• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN ALAT PERAGA SECARA KELOMPOK DAN SECARA INDIVIDU PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 15 MEDAN T.A. 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN ALAT PERAGA SECARA KELOMPOK DAN SECARA INDIVIDU PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 15 MEDAN T.A. 2014/2015."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

BERBANTUAN ALAT PERAGA SECARA KELOMPOK DAN SECARA INDIVIDU PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS

DI KELAS VIII SMPN 15 MEDAN T. A. 2014/2015

Oleh:

Eka Rezki Nopianty NIM. 4113111024

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Alat Peraga Secara Kelompok dan Secara Individu Pada Materi Prisma dan Limas di Kelas VIII SMP Negeri 15 Medan T.A. 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahua Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini, Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd., Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Prof. Dr. Asmin Panjaitan, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika yang telah membantu penulis selama perkuliahan.

(4)

v

kasih juga kepada Ibu T. Hutahaean, S.Pd dan Ibu Amalia Ramli, M.Pd selaku guru bidang studi Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Syaiful dan Ibunda Tukinem, S.Pd., orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang yang luar biasa, selalu mendukung, mendo’akan, dan memberi semangat tiada henti kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayah dan Ibunda, Aamiin. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat yang selalu senantiasa membantu dan memberi motivasi Mbak Dilla, Mbak Nisak, Poppy, Rukiah, Pompom, teman-teman seperjuangan Matematika Dik C 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu (suatu saat kita akan saling bercerita tentang kesuksesan kita masing-masing), buat adek-adek kos Lia, Santi, Fitri, juga buat my besties Febi, Ika, Wulan (terima kasih telah begitu baik dan perhatian), serta buat teman-teman PPLT 2014 SMK Negeri 2 Kisaran, dan yang teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Arfian Darma yang telah memberikan dorongan dan motivasi hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(5)

vi DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi dan Komunikasi Matematik 12

2.2. Belajar dan Pembelajaran Matematika 17

2.3. Model Pembelajaran 19

2.3.1. Model Pembelajaran Inkuiri 21

2.3.2. Model Pembelajaran Inkuiri Kelompok dan Individu 28

2.4. Penggunaan Alat Peraga Matematika 32

2.5. Materi Prisma dan Limas 34

2.5.1. Prisma 34

2.5.2. Limas 38

(6)

vii

2.7. Kerangka Konseptual 42

2.8. Hipotesis Penelitian 44

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 45

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 45

3.2.1. Populasi Penelitian 45

3.2.2. Sampel Penelitian 45

3.3. Variabel Penelitian 45

3.4. Desain Penelitian 46

3.5. Prosedur Penelitian 47

3.6. Instrumen Pengumpulan Data 49

3.6.1. Tes 49

3.7. Teknik Analisis Data 50

3.7.1. Data Hasil Tes 50

3.7.1.1. Uji Normalitas 51

3.7.1.2. Uji Homogenitas 52

3.7.1.3. Analisis Pengujian Hipotesis 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 57

4.1.1. Nilai Pretes Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 57 4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Eksperimen 2 58

4.1.3. Uji Normalitas 61

4.1.4. Uji Homogenitas 62

4.1.5 Pengujian Hipotesis 62

(7)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 68

5.2. Saran 68

(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model-Model Prisma 35

Gambar 2.2. Prisma Segitiga 35

Gambar 2.3. Jaring-Jaring Prisma Segitiga 35

Gambar 2.4. Balok dan Prisma 37

Gambar 2.5. Model-Model Limas 38

Gambar 2.6. Limas dan Jaring-Jaring Limas 39

Gambar 2.7. Kubus dan Limas 40

Gambar 3.1. Skema Prosedur Peneitian 48

(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Aktivitas Guru dan Peserta Didik dalam Melaksanakan Inkuiri 25

Tabel 2.2. Fase-Fase Pembelajaran Inkuiri 26

Tabel 3.1. Desain Penelitian 47

Tabel 4.1. Data Pretest Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 58

Tabel 4.2. Data Postest Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas

Eksperimen dan Kelas Eksperimen 2 59

Tabel 4.3. Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kemampuan

Komunikasi Matematik Kedua Kelas 60

Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas 61

Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas 62

(10)

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Komunikasi matematik siswa pada materi Prisma dan Limas yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri secara kelompok memiliki nilai rata-rata 70,063 dan yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri secara individu memiliki nilai rata-rata 60,893. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri secara kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri secara individu di kelas VIII SMP Negeri 15 Medan Tahun Ajaran 2014/2015, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana

thitung > ttabel yaitu 2,580 > 1,673.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri membutuhkan waktu yang

relatif banyak, sehingga penggunaan alokasi waktu harus benar-benar

diperhitungkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

2. Kepada guru matematika dapat menggunakan pembelajaran inkuiri sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dan mampu dengan sendirinya memahami materi yang diajarkan. 3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis, agar

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus 71

Lampiran 2 RPP I (Kelas Eksperimen 1) 73

Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa-I 79

Lampiran 4 RPP II ( Kelas Eksperimen 1) 86

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa-II 92

Lampiran 6 RPP III (Kelas Eksperimen 2) 97

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa-III 103

Lampiran 8 RPP IV (Kelas Eksperimen 2) 110

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa-IV 115

Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS I dan LAS III 120 Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian LAS II dan LAS IV 128

Lampiran 12 Tes Diagnostik 134

Lampiran 13 Alternatif Tes Diagnostik 137

Lampiran 14 Kisi-Kisi Pretest 141

Lampiran 15 Soal Pretest 142

Lampiran 16 Alternatif Jawaban dan Penskoran Pretest 144

Lampiran 17 Lembar Validasi Pretest 148

Lampiran 18 Kisi-Kisi Posttest 151

Lampiran 19 Soal Posttest 152

Lampiran 20 Alternatif Jawaban dan Penskoran Posttest 154

Lampiran 21 Lembar Validasi Posttest 158

Lampiran 22 Data Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 161 Lampiran 23 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Kelas

Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 162 Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi

(12)

xii

Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas Data Kemampuan Komunikasi

Matematik 168

Lampiran 26 Pengujian Hipotesis 170

(13)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M.,(2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ansari, BI., (2012), Komunikasi Matematik dan Politik, Penerbit Yayasan Pena, Banda Aceh.

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Budiningsih, AC., (2004), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Yogyakarta.

Gulo, (2008), Strategi Belajar Mengajar, Gramedia, Jakarta.

Hosnan, (2014), Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Ghalia Indonesia, Bogor.

Rofiah, A., (2010), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Depok Yogyakarta Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Inkuiri. Skripsi. FMIPA UNY: Yogyakarta.

Sani, R.A, (2014), Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Sanjaya, W., (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Simanjuntak, N., (2012), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Secara Kelompok dengan Secara Individu pada di Kelas VIII SMP Negeri 1 Labuhan Deli. Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.

Sudjana, (1996), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.

Sukmadinata, N.S, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sulistyaningsih, D.R., (2013), Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Tiga Dimensi dalam Pembelajaran Matematika Pada Materi Geometri Kelas V MI, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

(14)

70

Tim Dosen, (2014), Psikologi Pendidikan, FIP Unimed, Medan.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Zaiyar, M., (2015), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah, Tesis, FMIPA Unimed, Medan.

http://staff.uny.ac.id/sites/ default/files/pengabdian/ fathurrohman-spd-mpd/model-model-pembelajaran.pdf

(diakses: 11 Februari 2015)

https://mgmpmatsatapmalang.files.wordpress.com /2011/11/peraga.pdf (diakses: 11 Februari 2015)

http://eprints.uny.ac.id/1795/1/Gabungan.pdf (diakses: 12 Februari 2015)

http://repository.uksw.edu.pdf (diakses: 5 Februari 2015)

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sejalan dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut manusia untuk meningkatkan mutu pendidikan. Proses belajar merupakan proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh.

Perkembangan Iptek sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia, namun di sisi lain untuk mempelajari keseluruhan informasi mengenai Iptek tersebut diperlukan kemampuan yang memadai bahkan lebih agar cara mendapatkannya, memilih yang sesuai dengan budaya kita, bahkan mengolah kembali informasi tersebut menjadi suatu kenyataan.

Untuk merealisasikan kenyataan diatas, perlu ada SDM yang handal dan mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi yaitu berfikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama secara proaktif. Cara berfikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Hal ini memungkinkan karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berfikir kritis, bernalar efektif, efesien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggungjawab, percaya diri disertai iman dan taqwa.

Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas satu sama lain serta pola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Selain itu, matematika merupakan alat bantu yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi yang sifatnya abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta generalisasi, untuk memudahkan pemecahan masalah.

(16)

2

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”.

Matematika disadari sangat penting peranannya karena matematika merupakan salah satu pelajaran dasar dan sarana berfikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan kemampuan logisnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Shield dan Swinson (dalam Ansari 2012: 5), bahwa: “Menulis dalam matematika dapat membantu merealisasikan satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari”.

Selanjutnya Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012: 204) juga mengemukakan bahwa:

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Dapat dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah.

(17)

3

dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas seperti pemecahan masalah, penalaran, dan berkomunikasi, sebagai wahana pelatihan berpikir kritis dan kreatif (Ansari, 2012: 3).

Sullivan (dalam Ansari, 2012: 4) mengatakan bahwa:

“Peran dan tugas guru sekarang adalah memberi kesempatan belajar maksimal pada siswa dengan jalan (1) melibatkannya secara aktif dalam eksplorasi matematika; (2) mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah ada pada mereka; (3) mendorong agar mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi; (4) mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal; (5) memberi kebebasan berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengar ide temannya.”

Kemudian Silver dan Smith (dalam Ansari, 2012: 4) mengutarakan bahwa: “Tugas guru adalah: (1) melibatkan siswa dalam setiap tugas matematika; (2) mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi; (3) membantu siswa dalam memahami ide matematika dan memonitor pemahaman mereka.”

Berbagai pandangan di atas, memberitahukan bahwa kemampuan komunikasi matematik perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Baroody (dalam Ansari, 2012: 4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learningas social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antar guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting untuk mempercepat pemahaman matematik siswa.

(18)

4

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan kemampuan komunikasi matematika siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 15 Medan menunjukan bahwa rata-rata siswa terlihat kurang terampil berkomunikasi untuk menyampaikan informasi seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi pernyataan/pendapat orang lain. Siswa juga terlihat malu-malu untuk bertanya ketika guru menyediakan waktu untuk bertanya. Ini berarti masih terjadi pelaksanaan proses pembelajaran dikelas yang jarang melatihkan dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan proses interaksi diantara siswa, seperti bekerja sama, menyatakan ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain. Para guru memang sudah menerapkan model pembelajaran diskusi. Dalam mengarahkan diskusi guru hanya memberikan sejumlah pertanyaan pada siswa yang memuat hampir seluruh isi materi sehingga pola berfikir siswa menjadi tidak berkembang dan tidak dirangsang berfikir kritis.

Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 15 Medan juga diperoleh keterangan bahwa sebagian besar siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit sehingga membuat siswa bosan untuk mempelajarinya. Kemampuan siswa akan komunikasi matematika pun masih tergolong rendah.

(19)

5

kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Medan masih relatif rendah.

Hal di atas didukung dari hasil tes yang diberikan peneliti pada saat observasi di kelas VIII SMP Negeri 15 Medan dengan soal-soal yang menguji komunikasi matematik siswa. Salah satu soal yang digunakan yaitu:

Diketahui sebuah segitiga KLM. Tepat digaris KL terdapat titik N. KL MN, KM = LM, KM = 13 cm dan KL = 10 cm. a) Gambarlah segitiga tersebut, b) Hitunglah panjang MN.

Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan sebagian besar siswa tidak mengetahui arti dari notasi (tegak lurus) sehingga siswa kesulitan untuk menggambarkan situasi tersebut. Dari 28 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor rata-rata siswa 56,66. Diperoleh gambaran tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa sebagai berikut: terdapat 17,86 (5 orang) siswa yang tingkat kemampuan komunikasi matematiknya tinggi, 25,57% (8 orang ) siswa yang tingkat kemampuan komunikasi matematiknya sedang, dan 53,57% (15 orang) siswa yang tingkat kemampuan komunikasi matematiknya dibawah normal atau dapat dikatakan rendah. Dari kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat komunikasi matematik siswa SMP Negeri 15 Medan kelas VIII dikatakan rendah.

(20)

6

Berbagai usaha telah banyak dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di Indonesia. Namun demikian, sampai sekarang ini hasilnya belum menggembirakan. Hal senada juga diungkapkan Trianto (2009: 4) bahwa: “Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan hasil yang memuaskan”.

Untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi matematika ini, perlu dirancang suatu model pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan yang dapat mendukung serta mengarahkan siswa pada kemampuan untuk berkomunikasi matematika, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan serta mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan matematikanya. Strategi pembelajaran yang dapat dirancang yaitu dengan menerapkan metode, model, atau pendekatan pembelajaran yang relevan.

(21)

7

Beberapa keterampilan proses yang dapat ditempuh siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ini diantaranya adalah: 1) siswa merumuskan atau mengembangkan suatu hipotesis dari permasalahan yang disajikan, 2) siswa dapat memodelkan permasalahan yang telah disajikan tersebut dengan lisan atau tulisan, 3) siswa menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematikanya, 4) siswa mengkaji gagasan matematika tersebut melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan, 5) siswa mengonstruksi pengetahuan yang dimiliki secara terbuka untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Dari keterampilan proses tersebut siswa akan mampu menarik suatu kesimpulan dari permasalahan yang ada dan mampu untuk mengkomunikasikannya secara terbuka baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, melalui pembelajaran dengan model inkuiri ini siswa akan lebih aktif, kreatif serta lebih terampil dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematikanya.

Bruce dan Well (dalam Hosnan, 2014: 345) mengungkapkan bahwa: “Model pembelajaran inkuiri berusaha untuk mengajarkan bebagai keterampilan dan bahasa ilmiah”. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara pendidik dan peserta didik. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Eruce dan Weil (dalam Hosnan, 2014: 346), bahwa: “Latihan inkuiri dapat menambah pengetahuan sains, menghasilkan kemampuan berpikir kreatif, keterampilan dalam memperoleh dan menganalisis suatu data”.

(22)

8

tahu, atau lebih-lebih menghafal sejumlah pengetahuan yang terpilah-pilah, yang pada akhirnya mengganggu keseimbangan potensi diri siswa (Hosnan, 2014: 340). Proses pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri dapat dilakukan secara kelompok atau secara individu. Pembelajaran metode inkuiri secara kelompok dapat membuat pembelajaran lebih bermakna sebab dengan diskusi kelompok siswa akan lebih berperan aktif, saling bertukar pendapat untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Sedangkan pembelajaran model inkuiri secara individu, siswa belajar secara mandiri dalam menemukan konsep, dalil, prosedur dari suatu materi yang diajarkan dengan bantuan dan bimbingan guru.

Agar model pembelajaran inkuiri dapat lebih mencapai tujuan yang diinginkan maka dalam model ini guru dapat menggunakan alat peraga matematika sebagai salah satu media pengajaran yang didemonstrasikan oleh guru. Namun, sering kali kita jumpai guru yang tidak menggunakan alat peraga ketika mengajarkan suatu materi yang seharusnya bisa menggunakan alat peraga untuk mendukung proses belajar mengajarnya. Melalui demonstrasi penggunaan alat peraga matematika, guru dapat merangsang munculnya motivasi dalam diri siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut. Siswa yang merasa penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang materi yang dipelajarinya akan terus berusaha mempelajari materi itu lebih mendalam.

(23)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran matematika, sebagai berikut:

1. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan.

2. Model pembelajaran didominasi oleh guru menyebabkan siswa lebih bersifat pasif.

3. Kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah yang ditunjukkan dari hasil tes diagnostik. 4. Guru jarang menggunakan alat peraga yang diperlukan.

5. Belum adanya penerapan model pembelajaran inkuiri untuk mengaktifkan siswa sehingga meningkatkan komunikasi matematika siswa.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini agar lebih fokus dan mencapai tujuan yang diharapkan. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri berbantuan alat peraga secara kelompok dan secara individu pada materi Prisma dan Limas di kelas VIII SMP Negeri 15 Medan.

1.4. Rumusan Masalah

(24)

10

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri secara kelompok berbantu alat peraga lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri secara individu berbantu alat peraga.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi, gambaran serta pertimbangan bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai bekal dalam menjalankan tugas mengajar siswa di masa yang akan datang.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain sebagai bahan studi banding penelitian yang relevan di kemudian hari.

5. Sebagai bahan masukan bagi siswa, bahwa model pembelajaran Inkuiri dapat menyelesaikan permasalahan mengenai komunikasi matematika.

(25)

11

1.7. Definisi Operasioanal

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut didefenisikan istilah-istilah tersebut yaitu:

1. Model Pembelajaran Inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan

2. Alat peraga matematika merupakan alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan bahan pengajaran matematika untuk memberikan pengertian atau gambaran yang lebih jelas tentang pelajaran matematika yang diberikan.

Gambar

Gambar 2.1. Model-Model Prisma
Tabel 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tugas Akhir ini adalah Prarancangan Pabrik Amonium Sulfat dari Amoniak dan Asam Sulfat denngan Proses Netralisasi Kapasitas 25.000 Ton Per Tahun.. Adanya prarancangan pabrik

Hasil penelitian menunjukkan produksi perikanan tangkap tahun 2014 men- dominasi produksi perikanan tangkap tahun 2013 berdasarkan kriteria almost first stochastic dominance ( AFSD

[r]

Begitu juga sebaliknya dengan seseorang yang memiliki locus of control internal rendah dan memiliki kemampuan yang rendah pula untuk mengoperasikan sebuah

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prevalensi, Derajat Infeksi, dan Faktor Risiko Infeksi Parasit Darah pada Sapi Potong di Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku teks Daily Chems berbasis kontekstual untuk SMK/MAK bidang keahlian kesehatan kelas XI semester genap, serta

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Bila nilai variabel sama dengan nilai yang ada dalam daftar konstanta 1 maka pernyataan 1 dikerjakan, bila sama dengan nila yang ada dalam daftar konstanta 2 maka pernyataan