PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 1
LINTONGNIHUTA
Oleh:
Sotarduga Lumbantoruan NIM 4101111050
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang
direncanakan.
Skripsi berjudul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran
Problem Posing Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Lintongnihuta”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Ibu Dr.
Izwita Dewi, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak Drs. Marojahan Panjaitan, M.Pd, Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd, dan
Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd. yang telah memberikan masukan dan saran
dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Hasratudin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik, kepada
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs.
Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan FMIPA Unimed, dan Bapak Drs. Syafari,
M.Pd, selaku Ketua Jurusan Matematika. Serta Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
selaku Sekretaris jurusan dan Bapak Drs. Zul Amri, M.Si selaku Ketua Prodi
Jurusan Matematika Fmipa Unimed yang telah membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Drs. Jonner Sihombing
selaku Kepala Sekolah dan Bapak Benner Sinaga, S.Pd , Bapak Drs. H. Pardede
dan Ibu Dra. M. Hutauruk selaku guru mata pelajaran matematika di SMAN 1
Lintongnihuta yang telah membantu selama penelitian. Teristimewa penulis
sampaikan terima kasih kepada Ibunda tersayang S. Sihite, Ayahanda G.
v
seluruh keluarga besar yang sudah berdoa, memberikan kasih sayang yang dalam
dan dorongan semangat serta dana kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Unimed.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman terbaikku,
teman-teman seangkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu,
khususnya buat kelas C Reguler. Terima kasih juga buat teman-teman kos di
Ambai 55D dan Ambai GG Dewe serta teman-teman PPL, adek-adek junior dan
kakak-kakak senior di jurusan Matematika Unimed yang selalu memberi doa,
mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Agustus 2014
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 7
1.3.Batasan Masalah 7
1.4.Rumusan Masalah 8
1.5.Tujuan Penelitian 8
1.6.Manfaat Penelitian 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 10
2.1.Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Hakekat Matematika 10
2.1.1.1. Pengertian Matematika 10
2.1.1.2. Karakteristik Matematika 12
2.1.2. Pendekatan Pembelajaran Problem Posing 16
2.1.3. Relevansi Problem Posing dengan Matematika 23
2.1.4. Pendekatan Pembelajaran Ekspositori 26
2.1.5. Kemampuan Komunikasi Matematika 28
2.2.Penelitian yang Relevan 35
vii
2.4.Hipotesis Penelitian 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 38
3.1.Jenis Penelitian 38
3.2.Populasi dan Sampel 38
3.3.Lokasi dan Waktu Penelitian 39
3.4.Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 40
3.4.1. Variabel Penelitian 40
3.4.2. Defenisi Operasional 41
3.5.Desain Penelitian 43
3.6.Prosedur Penelitian 44
3.7.Metode Pengumpulan Data 47
3.8.Instrumen Penelitian 48
3.8.1. Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran 49
3.8.2. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian 50
3.8.3. Uji Coba Instrumen Kemampuan Komunikasi Matematis 51
3.9.Tehnik Analisa Data 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 63
4.1. Deskripsi Data 63
4.1.1. Data Kemampuan Awal (Pretes) Komunikasi Matematis 64
4.1.2. Data Kemampuan Akhir (Postes) Komunikasi Matematis 67
4.2. Uji Peningkatan (Gain) Kemampuan Komunikasi Matematis 72
4.3. Uji Persyaratan Data 74
4.4. Uji Hipotesis 76
4.5. Pembahasan 81
4.5.1. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Komunikasi 81
4.5.2. Faktor Pembelajaran 83
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86
5.1. Kesimpulan 86
5.2. Saran 86
x
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Keterkaitan Problem Posing Terhadap Komunikasi Matematis 25
3.1. Populasi Penelitian 38
3.2. Jadwal Penelitian 39
3.3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 49
3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 50
3.5. Klasifikasi Reliabelitas 52
3.6. Klasifikasi Indeks Kesukaran 53
3.7. Klasifikasi Daya Pembeda 54
3.8. Rekapitulasi Hasil Analisis Instrumen Tes Keseluruhan 55
3.9. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 56
3.10. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis 57
3.11. Klasifikasi Normalisasi Gain 58
4.1. Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen 64
4.2. Predikat Hasi Pretes Kelas Eksperimen 65
4.3. Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Kontrol 66
4.4. Predikat Hasil Pretes Kelas Kontrol 66
4.5. Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Eksperimen 68
4.6. Predikat Hasil Postes kelas Eksperimen 68
4.7. Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Kontrol 69
4.8. Predikat Hasil Postes Kelas Kontrol 70
4.9. Rekapitulasi Hasil Uji Gain Kelas Eksperimen 72
4.10. Rekapitulasi Hasil Uji Gain Kelas Kontrol 73
4.11. Hasil Normalitas Gai Kemampuan Komunikasi Matematis 74
4.12. Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis 75
4.13. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Membuat Gambar 77
4.14. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Membaca Gambar 78
xi
4.16. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Menjelaskan 79
4.17. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Total Kemampuan Komunikasi
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1.Desain Umum Penelitian 44
3.2.Prosedur Penelitian 46
3.3.Tehnik Analisis Data Akhir 62
4.1.Persentase Perolehan Predikat Nilai Pretes Eksperimen 65
4.2.Persentase Perolehan Predikat Nilai Pretes Kontrol 67
4.3.Persentase Perolehan Predikat Nilai Postes Eksperimen 69
4.4.Persentase Perolehan Predikat Nilai Postes Kontrol 70
4.5.Perbandingan Pretes-Postes Kelas Eksperimen 71
4.6.Perbandingan Pretes-Postes Kelas Kontrol 71
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus 91
Lampiran 2 RPP 1 Kelas Eksperimen 93
Lampiran 3 RPP 2 Kelas Eksperimen 98
Lampiran 4 RPP 3 Kelas Eksperimen 103
Lampiran 5 RPP 1 Kelas Kontrol 107
Lampiran 6 RPP 2 Kelas Kontrol 111
Lampiran 7 RPP 3 Kelas Kontrol 115
Lampiran 8 LAS 1 119
Lampiran 9 LAS 2 123
Lampiran 10 LAS 3 126
Lampiran 11 Materi Pembelajaran 132
Lampiran 12 Kisi-Kisi Komunikasi Matematis 138
Lampiran 13 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi 139
Lampiran 14 Kisi-Kisi Tes dan Butir Soal Komunikasi 140
Lampiran 15 Lembar Soal Pre-Test 141
Lampiran 16 Alternatif Jawaban Pre-Test 143
Lampiran 17 Lembar Soal Pos-Test 147
Lampiran 18 Alternatif Jawaban Pos-Test 150
Lampiran 19 Hasil Uji Coba tes Komunikasi Matematis 155
Lampiran 20 Analisis Validitas Item Tes Komunikasi Matematis 156
Lampiran 21 Analisis Reliabelitas Instrumen Komunikasi Matematis 157
Lampiran 22 Analisis Taraf Kesukaran Instrumen Komunikasi Matematis 158
Lampiran 23 Analisis Daya Beda Instrumen Komunikasi Matematis 160
xiii
Lampiran 25 Daftar Nilai Pretes Kelas Kontrol 164
Lampiran 26 Daftar Nilai Postes Kelas Eksperimen 165
Lampiran 27 Daftar Nilai Postes Kelas Kontrol 166
Lampiran 28 Perbandingan Nilai Pretes-Postes Eksperimen dan Kontrol 167
Lampiran 29 Hasil Uji Gain Kelas Eksperimen 168
Lampiran 30 Hasil Uji Gain Kelas Kontrol 171
Lampiran 31 Hasil Output Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen 174
Lampiran 32 Hasil Output Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol 175
Lampiran 33 Hasil Output Uji Homogenitas Gain Eksperimen-Kontrol 176
Lampiran 34 Hasil Output Uji Perbedaan Gain Eksperimen dan Kontrol 178
Lampiran 35 Hasil Lembar Validasi LAS 181
Lampiran 36 Hasil Validasi RPP Pendekatan Problem Posing 182
Lampiran 37 Hasil Validasi RPP Pendekatan Ekspositori 183
Lampiran 38 Hasil Observasi Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing 184
Lampiran 39 Hasil Observasi Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran dengan Pendekatan Ekspositori 185
Lampiran 40 Dokumentasi Penelitian 186
Lampiran 41 Tabel Harga Kritis dari r product moment 191
Lampiran 42 Lembar Hasil Validasi Instrumen,LAS dan RPP 192
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan
sangat berperan dalam perkembangan dunia. Pada zaman modern sekarang ini
matematika menjadi pemegang peranan penting bidang industri dan perdagangan.
Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang memakai metode
pemodelan matematika dan simulasi komputer untuk mengurangi biaya produksi
yang yang cukup signifikan sekaligus memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan memakai eksperimen coba dan salah. Matematika
merupakan alat bantu bagi pengembangan pengetahuan pada umumnya dan
pengembangan teknologi pada khususnya. Oleh karena itu matematika menjadi
sangat penting kedudukannya.
Matematika sebagai ilmu yang sangat penting kedudukannya, seharusnya
matematika adalah ilmu yang disenangi dalam dunia sekolah. Namun kenyataan
yang berbeda, matematika merupakan pelajaran yang paling ditakuti diantara
semua pelajaran yang diikuti di sekolah. Dalam benak mereka, mata pelajaran
matematika adalah mata pelajaran yang sukar, menankutkan dan bahkan dianggap
menjadi momok. Akibat rasa takut mengikuti pelajaran matematika, maka tujuan
pendidikan matematika tidak akan tercapai.
Tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan oleh National Council
of Teachers of Mathematics (NCTM) yang dikenal dengan kemampuan matematis
(mathematical Power) yaitu:
1. Kemampuan pemecahan masalah (problem solving)
2. Kemampuan penalaran (reasoning)
3. Kemampuan berkomunikasi (communication)
4. Kemampuan membuat koneksi (connection)
5. Kemampuan representasi (representation). (Ansari,2009)
Salah satu tujuan tersebut adalah kemampuan untuk berkomunikasi
secara matematis. Menurut Ansari (2009), kemampuan komunikasi matematis
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu
2
yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling berhubungan yang terjadi
di lingkungan kelas. Komunikasi tersebut dapat berlangsung antara siswa dengan
guru, siswa dengan siswa ataupun siswa dengan buku.
Komunikasi matematis juga merupakan salah satu tujuan pembelajaran
matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi lulusan siswa sekolah dari
pendidikan dasar sampai menengah sebagaimana tertuang dalam Standar Isi untuk
Sekolah Dasar Dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(BNSP,2006) serta Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 (Kemendikbud,2013)
dalam bidang matematika yang secara lengkap disajikan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika.
Dari tujuan pendidikan matematika yang dirumuskan oleh NCTM dan
BNSP diatas, tampak bahwa komunikasi matematis adalah salah satu tujuan yang sangat penting untuk dikembangkan pada matematika. Menurut Baroody
(Ansari,2009) sedikitnya ada 2 alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam
pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian yaitu (1) mathematics as
language (matematika sebagai bahasa); matematika tidak hanya sekedar alat
3
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, dan
(2)mathematics learning as social activity; sebagai aktivitas sosial, dengan
adanya interaksi antar siswa, serta dengan guru dalam mengkomunikasikan ide
matematika. Menurut Izzati (2010) kemampuan komunikasi mencakup dua hal
yakni kemampuan siswa menggunakan matematika sebagai alat komunikasi
(bahasa matematika) dan kemampuan mengkomunikasikan matematika yang
dipelajari.
Pada kenyataannya, peserta didik di Indonesia belum dilatih bagaimana
berkomunikasi secara matematis. Akibatnya siswa tidak dapat menyampaikan ide
atau gagasan matematis yang dimiliki oleh siswa tersebut karena siswa hanya
sebagai pendengar dan guru adalah satu-satunya sumber belajar.
Siswa yang diberikan soal berbentuk cerita matematika secara umum
tidak bisa atau merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal yang diberikan
tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa siswa tidak bisa berkomunikasi secara
matematis. Salah satu contoh, jika seorang siswa diminta untuk menghitung 20 x
3 , maka siswa dengan sangat gampang menjawab nilainya adalah 60. Tetapi jika
seorang guru memberikan soal “Berapakah banyaknya roda (ban) pada 20 becak?”, kemungkinan besar siswa kesulitan menyelesaikan soal tersebut padahal jawabannya sama. Contoh lain, jika siswa diberikan soal “isilah titik-titik pada soal 5000 = 3500 + …”, maka siswa dengan mudah menjawab “1500”. Tetapi, jika soal diganti menjadi “Andi adalah pedagang pisang. Dia memiliki 5000 buah pisang. Budi membeli 3500 buah pisang dari Andi karena Budi adalah pengusaha
goreng pisang di suatu tempat wisata yang banyak pengunjungnya. Berapa lagikah sisa pisang yang dimiliki Andi?”, maka siswa kesulitan untuk menjawab soal tersebut. Hal tersebut karena kurangnya siswa memodelkan soal kedalam model matematis yang benar. Pada beberapa soal, ada siswa yang dapat menjawab
soal tetapi tidak bisa menjelaskan dengan benar mengapa jawabannya seperti itu.
Hal itu dikarenakan kemampuan menjelaskan (memodelkan dan menjelaskan
adalah bagian komunikasi matematis) masih rendah.
Pengaruh guru dalam pembelajaran adalah faktor penting dalam
4
pengalaman belajar di kelas sedemikian sehingga siswa mempunyai kesempatan
bervariasi untuk berkomunikasi secara matematis. Menurut Mahmudi (2009),
proses komunikasi akan terjadi apabila terjadi interaksi dalam pembelajaran. Guru
perlu merancang pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi positif
sehingga memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
Kurangnya kemampuan matematis siswa diakibatkan karena
pembelajaran matematika yang hanya mengajarkan sesuatu pada siswa tanpa
membuat siswa tersebut aktif dan belajar dari kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
tersebut adalah pembelajaran konvensional seperti ekspositori. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap
tingkat daya pikir, daya nalar serta kurangnya hubungan antara matematika
dengan aplikasinya terhadap kehidupan sehari-hari. Pada penelitian Sugiarto
(2006) menyatakan pembelajaran konvensional yang sampai sekarang masih
dominan dilaksanakan dalam pembelajaran matematika di sekolah di Indonesia
ternyata tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka
pelajari. Pengetahuan yang diterima secara pasif oleh siswa tidak bermakna bagi
mereka. Pemahaman yang mereka miliki hanya pemahaman instrumental bukan
pemahaman relasional. Model pembelajaran konvensional menyebabkan siswa
tidak memberikan respon aktif yang optimal, karena siswa dipaksa menerima
pengetahuan dari gurunya tanpa mengetahui apa makna ilmu yang diperoleh
tersebut. Dalam model pembelajaran konvensional aktivitas pembelajaran lebih
banyak didominasi guru dibandingkan dengan siswa. Sebagian besar siswa
terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi
pengembangan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Kondisi seperti
inilah yang sedikit banyak turut memberikan andil terhadap rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia secara umum diukur dengan indikator
olimpiade internasional (IMO).
Sobel dan Maletsky (Izzati, 2010) juga menggambarkan bahwa banyak
sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan
membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, dan memberi tugas
5
hari dapat dikatagorikan sebagai 3M, yakni membosankan, membahayakan dan
merusak minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara
maksimal, dan hal ini tidak akan banyak membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Akibat pembelajaran yang
membosankan tersebut, daya tarik siswa terhadap matematika menjadi sangat
rendah. Siswa belajar matematika dengan menggunakan metode menghapal
termasuk menghapal rumus dan langkah yang diberikan guru. Siswa juga tidak
bisa menyampaikan ide matematisnya terhadap materi matematika. Mereka
berpikir matematika kurang pengaplikasian terhadap kehidupan sehari-hari.
Kenyataan seperti yang diuraikan di atas juga ditemukan pada proses
pembelajaran matematika di kelas XI IPA SMAN Negeri 1 Lintongnihuta. Selama
ini proses pembelajaran dilaksanakan secara konvensional yaitu ekspositori tanpa
ada inovasi penerapan model pembelajaran yang tepat dan variatif, serta belum
mengoptimalkan media pembelajaran yang lebih menarik minat siswa dan dapat
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan,
pembelajaran konvensional yang dilaksanakan di kelas cenderung berorientasi
pada tahap-tahap pembukaan-penyajian-penutup. Pada kegiatan pembelajaran
guru lebih sering menggunakan metode ceramah, yakni guru menerangkan
seluruh isi pelajaran. Pengertian atau definisi, teorema, penurunan rumus, contoh
soal dan penyelesaiannya semua dilakukan sendiri oleh guru dan diberikan kepada
siswa. Langkah-langkah guru diikuti dengan seksama oleh siswa, mereka meniru
cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru, kemudian mencatat
dengan tertib. Jadi guru hanya berusaha memindahkan atau mengkopikan
pengetahuan yang ia miliki kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima pelajaran dari guru, bahkan merasa bosan, sehingga siswa
merasa sulit untuk memahami dan kurang menaruh minat terhadap materi
matematika. Salah satu materi matematika yaitu program linear yang diajarkan
dikelas XI IPA SMA. Tidak sedikit siswa yang tidak memahami materi program
linear dan mengetahui manfaatnya. Siswa juga tidak terbiasa memecahkan
6
tes dengan soal yang bervariasi, siswa mengalami kesulitan dan memperoleh hasil
yang kurang memuaskan.
Kondisi pembelajaran pembelajaran di SMAN 1 Lintongnihuta membuat
matematika menduduki posisi terakhir pada rata-rata nilai UN SMAN 1
Lintongnihuta. Misalnya pada kelompok IPA tahun 2013, rata-rata nilai UN pada
mata pelajaran matematika tahun 2012 adalah 67,42 dan tahun 2013 mempunyai
rata-rata 60,31. Berdasarkan rata-rata nilai tersebut dapat disimpulkan
kemampuan matematika di SMAN 1 Lintongnihuta masih rendah. Kemampuan
matematika tersebut salah satunya adalah kemampuan komunikasi matematis
yang masih rendah.
Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, diperlukan adanya sebuah
perubahan pada proses dan cara belajar siswa dalam pembelajaran. Salah satu
perubahan yang penting dilakukan mengubah pendekatan pembelajaran yang
berlangsung. Pendekatan tersebut haruslah merupakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Siswa tidak lagi hanya pendengar tetapi menjadi bagian
yang aktif dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai
adalah pendekatan pembelajaran problem posing (pengajuan soal oleh siswa).
Pendekatan pembelajaran ini menggunakan soal sebagai alat untuk
mengembangkan kemampuan matematis siswa. Siswa dapat mengajukan soal
berdasarkan soal yang sudah ada sebelumnya ataupun dengan menggunakan
pengalaman pribadi. Problem posing sebagai pembelajaran yang sesuai untuk
materi program linear sesuai dengan pendapat Setiawan (2004), yang menyatakan
bahwa problem posing adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif
dalam strategi PAKEM.
Problem posing merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran
matematika. Abdussakir (Maulina,2013) mengemukakan bahwa NCTM
merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan
kesempatan untuk mengajukan soal sendiri. Silver dan Cai (Mahmudi, 2008), juga
menyarankan agar pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kegiatan
problem posing. Menurut Cars (Mahmudi,2008), untuk meningkatkan
7
mengajukan soal. Sejalan dengan itu, Setiawan (2004) menyatakan bahwa
mengungkapkan pertanyaan merupakan salah satu kegiatan yang dapat menantang
siswa untuk lebih berpikir dan membangun pengetahuan mereka.
Dari uraian diatas, penting dilakukan penelitian mengenai pengaruh
pendekatan pembelajaran problem posing. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul: “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Problem Posing Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Lintongnihuta”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Persepsi matematika adalah pelajaran yang menakutkan.
2. Matematika tidak disenangi oleh siswa.
3. Peserta didik belum dilatih bagaimana mengkomunikasikan gagasan atau
masalah secara matematis .
4. Siswa kesulitan menjawab soal yang berbentuk soal cerita matematika.
5. Proses pembelajaran di SMAN 1 Lintongnihuta khususnya pada materi
program linear masih menggunakan pembelajaran ekspositori.
6. Kemampuan komunikasi matematis siswa SMAN 1 Lintongnihuta masih
rendah.
7. Guru cenderung mengajar dengan metode membosankan.
8. Materi program linear sulit dimengerti oleh siswa di SMAN 1
Lintongnihuta.
1.3. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah yang
akan diteliti : kemampuan komunikasi matematis siswa SMAN 1 Lintongnihuta
masih rendah dan materi program linear sulit dimengerti oleh siswa di SMAN 1
8
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah apakah penggunaan pendekatan pembelajaran problem
posing berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas XI IPA SMA 1 Lintongnihuta?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian pada
penelitian ini adalah apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran problem
posing lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan pembelajaran problem posing
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
XI IPA SMAN 1 Lintongnihuta.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai :
1. Bagi siswa.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran problem
posing diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan penguasaan
siswa terhadap matematika, menumbuhkan rasa percaya diri dalam
menyelesaiakan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari .
2. Bagi guru matematika.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran problem
posing diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan wawasan yang
lebih luas tentang penerapan hal-hal inovatif dalam pembelajaran. Para
guru diharapkan dapat menggali pengetahuan tentang konteks-konteks
yang perlu diperhitungkan demi suksesnya penyelenggaraan suatu inovasi
9
dan pengalaman yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran pelajaran
lainnya.
3. Bagi sekolah.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran problem posing
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan proses pembelajaran
untuk dapat meningkatkan prestasi siswa dan sebagai masukan yang dapat
memajukan sekolah.
4. Bagi Peneliti.
Dapat menambah ilmu dan pengalaman tentang pembelajaran matematika
melalui pendekatan pembelajaran problem posing sekaligus dapat
mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan dalam
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Lintongnihuta
seperti yang diuraikan pada BAB IV sebelumnya, maka dapat disimpulkan
peningkatan (gain) kemampuan komunikasi matematis yang diajar dengan
pendekatan problem posing lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan
kemampuan komunikasi matematis yang diajar dengan pendekatan konvensional.
Aspek kemampuan komunikasi matematis siswa yang meningkat paling tinggi
pada pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah aspek menjelaskan
(written text) dan aspek memaknai gambar (drawing) sedangkan pada
pembelajaran konvensional (ekspositori), aspek komunikasi matematis yang
peningkatannya paling tinggi adalah aspek membuat gambar (drawing).
Berdasarkan hasil tersebut, juga dapat dinyatakan bahwa pengggunaan pendekatan
pembelajaran problem posing berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas XI IPA SMAN 1 Lintongnihuta.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka disampaikan
beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan
dengan hasil penelitian ini. Rekomendasi tersebut sebagai berikut:
1. Kepada Guru
a. Pada pembelajaran, guru hendaknya lebih banyak melatih siswa untuk
mengekspresikan atau memodelkan permasalahan matematika.
b. Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran problem posing hendaknya
diterapkan pada materi yang esensial menyangkut benda-benda real atau
permasalahan real disekitar belajar, agar siswa lebih cepat memahami
pelajaran yang sedang dipelajari.
c. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
87
gagasan matematika dan bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dalam
belajar matematika siswa menjadi lebih berargumentasi, lebih percaya diri
dan kreatif.
2. Kepada Peneliti Lanjutan
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi
dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau dalam
penelitian ini.
3. Kepada Sekolah
Untuk pihak sekolah hendaknya dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi
guru untuk menerapkan pada setiap pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran problem posing. Pihak sekolah juga diharapkan
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
88
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Asmara,Adi. (2013). Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
“Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik” Tanggal 9 November 2013 di Jurusan Matematika UNY. Kecakapan Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing. FKIP UMB. Hal 24-27.
Asmin. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan : Larispa.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta : BSNP.
Depdiknas. (2005). Model Penilaian SMA. Jakarta: Puskur Balitbang.
Dewi,Vera. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa SMP Nasrani 2 Medan Melalui Pendekatan Problem Posing. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. (2012). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan. FMIPA UNIMED
Fauziah,Sipa. (2012). Pengaruh Penggunaan pendekatan Problem Posing Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas VIII MTs. NU Al-Hamidiyah Langka Plancar Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2012/2013). Skripsi. Siliwangi : Universitas Siliwangi.
Izzati,Nur. (2010). Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik. Prosiding seminar nasional matematika dan pendidikan matematika Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal : 721-729.
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Harahap,Helmiwanida. (2012). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Penalaran dam Komunikasi Matematis Siswa MTSn Kota Medan Antara yang Diajar Melalui Pendekatan Problem Posing Kelompok dan Individu. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan.
Hudojo, Herman. (2005) . Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang.
89
Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Suatu Kajian Eksperimen pada Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang (UNP). Vol.12 No.1, April 2011. Hal 1-4.
Mahmudi,Ali. (2008). Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Vol 8 No.1, Februari 2009. Hal 1-8.
Mahmudi,Ali. (2008). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah disampaikan Pada Seminar Nasional Matematika diselenggarakan Oleh Jurusan Matematika FMIPA UNPAD bekerjasama dengan Departemen Matematika UI tanggal 13 Desember 2008. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal:1-8
Maulina,Aisyah. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tehadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Wonorejo 3. Skripsi. Semarang : IKIP PGRI Semarang.
Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Jawa Barat: Alfabeta.
Rusefendi,E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
Sagala,Syaiful. (2009) . Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sari,Virgania. (2007). Keefektdifan Model Pembelajaran Problem Posing dibanding Kooperatif Tipe CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Compotition) Pada Kemampuan Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 16 Semarang Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pokok Himpunan Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Setiawan. (2004). Pembelajaran Matematika Berorientasi PAKEM di SMA. Yogyakarta : Depertemen Pendidikan Nasional.
Setiawan. (2008). Strategi Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta : Depdiknas.
Shadiq,Fajar. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika. Yokyakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Shadiq,Fajar. (2009). Model-Model Pembelajaran Matematika. Departemen Pendidikan Nasional.
90
Soal (Problem Posing) oleh Siswa Dalam Pembelajaran Geometri di SLTP. Hal 7-11.
Siswono,Tatag Y.E. (2000). Problem Posing : Sebuah Alternatif Pembelaran yang Demokratis. Disampaikan pada Seminar “Transformasi Pegawai Negeri Sipil Menuju Masyarakat yang Demokratis” tanggal 16 Oktober 2000. Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi ,R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidian Nasional.
Soediarto,Nugroho.(2008). Matematika Untuk SMA dan MA Kelas XI Program IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiarto,Bambang. (2009). Pengaruh Strategi Pembelajaran yang dilengkapi dengan Model Pembelajaran Problem Posing Pada Mata Pelajaran Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajarnya Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Kota Surakarta. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Sugiono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka Depdikbud.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Suryosubroto,B. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sutame,Ketut. (2011). Implementasi Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berfikir Kritis serta Mengeliminir Kecemasan Matematika. Makalah Disampaikan pada Seminar
Nasional Matematika “Matematika dan Pendidikan Karakter dalam