• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CITRA MEREK, DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN MUSTIKA RATU (STUDI PADA GERAI MUSTIKA RATU DI SIDOARJO).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CITRA MEREK, DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN MUSTIKA RATU (STUDI PADA GERAI MUSTIKA RATU DI SIDOARJO)."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

MAULIDTA SEPTIA SARI

0912010168/ FE/ EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

Maulidta Septia Sar i 0912010168 / FE /EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

Disusun Oleh : M aulidta Sept ia Sari

0912010168/ FE/ EM Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 30 September 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr s.Ec. Hery Pudjopr astyono, MM Dr s.Ec. Rahman Amr ullah suwaidi, MS NIP. 196203181988031002 NIP. 196003301986031001

Dr a.Ec. Kustini, MM

Sekretaris NIP. 196304291991032001

Dr s.Ec. Hery Pudjopr astyono, MM Anggota NIP. 196203181988031002

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

i

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya yang diberikan, sehingga skripsi yang berjudul “Citra Merek Dan

Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pelanggan Mustika Ratu (studi pada

produk mustika ratu di sidoarjo)” dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan serta bantuan baik moril,

spiritual, maupun materiil, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MT. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembanguna Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, SE, MM. Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembanguna Nasional “Veteran”

(5)

4. Bapak Drs. Ec. Herypudjoprastyo, MM. Selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa menyelesaikan

tugas skripsinya.

5. Para Dosen dan asistennya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Kedua orang tua saya serta kakak dan adik yang telah memberikan dukungan

berupa materi serta semangat dan doanya.

7. Muhamad Esa Dewantara yang telah memberikan dukungan sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik.

8. Sahabat dan teman- teman progdi manajemen yang banyak membantu

memberikan informasi dan semangat hingga selesainya tugas skripsi dan

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, Juli 2013

(6)

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

ABSTRAK ………... x

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 8

1.3. Tujuan Penelitian ……… 8

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ……….. 8

2.1. Penelitian Terdahulu ………... 10

2.2. Landasan Teori ………... 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran ………... 11

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ………. 12

2.2.3.. Konsep Pemasaran ………. 13

2.3. Citra Merek ……… 15

2.3.1. Faktor-Faktor Yang Membentuk Citra Merek ……… 17

2.3.2. Komponen Citra Merek ……….. 19

2.3.3. Manfaat Merek ……… 20

(7)

2.5.2 Tingkat Loyalitas ……….………. 25

2.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi/Membentuk Loyalitas.. 26

2.5.4. Indikator Loyalitas ……… 27

2.6. Hubungan Antar Variabel ……… 28

2.6.1. Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan …… 28

2.6.2. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan ………. 28

2.7. Kerangka Konseptual ………..………… 29

2.8. Hipotesis ………..…… 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 31

3.1. Variabel Penelitian ………. 31

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ……… 32

3.1.2. Prngukuran Variabel ………..……… 34

3.2. Teknik Penentuan Sampel ………..……… 35

3.2.1. Populasi ……….. 35

3.2.2 Sampel ………... 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data ………. 36

3.3.1. Jenis Data ……… 36

3.3.2. Pengumpulan Data ……….. 37

3.4. Teknik Analisis Data Pengujian Hipotesis …….……... 38

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 59

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ……….………….... 59

4.1.1. Sejarah Mustika Ratu ………... 59

4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan ……….…………... 61

4.1.3. Budaya Perusahaan ……….………. 62

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 62

4.2.1. Penyebaran Kuisioner ………... 62

4.2.2 Deskripsi Responden ………. 63

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ………..……… 63

4.3.1. Analisis Karakteristk Responden Berdasarkan Usia ……. 63

4.3.2. Deskripsi Variabel Citra Merek, Kepuasan Pelanggan Dan Loyalitas Pelanggan ……….… 64

4.3.3. Deskripsi Citra Merek ……… 65

4.3.3.1. Citra Merek ……….………... 65

4.3.3.2. Kepuasan Pelanggan ………..… 67

4.3.3.3 Loyalitas Pelanggan ……….. 69

4.4. Deskripsi Hasil Analisis Dan uji Hipotesisi ……… 70

4.4.1. Uji Validitas ……….. 70

4.4.2. Uji Reliabilitas ……… 74

4.4.3. Uji Outlier ……….. 75

(9)

Loyalitas Pelanggan ……… 79

4.5.2 Pengaruh Variabel Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan ……… 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 83

5.1. Kesimpulan ………. 83

5.2. Saran ………... 84

DAFTAR PUSTAKA

(10)

x

Oleh

Maulidta Septia Sari

ABSTRAK

Produk kecantikan saat ini telah berkembang sedemikian rupa, seiring dengan perubahan pola hidup dan peningkatan pendapatan Masyarakat serta tingkat pendidikan yang tinggi. Kosmetik yang merupakan produk kecantikan, dimana sebagian besar konsumenya wanita, sudah bukan merupakan kebutuhan kedua tetapi merupakan kebutuhan sehari-hari. Perkembangan industri kosmetik di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1910, yang berawal dari industri rumah tangga yang menghasilkan kosmetik tradisional. Sejalan dengan perkembangan industri kosmetika di Indonesia dan masuknya produk-produk import yang berasal dari Prancis, Amerika, Jerman dan sebagainya, semakin ketet pula persaingan yang dihadapi oleh produsen-produsen lokal. Dimana setiap perusahaan spesialisasi masing-masing dan saling berlomba-lomba untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan.Fenomena yang terjadi saat ini adalah persaingan yang semakin ketat dalam industri kosmetik membuat Mustika Ratu segera menutup peluang yang mugkin akan didisi oleh pesaingnya dngan meluncurkan produk-produk kosmetik baru. Salah satu pesaing dari Mustika Ratu yaitu PT.Martina Betro dan PT.Marta Tilaar.

Hal tersebut mugkin saja dipengaruhi oleh minimnya peran Citra Merek suatu produk. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Citra Merek dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Mustika Ratu di Kota Sidoarjo.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pelanggan yang berkunjung dan berbelanja ke Gerai Mustika Ratu yang ada di kota Sidoarjo. Sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung dan berbelanja di Gerai Mustika Ratu yang ada di Sidoarjo sebanyak 88 responden.Untuk pengujian data menggunakan analisis PLS (Partial Least Square).

Dan dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Citra Merek dan Kepuasan Pelanggan berpengaruh positif terhadap Loyalitas Pelanggan, dapat diterima [signifikan [positif].

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1,1LatarBelakangMasalah

Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa, seiring

dengan perubahan pola hidup dan peningkatan pendapatan masyarakat serta

tingkat pendidikan yang tinggi. Perubahan pola hidup dan peningkatan

pendapatan masyarakat menyebabkan konsumsi masyarakat akan produk

kecantikan mengalami perkembangan yag sangat pesat.

Kosmetik yang merupakan produkkecantikan, dimana sebagian besar

konsumennya wanita, sudah bukan merupakan kebutuhan kedua tetapi merupakan

kebutuhan sehari – hari yang harus dipenuhi. Dan seperti telah kita ketahui ,

bahwa wanita dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena

wanita sesuai dengan kodratnya selalu ingin menjaga kecantikan dan keindahan

dirinya, sehingga dalam penampilannya selalu terlihat menarik. Salah satunya

saran untuk tampil menarik adalah dengan menggunakan kosmetik.

Dewasaini kosmetik yang beredar dipasaran dibedakan dalam dua jenis

yaitu, kosmetik tradisional dan kosmetik moderen. Yang dimaksud dengan

kosmetik tradisional adalah kosmetik yang bahan bakunya berasal dari bahan –

bahan alami, seperti tumbuh – tumbuhan yang secara turun – temurun telah

dikenal sebagai bahan – bahan berkhasiat bagi kecantikan. Sedangkan kosmetik

moderen adalah bahan bakunya merupakan campuran antara tumbuhan dan unsur

(12)

Perkembangan industri kosmetik di indonesia sudah dimulai sejak tahun

1910, yang berawal dari industri rumah tangga yang menghasilkan kosmetik

tradisional seperti, lulur, mangir, bedak dingin dan sebagainya. Pada tahun 1996,

banyak produsen lokal maupun internasional yang membuka usaha di indonesia,

untuk merebutkan bangsa pasar kosmetika indonesia yang terus meningkat

walaupun pada masa – masakrisis ekonomi.

Sejalan dengan perkembangan industri kosmetika di indonesia dan

masuknya produk – produk import yang berasal dari perancis, amerika, jerman

dan sebagainya, semakin ketat pula persaingan yang dihadapi oleh produsen –

produsen lokal. Dimana setiap perusahaan menawarkan spesialisasi masing –

masing dan saling berlomba – lomba untuk mendapatkan kepercayaan konsumen,

yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Cara ini

dugunakan agar dapat bertahan dalam industri ini serta dapat memenangkan

persaingan. Dan sebaliknya, produsen yang tidak mendapatkan kepercayaan dari

konsumen akan tersingkir dan kalah dalam persaingan.

Untuk dapat bertahan memenangkan persaingan setiap perusahaan berusaha

untuk memberikan identitas pada produknya yang akan membedakan dengan

produk pesaing. Biasanya identitas yang diberikan oleh peusahaan adalah bentuk

nama merek, slogan dan logo dari perusahaan yang identik dengan produk yang

ditawarkan.

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang kosmetika khususnya

kosmetik tradisional adalah PT.MustikaRatu, produk perusahaan merupakan

(13)

tumbuh – tumbuhan, yang berasal dari keraton dan telah digunakan secara turun –

temurun serta telah terbukti khasiatnya.

Persaingan yang semakin ketat dalam industri kosmetika membuat Mustika

Ratu segera menutup peluang yang mugkin akan diisi oleh pesaingnya dengan

meluncurkan produk – produk kosmetik baru. Dalam pemasaran kosmetika

tradisional indonesia, Mustika Ratu merupakan market leader, dimana dalam

melaksanakan pemasaran kosmetika ini, perusahaan menghadapi beberapa

pesaing utamanya yaitu, PT.Martina Berto, PT.Unilever dan PT.Martha tilaar.

Untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar Mustika Ratu melakukan

berbagai strategi untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Salah satu

strategi yang dikembangkan perusahaan adalah menjaga konsistensi mutu dan

kualitas produk. Strategi tersebut dilakukan untuk menjaga citra merek dalam

prespsi konsumen. Untuk mempertahankan citra positif dalam diri konsumen

Mustika Ratu terus mempertahankan standart mutu dan kualitas yang meraka

miliki, serta melakukan proses inovasi dan pengembangan produk untuk

menyempurnakan produk.

Mustika ratu merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai

alat kecantikan yang didirikan padatahun 1975 olehibu BRA, Moeryati Soedibyo,

seorang putri ningrat keturunan Raja Keraton Solo di Jawa Tengah. Sebagai

seorang perempuan yang pada masa kecil hingga dewasanya tinggal di lingkungan

Istana ibu Moeryati soedibyo dalam merawat kecantikan tubuhnya selalu

menggunakan bahan - bahan yang terbuat dari ramuantradisional.Demikian pula

(14)

.Jenisnya banyak dan beranekaragam yaitu :perawatan rambut, perawatan wajah,

perawatan badan, tataria sdasar, decorative, whitening series. Dalam penelitian ini

peneliti memilih produk Mustika Ratu dalam perawatan wajah kategori Anti

Aging.

Kesadaran akan pentingnya membangun brand image perusahaan semakin

disadari oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya Mustika Ratu yang

mana pada tahun ini berkeinginan untuk tetap memelihara brand image

perusahaanya agar lebih baik dimata masyarakat dan mampu meningkatkan minat

beli terhadap produk-produknya. Tetapi dalam salah satu penghargaan mengenai

kekuatan suatu merek di Indonesia yaitu Top Bran Index (TBI) ternyata Mustika

Ratu berdasarkan survey TBI tersebut mengalami penurunan pada tahun 2011

dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010 berikut hasil pengukurannya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

hingga tahun 2011 merek Mustika Ratu mengalami penurunan dilihat dari

(15)

(4,3%),tahun 2011 ini menjadi (3,4%), Indikasi lain yang menunjukan bahwa

minat beli terhadap merek MustikaRatu sedang mengalami penurunan.

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa penjualan Mustika Ratu

tahun 2010 dan2011 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009,

berdasarkan hasil tersebut menunjukan adanya sebuah kejenuhan dan kurang

puasnya pelanggan dalam membeli produk Mustika Ratu di pasaran dan

bermunculan produk baru yang lebih menarik dipasaran. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena keunggulan produk yang disampaikan dalam citra Merek tidak

sesuai dengan kondisi produk yang sebenarnya, sehingga bagi pelanggan yang

sering mengalami hal seperti ini akan meragukan kebenaran isi pesan yang

disampaikan dalam iklan tersebut, ke pasar dengan berbagai inovasi, misalnya

dalam bentuk kemasan, dan varians yang berbeda, dengan begitu pelanggan akan

mempunyai alternatif pilihan dalam membeli produk tersebut. Sehingga akan

mendapatkan respon dari konsumen secara luas dan memiliki market share

tersendiri, bahkan konsumen menjadi sangat mengenal dengan merek

tersebut.Indikasi lain yang menunjukan bahwa loyalitas pelanggan terhadap

merek Mustika Ratu sedang mengalami penurunan adalah dilihat dari penjualan

(16)

Tabel 1.2

Data Penjualan Mustika Ratu Kategori Anti Aging Di Gerai Mustika Ratu Sidoarjo

Sumber Gerai Mustika Ratu Sidoarjo kamis, 29 Mei 2013

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas menunjukkan terjadinya pola penurunan

penjualan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa

kurangnya minat konsumen terhadap produk mustika ratu di pasaran. Adanya

persaingan dengan kosmetik lain menjadikan mustika ratu ini mengalami

penurunan penjualan. Sehingga dapat mendapatkan respon dari konsumen secara

luas dan memiliki market share tersendiri, bahkan konsumen manjadi sangat

mengenal dengan merek tersebut, sehingga mampu meningkatkan penjualan

dalam hal ini terhadap produk Mustika Ratu. Oleh karena itu agar produk yang

ditawarkan mampu memenuhi harapan pelanggan dan mempunyai nilai yang

lebih dibandingkan para pesaingnya, maka produsen perlu memperhatikan citra

mereknya yang merupakan unsur-unsur yang dipandang penting oleh para

(17)

merupakan serangkaian keyakinan atau kepercayaan yang dipegang pelanggan

terhadap produk tersebut (kotler, 2002:225).

Kepuasan pelanggan adalah perasaan senag atau kecewa seseorang yang

timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil)

terhadap expektasi mereka (kotler dan keller, 2008 : 139). Salah satu upaya

untuk mempertahankan pasar adalah dengan menciptakan kepuasan pada

pelanggan. Karena kepuasan pelanggan merupakan salah satu kunci keberhasilan

suatu usaha (Suhar tanto, 2001 : 55)

Loyalitas pelanggan terhadap suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh

suatu perusahaan, yang tercermin dari kebiasaankonsumen dalam melakukan

pembelian barang atau jasa secara terus - menerus harus selalu diperhatikan oleh

perusahaan atau produsen.Perusahaan perlu mengamati loyalitas konsumen untuk

dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan serta tercapainya tujuan

sebuahperusahaan. Pengertian dari loyalitas itu sendiri adalah kesetiaankonsumen

untuk kembali membeli, bertahan pada produk, memberikan informasi dan

merekomendasikan produk kepada orang lain.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut penulis merasatertarik untuk

mengangkat permasalahan citra merek, dan kepuasan pelanggan dalam

menggunakan Mustika Ratu sebagai variabel utama yang mempengaruhi

terbentuknya loyalitas diri konsumen kedalam sebuah penelitian empiris yang

berjudul : “Pengaruh Citr a Merek, dan Kepuasan Pelanggan Ter hadap

Loyalitas Pelanggan Mustika Ratu (studi pada gerai mustika ratu di

(18)

1.2 Rumusan Masalah

1. apakah citra merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan dalam

membeli mustika ratu di Sidoarjo?

2. Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan

dalam membeli mustika ratu di Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap loyalitas pelanggan

dalam membeli mustika ratu.

2. untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas

pelanggan dalam membeli mustika ratu.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi,

serta bahan pertimbangan untuk evaluasi dalam menentukan strategi bisnis

yang tepat dan efektif di masa yang akan datang bagi pengelola PT.

MustikaRatu.

2. Bagi Lembaga.

Untuk menambah khasanah perpustakaan dan referensi bagi peneliti lain

untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap kajian dan pembahasan yang

(19)

3. Bagi Penulis.

Menerapkan teori yang diperoleh selama ini ke dalam bentuk praktek

secara langsung serta untuk melatih diri untuk berfikir secara kritis dalam

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI

2.1 Hasil penelitian terdahulu

1. Jurnal penelitian tahun 2012 oleh Nila Kusuma Dewi, SE, dan Gus Andri,

SE, MM dengan judul “pengaruh iklan, citra merek dan kepuasan

pelanggan terhadap loyalitas pelanggan dalam menggunakan vaseline hand

and body lotion di kota padang”. Fokus penelitian ini adalah apakah

pengaruh iklan, citra merek dan kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap

loyalitas pelanggan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk menguji dan menganalisa pengaruh iklan terhadap loyalitas

pelanggan dalam menggunakan vaseline hand and body lotion dikota

padang. Dari uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa iklan

berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan dalam menggunakan

produk vaseline hand and body lotion di kota padang.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka

dapat diperoleh kesimpulan yaitu variabel iklan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadaployalitas pelanggan vaseline hand and body lotion

dikota padang. Hal ini berarti semakin bagus iklan yang ditampilkan maka

semakin tertarik konsumen dan semakin berpengaruh loyalitas pelanggan

vaseline hand and body lotion dikota padang

Variabel citra merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

(21)

kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

loyalitas pelanggan vaseline hand and body lotion dikota padang.

2. Jurnal penelitian Tahun 2012 oleh Anung Pramudyo dengan judul

“pengaruh citra merek terhadap loyalitas melalui kepuasan sebagai

intervening” fokus penelitian ini adalah apakah citra merek dan kepuasan

konsumen berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan variabel citra merek terhadap kepuasan. Hasil ini menunjukan

bahwa mahasiswa mendapat kepuasan dari citra pengguna tinggi. Kepuasan

yang diterima mahasiswa tidak lepas karena adanya citra positif yang

dibagun oleh perguruan tinggi. Misalnya perguruan tinggi selalu

mengutamakan pelanggan, menghasilkan lulusan yang berkualitas, peduli

pada lingkungan dan memiliki program setudi yang terakreditasi. Pendapat

ini didukung oleh Dharmmesta (1999) yang mengatakan bahwa kepuasan

dapat terbentuk karena adanya image/citra dari perusahaan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial

yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran

(22)

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada

maupun pembeli potensial.

Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan

distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran

merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan

hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan

konsume.

2.2.2. Penger tian M anajemen Pemasar an

Pemasaran merupakan salah satu ujung tombak untuk mencapai tujuan

perusahaan, apabila suatu peusahaan ingin berhasil dalam kegiatan pemasaran,

maka pihak pemasaran dalam perusahaan hendaknya menerapkan suatu

manajemen pemasaran yang baik, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai

sesuatu yang visi dan misi perusahaan.

Menurut pendapat kotler (1997:13) manajemen pemasar merupakan proses

dan pelaksanaan pemikiran, penetapah harga, promosi, serta penyaluran

gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan

tujuan-tujuan individu dan organisasi.Sedangkan kotler dan amstrong (1997:13)

(23)

implementasi, dan pengendalian program-program yang dirancang untuk

menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang

menguntungkan dengan target pembeli untuk tujuan mencapai obyektifitas

organisasi.

Jadi manajemen pemasaran dapat dirumuskan sebagai suatu proses

manajemen yang meliputi penganalisaan dn pengawasan kegiatan pemasaran

oleh peusahaan yang nantinya betujuan untuk menguntungkan kedua belah

pihak.

2.2.3. Konsep Pemasar an

Konsep pemasaran selalu menekankan bahwa kunci sukses untuk

memberhasilkan tujuan perusahaan adalah dengan mengutamakan pada

pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan melalui cara lebih efektif dan

lebih efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Menurut William M. Pride dan O.C. Ferrell (1995:15) konsep pemasaran

sebuah organisasi yang harus mencoba mnyediakan produk yang memenuhi

kebutuhan konsumen melelui sekelompok kegiatan yang terkoordinasi yang

memungkinkan organisasi tersebut untuk mencapai sasaran – sasarannya.

Kepuasan pelanggan adalah sasaran utama dalam konsep pemasaran.

Pertama sebuah organisasi harus mencari tau tentang apa yang dapat

memuaskan para pelanggan. Dengan informasi ini, organisasi tersebut lalu

menciptakan produk – produk yang memuaskan. Tetapi prosesnya tidak

berakhir disini.

(24)

produk- produk untuk mengikuti perubahan dalam keinginan dan selera

konsumen. Konsep pemasaran menekankan pntingnya pelanggan dan

mnegaskan bahwa kegiatan – kegiatan pemasaran berawal dan berakhir pada

pelanggan.

Dalam mencoba untuk memuaskan para pelanggan, bisnis harus

mempertimbangkan bukan hanya kebutuhan jangka pendek, tetapi juga

keinginan jangka panjang yang luas. Mencoba memuaskan kebutuhan

pelanggan saat ini dengan mengorbankan keinginan jangka panjang mereka

hanya akan menciptakan ketidak puasan dimasa yang akan datang.

Konsep pemasaran bukan merukpakan devinisi lain dari pemasaran. Konsep

pemasaran adalah cara berfikir – falsafah manajemen yang menuntun seluruh

kegiatan organisasi. Falsafah ini mempengaruhi seluruh usaha organisasi,

bukan hanya kegiatan- kegiatan pemasaran tetapi, konsep pemasaran sama

sekali bukan merupakan falsafah kedermawanan yang ditujukan untuk

membantu para pelanggan dengan mengorbankan organisasi. Sebuah

perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran tidak hanya harus memenuhu

tujuan para pelanggan tetapi juga mencapai sasaran – sasarannya sendiri, atau

perusahaan itu tidak akan menjalankan bisnisnya untuk waktu yang

lama.Konsep pemasaran tampaknya merupakan sebuah pendekatan yang jelas

dan masuk akal dalam menjalankan sebuah bisnis. Tetapi para pelaku bisnis

tidak selalu mempercayai bahwa cara terbaik untuk menghasilkanpenjualan dan

(25)

2.3 Citr a Mer ek

Menurut kotler (2002:225) citra merek adalah serangkaian keyakinan atau

kepercayaan yang dipegang konsumen terhadap produk tertentu. Menurut

shimp (2003:12) citra dari suatu merek merupakan dimensi kedua dari

pengetahuan tentang merek yang berdasarkan konsumen.

K otler (2000) mengatakan bahwa merek merupakan janji penjual untuk

secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa tertentu kepada

pembeli, bukan hanya sekedar simbol yang membedakan produk perusahaan

tertentu dengan kompetitornya.

K eller (1993) dalam Andreassen (1994) menyatakan brand awerenes

berkaitan dengan kemungkinan nama merek akan melekat dalam benak dan

kemudahan yang diberikannya. Sedangkan brand image didefinisikan sebagai

persepsi tentang sebuah merek seperti di tujukan oleh asosiasi merek yang

dimiliki dalam ingatan konsumen.

Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak

konsumen ketika menggingat suatu merek tertentu.Asosiasi tersebut secara

sederhana dapat mencul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang

dikaitkan suatu merek, samahalnya ketika kita berfikir tentang orang lain.

Asosiasi itu dapat dikonseptual berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan dan

keunikan. Jenis asosiasi merek, meliputi, artibut, manfaat, dan sikap atribut.

Atribut terdiri dari atribut yang berhubungan dengan produk misalnya desain,

warna, ukuran, danatribut yang tidak berhubungan dengan produk misalnya,

(26)

secara fungsional, manfaat secara simbolis, dan manfaat berdsarakan

pengalaman (shimp dalam Ogi Sulistian, 2011:32).

Citra merek dibentuk melalui kepuasan konsumen, penjualan dengan

sendirinya diperoleh melalui kepuasan konsumen, sebab konsumen yang puas

selain akan kembali membeli, juga akan mengajak calon pembeli lainnya (Aaker

dalam Farid Yuniar Nugroho, 2011:10). Merek yang kuat adalah merek yang

jelas, berbeda dan unggul secara revatif dibandingkan yang lainnya.

Menurut Aaker dalam Simamora (2004) dalam wijaya (2008) bahwa citra

merek adalah seperangkat asosiasi yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh

pemasar. Asosiasi – asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa

yang dijadikan kepada konsumen. Mereka merupakan simbol dan indikator dari

kualitas sebuah produk.oleh karena itu merek – merek produk yang sudah lama

akan menjadi sebuah citra bahkan simbol status bagi produk tersebut yang

mampu meningkatkan citra pemakainya, komponen citra merek terdiri dari 3

bagian (simamora, 2004 dalam wijaya, 2008), yaitu :

1. citra pembuat yaitu, sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen

terhadap perusahaan.

2. Citra pemakai, yaitu sekumpulan asosiasi yang di persepsikan konsumen

terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

3. Citra produk yaitu, sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen

(27)

2.3.1 Faktor -Faktor Yang M embentuk Citr a M er ek

Glenn Walters (dalam Lutriary Eka Ratri, 2007:49) mengemukakan pentingnya

factor lingkungan dan personal sebagai awal terbentuk nyasuatu citra merek,

karena factor lingkungan dan personal mempengaruhi persepsi seseorang.

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi adalaha tribut-atribut teknis yang

ada pada suatu produk dimana factor ini dapat dikontrol oleh produsen, selain

itu juga social budaya termasuk dalam factor ini. Faktor personal adalah

kesiapan mental konsumen untuk melakukan proses persepsi, pengalaman

konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta motifasi konsumen. Citra merupakan

produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk lewat proses

penggulangan yang dinamis karena pengalaman (Arnould, Prince. Dan Zinkan

dalam Lurianty Eka Ratro, 2007:50).

Menurut Runyon (dalam Lurianty Eka Ratri, 2007:50) citra merek terbentuk

dari stimulus tertentu yang ditampilkan oleh produk tersebut yang

menimbulkan respon tertentu pada diri konsumen.

a. Stimulus yang muncul dalam citra merek tidak hanya terbatas dari

stimulus yang bersifat fisik, tetapi juga mencakup stimulus yang bersifat

psikologis. Ada tiga sifat stimulus yang dapat membentuk citra merek

yaitu stimulus yang bersifat fisik, seperti atribut-atribut teknis dari

produk tersebut. Stimulus yang bersifat psokologis ,seperti nama merek

dan stimulus yang mencakup kedunnya, seperti kemasan produk atau

iklan produk.

(28)

yang mempengaruhi pokiran seseorang, yang membentuk citra merek,

yaitu respon rasional sampai penilaian mengenai performa actual dari

merek yang dikaitkan dengan harga produk tersebut, dan respon

emosional sampai kecenderungan perasaan yang timbul dari merek

tersebut.

Schiff man dan kanuk (dalam Ogi Sulistian, 2011:33) menyebutkan

factor-faktor yang membentuk citra merek sebagaiberikut :

1. Kualitas atau mutu yang berkaitan dengan kualitas produk barang atau

jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

2. Dapat di percaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau

kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang

dikonsumsi.

3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi suatu produk barang

atau jasa yang bias dimanfaatkan oleh konsumen.

4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani.

5. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat atau untung-rugi yang

mungkin dialami oleh konsumen.

6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendah nya atau

banyak-sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk

mempengaruhi suatu produk, jika dapat mempeng aruhi citra jangka

panjang.

7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, berupa pandangan,

(29)

produk tertentu.

2.3.2 Komponen Citr a Mer ek

Menurut Hogan (dalam Lutiary Eka Ratri, 2007:25) merupakan asosiasi

dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari

merek yang dimaksud. Informasi ini didapat dari duacara yaitu, yeng pertama

melalui pengalaman konsumen secaralangsung, yang terdiri dari kepuasan

fungsional dan kepuasan emosional. Merek tersebut tidak Cuma dapat bekerja

maksimal dan memberikan performansi yang dijanjikan tapi juga harus dapat

memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh

konsumen dan juga memenuhi kebutuhan individual konsumen yang akan

mengkontribusi atas hubungan dengan merek tersebut.

Kedua, persepsi yang dibentuk oleh perusahaan darimerek tersebut

melalui berbagai macam bentuk komunikasi, sepertii klan, promosi, hubungan

masyarakat, logo, fasilitas retail, sikap karyawn dalam mela yani penjualan, dan

performa pelayanan. Bagi banyak merek, media, dan lingkungan dimana merek

tersebut dijual dapat mengkomunikasikan atribut-atribut yang berbeda. Setiap

alat pencitraan ini dapat berperan dalam membinahubungan dengan konsumen.

Penting demi kesuksesan sebuah merek, jika semua faktor ini dapat berjalan

sejajar atau seimbang, ketika nantinya akan membentuk gambran total dari

merek tersebut. Gambaran ini yang disebut citra merek atau reputasi merek, dan

citra ini biasa berupa citra yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya

citra merek terdiri dari atribut obyektif seperti ukuran kemasan dan bahan dasar

(30)

oleh merek produk tersebut (Arnould, Price, dan Ziakan dalam Lutiary Eka

Ratri, 2007:53).

2.3.3 M anfaat M er ek

Beberapa manfaat memiliki merek yang kuat menurut susanto dan wijarnako

(2004:2) sebagai berikut :

1. Merek yang kuat akan membangun loyalitas dan loyalitas akan

mendorong bisnis terulang kembali. Studi dari Bob Psokoff

menunjukkan bahwa peningkatan loyalitas konsumen sebesar 5% dapat

menaikkan keuntungan lifetime dari konsumen hingga 1oo%. Selain itu

peningkatan loyalitas konsumen sebesar 2% setaradengan penurunan

biaaya sebesar 10%

2. Merek yang kuat memungkinkan tercapainya harga premium dan

akhirnya memberikan harga yang lebih tinggi.

3. Merek yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas, bernilai dan

berkesinambungan menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan

serta sangat membantu dalam strategi pemasaran.

4. Merek yang kuat memberikan jaminan fokus internal dan eksekusi

merek.

5. Merek yang kuat umumnya memberikan pemahaman bagi karyawan

tentang posisi merek tersebut dan apa yang dibutuhkan untuk menopang

reputasi atau janji yang diberikan merek itu.

6. Merek yang kuat juga akan memberikan kejelasan atau strategi karena

(31)

menghidupkannya dimata pelanggan.

7. Dengan basis merek yang kuat, pelanggan yang loyal mungkin akan

mengabaikan jika suatu saat perusahaan membuat kesalahan.

Citra merek yang efektif memiliki dua hal :

1. Merupakan karakter produk dan usulan nilai.

2. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga

tidak dikacukan oleh karakter pesaing.

2.4 K epuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seorang yang

timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil)

terhadap ekspektasi mereka (kotler dan keller , 2008:139).

Salah satu upaya untuk mempertahankan pasar adalah dengan menciptakan

kepuasan pada pelnggan. karena kepuasan pelangan merupakan salah satu kunci

keberhasilan suatu usaha. Dengan memuaskan pelanggan, organisasi dapat

meningkatkan keuntungannya dan mendapat pangsa pasar yang lebih luas

(Suhartanto, 2001).

Selnes (1993) menjelaskan kepuasan (sikap terhadap transaksi) dan reputasi

merek berkaitan tetapi merupakan elemen yang berbeda. Keduannya diharapkan

mempengaruhi prilaku dan loyalitas pelanggan mendatang. Bila pelanggan

dapat memiliki kesempatan unutuk mengevaluasi kualitas jasa atau produk

yang diberikan, Kepuasan diberikan memiliki pengaruh pada loyalitas. Fonell

(1987) dalam Herizon dalam Maylina (2003) menytakan kepuasan pelanggan

(32)

pelanggan loyal, tetapi pelanggan loyal bukan berarti puas.

Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya (1) hubungan antar perusahaan dan pelanggan menjdi harmonis, (2)

memberikan dasar yang baik bagi pembelian ualang dan terciptanya loyalitas

pelanggan, serta terbentuknya rekomendasi dari mulut –kemulut (

word-of-mounth)yang dapat menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 1997 dalam

Herizone dan Maylina, 2003).

2.4.1 Faktor -Faktor yang mempengar uhi kepuasan pelanggan

Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan pelanggan yang nantinya juga

akan mempengaruhi persepsi pelanggan tersebut suatu jasa parasuraman

(1997) yaitu : personal Needs, Past Experience, World Mounth serta External

Cominication.

1. Personal Needs adalah bahwa pada dasarnya setiap orang pasti

mempunyai

Kebutuhan yang spesifik yang tergantung pada karakteristik individu, situasi,

dan kondisi dari konsumen tersbut.

2. Past Exsperience adalah pengalaman masa lalu dalam mengkonsumsi

barang dan jasa yang sama. Pengalaman yang dialami oleh seorang konsumen

akan mempengaruhi presepsi konsumen tersebut terhadap kinerja perusahaan

yang bersangkutan.

3. Wors of Mount bahwa preferensi konsumen terhadap suau layanan

(33)

pelanggan.

2.4.2 Pengukur an kepuasan pelanggan

Menurut kotler (1997:38) dalam mengukur kepuasan pelanggan ada

empat metod yang paling banyak digunakan : sistem keluhan dan sasaran,

survey kepuasan pelanggan, belanja siluman (ghost shopping), amalisa

kehilangan pelanggan (lost customer analysi).

Kotler dan amstrong (1997) juga mengungkapkan bahwa untuk mengukur

kepuasan dapat dilakukan dengan cara Directly Reported satisfaction, Derived

satisfaction, Ptogram Analysis, serta Importance Performance Analysis.

2.5 Loyalitas Pelanggan

Loyalitas didefinisikan sebagai suatu sikap yang ditujukan oleh pelanggan

terhadap penyedia produk atau jasa. Seorang pelanggan akan menunjukkan

sikap loyalnya jika suatu perusahaan mampu memberikan kepuasan kepada

pelanggannya. pelanggan yang loyal adalah seorang pelanggan yang selalu

membeli kembali dari provider atau penyedia jasa yang sama dengan

memelihara suatu sikap positif terhadap penyedia jasa itu dimasa yang akan

datang.

K otller dan keller (2009) mengatakan“the long term success of the

particular brand is not based on the number of consumer who purchase it only

once, buton the number who become repeat purchase”dala hal ini dapat

disimpulkan bahwa pelanggan yang loyal tidak diukur dari beberapa banyak dia

membeli, tetapi dari beberapa sering dia melakukan pemblian ulang, Termasuk disini

(34)

Recommended friend adalah merekomendasikan produk yang telah dikonsumsi oleh

teman. Continue purchasing adalah pembelian yang dilakukan secara terus-menerus

terhadap produk yang telah dikonsumsi. (Kr isna, 2007) ketiga hal tersebut merupakan

indikatorutama dari loyalitas yang harus dibangun oleh perusahaan. Tjiptono (2005)

juga mengemukakan enam indikator yang biasa digunakan untuk mengukur loyalitas

konsumen yaitu, pembelian ulang kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut, selalu

menyukai merek tesebut, tetap memilih merek tersebut, yakin bahwa merek tersebut

tetap yang terbaik, merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Loyalitas

pelanggan merupakan dorongan prilaku utuk melakukan pembelian secara

berulang-ulang dan untuk membanggun keseiaan pelanggan terhadap suatu produk/jasa yang

dihasilkan oleh badan usaha membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses

pembelian berulang-ulang tersebut. (peter dan olson, 2005), pelanggan (castamer),

berbeda dengan konsumen (konsumer) seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apa

bila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang

ditawarkan oleh badan usaha kebiasaan tersebut dapat dibangun dengan pembelian

secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Apabila dalam janggka waktu

tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan

sebagai pelanggan tetapi sebagai pembeli atau konsumen.

Selnes (1993) menjelaskan loyalitas pelanggan menunjukkan prilaku yang

dimaksudkan berkaitan dengan produk atau jasa. Hal ini termasuk

kemungkinan pemebelian mendatang atau pembaharuan kontrak jasa atau

sebaliknya. Seberapa ,mungkin konsumen akan beralih kepenyedia jasa atau

merek lain. Para peneliti telah memperlihatkan peningkatan loyalitas

pelanggan sebanyak 5 persen dapat menghasilkan kenaikan laba dari 25 persen

(35)

suhartanto, 2000).

Loyalitas muncul karena adanya suatu rasa kepercayaan dari pelanggan

karena kepuasan setelah menggunakan suatu produk, kepuasan pelanggan

terjadi apabila harapan pelanggan sesuai dengan apa yang dialami dan

dirasakan bahkan melebihi harapannya. Kepuasan pelanggan juga akan

terpenuhi apabila pemberi jasa mampu meneliti kriteria – kriteia spesifik

masing – masing jasa yang akan diberikan kepada konsumen.

Menurut Oliver dalam Kotler dan Keller (2007:175) mendefinisikan kesetiaan

sebagai “komitmen yang dipegang kuat untuk membeli lagi atau berlangganan

lagi produk atau jasa tertentu dimasa depan meskipun ada pengaruh situasi dan

usaha pemasarn yang berpotensi menyebabkan peralihan prilaku”

Menurut supranto dalam sinta (2009:13) loyalitas dapat didefinisikan

sebagai sifat pelanggan terhadap suatu produk / merek yang diwujudkan dengan

membeli terus menerus produk yang sama sepanjang waktu yang merupakan

hasil dari pembelajaran dimana produk dapat memuaskan kebutuhannya.

2.5.1 Tingkat Loyalitas

Dalam memprediksi loyalitas konsumen adabeberapa pendekatan yang

dilakukan Aaker dalam supranto dalam sinta (2009:15) membagi tingkatan

loyalitas menjadi empat bagian / kelompok, yakni :

1. Loyalist, yaitu mereka yang hanya mengkonsumsi produk dan merek

perusahaan dalam beberapa waktu terakhir dan juga masa mendatang.

2. Potensial Loyalist, yaitu mereka yang dalam beberapa waktu terakhir

(36)

merek / produk kita.

3. Switcher, yaitu mereka yang mengkonsumsi produk kita tetapi berniat

untuk pindah ke merek lain.

4. Variety seeker, yaitu kelompok konsumen yang selalu berganti – ganti

merek.

Menurut Durianto dalam sinta (2009:16), tingkatan loyalitas adalah :

1. Switcher (berpindah-pindah)

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya pemeliharaan).

4. Like the brand (menyukai merek tertentu).

5. Cammited buyer (pembeli yang komitmen)

2.5.2 Faktor - Faktor Yang Mempengar uhi / Membentuk Loyalitas

Menurut Tjiptono (1997:36) bahwa loyalitas konsumen itu timbul karena

kepuasan, maka loyalitas merupakan kombinasi dari kepuasan konsumen,

rintangan beralih, pemasok dan keluhan, secara sederhana .

Selanjutnya Fornel C dalam Tjiptono (1997:37) membuat model

pengukuran kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen seperti gambar

(37)

Gambar 1 M odel K epuasan Dan Loyalitas Pelanggan

(For nel C Dalam Tjiptono, 1997:37)

2.5.3 Indikator Loyalitas

Konsumen yang loyal sangan besar artinya bagi perusahaan. M enur ut

Kotler (2002:25) ada lima indikator pelanggan yang loyal yaitu :

1. Konsumen cenderung membeli lebih banyak dan setia lebih lama.

2. Konsumen cenderung melakukan cross seling atau add-on-selling.

3. Konsumen tidak sensitive terhadap harga.

4. Konsumen akan melakukan word of mounth yang positif.

5. Menawarkan gagasan barang atau jasa kepada peusahaan. Expectations

Perceived performance

Customer satisfaction

Switching baries

Voice

(38)

2.6 Hubungan antar Var iabel

2.6.1 Pengar uh Citr a Mer ek Ter hadap Loyalitas Pelanggan

Menurut Howard (1989) dalam Ranto (2007) menjelaskan bahwa citra

mempunyai perandalam memasarkan suatu organisasi karena berpotensi

mempengaruhi persepsi dan ekspektasikonsumen tentang barang atau jasa yang

ditawarkan serta pada akhirnya mempengaruhi kepuasankonsumen dan loyalitas.

Herizon dan Maylina (2003), menjelaskan bahwa loyalitas pelanggan

terbentuk oleh citrayang melekat pada produk/merek perusahaan tersebut. Selain

itu juga disebabkan oleh kepuasanyang diperoleh konsumen selama

mengkonsumsi produk dan berhubungan dengan perusahaan.Orang yang

mengambil keputusan untuk membeli didasarkan pada persepsi terhadap citra

produkatau perusahaan. Jika persepsinya baik, maka konsumen akan membeli,

bahkan bersedia membayartinggi, jika citranya tidak baik konsumen akan pindah

ke merek lain.Dengan adanya citra perusahaan yang baik inimembantu orang

mengambil keputusan untuk bertransaksi di perusahaan tersebut. Karena

sudahpercaya dengan reputasi baik itu, tentunya orang tidak membeli hanya satu

kali, tetapi dapat berkali-kali.Berdasarkan kajian teori diatas dapat disimpulkan

bahwa semain baik citra suatu merek maka tingkat loyalitas pelanggan akan

semakin meningkat.

2.6.2 Pengar uh Kepuasan Pelanggan Ter hadap Loyalitas Pelanggan

Pada dasarnya tujuan dari bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang

(39)

antara perusahaan dengan pelanggan dan dapat memberikan dasar yang baik

bagi pembelian ulang. Sehingga dapat tercipta loyalitas dan word of mounth

yang menguntungkan dari perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kepuasan yang tercipta dari pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi

produk akan menimbulkan kesetiaan pada pelangan untuk membeli ulang atau

merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain,

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herizon dan Maylina (2003) bawa

ada dua variabel utama yang menentukan kepuasan pelanggan yaitu

expectations dan perceived performance. Apabila perceived performance

melebihi expectations maka pelanggan akan puas, tetapi apabila sebaliknya,

pelanggan akan merasa tidak puas. Dijelaskan juga bahwa ada pengaruh

langsung dari perceived performance terhadap kepuasan pelanggan. Kepuasan

adalah variabel yang dapat menimbulkan loyalitas, maka loyalitas sebagai

variabel independen disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan, rintangan

pengalihan (switching barrier), pemasok dan keluhan. Berdasarkan pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan

maka loyalitas pelanggan akan semakin meningkat.

2.7. Kerangka Konseptual

Citra Merek (X1)

Kepuasan Pelanggan

Loyalitas Pelanggan

(40)

Dari lata rbelakang masalah rumusan serta tujuan penelitian dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Diduga Citra merek berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan.

2. Diduga Kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Var iabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen/bebas

dan variabel dependen/terikat. Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, obyek atau keinginan yang mempunyai variasi tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono,

2010:59).variabel penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Variabel independen/bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah citra merek dan kepuasan

pelanggan. Citra merek yaitu serangkaian keyakinan atau kepercayaan

yang dipegang pelanggan terhadap produk tertentu Kotler (2001:225).

Kepuasan pelanggan perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul

karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk terhadap

exspektasi mereka kotler dan keller (2008:139).

2. Variabel dependen/terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini

yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah loyalitas pelanggan

loyalitas dapat didevinisikan sebagai sikap pelanggan terhadap suatu

produk atau merek yang diwujudkan dengan membeli terus-menerus

(42)

3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi opeasional dalam variabel adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat – sifat atau hal –

hal dapat diamati atau diobservasi.

1. Citra merek (X1)

Atribut yang ada didalam merek itu dan memiliki suatu tingkat kekuatan

dan keyakinan pelanggan tentang merek tertentu.

Adapun dalam indikator menurut kotler (2001:225) dalam dewi tahun

(2012) yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur citra merek

adalah :

a. Kualitas merek (X1.1).

Kualitas merek yang kuat akan membangun loyalitas pelanggan. .

b. Merek mudah dikenal dapat diingat dan kemasan yang menarik (X1.2).

Merek mudah dikenal dan dapat diingat karena kemasannya yang

menarik.

c. Merek yang sangat familier sesuai dengan manfaatnya (X1.3).

Merek yang sangat familier dan mudah skali di ingat oleh para

pelanggan.

d. Varians produk yang sesuai dengan kebutuhan (X1.4).

Varians produk mustika ratu beragam sesuai keinginan para

(43)

2 Kepuasan pelanggan (X2)

Merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena

membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil ) terhadap

ekspektasi mereka (kotler dan keller 2008:139) dalam dewi (2012).

Adapun indikator untuk mengukur kepuasan pelanggan :

a. Desain kemasan produk (X2.1)

Desain kemasan produk Mustika Ratu yang menarik.

b. Kemudahan mendapatkan produk (X2.2)

Kemudahan dalam mendapatkan produk Mustika Ratu.

c. Harga terjangkau sesuai kualitas produk (X2.3)

Harga terjangkau sesuai dengan kualitas produk Mustika Ratu.

d. Reputasi produk tinggi sebagai produk kesehatan kulit (X2.4)

Reputasi produk Mustika Ratu sanggat tinggi sebagai produk

kesehatan kulit.

2. Loyalitas pelanggan (Y)

Merupakan sikap pelanggan terhadap suatu produk atau merek yang

diwujudkan dengan membeli terus menerus produk yang sama sepanjang

waktu yang merupakan hasil dari pembelajaran dimana produk dapat

memuaskan kebutuhan (sinta 2009 : 13) dalam dewi (2012).

Adapun indikator untuk mengukur loyalitas pelanggan adalah :

(44)

Frekwensi pelanggan yang terus – menerus dalam melakukan

pembelian produk Mustika Ratu.

b. Tetap melakukan pembelian produk (Y2)

pelanggan Mustika Ratu tetap melakukan pembelian produk secara

berulang – ulang.

c. Menyampaikan informasi yang positif tentang atribut produk kepada

orang lain (Y3)

Perusahaan Mustika Ratu tidak bosan untuk menyampaikan informasi

yang positif tentang atribut produk kepada orang lain / konsumen yang

masih ragu untuk menggunakan Mustika Ratu.

3.1.2. Pengukur an Variabel.

Skala pengukuran yang dipergunakan adalah skala likert merupakan

skala pengukuran dengan lima kategori respon yng berkisar antara :

sangat setuju sampai sangat tidak setuju yang mengaruskan responden

menentukan drajat persetujuan atau ketidak setujuan mereka terhadap

masing – masing dari serangkaian pernyataan mengenai objek.

Jawaban yang paling positif diberi nilai paling besar atau 5, dan

jawaban yang paling negatif diberi nilai yang paling kecil atau 1.

Pola skala likert adalah :

I I

1 5

(45)

Keterangan :

- Angka 1 Sangat Tidak Setuju (STS) - Angka 2 Kurang Setuju (KS)

- Angka 3 Tidak Setuju (TS) - Angka 4 Setuju (S)

- Angka 5 Sangat Setuju (SS)

3.2.Teknik penentuan sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa hal

atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat

perhatian peneliti karena dipandang sebagai sebuah semesta peneliti (fredinad,

2002). Elemen populasi adalah setiap anggota yang diamati. Populasi dari

penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang berkunjung dan belanja ke gerai

kosmetik Mustika Ratu di Sidoarjo.

3.2.2.Sampel

Sampel merupakan sebagian objek populasi yang memiliki karakteristik sama

dengan karakteristik populasi yang ingin diketahui besaran karakteristiknya. Yaitu

yang jumlah atau identitas anggotanya tidak diketahui maka pemilihan sampel

dilakukan dengan cara Non Random sampling yang menggunakan sistem

accidental sampling, dimana penelitian ini mengambil sempel berdasarkan

kebetulan. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh pelanggan yang berkunjung

dan berbelanja ke gerai kosmetik Mustika Ratu di sidoarjo.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman

pengukuran sampel menurut (Augusty 2002:48), antara lain :

(46)

b. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator di kali 5-10,bila

terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Karena terdapat 11 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah (11 x 8 =88) maka sampel yang digunakan adalah minimal

sebesar 88 responden

2.3Teknik pengumpilan data

3.3.1 J enis data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan skunder:

a. Data primer

data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang membeli mustika ratu

di gerai kosmetik mustika ratu (mustika ratu shop) di sidoarjo yang telah

diisi oleh responden.

3.3.2. Pengumpulan Data

a. Kuisioner

Menurut (Rangkuti, 2000) tujuan adalah memperoleh informasi

yang relevan dengan tujuan survei, memperoleh informasi dengan

tingkat keandalan dan tingkat keabsahan setinggi mungkin.

Jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut dilakukan sendiri

oleh responden tanpa bantuan dari pihak peneliti. Pertanyaan yang

(47)

responden. Dengan melakukan penyebaran kuesioner responden

untuk mengukur persepsi responden digunakan Skala Likert

(Rangkuti, 2000). pengumpulan data dengan menyediakan daftar

pertanyaan secara tertulis (kuisioner) kepada responden tentang

produk mustika ratu di gerai mustika rau (mustika ratu shop) di

sidoarjo.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh

informasi langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan individual

menggunakan pertanyaan lisan kepada subyek penelitian (rangkuti,

2000). Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah yang

bersifat kompleks, sensitif atau kontroversial. Dari wawancara ini,

periset akan memperoleh informasi spontan dan mendalam dari

setiap responden.Pengumpulan data dengan mengadakan

wawancara langsung oleh konsumen di gerai mustika ratu (mustika

ratu shop) di suabaya.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data, mengumpulkan data menggali data dokumen

atau arsip – arsip aturan yang dispakati.

3.4 Teknik Analisis Data danUji Hipotesis

Partial Least Squar e

Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk

(48)

terlalu banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode

umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten

dengan mutiple indikator.

PLS juga merupakan faktor indeterminacy metode analisis yang powerful

karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu,

jumlah sampel kecil kurang dari 100 responden. Awalanya Partial Least Square

berasal dari ilmu sosial (khususnya Ekonomi, Her manWold, 1996).Model

inidikembangkan sebagai altrnatif untuk situasi dimana dasar teori pada

perancangan model lemah atau indikator yang tidak tersedia tidak memenuhi

model pengukuran refleksif.PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi

teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada

landasan teorinya atau pengujian proposisi. Selain PLS, metode lain yang dapat

digunakan adalah SEM (Structur Equation Modelling) tetapi dengan jumlah

sampel yang besar lebih dari 100 responden.

SEM dengan menggunakan diagram jalur memiliki beberapa ciri,

diantaranya adalah :

a. Model struktural memenuhi sifat model rekursif.

b. Variabel laten, ada yang model pengukurannya bersifat formatif (soaial

keluarga, ekonomi keluarga, kesejahteraan keluarga dan minat kembali

ke luar negeri). Dalam model formatif, indikator dipandang sebagai

variabel laten menurut Bollen dan Lennox (1991). Dan ada yang

bersifat refleksif. Dalam model refleksif indikator atau manifest

(49)

sehingga perubahan dalam satu indikatornya akan berakibat pada

perubahan indikator lainnya dengan arah yang sama. Sructur Equation

Model (SEM) adalah salah satu bidang kajian statistik yang dapat

menguji sebuah rangkaian hubungan yang relatif sulit terukur secara

bersamaan. SEM terdiri dari model yang cocol untuk pasangan data.

Berdasarkan ciri ke 2, maka penerapan SEM tidak bisa digunakan,

mengingat SEM hanya bisa digunakan pada model struktural yang

variabel latennya memiliki indikator bersifat refleksif.

SEM berbasis covariance based, adapun perbedaan antara covariance

based SEM dengan component based PLS adalah dalam penggunaan

model persamaan struktural untuk menguji teori atau pengembangan

teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali (2008:5). Pada situasi dimana

penelitian mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian teori atau

pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan

covariance based lebih sesuai. Namun demikian adanya indeterminacy

dari estimasi faktor score maka akan kehilangan ketepatan prediksi dari

pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih

cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap

sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah

indeterminacy dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor.

Bilamana model struktural yang akan dianalisis memenuhi model

rekursif dan variabel laten memiliki indikator yang besifat forematif,

(50)

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi,

hal ini terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif.

Dengan variabel laten berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka

prediksi nilai dari variabel dapat dengan mudah diperoleh, sehingga

prediksi terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan

mudah dilakukan (Ghozali2008). Sedangkan SEM kurang cocok untuk

tujuan prediksi karena indikatornya bersifat relfeksif, sehingga

perubahan nilai dari suatu indikator sangat sulit untuk mengetahui

perubahan nilai dari variabel laten, sehingga pelaksanaan prediksi sulit

dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode PLS.

Didalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pemcerminan

indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflesive

indicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya,

diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator).

1. Model refleksif dipandang secara matematis indikator seolah-olah

sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini

mengakibatkan bila terjadi perubahan dari suatu indikator akan

berakibat pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang

sama.

Ciri-ciri model indikator reflektif adalah :

a. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari variabel laten (Y)

(51)

b. Anatra indikator diharapkan saling berkorelasi (memiliki

internal consitency reliability).

c. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak

akan merubah makna dan arti variabel laten.

d. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat

indikator.

2. Model formatif dipandang secara matematis indikator seolah-olah

sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu

indikator meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator

lainnya dalam satu kontruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel

latennya.

PLS adalah salah satu metode yang dapat menjawab masalah

pengukuran indeks keputusan pembelian karena PLS tidak

memerlukan asumsi yang ketat, baik mengenai sebaran dari sebuah

pengamatan maupun dari ukuran contoh yang tidak besar.

Keunggulan PLS antara lain :

1. Fleksibilitas dari algoritma

Dimensi ukuran bukan masalah, misalnya variabelnya banyak.

2. Dapat mencocokkan data dengan komponen yang lebih sedikit

(sampel data tidak harus besar).

Metode lain yang dapat digunakan adalah LISREL (Linier

Sructural Relations, software / program computer yang sering

(52)

perhitungannya memerlukan sebaran data berdistribusi normal

dan ukuran sampel harus besar (n > 100) (Bacon, 1997). Oleh

J oreskog dan Wold (1982), PLS dikembangkan sebagai

metode umum untuk pendugaan model laten yang diukur

secara tidak langsung oleh perubah penjelas.

a. Cara Kerja PLS

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan

menjadi tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan

untuk menciptakan skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan

estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan

antar variabel laten dan indikatornya (loading), ketiga berkaitan dengan

means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator

dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS

menggunakan proses interasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi

menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weigh estimate,

tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model,

tahap ketiga menghasilkan estimasi means san lokasi (konstanta).

Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk

mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model

estimate digunakan untuk mendapatkan inside approximation weigth.

(53)

outside approxomation weigth relatif terhadap proses iterasi

sebelumnya kurang dari 0,01.

b. Model Spesifikasi PLS

PLS terdiri atas hubungan eksternal (outer model atau model

pengukuran) dan hubungan internal (inner model atau model struktur).

Hubungan tersebut didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu

model pengukuran yang menyatakan hubungan antara peubah laten

dengan sekelompok peubah penjelas dan model struktural yaitu

hubungan antar peubah-peubah laten (Gefen, 2000). Model analisis

jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan : (1)

inner model yang mengespesifikasi hubungan antar variabel laten

(structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antar

variabel laten dengan indikator atau variabel manifestasinya

(measurement model), (3) weigth relation dalam mana nilai kasus dari

variabel laten dapat diestimasi.

c. Pen d u ga PLS

Prosedur penduga PLS melalui dua tahapan yang mendasar. Tahap

pertama menggunakan pendugaan iterative dan didapat peubah-peubah

laten sebagai kombinasi linier dari sekelompok peubah-peubah

penjelasnya. Tahap kedua menggunakan pendugaan noniteratif untuk

Gambar

Tabel 1.1 Data Top Brand Kosmetik
Tabel 1.2 Data Penjualan Mustika Ratu Kategori Anti Aging
Gambar 1 Model Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan
Gambar 3.2. Contoh Diagram Jalur untuk PLS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan hutan kota diperoleh dari jumlah emisi CO 2 yang terdapat di Kota Prabumulih dibagi dengan.. kemampuan hutan kota dalam menyerap

Dengan demikian dapat disimpulkan kepemilikan saham oleh pihak manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer

Perilaku merokok adalah perilaku yang telah umum di jumpai.Perilaku merokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hai ini

dikarenakan kondisi pada Basement dan Ground dikondisikan pada suhu dan kelembaban udara yang sama, sehingga tidak terjadi perpindahan panas. Tetapi pada lantai

membentuk karakter kedisiplinan siswa di SMK PGRI 3 Malang tentunya tidak luput dari bantuan-bantuan pihak terkait, khususnya kesiswaan.Para guru agama yang memprakarsai

Terangkan tahap-tahap yang terlibat bagi kes sebuah rumah yang terbakar dengan sebab yang bersesuaian..

Ada 30 variabel yang diajukan oleh peneliti berkaitan dengan manfaat dan kekurangan dalam penerapan SMM, ternyata responden menyatakan bahwa manfaat yang secara signifikan

Hasil dari penulisan skipsi ini menyimpulkan bahwa 1) Pondok pesantren Tambakberas didirikan oleh mbah Shoicah 1825 yang masih hutan blantara kemudian di jadikan