• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di RSU WZ Johanes Kupang - NTT Periode 1 Januari 2012 - 30 Juni 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di RSU WZ Johanes Kupang - NTT Periode 1 Januari 2012 - 30 Juni 2012."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

iv

ABSTRAK

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA RAWAT INAP

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

DI RSU WZ JOHANES KUPANG-NTT

PERIODE 1 JANUARI 2012-20 JUNI 2012

Cindy Carrissa Primaputri, 2013, Pembimbing : Dani, dr., M.Kes.

Latar Belakang Menurut WHO, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menjadi penyebab kematian ke-4 di dunia. Sekitar 90% dari kematian ini terjadi di negara berkembang dan negara miskin. Diperkirakan tahun 2020 PPOK menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia.

Tujuan Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien PPOK berdasarkan identitas pasien, faktor kebiasaan merokok dan keluhan utama di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012.

Metode penelitian Bersifat deskriptif dengan cross sectional, dengan menggunakan bahan penelitian data rekam medik pasien rawat inap, yang merupakan data sekunder. Data yang diambil dikumpulkan kemudian diolah secara manual dan dianalisa secara statistik deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan format jumlah dan penghitungan secara persentase. Hasil penelitian Menunjukkan gambaran karakteristik penderita PPOK berdasarkan identitas pasien lebih banyak terjadi pada pasien dengan rentang usia 66-81 tahun dengan persentase sebesar 51,5%; lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki daripada perempuan dengan persentase sebesar 63,6%; lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 33,3% dan diikuti oleh pekerjaan petani dengan persentase 27,3%; lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak sekolah dan pasien yang bersekolah sampai tingkat SD dengan persentase masing-masing sebesar 33,33%. Penderita PPOK lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 72,7%. Penderita PPOK lebih banyak mengeluhkan sesak napas dengan persentase sebesar 66,67%.

Kesimpulan Dengan demikian, karakteristik penderita rawat inap PPOK di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012 lebih banyak terjadi di usia tua, laki-laki, ibu rumah tangga, pasien yang tidak bersekolah dan tamat SD, pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok, dan lebih sering pasien datang dengan keluhan sesak napas.

(2)

v

ABSTRACT

DESCRIPTION OF CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY

DISEASE INPATIENTS AT GENERAL HOSPITAL WZ

JOHANES KUPANG-NTT PERIOD 1 JANUARY 2012

30 JUNE

2012

Cindy Carrissa Primaputri, 2013, Tutor : Dani, dr., M.Kes.

Background According to WHO, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is the fourth leading cause of death in the world. Around 90% of these deaths occur in developing countries and poor countries. By 2020, it is anticipated that COPD will become the third leading cause of death in the world. Objective To determine the characteristics of COPD patients based on the patient's identity, the factors of smoking and the main complaint in the General Hospital-WZ Johannes Kupang NTT period 1 January 2012-30 June 2012.

Methode This research uses descriptive study with cross-sectional, using research materials medical records of inpatients, which is a secondary data. Data taken manually collected and then processed and analyzed by descriptive statistics in the form of frequency distribution table format with the number and percentage calculations.

Result Description of COPD patients based on the patient's identity is more common in patients with an age ranged of 66-81 years with percentage 51.5%, is more common in male patients with percentage 63.6%; is more common in women households with percentage of 33.3%, and followed by farmers with percentage 27.3%; is more common in patients who are not enrolled in school and pass the primary level with percentage 33.33%. Patients with COPD is more common in patients who do not have the smoking habit with percentage 72.7%. COPD patients most often complain of shortness of breath with percentage 66.67%.

Conclusion The characteristics of COPD patients at the General Hospital-WZ Johannes Kupang NTT period 1 January 2012-30 June 2012 is more common in old age, men, housewives, patients who do not attend school and complete primary school, patients who do not have the smoking habit, and more often patients present with shortness of breath.

(3)

viii

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Landasan Teoritis ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 5

(4)

ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Pernapasan ... 6

2.1.1 Paru – paru ... 6

2.1.2 Lobus Paru ... 7

2.1.3 Bronkhus ... 7

2.1.4 Pembuluh Darah ... 9

2.1.5 Persarafan ... 10

2.2 Histologi Pernapasan ... 10

2.2.1 Sistem Respirasi ... 10

2.2.2 Epitel Respirasi ... 11

2.2.3 Rongga Hidung ... 11

2.2.4 Sinus Paranasalis ... 11

2.2.5 Nasofaring ... 12

2.2.6 Laring ... 12

2.2.7 Trakea ... 12

2.2.8 Bronkus ... 13

2.2.9 Bronkhiolus ... 14

2.2.10 Duktus Alveolaris dan alveolus ... 15

2.3 Fisiologi Pernapasan ... 16

2.3.1 Mekanisme Ventilasi ... 16

2.3.2 Volume Paru ... 17

2.3.3 Kapasitas Paru ... 17

2.3.4 Mekanisme Pertahanan ... 18

2.4 Enam Penyakit Paru Tersering di Indonesia ... 19

2.5 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ... 20

2.5.1 Definisi . ... 20

(5)

x

2.5.3 Etiologi dan Faktor Risiko ... 21

2.5.4 Gejala Klinis ... 27

2.5.5 Diagnosis ... 28

2.5.6 Pencegahan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian ... 32

3.2 Metode Penelitian... 32

3.3 Kriteria Data Penelitian ... 32

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 32

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 32

3.4 Variabel Penelitian ... 32

3.4.1 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.5 Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 34

4.2 Penyebaran PPOK Berdasarkan Usia ... 34

4.3 Penyebaran PPOK Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

4.4 Penyebaran PPOK Berdasarkan Pekerjaan ... 36

4.5 Penyebaran PPOK Berdasarkan Pendidikan ... 37

4.6 Penyebaran PPOK Berdasarkan Kebiasaan Merokok ... 39

4.7 Penyebaran PPOK Berdasarkan Keluhan Utama ... 40

4.8 Rangkuman Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian ... 41

(6)

xi

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 48

(7)

xii

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4. 1 Distribusi Penyebaran PPOK Berdasarkan Usia di RSU WZ Johanes

Kupang – NTT Periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012 ... .... 34 Tabel 4. 2 Distribusi Penyebaran PPOK Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU WZ

Johanes Kupang – NTT Periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012... 35 Tabel 4. 3 Distribusi Penyebaran PPOK Berdasarkan Pekerjaan di RSU WZ

Johanes Kupang – NTT Periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012 ... .... 36 Tabel 4. 4 Distribusi Penyebaran PPOK Berdasarkan Pendidikan di RSU WZ

Johanes Kupang – NTT Periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012... 38 Tabel 4. 5 Distribusi Penyebaran PPOK Berdasarkan Kebiasaan merokok di RSU

WZ Johanes Kupang – NTT Periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012.. 39 Tabel 4. 6 Distribusi Penyebaran PPOK Berdasarkan Keluhan utama di RSU WZ

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Paru-paru ... 7

Gambar 2.2 Lobus paru .... ... 8

Gambar 2.3 Bronkhus ... 13

Gambar 2.4 Bronkhiolus ... 14

Gambar 2.5 Bronkhiolus Respiratoius ... 15

(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman LAMPIRAN 1 Data Sekunder dari Data Rekam Medik Pasien Rawat Inap PPOK

di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang – NTT Periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012 ... 48 LAMPIRAN 2 Surat Pengantar dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai

dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya (Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, 2008).

Penelitian COPD working group tahun 2002 di 12 negara Asia Pasifik menunjukkan estimasi prevalensi PPOK Indonesia sebesar 5,6% (Susanto, Prasenohadi, & Yunus, 2009). PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan 35%, diikuti asma bronkial bronkial 33%, kanker paru 30% dan lainnya 2% (Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, 2008).

(11)

2 Polusi udara dalam ruangan memegang peranan penting penyebab PPOK daripada asap rokok dan polusi udara diluar ruangan. Perempuan khususnya ibu rumah tangga yang menggunakan bahan bakar biomassa untuk memasak dilaporkan meningkatkan prevalensi PPOK untuk wanita tidak merokok di Asia tenggara. Polusi udara dalam ruangan yang berasal dari pembakaran kayu dan bahan bakar biomassa lain diperkirakan menyebabkan 2 juta perempuan dan anak-anak meninggal tiap tahun. Faktor resiko lain dari PPOK adalah debu dan bahan kimia di tempat kerja, dan infeksi saluran pernapasan bawah yang sering terjadi pada masa kanak-kanak (World Health Statistic, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan 3 juta penderita PPOK meninggal setiap tahun dan menjadikan PPOK sebagai penyebab kematian ke-4 di dunia. Sekitar 90% dari kematian ini terjadi di negara berkembang dan negara miskin. Diperkirakan pada tahun 2020 PPOK menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia. Jumlah kematian terbesar akan terjadi di Asia tenggara, dimana kematian PPOK meningkat 160% (Salvi, Manap, & Beasley, 2012).

Dilihat dari pengaruh polusi udara di dalam ruangan dan di luar ruangan sebagai faktor risiko terjadinya PPOK, peneliti tertarik untuk meneliti di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya di Kota Kupang. Salah satu contoh polusi dalam ruangan adalah penggunaan bahan bakar seperti kayu bakar di dalam rumah yang kurang ventilasi. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional hanya ada 24,9% rumah sehat, dan presentase yang terendah yaitu di Propinsi NTT yaitu sebesar 7,5% (Dinkes-profntt, 2011). Salah satu unsur rumah sehat adalah ventilasi rumah yang baik.

(12)

3

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka dilakukan penelitian pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012 sehingga dapat diidentifikasi beberapa gambaran karakteristik PPOK sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien PPOK berdasarkan identitas pasien

2. Bagaimana gambaran karakteristik pasien PPOK berdasarkan faktor kebiasaan merokok

3. Bagaimana gambaran karakteristik pasien PPOK berdasarkan keluhan utama

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran karakteristik pasien PPOK berdasarkan identitas pasien di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012. Identitas pasien yang dimaksud adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.

1.3.2 Tujuan khusus

(13)

4

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat akademik

Penelitian ini dapat mengembangkan wawasan mahasiswa kedokteran tentang kejadian PPOK. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan, gambaran, dan informasi bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai PPOK kepada masyarakat dan instansi terkait demi terwujudnya masyarakat yang sehat.

1.5 Landasan teoritis

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai

dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya (Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik, 2008).

Pada penderita PPOK akan terjadi penurunan kapasitas dan kualitas kerja, peningkatan biaya hidup, serta ketidakmampuan fisik (disability). Penderita akan mengalami keadaan yang kurang menguntungkan karena berkurangnya aktivitas yang dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal, respirasi dan kardiovaskuler. Penderita PPOK akan mengalami penurunan kapasitas fungsional dan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat sesak napas yang dialami pasien-pasien PPOK yang kemudian akan mengakibatkan makin memperburuk kondisi tubuhnya (Tarigan, 2007).

(14)

5 dengan baik melalui deteksi dini. Selain itu, pencegahan dini dapat dilakukan dengan menghindari atau mengurangi polusi indoor (polusi dalam ruangan) berupa pembakaran bahan bakar biomass dan pemanasan atau memasak diruangan yang ventilasinya buruk (Putra & Artika, 2012).

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan cross sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien rawat inap.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

(15)

42

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan penelitian pada pasien rawat inap PPOK di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012 didapatkan 33 pasien dengan:

1. Gambaran karakteristik penderita PPOK berdasarkan identitas pasien lebih banyak terjadi pada pasien dengan rentang usia 66-81 tahun dengan persentase sebesar 51,5%; lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki daripada perempuan dengan persentase sebesar 63,6%; lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 33,3% dan diikuti oleh pekerjaan petani dengan persentase 27,3%; lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak sekolah dan pasien yang bersekolah sampai tingkat SD dengan persentase masing-masing sebesar 33,33%.

2. Penderita PPOK lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 72,7%.

3. Penderita PPOK lebih banyak mengeluhkan sesak napas dengan persentase sebesar 66,67%.

5.2 Saran

(16)

43 2. Perlu diberikan edukasi kepada masyarakat yang menderita PPOK oleh petugas kesehatan, dan pihak yang terkait sehingga dapat mencegah komplikasi yang bisa terjadi dan membahayakan pasien.

(17)

53

RIWAYAT HIDUP

Nama : Cindy Carrissa Primaputri

Nomor Pokok Mahasiswa : 1010011

Tempat dan Tanggal Lahir : Kupang, 13 Agustus 1993

Alamat : Jl. Pipit No.11, Kupang-NTT

Riwayat Pendidikan :

1. 1998 – 2004 menyelesaikan pendidikan di SDN BONIPOI 2, Kupang-NTT 2. 2004 – 2007 menyelesaikan pendidikan di SMPK Santa Theresia,

Kupang-NTT

3. 2007 – 2010 menyelesaikan pendidikan di SMAK Kolese Santo Yusuf, Malang

(18)

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA RAWAT INAP PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RSU WZ JOHANES

KUPANG-NTT PERIODE 1 JANUARI 2012 - 30 JUNI 2012

Cindy Carrissa Primaputri1, Dani2

1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung 2. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang Menurut WHO, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menjadi penyebab kematian ke-4 di dunia. Sekitar 90% dari kematian ini terjadi di negara berkembang dan negara miskin. Diperkirakan tahun 2020 PPOK menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia.

Tujuan Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien PPOK berdasarkan identitas pasien, faktor kebiasaan merokok dan keluhan utama di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012.

Metode penelitian Bersifat deskriptif dengan cross sectional, dengan menggunakan bahan penelitian data rekam medik pasien rawat inap, yang merupakan data sekunder. Data yang diambil dikumpulkan kemudian diolah secara manual dan dianalisa secara statistik deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan format jumlah dan penghitungan secara persentase.

Hasil penelitian Menunjukkan gambaran karakteristik penderita PPOK berdasarkan identitas pasien lebih banyak terjadi pada pasien dengan rentang usia 66-81 tahun dengan persentase sebesar 51,5%; lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki daripada perempuan dengan persentase sebesar 63,6%; lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 33,3% dan diikuti oleh pekerjaan petani dengan persentase 27,3%; lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak sekolah dan pasien yang bersekolah sampai tingkat SD dengan persentase masing-masing sebesar 33,33%. Penderita PPOK lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok dengan persentase sebesar 72,7%. Penderita PPOK lebih banyak mengeluhkan sesak napas dengan persentase sebesar 66,67%.

Kesimpulan Dengan demikian, karakteristik penderita rawat inap PPOK di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012 lebih banyak terjadi di usia tua, laki-laki, ibu rumah tangga, pasien yang tidak bersekolah dan tamat SD, pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok, dan lebih sering pasien datang dengan keluhan sesak napas.

Kata kunci : PPOK, Merokok, Sesak Napas

(19)

ABSTRACT

Background According to WHO, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is the fourth leading cause of death in the world. Around 90% of these deaths occur in developing countries and poor countries. By 2020, it is anticipated that COPD will become the third leading cause of death in the world.

Objective To determine the characteristics of COPD patients based on the patient's identity, the factors of smoking and the main complaint in the General Hospital-WZ Johannes Kupang NTT period 1 January 2012-30 June 2012.

Methode This research uses descriptive study with cross-sectional, using research materials medical records of inpatients, which is a secondary data. Data taken manually collected and then processed and analyzed by descriptive statistics in the form of frequency distribution table format with the number and percentage calculations.

Result Description of COPD patients based on the patient's identity is more common in patients with an age ranged of 66-81 years with percentage 51.5%, is more common in male patients with percentage 63.6%; is more common in women households with percentage of 33.3%, and followed by farmers with percentage 27.3%; is more common in patients who are not enrolled in school and pass the primary level with percentage 33.33%. Patients with COPD is more common in patients who do not have the smoking habit with percentage 72.7%. COPD patients most often complain of shortness of breath with percentage 66.67%.

Conclusion The characteristics of COPD patients at the General Hospital-WZ Johannes Kupang NTT period 1 January 2012-30 June 2012 is more common in old age, men, housewives, patients who do not attend school and complete primary school, patients who do not have the smoking habit, and more often patients present with shortness of breath.

(20)

PENDAHULUAN

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya6. PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang

telah menjadi masalah kesehatan

masyarakat Indonesia. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan 35%6.

Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan 3 juta penderita PPOK meninggal setiap tahun dan menjadikan PPOK sebagai penyebab kematian ke-4 di dunia. Diperkirakan pada tahun 2020 PPOK menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia9. Dilihat dari pengaruh polusi udara di dalam ruangan dan di luar ruangan sebagai faktor risiko terjadinya PPOK, peneliti tertarik untuk meneliti di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya di Kota Kupang. Salah satu contoh polusi dalam ruangan adalah penggunaan bahan bakar seperti kayu bakar di dalam rumah yang kurang

ventilasi. Berdasarkan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional hanya ada 24,9% rumah sehat, dan presentase yang terendah yaitu di Propinsi NTT yaitu sebesar 7,5%1. Salah satu unsur rumah sehat adalah ventilasi rumah yang baik.

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui bagaimana gambaran karakteristik pasien PPOK

berdasarkan identitas pasien dan faktor kebiasaan merokok dan keluhan utama di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012.

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan cross sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan usia di RSU WZ Johanes

penelitian yang dilakukan oleh

(21)

Tabel 2. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan jenis kelamin di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012 penelitian yang dilakukan oleh Rycoft et al dalam literature review8 dan Niagara et al5.

Tabel 3. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan pekerjaan di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012 diikuti oleh pekerjaan petani dengan persentase 27,3%. Kemungkinan masih dipengaruhi oleh keadaan sosioekonomi

dan budaya daerah yang masih

menggunakan kayu bakar sebagai bahan

bakar untuk memenuhi kebutuhan

pribadi. Di NTT, pada umumnya masyarakat menggunakan kayu bakar di dalam rumah dengan ventilasi buruk

sesuai dengan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, presentase yang terendah yaitu di Propinsi NTT yaitu sebesar 7,5%1 sehingga terjadi polusi udara di dalam ruangan yang menjadi salah satu faktor risiko PPOK. Selain itu

petani adalah salah satu mata

pencaharian utama di daerah NTT yang selalu berhubungan dengan partikel debu tanah, pupuk, padi yang dapat menjadi sumber polusi di luar ruangan. Tabel 4. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan pendidikan di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012

Berdasarkan data diatas, PPOK lebih banyak terjadi pada pasien yang tidak sekolah dan pasien yang besekolah sampai tingkat SD yaitu masing-masing

sebesar 33,33%. Kemungkinan

disebabkan oleh keadaan tingkat

pendidikan di daerah NTT khususnya yang masih relatif rendah, sehingga pasien yang datang sebagian besar

merupakan pasien dengan tingkat

pendidikan rendah. Keadaan pendidikan masyarakat NTT dimana lebih dari 65%

penduduk berpendidikan SD atau

kurang3. Niagara et al mengatakan bahwa pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai gejala dan dampak dari PPOK, menyebabkan PPOK tidak dapat dideteksi secara dini dan hanya dapat diketahui setelah kondisi pasien memburuk5.

(22)

Tabel 5. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan kebiasaan merokok di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebesar 72,7%. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan geografis dan budaya yang berbeda serta kemungkinan meskipun pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok, tetapi pasien tersebut adalah perokok pasif. Niagara et al mengatakan bahwa tidak semua perokok akan menderita PPOK, hal ini mungkin berhubungan juga dengan faktor genetik dan perokok pasif yang merupakan faktor risiko PPOK, pada perokok pasif didapati penurunan VEP1 tahunan yang cukup bermakna5.

Tabel 6. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan keluhan utama di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012

Berdasarkan data diatas, PPOK lebih banyak mengeluhkan sesak napas yaitu sebesar 66,67%. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Maulana dengan persentase 93,9%4. Pada pasien

PPOK tidak mampu melakukan

ekspirasi secara optimal, menyebabkan peningkatan volume paru di akhir

respirasi (hiperinflasi) dengan

konsekuensi penurunan kapasitas

inspirasi. Hiperinflasi saat istirahat dan saat melakukan aktivitas berkontribusi terhadap terjadinya sesak napas yang selalu dikeluhkan oleh pasien2.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa karakteristik penderita rawat inap PPOK di Rumah Sakit Umum WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012-30 Juni 2012 lebih banyak terjadi di usia tua, laki-laki, ibu rumah tangga, pasien yang tidak bersekolah dan tamat SD, pasien yang tidak memiliki kebiasaan merokok, dan lebih sering pasien datang dengan keluhan sesak napas.

SARAN

Perlu diberi edukasi kepada

masyarakat tentang PPOK oleh petugas kesehatan, dan pihak yang terkait

sehingga masyarakat yang belum

menderita PPOK dapat menghindari faktor risiko terutama asap dalam ruangan maupun di luar ruangan dengan ventilasi buruk yang mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut. Dan juga kepada penderita PPOK sehingga dapat mencegah komplikasi yang bisa terjadi dan membahayakan pasien. Selain itu, perlu perbaikan dalam sistem pendataan dan penyimpanan data rekam medik yang lebih tertata dan teratur agar memudahkan pencarian data pasien saat dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinkes-profntt. 2011. Profil

(23)

provntt.web.id/bank-data/profil- dinkes-prov/tahun-2011/13-profil-kesh-ntt-2011.html.

2. Anwar, Dodi, Chan, Yusrizal dan Basyar, Masrul. 2012. Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Menurut Kuesioner Modified

Medical Research Council Scale Dengan Derajat Penyakit Paru

Obstruktif Kronik. Jurnal

Respiratorius Indonesia.

3. BPS NTT. 2012. Keadaan

Angkatan Kerja NTT Agustus 2012.

4. Maulana, Azhari. 2013. Gambaran

Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi yang di Rawat Inap di RSUD DR. Pirngadi Medan Periode Januari-Desember Tahun 2011. Jurnal Kedokteran.

5. Niagara, Helmi, Utomo, Wasisto

dan Hasanah, Oswati. 2013.

Gambaran Faktor - Faktor yang

Mempengaruhi Terjadinya

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

6. _____. 2008. Pedoman

Pengendalian Penyakit Paru

Obstruktif Kronik.

Karakteristik penderita penyakit paru obstruktif kronik yang di rawat inap di RSUD Aceh Tamiang

tahun 20007-2008. Medan :

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, hal. 29-30.

8. Rycoft, Catherine E, et al. 2012.

Epidemiology of chronic

obstructive pulmonary disease : a

literature review. International

Journal of COPD, hal. 457-494.

9. Salvi, Sundeep S, Manap, Roslina

dan Beasley, Richard. 2012.

Understanding the True Burden of COPD : The Epidemiological

Challenges. s.l. : PRCS-UK,

(24)

44

DAFTAR PUSTAKA

2012, November 14. Dipetik Agustus 20, 2013, dari World Chronic Obstructive Pulmonary Disease Day:

http://www.who.int/mediacentre/events/annual/world_copd_day/en/

Aditama, T. Y. 2011. 4 dari 10 Penyakit Penyebab Kematian di Dunia Adalah Penyakit Bidang Paru dan Pernapasan. Pusat komunikasi Publik, Kementrian Kesehatan RI.

ANTARA. 2010. ditpk.bappenas.go.id. Diambil kembali dari

http://ditpk.bappenas.go.id/?nav=3&m=content&s=berita&a=view&id=288 Anwar, D., Chan, Y., & Basyar, M. 2012. Hubungan Derajat Sesak Napas Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Menurut Kuesioner Modified Medical Research Council Scale Dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jurnal Respiratorius Indonesia .

Bhandari, R., & Sharma, R. 2012. Epidemiology of Chronic Obstructive Pulmonary Disease : A Descriptive Study in The Mid-Western Region of Nepal. International Journal of COPD , 253-257.

Candly. 2009. Karakteristik umum Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut Di RSUP H.Adam Malik Medan .

COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease). 2011, Mei 04. Dipetik Agustus 16, 2013, dari http://www.webmd.com/lung/copd/tc/chronic-obstructive-pulmonary-disease-copd-prevention

Dinkes-profntt. 2011. Diambil kembali dari http://dinkes-provntt.web.id/bank-data/profil-dinkes-prov/tahun-2011/13-profil-kesh-ntt-2011.html

Drake, R., Wayne, V., & Mitchell, A. 2005. Gray's anatomy for student. Philadelphia: Churchill Livingstone.

GINA. 2006. Diambil kembali dari http://ginasthma.org/

2010. Global Stategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic obstructive Pulmonary Disease. GOLD.

(25)

45 http://histology-world.com. Diambil kembali dari

http://www.google.co.id/imgres?q=histologi+paru+paru&um=1&sa=N&biw=135 6&bih=552&hl=id&tbm=isch&tbnid=end2fFOHHcJDTM:&imgrefurl=http://hist

ology-world.com/photoalbum//displayimage.php%3Fpid%3D63&docid=UoEPz43uu6B qAM&imgurl=http://histology-

http://legacy.owensboro.kctcs.edu.Diambil kembali dari

http://www.google.co.id/imgres?q=histologi+paru+paru&um=1&sa=N&biw=135 6&bih=552&hl=id&tbm=isch&tbnid=aUslFIye1AMVwM:&imgrefurl=http://ada

demutia.blogspot.com/2011/02/organs-histology.html&docid=qRBFpoqU4veF1M&imgurl=http://legacy.owensboro.kctc s.edu/gcapl

Imansyah, B. 2008. Peran Bupropin untuk Berhenti Merokok. Jurnal Tuberkulosis Indonesia , 5.

Keadaan Angkatan Kerja NTT. Agustus 2012. BPS NTT. Klik Paru. 2013, februari 4. Diambil kembali dari

http://www.klikparu.com/2013/02/penyakit-paru-obstruktif-kronik-ppok.html Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N., & Aster, J. C. 2010. Robbins and Cotrans Pathologic Basic of Disease. Philadelphia: Elsevier Inc.

Maulana, A. 2013. Gambaran Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi yang di Rawat Inap di RSUD DR. Pirngadi Medan Periode Januari-Desember Tahun 2011. Jurnal Kedokteran .

Mescher, A. L. 2010. Junqueira's Basic Histology Text & Atlas. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Niagara, H., Utomo, W., & Hasanah, O. 2013. Gambaran Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

PDPI. 2009. Penyakit Paru obstruktif kronis (PPOK). Jakarta.

Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. 2009. Diambil kembali dari http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20364%20tt g%20Pedoman%20Penanggulangan%20Tuberkolosis%20%28TB%29.pdf

(26)

46 Puskesmasbatua. 2009, Oktober 1. Diambil kembali dari

http://puskesmasbatua.wordpress.com/2009/10/01/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa-dan-etiologinya/

Putra, P. W., & Artika, I. d. 2012. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronis. 8.

Rahmatika, A. 2010. Karakteristik penderita penyakit paru obstruktif kronik yang di rawat inap di RSUD Aceh Tamiang tahun 20007-2008. 29-30.

repository.usu.ac.id. 2011. Diambil kembali dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21470/4/Chapter%20II.pdf

Rycoft, C. E., Heyes, A., Lanza, L., & Becker, K. 2012. Epidemiology of chronic obstructive pulmonary disease : a literature review. International Journal of COPD , 457-494.

Salvi, S. S., Manap, R., & Beasley, R. 2012. Understanding the True Burden of COPD : The Epidemiological Challenges. Primary Care Respiratory Journal , 249-251.

Suriyana. 2011. PENGENDALIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI INDONESIA.

Susanto, A. D., Prasenohadi, & Yunus, F. 2009. 2010 : The Year of The Lung. Tarigan, A. P. 2007. Olahraga Pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Majalah Kedokteran , 223-229.

Wibowo, D. S., & Paryana, W. 2009. Anatomi tubuh manusia (Edisi 1 ed.). Indonesia: Graha ilmu.

Widodo, D. 2007. Penyakit Infeksi Emerging dan Re-emerging dan Dampaknya terhadap Masalah Kesehatan di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia , 181-186.

World Health Statistic. 2008

www.columbia.edu.Diambil kembali dari

(27)

47 www.svhrad.com. Diambil kembali dari

http://www.google.co.id/imgres?q=anatomi+paru+paru+who&hl=id&biw=1356&

bih=552&tbm=isch&tbnid=W7pvhQBvixK-QM:&imgrefurl=http://www.svhrad.com/DigLib/Pulmonary/Segmental%2520An atomy/Segmental%2520Anatomy.htm&docid=E8vukT86ZuGlgM&imgurl=http:// www.svhrad.com

Gambar

Tabel 1. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan usia di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012
Tabel 4. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan pendidikan di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012
Tabel 6. Distribusi penyebaran PPOK berdasarkan keluhan utama di RSU WZ Johanes Kupang-NTT periode 1 Januari 2012 – 30 Juni 2012

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dari pasal ini adalah agar adanya control dari Badan Pengawas terhadap perusahaan baik merupakan pos-pos pengembangan perusahaan, secara

Pengisian aki berkapasitas 7Ah menggunakan mode charging lambat 0,1C dapat berlangsung selama 6-7 jam sedangkan charging cepat 0,2 C selesai dalam kurang lebih 4 jam dan

Modinan baru/ sukunan/ cokrowijayan/ kradenan/ cokrobedog/ nglarang/ perumahan gumuk/ bantulan beji ngrajek kidul/ dukuh/ kragilan sodomoyo dan sekitarnya pada pukul 9.00

Dengan memperhatikan pendapat para ahli, maka dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumberdaya yang berorientasi pada

Penelitian ini dilakukan untuk memetakan posisi pemain dan alur Strategi Futsal menggunakan Finite State Automata (FSA) dengan konsep Non Deterministic Finite State Automata

Dari nilai critical ratio skewness value hanya indikator ukuran perusahaan, umur perusahaan dan pengungkapan pelaporan yang menunjukkan distribusi normal dengan nilai

Sikap ini pada saat yang sama dibarengi dengan panafian kebenaran sistem lain yang akan diganti dalam gerakan sosial, keyakinan tentang kebenaran program atau filosofi

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR FLUENCY, FLEXIBILITY, DAN PARTISIPASI AKTIF MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 7 SURAKARTA..