti konsentrasi

hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah (Qin et al., 2013).

Anemia menduduki urutan ke-4 dalam 25 besar penyakit yang

banyak diderita perempuan (Depkes, 2006). Hal ini didukung oleh penelitian

Mulyawati (2003) yang dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

prevalensi anemia pada wanita lebih besar dibandingkan dengan pria.

Dalam penelitian tersebut, ditemukan hampir 60 orang dari 72 responden

wanita, mengalami anemia dengan rentang usia antara 15 – 35 tahun.

Menurut data Riskesdas` (2007), prevalensi anemia pada remaja sebesar

14,8%. Prevalensi ini meningkat di tahun 2013, yakni sebesar 18,4% pada

kelompok umur 15-24 Riskesdas (2013), sedangkan di Jawa Tengah,

prevalensi anemia pada remaja cukup tinggi yaitu mencapai 43,2% (Profil

Kesehatan Prov.Jateng, 2010). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten

(2)

46,58% dari 1200 sampel. SMK Negeri 1 Sukoharjo merupakan salah satu

SMA/sederajat yang mempunyai siswa putri paling panyak di antara SMA

yang lain, karena pilihan jurusan pendidikan yang sebagian besar

ditunjukkan oleh siswa putri. Hasil penjaringan kesehatan dengan kejadian

anemia yang dilakukan Puskesmas setempat pada tahun 2014 didapat hasil

39% remaja putri mengalami anemia dari 100 orang sampel.

Masa remaja merupakan masa peralihan usia anak menjadi usia

dewasa. Remaja putri memiliki risiko terkena anemia sepuluh kali lipat

dibandingkan dengan remaja putra. Selain dalam masa peralihan, remaja

putri juga dalam masa kritis dan mengalami masa pertumbuhan yang cepat

(adolescence growth). Kebutuhan akan zat gizi akan meningkat seiring

dengan perubahan kematangan fisiologis, pembesaran organ dan jaringan

tubuh yang cepat, serta adanya perubahan hormon (Moesijanti, dkk. 2010).

Secara normal, remaja putri akan mengalami kehilangan darah melalui

menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan menstruasi akan dikeluarkan

sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Oleh

karena itu kebutuhan zat besi untuk remaja putri lebih banyak dibandingkan

pria, sedangkan di lain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi

asupan makanan karena mereka ingin langsing sehingga sering melakukan

berbagai usaha di antaranya adalah dengan melakukan pembatasan

makanan/diet ketat. (Sediaoetama, 2006).

Beberapa penyebab terjadinya anemia yaitu karena produksi sel

darah merah di dalam tubuh berjumlah sedikit, kehilangan sel darah merah

terlalu banyak, atau kerusakannya lebih cepat dari pada kemampuan

(3)

jaringan dan menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah (Briawan, 2014).

Tanda dan gejala klinis anemia yang dialami setiap orang berbeda – beda

bergantung pada seberapa cepat proses terjadinya anemia. Menurut Isniati

(2007) gejala klinis anemia secara umum yakni: mudah lelah, lemah, lesu,

muka pucat, kuku mudah pecah, kurang selera makan, napas pendek,

hingga menurunkan ketahanan serta kinerja fisik sehingga mempengaruhi

fungsi kognitif seperti konsentrasi belajar rendah dan memperlambat daya

tangkap pada usia remaja. Selain itu, pada penderita anemia akan

mengalami gangguan kemampuan fisik. Penurunan kemampuan fisik ini

bahkan terjadi sejak mengalami defisit zat besi ringan (Hb normal), tetapi

akan pulih kembali setelah penderita diberikan kapsul suplementasi zat besi.

Mekanismenya adalah penurunan Hb akan menurunkan tanspor oksigen

yang menyebabkan akumulasi laktat karena metabolisme anaerob (Briawan,

2004).

Pengukuran status anemia dapat dilakukan dengan berbagai

indikator, antara lain yaitu melalui pemeriksaan biokimia, klinis dan biofisik.

Salah satu pemeriksaan biokimia untuk menentukan keadaan anemia adalah

dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb) dan serum ferritin (WHO, 2011).

Pemeriksaan klinis (assesment clinic) secara umum terbagi menjadi 2

bagian, yaitu; 1) riwayat medis (medical history) yaitu catatan mengenai

perkembangan penyakit, 2) pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati

gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom

(gejala yang tidak dapat diamati, tetapi dirasakan oleh penderita gangguan

gizi) (Supariasa, 2002). Pemeriksaan biofisik yaitu pemeriksaan dengan

(4)

kemampuan fungsi jaringan yakni dengan pemeriksaan koordinasi otot,

kemampuan fisik, dan adaptasi gelap (Supariasa, 2002). Dapat diasumsikan,

apabila dikaitkan dengan tanda dan gejala klinis serta dampak yang

ditimbulkan oleh anemia seperti cepat lelah, lemah, nafas pendek sampai

mengalami gangguan kemampuan fisik maka pemeriksaan biofisik melalui

tes kemampuan fisik bisa dijadikan prediktor penentuan status anemia.

Niraj et al. (2010) membuat instrumen yang dinamakan MUKTA

yaitu mendeteksi anemia dengan self examination yaitu dengan cara

menjulurkan lidah ke cermin sehingga seseorang bisa mendeteksi dini

anemia sendiri tanpa dilakukan pengambilan sampel darah. Dapat

diasumsikan bahwa mendeteksi anemia bisa dilakukan dengan cara yang

mudah dan tentunya murah sehingga diharapkan bisa dilakukan

pemeriksaan anemia lebih lanjut bagi seseorang yang terdeteksi anemia.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, peneliti tertarik

untuk meneliti hubungan antara indikator pemeriksaan klinis dan biofisik

sebagai prediktor dengan penentuan status anemia pada siswi di SMK

Negeri 1 Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara

indikator pemeriksaan klinis dan biofisik sebagai variabel prediktor dengan

(5)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara indikator pemeriksaan

klinis dan biofisik sebagai variabel prediktor dengan penentuan status

anemia pada siswi di SMK Negeri 1 Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran indikator pemeriksaan klinis pada siswi di

SMK Negeri 1 Sukoharjo.

b. Mengetahui gambaran indikator pemeriksaan biofisik pada siswi di

SMK Negeri 1 Sukoharjo.

c. Mengetahui gambaran status anemia pada siswi di SMK Negeri 1

Sukoharjo.

d. Menganalisis hubungan antara indikator pemeriksaan klinis sebagai

variabel prediktor dengan penentuan status anemia pada siswi di

SMK Negeri 1 Sukoharjo.

e. Menganalisis hubungan antara indikator pemeriksaan biofisik

sebagai variabel prediktor dengan penentuan status anemia pada

siswi di SMK Negeri 1 Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Bermanfaat dalam bidang keilmuan tentang gizi masyarakat.

2. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah dapat mengetahui / mendeteksi anemia lebih dini siswi

(6)

3. Bagi Puskesmas

Dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan suatu perencanaan

program gizi khususnya dalam menanggulangi anemia pada remaja.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan pembahasan

mengenai indikator pemeriksaan klinis dan biofisik sebagai prediktor dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya pencucian kimia dilakukan secara hidrolisis pada molekul organik, penghilangan partikel dan menyerang lapisan cake membran (Lim dan Bai, 2003). Penelitian

maka H 1 diterima, artinya rata-rata nilai TKKM siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran 1TW dengan pendekatan saintifik lebih dari 69 atau telah mencapai rata-rata batas

A betegellátó hálózatok kialakítása során legegysze- rűbb az akut és a krónikus ellátási formákat szétválasz- tani. A szervezés során feltétlenül fel kell használni a

HUBUNGAN ANTARA KECERD ASAN INTELEKTUAL, KECERD ASAN EMOSIONAL, D AN KETERAMPILAN TEKNIK D ENGAN PRESTASI PENCAK SILAT ATLET PPLP JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia |

Soenandar, Taryana, Prinsip-prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2004 Subekti R.,

pemberian kredit salah satunya adalah jaminan, yaitu pengikatan objek jaminan.. kredit melalui lembaga jaminan yang salah satunya adalah lembaga

*ilm ini men'eritakan Bayu, yan masih duduk di kelas 3 Sekolah +asar, memiliki satu mimi dalam hidunya, yaitu men$adi emain seak !ola he!at5 Setia hari denan

Karena massa, dalam kerangka waktu historis adalah kerumunan di dalam ruang: orang dalam jumlah besar yang tidak mampu mengekspresikan dirinya sebagai umat manusia karena