• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus pada Pengusaha Laundry Kiloan "De Clean Priority" di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus pada Pengusaha Laundry Kiloan "De Clean Priority" di Surabaya)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

USULAN PENELITIAN 

 

PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN  PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN   

 (Studi kasus pada pengusaha laundry pakaian “De Clean Priority” di Surabaya) 

(3)

Assalamu’alaikum Wr Wb

Alhamdulillahi Robbil Alamin, dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul :

“PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL

RUMAHAN (Studi Kasus pada Pengusaha Laundry Kiloan “De Clean Priority” di

Surabaya)”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan

dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala rasa hormat dan

ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP , selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi, selaku Ketua Program Studi Akuntansi

(4)

memberikan saran, bimbingan, dan dukungan kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

6. Andika Bintang, selaku pendamping UKM usaha Laundry kiloan, seorang

Mahasiswa angkatan tahun 2009 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

7. Kepada Ibu Ery dan Ibu Wiji, selaku pemilik dan pengelola usaha laundry kiloan

“De Clean Priority” yang menjadi objek penelitian ini, karena atas bantuannya

mereka peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku Bapak Soekamto dan Ibu Sri Astutik, terima kasih atas segala

kasih sayang, doa, dan nasihat serta dukungan moril dan materiil yang telah

diberikan dengan tulus dan ikhlas selama hingga terselesaikan nya skripsi ini.

9. Saudaraku Deny, Deddy, dan keluarga baruku Nur Azizah dan Wina yang telah

memberikan dorongan dan doa kepada penulis.

10. Sahabatku Ratna, Kartika, Fanty, Lukman, Vievy, Gandi, Redy, serta teman –

teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

kebersamaan kita selama ini di bangku kuliah dan kerja, serta semua pihak yang

telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajukan masih banyak kekurangan,

(5)

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2011

Penulis

(6)

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

ABSTRAKSI ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………... 1

1.2. Fokus Penelitian ……… ……... 7

1.3. Perumusan Masalah………..… 8

1.4. Tujuan Penelitian………... 8

1.4. Manfaat Penelitian……….... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu……….. 10

2.2. Landasan Teori……… 12

2.2.1. Pengertian Akuntansi ……… 12

2.2.2. Proses Akuntansi ……….... 14

2.2.3. Sistem Informasi Akuntansi ……...………... 14

2.2.4. Pengertian Industri Kecil ………... 17

(7)

3.1. Jenis Penelitian ………..….. 27

3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti ……….... 31

3.3. Informan ……… 33

3.4. Lokus Penelitian ………. 33

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ………... 34

3.6. Teknik Analisis ……… 36

3.7. Pengujian Kredibilitas Data ……… 38

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 4.1. Pendahuluan ……… 40

4.2. Sejarah Laundry kiloan ……… 41

4.3. Perkembangan usaha laundry kiloan ……… 42

4.4. Permasalahan yang terjadi pada usaha laundry kiloan ………. 43

4.5. Pencatatan Keuangan Usaha ………. 45

4.6. Penentuan tarif laundry kiloan yang ditawarkan ………... 47

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Pemahaman Pengusaha Laundry kiloan mengenai Pencatatan Keuangan usaha ……… 50

5.2. Bentuk atau Model Pencatatan Keuangan ……….. 52

5.3. Pencatatan Keuangan Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan Perusahaan ………. 53

(8)

5.6. Jenis Transaksi di laundry kiloan ……… 57

5.7. Pemeriksaan terhadap transaksi ………... 58

5.8. Promosi yang digunakan untuk menarik pelanggan ………. 59

5.9. Keterbatasan Penelitian ………..……….. 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………. 62

6.2. Saran ……… 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

Tabel 1.1 : Main Research Question ……… 9

(10)

Gambar 2.1. : Hubungan Data dan Informasi ……… 14

(11)

Lampiran 1 Mini Research

Lampiran 2 Surat Pernyataan

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian dari Universitas

(12)

(Studi Kasus pada Pengusaha Laundry Kiloan “De Clean Priority” di Surabaya)

MERYSSA JULITA SARI

Abstraksi

Usaha laundry kiloan semakin tahun semakin banyak diminati sebagai pilihan usaha yang menguntungkan kondisi ini terlihat dari perkembangan semakin maraknya penggunaan jasa laundry kiloan, untuk memudahkan dalam menyelesaikan tugas rumahan yaitu salah satunya dengan menyerahkan cucian ke jasa laundry adalah adanya kecenderungan gaya hidup praktis. Saat ini banyak sekali usaha laundry kiloan yang bangkrut. Hal ini disebabkan banyaknya persaingan yang terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem pengelolaan keuangan yang kurang baik. Berdasarkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha jasa laundry kiloan belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha laundry kiloan terhadap akuntansi. Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada industri kecil rumahan.

Berdasarkan observasi bahwa ditemukan adalah pengusaha dapat melakukan pencatatan keuangan tersebut sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, hal tersebut dilakukan karena mereka berfikir bagaimana usaha mereka bertahan dan untuk berkembang serta menambah pendapatan mereka.

(13)

AT HOM E INDUSTRY

(Study at Entrepreneur Laundry Kiloan “De Clean Priority” in Surabaya)

M eryssa Julita Sari

Abstract

The Objective of this research was to meansure managements performance by applying Financial Report at home industry. business laundry kiloan increased every years and in demand more as a lucrative business option. This condition is seen in the development of a growing number of entrepreneurs laundry. for ease in completing the task of housing one hand washing the laundry, the tendency of practical lifestyle. Now, Entrepreneurs who bankrupt, this is caused the number of competitors in the laundry business, as well as service and financial systems are badless management. Based on the phenomenon in the field indicates that entrepreneurs laundry are less understand about financial accounting better and good. Entrepreneurs do this bussiness laundry just simple recording and do a rough calculation.

This study aims to determine the application of financial records in home industry, and to determine the extent of employers understanding of accounting laundry. Method used is qualitative methods to explore and explain the application of financial records in home industry.

Based on observations found employers can make the financial in accordance with their own knowledge and understanding. Entrepreneurs make their business records of financial statements in accordance needs and capabilities its done because they think how their efforts to survive and to thrive and increase their incomes.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian 2010 akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik.

Pemberlakuan ACFTA menjadi ancaman yang sangat serius bagi perilaku usaha dan

akan berpengaruh kepada seberapa besar prospek dari setiap peluang usaha yang akan

menjadi primadona di masa yang akan datang. Dengan melihat kondisi ini maka akan

banyak bermunculan peluang usaha baru yang akan menandai kebangkitan pasar lokal,

dengan syarat kreatif memanfaatkan kesempatan yang ada.

Peranan Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) mempunyai peranan yang

cukup penting bagi Indonesia. Pemerintah juga tidak menyampingkan peran IKRT sebagai

salah satu penggerak kegiatan ekonomi di Indonesia. Sebaliknya, pemerintah harus turut

berperan serta dalam memberdayakan IKRT diantaranya dengan menciptakan

kebijaksanaan yang berpihak pada IKRT. Usaha pemerintah dalam memberdayakan IKRT

sebagai salah satu pondasi perekonomian Indonesia sudah sepantasnya tidak hanya

dikonsentrasikan di pulau Jawa, tetapi selayaknya juga menumbuhkembangkan IKRT di

luar jawa. Hal ini sangatlah penting dalam rangka mengurangi tingkat ketimpangan

ekonomi antar propinsi. Beberapa penelitian tentang ketimpangan ekonomi daerah di

Indonesia menunjukkan adanya tendensi peningkatan disparitas yang terus menerus sejak

awal dekade 1970-an sampai 1997 (Syafrizal dalam Kuncoro dan Supomo, 2003).

Serta harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak

(15)

dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.

Oleh sebab itu semua pihak harus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi

kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan institusi pendidikan.

Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran.

Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat

kritis khususnya di Negara Indonesia termasuk di daerah – daerah pelosok nusantara.

Salah satunya adalah dengan mengembangkan keterampilan menjadi usaha mandiri yang

akan mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagai karyawan ataupun

buruh pada usaha yang dirintisnya.

Pemerintah juga menyelenggarakan kegiatan untuk melatih kewirausahaan

masyarakat. PKMP mandiri adalah salah satu contoh sebagai sarana untuk melatih warga

Indonesia agar dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan cara diberi modal

pinjaman agar dapat mempunyai usaha sendiri sehingga secara tidak langsung mendidik

masyarakat untuk menjadi wirausahawan. Menjadi wirausahawan sangatlah diperlukan,

tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk mengabdi kepada bangsa

dan Negara dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Indonesia merupakan Negara berkembang, meskipun demikian, tidak menutup

kemungkinan masuknya berbagai teknologi, seperti kemudahan dalam menyelesaikan

tugas rumahan sehari-hari yang dahulu merupakan tanggung jawab tiap individu dalam

menyelesaikan rutinitas sehari-hari, kini rutinitas tersebut bergeser saat ini pada trend

menggunakan jasa laundry juga sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini dipicu

adanya alasan Selain karena perubahan gaya hidup juga karena tuntutan kesibukan yang

(16)

sampai ibu rumah tangga, yang merasa tidak memiliki waktu untuk mencuci pakaian, dan

energi mereka sudah digunakan untuk aktifitas mereka yang padat, sehingga lebih

memilih menyerahkannya pada usaha laundry pakaian.

Semakin maraknya penggunaan jasa laundry, untuk memudahkan dalam

menyelesaikan tugas rumahan yaitu salah satunya dengan menyerahkan cucian ke jasa

laundry adalah adanya kecenderungan gaya hidup praktis.

Jasa laundry pakaian merupakan salah satu contoh industri kecil rumah tangga

yang jenis usahanya adalah menawarkan jasa cuci pakaian saja, setrika pakaian saja, cuci

kering saja, sampai cuci kering setrika sebagai gaya hidup praktis, dan tarif yang di

tawarkan sangat bervariatif sesuai dengan permintaan pelanggan.Yang sering disebut

dengan Laundry kiloan, mengapa dinamakan laundry kiloan karena perhitungan tarifnya

dihitung sesuai dengan jumlah berat pakaian yang akan di cuci. Rata-rata minimal 1-2

kilo per cuci.

Dalam perkembangannya bisnis ini telah menjadi tren di kalangan pebisnis.

Persaingan untuk bisnis ini pun sudah terbilang cukup tinggi. Tak lagi hanya sebagai

pengelola, bahkan saat ini tak jarang bisnis ini ditekuni oleh para karyawan yang merasa

yakin dengan target pasar yang dicari. Mereka mengandalkan promosi dari mulut ke

mulut di daerah sekitar, dan adapula yang lebih kreatif dengan menyebarkan brosur.

Banyak yang menyebut, laundry kiloan ini tumbuh pertama kali di kota

Yogyakarta. Bahkan, disana terbentuk asosiasi khusus yang bernama Asosiasi Laundry

Kilo-an Jogja (Alkijo), yang dibentuk Aditya J. Trituranta bersama 30 teman pebisnis

laundry kiloan lain di Jogja. Bisnis ini kemudian ikut menjamur di kota-kota lain yang

(17)

Melihat kondisi saat ini, perkembangan usaha UKM sangat berkembang pesat.

dengan adanya perluasan laundry pakaian yang bermunculan dimana-mana, maka hal ini

menunjukkan bahwa kebutuhan manusia akan jasa laundry pakaian karena bisa

membantu meringankan pekerjaan harian menjadi lebih praktis.

Laundry pakaian merupakan peluang bisnis yang menjanjikan karena hanya

dengan modal mesin cuci, sabun, dan pewangi, cukup mudah. dan hasil yang dihasilkan

sangatlah lumayan. Faktor – faktor yang menjadi alasan mengapa banyak sebagian dari

kita beralih menyerahkan tugas rumahan pada jasa laundry, sebagian besar karena lebih

praktis dengan harga yang terjangkau. Tidak sedikit yang memanfaatkan jasa tersebut,

yang biasa memakai jasa ini mulai dari mahasiswa, karyawan, sampai ibu rumah tangga

dengan berbagai permintaan masing – masing,

Saat ini banyak sekali usaha laundry pakaian yang bangkrut. Hal ini disebabkan

banyaknya persaingan yang terjadi dalam usaha tersebut serta pelayanan dan sistem

pengelolaan keuangan yang kurang baik.

Berdasarkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha

laundry pakaian belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar,

mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya

melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar.

Adanya pencampuran antara pencatatan keuangan usaha laundry pakaian dengan usaha

lainnya. Pelaku Usaha Kecil dan menengah (UKM) identik dengan masih kurangnya

kesadaran untuk menjalankan pembukuan dengan baik dalam dunia bisnis. Dengan

kurangnya pengetahuan dalam pembukuan, otomatis menghambat mereka menjalankan

(18)

Sementara minimnya pengetahuan pebisnis UKM dalam pembukuan juga

seringkali tidak disertai dengan pemenuhan sumber daya untuk menjalankan kegiatan

akuntansi bisnis. Kesadaran akan pentingnya pembukuan justru sering timbul ketika

mereka harus berhadapan denga institusi atau pihak lain yang mensyaratkan adanya

laporan keuangan atau istilah modernnya akuntansi, untuk kegiatan tertentu. Misalnya,

untuk kepentingan meminjam modal ke bank. Salah seorang manajer klinik usaha kecil

dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), (Idrus, 2000 dalam Pinasti 2007),

menyatakan bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan

banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan

bagi kelangsungan usaha.

Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk

diterapkan. Dalam menjalankan aktivitas usaha seringkali orang merasa kesulitan dalam

melakukan pencatatan terhadap apa yang terjadi di perusahaan. Kesulitan itu menyangkut

aktivitas dan penilaian atas hasil yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi kalau harus

dilakukan pengukuran dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha.

Pencatatan dilakukan hanya dengan melihat berapa uang yang masuk diselisihkan

dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi

kegiatan usaha ataupun non usaha, seringkali dalam skala usaha kecil menengah hasil

usaha dikatakan bagus jika pendapatan sekarang lebih tinggi disbanding dengan

pendapatan sebelumnya. Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari

pendapatan saja. Perlu pengukuran atas transaksi atau kegiatan yang terjadi, perlu

(19)

demikian setiap aktivitas yang berhubungan denga usaha perusahaan dapat dicatat dan

dilaporkan dengan benar.

Menurut Sutojo, (1994 : 20) industri kecil masih menghadapi berbagai masalah

antara lain :

a. Tidak adanya atau kurang akuratnya perencanaan penganggaran tahunan,

terutama kas.

b. Tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki catatan harga pokok produksi yang

baik.

c. Perhitungan yang dilakukan secara kasar dalam penentuan harga jual, misalnya

hanya mencatat pengeluaran untuk bahan baku dan tenaga kerja.

d. Banyak diantara mereka yang tidak atau belum mengerti tentang pencatatan

keuangan atau akuntansi.

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian

keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Magginson et al., 2000 dalam Pinasti

2007). Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas

transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang,

maupun usaha industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Hal-hal diatas yang berhubungan dengan seharusnya profesi akuntan tersebut

tidak terlaksana, dan bahkan beberapa dari pengusaha kecil melakukan usaha tersebut

dengan seadanya karena adanya anggapan kegiatan tersebut terlalu menyulitkan. Jika

mereka mengerti pencatatan dan pengikhtisaran transaksi sesuai dengan ketentuan dan

(20)

aturan dalam mengukur, prosedur, mengumpulkan, dan melaporkan informasi yang

berguna tentang kegiatan dan tujuan yang menyangkut keuangan dalam suatu organisasi

(Sumadji dalam Widyanto, 2009)

Dari uraian diatas jelas bahwa pengusaha kecil masih banyak mengalami

kesulitan dalam memahami informasi keuangan dengan baik. Semakin ketatnya

persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki

berbagai keunggulan kompetitif yang mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu,

peneliti mengangkat tema tentang industri kecil rumah tangga pada laundry pakaian agar

para pengusaha kecil dapat menangani permasalahan yang berkaitan dengan pencatatan

keuangan yang sesuai dengan ketentuan akuntansi sehingga usaha mereka dapat bertahan

dan terus berkembang yang tentunya hal tersebut dapat meningkatkan perekonomian

rakyat Indonesia.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi fokus

penelitian sebagai berikut :

1. Pemahaman mengenai pencatatan keuangan pada laundry pakaian de clean priority

2. Jenis transaksi di laundry pakaian de clean priority

(21)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan. Maka perumusan masalah yang

dapat dibuat, yaitu : Bagaimana penerapan pencatatan keuangan dalam industri kecil

rumahan pada laundry pakaian “De Clean Priority”?

Untuk lebih detail memecahkan permasalahan peneliti diatas, peneliti

menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung pada tabel 1.1. Main Research

Question

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pencatatan

keuangan pada industri kecil rumahan dan untuk mengetahui sampai sejauh mana

pemahaman pengusaha laundry pakaian “De Clean Priority” terhadap akuntansi.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini di harapkan dapat digunakan :

1. Bagi Industri Kecil Rumahan

Penerapan akuntansi yang dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat untuk

mendatangkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang

ditawarkan, dan diharapkan pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih

professional.

2. Bagi Akademisi

Memperbanyak kasanah ilmiah pada perpustakaan UPN “VETERAN” JATIM

sehingga dapat digunakan referensi bagi mahasiswa lain yang sedang melakukan

(22)

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu

akuntansi terutama aspek pencatatan transaksi di industri kecil rumahan serta

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka di dukung oleh penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini. Penulis :

1. Margani Pinasti (2007)

“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap

Persepsi Pengusaha kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”

a. Permasalahan

Apakah penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi

berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi?

b. Tujuan

Untuk menguji pengaruh penyelenggaraan dan pengunaan informasi

akuntansi terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi

melalui metode eksperimen.

c. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan

informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen ini

mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi.

2. Herri dan Irda (2005)

“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil dan Menengah Sumatera Barat”

(24)

1. Adakah pengaruh karakteristik entrepreneurial dan perusahaan

terhadap prestasi UKM Sumatera Barat?

2. Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik

entrepreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang

berprestasi rendah?

b. Tujuan

1. Untuk mengetahui secara empiris karakteristik jiwa kewirausahaan

manajer/ pemilik dan karakteristik UKM di Sumatera Barat.

2. Untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik

entrepreneurial dan perusahaan terhadap prestasi UKM.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan karakteristik antara

UKM yang berprestasi dengan yang berprestasi rendah.

2.2. Landasan teori

2.2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa

lembaga terkait, menurut Yadiati (2007 : 1) definisi tersebut antara lain :

1. Accounting Principle Board (APB) dalam statement No. 4 disebut :

Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa (service activity) fungsinya adalah

untuk memberikan informasi kualitatif, terutama yang bersifat finansial,

tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan logis diantara

(25)

2. American Institude Of certified Public Accountats (AICPA) dalam Accountants terminology Bulletin No.1 tahun 1953, menyatakan :

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran

dengan cara yang berarti atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat

keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya.

3. Paul Grady dalam ARS No. 7 AISPA, 1965, mendefinisikan :

Akuntansi merupakan suatu Body Of Knowledge serta fungsi organisasi

secara sistematik, orisinil dan autentik, mencatat, mengklasifikasikan,

memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterprestasikan seluruh

transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi

entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti

dibutuhkan oleh manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas

kepercayaan yang diterima.

4. Kieso and Weygandt, menyatakan :

Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,

mencatat dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi

kepada pihak yang berkepentingan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi yang pertama

akuntansi sebagai alat untuk penyediaan informasi. Definisi kedua sebagai seni

untuk mencatat, mengelompokkan, dan mengikhtisarkan, sampai pada seni

menafsirkan hasil dari transaksi keuangan. Yang ketiga sebagai body of

(26)

2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi

a. Pengertian Sistem

Menurut Widjajanto (1989 : 1) sistem adalah suatu kesatuan yang

terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2) Suatu sistem pada

dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan dengan satu

dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama sama untuk mencapai tujuan

tertentu.

Disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang

saling berkaitan satu dengan yang lainnya dengan maksud untukmencapai

tujuan.

b. Pengertian Informasi

Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut Cushing

(1989 : 11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima

sebagai input terhadap suatu sistem informasi disimpan serta diolah.

Informasi diartikan sebagai output pengelolaan data yang terorganisir dan

berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan menurut Wilkinson

(1993 : 3), data adalah fakta, angka, bahkan symbol mentah. Secara

bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem informasi.

Sebaliknya, terdiri dari data yang telah ditransformasikan adalah

(27)

Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah

sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya, data belum dapat

digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak

manajemen. Sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya data harus

diproses sehingga dapat menghasilkan output yang berupa informasi.

c. Sifat – sifat Informasi

Menurut Wilkinson (1993 : 121) sifat-sifat informasi yang penting

meliputi hal-hal berikut :

1. Relevansi

Hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta dengan

sasaran perusahaan.

2. Kuantifiabilitas

Sejauhmana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam

bentuk numerik)

3. Akurasi

Keandalan dan kepresisian informasi

4. Kepadatan

Sejauh mana informasi diringkas atau dipadatkan.

5. Ketepatan waktu

Keyakinan informasi

(28)

d. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai

pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang

menyelenggarakan akuntansi tersebut.

Secara garis besar (Weygandt, et al., 2007 : 6) pihak-pihak tersebut adalah :

1. Pengguna internal, yaitu manajer yang merencanakan,

mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis.

2. Pengguna eksternal, yaitu :

a) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat

keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual sahamnya.

b) Kreditor, seperti pemasok dan banker menggunakan informasi

akuntansiguna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau

pinjaman.

c) Badan Perpajakan, Amerika seperti Internal Revenue Service

(IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi

Undang-undang perpajakan.

d) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan

tetap harus menghargai jaminan dan dukungan produk atas

lini-lini produknya.

e) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat

membayar kenaikan upah dan tunjangan.

f) Perencanaan ekonomi, menggunakan informasi akuntansi

(29)

2.2.3. Pengertian Industri Kecil

Sadli (1979) dalam Widyanto (2009), menyatakan industri merupakan

kumpulan dari perusahaaan yang memproduksi barang, sedangkan Winardi

berpendapat (1980) Industri sebagai usaha produktif terutama dalam bidang

produksi atau perusahaan-perusahaan, misalnya transportasi dan perhubungan

yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Anonim (1984) dalam Wibowo (2005), yang dimaksud industri adalah

sebagai suatu usaha dalam proses produksi yang didalamnya ada proses bentuk

dan barang, dalam proses produksi ini faktor alam dan juga misi dari teknologi

yang dipergunakan mengarah pada misi pemerataan dan penerapan teknologi

madya atau sederhana serta bersifat padat karya.

Sesuai dengan pasal 1 dan ayat 5 Undang-undang Tentang usaha Kecil,

kini dirumuskan dan kriteria usaha kecil menjadi agak jelas sesuai dengan isi

pasal 1 ayat 1 UU.No.1/1995 disebutkan : usaha kecil adalah kegiatan ekonomi

rakyat yang berskala dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau penjualan

tahunan serta kepemilikkan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. (Marbun,

1996 : 2)

Dinas perindustrian dan perdagangan (DESPERINDAG)

mengelompokkan perusahaan industri sesuai dengan ciri khusus yang dimilikinya,

yang dapat ditinjau dari besarnya investasi, teknologi yang digunakan, dan

besarnya jumlah tenaga kerja. Adapun pengelompokkannya terdiri dari :

(30)

Industri besar adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan

sebagai perusahaan besar apabila investasi/ modal untuk mesin-mesin dan

peralatan adalah Rp 500 juta keatas, sedangkan tenaga kerja yang

digunakan adalah 100 orang atau lebih dan pemiliknya adalah warga

Negara Indonesia.

2. Industri Menengah

Industri menengah adalah perusahaan industri yang diklasifikasikan

sebagai perusahaan sedang atau menengah apabila memenuhi syarat

sebagai berikut: investasi/ modal untuk peralatan dan mesin-mesin

nilainya berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 500 juta. Sedangkan

tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 20 orang sampai 99 orang dan

pemiliknya adalah Warga Indonesia.

3. Industri kecil

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke

dalam perusahaan kecil jika nilai investasi/ modal untuk membeli

peralatan dan mesin-mesin berkisar antara Rp 50 juta sampai Rp 200 juta

dan pemilik usaha adalah warga Negara Indonesia, sedangkan jumlah

tenaga kerja yang dipakai berkisar antara 5 orang sampai 19 orang.

4. Industri/ Kerajinan Rumah Tangga

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke

dalam Kerajinan Rumah Tangga jika nilai investasi/ modal yang

digunakan untuk peralatan dan mesin-mesin sama dengan jumlah atau

(31)

sama sekali dan pemilik usaha biasanya adalah kepala keluarga (Bapak

atau Ibu), sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara satu

orang sampai lima orang dan pada umumnya adalah anggota keluarga.

Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah memiliki

semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia yaitu optimis,

percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao (2001 : 30) menyatakan

individu yang dapat mengkombinasikan resiko inovasi keahlian dan seni sehingga

menciptakan bentuk organisasi baru, sebagai tim dalam menciptakan produk dan

jasa baru, metode produksi baru, pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis

baru sehingga ia merupakan orang bertanggung jawab terhadap perubahan dan

inovasi bagi perusahaannya.

Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat mnyesuaikan

perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah karena berorientasi ke

depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat fleksibel tehadap situasi dan

kondisi, serta mempunyai perencanaan dalam menjalankan usaha.

2.2.4. Perlakuan Akuntansi Untuk Perusahaan Industri kecil

Perlakuan Akuntansi untuk perusahaan industri kecil sebenarnya tidak

berbeda dengan perlakuan akuntansi untuk jenis perusahaan lainnya, dimana

perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan

yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan PSAK yang berlaku,

dimana menurut PSAK dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangannya harus

(32)

1. Neraca

Dalam neraca ini perusahaan menyajikan aktiva lancar tersisa dari

aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek, terpisah dan kewajiban

jangka panjang, kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam SAK

khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan

kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.

Perusahaan harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap

aktiva yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan dan

sesudah dua belas bulan dari tanggal neraca.

2. Laporan Laba rugi

adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan

dan biaya-biaya dari suatu usaha periode tertentu. Tujuan utama

perusahaan, adalah mendapatkan laba. Laporan laba/rugi disusun dengan

maksud untuk menggambarkan operasi perusahaan dalam suatu perioade

waktu tertentu.

Laporan Laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang

menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi

penyajian secara wajar.

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :

a. Pendapatan

b. Laba rugi usaha

(33)

d. Bagian dari Laba/rugi perusahaan afiliasi dan assosiasi yang

diberlakukan menggunakan metode ekuitas

e. Beban pajak

f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan

g. Pos luar biasa

h. Hak minoritas

i. Laba atau rugi untuk periode berjalan

Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan laporan laba rugi

apabila diwajibkan oleh pernyataan akuntansi keuangan atau apabila

penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja perusahaan secara

wajar

3. Laporan perubahan ekuitas

Adalah Laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai

perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan pada satu periode

tertentu. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai

komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :

a. Laba rugi bersih periode yang bersangkutan

b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuangan/ kerugian beserta

jumlahnya berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam

ekuitas

c. Pengaruh Kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan

perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagai mana diatur dalam

(34)

d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.

e. Saldo akumulasi laba/rugi pada awal dan akhir periode serta

perubahannya, dan

f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal

saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang

mengungkapakna secara terpisah setiap perubahan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan Arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan terkait. Tujuan

laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumah pemakaian dalam pengambilan keputusan

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.

setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus

berkaitan dengan informasi yang terdapat di dalam catatan atas laporan

keuangan.

catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :

a. Informasi tentang dasar penyususnan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa

(35)

b. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi

keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan

arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan

tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

perusahaan dapat pula menyajikan pelaporan tambahan seperti

laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value

added statement) khususnya bagi industri dimana factor-faktor

lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang

menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang

memeganhg peranan penting (PSAK 2007 : 1.2), sedangkan untuk

industri yang berjenis kecil apabila belum ada pengaturan di dalam

PSAK, maka manajemen menggunakan pertimbangannya untuk

menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang

bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan, dalam melakukan

pertimbangan tersebut manajemen memperhatikan :

a. Persyaratan dan pedoman Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah terkait.

b. Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban,

penghasilan dan beban yang ditetapkan dalam Kerangka dasar

(36)

c. Pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat oleh badan pembuat

standar lain dan praktek industri yang lazim sepanjang konsisten

dengan huruf a dan b paragraf ini.

Manajemen juga harus menetapkan kebijakkan untuk memastikan

bahwa laporan keuangan menyajikan informasi sebagai berikut :

a. Relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan untuk mengambil

keputusan; dan

b. Dapat diandalkan, dengan pengertian :

‐ Mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan

perusahaan

‐ Menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau

transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya.

‐ Netral, yaitu bebas dari keberpihakkan.

‐ Mencerminkan kehati-hatian; dan

‐ Mencakup semua hal yang material.

Untuk pelaporan laba-rugi pada perusahaan kecil, rincian yang

pertama disajikan dengan metode beban. Beban disajikan dalam laporan

laba rugi sesuai dengan sifatnya (contoh : penyusutan, pembelian bahan

baku, beban transportasi, gaji, upah, dan beban iklan) dan tidak

dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Metode ini

sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil sebab tidak perlu

(37)

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, Panduan

Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisah tugas yang terbatas harus dilakukan

khususnya dalam lingkungan pemakai komputer, dikarenakan mereka dapat

melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :

a. Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber

b. Memasukkan data ke dalam sistem

c. Menjalankan komputer

d. Mengubah program dan data file

e. Menjalankan / mendistribusikan keluaran; dan atau

f. Mengubah sistem operasi

Hal-hal yang disebutkan diatas adalah bukti bahwa pemisah tugas

harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menurunkan resiko

pengendalian.

Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil

menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, sebagai berikut :

a. Konsentrasi dari pemilik dan/ atau manajemen senior

b. Sumber Sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber

pendanaan (source of financing) yang terbatas.

c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks / rumit

d. Pengendalian tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks / rumit.

(38)

BAB III 

METODE PENELITIAN 

 

3.1. Jenis penelitian 

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini 

bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan penerapan pengelolaan keuangan bagi pelaku 

usaha industri kecil counter pulsa. Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa 

mengontrol objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek 

penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek. 

    Penelitian  kualitatif  pada  hakekatnya  adalah  mengamati  orang  dalam  lingkungan 

hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka  tentang dunia sekitarnya, (Sugiyono, 2005). 

    Adapun ciri‐ciri penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah : 

1. Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial 

secara langsung dalam kehidupan sehari‐hari masyarakat. 

2. Peneliti sendiri merupakan instrumen penelitian yang paling penting di dalam pengumpulan 

data dan penginterprestasian data. 

3. Penelitian Kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala 

gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, 

catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi 

atau  bukan,  dan  lain‐lain)  dan  peneliti  harus  membandingkan‐bandingkan, 

mengkombinasikan, mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan. 

8. Kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya dengan dokumen, wawancara, 

(39)

9. Orang  atau sesuatu  yang  dijadikan  subjek penelitian tersebut  partispan  (buku dapat 

kecil rumahan berbentuk laundry pakaian dengan berbagai latar belakangnya. terkadang para 

pemilik juga merangkap sebagai kasir, namun tidak sedikit pula yang memperkerjakan orang lain 

untuk bagian tersebut. Dalam posisi tersebut, kegiatannya berupa mengerjakan tugas‐tugas 

yang ada atau bahkan harus bisa menangani permasalahan yang terjadi dalam laundry pakaian 

tersebut. Oleh karena itu, untuk posisi kasir minimal pegawai mengerti bagaimana pencatatan 

pemasukkan yang diperoleh, terlebih jika sumber daya manusia yang berada di dalam posisi ini 

mengerti tentang akuntansi. Interaksi dan komunikasi antara pemilik dan pegawai dengan 

tempat atau lingkungan dimana unit usaha tersebut berdiri (Place), kemudian berapa lama unit 

usaha tersebut telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu. 

Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih 

mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan 

metode kualitatif ini, bukan  karena metode baru, tetapi permasalahan  akan lebih  tepat 

diperoleh datanya dengan metode kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti 

beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan 

terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta‐fakta 

yang bersifat  empirik  dan terukur.  Fakta‐fakta yang tidak tampak  oleh indera  akan  sulit 

diungkapkan. 

3.2. Alasan Keterkaitan Peneliti (Acknowledge) 

  Alasan peneliti untuk meneliti  tentang permasalahan ini adalah pengalaman yang 

dialami sendiri oleh peneliti sehari‐hari. Peneliti baru merasakan perkembangan usaha tersebut 

pada tahun 2008. Dimana masyarakat banyak yang menggunakan jasa laundry pakaian untuk 

kemudahan dalam gaya hidup praktis. Usaha laundry pakaian merupakan usaha yang sangat 

mudah untuk dijalankan dan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan. 

(40)

Semakin banyaknya  usaha  ini maka proses  persaingan  diantaranya semakin berkembang,  dimana jenis dari laundry pakaian tersebut dibedakan melalui jasa yang ditawarkan diantaranya 

adalah untuk jasa cuci pakaian saja, setrika pakaian saja, jasa cuci kering saja, sampai jasa cuci 

kering setrika pakaian. 

  Kebanyakan dari pengusaha kecil hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan 

dikeluarkan,  jumlah  barang  yang  dibeli  dan  dijual,  dan  jumlah  piutang /  utang.  Namun 

pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan format yang sesuai dengan 

standar akuntansi. Meskipun tidak dapat dipungkiri mereka   dapat mengetahui jumlah modal 

akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem 

akuntansi. 

Berbicara mengenai menjalankan usaha tentu banyak dimensi yang terlibat dalam roda 

usaha tersebut, misalnya dimensi  pemasaran,  sumber  daya  manusia,  keuangan  dan  lain 

sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas dimensi keuangan tersebut, karena disadari 

atau tidak dimensi keuangan serimg tidak mendapatkan perhatian yang serius dan hanya 

memperhatikan bagaimana mendapat untung yang sebanyak‐banyaknya tanpa memperhatikan  cara mengolah uang hasil laba tersebut. 

  You won’t succeed at your business unless you raise enough money to get started. Once 

you have enough money to begin operation, you must use it wisely to stay in business (Stillman, 

1983 : 95). 

  Masalah pengelolaan keuangan dari para usaha terganjal oleh masalah sumber daya 

manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu akuntansi dianggap suatu yang 

merepotkan dan sulit. Penelitian ini juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai 

pentingnya pencatatan dan pelaporan keuangan. 

  Hal  ini  menimbulkan  pertanyaan  di  dalam  peneliti,  yaitu  bagaimana  pengusaha 

memahami pencatatan keuangan akuntansi di dalam usaha jasa laundry tersebut? Bagaimana 

biaya yang digunakan untuk melakukan promosi yang digunakan untuk menarik pelanggan? 

Bagaimana jenis transaksi yang dilakukan oleh jasa laundry pakaian tersebut? 

  Dengan  penelitian  ini  peneliti  berharap  dapat  mengetahui  sampai  sejauh  mana 

(41)

Hal ini disebabkan keadaan lapangan yang dialami oleh peneliti ada ketidakmengertian akan 

penggolongan akan transaksi dan ketidakjelasan mengenai bentuk pencatatan keuangan yang 

dilakukan oleh laundry pakaian tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya penelitian 

ini  dapat  mengetahui  dan  memudahkan  penelitian  untuk  memahami  bentuk  pencatatan 

keuangan laundy pakaian tersebut. 

3.3. Informan 

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah Ibu Melani selaku 

pemilik usaha laundry pakaian yang juga merangkap profesi sebagai karyawan di salah satu 

perusahaan swasta di Surabaya. Saudara Wiji adalah pengelola selaku orang yang menjaga 

usaha laundry pakaian dan sekaligus yang merangkap sebagai kasir adalah orang kepercayaan 

Ibu Melani dan Saudara Pur adalah Rekan kerja Ibu Wiji, juga salah satu karyawan yang menjaga  usaha laundry tersebut. 

Peneliti  memilih  orang‐orang  tersebut  untuk  dijadikan  sebagai  informan  dalam 

penelitian  dikarenakan  pekerjaan  berhubungan  dengan  hal  mengklasifikasikan,  mencatat, 

mengikhtisarkan, dan penafsiran transaksi keuangan yang terjadi di usaha tersebut sebab hal‐

hal peneliti sebutkan diatas adalah termasuk suatu informasi yang berguna bagi usaha tersebut  untuk bertindak demi kelangsungan usaha mereka mendatang dan suatu aturan yang digunakan  untuk mengukur kinerja dan kepuasan pelanggan terhadap layanan yang ditawarkan. 

3.4. Lokus Penelitian 

  Lokus penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah laundry pakaian “De Clean 

priority” di jalan Nginden 2 no 12 Surabaya, lokasi sangat strategis karena dekat dengan 

Universitas Perbanas, Universitas Dr. Soetomo, Universitas 17 agustus Surabaya, SMA Dr. 

Soetomo, SMP Dr Soetomo, SMP  17 Agustus  Surabaya,  SMA 17 Agustus Surabaya, STM 

Perkapalan, SMK Mahardika dan yang lebih strategis lagi lokasinya berada disekitar kos‐kosan 

mahasiswa, karyawan dan lingkungan rumah tangga. Dengan nama usahanya adalah De Clean 

Priority Laundry. Laundry ini mulai beroperasi pada tahun 2007, latar belakang pendiri dan 

pemilik usaha ini adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta di Surabaya, yang 

awalnya beliau hanya modal niat dan usaha yang tekun. Beliau tertarik untuk mengembangkan 

usaha laundry karena melihat bahwa banyaknya masyarakat yang disibukkan dengan aktifitas 

(42)

 

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber‐sumber lain yang 

terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan  dokumentasi dan literature‐literatur yang berkaitan dengan permasalahan. 

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 

1. Survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara 

umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan 

sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey 

pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu : 

a. Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih 

dahulu  menyiapkan  segala  sesuatu  yang  diperlukan,  baik  kelengkapan 

administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan 

subjek penelitian serta mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, 

peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin interaksi 

dengan informan. 

b. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along

Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan komunikasi pribadi dan 

membangun kepercayaan pada subjek penelitian (informan). Hal ini dilakukan 

sebagai  kunci  sukses  untuk  mencapai  dan  memperoleh  akurasi  dan 

komprehensivitas data penelitian. 

2. Survei  lapangan  dimaksudkan  untuk  mendapatkan  data‐data  pendukung  yang 

akurat dan relevan, dilakukan dengan : 

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak‐pihak yang terkait 

(43)

dituntut  untuk  membuat  responden  lebih  terbuka  dan  leluasa  dalam  memberikan informasi atau data. 

Selain itu, wawancara tersebut dilakukan untuk mengemukakan pengetahuan 

dan pengalaman pengusaha counter pulsa terutama yang berkaitan dengan 

informasi. Wawancara berlangsung  secara diskusi, obrolan santai, spontanitas 

(alamiah) dengan subjek peneliti sehingga dapat ditemukan jawaban terhadap 

permasalahan  penelitian.  Wawancara  diharapkan  berjalan  dengan  baik 

(terbuka, santai, dan mengarah dalam menjawab permasalahan penelitian). 

b. Dokumentasi,  dilakukan  dengan  mengumpulkan  dokumen‐dokumen  yang 

terkait dengan penelitian. 

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data‐data dari literatur yang relevan 

dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori. 

d. Observasi, dilakukan oleh  peneliti  dengan  cara  observasi  partisipan  untuk 

mengetahui kegiatan pencatatan dan pengelolaan keuangan dari bisnis counter  pulsa. 

3.6. Teknik Analisis 

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif,  mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dan Spradley. 

Miles  dan  Huberman  (1984), mengemukakan  bahwa aktifitas dalam  analisis  data 

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan  penelitian sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis, yaitu : 

1. Data reduction (reduksi data) 

data yabg diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituangkan dalam uraian atau 

laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan oleh peneliti direduksikan, 

dirangkum  dan dipilih hal‐hal  yang  pokok.  Difokuskan  pada  hal‐hal yang  penting 

kemudian  dicari  tema  atau  polanya  (melalui  penyuntingan,  pemberian  kode, 

pentabelan).  Reduksi  data  ini  dilakukan  terus  menerus  selama  proses  penelitian 

berlangsung. 

2. Data display ( penyajian data) 

Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan peneliti untuk melihat gambaran secara 

(44)

pengorganisasian data kedalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya  yang lebih utuh. 

3. Conclusion drawing/ verification. 

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus menerus sepanjang 

proses  penelitian berlangsung. Sejak  awal memasuki lapangan  dan selama  proses 

pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data 

yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal‐hal 

yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan‐kesimpulan tentative. Dengan 

bertambahnya  data  melalui  proses  verifikasi  secara  terus‐menerus.  Baru  ditarik 

kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan kata lain setiap kesimpulan yang dibuat 

senantiasa terus menerus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. 

Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam 

penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question

analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan data taksonomi. Pada 

tahap selection,  analisis data dilakukan  dengan  analisis komponensial. Selanjutnya, untuk 

sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema. 

3.7.Pengujian Kredibilitas Data 

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara (Sugiyono, 2005) : 

1. Perpanjangan pengamatan 

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I, data yang diperoleh 

dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan 

masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu‐

ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata masih 

belum konsisten, masih berubah‐ubah. Perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka 

data yang diperoleh dirasa telah jenuh. 

2. Meningkatkan ketekunan 

Pengujian kredibilitas dengan meningkatan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti 

membaca  seluruh  catatan  hasil  penelitian  dengan  cermat,  sehingga  dapat  diketahui 

kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan sehingga 

peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang 

(45)

Sebagai  bekal peneliti  untuk  meningkatkan  ketekunan adalah  dengan  cara  membaca 

berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi‐dokumentasi yang 

terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan 

semakin luas dan tajam sehinggadapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu  benar/ dipercaya atau tidak. 

3. Triangulasi 

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data, dan waktu. Triangulasi 

teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu 

dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan 

menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya 

adalah pemilik dan pegawai. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data yang dilakukan 

pada  berbagai  kesempatan,  pagi,  siang,  dan  sore  hari.  Dengan  triangulasi  dalam 

pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data 

yang sama atau tidak. Jika narasumber memberikan data yang berbeda, maka datanya 

(46)

BAB IV

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

4.1. Pendahuluan

Penelitian ini disusun dengan mengambil objek penelitian pada usaha laundry

kiloan “De Clean Priority”. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data

yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam dan bermakna sehingga peneliti

merasa bahwa tujuan penelitian ini telah dicapai. Dengan membahas permasalahan yang

sama mengenai penerapan pencatatan keuangan pada lokus ini, peneliti dapat mengkaji

lebih dalam sejauh mana pencatatan keuangan telah diterapkan pada unit usaha laundry

kiloan tersebut.

Usaha laundry kiloan yang menjadi fokus penelitian ini adalah laundry kiloan De

Clean Priority di Jalan Ngiden II no 12 Surabaya. Ibu Ery memilih nama De clean

Priority dengan harapan orang yang melintas di sekitar laundry kiloan bisa menangkap

maksud dan tujuan dari usaha Ibu Ery tersebut, dimana dalam bahasa inggris berarti

memprioritaskan kebersihan. nama De clean Priority juga dijadikan Ibu Ery sebagai

simbol komitmen, salah satunya adalah usaha ini lebih memprioritaskan kebersihan untuk

mencapai kepuasan demi menciptakan loyalitas pelanggan.

Awal memulai usaha laundry kiloan ini adalah pada tahun 2008. Hal ini

dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, makin

praktisnya gaya hidup, dan berbagai alasan lain dari kesibukkan manusia. Kini

(47)

daripada mencuci sendiri karena kesibukkan yang padat. Selain itu sebagian besar dari

pelanggan banyak yang memilih menggunakan jasa laundry kiloan karena harganya yang

terjangkau, kualitas yang bagus, dan lebih praktis. Mayoritas pemakai jasa laundry kiloan

tersebut adalah ibu - ibu rumah tangga, karyawan, dan mahasiswa, sehingga laundry

kiloan menjadi solusinya.

Ibu Ery menjadikan usaha laundry kiloan sebagai peluang bisnis untuk mencari

keuntungan. Jasa laundry kiloan menawarkan berbagai jenis jasa, dengan kualitas yang

baik, dan harga yang terjangkau, selain itu dengan bisnis ini Ibu Ery dapat menambah

pendapatan keluarga.

Berikut pemaparan informan Ibu Ery :

“ usaha ini buat nambah penghasilan saya mbak sama keluarga, lumayan lah mbak buat bayar sekolah anak-anak saya..”

4.2. Sejarah Laundry Kiloan Ini

Awal mula bisnis ini berdiri pada tahun 2008, usaha ini terletak di Jl. Nginden II

no 12 Surabaya. Lokasi cukup strategis karena berada diantara rumah – rumah warga

yang di buat kos – kosan, karena lokasinya yang berada diantara kampus dan sekolah.

Maka tidak sedikit dari warga yang memasukkan cuciannya di laundry tersebut. pada saat

itu yang membuka usaha laundry kiloan masih sedikit atau bisa disebut jarang, karena

yang membuka usaha yang sejenis masih ada 2 di sekitar lokasi itu. Jadi persaingan

masih bisa dikatakan belum ketat. Alasan pemilik memilih membuka usaha laundry

kiloan karena ingin memanfaatkan peluang yang ada dengan lokasi yang sangat strategis

(48)

hanya mencoba-coba saja dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dengan modal uang

hasil pinjaman dari sanak saudara sebagai bentuk support niat Ibu Ery pada saat itu untuk

memanfaatkan peluang yang ada. Sebelumnya Ibu Ery hanya seorang ibu rumah tangga

saja dengan 2 orang anak. Ibu Ery tidak mungkin bisa menjalankan usaha ini sendiri, Ibu

wiji adalah partner kerja yang dipilih oleh Ibu Ery dalam mengelola bisnis laundry

tersebut, karena sudah dianggap saudara sendiri. Ibu Wiji adalah pengasuh anak Ibu Ery

sewaktu kecil dulu hingga sekarang, sudah 23 tahun Ibu Wiji mengabdi bekerja pada Ibu

Ery, Ibu Ery tidak menganggap Ibu wiji orang lain lagi sekarang karena Ibu Wiji sudah

dianggap keluarganya sendiri.

Pada tahun 2009, semakin banyaknya kos – kosan baru yang muncul disekitar

lokasi membuat semakin bertambahnya pelanggan, sehingga mulai bermunculan pesaing

– pesaing baru yang muncul, berlomba – lomba membuka usaha laundry kiloan baru di

sekitar laundry ini dengan penawaran harga yang cukup miring. Laundry kiloan De Clean

Priority tidak menyerah begitu saja, Ibu Ery hanya meningkatkan service saja tanpa

mengubah harga yang ditawarkan dari harga awal hingga sekarang.

4.3. Perkembangan usaha laundry

Saat ini bisnis laundry kiloan di kota besar menjadi seperti jamur, tumbuh subur

bertebaran dimana-mana. Laundry kiloan merupakan salah satu kebutuhan mahasiswa

yang tidak pernah mati saat ini karena setiap tahun selalu saja ada mahasiswa baru masuk

kuliah, mereka pasti membutuhkan fasilitas yang mendukung kegiatan kesehariannya.

Karyawan super sibuk pun membutuhkan laundry kiloan. Mereka tidak sempat mengurus

(49)

Laundry kiloan lebih dipilih karena relatif lebih murah dibanding laundry per

potong. Jadi prospek bisnis ini menjanjikan masa depan yang baik. Bahkan para pelaku

bisnis juga kebanyakan para pemula yang sama sekali belum punya pengalaman

berbisnis.

Banyak yang menyebut laundry kiloan ini tumbuh pertama kali di kota

Yogyakarta. Bahkan, disana terbentuk asosiasi khusus yang bernama Asosiasi Laundry

Kilo-an Jogja (Alkijo), yang dibentuk Aditya J. Trituranta bersama 30 teman pebisnis

laundry kiloan lain di Jogja. Bisnis ini kemudian ikut menjamur di kota-kota besar

lainnya, seperti Bandung dan Surabaya.

Dan dapat kita rasakan perkembangan bisnis ini, hampir di setiap tempat di kota

Surabaya banyak ditemui usaha laundry kiloan yang beroperasi, dengan menawarkan

harga yang sangat variatif. Jika pengusaha tidak pandai – pandai mengelola usaha ini dan

pandai berstrategi untuk menguasai pasar, bukan tidak mungkin usaha ini tidak akan lama

beroperasi untuk bertahan menghadapi pangsa pasar yang ada.

4.4. Permasalahan yang terjadi pada usaha laundry kiloan

Setiap usaha pasti mempunyai permasalahan yang harus dihadapi dalam

kesehariannya, begitu juga dalam usaha laundry kiloan. Memang di dalam keseharian

penyedia jasa laundry kiloan sepertinya tidak mempunyai banyak masalah yang besar dan

hampir tidak ada masalah yang berpengaruh. Permasalahan yang biasa terjadi seringkali

jika bukti nota pelanggan hilang. Hal ini bisa saja menjadi masalah bagi pelanggan dan

pengelola usaha, karena nota adalah satu-satu nya tanda bukti adanya barang yang masuk

(50)

“Kendalanya biasanya yaa kalo pelanggannya minta cuciannya cepet selesei kan bisa pengaruh ke hasil cuciannya, kalo gak bersih kan ntar malah komplain lagi mbak.. kalo cucian – cucian yang masuk sedikit gak papa dari pelanggan lain,, lhaa kalo banyak semua minta cepet laah kita ngerjainnya kayak gimana batas waktunya 2-3 hari paling cepet”

(Informan Ibu Ery)

Sekilas pemaparan tersebut adalah beralasan karena mengantisipasi terjadi

komplain – komplain seperti hasilnya kurang bersih dan kurang wangi jika pelanggan

ingin cuciannya cepat diambil dengan berbagai alasan yang mendesak karena dalam

setiap harinya banyak pelanggan datang, sesuai dengan take line yang diambil De Clean

Priority artinya memprioritaskan hasil yang bersih. Namun terkadang pihak pelanggan

masih ada yang tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pengusaha laundry

kiloan tersebut. Hal tersebut juga dipaparkan oleh pengelola yaitu :

“...yaa kadang masih ada aja pelanggan yang suka datang ambil cuciannya mbak padahal baru kemarin naruh udaa mau ngambil, yang katanya urgent lah,, ada lagii lagi yang bilang keburu di pake buat ngantor soalnya bajunya habis, kalo masalah ambil cuciannya yang belom selesai karena mendesak mau dipakai kita harus bilang apa kalo pas itu cucian laennya ngantri banyak mbak, yaa terpaksa kita mesti duluin mbak biar gak tambah komplain hasilnya juga mnurut saya gak bisa maksimal kalo dikebut gitu mbak”

(51)

Dari pemaparan informan wiji, peneliti menyimpulkan bahwa kendala dalam

proses pengerjaan cucian yang lebih cepat akan mempengaruhi hasil akhirnya, kesalahan

bukan sepenuhnya pada pengusaha karna belum batas pengambilan cucian. Namun

terkadang pelanggan tidak mau tau dengan alasan pengusaha laundry bagaimana

pengusaha memberikan pelayanan yang optimal untuk kepuasan pelanggan.

“Kendala ini memang sering terjadi, tapi pelanggan adalah raja, demi meningkatkan kenyamanan pelanggan, sebaiknya kita sebelum menerima cuciannya Tanya pada si pelanggan, baju mana yang mau di dahulukan atau mana yang harus selesai duluan diantara baju-baju itu biasanya baju kerja atau baju sekolah yang diutamakan dari pada baju rumah supaya pelanggan merasa dimengerti dan terbantu oleh adanya jasa tersebut biar sama-sama enak aja.”

(Informan bintang)

Kendala – kendala dalam waktu penyelesaian pesanan lebih cepat karena

mendesak ingin segera selesai memang menjadi permasalahan pengusaha laundry kiloan

yang sering terjadi. Tetapi bagaimana pengusaha bisa mengatasi masalah tersebut dengan

mensiasati sebelumnya dengan melakukan penawaran – penawaran sebelum cucian

akhirnya menjadi tanggung jawab laundry untuk mengerjakannya.

4.5. Pencatatan keuangan usaha

Semua badan usaha pasti memiliki pencatatan yang berasal dari transaksi –

transaksi yang terjadi dalam kesehariannya, begitu juga dengan usaha laundry kiloan.

Usaha laundry kiloan yang dibahas pencatatan ini yang termasuk UKM berjenis industri

(52)

Sama seperti usaha UKM lainnya, mereka masih menggunakan pencatatan yang

sederhana, ini terlihat dari pemaparan dari informan Ibu Ery sebagai pemilik usaha

laundry kiloan :

“ada pencatatan laporan keuangan dalam usaha tapi ya masih sangat sederhana

dan kasar, serta ada pemisahan pencatatan, seperti adanya pencatatan harga perkilogram baju yang akan di cuci dengan menimbang terlebih dahulu, baju – baju dan sebagainya bisa ditimbang dan dikerjakan sesuai dengan pesanan. Bisa cuci mamel saja, bisa cuci setrika, bisa setrika saja dan sebagainya. Fungsi dari pencatatan tersebut guna mengetahui dan mengecek berapa yang keluar dan berapa yang masuk dan pencatatan dilakukan setiap hari..”

(Informan Ery)

Memang apa yang dilakukan oleh Informan Ery sangat beralasan, sebab menurut

pengamatan peneliti informan Ery sebagai pemilik usaha laundry kiloan ini menjalankan

bisnis laundry kiloan berdasarkan peluang, pengalaman, dan pengetahuannya dalam

melakukan pencatatan keuangan. Pencatatan yang dilakukan oleh Ibu Ery berfungsi

untuk mengontrol pengeluaran dan pemasukan setiap hari.

Hal tersebut juga didukung oleh pemaparan informan Wiji sebagai pengelola

berikut :

“Pencatatan keuangan dilakukan secara sederhana menurut pemahamanku sendiri, pokoknya ya yang saya tau mbak.. siapa yang naruh cucian, terus saya kasi nota buat pengambilan cuciannya nanti, selesai”

(53)

Pencatatan yang dilakukan secara sederhana dengan pengetahuan yang dimiliki

mereka. meskipun belum mengikuti standar akuntansi setidaknya pelaku UKM mengerti

pemasukan dan pengeluaran yang terjadi selama periode tertentu.

“ untuk pencatatan keuangan ini sangat sederhana, pemasukan dan pengeluaran ini dijadikan satu. Sudah merupakan kemauan bagi mereka untuk mencatat. Biasanya laundry gak nyatat ribet-ribet sesuai standar akuntansi, meskipun posisinya kurang bagus, karena dengan pencatatan mereka sudah mengerti kekayaan mereka.Pencatatan itu global, tergantung pemiliknya itu kan usaha sendiri kalo mau digabung juga gak masalah biar gak bingung”

(Informan bintang)

Adanya kemauan bagi pengusaha kecil untuk mencatat merupakan hal yang bagus

untuk meningkatkan kelancaran usahanya karena dengan melakukan pencatatan

keuangan mereka dapat mengetahui kekayaan yang mereka dapatkan selama

menjalankan usahanya tersebut meskipun pencatatannya masih sangat sederhana.

4.6. Penentuan tarif laundry kiloan yang ditawarkan

Tarif laundry kiloan sebaiknya ditentukan secara kompetitif, dengan kata lain

masih dalam rentang harga yang wajar dan relatif berimbang dengan pesaing terdekat.

Dikarenakan jumlahnya yang banyak bermunculan, hal ini menunjukkan usaha ini sangat

kompetitif sehingga bagaimana pemilik dapat memanajemen tarif tanpa melupakan faktor

harga yang terjangkau dan kualitas yang terbaik untuk menjaga pelanggan menjadi loyal.

Gambar

Tabel 2 : Tabel Desain Studi …………………………………………………….
Gambar 2.2 : Siklus Akuntansi ……………………………………………….

Referensi

Dokumen terkait

1) Jurnal dengan judul “Kiblat Papat Limo Pancer” 13. Penelitian ini menerangkan mengenai sejarah Kiblat Papat Limo Pancer dalam diri manusia, lalu memberi

Ocena kakovost življenja bolnikov med ali po zdravljenju raka, torej z zdravjem povezana kakovost življenja (angl. Health-Related Quality Of Life – HRQOL) se nanaša na

Aji Jaya Makmur saat ini digunakan atau yang sudah ada menurut para konsumen menjelaskan bahwa bentuk desain kemasan keripik singkong tidak menarik hal tersebut

Bahwa yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala Surabaya telah melakukan Penelitian untuk Tugas Akhir dengan judul "Motivasi Mengajar

Secara normatif sudah ada Undang-Undangnya dan Peraturan Pemerintah yang terkait dengan tanggungjawab social perusahaan, namun ternyata implementasinya belum

Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa terhadap prestasi akademik di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, salah satu paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri

Beberapa karakteristik yang khas dari bahan pembelajaran tersebut adalah: (1) lengkap (self-contained) , artinya seluruh materi yang diperlukan peserta Program Guru Pembelajar