1
A. Latar Belakang
Di era modern ini persaingan dunia industri semakin ketat, terlebih sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia. Agar mampu bertahan di tengah persaingan tersebut, suatu perusahaan harus mempunyai suatu keunggulan. Untuk menciptakan suatu keunggulan, perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, karena sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemajuan suatu perusahaan. Karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, suatu perusahaan tidak akan mampu mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan sehingga menghambat kemajuan perusahaan itu sendiri.
Perusahaan harus menetapkan target yang tinggi agar tidak tertinggal dengan perusahaan lain. Agar dapat mencapai target tersebut, para karyawan harus selalu dalam kondisi sehat baik secara fisik maupun mental. Namun fakta menunjukkan bahwa target perusahaan yang tinggi dapat menyebabkan stres kerja pada karyawan (Babatunde, 2013). Bahkan di suatu lingkungan kerja, sebagian besar karyawan pernah mengalami stress kerja mulai dari tingkat yang paling ringan sekalipun (Margiati, 1999). Hal ini dapat diartikan bahwa karyawan dalam kondisi yang tidak sehat secara mental.
Penelitian tersebut dilakukan pada 89 orang pegawai dan hasil menunjukan bahwa 29 orang mengalami stres kerja ringan, 31 orang mengalami stres kerja sedang dan 29 orang mengalami stres kerja berat. Penelitian serupa dilakukan oleh Sanjaya (2012) yang berjudul Peran Moderasi Kecerdasan Emosi pada Stres
Kerja, penelitian tersebut dilakukan pada 46 orang karyawan di PT. Summit Oto
Finance Kudus dan hasil penelitian menunjukkan bahwa 72% karyawan di perusahaan tersebut mengalami stres kerja.
Pengertian stres kerja sendiri adalah respon karyawan ketika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki atau keyakinan untuk melakukan pekerjaan yang diberikan (Folkman dkk (dalam Thorsteinsson dkk, 2014). Stres kerja timbul akibat dari kekaburan peran, konflik peran dan beban kerja yang berlebihan (Keenan & Newton (dalam Wijono, 2010). Stres kerja didefinisikan sebagai perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Banyak dan sulitnya pekerjaan yang dihadapi karyawan membuat perasaan karyawan menjadi tertekan (Mangkunegara, 2000).
terpenuhi, hal tersebut terkadang membuat karyawan tidak nyaman. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa ada fenomena stres kerja di PT. Sri Rejeki Isman, Tbk.
Quick dan Quick (1984) menyebutkan bahwa ada dua jenis stres yaitu
Eustress dan distress. Eustress, yaitu respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Seperti fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Sedangkan distress, yaitu respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Stres yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah stres yang bersifat negatif atau distress.
Stres kerja merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian khusus, karena apabila stres kerja berlangsung secara terus-menerus maka akan membawa kerugian bagi perusahaan. Adapun reaksi karyawan yang stres didalam pekerjaan yaitu, Cepat tersinggung, tidak komunikatif, lelah mental, kehilangan spontanitas dan kreativitas, mudah lelah secara fisik, pusing kepala, merokok berlebihan, menunda atau menghindari pekerjaan (Fauji, 2013).
kualitatif. Beban kerja kualitatif adalah beban kerja yang timbul jika seseorang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak sesuai dengan potensi dari tenaga kerja, sedangkan beban kerja kuantitatif adalah beban kerja yang timbul akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak atau terlalu sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu (Munandar, 2008).
Tinggi rendahnya beban kerja yang dirasakan oleh setiap karyawan berbeda – beda, hal tersebut tergantung positif atau negatifnya persepsi karyawan terhadap beban kerja tersebut. Tampubolon (2004) menyatakan bahwa persepsi merupakan gambaran seseorang tentang suatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi, sedangkan persepsi terhadap beban kerja yaitu penilaian atau penafsiran individu terhadap sejumlah tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, baik secara kuantitaf maupun kualitatif.
Berdasarkan uraian diatas maka muncul rumusan masalah, Apakah ada Hubungan Antara Persepsi Terhadap Beban Kerja Dengan Stress Kerja ?. Sehingga peneliti tertarik untuk memilih judul penelitian “Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Beban Kerja dengan Stres Kerja pada Karyawan”. Penelitian ini penting dilakukan agar dapat meminimalisir terjadinya stres kerja pada karyawan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
2. Untuk mengetahui sumbangan efektif persepsi terhadap beban kerja terhadap stres kerja pada karyawan
3. Untuk mengetahui tingkat persepsi terhadap beban kerja pada karyawan 4. Untuk mengetahui tingkat stres kerja pada karyawan
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi instituti pendidikan. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam pengembangan di bidang psikologi khususnya psikologi industri.
2. Bagi peneliti selanjutnya. Dapat digunakan sebagai wacana dan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Persepsi terhadap Beban Kerja dengan Stres Kerja pada Karyawan. 3. Bagi tempat penelitian. Sebagai bahan pertimbangan dalam