PENGARUH ANALISIS PROFITABILITAS BANK
DI BURSA EFEK IBDONESIA
( BEI )
RYAN RENANTA 0612010087
UPN “VETERAN” J AWA TIMUR
PROGDI MANAJ EMEN FAKULTAS EKONOMI
Disusun Oleh :
RYAN RENANTA 0612010087 / FE / EM
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Muhadjir Anwar, MM Dr. Muhadjir Anwar, MM
Sekretaris
Dra. Ec. Kustini, M.Si Anggota
Dra. Ec. Nuruni Ika KW., MM Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Analisis LDR, CAR, NIM Ter hadap ROA Yang Terdaftar Di Bur sa Efek Indonesia (BEI)”. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat
penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu (S-1), Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan skripsi tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan saran, nasehat, kesabaran, serta bantuan bimbingan skripsi kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh dosen dan staf dosen program studi manajemen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain. Akhir kata, Penulis berharap agar
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surabaya, 23 Juli 2013
iii
2.3.1 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Assets (ROA) ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
3.2 Populasi dan Sampel ... 34
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 41
4.1.2 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 44
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 52
4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 52
4.3.2 Uji F ... 54
4.3.3 Uji t ... 55
v
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
4.4.1 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Assets (ROA) ... 56
4.4.2 Pengaruh Capital Adequency Ratio (CAR) Terhadap Return On Assets (ROA) ... 57
4.4.3 Pengaruh Net Intereast Margin (NIM) Terhadap Return On Assets (ROA) ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 60
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 61
Tabel 4.1 : data Return On Assets ... 45
Tabel 4.2 : data loan to deposit ratio ... 47
Tabel 4.3 : data Capital Adequency Ratio ... 49
Tabel 4.4 : data Net Interest Margin ... 51
Tabel 4.5 : Hasil uji regresi linier berganda... 52
Tabel 4.6 : Tabel uji F ... 54
Tabel 4.7 : Hasil Uji t ... 55
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Oleh
RYAN RENANTA
Abstraksi
Adanya indikasi fluktuatif pada return on assets perusahaan Perbankan di Indonesia tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa pada perusahaan tersebut terdapat suatu permasalahan yang harus ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh loan to deposit ratio, capital adequency ratio dan net
interest margin terhadap return on assets perusahaan Perbankan di Bursa Efek
Indonesia.
Penelitian ini menggunakan sampel 28 perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik penelitian yang digunakan adalah metode sensus, jenis data yang digunakan adalah adalah data sekunder berupa laporan keuangan periode 2008-2010. Alat analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa loan to deposit ratio, capital
adequency ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return on assets.
Sedangkan net interest margin berpengaruh signifikan positif terhadap return on
assets perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci : loan to deposit ratio, capital adequency ratio dan net interest
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkakan taraf hidup rakyat banyak (UU No.21 Tahun 2008).
Sehingga lembaga ini berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak-pihak-pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas
pembayaran. Tujuannya menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga
mestinya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini
tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar, namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada sebagai perangkat penyelenggaraan keuangan.
Sektor perbankan dianggap sebagai roda penggerak perekonomian
sistem pembayaran bagi semua sistem perekonomian. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksana kebijakan moneter dan pencapaian
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya sistem perbankan yang sehat maka akan mendorong perekonomian negara. Sehat
atau tidaknya suatu bank tidak terlepas dari kinerja bank itu sendiri.
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu dengan standar Bank Indonesia (Selamet Riyadi : 2006). Laporan keuangan bank menunjukkan
kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca kondisi bank yang sesungguhnya termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama
satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki. Kemudian juga
akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil yang diperoleh bank dalam
suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut (Kasmir : 2000).
Untuk menilai kinerja perusahaan dapat menggunakan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah maupun swasta serta para pemakai laporan
3
menilai kinerja perbankan umumnya menggunakan beberapa aspek penilaian yaitu capital, assets quality, management, earning, liquidity.
Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio-rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen
yang kompleks, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005). Kinerja (performance) perusahaan merupakan hasil yang dicapai oleh manajemen
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan diantaranya adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Dalam hal ini, Profitabilitas merupakan indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi atau kinerja yang dicapai oleh perusahaan perbankan. Return on Assets (ROA) memfokuskan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang di milikinya.
Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi bank karena ROA
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilkinya. Profitabilitas
efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
(Dendawijaya : 2005)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank,
seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain,
capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, missal kredit yang diberikan (Dendawijaya : 2005). Hubungan antara CAR dan ROA suatu bank adalah
positif, dimana jika CAR suatu bank meningkat maka ROA akan meningkat juga. Standar besarnya CAR adalah sebesar 8%. Tahun 2007
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar, dan Tahun 2004 Bank Indonesia
menentukan presentase Giro Wajib Minimum (GWM) yang disesuaikan dengan besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK). Modal bank merupakan alat
5
kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp. 80 M pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp. 100 M pada akhir tahun
2010. (Surat Edaran Bank Indonesia. 2010. Kredir Perbankan. Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010,). www.bi.go.id
Sebagaimana yang umumnya terjadi pada perusahaan yang sudah
Go Public maka kenaikan dan penurunan Return On Asset tersebut
sangatlah sulit untuk diprediksi, seperti halnya yang terjadi pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, dimana ada beberapa perusahaan yang mengalami penurunan Return On Asset diindikasikan meningkatnya kredit bermasalah, lemahnya kondisi internal bank seperti
manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau group usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap
resiko-resiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun.
Menurut ketentuan Bank Indonesia standart yang paling baik untuk
Return On Assets dalam ukuran bank di Indonesia yaitu 1,5 %, Berikut ini adalah table 1.1 beriisi angka yang menunjukkan return on assets pada
Tabel 1.1 : Hasil perhitungan Return On Assets Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
No Nama Perusahaan Perbankan Periode Tahun (% )
2008 2009 2010
17 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 4,19 2,79 3,26 18 Bank Eksekutif Internasional -2,00 -7,80 1,27
19 Bank ICB Bumiputera 0,09 0,80 0,20
20 Bank Internasional Indonesia 1,23 0,09 1,05
21 Bank Kesawan 0,23 0,30 0,15
22 Bank Mayapada 1,09 0,78 1,06
23 Bank Mega 1,94 0,16 2,92
24 Bank Tabungan Negara 1,48 1,27 1,82
25 Bank Pundi 1,87 1,90 1,64
26 Bank Victoria internasional 0,79 0,85 1,27
27 Bank Swadesi 2,22 3,29 3,06
28 Bank Windu Kentjana Internasional 0,23 0,82 0,86 Sumber : Indonesian Capital Market Directories (Diolah)
Berdasarkan table 1.1.ROA dibeberapa bank menunjukkan bahwa
7
dengan ROA positif dan terdapat pula bank yang mengalami kerugian dengan nilai ROA negatif , beberapa bank menunjukan fluktuatif seperti
bank BNI tahun 2007 mempunyai nilai rata-rata ROA tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia , namun pada tahun 2008 mengalami peningkatan terus menerus hingga tahu 2010 , terdapat
pula bank yang bergerak stabil seperti Bank Centra Asia (BCA) yang berkisar dengan rata-rata pada standar bank sehat yaitu 1,5 % , namun
terdapat pula bank yang mempunyai ROA dibawah standar seperti Bank eksekutif Internasional
Adanya data empiris memperlihatkan bahwa perlunya suatu
informasi terlebih lanjut sebagai faktor penyebab Hal tersebut dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan perbankan tersebut. Informasi tentang
posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaaan (Mabruroh, 2000).
Laporan keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang bersumber dari intern perusahaan, menunjukkan kinerja keuangan masa
lalu dan menunjukkan posisi keuangan, Rasio rasio keuangan memberikan informasi sederhana mengenai hubungan antara pos tertentu dengan pos lain nya sehingga memudahkan dan mempercepat dalam menilai
kesehatan dan kinerja perusahaan, serta dapat membantu pelaku bisnis, pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai
Salah satu rasio finansial yang biasa digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu bank yaitu rasio profitabilitas adalah Return
on Assets ( ROA ). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio
antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik karena tingkat kembalian
(return) semakin besar. (Suad Husnan, 2005)
Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai. Dalam hal ini laba
dapat digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan, baik oleh
manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka, tidak terkecuali perbankan.
Berdasarkan ketentuan perundang – undangan tentang perbankan. Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat kesehatan Bank. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan
surat edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Untuk menilai kinerja perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian, yaitu CAMEL (1)
9
merupakan rasio kualitas aktiva. (3) Management, digunakan untuk menilai kualitas manajemen. (4) Earning, merupakan rasio rentabilitas
bank. (5) Liquidity, merupakan rasio likuiditas bank.. Karena laba sebagai proksi dari kinerja, maka laporan keuangan menempati posisi dominan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul
“Pengaruh Analisis Pr ofitabilitas Bank di Bur sa Efek Indonesia (BEI)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji kinerja keuangan perusahaan
perbankan. Permasalahan yang akan di teliti adalah :
1. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return
On Asset (ROA) ?
2. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return
On Asset (ROA) ?
3. Bagaimana pengaruh Net Interenst Margin (NIM) terhadap Return On
Asset (ROA)?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
2. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA).
3. Untuk menganalisis pengaruh Net Interenst Margin (NIM) terhadap
Return On Asset (ROA).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan penganalisaan tentang kinerja keuangan perbankan.
b. Bagi Akademis / Lembaga
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan dan wawasan terhadap penilaian kinerja keuangan perbankan dengan
menggunakan rasio CAMEL dan memberikan pengetahuan perbankan khususnya mengenai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan.
c. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan untuk memberikan pertimbangan pada calon
11
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Merkusiwati ( 2007 )
Melakukan penelitian dengan Judul “Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap kinerja perusahaan”. Variabel independennya adalah CAR,
RORA, NPM, ROA, OEOI, CML, LDR, sedangkan variabel dependennya adalah kinerja perusahaan (ROA). Alat analisis yang
digunakan adalah regresi berganda untuk variabel bebas yang lebih dari satu. Berdasarkan hasil penelitian pada 17 bank dengan tahun dasar 1997-2001 maka diperoleh kesimpulan bahwa: CAMEL pada tahun
1996-2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA
2. Prasetyo (2006)
Telah melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio CAMEL terhadap
kinerja keuangan pada bank yang diukur dengan pertumbuhan laba. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek capital meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), aspek aset meliputi
NPL (Net Peforming Loans), aspek earning meliputi NIM (Net Interest
Margin) dan BOPO (Biaya Operasional pada pendapatan Operasional)
dan aspek liquidity meliputi LDR (Loan to Deposit Ratio) dan GWM (Giro Wajib Minimum). Hasil menunjukkan bahwa secara parsial LDR dan GWM tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kinerja keuangan perbankan (dilihat dari pertumbuhan laba). Secara parsial CAR, NPL, BOPO, NIM berpengaruh secara signifikan terhadap
13
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Bank
Menurut Undang-undang No. 10 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1998 mendefinisikan Bank sebagai “ Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk – bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak ”.
“ Menurut Kasmir (2004 : 8) secara sederhana Bank di artikan
sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.”
Sedangkan Menurut Dendawijaya (2003 : 25), “ Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan
(Financial Intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (Idle fund/Surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau yang kekurangan dana pada waktu yang
ditentukan.”
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa fungsi bank
sebagai “ financial intermediary ” dengan usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Bank memberikan surat atau lembar
2. Menyalurkan dana ke masyarakat, dalam hal ini bank memberi pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata lain Bank
menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan.
3. Memberika Jasa-jasa bank lainnya seperti pengiriman uang (Transfer ), penagihan surat berharga yang berasal dari dalam kota
( Kliring ), Penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (Inkaso), Letter of credit. (Kasmir, 2000 : 12)
2.2.2. J enis-J enis Bank
1. Dilihat dari segi Fungsinya
Menurut Undang- Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang – Undang No. 10 Tahun
1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdri dari : (Kasmir, 2004 : 18 – 20)
a.Bank Umum
Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
b.Bank Perkreditan Rakyat ( BPR )
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
15
yang dalam kegiatannya BPR (Bank Perkreditan Rakyat) tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa
perbankan yang ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit jika di bandingkan dengan kegiatan atau jasa Bank Umum. 2. Dilihat dari segi Kepemilikannya
Jenis bank berdasarkan kepemilikan dapat dilihat dari akte pendirian dan penugasan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis
bank dilihat dari segi kepemilikan adalah : ( Kasmir, 2004 : 20 – 22 ) a.Bank Milik Pemerintah (BUMN)
Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya milik
pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank di miliki oleh pemerintah pula.
Contoh : BNI 46, BRI, BTN, Bank Mandiri b.Bank Milik Swasta Nasional
Bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
swasta nasional. Akte pendirian bank ini juga dimiliki oleh pihak swasta nasional.
Contoh : BCA, Bank Danamon, Lippo Bank, Bank Mega, Bank Muamalat, Bank Niaga, Bank Permata.
c.Bank Milik Koperasi
Bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d.Bank Milik Asing
Bank yang kepemilikan sahamnya 100% oleh pihak asing ( luar
negeri ) di Indonesia.
Contoh : ABN Amro Bank, American Express Bank, City Bank, Hongkong Bank, Standard Chartered Bank
e.Bank Milik Campuran
Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional.
Contoh : Inter Pasific Bank, Mitsubishi Buana Bank. 3. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Di Indonesia mulanya hanya ada satu kelompok, namun hadirnya bank syariah sejak tahun 1990 jenis bank jika dilihat dari segi atau
caranya dalam menentukan harga, terbagi dalam dua kelompok : (Kasmir, 2004 : 23 – 25)
1.Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional
menggunakan dua metode, yaitu :
a. Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Kredit juga
17
b. Untuk jasa – jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional (barat) menggunakan atau menetapkan berbagai biaya – biaya
dalam nominal atau presentase tertentu. Sistem pengenaan bunga ini dikenal dengan istilah fee based.
2.Bank yang berdasarkan prinsip syariah islam
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasar Prinsip Syariah juga sesuai dengan syariah
Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip Syariah Islam dasar hukumnya adalah Al- Qur’an dan
Sunnah Rasul. Bank berdasarkan Prinsip Syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah bunga adalah Riba.
2.2.3. Laporan Keuangan
Secara umum setiap perusahaan baik itu bank maupun non bank pada suatu periode tertentu akan melaporkan kegiatan keuangannya. Informasi tentang proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran
Menurut SAC No.1, pelaporan keuangan adalah sistem dan sarana penyampaian informasi tentang segala kondisi dan kinerja perusahaan
terutama dari segi keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan perkembangan perusahaan, sehingga dapat menjadi salah satu sarana menilai tingkat
profesionalisme perusahaan yang bersangkutan dalam melakukan kegiatan pengusaha. Suwardjono, 1985 dalam Sudarini (2005). Laporan keuangan ini menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu.
Keuntungan dengan membaca laporan ini yaitu pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang
dimiliki.
Menurut SFAC No.1 FASB 1978 tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor,
dan pemakai laninnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam pembuatan investasi, kredit, dan keputusan sejenis secara rasional. Tujuan
kedua adalah menyediakan informasi dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari dividen dan bunga di masa yang akan datang. Hal ini mengandung makna bahwa investor menginginkan
informasi tentang hasil dan risiko atas investasi yang dilakukan.Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akutansi yang dapat
19
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak -pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Banyak pihak yang
mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda disesuaikan dengan sifat dan kepentingan
masing-masing.
Menurut Munawir (1992) pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah: 1. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya, karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan
akan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannnya dan kesuksesan manajer dinilai dengan laba yang
diperoleh perusahaann.
2. Manajer atau pemimpin perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahannya periode yang baru lalu akan dapat menyusun
rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan -kebijaksanaan yang lebih tepat.
3. Para investor, mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja
atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.
4. Para kreditur dan bankers, sebelum mengambil keputusan untuk
mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
5. Pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh BPS. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja sebagai dasar perencanaan pemerintah.
2.2.4. Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos - pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut
(Munawir,2002). Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat kinerja suatu bank Menurut Dendawijaya (2001)
rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi : 1. Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban - kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio
likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank yaitu Cash Ratio, Reserve Requirement, Loan to Deposit Ratio, Loan
to Asset Ratio, Rasio kewajiban bersih call money (Dendawijaya,
21
2. Rasio Solvabilitas
Analisis solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban - kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping iotu, rasio ini digunakan untuk mengetahui
perbandingan anatara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta
sumber-sumber lain diluar model bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank.Beberapa rasionya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio,
Long Term Debt to Assets Ratio (Dendawijaya, 2001).
3. Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio - rasio dalam kategori ini
dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio - rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan
timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai
indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Analisis rasio rentabilitas suatu
Equuity, Net Profit Margin, rasio biaya operasional (Dendawijaya,
2001).
2.2.5. Return On Asset (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin
besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat (Mahrinasari, 2003).
Sedangkan menurut Bank Indonesia, Return On Assets (ROA)
merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata - rata total asset dalam suatu periode. Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran
kesehatan keuangan. Rasio ini sangat penting , mengingat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi usaha suatu bank Dalam kerangka penilaian kesehatan bank, BI akan
memberikan score maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki ROA>1,5% (Hasibuan, 2001:100).
Semakin besar Return On Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Total asset biasanya
digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah aset-aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga seperti
23
saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2001).
2.2.6. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Pengelolaan likuiditas merupakan salah satu masalah yang
kompleks dalam kegiatan operasional bank, hal tersebut dikarenakan dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang
sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu waktu. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005).
Pada umumnya aktivitas suatu bank diarahkan pada usaha untuk meningkatkan pendapatan dengan meminimalkan risiko. Secara
konvensional banyak bank mengutamakan aktivitas perkreditan sebagai sarana mencapai tujuan tersebut, namun ternyata banyak bank yang mengalami kepailitan karenanya. Aktivitas perkreditan dapat mendominasi
penggunaan dana suatu bank karena perkreditan mempengaruhi aktivitas bank, penilaian atas tingkat kesehatan bank, tingkat kepercayaan nasabah
serta tingkat pencapaian laba. Permasalahan yang sering timbul dalam penanaman dana di bidang perkreditan akan menyangkut : besarnya dana yang dapat digunakan (sensitive atau tidak), pengaturan komposisi jenis
kredit (pihak luar, pihak dalam, dijamin atau tidak), komposisi berdasarkan jatuh temponya (pendek, menengah atau panjang), penyiapan
(ALCO) yang menampung kebersamaan proses manajemen untuk mencapai level tinggi serta pola yang stabil dalam pertumbuhan NIM,
ROA,ROE, ROI (Imam R.1999 dalam Januarti, 2002).
Menurut Dendawijaya, Lukman (2001) Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain,
seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati
bahwa batas aman dari loan to deposit rasio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% sampai 100% (Dendawijaya, 2001).
2.2.7. Capital Adequancy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang
25
Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko -risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal. Perhitungan Capital
Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang
mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase
tertentu terhadap jumlah penanamannya. Menurut Dendawijay (2003) sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank for International Settlement (BIS), bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal
minimal 8% standar i aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) (SE BI Nomer 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993). Namun sejak akhir tahun 1997
CAR yang harus dicapai minimal 9%.
2.2.8. Net Interest Margin (NIM)
Mengingat kegiatan utama perbakan pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya dan hasil bunga (Dendawijaya, 2003) . NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari
pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank
(Hasibuan, 2007). NIM suatu bank dikatakan sehat bila memiliki NIM diatas 2% (Muljono,1999). Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM
maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank kepada masing-masing sumber dana yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank
akan menentukan berapa prosen bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh pendapatan
netto bank. Dalam hal ini tingkat suku bunga menentukan NIM. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
2.3. Hubungan Antar Variabel
2.3.1. Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA)
Loan Deposit Ratio (LDR) yaitu menunjukkan kemampuan suatu
bank di dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat
27
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya,
dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh
bank untuk memberikan kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Semakin tinggi nilai rasio Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar (Lesmana,2008), sebaliknya semakin rendah rasio Loan
Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam
menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk
memperoleh laba. Jika rasio berada pada standar yang ditetapkan bank Indonesia, maka laba akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut menyalurkan kreditnya dengan efektif). Meningkatnya laba, maka Return
On Asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen
yang membentuk Return On Asset (ROA). Penelitian yang dilakukan
Usman (2003) dan Merkusiwati (2007) memperlihatkan hasil bahwa Loan
Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return
2.3.2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset
(ROA)
Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut sebagai rasio
kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari enanaman aktiva -aktiva
yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Semakin besar
Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin
besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin
besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro dan Suharjono,2002). Menurut Dendawijaya (2001), CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaansurat berharga , tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari danamodal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber -sumber diluar bank, seperti dana masyarakat,
pinjaman (utang), dan lain-lain.
Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank yang masih dapat
29
baik kondisi bank (Tarmidzi, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002), Mawardi (2005) dan Merkusiwati (2007)
menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
2.3.3. Pengaruh Net Income Margin (NIM) terhadap Return On Asset (ROA) Menurut peraturan BI No.5/8 tahun 2003 risiko pasar merupakan
jenis risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal-hal lain yang menentukan harga pasar saham, maupun ekuitas, dan komoditas. Bank dapat terkena dampak faktor
pembentukan harga karena modal, seperti suku bunga karena adanya risiko suku bunga dalam pembukuan bank yang merupakan dampak dari struktur
bisnis bank seperti aktifitas pemberian kredit dan penerimaan tabungan (Ghazali,2006).
Net Income Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih
diperoleh dari pemberian kredit atau pinjaman, sementara bank memiliki kewajiban beban bunga kepada deposan. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Meningkatnya pendapatan bunga dapat memberikan kontribusi laba
perubahan Net Income Margin (NIM) suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut
semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan Mawardi (2005) ; Usman (2003) dan Sudarini (2005) menunjukkan hasil bahwa Net Income Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA).
2.4. Kerangka Konseptual
2.5. Hipotesis
H1 : Diduga Loan To Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA)
H2 : Diduga Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA)
H3 : Diduga Net Interest Margin (NIM) mempunyai pengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA)
Loan to Deposit Ratio
(X1)
Net Interest Margin
(X3)
Return on Assets
(Y)
Capital Adequency Ratio
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Definisi Operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk
menjelaskan dan menerangkan variable-variabel yang dipergunakan dalam penelitian dan pengukuran variable-variabel penelitian secara operasional
berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman yang ada. a. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Perusahaan perbankan di
BEI. Proksi Kinerja Keuangan bank yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan besarnya Return On Assets (ROA). Return On Assets adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola
dana yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Return On Assets (ROA) adalah sebagai berikut (Kasmir, 2000) :
b. Variabel bebas (X)
Variabel bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat, variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Loan to Deposit Ratio (X1)
Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas
suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan
oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit
yang telah diberikan kepada para debiturnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal
31 Maret 2010):
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
2. Capital Adequency Ratio (X2)
Capital Adequency Ratio adalah rasio yang memperlihatkkan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber dibank, seperti dana masyarakat, pinjaman
33
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
3. Net Interest Margin (X3)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (SE BI Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau
karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44).
Populasi dalam penelitian ini adalah data keuangan perusahaan perbankan yang menggunakan laporan keuangan lengkap dan dipublikasikan pada Bursa Efek Indonesia sampai sekarang sebanyak 28 Perusahaan
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representasi dari populasi ( Sumarsono, 2004:44). Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, berarti semua
yang menjadi populasi diambil menjadi sampel adalah sebagai berikut :
No Perusahaan Bank Tbk No Perusahaan Bank Tbk
1 Bank Agroniaga 15 Bank Tabungan Pensiunan
Nasional
2 Bank Artha Graha Internasional 16 Bank Ekonomi Raharja
3 Bank Bukopin 17 Bank Eksekutif Internasional
4 Bank Bumi Arta 18 Bank ICB Bumiputera
5 Bank Capital Indonesia 19 Bank Internasional Indonesia
6 Bank Centra Asia 20 Bank Kesawan
7 Bank CIMB Niaga 21 Bank Mandiri
8 Bank Danamon 22 Bank Mayapada
9 Bank Negara Indonesia 23 Bank Mega
10 Bank Nusantara Parahyangan 24 Bank Tabungan Negara
11 Bank NISP 25 Bank Pundi
12 Bank Panin 26 Bank Victoria internasional
13 Bank Permata 27 Bank Swadesi
35
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diolah pihak Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan serta struktur organisasi dan data yang berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Yang terdiri dari 28 bank dengan periode waktu tiga tahun.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan kualitas aktiva
produktif yang diambil dari Index Capital Market Directory dan Bursa Efek Indonesia.
3.3.3. Pengumpulan Data
Dalam usaha mengumpulkan data yang diperlukan guna melakukan penelitian maka dilakukan dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan
cara mengadakan penelitian beberapa buku dengan mencatat dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini dugunakan teknik analisis dalam bentuk regresi linier berganda dengan lima variabel bebas dan satu variabel terikat
Y = a + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + ei Keterangan :
Y = Return On Assets (ROA) a = Konstanta
X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X2 = Net Interest Margin (NIM) X3 = Loan Deposit Ratio (LDR)
β 1… β 3 = Koefisien regresi variabel X1 sampai dengan X2 ei = Standard error of Estimation
3.4.2. Uji Hipotesis
Prosedur pengujian yang dilakukan untuk masing – masing uji
hipotesis antara lain sebagai berikut : a. Uji F
Untuk mengetahui kesesuaian atau kecocokan model terhadap variabel
terikat, maka digunakan uji F, dengan prosedur sebagai berikut : 1) Kriteria hipotesis
H0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0, (X1, X2, X3, secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap Y)
Ha : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠0, (X 1, X2, X3, secara bersama – sama berpengaruh
37
2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n-k), dimana n adalah jumlah pengamatan dan k adalah jumlah
variabel.
3) Dengan F hitung sebesar : F hitung = R2 / (K-1)
(1-R2) / (n-k)
(Anonim,2011 : L-22)
Keterangan :
F = hasil perhitungan R2 = koefisien determinasi
k = jumlah variabel n = jumlah sampel
b. Uji t
Uji t digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh parsial variabel X1,X2,X3, terhadap Y.
1) Kriteria hipotesis
H0 : βj = 0, ( X 1,X2,X3,secara parsial tidak pengaruh terhadap Y)
H0 : βj ≠ 0, ( X 1,X2,X3, secara parsial terdapat pengaruh terhadap Y) Dimana : j = 1,2,3,4,5
2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan
3) Dengan t hitung sebesar : T hitung = Bj
Se(bj)
( Anonim, 2011:L-21 ) Keterangan :
t = nilai t hasil perhitungan
bj = koefisien regresi variabel bebas
se(bj) = standar error koefisien regresi
4) Menentukan daerah kritis H0 melalui kurva distribusi t student dua sisi.
H0 diterima jika - ttabel ≤t hitung≤t hitung
H0 ditolak jika thitung <-ttabel atau thitung > ttabel
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda. Dalam
uji asumsi klasik ini terdapat tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu uji autokolerasi, multikolinieritas, dan
heterokedastisitas. a. Autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi ini menurut Santoso (2000:216) adalah
menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
39
autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Deteksi adanya autokorelasi menurut Santoso (2000:219) adalah : - Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
- Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelsi.
- Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negative. b. Multikolineritas
Tujuan uji Multikolineritas menurut Santoso (2000:202) adalah menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
Multikolineritas (Multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi diantara variabel independent.
Deteksi adanya Multikolineritas menurut Santoso (2000:206) adalah:
- Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1.
- Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1. c. Heterokedastisitas
Tujuan uji Heterokedastisitas menurut Santoso (2000:208) adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut
heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya Heterokedastisitas adalah dengan uji rank spearman yaitu membandingkan antara residual
dengan seluruh variabel bebas.
Deteksi adanya Heterokedastisitas adalah :
- Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heterokedastisitas.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejar ah Singkat PT. Bur sa Efek Indonesia (BEI)
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan
baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek Indonesia didirikan
di Batavia, pusat pemerintah kolonial colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Busa Batavia, pemerintahan kolonial mengkeuangankan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan
oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan-perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah
Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan scctor swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun
1991, bursa saham diswatanisasi menjadi PT.Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak
baru Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan Jakarta
Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan
otomatisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru
ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan
dibanding sistem perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan
likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan
43
4.1.2 Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia (BEI)
a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang
memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas yang tinggi serta sebagai institusi yang
dinamis dang tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologo dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.2 Deskr ipsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data kinerja keuangan perusahaan (dengan
menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu capital adequency ratio, net
interest margin, loan to deposit ratio dan return on assets) pada tahun
2008-2010. Selanjutnya data tersebut diolah agar dapat diketahui dan ditarik
4.2.1. Return On Assets (ROA)
Return On Assets adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
bank dalam mengelola dana yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Return On Assets (ROA) adalah sebagai berikut (Kasmir, 2000) :
Tabel 4.1 : data Return On Assets
No Nama Bank Return On Assets (Y)
5 PT. BANK WINDHU KENTJANA INTERNASIONAL 0.25 1,00 1,11
6 BANK SWADESI 2,53 3,53 2,93
7 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL 4,50 3,40 4,00
8 BANK VICTORIA 0,88 1,10 1,71
9 BANK MAYAPADA 1,27 0,90 1,27
10 BANK ICMB BUMIPUTERA 0,09 0,18 0,24
11 PT. BANK AGRONIAGA -0,11 0,18 0,67
12 PT. BANK EKSEKUTIF -2,00 7,88 -12,90
13 PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA 1,23 -0,05 1,01
45
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 return on
assets tertinggi pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional sebesar 4,50,
namun return on assets terendah pada tahun tersebut pada PT. Bank Mutiara sebesar -52,09. Pada tahun 2009, return on assets tertinggi pada PT. Bank Eksekutif yaitu 7,88, sedangkan return on assets terendah pada
PT. Bank Internasional Indonesia sebesar -0,05. Return on assets tertinggi pada tahun 2010 terdapat pada Bank BRI yaitu 4,18, sedangkan return on
assets terendah tahun ini pada PT. Bank Eksekutif yaitu -12,90.
4.2.2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas
suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank
terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para
debiturnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 12/ 11 /DPNP tanggal 31 Maret 2010).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Hasil dari perhitungan menggunakan rumus di atas maka diperoleh
Tabel 4.2 : data loan to deposit ratio
5 PT. BANK WINDHU KENTJANA INTERNASIONAL 86,14 65,58 81,29
6 BANK SWADESI 83,11 81,10 87,36
7 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL 92,00 85,00 91,00
8 BANK VICTORIA 53,46 50,43 40,22
9 BANK MAYAPADA 100,22 83,77 73,38
10 BANK ICMB BUMIPUTERA 90,44 89,64 84,96
11 PT. BANK AGRONIAGA 94,36 80,99 86,68
12 PT. BANK EKSEKUTIF 71,04 79,22 52,83
13 PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA 86,53 82,93 89,03
14 PT. BANK DANAMON 86,42 88,76 93,82
20 PT. BANK NUSANTARA PARAHYANGAN 66,12 73,64 80,41
21 PT. BANK MUTIARA 93,16 81,66 70,86
22 PT. BANK SAUDARA 102,20 94,94 100,20
23 PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL 93,47 84,04 73,13
24 PT. BANK NIAGA 87,84 95,11 88,04
25 BANK BRI 79,93 80,88 75,17
26 PT. BANK BUMI ARTHA 59,86 50,58 54,18
27 PT. BANK PERMATA 81,80 90,60 87,50
28 PT. BANK BNI 68,60 64,06 70,15
47
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 loan to
deposit ratio tertinggi pada PT. Bank Saudara sebesar 102,20, namun loan to
deposit ratio terendah pada tahun tersebut pada PT. Bank BCA sebesar
53,80. Pada tahun 2009, loan to deposit ratio tertinggi pada PT. Bank Niaga yaitu 95,11, sedangkan loan to deposit ratio terendah pada Bank Ekonomi
Raharja sebesar 45,60. Loan to deposit ratio tertinggi tahun 2010 terdapat pada PT. Bank Saudara yaitu 100,20, sedangkan loan to deposit ratio
terendah tahun ini pada Bank Victoria yaitu 40,22.
4.2.3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequency Ratio adalah rasio yang memperlihatkkan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber di bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dan lain-lain
(Dendawijaya,2004:122).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Hasil dari perhitungan menggunakan rumus di atas maka diperoleh
Tabel 4.3 : data Capital Adequency Ratio
No Nama Bank Capital Adequency Ratio (X1)
2008 2009 2010
1 BANK MEGA 16,16 18,84 14,78
2 BANK PAN INDONESIA (PANIN BANK ) 20,31 21,79 16,58
3 BANK KESAWEN 10,43 12,56 10,72
4 BANK MANDIRI 15,70 15,60 14,70
5 PT. BANK WINDHU KENTJANA INTERNASIONAL 20,24 17,88 17,90
6 BANK SWADESI 33,27 32,90 26,91
7 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL 23,70 18,50 23,40
8 BANK VICTORIA 23,22 16,92 13,72
9 BANK MAYAPADA 23,65 17,05 20,40
10 BANK ICMB BUMIPUTERA 11,78 11,19 12,63
11 PT. BANK AGRONIAGA 12,58 19,63 14,42
12 PT. BANK EKSEKUTIF 9,34 8,02 41,42
13 PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA 19,79 14,83 12,80
14 PT. BANK DANAMON 15,40 20,70 16,00
20 PT. BANK NUSANTARA PARAHYANGAN 14,04 12,56 12,94
21 PT. BANK MUTIARA -22,29 10,02 11,16
22 PT. BANK SAUDARA 12,86 14,10 23,00
23 PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL 14,93 13,87 14,52
24 PT. BANK NIAGA 15,59 13,59 13,24
25 BANK BRI 13,18 13,20 13,76
26 PT. BANK BUMI ARTHA 31,15 28,42 25,01
27 PT. BANK PERMATA 10,80 12,20 14,10
28 PT. BANK BNI 13,50 13,78 18,63
49
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 capital
adequency ratio tertinggi pada Bank Swadesi sebesar 33,27, namun
capital adequency ratio terendah pada tahun tersebut pada PT. Bank
Mutiara sebesar -22,29. Pada tahun 2009, capital adequency ratio tertinggi pada Bank Capital Indonesia yaitu 46,79, sedangkan capital adequency
ratio terendah pada PT. Bank Eksekutif sebesar 8,02. Capital adequency
ratio tertinggi tahun 2010 terdapat pada PT. Bank Eksekutif yaitu 41,42,
sedangkan capital adequency ratio terendah tahun ini pada Bank Kesawen yaitu 10,72.
4.2.4. Net Interest Margin (X2)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (SE BI Nomor 12/11/DPNP
tanggal 31 Maret 2010).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 : data Net Interest Margin
5 PT. BANK WINDHU KENTJANA INTERNASIONAL 4,61 4,48 4,95
6 BANK SWADESI 5,44 5,41 5,82
7 BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL 11,40 12,20 14,00
8 BANK VICTORIA 2,61 2,38 1,77
9 BANK MAYAPADA 7,57 6,74 6,25
10 BANK ICMB BUMIPUTERA 5,17 5,78 6,19
11 PT BANK AGRONIAGA 4,06 4,98 5,03
12 PT BANK EKSEKUTIF 7,63 7,45 3,51
13 PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA 5,59 6,10 5,89
14 PT. BANK DANAMON 11,12 11,15 11,29
51
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 net interest
margin tertinggi pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional sebesar 11,40,
namun net interest margin terendah pada tahun tersebut pada PT. Bank Mutiara sebesar -0,85. Pada tahun 2009, net interest margin tertinggi pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional yaitu 12,20, sedangkan net interest
margin terendah pada PT. Bank Mutiara sebesar 0,78. net interest margin
tertinggi tahun 2010 terdapat pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional yaitu
14,00, sedangkan net interest margin terendah tahun ini pada PT. Bank Mutiara yaitu 1,21.
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Analisis Regr esi Linier Berganda
Tujuan analisis ini untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas
(loan to deposit ratio, capital adequency ratio, dan net interest margin) terhadap variabel terikat (return on assets). Hasil adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 : Hasil uji Regresi Linier Berganda
Hasil pengujian linier berganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 1,501 - 0,012 X1 + 0,000 X2 + 0,199 X3
Hasil Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Return on assets (a) = 1,501
Nilai konstanta menunjukkan apabila tidak ada pengaruh dari variabel
bebas maka nilai return on assets sebesar 1,501.
b. Loan to deposit ratio (X1) = 0,199
Koefisien regresi loan to deposit ratio (LDR) sebesar 0,199. Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa variable LDR berpengaruh positif terhadap perubahan return on assets. Hal ini berarti setiap
kenaikan sebesar 1 satuan pada variabel LDR akan menyebabkan return
on assets naik sebesar 0,199, dan sebaliknya.
c. capital adequency ratio (X2) = - 0,012
Koefisien regresi capital adequency ratio (CAR) adalah sebesar –0,012. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa variabel CAR
berpengaruh negatif terhadap perubahan return on assets. Hal ini berarti setiap kenaikan sebesar 1 satuan pada variabel CAR akan menyebabkan
return on assets turun sebesar 0,012, dan sebaliknya.
d. Net interest margin (X3) = 0,000
Koefisien regresi net interest margin (NIM) adalah sebesar 0,000. Nilai
53
kenaikan sebesar 1 satuan pada variabel NIM akan menyebabkan return
on assets naik sebesar 0,000 , dan sebaliknya.
4.3.2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model penelitian mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6: Tabel Uji F A N OVAa
Model Sum of
Squar es
df Mean Square F Sig.
1
Regression 17.655 3 5.885 4.608 .005b
Residual 97.053 76 1.277
Tot al 114.708 79
a. Dependent Var iable: ROA
b. Predict ors: ( Const ant ), NI M, CAR, LDR
Sumber : lampiran
Berdasarkan tabel di atas, nilai Fhitung menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (Sig) = 0,005 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama