• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi Kamis, 20 Oktober 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi Kamis, 20 Oktober 2011)."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi Kamis, 20 Oktober 2011)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Memper oleh Gelar Sarj ana Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN”Veter an” J awa Timur

Oleh :

DHODO ARYO BIMO

NPM. 0843010033

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)

Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan

Rasulullah Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul PEMAKNAAN

KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi

Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Pada Rubr ik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi

Kamis, 20 Oktober 2011)

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan skripsi

setiap mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Bersama dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dan

menganalisa sesuai dengan kemampuan penulis, dan kesemuanya tidak lepas dari bimbingan

serta saran-saran dari Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si selaku Dosen Pembimbing serta

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi. selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.sos, Msi. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

5. Kedua Orang tua yang memberi dukungan moral dan material, serta doa-doa yang

(4)

6. Kakak, dan adikku yang selalu memberi semangat.

7. Teman-teman seangkatan 2008 terutama Fadzri dan Indri yang berjuang sama-sama

dalam menyelesaikan Skripsi. Tidak lupa teman-teman dekat saya Irfan, Sandik, Tisa,

Paksi, Ria, dan Sandy yang selalu mambantu penulis kapanpun dan dimanapun ketika

mengalami kesulitan, tanpa kalian penulis tentunya akan semakin kesulitan hahaha... I

love all of you guys!!

8. Spesial for pacar saya Dini yang selalu sedia printernya dan memberi support dalam

penyelesaian Skripsi ini.

9. My Laptop yang selalu fight setiap waktu, dan Perpustakaan FISIP atas segala

bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan

saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya dan pembaca

pada umumnya.

Surabaya, 21 Oktober 2011

(5)

Halaman

HALAMAN J UDUL... i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

ABSTRAKSI... vii

BAB I PENDAHULUAN……….……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah……….…….. 9

1.3 Tujuan Penelitian……….…..… 9

1.4 Kegunaan Penelitian……….…... 9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA……….…... 11

2.1 Landasan Teori……….….……….…..…. 11

2.1.1 Media Cetak...………...…...…. 11

2.1.2 Surat Kabar Sebagai Media Massa………...…...… 12

2.1.3 Kartun dan Karikatur………...… 14

2.1.4 Karikatur Dalam Media Massa………...… 17

2.1.5 Kritik Sosial... 18

2.1.6 Karikatur Sebagai Proses Komunikasi………... 23

2.1.7 Komunikasi Politik... 29

(6)

2.1.9 Semiotika Charles Sanders Peirce………...…………...… 33

2.1.10 Konsep Makna………... 36

2.1.11 Pemaknaan Warna... 39

2.1.12 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)... 43

2.1.13 Tikus... 46

2.1.14 Kursi... 46

2.2 Kerangka Berfikir... 46

BAB III METODE PENELITIAN………...… 49

3.1 Metode Penelitian………..… 48

3.2 Definisi Konseptual………...… 50

3.2.1 Corpus... 50

3.2.2 Karikatur………...……... 51

3.2.3 Semiotika... 51

3.3 Unit Analisis……….…...… 51

3.4 Teknik Pengumpulan Data………....…… 53

3.5 Teknik Analisis Data……….………....…… 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 54

4.1 Karikatur Om Kedip... 55

4.1.1 Matanews.com... 56

(7)

Halaman

4.2 Penyajian Data... 61

4.2.1 Ikon, Indeks, dan Simbol Dalam Karikatur Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi 20 Oktober 2011... 61

4.2.2 Tanda dan Acuan Tanda... 63

4.2.3 Penggambaran Karikatur Om Kedip di Situs Matanews.com... 61

4.2.4 Karikatur Om Kedip di Situs Matanews.com Dalam Kategori Tanda Peirce... 64

4.3 Analisis Pemaknaan Karikatur Om Kedip Edisi Kamis 20 Oktober 2011... 68

4.3.1 Ikon... 68

4.3.2 Indeks... 70

4.3.3 Simbol... 71

4.4 Makna Keseluruhan Pemaknaan Karikatur Om Kedip Dalam Model Triangle of Meaning Peirce... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 77

5.1 Kesimpulan... 77

5.2 Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 80

(8)

SITE MATANEWS.COM (meaning Semiotics Studies Rubr ic Car icatur e At Om Kedip Matanews.com Site Edition Thur sday, October 20, 2011)

The purpose of this study was to determine how meaning is communicated caricature section on the site Matanews.com Om Kedip edition October 20, 2011.

The theory used is the semiotic of Charles Sanders Peirce who divide between sign and referent into three categories: Icon, Index, Symbol is a sign that the relationship between the marker and the marker is the same natural shape. Frame of mind which is used in this study based on Frame of Reference (based on knowledge) and the Field of Experience (backfield).

Semiotic methods in qualitative research is descriptive, ie a method that is easier to adjust when it is in fact double this study, presents a direct relationship between the researcher with the object of researchers, more sensitive and can adjust to a lot of influence on the patterns of face value. Techniques of data analysis in this research is descriptive method, the data collected in the form of words and images.

The results indicate that the message conveyed through the depiction of these

caricatures is a view of the existence of a Kleptocracy Cabinet on Cabinet government led by President Susilo Bambang Yudhoyono because many corruption cases that occurred and conducted by government officials so that known by the Cabinet Kleptocracy.

Conclusions This study, which became an icon in the rubric caricature

caricature Om Kedip matanews is demonstrated with images Susilo Bambang Yudhoyono, and Om Kedip icon matanews.com caricature. the index in this intensive search is stone with a hole, line gestures, the words "State Money Robbed", and the words "rat-rat is not afraid of the speech pack". As for the symbol is a rat, money, chairs, coat dress, a blue background color, background color behind the white stone with a hole, the black background color behind the words "State Money Robbed", the color red on the seat foam, brown color on the handle of a wooden chair, and red color on "mouse-rat" and "speech".

(9)

MATANEWS.COM (Studi Semiotika Pemak naan Kar ikatur Pada Rubr ik Om Kedip di Situs Matanews.com Edisi Kamis, 20 Oktober 2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur rubrik Om Kedip di situs Matanews.com edisi 20 Oktober 2011.

Teori yang digunakan adalah semiotik Charles Sanders Peirce yang membagi antara tanda dan acuannya menjadi tiga kategori yaitu : Ikon, Indeks, Simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Hasil yang didapat menandakan bahwa pesan yang disampaikan melalui penggambaran karikatur tersebut adalah sebuah pandangan mengenai adanya sebuah Kabinet Kleptokrasi pada Kabinet Pemerintah yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena banyak sekali kasus Korupsi yang terjadi dan dilakukan oleh Pejabat Pemerintah sehingga dikenal dengan Kabinet Kleptokrasi.

Kesimpulan penelitian ini, yang menjadi ikon dalam karikatur Om Kedip pada rubrik karikatur matanews ini ditunjukkan dengan gambar Susilo Bambang

Yudhoyono, dan Om Kedip ikon karikatur matanews.com. yang menjadi indeks

dalam peneletian ini adalah batu berlubang, garis gerak-gerik, tulisan “ Uang Negara Dirampok”, dan tulisan “Tikus-tikusnya tidak takut dengan pidato pak”. Sedangkan untuk simbol adalah tikus, uang, kursi, baju jas, warna background biru, warna background putih di belakang batu berlubang, warna background hitam di belakang tulisan “Uang Negara Dirampok”, warna merah pada busa kursi, warna coklat pada gagang kursi kayu, dan warna merah pada tulisan” tikus-tikusnya” dan “pidato”.

Kata Kunci : Karikatur, Semiotik, Matanews.com, Om Kedip, Charles Sanders

(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam menyampaikan informasi, media mempunyai cara pengemasan

yang variatif dan beragam yang disesuaikan dengan segmentasi

konsumennya, orientasi internal dari media itu sendiri dan banyak

faktor-faktor kepentingan yang lain. Media massa seperti surat kabar, majalah,

tabloid, radio, televisi dan lain sebagainya juga menyajikan berbagai macam

informasi.

Pers dalam media massa lahir karena dibutuhkan masyarakat,

informasinya terus-menerus, baik lokal maupun internasional. Pers yang

disebut sebagai lembaga sosial menurut Wilbur Schramm harus mampu

berperan sebagai watcher, forum dan teacher. Sebagai watcher, pers harus

bisa memberikan informasi dari dalam dan luar negeri. Sebagai forum, pers

harus dapat memberikan tempat di masyarakat untuk mengeluarkan

pendapatnya secara tertulis, dan sebagai teacher pers harus turut mewariskan

nilai-nilai kemasyarakatan dari generasi ke generasi (Effendy, 2000: 87).

Kehadiran media massa terutama media cetak merupakan penanda awal

dari kehidupan modern sekarang ini pesan melalui media cetak diungkapkan

dengan huruf-huruf dan baru menimbulkan makna apabila khalayak berperan

secara aktif. Karena itu berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain pada media

cetak harus disusun sedemikian rupa, sehingga mudah diterima oleh

(11)

didokumentasikan, dan dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, serta dapat

dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi (Effendy, 2000: 313-314).

Lebih tegasnya lagi pers merupakan lembaga atau organisasi atau badan

yang menyebarluaskan berita dan jurnalistik diibaratkan jiwa dan raga. Pers

adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret, nyata dan karena itulah di

beri nama, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa karena ia abstrak,

merupakan kegiatan daya hidup, menghidupi aspek pers (Effendy, 2000: 90).

Pers sebagai sarana yang menyiarkan produk jurnalistik memiliki

beberapa fungsi yang antara lain yang pertama fungsi menyiarkan informasi

yang merupakan fungsi utama dari sebuah surat kabar. Khalayak pembaca

memerlukan informasi mengenai berbagai hal atau peristiwa yang terjadi.

Fungsi yang kedua yaitu mendidik, merupakan sarana pendidikan massa

(Mass Education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung

pengetahuan sebagai khalayak pembaca bertambah pengetahuannya.

Fungsi ini secara implisit dalam membentuk berita dan secara eksplisit

dalam bentuk artikel atau tajuk rencana, kadang-kadang cerita bersambung

atau berita bergambar yang mengandung aspek pendidikan. Fungsi ketiga

dari pers yaitu adalah fungsi menghibur, hal-hal yang bersifat hiburan sering

dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (HardNews) dan

artikel-artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa

berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki

silang, karikatur dan tajuk rencana. Maksud pemuatan isi yang mengandung

(12)

pembaca dihidangi berita dan artikel yang berat. Fungsi pers yang keempat

yaitu fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan surat kabar memegang

peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena suatu surat kabar

bersifat independen yang bebas melakukan kontrol sosial (Effendy, 2000:94).

Media massa bertanggung jawab atas informasi atau berita yang

disiarkan. Di dalam proses pembuatan berita, pers harus menjaga identitasnya

sebagai lembaga kemasyarakatan yang dapat melakukan kontrol sosial. Pers

dianggap dapat menjalankan kontrol masyarakat terhadap fenomena yang

terjadi baik berupa dukungan maupun kritikan. Kontrol sosial di dalam surat

kabar dapat dilihat pada penulisan tajuk rencana dalam menanggapi

permasalahan-permasalahan yang terjadi dan berkembang. Permasalahan itu

yang mendominasi tentang berita-berita yang dipublikasikan oleh media

massa pada waktu tertentu. Gambar merupakan media yang lebih cepat untuk

menanamkan pemahaman. Informasi berupa gambar lebih disukai

dibandingkan dengan informasi berupa tulisan (orang cenderung suka dengan

informasi yang disertai gambar). Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek

yang mudah dipahami dan merupakan simbol yang jelas dan mudah dikenal.

Kontrol sosial dapat dilakukan dengan beberapa cara baik secara

eksplisit maupun implisit. Secara eksplisit kontrol sosial ini dapat terlihat dari

berita utama. Sedangkan implisit kontrol sosial dapat dilakukan salah satunya

dengan tampilan kartun. Keberadaan karikatur dalam surat kabar bukan

hanya sebagai pelengkap dalam penyajian berita surat kabar, namun karikatur

(13)

dengan gambar dan sedikit tulisan-tulisan tentang kritik sosial maupun opini

tajam namun dapat menggelitik. Unsur humor yang dikedepankan membuat

kelugasan karikatur sehingga membuat pembaca dapat tersenyum dan tertawa

(Waluyo,2000:128).

Sebuah gambar lelucon yang muncul di media massa, yang membawa

pesan kritik sosial dan bersifat lucu dan mengandung unsur humor itulah

yang dirasakan dapat mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan

artikel-artikel berbobot dalam surat kabar. Sehingga biasanya surat kabar

menempatkan karikatur sebagai tanda-tanda visual dan kata-kata. Untuk

menguak sebuah makna karikatur pada kenyataannya bukan pekerjaan

mudah, mengingat berbagai persoalan menyangkut permasalahan yang

berkembang dalam masyarakat khususnya mengenai masalah sosial. Selain

itu elemen pembentuk karikatur cukup kompleks, yaitu terdiri dari

unsur-unsur berbagai disiplin ilmu seperti bidang seni rupa, sastra dan lainnya.

Dalam penyajiannya di media cetak, karikatur merupakan salah satu

unsur penting, bahkan tidak terpisahkan dalam tajuk rencana, opini, dan

artikel pilihan lainnya. Bagi pembaca atau setidak-tidaknya bagi para

pembaca awal, karikatur membawa arti komunikasi yang cukup penting.

Ketika pesan tidak lagi disampaikan dalam bentuk tulisan, maka karikatur

seringkali justru bermaka penting karena bisa diinterpretasikan menurut

pengalaman personal. Fakta-fakta yang terkadang merupakan peristiwa pahit

(14)

Karikatur itu sendiri dalam penulisan bahasa latin adalah carricare, yang

berarti gambar yang didistorsikan, diplesetkan, dan dipletotkan secara

karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni

memeletotkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke-17 di Eropa,

Inggris, dan sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan media

cetak pada masa itu (Pramoedjo, 2008:13).

Karikatur merupakan deformasi berlebih pada wajah seseorang atau

tokoh, biasanya orang terkenal dengan mempercantik bertujuan mengejek.

Deformasi itu sendiri adalah penggambaran berlebihan terhadap salah satu

fokus dalam objek. Deformasi dikatakan berlebihan dalam arti ukuran bisa

besar, menonjol, dan bisa pula diperkecil, sehingga tampak berbeda dari

gambar lainnya di dalam objek. Objek biasanya seperti tokoh terkenal seperti

Presiden, Ketua Parpol, Ketua DPR, dan sebagainya. Biasanya bagian yang

di deformasi kan adalah wajah, perut, hidung, mulut, gigi, mata, dan

sebagainya, atau bahkan sosok dari gambar di dalam obyek (Sudarta, 1987:49

dalam Sobur,2006:138).

Karikatur yang ada di media cetak dibagi menjadi tiga macam yaitu

karikatur editorial, karikatur murni dan karikatur komik. Karikatur editorial

merupakan karikatur yang sering dimuat di surat kabar. Karikatur editorial

biasanya digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana surat kabar atau majalah

dan biasanya membicarakan masalah politik atau peristiwa aktual sehingga

(15)

Keberadaan karikatur pada surat kabar bukan hanya melengkapi saja

tetapi juga memberikan hiburan selain berita-berita utama yang disajikan, dan

juga memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada khalayak

pembaca. Karikatur merupakan bentuk komunikasi yang paling mudah

terbaca. Karena sering diberi kata-kata tertulis, kartun terlihat mudah untuk

dimaknai. Namun pada kenyataannya kita harus terlebih dahulu

mendeskripsikan jalinan tanda pada karikatur, yang selanjutnya gambar

karikatur tersebut tampil sebagai “tanda” karena ada kedekatan antara gambar

dengan objeknya. Setelah itu kita mengamati unsur-unsur pembentuk

karikatur yang tercantum di dalam ilustrasi tersebut, dan kemudian

mendeskripsikannya dengan mempertimbangkan Signs, Object &

Interpretant.

Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya makna.

Oleh karena itu selain dikaji sebagai teks atau gambar, secara kontekstual

juga dilakukan, yaitu dengan menghubungkan karya seni tersebut dengan

situasi yang menonjol di masyarakat. Ini dilakukan untuk menjaga signifikasi

permasalahan dan sekaligus menghindari pembiasan tafsiran, dimana

karikatur mudah di tangkap pikiran orang, tetapi tidak mampu menjelaskan

persoalan yang sedang berlangsung secara lengkap dan tuntas. Penyampaian

pesan secara implisit dalam artian karikatur sebagai symbol speech

(komunikasi tidak langsung) dimaksudkan untuk pengembangan kreatifitas,

imajinasi pembacanya dalam menginterprestasi makna yang terkandung

(16)

diharapkan mampu memberikan solusi, pemecahan atau koreksi diri bagi

kalangan masyarakat, pemerintah ataupun individu-individu tentang suatu

permasalahan.

Karikatur-karikatur Om Kedip ciptaan Joko Luwarso yakni salah satu

karikaturis di indonesia merupakan karikatur yang sering menggambarkan

peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, meliputi peristiwa politik, sosial,

ekonomi, budaya dan sebagainya. Pemilihan gambar karikatur karya Joko

Luwarso dari situs Matanews edisi 20 Oktober 2011 sebagai objek penelitian

dikarenakan banyak merebut perhatian media massa Indonesia termasuk pada

situs Matanews adalah berita tentang Kabinet Kleptokrasi.

Penulis hendak menjabarkan makna yang terkandung dalam karikatur

secara semiotika berdasarkan teori Peirce mengenai pemaknaan gambar

dengan ikon, indeks, dan symbol. Penulis akan mengartikan karikatur Om

Kedip “Kabinet Kleptokrasi” yang termasuk karikatur editorial, karikatur

editorial merupakan karikatur yang memiliki sifat mengkritik atau memiliki

makna kritik sosial. Karikaturis menciptakan sensasi melalui gambar tentang

sesuatu yang memiliki makna tersembunyi yang menggelitik bagi pembaca,

yang dimaksud makna tersembunyi merupakan makna konotatif, makna

konotatif bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada pergeseran dari

makna umum (denotatif) karena sudah ada penambahan rasa dan nilai

tertentu. Kalau ada makna denotatif hampir bisa dimengerti banyak orang,

maka makna konotatif ini hanya bisa dicerna oleh mereka yang jumlahnya

(17)

Penulis tertarik dengan karikatur editorial Om Kedip karena karikatur ini

menggunakan konsep yang sederhana tetapi memiliki arti yang cukup luas.

Hasil karikatur yang baik dapat dengan jelas memvisualisasikan komunikasi

politik dan maksud karikatur tersebut. Konsep yang menarik dari karikatur

Om Kedip karya Joko Luwarso adalah pada gambar tersebut terlihat Presiden

Indonesia yakni Bapak Susilo Bambang Yudhoyono duduk di sebuah kursi,

dimana kursi tersebut ada diatas sebuah batu yang dijadikan sarang tikus

dengan membawa uang. Tetapi ilustrasi tersebut memiliki makna yang dalam

dan komunikatif, sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Alasan peneliti dalam mengambil objek penelitian karikatur pada rubrik

Om Kedip di Matanews.com edisi Kamis, 20 Oktober 2011, karena masalah

ini yang sedang terjadi di Negara kita dan banyak pemberitaan di media

massa baik cetak maupun elektronik yang memberitakan tentang

penangkapan sejumlah pelaku koruptor di era kepemimpinan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono. Faktor lain peneliti memilih karikatur tentang

kleptokrasi karena pemberitaannya yang tiada henti di berbagai media massa,

hingga saat ini pemberitaannya masih mendominasi media massa dan

menyita perhatian masyarakat dan pada karikatur tersebut juga terdapat

banyak tanda-tanda yang mengandung makna tersembunyi.

Dengan pendekatan semiotika oleh Charles Sanders Peirce, studi tentang

tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya,

hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya

(18)

menginterpretasikan pesan makna, tanda dan gambar yang ditampilkan oleh

karikatur editorial Om Kedip pada situs Matanews. Penulis menggunakan

pendekatan semiotika dalam menganalisis karikatur editorial tersebut. Penulis

ingin mempelajari tanda-tanda, hubungan tanda tersebut dengan tanda lain,

serta memaknai tanda, pesan, dan gambar yang terdapat pada karikatur

editorial Om Kedip.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah pemaknaan karikatur Om Kedip pada situs Matanews edisi 20

Oktober 2011?

1.3. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari uraian tentang latar belakang masalah dan perumusan

masalah yang telah diajukan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pemaknaan karikatur Om Kedip pada situs Matanews edisi 20

Oktober 2011?

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, referensi,

dan sumbangan ilmu atas wawasan yang bermanfaat bagi mahasiswa

(19)

khususnya mengenai studi analisis dengan pendekatan semiotik, dan

dapat digunakan untuk menambah referensi kepustakaan Universitas

Pembangunan Nasional mengenai penelitian yang menggunakan

pendekatan semiotik.

2. Kegunaan Praktis

Memberikan landasan pada pengelola media massa dalam hal ini bahwa

informasi atau berita tidak hanya bisa dijabarkan melalui tulisan maupun

siaran, namun dapat pula berupa bentuk gambar kartun berupa karikatur

yang menarik, memiliki nilai humor didalamnya, mengandung kritikan

(20)

2.1 Landasan Teor i

2.1.1. Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni

media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak

maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak

digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di

masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,

televisi, film, dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi

jembatan yang menghubungkan komunikator dengan omunikan yang

melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat.

(Sugiharti, 2003:3).

Media cetak adalah media yang proses bekerjanya berdasarkan pada

prinsip cetak. Media cetak menyampaikan berita dan informasi dengan

cara mencetak gambar atau tulisan dari proses terjadinya suatu peristiwa,

seperti pada koran dan merupakan bagian dari saluran informasi msyarakat

(21)

2.1.2 Sur at Kabar Sebagai Media Massa

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan

dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan

surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann

Gutenberg di Jerman” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan

surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang

selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,

menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru. Surat kabar

sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi

menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat

mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa

(informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol

adalah informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.104).

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang

beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun

internasional, terdapat media cetak terkini bila dibandingkan media cetak

lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif,

dari berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi

surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan

(advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu

fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas

fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam

(22)

para pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara

media satu dengan media yang lainnya.

Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang

berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan

yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum.

Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut

Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :

Berita merupakan unsur utama yang dominan.

1. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

2. Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.

3. Umpan balik relatif lebih lamban.

4. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

5. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin

tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise,

menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan

lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi

sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang

berbagai masalah publik yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran

(23)

Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada

pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan

sehari - hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313)

2.1.3 Kar tun dan Kar ikatur

Karikatur adalah bagian dari kartun, namun memiliki muatan pesan

yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang (tokoh) atau suatu

masalah. Walaupun dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun

satir yang kadang dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang

tersenyum kecut saat membacanya. Kartun merupakan gambar lucu atau

dilucukan yang bertujuan agar pemirsanya terhibur, tersenyum, atau

tertawa geli. Sementara karikatur, adalah bagian kartun yang diberi muatan

pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau suatu

masalah. Karikatur cenderung diisi dengan humor. Namun, tetap

merupakan sebuah kartun satir yang kadang bukannya menghibur, tapi

dapat membuat seseorang tersenyum kecut setelah melihatnya (Sobur,

2003:138).

Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara

jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan,

seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca

tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat

pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak

tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya

(24)

menurut Sutarno pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur

maupun kartun merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal

yang cukup efektif dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun

kritik sosial (Pramoedjo, 1996:9).

Karikatur dalam bahasa latin disebut carricare memiliki arti sebagai

gambar wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dilebih-lebihkan secara

karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Bahkan

dalam museum The House of Humor and Satire di Gabrovo, Bulgaria, atau

di The House of Humor di Montreal, Kanada, wajah-wajah karikatural

tokoh dunia dalam bentuk patung atau gambar dwimatra (dua dimensi)

dipajang dengan anggun dan artistik (Pramoedjo, 2008).

Dalam Encyclopedie Internasional karikatur didefinisikan sebagai

sebuah ’satire’ dalam bentuk gambar atau patung. Thomas Nast, kartunis

di pertengahan abad ke-18 merupakan salah satu kartunis politik yang

paling berpengaruh di Amerika. Nast berhasil menjatuhkan jaringan Boss

Tweed dan mesin politik koruptor di New York Tammany Hall dengan

karikaturnya. Kreasi Nast yang paling terkenal hingga sekarang adalah

Santa Claus. Sementara dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur adalah

penggambaran seseorang, suatu tipe, atau kegiatan dalam keadaan

terdistorsi (penyajian dibuat berlebihan dari gambar-gambar binatang,

burung, sayur, dan lainnya yang menggantikan bagian-bagian benda hidup

(25)

Menurut Kornreich dan Schimmel, bentuk gambar sangat membuka

peluang seseorang untuk lebih berani mengekspresikan dirinya terhadap

emosi ataupun agitasi yang ditekan (dalam Setiawan, 2002:xviii). Oleh

sebab itu, berkomunikasi melalui media gambar, membuat seseorang tidak

akan merasa terancam karena takut mengaitkan hal-hal yang dianggap

tabu, bahkan sebaliknya, berkomunikasi dalam bentuk gambar visual

memiliki kekuatan sendiri dalam penggambaran suatu hal. Dengan kata

lain, gambar karikatur merupakan produk suatu keahlian seorang

karikaturis, baik dari segi pengetahuan, referensi atau bacaan, maupun

bagaimana cara memilih topik atau isu dalam lingkungan sosial politik

yang sedang dihadapi. Karena itu, media Pers Indonesia menampilkan

karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai masalah yang

berkembang secara tersamar dan tersembunyi. Untuk itu, pembaca diajak

berpikir, merenungkan, dan memahami pesan-pesan yang terdapat dalam

gambar karikatur (Augustin Sibarani,2001:27).

Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam

(Sibarani, 2001), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan

karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang

(biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam

bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di

sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan

menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa

(26)

situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor

dengan menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).

Pelukisan karikatur sendiri memiliki dua ciri, yaitu adanya satire dan

distorsi. Satire dalam hal ini diartikan sebagai ironi, tragedi-komedi, atau

parodi. Sehingga, di dalamnya dapat mengandung sesuatu yang janggal,

absurd , yang dapat menertawakan, namun bisa juga memprihatinkan atau

menyedihkan (Komunitas Ruang Baca – Tempo, Rimbun Natamarga,

2010). Dalam buku Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek karya Onong

Uchjana Effendy, karikatur dalam media manjalankan salah satu fungsi

pers, yaitu fungsi menghibur (to entertain ).

2.1.4 Kar ikatur Dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang

dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio, televisi

dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana

penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media

massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah

bisa menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan

dan estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan

perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu

karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam

masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah

(27)

kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang

sedang hangat di permukaan.

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di

Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia

dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech

(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).

Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya

dipahami sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat

langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain - lain.

Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung

dipahami maupun diteliti seperti patung, monument dan simbol - simbol

lainnya (Bintoro dalam Marliani, 2004: 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas,

merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.

Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik

yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia

memilih topik - topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.5 Kr itik Sosial

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas, ketika

segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis baik

dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet.

(28)

ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai

informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan

nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).

Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama

saja dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial

yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam

konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada

budaya tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik

sama statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran

kritik itu sendiri.

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif

seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan kata

positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat.

(Masoed, 1999: 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one

who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan

memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu.

Kritik awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo =

memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti

evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu

kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan

(29)

Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah

salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau

berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial

atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan

salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata

lain, kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi

dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,

1999: 47).

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti bahwa

kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari menilai

gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial konservatif,

status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik sosial dalam

pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah orang atau

kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana baru,

suasana yang lebih bai dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang

demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan strutualis. Mereka

melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan

perubahan sosial. Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini

berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada

peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan

mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan -

kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan

(30)

sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat

untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. (Susanto, 1986: 105).

Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai dari

cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan - ungkapan

sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui

berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni

sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya

ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi

kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu

menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang

secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian

yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan

aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah

mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul

dengan sendirinya (Panuju, 1999: 49).

Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena ia

mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke

kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris

Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh

konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak

lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik

(31)

Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan, masyarakat

awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya “pihak sana”

(out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum aparat

pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan pemerintah.

Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya berarti

melawan. Kritik itu mengandung muatan - muatan saling memberi arti.

Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam

merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999: 84).

Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan budaya

kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam mimik

mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik kepada

sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran kritik

dihadapan publik, apalagi secara meluas.

Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik

harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan

supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi

tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.

(Ali, 1999: 194).

Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja

membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari

(32)

budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya

tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama

statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu

sendiri.

2.1.6 Kar ikatur Sebagai Pr oses Komunikasi

John Dewey pernah menyatakan bahwa komunikasi adalah “ hal

penting menakjubkan” (rivers,2003:33). Dalam pandangannya, masyarakat

dan terus berkembang berkat komunikasi. Dengan komunikasi, manusia

melakukan berbagai penyesuaian diri yang diperlukan dan memenuhi

berbagai kebutuhan dan tuntunan yang ada sehingga masyarakat manusia

tidak bercerai berai. Karena manusia bisa menciptakan simbol-simbol,

maka ia juga mampu mengkomunikasikan suatu niat, makna, keinginan

atau maksud yang kompleks dan karena itu pulabisa mengubah bentuk

kehidupan sosialnya. Manusia modern tidak bisa melepaskan dari

penggunaan simbolisme dalam komunikasi modern karena penggunaan itu

begitu jelas ada disekitarnya (Tatt, 1996:3). Simbolisme merupakan ciri

universal yang hakiki dari semua kebudayaan agama. Peradaban

tergantung pada kemampuan manusia untuk menggunakan dan

menciptakan simbol-simbol, bahasa iu sendiri merupakan sekumpulan

simbol yang dimanipulasi untuk menyampaikan ide.

Simbol-simbol yang digunakan untuk menyampaikan ide, makna

(33)

ungkapan-ungkapan baru. Simbiolisme-simbiolisme kuno dalam bentuk gambarlah

yang pada akhirnya melahirkan tulisan-tulisan abjad. Simbiolisme adalah

sesuatu yang hidup. Simbiolisme telah mengambil bentuk baru dengan

penggunaan yang baru pula. Dari awal munculnya peradaban hingga

masaa kontemporer ini simbol merupakan bagian hakiki kehidupan

sehari-hari. Tanda-tanda lalu lintas dan pettunjuk arah membimbing sseseorang

dalam perjalanannya di kota-kota dan di pedalaman. Simbol-simbol seperti

“dilarang merokok” dan “dilarang masuk” memerikan ancaman kepada

mereka yang melanggarnya. Orang dapat saja mengabaikan simbol-simbol

yang menggambarkan bahaya tapi ia harus siap menanggung akibanya.

Beberapa simbol dengan kejadian-kejadian yang tindakan umum.

Binatang menunjukkan pola tingkah laku tertentu menjelang terjadinya

gempa bumi atau angin badai. Orang-orang pada zaman kuno mempelajari

fenomena ini dan menganggapnya menjadi pertanda bagi nasib baik atau

nasib buruk. Hal ini merupakan suatu ilmu yang mulai dipelajari oleh

ilmuwan-ilmuwan modern yang menaruh minat besar. Dalam hal

meramalkan datangnya gempa bumi dan badai. Tingkah laku alamiah yang

diperlihatkan oleh binatang atau bahkan bentuk-bentuk kehidupan

tumbuh-tumbuhan berhubungan dengan hal hal diatas. Dengan membayangkan

seekor merpati yang kita dapatkan adalah gambar keluguan, kedamaian

dan kelembutan. Membayangkan seekor singa yang kita dapatkan adalah

(34)

Menurut Berger dan Chaffe ilmu komunikasi adalah suatu

pengamatan terhadap proses, produksi dan pengaruh dari sistem-sistem

tanda lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan

digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan

dengan proses, produksi dan pengaruh sistem-sistem tanda lambang. Dari

definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah

pengetahuan tentang peristiwa komunikasi dalam konteks hubungan antar

manusia atau komunikasi antar manusia yang diperoleh melalui suatu

penelitian tentang sistem, proses dan pengaruh yang dilakukan secara

rasional dan sistematik, serta kebebasan dapat diuji dan digeneralisasikan.

Peristiwa atau fenomena komunikasi yang diamati dalam ilmu komunikasi

sangat luas dan kompleks, karena menyangkut berbagai aspek dari

kehidupan manusia misalnya aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi

oleh karena itu, ilmu komunikasi merupakan salah satu cabang ilmu

pengetahuan yang termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial.

Komunikasi adalah suatu proses simbolik, yakni penggunaan

lambang-lambang yang diberi makna. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang

digunakan untuk menunjukkan atau mewakili sesuatu atau yang lainnya

berdasarkan kesepakatan bersama. Tetapi, lambang pada dasarnya tidak

mempunyai makna. Kitalah yang memberi makna pada dasarnya tidak

mempunyai makna. Kitalah yang memberi makna pada suatu lambang.

Tidak ada hubungan alami atau pasti antara lambang dengan apa yang

(35)

dilambangkan bersifat sembarang atau mana suka. Lambang adalah salah

satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga

dipresentasikan oleh indeks, ikon, namun ikon dan indeks tidak

memerlukan kesepakatan (Mulyana, 2001:84)

Hal senada dengan Mulyana dan Nimo (2000:6) menyatakan

komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk

menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang

berdasarkan itu mereka bertindak) dan bertukar citra itu melalui

simbol-simbol.

Proses Komunikasi, seperti dikatakan Tubbs and Moss dalam Human

Communicationnya :

“Proses Komunikasi itu sebenarnya mencakup pengiriman pesan dari

sistem syaraf seseorang kepada sistem syaraf orang lain, dengan maksud

untuk menghasilkan sebuah makna yang sama dengan yang ada dalam

benak pengiriman. Pesan verbal melakukan hal tersebut melalui kata-kata

yang merupakan komunikasi tanpa kata, maka tanda nonverbal berate

tanda minus bahasa atau tanda minus kata (sobur,2009:123)

Bahasa tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal

disamping aspek-aspek komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan

dengan benda, seni, ruang dan waktu komunikasi nonverbal sama

pentingnya dengan komunikasi verbal meskipun terkadang diabaikan.

(36)

wajah dan kontak mata adalah perilaku-perilaku yang kesemuanya disebut

bahasa tubuh yang mengandung makna pesan potensial. Studi sistematik

aspek-aspek gerakan tubuh yang terpola dipelajari dan bersifat simbolik

disebut kinesika (kinesics) (Mulyana, 2004: 159).

Tanpa sadar, banyak orang sebenarnya telah menggunakan bahasa

tanpa ucap ini setiap kali berkomunikasi dengan orang ain. Peningkatan

kemampuan mengenai bahasa tubuh sehingga menjadi benar-benar fasih

banyak dipengaruhi oleh gerak-gerik. Kontak mata, ekspresi wajah dan

gerakan kepala, walaupun memang sangat penting, tetapi memiliki

beberapa keterbatasan. Gerak-gerik memungkunkan dilakukan dengan

aspek komunikasi nonverbal lainnya (wainwright, 2003: 81). Bahasa tubuh

memiliki peran yang sangat penting dalam presentasi diri dan pengelolaan

kesan, yang cukup masuk akal jika kita memandangnya sebagai sarana

untuk mencapai sebuah tujuan.

Banyak orang yang mengkaji pentingnya komunikasi nonverbal demi

keberhasilan komunikasi, bukan hanya ahli-ahli komunikasi, tetapi juga

antropolog, psikolog dan sosiolog. Simbol-simbol nonverbal lebih sulit

ditafsirkan daripada simbol-simbol verbal. Tidak ada satupun kamus andal

yang dapat membantu penerjemah simbol nonverbal. Setiap anggota tubuh

seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala,

kaki bahkan tubuh secara keseluruhan dapat kita aplikasikan untuk

(37)

terdapat pada benda-benda atau sesuatu yang bersifat nonverbal atau

pencarian makna pada “meta- tanda nonverbal” (Sobur, 2009: 122).

Sekali lagi kita sepakat atas suatu sistem simbol, kita dapat

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tentu saja, bila semua tanda

yang digunakan hanya merujuk pada benda, maka masalah komunikasi

akan menjadi sederhana. Kita dapat menentukan apa referensi yang

diperbincangkan hampir tanpa kesulitan. Akan tetapi bagaimana jika hal

tersebut merujuk pada peristiwa, sifat sesuatu, tindakan, hubungan, konsep

dan lain-lain tentu boleh jadi akan muncul perdebatan berbicara mengenai

karikatur Indonesia, sama dengan menentukan posisinya diantara berbagai

sarana komunikasi yang terdapat di negeri ini (Sobur; 2009: 139).

Gambar karikatur merupakan symbolic speech (komunikasi tidak

langsung) artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar

karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan

bahasa simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar

karikatur adalah makna secara terselubung. Menurut Van Zoest dalam

Bintoro (2002: 4) simbol-simbol pada gambar karikatur tersebut

merupakan simbol yang disertai maksud (signal) yang digunakan yang

digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan

mereka yang menerimanya (si penerima).

Karikatur merupakan bentuk komunikasi yang paling mudah terbaca.

(38)

dimaknai. Membuat kajian komik – kartun – karikatur. Berarti berhadapan

dengan tanda-tanda visual dan kata-kata. Maka dari itu, pembahasan ini

menggunakan kajian kritis yang bertujuan untuk mengungkap makna

tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada (Sobur, 2009: 132). Dengan

mendesripsikan jalinan tanda digambar kariaktur tersebut tampil sebagai

“tanda” karena ada kedekatan antara gambar dengan objeknya. Setelah itu

kita mengamati unsur-unsur pembentuk karikatur yang tercantum dalam

ilustrasi tersebut dan kemudian mendeskripsikannya dengan

mempertimbangkan sign, object dan interpretanta.

2.1.7 Komunikasi Politik

Komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi

yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan

dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan

pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah

hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi

antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.

Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni

menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan

mengaturnya sedemikian rupa -”penggabungan kepentingan” (interest

aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk

(39)

Komunikasi politik adalah penyebaran aksi, makna, atau pesan yang

bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur

komunikasi seperti komunikator, pesan, dan lainnya. Kebanyakan

komunikasi politik merupakan lapangan wewenang lembaga-lembaga

khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau parpol.

Namun demikian, komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap

lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor

parlemen.(Jack Plano dkk).

2.1.8 Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti

tanda, atau Seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar

dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, poetika. Semiotika

adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda

terdapat dimana - mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat,

lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur

film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai

tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda - tanda tersebut

menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non

verbal sehingga bersifat komunikatif.

Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima

tanda akan makna informasi atau pesan dari pengirim pesan. Semiotika

(40)

Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua

segi kehidupan manusia, sehingga Derrida (dalam kurniawan, 2008: 34),

mengikrarkan bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini sepenting bahasa.

“there is nothing outside languange”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai

“teks” atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting

dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu

mengenal tanda, tak akan bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan,

2008).

Charles Sanders Peirce merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka

dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya

dapat berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat

berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang dapat dimanfaatan dalam seni

rupa berupa tanda visual yang bersifat non verbal, terdiri dari unsur dasar

berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur, komposisi, dan sebagainya.

Tanda - tanda yang bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan, seperti

objek, manusia, binatang, alam, imajinasi atau hal hal lainnya yang

abstrak. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk berkarya, karyanya

adalah sesuatu yang kasat mata, karena itu secara umum bahasa digunakan

untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan media atara

perupa dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi

bahasa rupa pada segitiga, estetis - simbolis - bercerita (story telling).

Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna yang

(41)

Menurut Peirce model yang membahas mengenai makna dalam studi

semiotik mempunyai tiga fundamental yaitu :

1. Ikon

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya

bersifat bersamaan bentuk alamiah ( berupa hubungan

kemiripan ). Misalnya adalah potret dan peta. Potret

merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam potret tersebut,

sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam

peta tersebut.

2. Indeks

Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab

akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya.

Misalnya ada asap sebagai tanda apinya.

3. Simbol

Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya ( berdasarkan hubungan konvensi atau

perjanjian ). Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya

merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan yang

termasuk secara konvensional. ( Sobur 2006 : 41 ).

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai

ahli, seperti Saussure, Peirce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang

(42)

kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi

linguistik.

2.1.9 Semiotika Char les Sander s Peir ce

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai

kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur,

2004: 83). Bagi Peirce tanda “is something which stand to somebody for

something in some respect or capacity”. Kita misalnya dapat menjadikan

teori Segitiga Makna (Triangel Meaning), menurut Peirce salah satu

bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk

tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Peirce

disebut ground. Konsekuensinya, tanda (Sign atau Represetamen) selalu

terdapat dalam sebuah triadik, yakni ground, object dan interpretant

(Sobur, 2004: 41).

Sementara itu interpretant adalah suatu tanda yang ada dalam benak

seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen

makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna

tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan

bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan

orang pada waktu berkomunikasi (Barthes dalam Kurniawan, 2008: 37).

Charles Sanders Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut

menjadi kategori yaitu ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan

(43)

dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek atau acuan yang

bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta.

Indeks adalah tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara

tanda dan penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau

tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas

ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada

denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional

yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol tanda yang menunjuk hubungan

alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat

arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian

masyarakat (Sobur, 2004: 42). Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya

ditampilkan dalam gambar berikut.(Fiske dalam Sobur, 2001: 85)

Sign

Interpretant Object

(44)

Menurut Pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan, dan

representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari

tanda itu sendiri yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan

harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Pierce ingin

mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan mengembangkannya

kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Dalam pendekatan

semiotik model Charles S. Peirce, diperlukan adanya 3 unsur utama yang

bisa digunakan sebagai model analisis, yaitu tanda, objek, dan interpretant.

Charles S. Peirce membagi antara tanda dan acuannya tersebut

menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, simbol. Ketiga kategori tersebut

digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut :

Icon

Index Simbol

(45)

2.1.10 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of

Meaning, (Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27) telah

mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur, 2004:

248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para

ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam.

Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan

“ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu

dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan

mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.

“Tetapi”, (kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47), “setiap usaha

untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti

misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan pekulatif. Yang lainnya

memberikan jawaban salah.”

Menurut Devito, makna bukan terletak pada kata - kata melainkan

pada manusia. “Kita”, lanjut Devito, menggunakan kata - kata untuk

mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata - kata ini

secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita

maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan -

(46)

Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak

pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan

dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)

menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,

(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,

2004: 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna.

Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997: 123 - 125) sebagai

berikut :

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata - kata

melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata - kata untuk

mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata - kata

tersebut tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan

makna yang ingin kita gunakan untuk memproduksi dibenak

pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah

proses yang bisa salah.

2. Makna berubah. Kata - kata relatif statis, banyak dari kata - kata

yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari

kata - kata ini dan berubah khusus yang terjadi pada dimensi

(47)

3. Makna membutuhkan acuan, walaupun tidak semua komunikasi

mengacu pada dunia nyata. Komunikasi hanya masuk akal

bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan

eksternal.

4. Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan erat

dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana

terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan

tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang

cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep - konsep

lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang

spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah

kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.

Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara

berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita

peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks.

Tetapi hanya sebagian saja dari makna - makna ini yang benar - benar

dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam

benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga

merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai (Sobur,

(48)

2.1.11 Pemaknaan War na

Para teoritis batihasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata

memiliki makna majemuk. Setiap kata-kata seperti : merah, kuning, hitam,

dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan, dalam Roget’s

Thesaurus, seperti dikutip Mulyana ( 2003 : 260-261 ), terdapat kira-kira

12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna

seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan

bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hyal-hal yang bersifat buruk dan

negative, missal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat

positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu

yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat

kebaikan, seperti : murni bersih dan suci. Jadi kata hitam umumya

berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positif ( Sobur, 2001:25)

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya

warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah

lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di beberapa

bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah.

Karena unsur – unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang

kuat dalam hubunganya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaanya, namun

tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan

(49)

Kuning bisa diartikan sebagai optimis, filosofi dalam budaya barat.

Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri,

kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna oranye

yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada suatu

produk yang tidak mahal, menurut budaya barat ( Mulyana, 2003 : 376 )

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992, dalam bukunya

“Periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan

periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan

mempunyai nilia ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah

Merah merupakan warna power, energy, kehangatan, cinta, nafsu,

agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing,

warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh

semangat, seiring juga diapresiasikan untuk menunjukan emosi

atau debaran jantung.

2. Oranye

Oranye merupakan warna energy, keseimbangan, kehangatan,

antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan,

keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan

pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang

tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan dan

Gambar

Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce
gambar karikatur tersebut
Gambar 4.2         Gambar karikatur “Om Kedip”dalam kategori tanda Peirce

Referensi

Dokumen terkait

In the article Bachtiar and Veronica (2005), they use research methods with a variable occurrence of events such restatement of financial statements as the

Penegasan di atas menunjukan bahwa desentralisasi fiskal merupakan instrumen yang paling penting untuk mencapai keberhasilan melaksanakan otonomi daerah, sebab

semakin tinggi dividend payout ratio yang diterapkan suatu perusahaan, maka.. semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali

Perumusan Rencana Strategis Sistem Informasi Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Sukabumi, meliputi strategi renstra sistem informasi, strategi manajemen

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan, perbanyakan, dan daya tahan hidup jasad renik, sehingga dibutuhkan suhu yang optimal untuk dapat

Sistem akuntansi piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan kepada setiap debitur, yang terjadi karena transaksi penjualan kredit, retur penjualan,

Wajah dan karakter lahan/tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, non alami atau keduanya,

bertentangan dengan wewenang Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa. 3) Musyawarah Pimpinan Paripurna dihadiri oleh unsur‐unsur : a) Dewan Pimpinan Nasional